Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB VI
PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI
PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET

6.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum proses mixing dan analisa hasil
mixing melalui uji pembakaran dengan pembutan kali ini,
antara lain:
1. Mengetahui konsep mixing pada proses preparasi dalam
skala laboratorium.
2. Menentukan komposisi yang pas serta perbandingan
campuran yang sesuai dengan permintaan untuk proses
mixing.
3. Mengetahui hasil analisa mixing batubara non-karbonisasi
dan karbonisasi dalam proses pembuatan dan uji
pembakaran pada briket batubara karbonisasi dan briket
batubara non-karbonisasi.
4. Membandingkan hasil briket batubara non-karbonisasi
dan karbonisasi sebelum dan sesudah proses mixing.

6.2. Dasar Teori


Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar
untuk pembangkit energi, disamping gas alam dan minyak
bumi. Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks
dan memerlukan waktu yang sangat lama (puluhan sampai
ratusan juta tahun) dipengaruhi fisika, kimia ataupun keadaan
Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

geologi. Oleh sebab itu, komposisi dan kulaitas batubara


berbeda-beda sesuai dengan tingktannya. Yang banyak
dimanfaatkan dalam berbagai kebutuhan.
Bahan bakar adalah bahan yang jika terbakar yaitu
berkontak dan bereaksi dengan udara (oksigen) akan timbul
panas, dengan syarat bahan bakar tersebut mengandung
unsur karbon dan hidrogen atau senyawa karbon-hidrogen.
Suatu bahan yang mengandung unsur karbon, hidrogen,
oksigen, dan sulfur berpotensi digunakan sebagai bahan
bakar (fuel) sebab unsur-unsur tersebut memberikan
kontribusi terhadap panas pembakaran, khususnya unsur
carbon. Berdasarkan kriteria ini batubara dengan kandungan
utama adalah karbon dan hidrogen dengan sifat yang mudah
terbakar (combustible).
Batubara pada penggunaannya di industri harus
memiliki kriteria yang sesuai, kriteria itu antara lain total
sulfur, zat mudah menguap, abu (ash), moisture, fixed carbon
dan kalori.

Tabel 6.1
Kriteria Batubara Sebagai Bahan Bakar

Kadar (%)
Parameter Nilai kalori (kkal/kg)
Pabrik semen PLTU
Total sulfur (max) 0,8 0,4
Zat mudah menguap (max) 36 30,2
Abu (max) 6 7,8
Moisture (max) 12 13,6
Fixed carbon (min) 46 48,3
Kalori (min) 6000 7000
*sumber: aladin, 2010

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui


terlebih dahulu kualitasnya, antara lain :
1. Total Sulfur (TS), adalah jumlah kandungan sulfur yang
terdapat dalam abu batubara (disebut pula
noncombustible sulfur) dengan combustible sulfur. Atau
definisi lainnya menyebutkan, total sulfur adalah jumlah
inorganic sulfur dengan organic sulfur.
2. Ash Content (AC), Ash content atau kandungan abu
adalah jumlah kandungan sisa-sisa residu anorganik
sebagai akibat proses pembakaran batubara. Abu dalam
batubara bersumber dari mineral matter dalam batubara
dan unsur pengotor dari batupasir, tanah dsb yang
berasal dari bagian penutup, dasar atau parting pada
lapisan batubara.
3. Volatile Matter (VM), Adalah zat terbang zat organik yang
akan menguap jika dipanaskan pada suhu tertentu, yang
merupakan gugus hidrocarbon gugus alipatik yang akan
mudah putus menjadi methana atau ethana jika
dipanaskan tanpa udara. Kadar volatile matter dalam
batubara dipengaruhi oleh peringkat batubara, semakin
tinggi peringkat batubara semakin kecil nilai volatile
matternya.
4. Inherent Moisture (IM), ialah air yang secara fisik terikat di
dalam rongga-rongga kapiler serta pori-pori batubara
yang relatif kecil, serta mempunyai tekanan uap air yang
lebih kecil jika dibandingkan dengan tekanan uap air yang
terdapat pada permukaan batubara.

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

5. Adherent Moisture ialah air yang terdapat permukaan


batubara atau di dalam pori-pori batubara yang relatif besar.
Air dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruangan.
6. Total Moisture (TM), ialah seluruh jumlah air yang terdapat
pada batubara dalam bentuk inherent dan adherent pada
kondisi saat batubara tersebut diambil sampelnya (as
sampled) atau pada kondisi saat batubara tersebut
diterima (as received).
7. Fixed Carbon (FC), ialah kadar karbon tetap yang terdapat
dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari
batubara.
8. Calorific value (CV), adalah nilai kalori yang dihasilkan
dalam pembakaran batubara. Dan ini adalah hal yang
paling penting dalam suatu bahan bakar termasuk
batubara. Satuannya biasa di tulis dalam Kkal/Kg,
Cal/gram, MJ/kg, Btu/lb.
(Anonim, 2015)
Dalam pemanfaatan batubara harus diketahui terlebih
dahulu kualitasnya, hal ini dimaksudkan agar spesifikasi
mesin atau peralatan yang menggunakan batubara sebagai
bahan bakar sesuai dengan mutu batubara yang akan
digunakan, sehingga mesin-mesin tersebut dapat berfungsi
secara optimal dan tahan lama.
Hal ini dikarenakan oleh banyak hal antara lain
banyaknya seam batubara dengan ragam kualitas, sehingga
pencampuran menjadi sulit tercampurnya batubara dengan
material pengotor dan stockpile management yang kurang
baik.
(Anonim, 2015)

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Mixing biasanya dapat disebut juga blending, blending


didefinisikan sebagai integrasi dari sejumlah bahan baku
dengan sifat fisik atau kimia yang berbeda untuk membuat
suatu spesifikasi yang dibutuhkan untuk konsumen.
Tujuannya adalah untuk mencapai produk akhir, misalnya
dua atau lebih jenis batubara yang memiliki komposisi kimia
yang terdefinisi dengan baik di mana unsur-unsur yang
sangat merata dan tidak ada yang dapat diidentifikasi. Ketika
proses sampling, isi rata-rata dan standar deviasi rata-rata
adalah sama. Biasanya diplikasikan menggunakan berbagai
jenis batubara untuk komposisi tertentu.
Blending merupakan suatu cara untuk
mendapatkan nilai kalori batubara yang sesuai dangan
permintaan konsumen yang dilakukan dangan cara
mencampur tipe jenis batubara yang tidak hanya dari satu
jenis tipe saja tetapi dipakai dengan dua tipe atau lebih agar
mendapatkan nilai kalori yang sesuai permintaan pasar.
Dalam proses blending batubara antara kalori tinggi dan
batubara kalori rendah ini, seringkali didapatkan hasilnya
tidak sesuai dengan target yang diharapkan, sehingga nilai
jualnya akan menjadi lebih rendah.
Blending atau pencampuran adalah suatu proses
penggabungan secara bersamaan dan terus menerus
dalam waktu tertentu dari dua atau lebih material (batubara
beda kualitas), yang dianggap mempunyai komposisi yang
konsta dan terkontrol proporsinya.
Dalam hal ini pencampuran dilakukan terhadap
batubara yang berbeda kualitasnya, sehingga kualitas
batubara hasil campuran merupakan perpaduan dari semua

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

parameter kualitas batubara yang dicampur atau dengan


kata lain batubara dengan kualitas rendah akan menjadi lebih
baik dan dapat memenuhi batasan-batasan persyaratan untuk
memenuhi permintaan konsumen. Adapun dua jenis
parameter yang berbeda dalam proses blending batubara,
antara lain :
1. Parameter aditif yaitu parameter yang apabila kita
memblending 1000 ton batubara yang mempunyai
kandungan ash 14% dengan 1000 ton batubara yang
mempunyai kandungan ash 16 %, akan diperoleh 2000 ton
batubara dengan kandungan ash 15%. Parameter-
parameter yang mempunyai sifat aditif antara lain,
kandungan ash, moisture, dan total sulfur.
2. Parameter yang mempunyai sifat non-aditif maupun aditif,
misalkan bila kita mencampurkan 1000 ton batubara yang
mempunyai indeks HGI 48 dengan 1000 ton batubara yang
mempunyai indeks HGI 52 mungkin saja tidak diperoleh
2000 ton batubara yang indeks HGI 50. Untuk mempunyai
hasil dari blending ini harus diadakan percobaan.
Parameter-parameter dalam batubara yang mempunyai
sifat aditif maupun non-aditif antara lain Hardgrove
Grindability Index (HGI), Ash Fusion Temperature (AFT),
Crube Swelling Number, Gray King Coke.
Pencampuran batubara tidak serta merta dilakukan
begitu saja. Namun perlu diketahui terlebih dahulu kualitas
batubara dari tiap seam yang akan di blending melalui
analisis laboratorium. Sehingga melalui perhitungan tertentu
akan diperoleh pendugaan kualitas hasil blending. Namun
kualitas hasil blending kadang tidak sesuai dengan yang

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

direncanakan. Hal ini dikarenakan oleh banyak hal antara lain


banyaknya seam batubara dengan ragam kualitas sehingga
pencampuran menjadi sulit, tercampurnya batubara dengan
material pengotor dan stockpile management yang kurang
baik.
Pencampuran batubara dilakukan terhadap batubara
yang terdiri dari dua jenis kualitas batubara pada area
penimbunan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
yang diinginkan oleh konsumen, serta komposisi batubara
yang homogen, secara teoritis parameter kualitas
pencampurannya dapat didekati dengan persamaan berikut :

(𝑲𝑻𝟏 .𝑿𝑻𝟏 )+(𝑲𝑻𝟐 .𝑿𝑻𝟐 )+⋯+(𝑲𝑻𝒏 .𝑿𝑻𝒏 )


𝑲𝒄 = …..........................(6.1)
𝑿𝑻𝒄

𝑿𝑻𝒄 = 𝑿𝑻𝟏 + 𝑿𝑻𝟐 + ⋯ + 𝑿𝑻𝒏 …...........................(6.2)

Keterangan :
Kc = Kualitas campuran batubara (Kkal/kg,%).
XTc = Berat tumpukan campuran batubara (kg)
KT1 = Kualitas tumpukan batubara 1 (Kkal/kg,%)
KT2 = Kualitas tumpukan batubara 2 (Kkal/kg,%)
KTn = Kualitas tumpukan batubara ke-n (Kkal/kg,%)
XT1 = Berat tumpukan batubara 1 (kg)
XT2 = Berat tumpukan batubara 2 (kg)
XTn = Berat tumpukan batubara ke-n (kg) have been

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Adapun sumber lain menyatakan rumus mixing adalah


sebagai berikut:
∑(𝑵𝒊 𝒙 𝑸𝒊)
𝑸𝒑 = ....................................................(6.3)
∑𝑵𝒊

Keterangan :
Qp = Kualitas batubara yang diinginkan
Qi = Variabel kualitas (I = 1, 2, 3, ..., n)
Ni = Berat batubara dengan kualitas Qi (I = 1, 2, 3, ..., n)
(Anonim, 2015)
Kualitas batubara merupakan faktor dasar dalam
pengambilan keputusan konsumen untuk memilih produk
batubara yang dihasilkan oleh perusahaan pertambangan.
Kualitas yang memenuhi permintaan dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan itu sendiri. Maka perlu ada harga
standar kualitas batubara yang diinginkan konsumen
dengan yang dimiliki perusahaan.
Untuk dapat mengetahui serta memperoleh data
kualitas batubara yang dihasilkan selama proses produksi
perlu dilakukan kegiatan pengukuran kualitas batubara.
Untuk memaksimalkan pemanfaatan batubara nilai kalori
rendah dengan memperhatikan batas-batas persyaratan yang
diinginkan konsumen, maka salah satu diantaranya dilakukan
pencampuran batubara atau lebih dikenal dengan blending.
Kualitas batubara sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu keadaan alami batubara,
perlakuan atau penanganan yang dialami batubara seperti
dalam kegiatan penambangan, penimbunan dan
pencampuran serta keadaan cuaca. Dengan
dilakukannya penanganan yang baik mulai dari

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

penambangan hingga penimbunan, diharapkan akan


diperoleh kualitas batubara yang dapat memenuhi
permintaan konsumen.
Dalam menyusun suatu blending plan, hal-hal
yang perlu diperhatikan dan ditentukan adalah:
1. Parameter yang bersifat kualitatif
Tidak semua parameter kualitas batubara
dapat disimulasikan dengan perhitungan kumulatif
biasa.
2. Strategi pencampuran
Pencampuran batubara yang ideal adalah
dengan mencampurkan dua batubara atau lebih
dengan menggunakan unit loading rate terkecil.
Sistem pencampuran batubara yang mungkin terjadi
dengan tingkat homogenitas yang mengecil secara
berurutan, antara lain :
Tabel 6.2
Metode Pencampuran Batubara

Unit Pencampur Unit Ratio


Pencampuran
Belt Conveyor Feed rate (tph)
Bucket Loader Jumlah Bucket
Dump Truck Jumlah dump truck
Barge Jumlah barge
*sumber: aladin, 2010

Metode Blending on truck atau Truck by Truck


merupakan salah satu dari metode pencampuran batubara,
dimana yang digunakan sebagai pembanding pencampuran

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

adalah jumlah truck. Kapasitas dari truck yang digunakan


diusahakan agar sama, sehingga akan mempermudah dalam
perhitungan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
metode pencampuran ini adalah alat angkutnya dan
kapasitas truck, waktu edar truck (cycle time) dan kualitas
dari batubara yang akan dicampur nanti. Formulasi dan
pengaturan yang tepat dari semua factor ini, akan
memberikan hasil yang baik terhadap kualitas dari
pencampuran batubara.
Dalam pelaksanaannya pencampuran (blending) dapat
dilakukan dengan beberapa system, berikut adalah beberapa
system pencampuran (blending) yaitu:
1. Roof type Stockpile (Chevron Method), material yang akan
diblending ditumpahkan selapis demi selapis secara
bergantian sepanjang blending bed.
2. Areal Stockpile, material yang akan diblending dicurahkan
selapis demi selapis secara horisontal dimana setiap
perlapisan diratakan dulu baru kemudian dicurahkan
lapisan berikutnya demikian seterusnya.
3. Axial Stockpile, lapisan material yang dicurahkan disusun
secara longitudinal dilakukan dengan menggeser posisi
curahan lebih tinggi dan menyamping.
4. Continous stockpile, hampir sama dengan metode axial
stockpile tetapi ukuran material tumpukan yang
dicurahkan relatif sama tinggi dan sejajar ke samping.
5. Alternative Stockpile, material blending ditumpahkan
pada dua tempat dalam jarak tertentu, lapisan selanjutnya
dicurahkan secara bergantian sehingga bertemu ditengah.

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Penelitian pemanfaatan batubara Indonesia jenis coking


dan non-coking sebagai bahan baku industri metalurgi
dikonsentrasikan kepada peningkatan kualitas batubara.
Pengembangan proses ini dilakukan dengan cara metode
coal blending yaitu pencampuran batubara coking dan non-
coking dengan perbandingan tertentu. Hal ini dikarenakan
jumlah batubara coking relatif rendah dibandingkan dengan
batubara non-coking. Pencampuran ini diutamakan pada
produksi kokas untuk kekuatan yang sesuai terutama coke
strength after reaction (CSR), meskipun kehilangan sejumlah
masa.
Teknologi pembuatan kokas dari batubara jenis coking
telah dikenal, namun penggunaannya terhadap batubara
Indonesia untuk menghasilkan kokas dengan kualitas yang
memenuhi persyaratan masih belum diperoleh, karena jenis
batubara yang terdapat di Indonesia kebanyakan hanya
batubara non coking, sehingga pengolahannya hanya
semikokas saja. Secara umum pertimbangan volatile matter
dalam pencampuran batubara sekitar 26-29% baik untuk
pengkokasan. Oleh karena itu, perbedaan tipe batubara,
dicampur secara proportional untuk memperoleh tingkat
volatility sebelum pengkokasan dimulai. Istilah-istilah dalam
proses pembuatan kokas, yaitu Plastic Properties, CSN
(Crucible Swelling Number), Fluidity, Dilation, Plasticity
menunjukan kemampuan batubara meleleh dan terikat.
Plasticity merupakan kemampuan untuk mengalami
proses pelunakan, reaksi kimia, pembebasan gas, dan
memadat kembali dalam coke oven. Plasticity sangat
dibutuhkan dalam proses coke blend untuk menentukan

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

kekuatan akhir dari produk kokas. Fluiditas dari sifat plastis


merupakan faktor utama untuk menentukan berapa banyak
batubara yang digunakan untuk pencampuran. Crucible
swelling number (CSN) adalah salah satu tes plasticity untuk
mengamati caking properties batubara, yang paling
sederhana dan mudah dilakukan. Caking adalah kemampuan
batubara membentuk gumpalan yang mengembang selama
proses pemanasan.

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

6.3. Alat dan Bahan

6.3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah:
a. Crusher, berfungsi sebagai alat yang mereduksi ukuran
butir dari sampel batubara.

Gambar 6.1.
Sketsa Crusher
b. Cetakan briket, berfungsi untuk mencetak campuran
material menjadi bentuk briket.

Gambar 6.2
Sketsa Cetakan Briket

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c. Alat mixing, berfungsi untuk mencampurkan batubara


kalori a dengan batubara kalori b.

Gambar 6.3
Sketsa Alat Mixing
d. Timbangan dan neraca analitik, berfungsi untuk
mengukur berat sampel batubara dalam pembuatan
briket.

Gambar 6.4
Sketsa Timbangan dan Neraca Analitik

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

e. Ember, berfungsi untuk menampung bahan-bahan


pencampuran batubara.

Gambar 6.5
Sektsa Ember
f. Safety tools, berfungsi untuk melindungi diri pada saat
proses pencampuran.

Gambar 6.6
Sketsa Safety tools

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

g. Ayakan (sieve), berfungsi untuk menyeragamkan ukuran


butir batubara.

Gambar 6.7
Sketsa Sieve
h. Sendok, berfungsi untuk memindahkan material dan
batubara maupun campurannya.

Gambar 6.8
Sketsa Sendok

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

i. Kompor briket, berfungsi sebagai alat untuk proses


pembakaran briket batubara.

Gambar 6.9
Sketsa Kompor Briket
j. Korek api, berfungsi sebagai penyulut api pada
pembakaran awal.

Gambar 6.10
Sketsa Korek Api

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

k. Stopwatch, berfungsi sebagai pengukur lama waktu


pembakaran briket batubara.

Gambar 6.11
Sketsa Stopwatch
l. Kotak Penyimpanan Briket, berfungsi sebagai tempat
penyimpanan briket batubara setelah proses pencetakan.

Gambar 6.12
Sketsa Kotak Penyimpanan Briket

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

6.3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pencampuran
batubara adalah:
a. Batubara non-karbonisasi dengan kalori 8000 kkal,
berfungsi sebagai bahan bakar pertama dalam
pencampuran batubara dalam pembuatan briket
batubara non-karbonisasi.
b. Batubara karbonisasi dengan kalori 8000 kkal, berfungsi
sebagai bahan bakar pertama dalam pencampuran
batubara dalam pembuatan briket batubara karbonisasi.
c. Batubara non-karbonisasi dengan kalori 4000 kkal,
berfungsi sebagai bahan bakar kedua dalam
pencampuran batubara dalam pembuatan briket
batubara non-karbonisasi.
d. Batubara karbonisasi dengan kalori 4000 kkal, berfungsi
sebagai bahan bakar kedua dalam pencampuran
batubara dalam pembuatan briket batubara karbonisasi.
e. Tepung tapioka, berfungsi sebagai perekat dalam
pembuatan briket batubara.
f. Tanah liat, berfungsi sebagai bahan penstabil panas
briket batubara.
g. Serbuk kayu berfungsi sebagai pemicu terbakarnya
briket batubara.
h. Minyak tanah, berfungsi sebagai pemicu api pada saat
pembakaran briket non karbonisasi.
i. Kapur (lime), sebagai bahan tambahan yang digunakan
untuk mengikat racun dan mengurangi bau belerang.

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

6.1. Prosedur Percobaan


6.4.1. Mixing Batubara
a. Mixing Batubara Non-Karbonisasi
Adapun langkah kerja dari mixing batubara non-
karbonisasi adalah sebagai berikut:

Batubara Non-Karbonisasi
Kalori 8000 kkal

Ditambahkan

Batubara Non-Karbonisasi
Kalori 00 kkal

Dimasukan Ke Alat
Mixing

Batubara Non-Karbonisasi
Kalori 6000 kkal + Kalori
....... kkal

Diaduk Selama Menit

Hasil Mixing

Gambar 6.12
Flowchart Mixing Batubara Non-Karbonisasi
Langkah kerja:
1) Menyiapkan material batubara non-karbonisasi dengan
kalori 5800 kkal dan kalori 7300 kkl
2) Dimasukan ke alat mixing sesuai dengan perbandingan
komposisi yang sudah ditentukan.
3) Mencampurkan Batubara non-karbonisasi kalori 5800 kkal
dengan batubara non-karbonisasi kalori 7300 kkal.
4) Mengaduk campuran tersebut dengan menggunakan alat
mixing selama menit
5) Memasukan data hasil mixing

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

b. Mixing Batubara Karbonisasi


Adapun langkah kerja dari mixing batubara
karbonisasi adalah sebagai berikut:

Batubara Karbonisasi Kalori


6000 kkal

Ditambahkan

Batubara Karbonisasi Kalori


kkal

Dimasukan Ke Alat
Mixing

Batubara Karbonisasi
Kalori 6000 kkal + Kalori
....... kkal

Diaduk Selama Menit

Hasil Mixing

Gambar 6.13.
Flowchart Mixing Batubara Karbonisasi
Langkah kerja:
1) Menyiapkan material batubara karbonisasi dengan
kalori 5800 kkal dan kalori kkl
2) Dimasukan ke alat mixing sesuai dengan
perbandingan komposisi yang sudah ditentukan.
3) Mencampurkan Batubara karbonisasi kalori 5800 kkal
dengan batubara karbonisasi kalori .......... kkal.
4) Mengaduk campuran tersebut dengan menggunakan
alat mixing selama menit
5) Memasukan data hasil mixing

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

6.4.2. Pembuatan Briket Batubara Hasil Mixing


a. Pembuatan Briket Batubara Non-Karbonisasi
Adapun langkah kerja dari analisa briket batubara
non-karbonisasi adalah sebagai berikut:

Batubara non-karbonisasi hasil


mixing

dicampur

Batubara + kanji + kaolin +


Serbuk kayu + kapur gamping
+ 200 gram

dihasilkan

Briket Batubara non-


Karbonisasi

Gambar 6.14.
Flowchart Pembuatan Briket Batubara Non-Karbonisasi
Langkah Kerja:
1) Menyiapkan alat, bahan pencampur dan batubara non-
karbonisasi hasil mixing.
2) Mencampurkan batubara, kanji, kaolin dan serbuk kayu
dengan berat total ± 200 gr.
3) Mencetak campuran material dengan alat pencetak
briket.
4) Mengeringkan briket yang telah dicetak.
5) Melihat dan mencatat:
a) Campuran bahan briket.
b) Kekuatan fisik briket.

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c) Bentuk hasil akhir cetakan

b. Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi


Adapun langkah kerja dari analisa briket batubara
karbonisasi adalah sebagai berikut:

Batubara karbonisasi hasil


mixing

dicampur

Batubara + kanji + kaolin +


Serbuk kayu + kapur gamping
+ 200 gram

dihasilkan

Briket Batubara Karbonisasi

Gambar 6.15.
Flowchart Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi
Langkah Kerja:
1) Menyiapkan alat, bahan pencampur dan batubara
karbonisasi hasil mixing.
2) Mencampurkan batubara, kanji, kaolin dan serbuk kayu
dengan berat total ± 200 gr.
3) Mencetak campuran material dengan alat pencetak
briket.
4) Mengeringkan material yang telah dicetak.
5) Melihat dan mencatat:
d) Campuran bahan briket.
e) Kekuatan fisik briket.

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

f) Bentuk hasil akhir cetakan

6.4.3. Uji Pembakaran Hasil Mixing


a. Pembakaran Briket Batubara Non-Karbonisasi
Prosedur percobaan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:

Briket Batubara non-karbonisasi


kalori xxxx kkal

Dicelupkan

Minyak tanah + ember

Dimasukkan dan dibakar

Kompor Briket

Dihasilkan

Hasil Pembakaran

Dianalisa

Hasil Analisa

Gambar 6.16.
Flowchart uji pembakaran briket karbonisasi
Langkah Kerja:
1) Menyiapkan kompor briket di daerah atau tempat
terbuka.
2) Memasukkan briket ke dalam ember berisi minyak
tanah.

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3) Memasukkan briket yang sudah direndam dalam


minyak tanah ke dalam kompor briket.
4) Membakar briket.
5) Menganalisa hasil pembakaran.
6) Memasukkan data hasil analisa ke dalam tabel.
b. Pembakaran Briket Batubara Karbonisasi
Prosedur percobaan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:

Briket Batubara non-karbonisasi


kalori xxxx kkal

Dicelupkan

Minyak tanah + ember

Dimasukkan dan dibakar

Kompor Briket

Dihasilkan

Hasil Pembakaran

Dianalisa

Hasil Analisa

Gambar 6.17
Flowchart uji pembakaran briket karbonisasi
Langkah Kerja:
1) Menyiapkan kompor briket di daerah atau tempat
terbuka.
2) Memasukkan briket ke dalam ember berisi minyak
tanah.

Rizal Maulana
H1C113225
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3) Memasukkan briket yang sudah direndam dalam


minyak tanah ke dalam kompor briket.
4) Membakar briket.
5) Menganalisa hasil pembakaran.
6) Memasukkan data hasil analisa ke dalam tabel.

Rizal Maulana
H1C113225

Anda mungkin juga menyukai