Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Bab satu dimulai dengan suatu konsep pemikiran yang menjadi landasan

berpikir dan melatarbelakangi penulis untuk menentukan penelitian dan akan

dikaji dalam setiap bab pada penulisan tesis ini. Pada bab satu ini membahas

mengenai: Latar Belakang Masalah, Fokus dan Sub Fokus Penelitian, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Paradigma Penelitian, Kegunaan Penelitian dan

Penegasan Istilah.

A. Latar Belakang

Istilah misi bagi orang percaya, bukanlah suatu kata yang asing. Bahkan

banyak orang diluar komunitas orang percaya, telah mengidentikkan orang

Kristen dengan misi. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan misi?.

Sudahkah orang percaya tahu bahwa Allah telah membuka ‘jalan baru’ bagi

pekerjaan misi-Nya di dunia kesehatan?.


Kata misi yang dibahas disini sesungguhnya berasal dari bahasa Latin yaitu

Missio Dei, yang berarti misi Allah. Stevri Lumintang menulis bahwa untuk

mengerti arti misi, maka kita harus mengembalikannya kepada yang empunya

misi, yakni Allah sendiri, melalui Alkitab.1 Bagus Surjantoro menyatakan bahwa

Allah sangat serius dengan misi karena sesungguhnya misi adalah isi hati Allah

sendiri.2

Yohanes 3:16 mencatat isi hati Allah bagi dunia. Ayat tersebut berbunyi:

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan

Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak

binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Edmund Woga menyatakan bahwa

baik dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru

karya misi pertama-tama dilihat sebagai karya Allah, yakni Allah mengutus Anak-

Nya kepada dunia.3 John Stott berpendapat bahwa ‘Misi’ juga merangkul tugas

rangkap gereja untuk menjadi “garam dunia” dan “terang dunia” (Matius 5:13-16).4

Misi holistik yang diangkat dalam penelitian ini berarti misi yang dijabarkan

secara utuh atau menyeluruh. Artinya, tindakan pekabaran Injil yang menyatakan

keutuhan misi yaitu dengan cara menyatakan kata-kata (Injil/rohani) disertai

tindakan (perbuatan sosial/jasmani). Allah sendiri adalah tokoh misi holistik dalam

Alkitab. Penyertaan-Nya dalam kehidupan bangsa Israel yang tercatat dalam

1 Stevri Lumintang, Misiologia Kontemporer, (Batu: Departemen Literatur PPII, 2006), 18


2 Bagus Surjantoro, Hati Misi, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2005), 2
3 Edmund Woga, Dasar-dasar Misiologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 57
4 John R. Stott, Christian Mission in the Modern World, (London: Falcon, 1975), 30
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, memelihara dan memenuhi aspek jasmani

dan rohani bangsa Israel.

Di bidang kesehatan, ada sebuah pendekatan interdisipliner yang disebut

dengan Perawatan Paliatif. Beberapa dari kita, umumnya masih asing dengan

istilah Perawatan Paliatif. Apalagi tentang maknanya.

Kata “Paliatif” berasal dari kata Latin “Pallium” yang berarti jubah atau

mantel yang biasa dipergunakan untuk melindungi si pemakai dari kedinginan.

Kalau hal ini dikaitkan dengan pelayanan kesehatan, maka Perawatan Paliatif

berarti melindungi penderita dari berbagai penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit yang dideritanya.5 Menurut Sunaryadi Tejawinata, St Christopher’s

Hospice di London yang didirikan oleh Dame Cicely Saunders di tahun 1967,

menjadi kiblat bagi Perawatan Paliatif di dunia; dengan “total pain” yang terdiri

atas unsur-unsur fisik, psikologis, sosial, dan spiritual sebagai dasar

pelayanannya.6 Perawatan Paliatif sendiri adalah perkembangan langsung dari

gerakan Hospice.7

Pada tahun 2005 didapatkan definisi Perawatan Paliatif yang diberikan oleh

WHO (World Health Organization) sebagai berikut: Palliative Care is an integrated

system of care that improves the quality of life, by providing pain and symptom

relief, spiritual and psycososial support from diagnosis to the end of life and

5 R.Sunaryadi Tejawinata, SURABAYA Kota Paliatif Citra dan Pesonanya, (Surabaya:


Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP), 4
6 Ibid, 6
7 Waller A. and Caroline N. L., Palliative Care In Cancer. (Boston: Butterworth-Heinemann,

1996), xvii
bereavement. Jadi Perawatan Paliatif tidak hanya untuk penderita yang

penyakitnya tidak lagi responsif terhadap pengobatan kuratif, tetapi sejak

diagnosis ditegakkan sampai pada akhir hayat penderita bahkan setelah

penderita meninggal masih diteruskan dengan memberi dukungan untuk keluarga

penderita yang berduka.8 Dengan mengetahui definisi dari Perawatan Paliatif,

diharapkan para pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan

Perawatan Paliatif dalam penelitian ini.

Perawatan Paliatif adalah perawatan yang tidak hanya menekankan pada

aspek fisik saja, tetapi juga berfokus terhadap aspek-aspek psikososial,

emosional serta spiritual untuk meningkatkan kualitas hidup seorang pasien.

Dulu, Perawatan Paliatif hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara

medis sudah tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini Perawatan Paliatif

diberikan pada semua stadium kanker, bahkan juga pada penderita penyakit-

penyakit lain yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti

penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke,

Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi

seperti HIV/AIDS.9

Banyak kasus yang ditemukan ketika para pengidap penyakit kronis seperti

HIV ataupun kanker, malu untuk bersosialisasi dan tidak percaya diri dalam

8 R.Sunaryadi Tejawinata, SURABAYA…, 4


9http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20130506131833.Skmenkes_Nomor_812MENKES

SKVII2007Tentang_Kebijakan_Perawatan_Paliatif.pdf diakses tanggal 26 Oktober 2017 pukul


09.25 wib
menjalani kehidupannya. Saat hal seperti ini terjadi, Perawatan Paliatif

memainkan peran besarnya dalam meningkatkan kualitas hidup mereka agar

lebih baik lagi, walaupun mungkin Perawatan Paliatif tidak dapat menyembuhkan

penyakit mereka.

Selain kepada penderitanya, Perawatan Paliatif juga memberi dukungan

kepada seluruh anggota keluarga dan pelaku rawat lainnya. Perawatan Paliatif ini

dilakukan sejak tahap diagnosis, sepanjang pengobatan, hingga jelang ajal dan

pasca kematian.10 Di negara maju, perawatan khusus bagi mereka yang akan

segera meninggal merupakan kolaborasi antara keluarga dan para professional,

dan memberikan layanan medis, psikologis, sosial dan spiritual.11 Keberhasilan

keperawatan Paliatif sendiri bergantung pada kerja sama yang efektif dan

pendekatan interdisiplin antara dokter, perawat, pekerja sosial medis, rohaniawan

atau pemuka agama, relawan, dan anggota pelayanan lain sesuai kebutuhan.12

Pada tahun 1990, Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan

surat himbauan agar semua Rumah Sakit yang merawat penderita kanker

hendaknya memiliki Tim Kanker Rumah Sakit. Surat himbauan ini telah didahului

oleh Surat Menteri Kesehatan Republik Indonesia 604/MENKES/SK/IX/1989

sehubungan dengan pembentukan Komite Nasional Penanggulungan Penyakit

Kanker, yang memiliki 4 (empat) subkomite termasuk di dalamnya Subkomite

10 https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20151013173237-255-84760/mengenal-
lebih-jauh-perawatan-paliatif/ diakses tanggal 11 November 2017 pukul 06.29
11 https://www.slideshare.net/christinlombu/bab-i-38441995 diakses tanggal 3 Oktober

pada pukul 10.02


12 Abdul Muhith dan Sandu Siyoto, Pendidikan Keperawatan Gerontik, (Yogyakarta: ANDI,

2016), 236
Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri. Baru pada 19 Juli 2007, terbitlah SK Menteri

Kesehatan 812/MenKes/SK/VII/2007 tentang kebijakan Perawatan Paliatif.13

Namun, apakah kebijakan ini telah dilaksanakan oleh setiap Rumah Sakit di

Indonesia?. Dalam implementasinya, ditemukan beberapa hambatan yang

menyebabkan pelayanan Perawatan Paliatif perkembangannya sangat lamban di

tiap daerah di Indonesia.

Negara Republik Indonesia yang luas area 1.919.440 kilometer persegi,

adalah urutan luas negara yang ke 15 di dunia dengan 33 provinsi. Sampai

sekarang fasilitas pelayanan Perawatan Paliatif hanya ada di 6 (enam) ibu kota

provinsi yakni: DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan

Sulawesi Selatan.14 Sedangkan para penderita yang membutuhkan Perawatan

Paliatif tidak hanya mereka yang berdomisili di keenam kota besar tersebut, tetapi

terdapat di seluruh wilayah Nusantara. Ini seharusnya suatu hal yang sangat

memprihatinkan, mengingat pelayanan Perawatan Paliatif bagi masyarakat

Indonesia telah dimulai pada tahun 1992 (20 tahun yang lalu).15

Di sisi lain, jumlah anggota masyarakat Indonesia yang menerima konsep

Perawatan Paliatif juga masih sangat kecil, yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Salah satunya, banyak dari mereka, baik penderita maupun bukan, menganggap

Perawatan Paliatif hanya dibutuhkan oleh para penderita yang sudah tinggal

menunggu hari. Ini adalah persepsi yang salah terhadap peran dan fungsi

13 R.Sunaryadi Tejawinata, SURABAYA…, 54


14 Ibid, 200
15 Ibid.
Perawatan Paliatif. Kurangnya sosialisasi yang merata dari pemerintah dalam hal

ini Dinas Kesehatan kepada masyarakat di Indonesia, juga pertumbuhan jumlah

Relawan Paliatif menjadi indikator masih rendahnya pemahaman masyarakat

Indonesia tentang Perawatan Paliatif.

Di Kota Wisata Batu, Rumah Sakit Baptis Batu lah yang memperkenalkan

istilah dan pelayanan Perawatan Paliatif kepada masyarakatnya. Rumah Sakit

Baptis Batu sebagai satu-satunya Rumah Sakit yang bernuansa Kristen di Kota

Wisata Batu, hadir menjadi pionir bagi gerakan Paliatif di Kota Wisata Batu dan

Malang raya. Dalam setiap pelayanannya, konsep Kekristenan tidak dapat

dilepaskan dari Rumah Sakit ini. Misi Rumah Sakit Baptis Batu yaitu memberikan

pelayanan kesehatan prima secara holistik berlandaskan Kasih Kristus kepada

setiap orang, tanpa membedakan status sosial, golongan, suku dan agama.16

Pelayanan Perawatan Paliatif oleh Rumah Sakit Baptis Batu sendiri sudah

berlangsung selama sembilan tahun sejak tahun 2008.

Tim Paliatif Rumah Sakit Baptis Batu terdiri dari: dokter, perawat, psikolog,

pekerja sosial medis, ahli gizi, rohaniawan dan relawan. Tim Paliatif Rumah Sakit

Baptis Batu rutin melakukan kunjungan ke rumah-rumah pasien kanker (home

care) setiap hari Senin-Jumat. Daerah yang telah dijangkau oleh tim palitif Rumah

Sakit sendiri sudah merambah dari seluruh kawasan Kota Wisata Batu sampai

kawasan Malang raya. Visi Rumah Sakit Baptis Batu adalah menjadi pilihan

16 http://www.rsbaptisbatu.com/index.html diakses 26 Oktober 2017, pukul 13.30 wib


utama masyarakat Malang raya karena pelayanan kesehatan yang berpusat pada

pasien dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien.17

Relawan yang tergabung dalam tim Paliatif terdiri atas individu-individu dari

berbagai disiplin, kedudukan sosial, pekerjaan, budaya, ras serta spiritual yang

majemuk. Menurut Tejawinata, hal ini diharapkan dapat menjembatani penderita

dan keluarganya yang berlatar belakang majemuk di satu pihak, dengan tenaga

medis di lain pihak.18 Meskipun demikian, untuk dapat bergabung menjadi

seorang relawan, seseorang perlu menjalani pelatihan-pelatihan guna

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tugasnya.

Sampai saat ini jumlah relawan yang telah bergabung dalam Relawan

Paliatif Kota Wisata Batu baru berjumlah 70 orang. Sayangnya, dari ketujuh puluh

relawan tersebut hanya sedikit relawan yang beragama Kristen. Di antara relawan

Kristen yang sudah bergabung pun, hanya sedikit juga yang berkominten dalam

melayani sebagai Relawan Paliatif. Beberapa relawan yang beragama Kristen

jarang mengikuti pertemuan rutin relawan yang dilaksanakan sebulan sekali;

jarang juga ikut dalam kegiatan home care dan juga acara-acara besar yang

diselenggarakan oleh Tim Paliatif Kota Wisata Batu bersama Rumah Sakit Baptis

Batu.

17 Ibid.
18 R.Sunaryadi Tejawinata, SURABAYA…, 52
Hal berikutnya yang menjadi perhatian penulis adalah kenyataan bahwa

dalam rangka memberikan pelayanan holistik kepada pasien dan keluarganya,

baik rohaniawan maupun relawan dan tim medis Rumah Sakit, tidak pernah

melakukan pelayanan pribadi kepada masing-masing pasien. Padahal pelayanan

pribadi yang utuh sangat diperlukan secara khusus bagi pasien yang akan

menjelang kematiannya. Kepastian keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus

serta jaminan hidup kekal bersama-Nya adalah hal yang perlu sekali didengar

dan diketahui oleh para pasien. Tentunya, banyak hal yang menyebabkan sampai

pelayanan pribadi ini tidak berjalan dengan baik.

Seorang dokter yang juga hamba Tuhan, dr. E. Fountain menyatakan

bahwa yang perlu dipulihkan bukan hanya tubuh, tetapi juga jiwa dan roh.19

Dalam tulisannya, Fountain mengutip pepatah yang sangat bermakna dalam

Kitab Yesaya: “Sebab tempat tidur akan kurang panjang untuk dipakai

membujurkan diri dan selimut akan kurang lebar untuk dipakai menyelubungi diri.”

(Yesaya 28:20) Menurutnya ini suatu analisis yang tepat sekali dari Yesaya bila

ditujukan pada ilmu kedokteran modern dan sistem perawatan kesehatan masa

kini.

Fountain menulis :

Ilmu pengetahuan kedokteran sudah merancang tempat tidur yang


hebat bagi orang-orang sakit, tetapi kurang panjang. Tempat tidur
itu hanya cukup bagi tubuh Anda, tetapi tidak ada tempat bagi jiwa
atau roh Anda. Ilmu psikologi sudah merajut selimut yang hangat
dan nyaman, tetapi kurang lebar. Tidak cukup untuk menyelimuti

19 Daniel E. Fountain, Allah, Kesembuhan Medis & Mukjizat (Bandung: Lembaga Literatur

Baptis, 2002), 16
roh Anda. Sebagai manusia, kita adalah makhluk yang mempunyai
roh; kita juga makhluk sosial. Ilmu pengetahuan kedokteran
menghasilkan hal-hal yang mengagumkan pada tubuh manusia,
dan ilmu pengetahuan psikologi dapat berbuat banyak menyangkut
hal-hal psikologis. Akan tetapi, perkara pemulihan jiwa dan roh,
perkara menjalin kembali hubungan yang benar dengan orang lain,
perkara pemulihan manusia seutuhnya - ini memerlukan sesuatu
yang lebih dari itu.20

Satu peristiwa yang menjadi tantangan, yang pernah penulis jumpai adalah

ketika seorang rohaniawan (hamba Tuhan dari pihak Rumah Sakit), selesai

berdoa dengan salah seorang pasien non Kristen yang minta didoakan olehnya.

Seorang relawan non Kristen yang ikut dalam home care hari itu kemudian

menegur rohaniawan tersebut untuk jangan menyebut nama Tuhan Yesus

dengan keras ketika akan berdoa dengan pasien-pasien yang non Kristen.

Masalah lainnya yang penulis jumpai adalah seperti yang dicatat oleh E.

Funtain. Fountain mencatat bahwa orang-orang ini yang memberi Perawatan

dalam bidang yang berbeda-beda (caregivers) biasanya tidak pernah bertemu

satu sama lain, apalagi membicarakan pasien yang sama, yang berada di bawah

perawatannya masing-masing pada waktu yang bersamaan.21 Ini menjadi sebuah

rintangan besar dalam pelayanan sebagai satu tim.

Rumah Sakit Baptis Batu sampai saat ini adalah satu-satunya Rumah Sakit

di Kota Wisata Batu yang telah terbentuk dan berjalan tim Paliatif Rumah Sakit

nya. Pertanyaannya adalah, sudahkah “total pain” yaitu perawatan yang terdiri

atas unsur-unsur fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang menjadi dasar

20 Ibid, 17
21 Daniel E. Fountain, Allah…, 43-44
Perawatan Paliatif, dipraktekkan dalam setiap pelayanannya? Lalu,

bagaimanakah jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang telah

dijabarkan di atas serta apa kaitannya dengan misi holistik?

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka penulis akan mencoba

menguraikan suatu pemikiran dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul:

Model Misi Holistik dan Implementasinya bagi Tim Paliatif Rumah Sakit Baptis

Batu.

B. Fokus dan Subfokus Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang penulisan di atas, maka

yang menjadi fokus penelitian ini adalah: “Model Misi Holistik dan

Implementasinya bagi Tim Paliatif Rumah Sakit Baptis Batu.” Mengingat luasnya

jangkauan peneitian maka subfokus-subfokus penelitian ini diperinci lagi sebagai

berikut:

1. Model Misi Holistik

2. Perawatan Paliatif

3. Implementasi Misi Holistik bagi Tim Paliatif

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus dan subfokus yang telah diuraikan sebagai-mana

tersebut di atas maka perumusan masalah yang mendasar untuk mengarah dan

memperdalam kajian atau penelitian tentang “Model Misi Holistik dan


Implementasinya bagi Tim Paliatif Rumah Sakit Baptis Batu” adalah sebagai

berikut:

1. Apa saja model misi holistik?

2. Apa yang dimaksudkan dengan Perawatan Paliatif secara umum?

3. Bagaimana implementasi misi holistik bagi tim Paliatif di Rumah Sakit

Baptis Batu?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan menjadi kerangka kajian dan yang

akan mensistemmatiskan tulisan ini.

D. Tujuan Peneltian

Bertolak dari latar belakang penulisan yang telah dikemukakan

sebelumnya, khususnya berkenaan dengan masalah-masalah dan berdasarkan

pertanyaan-pertanyaan penyelidikan di atas, maka maksud dan tujuan tulisan ini

ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja model misi holistik

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksudkan dengan pelayanan Perawatan

Paliatif

3. Untuk mengetahui implementasi misi holistik bagi tim Paliatif di Rumah

Sakit Baptis Batu


E. Paradigma Penelitian

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma penelitian

naturalistik (paradigma alamiah). Paradigma naturalistik mengansumsikan bahwa

perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami

melalui analisis atas lingkungan alamiah (natural setting) mereka. 22 R. Borg

menyatakan bahwa penelitian fenomenologi dan etnografi tergolong dalam

paradigma naturalistik, sehingga keduanya memiliki banyak kesamaan

karakteristik.23 Menurut J. Moleong peneliti dalam pandangan fenomenologis,

berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang–orang

yang berada dalam situasi-situasi tertentu.24 Sedangkan pendekatan etnografis

yang digunakan secara umum adalah pengamatan-berperan serta sebagai

bagian dari penelitian lapangan.25

F. Kegunaan Penelitian

Berkenaan dengan Penelitian yang sedang penulis lakukan ini, penulis

merasa perlu untuk mengkajinya lebih dalam melalui bentuk tulisan, dengan

harapan penulis, tulisan ini nantinya berguna:

22 Lexi. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2007), 49
23 Walter R. Borg and Meredith D. Gall, Educational Research: An Introduction, Fifth

Edition (New York: Longman, 1989), 385-390


24 Lexi. J. Moleong, Metodologi…, 17
25 Ibid, 26
1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kesehatan dalam bentuk Perawatan Paliatif,

dan ikut serta dalam memberikan sumbangsih terhadap perkembangan

pengetahuan yang berkenaan dengan misi holistik dalam bidang kesehatan.

2. Bagi Orang Kristen

Penelitian ini dapat dijadikan sumbangsih pemikiran bagi semua orang

Kristen di seluruh dunia sebagai salah satu cara untuk memberitakan

keselamatan di dalam Nama Yesus Kristus.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini sangat berguna bagi penulis untuk belajar lebih mendalam

serta memahami lebih tajam mengenai dunia misi dan kesehatan, sehingga akan

menunjang pelayanan penulis sebagai seorang hamba Tuhan yang juga

melayani dalam bidang kesehatan sebagai seorang relawan Paliatif. Penelitian

ini juga sebagai pertanggung jawaban dalam menyelesaikan program Master of

Theology.

G. Penegasan Istilah

Berkenaan dengan judul penelitian yang penulis ambil yaitu “Model Misi

Holistik Dalam Perawatan Paliatif dan Implementasinya bagi Tim Paliatif Rumah
Sakit Baptis Batu”, maka penulis merasa perlu untuk menegaskan beberapa

istilah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Misi Holistik

Misi gereja yang bersifat menyeluruh (holistik) adalah misi yang bersangkut-

paut dengan keterlibatan sosial. Yesus datang untuk menyelamatkan dunia ini.

Dan “dunia” berarti dunia di sekitar saya dengan segenap pergumulan-

pergumulannya.26

2. Perawatan Paliatif

Adalah Perawatan kepada penderita atau pasien sejak diagnosis

ditegakkan sampai pada akhir hayat, bahkan setelah penderita meninggal masih

diteruskan dengan memberi dukungan untuk keluarga penderita yang berduka.27

Perawatan Paliatif adalah pelayanan aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh

satu tim dari berbagai disiplin ilmu. Tim Paliatif terdiri dari tim terintegrasi, antara

lain dokter, perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja sosial medis, ahli gizi,

rohaniawan, dan relawan.28

26 Emanuel Gerrit Singgih, Berteologi Dalam Konteks: Pemikiran-pemikiran Mengenai

Kontekstualisasi Teologi di Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 163


27 R.Sunaryadi Tejawinata, SURABAYA…, 4
28 Abdul Muhith dan Sandu Siyoto, Pendidikan…, 236

Anda mungkin juga menyukai