Anda di halaman 1dari 32

Praktikum Kimia Organik/VI/S.

Ganjil/2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekstraksi minyak merupakan proses pengambilan minyak/lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Proses ekstraksi
dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti rendering, pengepresan , maupun
ekstraksi menggunakan pelarut. Masing masing cara digunakan tergantung pada
kadar minyak/lemak yang terkandung pada suatu bahan tertentu. Minyak/lemak
dapat bersumber dari tumbuh-tumbuhan maupun dari hewan. Minyak yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan disebut minyak nabati, sedangkan minyak
bersumber dari hewan disebut minyak hewani.
Minyak hewani dapat bersumber dari hewan. Dalam proses ekstraksinya
minyak hewani yang hidup didarat lebih banyak menghasilkan lemak dibanding
minyak. Salah satu contoh hewan yang dapat diekstrak minyaknya adalah ayam.
Pada ayam, bagian yang memiliki kadar minyak/lemak dalam jumlah banyak
adalah pada bagian kulitnya. Ayam merupakan pilihan pangan yang dikonsumsi
oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Dalam pemanfaatannya orang cenderung
tidak menggunakan kulit ayam untuk dikonsumsi, dan limbah kulit ayam tersebut
dibuang dan mencemari lingkungan.
Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk membandingkan hasil
rendemen yang didapat dari ekstraksi limbah kulit ayam dengan rendemen yang
dihasilkan oleh ekstraksi limbah minyak ikan patin yang telah dilakukan oleh
praktikan sebelumnya.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Memahami proses ekstrasi minyak kulit ayam dari limbah kulit ayam.
2. Memahami cara menghitung rendemen.
3. Memehami cara menentukan kadar asam lemak bebas, densitas, viskositas,
serta laju pembentukan asam lemak bebas dalam minyak limbah kulit ayam.

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


1
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam
Ayam merupakan salah satu ternak unggas yang sudah tidak asing lagi
dikalangan masyarakat. Daging ayam merupakan bahan makanan bergizi tinggi
yang mudah untuk didapat, rasanya enak, teksturnya empuk, baunya tidak terlalu
amis serta harga yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat sehingga
disukai banyak orang dan sering digunakan sebagai bahan utama dalam
pembuatan makanan.
Menurut Iman Rahayu, (2011:6) hirarki klasifikasi ilmiah ayam adalah
sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Ordo : Galliformes (Game Birds)
Family : Phasianidae (Peasants)
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus

Daging ayam yang biasa dikonsumsi di Indonesia adalah ayam pedaging


(broiler) dan ayam kampung. Setiap orang mempunyai pilihannya masing-masing
dengan alasan yang berbeda, misalnya karena ayam broiler lebih cepat empuk
daripada ayam kampung atau karena ayam kampung memiliki kandungan lemak
yang lebih sedikit daripada ayam broiler (Dewi Windiani & Diah Ari, 2014.

Berikut ini beberapa ciri-ciri daging ayam broiler menurut Dewi Windiani & Diah
Ari (2014:2):
1. Ayam broiler mengandung air yang lebih banyak maka dalam
pengolahannya ayam broiler lebih cepat matang dan lebih cepat empuk
dalam pengolahannya.
2. Daging ayam broiler memiliki kandungan air yang lebih banyak sehingga
dagingnya terasa lembek.

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


2
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

3. Warna daging ayam broiler putih kemerahan.


4. Kandungan lemak dalam ayam broiler lebih banyak terutama pada bagian
bawah kulit dan ekor.
Berikut ini beberapa ciri-ciri daging ayam kampung menurut Dewi
Windiani & Diah Ari (2014:3):
1. Tekstur ayam kampung lebih alot sehingga membutuhkan waktu lebih
banyak untuk mengolahnya agar ayam menjadi empuk.
2. Daging ayam kampung mengandung sedikit air sehingga dagingnya
lebih kesat dan garing.
3. Warna daging ayam lebih gelap dan merah. Itu menandakan daging
ayam kampung mengandung lebih banyak hemoglobin. Oleh karena itu,
zat besi pada ayam kampung juga lebih banyak daripada ayam broiler.
4. Kandungan lemak lebih sedikit dibandingkan dengan ayam broiler.
Menurut Dewi Windiani & Diah Ari (2014:3) bila dilihat dari kandungan
gizinya, daging ayam broiler dan daging ayam kampung memiliki kandungan
protein yang sama besar, sekitar 37 gram/100 gram bahan. Namun, perbedaan ada
pada kandungan lemak yang pada ayam kampung hanya 9 gram/100 gram bahan
sedangkan ayam broiler 15 gram/100 gram. Selain itu, energi yang dihasilkan dari
100 gram 9 ayam kampung lebih rendah sekitar 246 kcal sedangkan yang
dihasilkan ayam broiler sekitar 295 kcal.
Ayam broiler lebih mudah untuk diperoleh karena biasa dijual di
supermarket dalam berbagai jenis antara lain ayam utuh atau fillet sedangkan
ayam kampung biasanya dijual dipasar dalam keadaan hidup dan setelah dibeli
baru ayam tersebut dipotong. Dari segi harga, ayam kampung cenderung lebih
mahal dibandingkan dengan ayam broiler. Oleh karena itu, mayoritas orang
menggunakan ayam broiler sedangkan ayam kampung hanya digunakan untuk
membuat masakan tertentu saja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ayam
broiler karena lebih efisien dalam pengolahannya serta harga yang lebih
terjangkau (Dewi Windiani & Diah Ari, 2014:4).

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


3
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 3

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pada 100 gram Ayam


Komposisi gizi Ayam
Energi 302 kkal
Protein 18,2 gram
Lemak 25 gram
Kalsium 14 mg
Fosfor 200 mg
Zat besi 2 mg
Vitamin A 810 IU
Vitamin B1 0,08 mg
Vitamin C 0 mg
(Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1972)

2.2 Lemak Kulit Ayam

Berdasarkan analisis proksimat pada kulit ayam broiler, kandungan air


pada sampel kulit ayam mencapai 1,83%, dan kadar abu dari kulit ayam cukup
rendah yaitu 1,40%. Kadar abu pada kulit ayam lebih rendah dibandingkan
dengan kadar abu ceker ayam. Kadar abu ceker ayam 3,49%. Perbedaan
jumlah kandungan mineral pada kulit dan ceker ayam ini dapat dipengaruhi
oleh sumber pakan dan lingkungan hidup dari ayam tersebut. Kandungan
protein pada sampel kulit ayam sebesar 18,07% sedangkan pada ceker ayam
sebesar 22,98%, sehingga kulit ayam ini masih berpotensi untuk
dikembangkan sebagai bahan baku dalam pembuatan gelatin. Pada sampel
kulit ayam kadar lemaknya mencapai 67,85%. Hal ini menunjukkan bahwa
kadar lemak pada kulit ayam sangat tinggi, sehingga diperlukan adanya
penghilangan lemak sebelum proses perendaman basa dan asam (Purnomo,
1992).

2.3 Lemak dan Minyak


Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter
(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan
minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan
minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 4

Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang
sama polaritasnya dengan zat terlarut. Tetapi polaritas bahan dapat berubah
karena adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada
dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah
larut serta dapat diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini
dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan asam sulfat encer (10 N)
sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali mudah diekstraksi
dengan pelarut non-polar. Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida
atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol”. Jadi lemak dan minyak juga
merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam
karboksilat dan gliserol (Ketaren,1986).

2.2.1 Pembentukan lemak dan minyak


Lemak dan minyak merupakan trigliserida dari gliserol. Dalam
pembentukannya, trigliserida merupakan hasil kondensasi satu molekul gliserol
dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda-
beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air. Bila
R1=R2=R3, maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana,
sedangkan bila R1, R2, dan R3 berbeda, maka disebut trigliserida campuran
(mixed triglyceride).

2.2.2 Kegunaan Lemak dan Minyak

Menurut Herlina (2002) lemak dan minyak merupakan senyawa organik


yang penting bagi kehidupan makhluk hidup. Adapun kegunaan lemak dan
minyak ini antara lain:
1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifik
2. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan
biomolekul
3. Sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat, karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna
akan menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan,
protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram
protein atau karbohidrat

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 5

4. Karena titik didih minyak yang tinggi, maka minyak biasanya


digunakan untuk menggoreng makanan dimana bahan yang digoreng
akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya atau menjadi
kering
5. Memberikan konsistensi empuk, halus dan berlapis-lapis dalam
pembuatan roti
6. Memberikan tekstur yang lembut dan lunak dalam pembuatan es krim
7. Minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarin
8. Lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega
9. Mencegah timbulnya penyumbatan pembuluh darah yaitu pada asam
lemak esensial

2.2.3 Sifat-sifat Lemak dan Minyak


Menurut Winarno (1995) sifat-sifat lemak dan minyak antara lain:

A. Sifat-sifat fisika Lemak dan Minyak

1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-


amin dari lecitin
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada
temperatu kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur
kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil),
sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,
karbon disulfida dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya
panjang rantai karbon
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami, juga terjadi
karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil
penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran
lemak atau minyak dengan pelarut lemak.
8. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 6

minyak/lemak
9. Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama
dari minyak/lemak
10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam
serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya
B. Sifat-Sifat Kimia Minyak dan Lemak
1. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam lemak bebas
trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan
melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau pertukaran ester
yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi field craft.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis mengakibatkan
kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat sejumlah air
dalam lemak dan minyak tersebut.
3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa
kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang
mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan
penyulingan.
4. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai
karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses
hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan
dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau
keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
5. Pembentukan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
6. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah
oksigen dengan lemak atau minyak terjadinya reaksi oksidasi ini akan

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 7

mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak.

2.2.4 Perbedaan Antara Lemak dan Minyak


Menurut Winarno (1995) perbedaan antara lemak dan minyak antara lain,
yaitu:
1. Pada temperatur kamar lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair
2. Gliserida pada hewan berupa lemak (lemak hewani) dan gliserida pada
tumbuhan berupa minyak (minyak nabati)
3. Komponen minyak terdiri dari gliserida yang memiliki banyak asam
lemak tak jenuh, sedangkan komponen lemak memiliki asam lemak jenuh.

2.3. Asam Lemak

Asam lemak merupakan senyawa penyusun lemak dan minyak, biasanya


merupakan molekul tak bercabang yang mengandung 14 sampai 22 atom karbon.
Hal yang menarik ialah, senyawa itu hampir selalu mempunyai jumlah atom yang
genap, merupakan suatu kenyataan yang berkaitan dengan asalnya yang bersifat
biosintesis. Baik asam lemak jenuh maupun tidak jenuh biasanya diperoleh
kembali dari hidrolisis lipid. Ikatan rangkap duanya memiliki konfigurasi Z (cis).

Pengamatan yang penting dalam mendapatkan kejelasan mengenai alur


sintesis asam lemak ialah adanya kebutuhan karbon dioksida. Namun, penggunaan
CO2 yang ditandai dengan isotop menunjukkan bahwa atom karbonnya tidak
tergabung dalam hasil akhirnya, CO2-nya bergabung dengan asetil CoA,
menghasilkan malonil CoA. (Rusli,2013).

Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid;
SFA) dan asam lemak tak jenuh (Unsaturated Fatty Acid; UFA).

1. Asam Lemak Jenuh


Asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap disebut asam lemak jenuh.
Asam lemak jenuh memiliki titik cair lebih tinggi dari pada asam lemak tak jenuh
dan merupakan dasar dalam menentukan sifat fisik lemak dan minyak. Lemak
yang tersusun oleh asam lemak jenuh akan berbentuk padat.
Komposisi kandungan asam lemak minyak ikan patin terdiri asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh minyak ikan patin terdiri dari

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 8

asam larut (C18H24O2), asam miristat (C14H28O2), asam palmitat (C16H32O2) dan
asam stearat (C18H36O2) dengan kandungan asam palmitat paling tinggi. Beberapa
jenis asam lemak jenuh yaitu :
Tabel 2.7 Jenis Asam Lemak Jenuh
Jenis Asam Rumus Molekul Sumber/Asal Titik Cair
(0 ℃)
Asetat CH3COOH Minyak pohon spindle 16,6 ℃

Laurat CH3(CH2)9 COOH Susu, minyak laural, 44 ℃


minyak inti sawit, minyak
kelapa
Palmitat CH3(CH2)14COOH Sebagian besar lemak 64 ℃
hewani dan nabati

Stearat CH3(CH2)16COOH Idem 69,4 ℃


Lignoserat CH3(CH2)22COOH Minyak kacang, 81 ℃
sphingomyelin, minyak
kacang tanah
(Sumber: Ketaren, 1985)

2. Asam Lemak Tak Jenuh


Asam lemak yang tak memiliki ikatan rangkap satu atau lebih dinamakan
asam lemak tidak jenuh. Lemak yang tersusun oleh asam lemak tak jenuh akan
bersifat cair pada suhu kamar. Asam lemak tak jenuh yang mengandung satu
ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty
Acid; MUFA). Asam lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap
disebut asam lemak tak jenuh majemuk (Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA).
Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak jumlah ikatan rangkapnya,
semakin besar kecendrungan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Asam lemak tak jenuh terdiri dari asam oleat/omega-9 (C17H33COOH),
asam linoleat/omega-6 (C17H31COOH) dan asam linoleat/omega-3 (C17H29COOH)
yang merupakan asam lemak esensial dengan kandungan asam oleat paling tinggi.
Komposisi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh ikan sangat bervariasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain jenis ikan, jenis kelamin,
ukuran tingkat kematangan/umur, siklus bertelur, lokasi geografis, jenis makanan

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 9

dan musim (Ganong, 1990).


Beberapa jenis asam lemak tak jenuh yaitu:
Tabel 2.8 Jenis Asam Lemak Tak Jenuh

Jenis Asam Rumus Molekul Sumber/Asal Titik Cair ( 0℃)

Oleat C17H33COOH Disebagian besar lemak 14 ℃


dan minyak
Erukat C21H41COOH Minyak rape seed, 31-32 ℃
mustard, minyak hati ikan
hiu
Linoleat C17H31COOH Minyak biji kapas 11 ℃

Linolenat C17H29COOH Minyak perilla, biji lin 16,3 ℃

(Sumber: Ganong, 1990)

2.4 Asam Lemak Bebas


Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas dan
tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Asam lemak
bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak ikan sangat merugikan.
Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Dan
juga mengakibatkan bau tengik pada minyak (Ganong, 1990).
Asam lemak bebas berasal dari proses hidrolisa minyak ataupun dari
kesalahan proses pengolahan. Kadar asam lemak yang tinggi berarti kualitas
minyak tersebut semakin rendah. Penentuan kadar asam lemak bebas dalam
minyak bertujuan untuk menemtukan kualitas minyak, hal ini dikarenakan
penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak
atau lemak itu sendiri (Ganong, 1990).

2.5 Ekstraksi
Ekstraksi minyak adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atau
lemak dari bahan yang mengandung minyak atau lemak. Prinsip dasar ekstraksi
ialah pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut
dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Cara ekstraksi yang biasa

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 10

dilakukan ada 3 cara yaitu rendering, pengepresan mekanis dan ekstraksi dengan
pelarut (Orban, 2008).
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Seringkali
campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan
metode pemisahan mekanis atau termis. Ekstraksi adalah satu- satunya proses
yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh
pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak
wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat
dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan
menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling. Teknik
ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat
organik atau anorganik (Orban, 2008).
Ekstraksi merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi
ini ada bermacam- macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),
mechanical expression dan solvent extraction. Ekstraksi merupakan jenis
pemisahan bahan dari suatu padatan atau cairan atau pemisahan suatu zat dari
campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak
dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut
yang lain (Orban, 2008).

2.5.1 Pengepresan Mekanik (Mechanical Expression)


Pengepresan mekanik merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu pengepresan hidraulik
(hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing) (Nugroho AJ al,
2014).

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 11

1. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)


Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses pemasakan. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240 oF (115,5
o
C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang
dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5% sedangkan bungkil yang dihasilkan masih
mengandung minyak sekitar 4-5% (Nugroho AJ et al., 2014).
2. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
pound/inch2 (140,6 kg/cm2 = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diektraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta
kandungan minyak dalam bahan asal.Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa
pada bungkil bervariasi sekitar 4-6% tergantung dari lamanya bungkil ditekan di
bawah tekanan hidraulik (Nugroho AJ et al., 2014).

2.5.2 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada
semua cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik, yang
bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau
lemak yang terkandung didalamnya. Menurut Effendi, 2003 pengerjaannya
rendering dibagi dengan dua cara, yaitu:
1. Rendering basah (Wet Rendering)
Rendering basah adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah pada
rendering basah dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak.
Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat
pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan
sampai suhu 50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas
kemudian dipisahkan. Proses rendering basah dengan menggunakan temperatur

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 12

rendah kurang begitu popular, sedangkan proses rendering basah dengan


menggunakan temperatur tinggi disertai dengan tekanan uap air, digunakan untuk
menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang
digunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi
dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound
selama 4-6 jam.
2. Rendering keringan (Dry Rendering)
Rendering kering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung. Rendering kering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa
penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan
pada suhu 220°F sampai 230°F (105°C- 110°C). Ampas bahan yang telah diambil
minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan
dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan
dari bagian atas ketel.

2.5.3 Ekstraksi Pelarut (Solvent Extraction)


Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak
yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan expeller pressing, karena sebagai
fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa
dipergunakan dalam proses ektraksi dengan pelarut yang mudah menguap seperti
petroleum eter, gasolin karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzena dan n-
heksan (Effendi, 2003).

2.5.4 Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilarutkan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomassa
ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini
pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan mengosongkan isinya ke dalam labu

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 13

dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati
alat ini melalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan
senyawa dari bioasa secara efektif ditarik ke dalam pelarut karena konsentrasi
awalnya rendah (Mozaffarian, 2006).
Prinsipnya adalah penyarian yang dilakukan berulang-ulang sehingga
penyarian lebih sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila
penyarian telah selesai maka pelarutnya dapat diuapkan kembali dan sisanya
berupa ekstrak yang mengandung komponen kimia tertentu. Penyarian dihentikan
bila pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa
dengan pereaksi yang cocok.
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis
ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang-ulang dan
menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet. Minyak
nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun
tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut baik dalam pelarut organik, seperti
benzen dan heksan. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bagian tumbuhan
dapat dilakukan metode sokletasi (Mozaffarian, 2006).
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari
material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah labu
didih, ekstraktor dan kondensor. Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan
sebelum disokletasi. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk
mengilangkan kandungan air yang terdapat dalam sampel sedangkan dihaluskan
adalah untuk mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut. Didalam sokletasi
digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut itu bergantung pada
tingkatannya, polar atau non polar.
Keunggulan metode ini antara lain (Effendi, 2003):
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih sedikit.
c. Pemanasannya dapat diatur

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 14

Menurut Adeoti dan Hawboldt. (2014), Kelemahan metode ini antara lain:
a. Tidak cocok untuk senyawa- senyawa yang tidak stabil terhadap panas
(senyawa termobil), contoh : beta karoten.
b. Cara mengetahui ekstrak telah sempurna atau saat sokletasi harus dihentikan
adalah:
1. Pelarutnya sudah bening atau tidak berwarna lagi
2. Jika pelarut bening, maka diuji dengan meneteskan setetes pelarut pada kaca
arloji dan biarkan menguap. Bila tidak ada lagi bercak noda, berarti
sokletasi telah selesai.
3. Untuk mengetahui senyawa hasil penyarian (kandungannya), dapat
dilakukan dengan tes identifikasi dengan menggunakan beberapa pereaksi.

2.5.5 Maserasi
Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan
melunakkan. Keunggulan metode maserasi ini adalah maserasi merupakan cara
ekstraksi yang paling sederhana dan paling banyak digunakan, peralatannya
mudah ditemukan dan pengerjaannya sederhana. Cara ini sesuai, baik untuk skala
kecil maupun skala industri. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan
kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan,
ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai
waktu maserasi artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian
dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera
berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan
berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi
yang lebih cepat di dalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi
menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu
maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar
perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil
yang diperoleh (Adeoti dan Hawboldt, 2014).
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan melalui
perendaman serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode ini digunakan untuk
mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak
mengembang dalam pengekstrak, serta tidak mengandung benzoin. Menurut

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 15

Adeoti dan Hawboldt (2014) ada beberapa variasi metode maserasi, antara lain
digesti, maserasi melalui pengadukan kontinyu, remaserasi, maserasi melingkar,
dan maserasi melingkar bertingkat. Digesti merupakan maserasi menggunakan
pemanasan lemah (40-50°C).
Maserasi pengadukan kontinu merupakan maserasi yang dilakukan
pengadukan secara terus-menerus, misalnya menggunakan shaker, sehingga dapat
mengurangi waktu hingga menjadi 6-24 jam. Remaserasi merupakan maserasi
yang dilakukan beberapa kali. Maserasi melingkar merupakan maserasi yang
cairan pengekstrak selalu bergerak dan menyebar. Maserasi melingkar bertingkat
merupakan maserasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengekstrakan yang
sempurna. Lama maserasi memengaruhi kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama
maserasi pada umumnya adalah 4-10 hari (Nugroho AJ et al, 2014).
Maserasi akan lebih efektif jika dilakukan proses pengadukan secara berkala
karena keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif. Melalui usaha ini diperoleh suatu keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraktif yang lebih cepat masuk ke dalam cairan pengekstrak. Kelemahan
metode maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyarian kurang sempurna.
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan
seterusnya

Gambar 2.2 Alat Maserasi (Austin, 1984)

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 16

2.5.6 Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan
colare yang artinya merembes. Jadi, perkolasi adalah penyarian dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat
yang digunakan untuk mengekstraksi disebut perkolator, dengan ekstrak yang
telah dikumpulkan disebut perkolat. Metode perkolasi memberikan beberapa
keunggulan dibandingkan metode maserasi, antara lain adanya aliran cairan
penyari menyebabkan adanya pergantian larutan dan ruang di antara butir-butir
serbuk simplisia membentuk saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari.
Kedua hal ini meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi yang memungkinkan
proses penyarian lebih sempurna (Haris, 2004).
Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke
dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi dan dimaserasi terlebih dahulu dengan
cairan penyari. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan sebesar-
besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia
sehingga mempermudah penyarian selanjutnya. Untuk menentukan akhir
perkolasi, dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat
terakhir. Untuk obat yang belum diketahui zat aktifnya, dapat dilakukan
penentuan dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, warna dan bentuknya
(Haris, 2004).
Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang.
Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah
tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi
bahan alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna. Cara
perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan
penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi. Selain itu ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk
saluran tempat mengalir cairan penyari karena kecilnya saluran kapiler tersebut,
maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi (Haris, 2004).

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 17

Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar
yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia,
maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai
pelarutan zat aktifnya. Proses penyaringan tersebut aakan menghasilkan perkolat
yang pekat pada tetesan pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi bertingkat.
Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang, disari dengan
cairan penyari yang baru. Hal ini diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat
tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat
yang hampir jenuh, dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih.
Perkolat dipisahkan dan dipekatkan. Cara ini cocok bila digunakan untuk
perusahaan obat tradisional, termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan
galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan.
Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan (Haris, 2004) :
1. Jumlah perkolator yang diperlukan.
2. Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi.
3. Jenis cairan penyari.
4. Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi.
5. Besarnya tetesan dan lain-lain.
Kelemahan dari metode perkolasi ini adalah kontak antara sampel padat
tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut
menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen
secara efisien.

Gambar 2.3 Alat Perkolasi (Haris, 2004)

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat - alat yang digunakan


1. Oven
2. Timbangan
3. Alat pengepres (kain lap)
4. Neraca analitik
5. Corong pisah
6. Botol air mineral 800 ml
7. Buret
8. Pipet tetes
9. Erlenmeyer
10. Gelas kimia
11. Piknometer 10 ml
12. Gelas ukur
13. Viskometer
14. Statip
15. Kaleng
16. Penangas air (waterbath)
17. Aluminium foil
18. Sarung tangan
19. Tisu
3.2 Bahan - bahan yang digunakan
1. Limbah Kulit Ikan
2. Aquadest
3. NaOH
4. Phenolptalein
5. Vaselin
6. Natrium sulfat anhidrat
3.3 Prosedur kerja
A. Dry Rendering
1. Limbah kulit ayam yang telah dicuci dan dibersihkan ditiriskan.

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


21
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 22

2. Limbah dikeringkan lalu ditimbang.


3. Kaleng dibentangkan diatas kaleng dan diikat.
4. Limbah kulit ayam tersebut kemudian diletakkan diatas kain yang telah
diikat dimulut kaleng.
5. Limbah kulit ayam ini kemudian dioven selama 3-4 jam.
6. Limbah kulit ayam yang telah di oven ini kemudian di press untuk
diambil minyaknya.
7. Minyak yang telah diperoleh kemudian dimasukkan kedalam corong
pisah, dan ditambahkan natrium sulfat anhidrat, dengan tujuan mengikat
air yang ada pada minyak.
8. Kemudian minyak yang diperoleh ditimbang. Hitung rendemen minyak.
B. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
1. NaOH dimasukkan kedalam buret.
2. 20 ml minyak limbah kulit ayam dimasukkan kedalam Erlenmeyer.
3. 20 ml alkohol ditambahkan kedalam erlenmeyer sebagai pelarut.
4. Kemudian campuran minyak dan alkohol dipanaskan didalam waterbath
selama + 5 menit sambil diaduk.
5. 3 tetes phenolpthalein ditambahkan kedalam erlenmeyer tersebut setelah
dikeluarkan dari waterbath.
6. Kemudian sampel dititrasi dengan NaOH yang telah disiapkan didalam
buret hingga warna berubah menjadi pink.
7. Titik akhir titasi dicatat dan ditentukan persen asam lemak bebas yang
ada dalam sampel.
%ALB = N NaOH x V NaOH x Mr minyak

Berat minyak limbah kulit ayam x 1000

C. Uji Densitas Minyak


1. Piknometer kosong ditimbang.
2. Piknometer diisi sampel minyak hingga penuh.
3. Kemudian piknometer yang telah diisi minyak tersebut ditimbang.
ρ = Berat piknometer berisi – berat piknometer kosong
volume sampel

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 23

D. Perhitungan Laju Pembentukan ALB


1. Timbang minyak yang didapat dari percobaan.
2. Diamkan dan hitung rentang waktu pengamatan.
3. Setelah 1 hari, berat minyak ditimbang.
4. Tentukan laju pembentukan asam lemak bebas.

V ALB = (berat minyak awal – berat minyak setelah 1 hari)


24 jam

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Percobaan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan variabel bahan yaitu
limbah kulit ayam. Bahan diekstraksi dengan menggunakan proses dry rendering
dan dilakukan pengujian pada bahan sehingga didapatkan karakterisasi masing-
masing minyak.
Tabel 4.1 Hasil Praktikum
Karakterisasi Hasil
Massa kulit ayam 400 gr
Suhu pengovenan 110 c
Lama pengovenan 2.5 jam
Massa minyak yang didapat 210 gr
Massa minyak murni 75 gr
Rendemen minyak 52,5%
Uji ALB 50,4%
Uji Densitas 0,95 gr/ml
Massa Na2SO4 6,3 gr
Laju pembentukan ALB 1.04167 gr/jam

4.2 Pembahasan
4.2.1 Ekstraksi
Pada percobaan ini, ekstraksi dilakukan pada limbah kulit ayam. Untuk
mendapatkan minyak dari limbah dilakukan dengan metode ekstraksi rendering,
dimana metode ekstraksi rendering yang digunakan adalah dry rendering. Dry
rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung (Ketaren, 1986). Limbah yang akan diekstraksi dicuci terlebih dahulu
lalu dikeringkan. Kemudian Limbah dipanaskan di dalam oven selama 2,5 jam
dengan suhu dijaga konstan yaitu 110 oC. Proses pemanasan bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding
sel sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


24
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 25

didalamnya. Peras bahan limbah yang telah dipanaskan agar mengeluarkan


minyak atau lemak yang masih terdapat di dalam limbah kulit ayam.
Minyak yang dihasilkan dari pemanasan dengan menggunakan oven
dimasukkan ke dalam corong pemisah karena mengandung air sehingga minyak
harus dipisahkan. Kemudian minyak pada corong pemisah ditambahkan dengan
natrium sulfat anhidrat untuk mengikat kandungan air yang terdapat didalam
minyak. Setelah penambahan natrium sulfat anhidrat terbentuk dua lapisan,
lapisan bawah adalah larutan larutan Na2SO4, residu dan lemak, sedangkan
lapisan atas adalah minyak. Minyak berada diatas karena densitas minyak lebih
kecil dibandingkan zat pada lapisan bawah. Reaksi yang terjadi adalah :
H2O + Na2SO4.10H2O → Na2SO4.11H2O
Setelah dipisahkan dengan corong pemisah, didapatkan minyak ayam
dengan rendemen 52,5%
4.2.2 Penentuan kadar asam lemak bebas
Untuk mendapatkan kadar asam lemak bebas pada minyak dilakukan titrasi
menggunakan larutan NaOH. Minyak yang akan dititrasi dimasukkan kedalam
labu erlemeyer sebanyak 20 ml kemudian ditambahkan 20 ml alkohol sebagai
pelarut. Tambahkan 3 tetes phenolptalein sebagai indikator. Lakukan titrasi
hingga larutan berubah menjadi warna merah muda. Kandungan ALB kandungan
ALB minyak ayam sebesar 50,4%.
4.2.3 Uji densitas minyak
Uji densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Timbang
piknometer kosong hingga konstan sebagai massa awal piknometer. Kemudian
masukkan minyak kedalam piknometer lalu tutup piknometer. Bersihkan minyak
yang tumpah pada piknometer, kemudian ditimbang. Massa jenis minyak ayam
adalah 0,95 gr/ml
4.2.4 Laju pembentukan asam lemak bebas
Untuk mengukur laju pembentukan asam lemak bebas, timbang massa awal
minyak. Setelah diukur laju awal minyak, diamkan minyak selama 24 jam.
Setelah didiamkan, timbang kembali minyak untuk mendapatkan massa akhirnya.
Laju pembentukan asam lemak bebas pada minyak ayam adalah 1.04167 gr/jam

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 26

4.2.6 Hasil karakterisasi minyak


Pada percobaan ekstraksi minyak kulit ayam, minyak yang didapat pada
sampel uji dengan bebrapa uji dengan salah satu uji yaitu penentuan kadar asam
lemak bebas.Semakin besar kadar asam lemak bebas pada minyak maka semakin
bahaya pula minyak bagi kesehatan tubuh. Hasil pengujian pertama adalah
pengujian asam lemak bebas yaitu 147%, rendemen minyak 52,5%, uji densitas
minyak 0,95 gr/ml, dan laju pembentukan asam lemak bebas adalah sebesar
1.04167 gr/jam dengan waktu 24 jam
Pada percobaan ekstraksi minyak dengan kulit ayam, lama waktu
pengovenan sangat mempengruhi minyak. Pada waktu pengovenan 2,5 jam
menghasilkan rendemen sebesar 450 gr dengan waktu 24 jam. Selain berat dan
rendemen minyak, lama waktu pengovenan juga mempengruhi densitas, kadar
asam lemak bebas, dan laju pembentukan asam lemak bebas. Secara teoritis
densitas minyak kulit ayam adalah 0,95 gr/ml. Sedangkan secara percobaan
densitas minyak pada sampel adalah 210 gram/ml.Hal ini diakibatkan oleh kadar
air yang terlalu banyak pada percoban ini.Semakin banyak kadar air pada minyak
yang dihasilkan mmaka densitas minyak akan semakin besar.

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi minyak kulit ayam dilakukan dengan metode dry rendering yaitu
proses rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung dengan
menggunakan proses pemanasan di dalam oven selama 2,5 jam, kemudian
ditambahkan Natrium Sulfat Anhidrat pada minyak yang diperoleh untuk
menghilangkan air yang masih tersisa di dalam minyak.
2. Rendemen yang dihasilkan pada ekstraksi minyak kulit ayam adalah 52,5%
yang merupakan hasil pembagian berat minyak yang diperoleh dengan berat
minyak awal dan dikali seratus persen.
3. Berdasarkan percobaan yang telah dillakukan, kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak kulit ayam sebesar 50,4 %, densitas sebesar 0,95
gr/ml, serta laju pembentukan asam lemak bebas dalam minyak kulit ayam
sebesar 1,04167 gr/jam.
5.2 Saran
1. Praktikan sebaiknya memastikan alat yang digunakan dalam keadaan siap
digunakan 1 hari sebelum percobaan, agar saat hari melakukan praktikum
tidak perlu menunggu untuk mencari peralatan praktikum yang kurang.
2. Praktikan harus lebih cermat dan teliti dalam mengamati serta menghitung
sampel ataupun larutan yag digunakan.

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


27
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

DAFTAR PUSTAKA

Adeoti I, dan K. Hawboldt. (2014). A Review of Lipid Extraction From Fish


Processing Byproduct For Use As A Biofuel. Biomass and Bio Energy.
63(2):330-340.
Anggorodi, R. (1984). Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak
Unggas.Universitas Indonesia: Jakarta.
Dewi Windiani, Diah Ari. (2014). Variasi resep Praktis untuk Menu Sehari-hari:
Masakan Ayam (Goreng, Bakar, Tumis, Berkuah, Pepes). FMedia Pustaka:
Jakarta.
Effendi , H. (2003). Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogyakarta.
Ganong, W.F. (1990). Fisiologi Kedokteran. EGC Kelapa Muda: Jakarta.
Haris, W.S. (2004). Fish Oil Supplementation. Evidence for Health Benefits.,
Cleveland Clinic J. of Medicine. 71(3):208-209.
Herlina, Netti. (2002). Minyak dan Lemak. UI Press. Jakarta.
Kataren, S.(1985). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan,Cetakan
Pertama. Jakarta: UI-Press.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
UI-Press.
Mozaffarian. (2006). Review Article: Trans Fatty Acid and Cardiovascular
Disease. N. Engl. J. Med. 354: 1601–1611.
Nugroho AJ, Ibrahim R, Riyadi PH. (2014). Pengaruh perbedaan suhu
pengukusan (steam jacket) terhadap kualitas minyak dari limbahusus ikan
nila (Orechormis Niloticus). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan. 3(1): 21-29.
Orban E. (2008). New Trends In The Seafood Market. Sutchi catfish (pangasius
hypopithalamus) fillets from Vietnam: Nutrional Qualityand Safety
Aspects. Food Chem. 11(2):383-389
Purnomo, E., (1992), Penyamakan Kulit Kaki Ayam, Kanisius, Yogyakarta.
Rahayu, dkk. (2011). Panduan Lengkap Ayam. Penebar Swadaya: Jakarta
Rusli. (2013). Pemisahan Kimia untuk Universitas. Erlangga: Bandung
Winarno. (1995). Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Umum.

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


28
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

Jakarta
.

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


29
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

LAMPIRAN B
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Perhitungan Pembuatan Laporan NaOH Sebanyak 250 ml Aquades


N x Mr x V
m =
1000 x a
0,1 x 40 x 250 ml
=
1000 x 1
= 1 gram

2. Perhitungan Pembuatan larutan Asam Oksalat 0,1 N sebanyak 250 ml


N x Mr x V
m =
1000 x a
0,1 x 40 x 250 ml
=
1000 x 2
= 1,125 gram

3. Standarisasi Larutan NaOH dengan larutan Asam Oksalat 0,1 N


VC2H2O4 x NC2H2O4 = VNaOH x NNaOH
10 ml x 0,1 N = 8 ml x NNaOH
1
= NNaOH
8
NNaOH = 0,125 N

4. Rendemen Minyak
Berat Hasil Minyak
Rendemen = x 100 %
Berat Awal Minyak
210 gram
= x 100 %
400 gram

= 52,5 %
5. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
V NaOH x N NaOH x Mr trigliserida
% ALB = x 100 %
Berat Minyak Hasil Kulit Ayam
0,125 N x 3 ml x 823,3514 J/mol
= x 100 %
210 gram
308,76
= x 100 %
210
= 147 %

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


30
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 31

V NaOH x N NaOH x Mr minyak kulit ayam


% ALB = x 100 %
Berat Minyak Hasil Kulit Ayam
0,125 N x 3 ml x 282 gr/mol
= x 100 %
210 gram
105,75
= x 100 %
210
= 50,4 %

6. Uji Densitas Minyak


Berat piknometer berisi minyak x Berat piknometer kosong
ρ =
Volume minyak
24,74 gram − 15,24 gram
=
10 ml
= 0,95 gr/ml

7. Perhitungan Laju Pembentukan ALB


Berat Minyak Awal − Berat Minyak setelah 1 Hari
VALB =
24 jam
75 gram − 50 gram
=
24 jam
25 gram
=
24 jam

= 1,04167 gr/jam

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 Kulit ayam Gambar C.2 Proses Pengempesan


Kulit Ayam

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


32
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019

Gambar C.3 Ekstrak Minyak Kulit Gambar C.4 Ekstrak minyak kulit ayam
ayam dan pengotor murni

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam


33
Praktikum Kimia Organik/VI/S.Ganjil/2019 33

Gambar C.5 Standarisasi larutan Gambar C.7 Proses penentuan kadar


NaOH dengan Larutan Asam Oksalat ALB

Ekstraksi Minyak Kulit Ayam

Anda mungkin juga menyukai