Anda di halaman 1dari 11

Modul 2 Sistem Tenaga Listrik

2.1 Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan


Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik
melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antar menara atau tiang transmisi.
Keuntungan dari saluran transmisi udara adalah lebih murah, mudah dalam
perawatan, mudah dalam mengetahui letak gangguan, mudah dalam perbaikan, dan
lainnya. Namun juga memiliki kerugian, antara lain: karena berada di ruang terbuka,
maka cuaca sangat berpengaruh terhadap keandalannya, dengan kata lain mudah
terjadi gangguan, seperti gangguan hubung singkat, gangguan tegangan lebih
karena tersambar petir, dan gangguan-gangguan lainnya. Dari segi
estetika/keindahan juga kurang, sehingga saluran transmisi bukan pilihan yang ideal
untuk suatu saluran transmisi didalam kota.

2. saluran kabel tanah (underground cable); saluran transmisi yang menyalurkan


energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran transmisi
seperti ini adalah yang favorite untuk pemasangan di dalam kota, karena berada
didalam tanah, maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah
terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun juga memilik
kekurangan. Seperti: mahalnya biaya investasi dan sulitnya menentukan titik
gangguan dan perbaikannya.

Kedua cara penyaluran memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.

2.2 Kategori saluran transmisi berdasarkan arus listrik


Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori arus listrik, yaitu arus bolak-balik
(Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Oleh karena itu ,
berdasarkan jenis arus listrik yang mengalir di saluran transmisi, maka saluran
transmisi terdiri dari:

1. saluran transmisi AC; didalam system AC, penaikan dan penurunan tegangannya
sangat mudah dilakukan dengan bantuan transformator dan juga memiliki 2 sistem,

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 1 Badaruddin Universitas Mercu Buana
sistem fasa tunggal dan sistem fasa tiga sehingga saluran transmisi AC memiliki
keuntungan lainnya, antara lain:
a. daya yang disalurkan lebih besar
b. nilai sesaat (instantaneous value)nya konstan, dan
c. mempunyai medan magnet putar

selain keuntungan-keuntungan yang disebutkan diatas, saluran transmisi AC juga


memilik kerugian, yaitu: tidak stabil, isolasi yang rumit dan mahal (mahal disini dalam
artian untuk menyediakan suatu isolasi yang memang aman dan kuat).

2. saluran transmisi DC; dalam saluran transmisi DC, daya guna atau efesiensinya
tinggi karena mempunyai factor daya = 1, tidak memiliki masalah terhadap stabilitas
terhadap system, sehingga dimungkinkan untuk penyaluran jarak jauh dan memiliki
isolasi yang lebih sederhana.

Berhubungan dengan keuntungan dan kerugiannya, dewasa ini saluran transmisi di


dunia sebagian besar menggunakan saluran transmisi AC. Saluran transmisi DC
baru dapat dianggap ekonomis jika jarak saluran udaranya antara 400km sampai
600km, atau untuk saluran bawah tanah dengan panjang 50km. hal itu disebabkan
karena biaya peralatan pengubah dari AC ke DC dan sebaliknya (converter &
inverter) masih sangat mahal, sehingga dari segi ekonomisnya saluran AC akan
tetap menjadi primadona dari saluran transmisi.

Tegangan Transmisi

Apabila tegangan transmisi dinaikkan, maka daya guna penyaluran akan naik oleh
karena rugi-rugi transmisi turun, pada besaran daya yang disalurkan sama. Namun,
penaikan tegan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan juga
biaya gardu induk.

Oleh karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan memperhitungkan


daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan (reliability),
biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan-tegangan yang sekarang
ada dan yang akan di rencanakan. Penentuan tegangan juga harus dilihat dari segi

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 2 Badaruddin Universitas Mercu Buana
standarisasi peralatan yang ada. Penentuan tegangan transmisi merupakan bagian
dari perancangan system tenaga listrik secara keseluruhan.

Tingkat tegangan yang lebih tinggi, selain untuk memperbesar daya hantar dari
saluran transmisi yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga untuk
memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran transmisi. Jelas sudah,
dengan mempertinggi tegangan maka tingkat isolasi pun harus lebih tinggi, dengan
demikian biaya peralatan juga akan tinggi.

Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan transmisi, di


Indonesia, pemerintah telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi sebagai
berikut:
a. Tegangan Nominal (kV): (30) - 66 - 150 - 220 – 380 – 500.
b. Tegangan tertinggi untuk perlengkapan (kV): (36) – 72,5 – 170 – 245 – 420 - 525.

Tegangan nominal 30 kV hanya diperkenankan untuk daerah yang tegangan


distribusi primer 20 kV tidak dipergunakan. Penentuan deret tegangan diatas,
disesuaikan dengan rekomendasi dari International Electrotechnical Commission
(IEC).

2.3 Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan


transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan
tinggi dan menengah melalui saluran udara (over head line dan bawah tanah . juga
transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya,
yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra
Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV).

Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah:


• Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
• Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-
isolator, dengan sistem tegangan tinggi.
• Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan 150
KV.

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 3 Badaruddin Universitas Mercu Buana
Beberapa hal yang perlu diketahui:
• Transmisi 30 KV dan 70 KV yang ada di Indonesia, secara berangsur-angsur mulai
ditiadakan (tidak digunakan).
• Transmisi 70 KV dan 150 KV ada di Pulau Jawa dan Pulau lainnya di Indonesia.
Sedangkan transmisi 275 KV dikembangkan di Sumatera.
• Transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa.

Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari :


• Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah, tegangan
menengah dan tegangan tinggi.
• Menggunakan kabel udara untuktegangan tingg dan tegangan ekstra tinggi.

Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari klasifikasi


tegangannya:

2.3.1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) 200 KV – 500


KV

• Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW.
• Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
• Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang (tower)
yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator
yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.
• Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial,
yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya protes
dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET, Permintaan ganti rugi
tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti rugi
sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya.
• Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500
km.

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 4 Badaruddin Universitas Mercu Buana
2.3.2 SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV – 150 KV
• Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV.
• Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar
netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
• Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-
masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
Berkas konduktor disebut Bundle Conductor.
• Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif adalah
100 km.
• Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu
besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah.
• Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring
system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan
dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.

2.3.3 SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV – 150 KV


SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan
beberapa pertimbangan :
• Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit
mendapatkan tanah untuk tapak tower.
• Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat,
karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
• Pertimbangan keamanan dan estetika.
• Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

Jenis kabel yang digunakan:


• Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link Poly
Etheline (XLPE).
• Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper
mpregnated).
Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:
• Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
• Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 5 Badaruddin Universitas Mercu Buana
• Pertimbangan fabrikasi.
• Pertimbangan pemasangan di lapangan.

Kelemahan SKTT:
• Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
• Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang
kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah kota (Pemkot)
sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan,
Kepolisian, dan lain-lain.

Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk desain
dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan
sesuai kebutuhan.

Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable)
dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:
• Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).
• Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).

Beberapa hal yang perlu diketahui:


• Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
• Direncanakan akan didibangun sub marine cable Jawa – Sumatera.
• Untuk Jawa – Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang
(diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.

2.3.4 SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV – 30 KV

• Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV.


Namun secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini
hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV.
• Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang
menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi,
sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).
• Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya hanya

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 6 Badaruddin Universitas Mercu Buana
pada jarak (panjang) antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari
jarak tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay pengaman tidak bisa bekerja
secara selektif.
• Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan likuiditas
atau keuangan, kondisi geografis dan lain-lain) transmisi SUTM di Indonesia
melebihi kondisi ideal di atas.

2.3.5 SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV – 20 KV

Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.

Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM adalah:


• Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.
• Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota dan
pemukiman padat.
• Pertimbangan segi estetika.

Beberapa hal yang perlu diketahui:


• Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga kabel
yang jauh lebih mahal dibanding penghantar udara dan dalam pelaksanaan
pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan banyak pihak.
• Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan
masalah, khususnya terjadinya kemacetan lalu lintas.
• Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit dan
memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM.
• Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM telah terpasang di wilayah PT.
PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.

2.3.6 SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR) 40 VOLT – 1000 VOLT

Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan
distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan
rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 7 Badaruddin Universitas Mercu Buana
adalah 220/ 380 Volt.

Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh:


• Susut tegangan yang disyaratkan.
• Luas penghantar jaringan.
• Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
• Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).
• susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan – 10 %, dengan radius pelayanan
berkisar 350 meter.

Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC).

2.3.7 SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR) 40 VOLT – 1000 VOLT

Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam
tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas
(ROW) tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.

Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan:


• Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya karena menggunakan
transmisi SKTM.
• Faktor estetika.

Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan,


terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek
estetika.

Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara


lain:
• Biaya investasi mahal.
• Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah.

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 8 Badaruddin Universitas Mercu Buana
• Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif lama
untuk perbaikannya.

2.4 Komponen-komponen utama dari saluran transmisi udara, terdiri dari:

1. MENARA TRANSMISI atau tiang transmisi, beserta pondasinya.

menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran transmisi
yang bisa berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu.
menurut penggunannya diklasifikasikan menjadi:
a. Tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu, umumnya digunakan untuk
saluran-saluran transmisi dengan tegangan kerja yang relatif rendah (dibawah 70
kV).
b. Menara baja, digunakan untuk saluran transmisi yang tegangan kerjanya tinggi
(SUTT) dan tegangan ekstra tinggi (SUTET).

menara baja itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, menjadi:


a. menara dukung.
b. menara sudut.
c. menara ujung.
d. menara percabangan.
e. menara transposisi.

Pembahasan mengenai menara atau tower transmisi dapat dibaca di sini

2. ISOLATOR.

jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas.

menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi:


a. isolator jenis pasak.
b. isolator jenis pos-saluran.
c. isolator gantung.

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 9 Badaruddin Universitas Mercu Buana
isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi
dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33 kV), sedangkan isolator
gantung dapat digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya
dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

3. KAWAT PENGHANTAR (KONDUKTOR)

jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah:
a. tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%)
b. tembaga dengan konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%)
c. aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)

kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan


kawat penghantar aluminium, karena konduktivitas dan kuat tariknya yang lebih
tinggi.
tetapi juga memiliki kelemahan, yaitu untuk besar tahanan yang sama, tembaga
lebih berat dan lebih mahal dari aluminium. oleh karena itu dewasa ini kawat
penghantar aluminium telah mulai menggantikan kedudukan kawat penghantar
tembaga.

Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium, digunakan campuran aluminum
(aluminium alloy). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak
antara menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik
yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.

Kawat penghantar aluminium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang sebagai
berikut:
a. AAC (All-Aluminium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat
dari aluminium.
b. AAAC (All-Aluminium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari campuran aluminium.
c. ACSR (Aluminium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
aluminium berinti kawat baja.

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 10 Badaruddin Universitas Mercu Buana
d. ACAR (Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.

4.KAWAT TANAH.

kawat tanah atau "ground wires" juga disebut kawat pelindung (shield wires),
gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap
sambaran petir. Jadi kawat tanah itu dipasang diatas kawat fasa, sebagai kawat
tanah umumnya digunakan kawat baja (steel wires) yang lebih murah, tetapi tidak
jarang digunakan ACSR.

Daftar pustaka
A. Arismunandar, S. Kuwara , “Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik”, jilid II,
Penerbit PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 1979.
T.S. Hutauruk, “Transmisi Daya Listrik”, Jurusan Elektroteknik, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Bandung, 1982.

Sistem Tenaga Listrik Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘12 11 Badaruddin Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai