Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Fleksibilitas pada tubuh manusia secara umum didefinisikan sebagai suatu

rentang pergerakan di sekitar sendi atau sekelompok sendi tertentu dalam

kombinasi fungsional. Sedangkan fleksibilitas otot–otot lumbal merupakan

kemampuan maksimum otot–otot di regio lumbal untuk menggerakkan sendi dalam

jangkauan gerakan. Fleksibilitas dapat diukur untuk menentukan seberapa fleksibel

seorang individu. Banyak faktor yang mempengaruhi fleksibilitas pada tubuh

manusia, diantaranya adalah jaringan tubuh, sistem saraf, psikis, usia, jenis

kelamin, temperatur tubuh, serta partisipasi yang teratur dan frekuensi dalam

olahraga.1–3

Tulang punggung (spine) berfungsi sebagai penopang tubuh yang baik

karena memiliki dua jenis stabilisator (stabilisator intrinsik dan stabilisator

ekstrinsik). Di dalam fleksibilitas trunkus diperlukan adanya kelentukan pada otot-

otot punggung, otot–otot abdomen, tendon, ligamen dan sendi. Kurangnya

fleksibilitas dari otot – otot tersebut yang akan mengakibatkan terbatasnya lingkup

gerak sendi (LGS) dan oleh karena adanya kekuatan otot dan tendon sehingga dapat

menyebabkan kontraktur sendi.4,5

Setiap kegiatan sehari-hari tanpa disadari oleh masyarakat disibukkan

dengan berbagai kegiatan yang membutuhkan pergerakan sendi, dan seringkali

bekerja tanpa memperhitungkan waktu untuk istirahat. Sikap kerja yang kurang

1
2

baik, posisi atau teknik saat menyelesaikan pekerjaan yang salah dapat

menimbulkan masalah, salah satunya stress/ strain pada otot, tendon, dan ligamen

yang apabila dilakukan terus menerus menyebabkan keluhan nyeri punggung.6

Kebiasaan duduk mahasiswa saat kegiatan perkuliahan pada posisi yang

salah dan terlalu lama, akan dapat menimbulkan nyeri pinggang. Posisi tersebut

menimbulkan tekanan tinggi pada saraf, otot, dan tulang. Posisi duduk selama 15

sampai 20 menit akan menyebabkan otot punggung biasanya mulai letih kemudian

mulai dirasakan nyeri punggung bawah. Orang yang duduk tegak lebih cepat letih,

karena otot-otot punggungnya lebih tegang sementara orang yang duduk

membungkuk kerja ototnya lebih ringan namun tekanan pada bantalan saraf lebih

besar. Hal tersebut akan mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari otot-otot

tulang belakang menjaga keseimbangan, yang jika dibiarkan terus menerus maka

akan terjadi overuse pada salah satu sisi otot yang dalam waktu terus menerus dan

hal yang sama yang terjadi adalah ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu

sisi. Jika hal ini berlangsung terus menerus pada sistem muskulosketal tulang

belakang akan mengalami bermacam – macam keluhan antara lain: nyeri otot,

keterbatasan gerak (range of motion) dari tulang belakang atau back pain,

kontraktur otot, dan penumpukan problematic akan berakibat pada terganggunya

aktivitas kehidupan sehari-hari bagi penderita, seperti halnya gangguan pada sistem

pernapasan, sistem pencernaan, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.2,6,7,8


3

Tingkat kelenturan yang adekuat dapat meningkatkan mobilitas lumbal dan

kemampuan fungsional individu dan mengurangi kemungkinan terjadinya resiko

ketegangan otot. Maka dari itu, diperlukan usaha untuk memulihkan mobilitas

lumbal dan aktivitas fungsional lumbal yaitu dengan program back exercises.

Berbagai metoda back exercises telah dikembangkan, diantaranya adalah latihan

fleksi punggung (Williams’ flexion exercises), dan latihan ekstensi punggung

(Mckenzie exercises) yang secara teoritis dapat mengurangi tekanan beban tubuh

(articular weight-bearing stress) pada sendi faset vertebrae dan meregangkan fasia

serta otot-otot perut (untuk latihan fleksi) dan otot-otot dorsolumbal (untuk latihan

ekstensi), sehingga bermanfaat untuk memulihkan mobilitas atau fleksibilitas

lumbal. 6–11

Penelitian oleh Gupta (2015) menunjukkan bahwa hasil dari dilakukannya

McKenzie Exercises dapat menghasilkan penghilang rasa sakit, mobilitas lumbal,

kembali berfungsi normal di aktivitas sehari-hari, meminimalkan jumlah kunjungan

rumah sakit dan jumlah sesi perawatan yang dibutuhkan memulihkan. Hasil

dilakukannya Williams’ Flexion Exercises adalah pengurangan rasa nyeri, dan

memberikan tubuh bagian bawah (lower trunk) kekuatan dengan mengembangkan

secara aktif otot – otot abdominal, gluteus maximus, hamstring, dan secara pasif

meregangkan otot – otot flexor panggul, dan sacrospinal.8,12

Penelitian lain yang dilakukan oleh Mark (2016) membuktikan bahwa pada

perlakuan McKenzie tidak mengakibatkan penambahan ketebalan otot – otot


4

trunkus, meningkatkan derajat fungsional ataupun mengurangi rasa nyeri punggung

yang signifikan. Sedangkan peneliti Dachlan (2009) menyatakan terjadi

pengurangan nyeri lebih baik pada model William dan peningkatan fleksibilitas

lebih baik pada model McKenzie.7,13

Sejauh yang diketahui peneliti belum ada penelitian yang mencukupi untuk

menunjukkan perbandingan antara Williams’ Flexion Exercises dan Mckenzie

Exercises untuk meningkatkan fleksibilitas lumbal serta penerapannya dalam

mengurangi risiko ataupun mencegah low back pain. Berdasarkan uraian di atas,

maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai perbandingan

keduanya.8,9,12,13

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah terdapat perbedaan derajat fleksibilitas lumbal sebelum dan setelah

melakukan Williams’ flexion exercises?

2. Apakah terdapat perbedaan derajat fleksibilitas lumbal sebelum dan setelah

melakukan McKenzie exercises?

3. Apakah terdapat perbedaan derajat fleksibilitas lumbal setelah melakukan

William’ flexion exercises dan metoda Mckenzie exercises?


5

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat perbedaan

fleksibilitas setelah melakukan Mckenzie exercises dan Williams’ flexion

exercises.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menganalisis perbedaan derajat fleksibilitas lumbal sebelum dan sesudah

melakukan Williams’ flexion exercises.

2. Menganalisis perbedaan derajat fleksibilitas lumbal sebelum dan sesudah

melakukan Mckenzie exercises.

3. Menganalisis perbedaan derajat fleksibilitas lumbal setelah melakukan

Williams’ flexion exercises dan Mckenzie exercises.

1.4 Manfaat penelitian

1. Menambah wawasan penulis dan masyarakat tentang manfaat back

exercises dengan dengan metoda Williams’ flexion exercises dan Mckenzie

exercises dalam meningkatkan fleksibilitas lumbal.

2. Memberikan informasi mengenai modalitas terapi fisik yang digunakan

dalam pencegahan NPB mekanik subakut dan kronik

3. Memberikan data pendukung agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

penelitian selanjutnya tentang penerapan back exercises dalam

meningkatkan fleksibilitas lumbal.


6

1.5 Keaslian penelitian

Tabel 1. Orisinalitas penelitian

No Peneliti Metode Hasil


1 Gupta,Sapna Penelitian ini dilakukan NPRS (Numeric Pain Rating
(2015) dengan metode penelitian Scale) pada kelompok eksperimen
A Comparison Experimental Study, dan yang melakukan Mckenzie
Between Randomized Control Trial exercises meningkat sebanyak
Mckenzie dengan subyek penelitian 65,8 % sedangkan pada kelompok
Extensions sebanyak 30 (Penderita Low kontrol yang melakukan Williams’
Exercises Back Pain) dan dibagi menjadi flexion exercises meningkat
Versus 2 kelompok yaitu kelompok 1 sebanyak 53,2%. Sehingga dari
Wiliiams’ adalah kelompok kontrol yang penelitian ini didapatkan bahwa
flexion melakukan latihan Williams’ Mckenzie exercises lebih efektif
exercises For flexion exercises dan kelompok dalam mengurangi rasa sakit pada
Low Back Pain 2 adalah kelompok pasien Low Back Pain
In eksperimental yang melakukan dibandingkan dengan metode
B.Pt. Students Mckenzie Exercises selama 6 Williams’ flexion exercises.
minggu. Kemudian diukur
efektivitasnya dalam
mengurangi rasa nyeri pada
punggung bawah dengan
Numeric Pain Rating Scale
(NPRS)
7

Tabel 1. Orisinalitas penelitian (lanjutan)


No Peneliti Metode Hasil
2. Dachlan, Leo M. Penelitian bersifat eksperimen Terjadi pengurangan nyeri lebih
(2009) semu dengan rancangan baik pada model William dan
Pengaruh Back pretest-posttest dengan subyek peningkatan fleksibilitas lebih
exercises pada penelitian sebanyak 40 orang baik pada model McKenzie
nyeri punggung yang memenuhi kriteria inklusi
bawah (Studi (pasien low back pain) dan
eksperimen dibagi dalam 2 kelompok.
perbandingan Kelompok I dengan perlakuan
dua model latihan back exercises dengan model
punggung bawah William, dan kelompok II
di Rumah Sakit dengan perlakuan back
dr. Moewardi exercises dengan model
Surakarta) McKenzie selama 5 bulan.
Kemudian diukur
efektivitasnya menggunakan
VAS (pengukuran tingkat
nyeri) dan Schober Test
(pengukuran fleksibilitas)

3. Purnama, Aditya penelitian observasional Uji Spearman menunjukkan


(2007) dengan pendekatan cross terdapat hubungan bermakna
Hubungan sectional. Sample dipilih antara Indeks Massa Tubuh
Antara Indeks secara consecutive sampling dengan MST.
Massa Tubuh sejumlah 70 mahasiswa.
Dengan Pengukuran fleksibilitas
Fleksibilitas lumbal diukur dengan MST
Lumbal (Modified Schober Test )
Pada Laki-Laki
Dewasa
Kelompok Umur
19-21 Tahun

4. Setiasih, (2012) Penelitian ini menggunakan William Flexion Exercises


Pengaruh pendekatan Quasi Eksperiment berpengaruh terhadap nyeri
William Flexion dan desain penelitian Pre and punggung bawah miogenik. Core
Exercises dan Post test with control design. Stabilization Exercises
Core Jumlah sampel pada berpengaruh terhadap nyeri
Stabilization penelitian ini adalah 22 punggung bawah miogenik.
Exercises sampel, terdiri dari 11 subyek Terdapat perbedaan pengaruh
terhadap Nyeri perlakuan William Flexion antara William Flexion Exercises
Punggung Bawah Exercises dan 11 subyek dan Core
Miogenik perlakuan Core Stabilization Stabilization Exercises terhadap
Exercises. nyeri punggung bawah miogenik.
8

Tabel 1. Orisinalitas penelitian (lanjutan)


No Peneliti Metode Hasil
5. Mark H. 70 orang dengan nyeri Tidak ada perbedaan signifikan
Halliday (2016) punggung bawah kronis antar kelompok yang untuk
A Randomized menunjukkan preferensi ketebalan otot-otot trunkus.
Controlled Trial terarah menggunakan Perceived recovery sedikit lebih
Comparing the penilaian McKenzie secara unggul pada kelompok McKenzie.
McKenzie acak menerima perlakuan Tetapi Tidak ada perbedaan antara
Method to selama 8 minggu dengan kelompok yang signifikan untuk
Motor Control metode McKenzie atau dengan nyeri atau fungsi
Exercises in motor control approaches.
People With Semua hasil dikumpulkan pada
Chronic Low awal dan pada follow up 8
Back Pain and a minggu oleh blinded assessors
Directional
Preference

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengambil

sampel dewasa muda yang tidak mengalami nyeri punggung bawah, tempat dan

metode pengukuran yang berbeda serta untuk memperoleh data yang representatif

mengenai perbandingan pengaruh Willams’ flexion exercises dan Mckenzie

exercises terhadap fleksibilitas lumbal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi fungsional kolumna lumbal

2.1.1 Columna vertebralis

Spine atau columna vertebralis membentuk struktur dasar batang

tubuh, yang terdiri dari 33-34 vertebra (7 vertebra cervikalis, 12 vertebra

thorakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis, dan 5 vertertebra

coccygea) dan discus intervertebralis). Spine merupakan persendian

dengan banyak segmen tetapi satu kesatuan fungsional yang berfungsi

menjaga tubuh tetap tegak dan menjaga keseimbangan gravitasi.Antara

ruas-ruas tulang belakang dihubungkan oleh discus intervertebralis.

Setiap discus intervetebralis menerima beban yang berbeda satu dengan

yang lain, beban pada lumbal spine paling besar, secara anatomi

kinesiologi mempunyai arti spesifik yaitu sikap atau posisi torsion

ataupun disequal mempengaruhi gerak dan fungsi pinggang secara

keseluruhan dan akan menimbulkan patologi tertentu. 4,7,10

Pada masing-masing columna vertebralis dari spine mempunyai :

1. Postur

Postur columna vertebralis membentuk lengkungan dalam bidang

sagital berupa lordosis pada servikal dan lumbal, dan kifosis pada

thorakalis dan sakrum, dalam bidang frontal lurus. Lengkung kolumna

vertebralis dipertahankan oleh kerja otot-otot stabilisator global (global

9
10

muscle) dan otot inti (core muscle) melalui kontraksi isometric secara

efisien, membentuk posisi tegak normal. Pada posisi tersebut gaya yang

bekerja pada tiap bagian tubuh tidak menimbulkan cidera pada jaringan

columna vertebralis. 5,10,14,15

2. Stabilitas columna vertebralis

Stabilitas trunkus terbentuk oleh otot-otot global dan otot-otot inti

fungsi utamanya untuk mempertahankan postur. Otot-otot global terdiri

dari : m. rectus abdominis, m. oblique external dan internal, m.

quadratus lumborum, m. erector spine, m. illiopsoas. Sedangkan otot-

otot inti terdiri dari : transverses abdominis, lumbar multifidus,

diagpragma dan pelvic floor 4

3. Gerakan

Gerak yang dibentuk oleh anggota atas maupun anggota bawah

terjadi dengan terkontrol bila stabilitas trunkus baik antara otot global

dan otot inti. Menganalisis gerakan columna vertebralis dapat dilakukan

dengan melakukan analisis terhadap segmen gerak yang terdiri atas

koordinasi gerakan antara lumbal spine dan pelvis.4,10


11

Gambar 1.

Kolumna Vertebralis tampak depan, belakang, samping


Dikutip dari Netter4

2.1.2 Lumbal spine

Vertebra lumbalis lebih besar dan tebal membentuk kurva lordosis

dengan puncak L3 sebesar 2–4 cm, menerima beban sangat besar dalam

bentuk kompresi maupun gerakan. Stabilitas dan gerakannya ditentukan

oleh facet, discus, ligament dan otot disamping korpus itu sendiri.

Berdasarkan arah permukaan facet joint maka facet joint cenderung dalam

posisi bidang sagital sehingga pada regio lumbal menghasilkan dominan

gerak yang luas yaitu fleksi-ekstensi lumbal.5,16


12

2.1.3 Discus intervertebralis lumbal

Diantara dua corpus vertebra dihubungkan oleh diskus vertebralis,

merupakan fibrokartilago kompleks yang membentuk articulasio antara

corpus vertebra, dikenal sebagai symphisis joint yang memungkinkan

gerak yang luas pada vertebra. Setiap diskus terdiri atas 2 komponen

yaitu :

1. Nucleus pulposus

Merupakan substansia gelatinosa yang berbentuk jelly transparan,

mengandung 90% air, dan sisanya adalah kolagen dan proteoglikan.

Nukleus pulposus tidak mempunyai pembuluh darah dan saraf tetapi

memiliki kandungan cairan yang sangat tinggi maka dia dapat menahan

beban kompresi serta berfungsi sebagai shock absorber.

2. Annulus fibrosus

Annulus fibrosus tersusun oleh serabut konsentrik jaringan kolagen

yang saling menyilang secara vertikal satu sama lainnya sehingga lebih

sensitif pada strain rotasi daripada beban kompresi, tension, dan shear.

Secara mekanis, annulus fibrosus berperan sebagai coiled spring

terhadap beban tekanan dengan mempertahankan korpus vertebra secara

bersamaan melawan tahanan dari nukleus pulposus yang bekerja seperti

bola. Diskus intervetebralis akan mengalami pembebanan pada setiap

perubahan postur tubuh. Tekanan yang timbul pada pembebanan diskus


13

intervertebralis disebut tekanan intradiskal. Tekanan intradiskal

berhubungan erat dengan perubahan postur tubuh. Tekanan intradiskal

pada lumbal yaitu pada L3-L4 karena L3-L4 menerima beban

intradiskal yang terbesar pada regio lumbal.4,15

2.1.4 Facet joint

Sendi faset dibentuk oleh processus articularis superior dari

vertebra bawah dengan processus articularis inferior dari vertebra atas.

Sendi faset termasuk dalam non-axial diarthrodial joint.

Sendi faset menopang sekitar 30% beban kompresi pada spine,

terutama pada saat spine hiperekstensi. Gaya kontak yang paling besar

terjadi pada L5-S1. Apabila discus intervertebralis dalam keadaan baik,

maka facet joint akan menyangga beban axial sekitar 20 % sampai dengan

25%, tetapi ini dapat mencapai 70% apabila discus intervertebralis

mengalami degenerasi. Facet joints juga menahan gerakan torsi sampai

40%. 10

2.1.5 Sistem ligamen pada Columna vertebralis

Ligamen utama dari tulang lumbal (lumbar spine) adalah ligamentum

longitudinal anterior (ligamen yang tebal dan kuat, dan stabilisator pasif

gerakan ektensi lumbal), ligamentum longitudinal posterior (ligamen yang

sensitif karena banyak serabut saraf afferent nyeri (A delta dan tipe C, serta

berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal), ligamentum


14

flavum (mengandung banyak serabut elastin dan mengontrol gerakan fleksi

lumbal), ligamentum supraspinosus dan interspinosus (stabilisator pasif

saat gerakan fleksi lumbal), dan ligamentum intertransversum (mengontrol

gerakan lateral fleksi kearah kontralateral).4,7,17

2.1.6 Sistem muskular trunkus

2.1.6.1 Anatomi dan fisiologi otot-otot trunkus

Secara garis besar, otot-otot di regio punggung dikelompokkan menjadi

tiga kelompok, yaitu kelompok superficial, intermediate dan profunda.

Kelompok superficial dan intermediate mencakup otot-otot punggung

ekstrinsik yang berperan dalam mengontrol gerakan extremitas dan juga

gerakan pernafasan. Kelompok profunda mencakup otot-otot punggung

intrinsik yang secara spesifik berperanan menggerakan columna vertebalis

dan mempertahankan postur tubuh tertentu. 4

Otot- otot lapisan paling dalam yang berperan sebagai stabilisator gerak

tubuh yakni otot tranversus abdominus, otot multifidus, otot diafragma dan

diafragma pelvis. Sedangkan otot lapisan luar adalah otot rektus abdominus,

otot obliqus abdominus eksternus dan internus, dan otot quadratus

lumborum.18
15

Tabel 2. Prinsip kerja otot yang menghasilkan gerakan di regio thoracal

dan lumbal

Flexi Extensi Lateral Flexi Rotasi


Kerja bilateral Kerja bilateral Kerja bilateral Kerja bilateral
dari: dari: dari: dari:
 Rectus  Erector spine  Iliocostalis  Rotator
abdominalis  Multifidus dan  Multifidus
 Psoas mayor  Semispinalis lumborum  Obliquus
 Gravitasi thoracis  Longisimus abdomini
thoracis externus
 Obliquus bekerja
abdominis dengan
externus dan sinkron
internus dengan
 Quadratus obliquus
lumborum abdominis
internus yang
berlawanan
 Semispinalis
thpracis.

2.1.6.2 Kelompok otot-otot superficialis (ekstrinsik)

Otot-otot ekstrinsik superficial (trapezius, latissimus dorsi, levator

scapulae dan rhomboidei) menghubungkan extremitas superior dengan

batang tubuh dan berperanan dalam mengontrol gerakan extremitas

superior. Otot-otot tersebut mendapatkan suplai persyarafan dari rami

ventralis nervus cervicalis. Musculus trapezius mendapat persyarafan dari

nervus accessorius (N. XI).10,16,18


16

2.1.6.3 Kelompok otot-otot profunda (instrinsik)

Kelompok otot intrinsik diinervasi oleh rami dorsalis nervus

spinalis. Fungsi otot-otot ini adalah mengontrol columna vertebralis. Otot-

otot tersebut terbentang mulai pelvis hingga tengkorak dan dibungkus oleh

fascia yang melekat di sebelah medial dari ligamentum nuchea, ujung dari

proc. Spinosus dan ligamentum supraspinosum dan crista sacralis mediana

sacrum. Fascia ini selanjutnya meluas ke lateral dari proc. Spinosus dan

membentuk pembungkus yang tipis untuk otot-otot profunda di regio

thorax serta membentuk pembungkus yang tebal dan kuat untuk otot-otot di

regio lumbal.10,16,18

2.1.6.3.1 Lapisan superficialis otot-otot intrinsik punggung

Kelompok ini adalah musculi splenii yang terletak di lateral dan

posterior dari leher. Otot ini berasal dari linea mediana kemudian meluas

ke arah superolateral vertebrae cervicalis (splenius cervicis) dan tengorak

(splenium capitis).7,10,16,18

2.1.6.3.2 Lapisan intermediate otot-otot intrinsik punggung

Kelompok otot ini adalah musculus erector spinae

(sacrospinalis) yang terletak pada alur di tiap-tiap sisi columna

vertebralis. Otot ini merupakan otot extensor vertebrae yang utama,

dibagi menjadi tiga columna : (1) iliocostalis (columna lateralis), (2)


17

longisimus (columna intermediet) dan (3) spinalis (columna

medialis).7,10,16,18

2.1.6.3.3 Lapisan dalam otot-otot intrinsik punggung

Kelompok otot ini adalah otot-otot transversus spinalis, yaitu

semispinalis (superficial), multifidus (intermediate) dan rotator

(profunda). Otot-otot ini berasal dari proc. Transversus vertebrae dan

melewati proc. Spinosus vertebrae di atasnya.

2.2 Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam

ruang gerak sendi secara maksimal. Fleksibilitas menunjukkan besarnya

pergerakan sendi secara maksimal sesuai dengan kemungkinan gerak (range of

movement). Kemampuan yang cepat dan lincah dalam mengubah arah

memerlukan fleksibilitas tubuh atau bagian tubuh yang lebih dalam kegiatan

tersebut. Melakukan perubahan kecepatan dan arah gerakan, dapat

mengakibatkan regangan otot yang terlalu kuat sehingga memungkinkan

terjadinya cedera otot (muscle sprain) apabila fleksibilitas otot yang dimiliki

rendah. Latihan untuk meningkatkan fleksibilitas tidak boleh berlebihan, karena

dapat berpengaruh tidak baik dan bahkan dapat merusak sikap tubuh itu sendiri.

Dalam pembinaan olahraga prestasi fleksibilitas sangat penting untuk

dilatih karena sangat berpengaruh terhadap komponen biomotor yang lainnya.

Maka dari itu fleksibilitas adalah komponen yang harus ditingkatkan terutama
18

pada atlet usia dini atau atlet muda, serta pada atlet dewasa fleksibilitas harus

tetap dilatihkan untuk pemeliharaan.

Fleksibilitas mencakup dua hal yang saling berhubungan yaitu kelentukan

dan kelenturan. Kelentukan adalah keadaan fleksibilitas antara tulang dan

persendian, dan kelenturan adalah keadaan fleksibilitas antara tingkat elastisitas

otot, tendo, dan ligamen. Kelentukan dan kelenturan ini memampukan

seseorang untuk melakukan berbagai macam gerakan secara elastis dengan

penguluran tubuh yang luas tanpa mengalami rasa sakit yang berarti.

Fleksibilitas berbanding lurus dengan faktor latihan, artinya semakin

banyak latihan yang dilakukan (dalam posisi dan frekuensi yang benar) untuk

meningkatkan fleksibilitas, maka tingkat fleksibilitasnya akan semakin

bertambah atau meningkat. 11,19,20

2.3 Peran back exercises dalam meningkatkan fleksibilitas lumbal.

Back exercises mempunyai manfaat untuk memperkuat otot-otot perut dan

otot-otot punggung sehingga tubuh dalam keadaan tegak. Back exercises yang

dilakukan secara baik dan benar dalam waktu yang relatif lama akan

meningkatkan kekuatan otot secara aktif sehingga disebut stabilisasi aktif.

Peningkatan kekuatan otot juga mempunyai efek peningkatan daya tahan tubuh

terhadap perubahan gerakan atau pembebanan secara statis dan dinamis.


19

Back exercises juga memperbaiki sistem peredaran darah sehingga

mengatasi terjadinya pembengkakan yang dapat mengganggu gerakan dan

fungsi sendi. 7

Prinsip latihan pada penderita nyeri punggung bawah muskuloskeletal

adalah memperbaiki postur tubuh, mengurangi hiperlordosis lumbal, dan

membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan

mekanik tulang belakang. Sikap standar yang didefinisikan oleh Posture

Committee of the American Academy of Orthopaedic Surgery (1947), “Skeletal

aligment sebagai bagian dari tubuh yang seimbang yang melindungi struktur

penyokong tubuh dari trauma dan deformitas yang progresif.” Skeletal

alignment adalah sistem muskuloskeletal yang berhubungan dengan kolumna

vertebralis. 7,9

Secara operasional pemberian latihan penguatan otot punggung bawah

ditujukan untuk :

 Memperkuat otot-otot fleksor lumbosakral terutama otot dinding

abdomen dan otot gluteus.

 Mengurangi ketegangan otot.

 Meregangkan otot-otot yang memendek.

 Mengurangi gaya yang bekerja pada tulang punggung dengan cara

mengurangi beban badan dan koreksi postur.


20

Berbagai metoda back exercises telah dikembangkan untuk pengelolaan

nyeri punggung bawah (NPB), diantaranya ada 2 metoda yang telah dikenal luas

oleh para terapis fisik, yaitu McKenzie back extension exercises dan Williams’

flexion exercises (WFE). 21

Tidak ada dosis yang baku dalam pemberian back exercise untuk

meningkatkan fleksibilitas lumbal. Seperti umumnya pemberian resep latihan,

faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian program back

exercise adalah tujuan latihan (untuk meningkatkan mobilitas/ fleksibilitas

lumbal atau untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot atau stabilitas

lumbal). Dosis latihan dinyatakan dalam jumlah repetisi dan durasi tiap sesi

latihan, intensitas (bila menggunakan tahanan atau beban), frekuensi (berapa

kali dalam seminggu) dan lamanya atau periode latihan.6,8,9,21,22

2.3.1 Williams’ flexion exercises

Williams’ flexion exercises pertama kali dikembangkan oleh Dr.

Paul Williams (1937). Tujuan dari latihan fleksi ini adalah untuk

mengurangi tekanan oleh beban tubuh pada sendi faset (articular weight-

bearing stress) dan meregangkan otot dan fasia (meningkatkan

ekstensibilitas jaringan lunak) di daerah dorsolumbal, serta bermanfaat

untuk mengoreksi postur tubuh yang salah. Latihan fleksi ini juga dapat

meningkatkan stabilitas di daerah lumbal karena secara aktif melatih otot-

otot abdominal, gluteus maximus, dan hamstring. Di samping itu latihan


21

fleksi akan meningkatkan tekanan intra abdominal yang mendorong

kolumna vertebralis lumbal ke arah belakang, dengan demikian akan

membantu mengurangi hiperlordosis lumbal dan mengurangi tekanan pada

diskus intervertebralis. Secara teoritis, latihan fleksi ini dapat membantu

mengurangi nyeri dengan cara mengurangi gaya kompresi pada sendi faset,

dan meregangkan (stretching) fleksor hip dan ekstensor lumbal. Metoda

latihan fleksi ini cocok digunakan untuk meningkatkan atau memulihkan

mobilitas (fleksibilitas) lumbal pada kasus-kasus NPB mekanik.

Kontraindikasi dari latihan fleksi punggung ini adalah: instabilitas atau

hipermobilitas segmental dari kolumna vertebralis lumbal, misalnya pada

keadaan spondilolistesis, spondilolisis; herniasi diskus; peningkatan nyata

dari nyeri punggung bawah, penjalaran nyeri ke tungkai bawah (nyeri

radikuler). Karena latihan fleksi punggung ini meningkatkan tekanan intra

abdominal, maka sebaiknya latihan fleksi ini hati-hati dilakukan atau

bahkan dihindari pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler, seperti

hipertensi yang tidak terkontrol, riwayat infark miokard akut, dan riwayat

stroke.8,9,19,20

Program latihan ini terdiri dari 9 kategori gerakan yaitu: pelvic

tilting, single knee to chest, double knee to chest, partial sit-up, hamstring

stretch, bending from a chair, wall squat, dan squat. Pelaksanaan latihan

Williams’ flexion exercises adalah sebagai berikut:7,8


22

1. Pelvic tilting. Berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi dan posisi

kaki datar di atas matras. Tekan atau luruskan punggung ke arah matras.

Posisi ini dipertahankan selama 5 – 8 detik dan lakukan repetisi 4 kali

(Gambar 2).7,8,23

Gambar 2. Pelvic tilting.


Dikutip dari Macini23

2. Single knee to chest. Berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi dan

posisi kaki datar di atas matras. Secara perlahan, tarik lutut kanan

dengan kedua tangan sejauh mungkin ke arah dada, dan pertahankan

selama 5 – 10 detik. Kemudian kembali ke posisi awal secara perlahan-

lahan dan ulangi gerakan yang sama untuk lutut yang kiri (Gambar

3).7,8,23

Gambar 3. Single knee to chest.


Dikutip dari Macini23

3. Double knee to chest. Berbaring terlentang, kedua lutut fleksi dan posisi

kaki datar di atas matras. Seperti gerakan pada nomor 2, namun sekarang

kedua lutut ditarik bersama-sama sejauh mungkin ke arah dada.


23

Pertahankan selama 5 – 8 detik dan kemudian kembali ke posisi awal

secara perlahan-lahan (Gambar 4). Lakukan repetisi sebanyak 4 kali 7,8,23

Gambar 4. Double knee to chest.


Dikutip dari Macini23

4. Partial sit-up. Lakukan gerakan pelvic tilting (nomor 1) dan pada saat

yang bersamaan naikkan kepala, leher, dan bahu dari atas matras.

Pertahankan selama 5 – 8 detik dan kemudian perlahan kembali ke posisi

semula (Gambar 5). Lakukan repetisi sebanyak 4 kali.7,8,23

Gambar 5. Partial sit-up.


Dikutip dari Macini 23

5. Hamstring stretch. Berbaring terlentang dengan kedua tungkai lurus.

Kemudian salah satu tungkai diangkat dalam posisi lutut yang lurus

sampai telapak kaki mengarah lurus ke atas, kedua tangan menopang

pada bagian belakang paha. Pertahankan 5 – 8 detik, kemudian perlahan-

lahan tungkai diturunkan ke posisi awal. Lakukan gerakan yang sama


24

untuk tungkai yang satunya, lakukan repetisi 4 kali (2 kali untuk tungkai

kiri dan 2 kali untuk tungkai kanan) (Gambar 6).7,8,23

Gambar 6. Hamstring stretch.


Dikutip dari Macini 23

6. Hip flexor stretch. Menempatkan kaki kiri di depan dengan posisi fleksi

dan meluruskan kaki kanan ke belakang. Fleksi kaki kiri sampai

menyentuh axilla. Ulangi dengan kaki kanan bergantian dengan

pertahankan 5 – 8 detik dengan 4 kali repetisi (Gambar 7). 7,8,23,25

Gambar 7. Hip flexor stretch.


Dikutip dari Sun Gun Chung24

7. Bending from a chair. Duduk di kursi yang disandarkan pada dinding,

kedua tungkai terpisah, bungkukkan tubuh kedepan sampai telapak


25

tangan menyentuh lantai 5 – 8 detik dengan 4 kali repetisi (Gambar

8).7,8,23

Gambar 8. Bending from a chair.


Dikutip dari Sun Gun Chung24

8. Squat. Posisi berdiri dengan punggung lurus dan kedua lengan

diluruskan ke depan. Posisi kedua kaki sejajar. Kemudian perlahan-

lahan berjongkok dengan kedua lengan masih lurus ke depan.

Pertahankan 5 – 8 detik dengan repetisi 4 kali (Gambar 9). 7,8,23

Gambar 9. Squat.
Dikutip dari Sun Gun Chung24
26

2.3.2 Mckenzie Exercises

Mckenzie back extension exercises pertama kali dikembangkan oleh

Robin Mckenzie (1981), seorang ahli terapi fisik yang berasal dari Selandia

Baru. Tujuan utama dari latihan ekstensi ini adalah untuk penguatan otot-

otot ekstensor punggung. Secara teoritis, latihan ekstensi dapat pula

membantu mengurangi nyeri dengan cara mengurangi tekanan intradiskal

sehingga mengurangi penekanan pada serabut anular posterior dan pada

akar saraf. Kontraindikasi dari latihan ekstensi punggung ini adalah sebagai

berikut: instabilitas atau hipermobilitas segmental dari kolumna vertebralis

lumbal, misalnya pada keadaan spondilolistesis atau spondilolisis; herniasi

diskus, terdapat defisit neurologis (sensorik atau motorik) bilateral,

peningkatan nyata dari nyeri punggung bawah meskipun pada saat

bersamaan gejala nyeri radikuler berkurang; dan peningkatan gangguan

sensorik radikuler. 8,13,21,22,26,27

Program latihan ini terdiri dari 7 kategori gerakan yaitu : Prone

lying, Prone lying on elbows, Prone press-ups, Standing extension, Flexion

in Lying, Flexion in Standing,dan Flexion in Sitting. Pelaksanaan latihan

McKenzie Exercises adalah sebagai berikut:7,8

1. Prone lying. Berbaring tengkurap dengan posisi lengan di sisi badan, dan

kepala menghadap ke salah satu sisi. Pertahankan posisi ini 5 – 10 menit.

(Gambar 10)
27

Gambar 10. Prone lying.


Dikutip dari Sun Gun Chung24
2. Prone lying on elbows. Berbaring tengkurap dengan menahan berat badan

(bertumpu) pada siku dan lengan bawah, dengan posisi panggul menyentuh

lantai. Merelaksasikan punggung bawah. Pertahankan posisi ini selama 3 –

5 menit. Jika terdapat rasa nyeri, ulangi langkah nomor 1 (Gambar 11)

Gambar 11. Prone lying on elbows


Dikutip dari Sun Gun Chung24

3. Prone press-ups. Berbaring tengkurap dengan posisi telapak tangan dekat

dengan bahu, setelah itu mengangkat bahu dengan cara mendorong telapak

tangan secara perlahan, dan pertahankan posisi panggul tetap melekat

dengan matras, kemudian turunkan bahu. Ulangi sebanyak 10 kali.

(Gambar12)
28

Gambar 12. Prone press-ups.


Dikutip dari Sun Gun Chung24

4. Standing extension. Posisi berdiri, kemudian meletakkan kedua tangan pada

punggung dan menyandar ke belakang. Tunggu hingga 8 detik dan lakukan

repetisi sebanyak 4 kali (Gambar 13)

Gambar 13. Standing extension.


Dikutip dari Sun Gun Chung24

5. Flexion in Lying. Berbaring terlentang, kedua lutut fleksi dan posisi kaki

datar di atas matras. Kedua lutut ditarik bersama-sama sedekat mungkin ke

arah dada. Dilakukan dan ditahan selama 5 – 8 detik dengan 4 kali repetisi.

Berhenti ketika terdapat rasa sakit. (Gambar 14)


29

Gambar 14. Flexion in Lying.


Dikutip dari Sun Gun Chung24

6. Flexion in Standing. Bungkukkan tubuh ke depan dan gerakkan jari ke kaki

sejauh mungkin yang bisa dicapai. Setiap gerakan dilakukan dan ditahan 5

– 8 detik dengan 4 kali repetisi.

7. Flexion in Sitting. Bungkukkan tubuh ke belakang dengan posisi subjek

penelitian duduk di kursi Setiap gerakan dilakukan dan ditahan 5 – 8 detik

dengan 4 kali repetisi. (Gambar 15)

Gambar 15. Flexion in Sitting.


Dikutip dari Sun Gun Chung24

2.4 Instrumen penelitian

Penilaian mobilitas/ fleksibilitas lumbal merupakan kunci

identifikasi dari adanya gangguan pada lumbal, dan merupaan komponen


30

integral dari rencana pengobatan terapi fisik . Ada beberapa cara untuk

menilai mobilitas (lingkup gerak) atau fleksibilitas lumbal, antara lain

dengan menggunakan goniometer, elektrogoniometer, inklinometer,

modified Schöber test (MST), modified modified Schöber test (MMST). 28

Salah satu metode yang sering dipakai untuk menilai mobilitas

lumbal adalah dengan metode tape measurement, yang termasuk

diantaranya adalah MST dan MMST. Pada tahun 1970 an – 2000 an, MST

sering dipakai, namun seiring berjalannya waktu banyak peneliti yang

mempertanyakan validitasnya karena acuan yang dipakai pada metode

MST, yaitu lumbosacral junction. Klinisi seringkali kesulitan untuk

menentukan batas lumbosacral junction yang benar – benar tepat, apalagi

pada pasien dengan IMT > 30. Berdasarkan hal tersebut, maka oleh para

peneliti, dikembangkan MMST (modifikasi dari MST) dengan

menggunakan SIPS (Spina Illiaca Posterior Superior) sebagai acuan.28,29

Prosedur MMST adalah posisi pasien berdiri tegak. Sebuah garis

acuan dibuat pada daerah punggung bawah yang menghubungkan kedua

SIPS. Kemudian dibuat tanda di pertengahan kedua SIPS (midline) / di

daerah sakral, dan ditarik garis sepanjang 15 cm ke arah kranial. Untuk

pengukuran fleksi lumbal, pasien disuruh membungkuk semaksimal

mungkin. Jarak antara kedua tanda diukur kembali. Sedangkan, untuk

mengukur ekstensi lumbal, pasien disuruh membungkuk ke belakang


31

semaksimal mungkin. Perubahan jarak kedua tanda tersebut dicatat,

nilainya merupakan cerminan atau estimasi derajat fleksi dan ekstensi

lumbal. Mobilitas lumbal dikatakan baik jika nilai perbedaan jarak kedua

tanda dalam posisi tegak dan dalam posisi membungkuk ke depan maksimal

≥ 6 cm, dan ≥ 2 cm dalam posisi membungkuk ke belakang maksimal. 28,29

Gambar 16. Batas inferior dan Gambar 17. Pengukuran flexion


superior pengukuran MMST. MMST.
Dikutip dari Malik29 Dikutip dari Malik29
32

Gambar 18. Pengukuran extension MMST


Dikutip dari Malik29
33

2.5 Kerangka teori

2.6 Kerangka konsep

 Individu
 Pekerjaan

Back Exercises Mobilitas Lumbal


34

2.7 Hipotesis

2.7.1 Hipotesis mayor

Back exercises dengan metoda Mckenzie exercises lebih efektif

dalam meningkatkan fleksibilitas lumbal dibandingkan dengan metoda

Williams’ flexion exercises.

2.7.2 Hipotesis minor

Program back exercises dengan metoda Williams’ flexion exercises dan

Mckenzie exercises berpengaruh terhadap tingkat fleksibilitas lumbal.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Medik.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gedung B Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro, Tembalang, Semarang. Waktu penelitian dimulai pada bulan April

2018 selama 4 minggu.

3.3 Jenis dan rancangan penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian Quasi Experimental dengan

comparison group pre- test dan post- test design. Skema rancangan penelitian

ditampilkan pada gambar berikut :

K W1 X0 W2
Mahasiswa n
P M1 X1 M2

Keterangan :

n : Subjek Penelitian

K : Kelompok dengan perlakuan Williams’ flexion exercises

P : Kelompok dengan perlakuan McKenzie exercises

35
36

W1 : Pengukuran nilai MMST sebelum perlakuan Williams’ flexion exercises

W2 : Pengukuran nilai MMST setelah perlakuan Williams’ flexion exercises

X0 : Latihan back exercises dengan metoda Williams’ selama 4 minggu

X1 : Latihan back exercises dengan metoda McKenzie selama 4 minggu

M1 : Pengukuran nilai MMST sebelum perlakuan Mckenzie exercises

M2 : Pengukuran nilai MMST setelah perlakuan McKenzie exercises

3.4 Populasi dan subjek penelitian

3.4.1 Populasi target

Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia

18 – 22 tahun.

3.4.2 Populasi terjangkau

Populasi terjangkau adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro yang berusia 18 – 22 tahun.

3.4.3 Subjek penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro berusia 18

– 22 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak terdapat kriteria

eksklusi.
37

3.4.3.1 Kriteria inklusi

1. Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Diponegoro.

2. Usia 18 – 22 tahun.

3. Indeks Massa Tubuh Normal (18,50 – 22,99 kg/m2).

4. Ekstremitas superior dan inferior tidak ada deformitas.

5. Tidak terdapat kelainan neuromuskuloskeletal.

6. Tidak mengikuti olahraga lain selama penelitian

7. Bersedia menjadi subjek penelitian.

3.4.3.2 Kriteria eksklusi

1. Memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit pernapasan.

2. Memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit kardiovaskuler.

3. Merokok.

4. Memiliki riwayat operasi, dan kelainan tulang belakang. (fraktur,

dislokasi, spondilosis, skoliosis).

5. Memiliki riwayat sakit ginjal.

3.4.3.3 Kriteria drop out

Kehadiran subjek penelitian kurang dari 12 kali (<75% total

kehadiran).

3.4.4 Cara pemilihan sampel

Cara pemilihan sampel adalah purposive sampling berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan.


38

3.4.5 Besar sampel

Besar sampel penelitian dihitung menggunakan rumus uji hipotesis

perbedaan rerata dua populasi sebagai berikut :


2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽 )𝑆𝐷
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
𝑥̅2 − 𝑥̅1

Keterangan :

N1 = Jumlah sampel kelompok perlakuan.

N2 = Jumlah sampel kelompok kontrol.

Zα = 1,960 (untuk nilai α = 0,05)

Zβ = 1,645 (untuk nilai β = 0,2)

SD = Simpangan baku Modified Modified Schober Test pada dewasa

muda sebesar 6,3.28

X1 = Rerata nilai Modified Modified Schober Test sebelum latihan back

exercises pada dewasa muda.

X2 = Rerata nilai Modified Modified Schober Test sesudah latihan back

exercises pada dewasa muda.

Perhitungan besar sampel adalah sebagai berikut :


2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽 )𝑆𝐷
𝑛1 = 𝑛2 = [ ]
𝑥̅2 − 𝑥̅1

2
(1,960 + 1,645)6,3
=[ ]
6,6
39

2
(3,605)6,3
=[ ]
6,6

= [3, 44]2

= 11,84 = 12

Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok dengan

perlakuan Williams’ flexion exercises, dan kelompok dengan perlakuan

McKenzie exercises sehingga nilai n pada masing – masing kelompok

adalah 12 orang.

Apabila diperkirakan besarnya drop out tiap kelompok sebesar 20%

maka besar sampel adalah sebagai berikut :

𝑛
𝑛=
1 − 𝑑0

12
=
1 − 0,2

= 15

Dari perhitungan besar sampel tersebut dapat disimpulkan bahwa

besar sampel per kelompok adalah 15 orang dan total sampel adalah 30

orang.

3.5 Variabel penelitian

3.5.1 Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah latihan back exercises

dengan metoda Williams’ flexion exercises dan Mckenzie exercises.


40

3.5.2 Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah mobilitas lumbal yang

dinilai menggunakan MMST (Modified Modified Schöber Test).

3.6 Definisi operasional variabel

Tabel 3. Definisi operasional

No Variabel Unit Skala

1. Mobilitas Lumbal Cm Numerik


lingkup gerak unit fungsional vertebrae di
daerah lumbal, terutama pada bidang gerak
sagital (fleksi dan ekstensi), dinilai dengan
Modified Modified Schöber test (MMST).

2. Williams’ flexion exercises (WFE) - Nominal


Program back exercises menggunakan metoda
yang dikembangkan oleh Dr. Paul Williams
(1937), yang ditujukan untuk memperkuat
kelompok otot fleksor punggung dan
memperbaiki lingkup gerak atau fleksibilitas
lumbal. Program latihan ini terdiri dari 9
kategori gerakan yaitu: pelvic tilting, single knee
to chest, double knee to chest, partial sit-up,
hamstring stretch, bicycling, bending from a
chair, wall squat, dan squat

3. McKenzie back extension exercises - Nominal


Program back exercises yang pertama kali
dikembangkan oleh Robin McKenzie (1981)
yang tujuan utamanya adalah penguatan otot –
otot ekstensor punggung. Program latihan ini
terdiri dari 7 kategori gerakan yaitu : Prone
lying, Prone lying on elbows, Prone press-ups,
Standing extension, Flexion in Lying, Flexion
in Standing, Flexion in Sitting.
41

3.7 Cara kerja

3.7.1 Persetujuan subjek

Setelah dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah memenuhi

kriteria penelitian, subyek diberi penjelasan tentang latihan back exercise dan

tujuannya dalam meningkatkan fleksibilitas lumbal dan kemudian ditanya apakah

bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, selanjutnya dijelaskan mengenai

jalannya penelitian. Subyek yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian

menandatangani Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent).

3.7.2 Pengumpulan data karakteristik subjek

Data karakteristik subyek dikumpulkan, meliputi:

 Nama

 Jenis kelamin

 Tempat tanggal lahir

 BMI (Body Mass Index)

 Riwayat sakit pada punggung bagian bawah

 Riwayat sakit pada sistem kardiovaskuler

 Riwayat gangguan dalam pergerakan

 Kebiasaan merokok

 Tanda vital

 Hasil pemeriksaan mobilitas lumbal sebelum perlakuan


42

3.7.3 Alokasi subjek

Subyek penelitian yang memenuhi kriteria secara acak dibagi

menjadi 2 kelompok, yaitu Kelompok I (Kelompok yang melakukan

Williams’ flexion exercises) dan Kelompok II (Kelompok yang melakukan

McKenzie Exercises)

3.7.4 Pengukuran dan perlakuan

Terhadap subyek penelitian, baik Kelompok I maupun Kelompok II

dilakukan pengukuran mobilitas lumbal (diukur dengan MMST), untuk

mendapatkan data awal penelitian.

Selanjutnya subyek penelitian dalam tiap kelompok mendapatkan

perlakuan sebagai berikut:

Kelompok I (Kelompok pemberian back exercises dengan metoda

WFE) sebagai berikut: setiap sesi latihan terdiri dari 9 kategori gerakan,

dimana setiap kategori gerakan dilakukan 4 kali repetisi dan setiap

melakukan satu kategori gerakan, 5 – 8 detik/ hitungan. Frekuensi dan

periode latihan 3 kali seminggu dengan interval 2 – 3 hari, selama 4 minggu

[total 12 sesi back exercises]. Diluar waktu terapi dan program latihan

subyek dianjurkan melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa sesuai

dengan toleransinya dan tidak diperkenankan untuk melakukan latihan back

exercises sendiri, serta menghindari faktor-faktor yang dapat memperberat

keluhan nyeri.
43

Kelompok II (Kelompok perlakuan dengan pemberian back

exercises dengan metoda McKenzie Exercises) sebagai berikut: setiap sesi

latihan terdiri dari 7 kategori gerakan, dimana setiap kategori gerakan

dilakukan 4 kali repetisi dan setiap melakukan satu kategori gerakan, 5 – 8

detik/ hitungan. Frekuensi dan periode latihan 3 kali seminggu dengan

interval 2 – 3 hari, selama 4 minggu [total 12 sesi back exercises]. Diluar

waktu terapi dan program latihan subyek dianjurkan melakukan aktivitas

sehari-hari seperti biasa sesuai dengan toleransinya dan tidak diperkenankan

untuk melakukan latihan back exercises sendiri.

Evaluasi dilakukan terhadap para subyek, baik pada Kelompok I

maupun Kelompok II, pada akhir perlakuan (setelah sesi ke-12). Yang

dinilai adalah mobilitas lumbal dengan menggunakan MMST.


44

3.8 Alur penelitian

Populasi Terjangkau

Kriteria
eksklusi
Kriteria
insklusi

Subjek Penelitian

Pengukuran
MMST(Pretest)

Kelompok I Kelompok II

Kelompok Perlakuan Kelompok Perlakuan


WFE selama 4 minggu McKenzie Exercises
selama 4 minggu

Pengukuran MMST (Post test)

Pengolahan dan Analisis Data


45

3.9 Analisis data

Sebelum dilakukan analisis data, data yang terkumpul telah dilakukan

pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran data. Selanjutnya data diolah, diberi

kode, ditabulasi, dan dimasukkan ke dalam komputer untuk dilakukan analisis

deskriptif dan uji hipotesis.

Data yang berskala nominal seperti jenis kelamin, kelompok, dan latihan

back exercises akan dinyatakan sebagai distribusi frekuensi dan presentase.

Data yang berskala numerik seperti nilai MMST, usia, tinggi badan, berat

badan, dan IMT akan dinyatakan sebagai rerata dan simpangan baku apabila

berdistribusi normal atau median dan rentang apabila berdistribusi tidak normal.

Normalitas distribusi data dianalisis dengan uji Saphiro-Wilk karena besar

sampel dalam penelitian ini termasuk sampel kecil yang kurang dari 50 orang.

Nilai MMST sebelum dan sesudah latihan back exercises dari setiap

kelompok dianalisis menggunakan uji t berpasangan jika distribusi data normal

atau uji Wilcoxon jika distribusi data tidak normal. Perbedaan dianggap

bermakna apabila nilai p< 0,05. Analisis data dilakukan dengan program

komputer.

3.10 Etika penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, akan diajukan ethical clearance dari Komisi

Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro. Subjek penelitian akan diberikan penjelasan singkat tentang


46

maksud, tujuan, manfaat, protokol penelitian dan efek samping yang mungkin

terjadi. Seluruh subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki

kriteria eksklusi akan diminta bukti persetujuan keikutsertaan penelitian dalam

bentuk Surat Persetujuan Setelah Penjelasan. Subjek penelitian dapat menolak

untuk diikutsertakan dalam penelitian maupun berhenti sewaktu – waktu dari

penelitian.

Identitas subjek penelitian akan dirahasiakan dan tidak dipublikasikan tanpa

izin dari subjek penelitian sesuai dengan kesepakatan bersama. Seluruh biaya

berkaitan dengan penelitian akan ditanggung oleh peneliti dan subjek penelitian

akan diberikan imbalan sesuai dengan kemampuan peneliti.


47

3.11 Jadwal penelitian

Tabel 4. Jadwal penelitian

Kegiatan Febrari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Literatur

Penyusunan

Proposal

Seminar Proposal

Ethical Clearance

Penelitian

Analisis Data dan

Evaluasi

Penulisan Laporan

Seminar Hasil
48

DAFTAR PUSTAKA

1. Ratmawati Y, Kuntono HP. Fleksibilitas Trunk Pada Remaja Putri Usia 17-

21 Tahun. 2006;(1993):19–22.

2. Usman RA. Perbandingan fleksibilitas punggung bawah dengan metode sit

and reach pada siswa obesitas dan non obesitas skripsi. 2016;

3. Purnama A. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Persyaratan

dalam Menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran .

2007;33.

4. Hansen JT. Netter’s Clinical Anatomy. 2nd ed. Canada; 2011. 52-54 p.

5. Anatomy of the Spine. Mayfield. 2016;2–6.

6. Publikasi N, Novikasari N. Pengaruh pemberian static stretching terhadap

peningkatan fleksibilitaslumbal pada lanjut usia di desa guli kabupaten

boyolali. 2013;

7. Dachlan LM. Pengaruh Back Excercise pada Nyeri Punggung Bawah. 2009;

8. Gupta S. A Comparison Between Mckenzie Extension Exercises Versus

Williams' Flexion Exercises For Low Back Pain in B.PT. Students [Internet].

Vol. 3, Indian Journal of Physical Therapy. 2015. 51-55 p. Available from:

http://indianjournalofphysicaltherapy.in/ojs/index.php/IJPT/article/view/85/

149

9. Setiasih TA. Pengaruh William Flexion Exercise Dan Core Stabilization

Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Miogenik. 2012;


49

10. Snell, Richard S., MD P. Clinical Anatomy by Regions. 2012. 682-719 p.

11. Wahyono RAB. Pengaruh Latihan Sit Up, Back Up Dan Flexibility Terhadap

Peningkatan Jauhnya Heading Pada Siswa Ssb Kkk Klajuran Godean

Kelompok Usia 13 – 15 Tahun. Skripsi Diajukan Kpd Fak Ilmu

Keolahragaan Univ Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi sebagian

Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarj Olahraga. 2017;

12. Pascasarjana P, Udayana U. Program pascasarjana universitas udayana

denpasar 2014. 2014.

13. Mark H. Halliday, PT1, 2, Evangelos Pappas, PT, PhD2, Mark J. Hancock,

PhD3, Helen A. Clare, PT, PhD4, Rafael Z. Pinto, PhD5, Gavin Robertson,

PT1, Paulo H. Ferreira P. A Randomized Controlled Trial Comparing the

McKenzie Method to Motor Control Exercises in People With Chronic Low

Back Pain and a Directional Preference. J Orthop Sport Phys Ther [Internet].

2016;46(7):514–22. Available from:

https://www.jospt.org/doi/abs/10.2519/jospt.2016.6379?code=jospt-site

14. Muyor JM, López-Miñarro PA, Alacid F. Spinal posture of thoracic and

lumbar spine and pelvic tilt in highly trained cyclists. J Sport Sci Med.

2011;10(2):355–61.

15. Susanto H, Erie BPSA RS. Osteologi. Semarang : Laboratorium Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011.

16. Kopsieker K, Lutz M. Sobotta. Munich; 2001. 1-47 p.


50

17. Stephen Kishner, MD M. Lumbar spine anatomy. Medscape [Internet]. 2017;

Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1899031-overview

18. Iwai, Kazunori; Okada, Takashi; Nakazato, Koichi; Fujimoto, Hideo;

Yamamoto, Yosuke; Nakajima H. Sport-Specific Characteristics of Trunk

Muscles in Collegiate Wrestlers and Judokas. J Strength Cond Res [Internet].

2008;22(2):350–8. Available from: https://journals.lww.com/nsca-

jscr/Abstract/2008/03000/Sport_Specific_Characteristics_of_Trunk_Muscl

es_in.5.aspx

19. Pratiwi E, Simaremare APR, Sinaga J. Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan

Fleksibilitas Lumbal pada Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas

HKBP Nommensen Angkatan 2011-2014. Nommensen J Med. 2015;1:5–13.

20. Voinea A, Iacobini A. Williams ’ Program for Low Back Pain.

2014;VI(4):210–4.

21. Dreisinger TE. Exercise in the management of chronic back pain. Ochsner J

[Internet]. 2014;14(1):101–7. Available from:

http://sfx.scholarsportal.info/ottawa?sid=OVID:medline&id=pmid:2468834

1&id=doi:&issn=15245012&isbn=&volume=14&issue=1&spage=101&pa

ges=1017&date=2014&title=Ochsner+Journal&atitle=Exercise+in+the+ma

nagement+of+chronic+back+pain.&aulast=Dreisinger&pid=%3Ca

22. Verscheure BMB and SD. Does McKenzie Therapy Improve Outcomes for

Back Pain? 2006;41(1):117–9. Available from:


51

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1421491/

23. Macini RM. Medical rehabilitation. Halstead LS GM, editor. New York:

Raven Press; 1985. 87-115 p.

24. Sun Gun Chung M. Rehabilitative Treatments of Chronic Low Back Pain. J

Korean Med Assoc [Internet]. 2007;50(6):494–506. Available from:

https://synapse.koreamed.org/DOIx.php?id=10.5124/jkma.2007.50.6.494&

vmode=PUBREADER#!po=5.55556

25. Sunina. Outside Runners Lunge [Internet]. 2014. Available from:

http://sunina.com/outside-runners-lunge/

26. Stephen May RD. McKenzie Method. Evidence-Based Manag Low Back

Pain [Internet]. 2012; Available from: https://sci-

hub.tw/https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-

dentistry/mckenzie-method

27. Peter A. Huijbregts PT, MSc, MHSc, DPT, OCS, FAAOMPT F. Mechanical

Diagnosis and Therapy: McKenzie Approach. Pain Proced Clin Pract (Third

Ed [Internet]. 2013;483. Available from:

https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/mckenzie-

method

28. Tousignant M, Poulin L, Marchand S, Viau A, Place C. The Modified –

Modified Schober Test for range of motion assessment of lumbar flexion in

patients with low back pain : A study of criterion validity , intra- and inter-
52

rater reliability and minimum metrically detectable change.

2005;27(10):553–9.

29. Malik K, Sahay P, Saha S, Das RK. Normative Values of Modified -

Modified Schober Test in Measuring Lumbar Flexion and Extension: A

Cross-Sectional Study. Int J Heal Sci Res Int J Heal Sci Res [Internet].

2016;1776(7):177–87. Available from:

http://www.ijhsr.org/IJHSR_Vol.6_Issue.7_July2016/27.pdf
53

Lampiran 1. Surat persetujuan setelah penjelasan

JUDUL PENELITIAN : Pengaruh Latihan Fleksi dan Ekstensi Lumbal

terhadap Fleksibilitas Lumbal pada Dewasa Muda

INSTANSI PELAKSANA : Bagian Ilmu Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi Medik

FK UNDIP – Mahasiswa Program Studi Strata-1

Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yth,...........................................

Perkenalkan nama saya Eirin Yovita Kurniawan. Saya adalah mahasiswa

Program Studi Strata-1 Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro. Guna mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran maka salah satu syarat

yang ditetapkan kepada saya adalah menyusun sebuah karya tulis ilmiah. Penelitian

yang akan saya lakukan berjudul “Pengaruh Latihan Fleksi dan Ekstensi Lumbal

terhadap Fleksibilitas Lumbal pada Dewasa Muda”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara


54

pengaruh latihan fleksi dan ekstensi lumbal terhadap fleksibilitas lumbal . Dalam

penelitian ini saya akan memberikan perlakuan berupa Williams’ flexion exercises

(Kelompok I), dan McKenzie exercises (Kelompok II) sebanyak 3 kali latihan

dalam seminggu selama 4 minggu. Penelitian ini membutuhkan 30 subjek

penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi.

Subjek penelitian diukur mobilitas lumbalnya menggunakan MMST sebelum dan

sesudah perlakuan.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dengan memberikan informasi

kepada tenaga kesehatan, memberi pengetahuan baru, dan menjadi acuan bagi

penelitian selanjutnya.

Penelitian yang saya lakukan ini bersifat sukarela dan tidak ada unsur

paksaan. Partisipasi Anda dalam penelitian ini juga tidak akan digunakan dalam

hal-hal yang merugikan Anda dalam bentuk apapun. Data yang didapatkan dari

penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya, yaitu identitas subjek penelitian tidak

akan dicantumkan dan data tersebut hanya akan saya gunakan untuk kepentingan

penelitian, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.

Penanggung jawab penelitian adalah :

Eirin Yovita Kurniawan

Bagian Ilmu Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi Medik FK UNDIP

Jl. Karangrejo 136 B, Semarang

HP. 089608821626
55

Terima kasih atas kerjasama sdr.

Sudah mendengar dan memahami penjelasan penelitian, dengan ini saya

menyatakan

SETUJU / TIDAK SETUJU

untuk ikut sebagai subyek/sampel penelitian ini.

Semarang,

…………………….2018

Yang memberi penjelasan, Yang menyatakan persetujuan,

Eirin Yovita Kurniawan (……………...........................)


56

Lampiran 2. Kuesioner sampel penelitian kti

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH FLEKSI DAN EKSTENSI LUMBAL

TERHADAP FLEKSIBILITAS LUMBAL

No. Kuesioner :

Tanggal Wawancara :

1. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Tempat, tanggal lahir :

4. Berat badan :

5. Tinggi badan :

6. Alamat :

7. Nomor Telepon :

2. ANAMNESIS

1. Apakah anda memiliki riwayat sakit punggung bawah?

a. Ya

b.Tidak

2. Jika jawaban dari pertanyaan no. 1 adalah Ya, berapa lama


57

riwayat sakit pada punggung bawah yang anda alami, dan apa

yang menjadi faktor pencetusnya?

Sebutkan...................

3. Apakah anda memiliki riwayat sakit pada sistem kardiovaskular

(jantung dan pembuluh darah)?

a. Ya

b.Tidak

4. Jika jawaban dari pertanyaan no.3 adalah Ya, apa riwayat sakit

pada sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)?

Sebutkan...........................................

5. Apakah anda memiliki riwayat gangguan dalam pergerakan?

a. Ya

b.Tidak

6. Jika jawaban dari pertanyaan no.5 adalah Ya, apa riwayat atau

gangguan pergerakan yang sedang anda alami?

Sebutkan................................................

7. Apakah anda memiliki kebiasaan merokok?

a. Ya

b.Tidak
58

3. HASIL PEMERIKSAAN TANDA VITAL

No. Pemeriksaan Tanda vital Hail Interpretasi

1. Tekanan Darah ....... mmHg

2. Nadi ....... x/ menit

3. Laju pernapasan ....... x/ menit

4. Suhu .......̊ C

4. HASIL PEMERIKSAAN MOBILITAS LUMBAL SEBELUM

PERLAKUAN

MMST fleksi : ..............cm

MMST ekstensi : ..............cm

Anda mungkin juga menyukai