Komponen Utama Saluran Transmisi
Komponen Utama Saluran Transmisi
1. saluran transmisi AC; didalam system AC, penaikan dan penurunan tegangannya
sangat mudah dilakukan dengan bantuan transformator dan juga memiliki 2 sistem,
2. saluran transmisi DC; dalam saluran transmisi DC, daya guna atau efesiensinya
tinggi karena mempunyai factor daya = 1, tidak memiliki masalah terhadap stabilitas
terhadap system, sehingga dimungkinkan untuk penyaluran jarak jauh dan memiliki
isolasi yang lebih sederhana.
Tegangan Transmisi
Apabila tegangan transmisi dinaikkan, maka daya guna penyaluran akan naik oleh
karena rugi-rugi transmisi turun, pada besaran daya yang disalurkan sama. Namun,
penaikan tegan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan juga
biaya gardu induk.
Tingkat tegangan yang lebih tinggi, selain untuk memperbesar daya hantar dari
saluran transmisi yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga untuk
memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran transmisi. Jelas sudah,
dengan mempertinggi tegangan maka tingkat isolasi pun harus lebih tinggi, dengan
demikian biaya peralatan juga akan tinggi.
• Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW.
• Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
• Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang (tower)
yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator
yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.
• Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial,
yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya protes
dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET, Permintaan ganti rugi
tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti rugi
sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya.
• Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500
km.
Kelemahan SKTT:
• Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
• Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang
kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah kota (Pemkot)
sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan,
Kepolisian, dan lain-lain.
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk desain
dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan
sesuai kebutuhan.
Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable)
dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:
• Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).
• Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan
distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan
rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini
Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC).
Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam
tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas
(ROW) tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.
menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran transmisi
yang bisa berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu.
menurut penggunannya diklasifikasikan menjadi:
a. Tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu, umumnya digunakan untuk
saluran-saluran transmisi dengan tegangan kerja yang relatif rendah (dibawah 70
kV).
b. Menara baja, digunakan untuk saluran transmisi yang tegangan kerjanya tinggi
(SUTT) dan tegangan ekstra tinggi (SUTET).
2. ISOLATOR.
jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas.
jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah:
a. tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%)
b. tembaga dengan konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%)
c. aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium, digunakan campuran aluminum
(aluminium alloy). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak
antara menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik
yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
Kawat penghantar aluminium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang sebagai
berikut:
a. AAC (All-Aluminium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat
dari aluminium.
b. AAAC (All-Aluminium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari campuran aluminium.
c. ACSR (Aluminium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
aluminium berinti kawat baja.
4.KAWAT TANAH.
kawat tanah atau "ground wires" juga disebut kawat pelindung (shield wires),
gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap
sambaran petir. Jadi kawat tanah itu dipasang diatas kawat fasa, sebagai kawat
tanah umumnya digunakan kawat baja (steel wires) yang lebih murah, tetapi tidak
jarang digunakan ACSR.
Daftar pustaka
A. Arismunandar, S. Kuwara , “Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik”, jilid II,
Penerbit PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 1979.
T.S. Hutauruk, “Transmisi Daya Listrik”, Jurusan Elektroteknik, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Bandung, 1982.