Anda di halaman 1dari 8

FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No.

KEGIATAN USAHA INDUSTRI MIGAS HUBUNGANNYA DENGAN


DAMPAK DAN TANGGUNG JAWAB KELESTARIAN
LINGKUNGAN HIDUP

Oleh : Sulistyono*)

ABSTRAK
Meningkatnya kegiatan pembangunan dan industri terutama industri minyak dan gas bumi
(migas) diberbagai sektor di Indonesia dapat mendorong peningkatan penggunaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Keberadaan B3 tersebut dapat berasal dari dalam negeri
maupun dari luar negeri (impor), sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang baik agar tidak
berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Kegiatan pembangunan dan industri
bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui rencana
pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan di bidang industri.
Pembangunan di bidang industri termasuk industri migas disatu pihak menghasilkan barang
yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, tetapi dipihak lain juga menghasilkan limbah.
Diantara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan usaha industri migas adalah limbah B3.
Melihat adanya fakta tetap adanya sektor industri migas yang mengakibatkan kerusakan
lingkungan hidup, maka pemerintah memberikan aturan yang tegas terhadap kewajiban
industri sektor migas untuk menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, untuk menjamin agar
sektor industri migas benar-benar melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Perusahaan,
UU Perseroan Terbatas (PT) juga telah mengatur mengenai mekanisme pemberian sanksi.
Kelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab seluruh umat manusia, termasuk
di antaranya pemerintah dan badan usaha. Industri sektor migas sebagai salah satu industri
penyumbang terbesar devisa negara, yang juga banyak terkait dengan aspek lingkungan
hidup, memiliki kewajiban untuk turut menjaga kelestarian lingkungan hidup. Hukum
Indonesia telah memberikan pengaturan yang cukup jelas dan tegas bagi industri sektor
migas terkait dengan kewajibannya dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Berbagai
kasus kerusakan lingkungan hidup yang terjadi, yang disebabkan oleh industri sektor migas,
merupakan bukti bahwa aturan yang ada belum terlaksana secara maksimal.
Kata kunci : Limbah B3, kelestarian lingkungan

rumah tangga. Selain itu pemanfaatan


I. PENDAHULUAN
berbagai produk migas juga semakin
A. Latar Belakang meningkat sehingga peningkatan akan
Sampai saat ini sumber energi dari fosil permintaan produk migas tersebut diseluruh
terutama minyak dan gas bumi masih dunia telah mengakibatkan pertumbuhan
merupakan sumber energi yang menjadi dan ekspansi pada kegiatan industri migas
pilihan utama untuk digunakan manusia yaitu pada kegiatan eksplorasi, eksploitasi
pada berbagai kebutuhan sebagai bahan dan pengolahan migas di berbagai negara
bakar, baik pada sektor industri, termasuk Indonesia. Namun demikian kita
transportasi, pembangkit tenaga maupun selalu dihadapkan pada dilema antara

23
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 2

peningkatan produksi migas dengan Pencemaran lingkungan akibat kegiatan


pelestarian sumberdaya alam dan usaha industri migas dapat terjadi mulai
lingkungan serta dampak yang dari kegiatan usaha hulu (up stream)
ditimbulkan dari proses produksi hingga kegiatan usaha hilir (down stream).
tersebut. Sehingga tidak dapat dipungkiri Dalam proses produksinya mulai dari
bahwa perkembangan industri migas kegiatan usaha hulu yaitu mulai tahap
merupakan salah satu kegiatan yang eksplorasi, meliputi penyelidikan geologi,
menghasilkan limbah dan potensi kegiatan seismic, hingga pengeboran untuk
mencemari lingkungan . pencarian sumber-sumber migas maupun
pada tahap eksploitasi, yaitu pengambilan
Bahwa lingkungan hidup yang baik dan
dan produksi migas hingga kegiatan usaha
sehat merupakan hak asasi setiap warga
hilir yaitu tahap pengolahan di kilang
negara Indonesia sebagaimana
(refinery), pengangkutan (pendistribusian),
diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-
penyimpanan (storage) dan niaga
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
berpotensi menyebabkan kerusakan
Tahun 1945. Selain itu pembangunan
lingkungan hidup. Pada satu sisi
ekonomi nasional sebagaimana
keberadaan industri migas sangat
diamanatkan oleh UUD 1945
dibutuhkan manusia tetapi disisi lain
diselenggarakan berdasarkan prinsip
kegiatan industri migas juga menjadi
pembangunan berkelanjutan dan
sumber pencemaran lingkungan. Sehingga
berwawasan lingkungan. Penerapan
pengelolaan lingkungan hidup sangat
undang-undang tentang Perlindungan dan
diperlukan, agar keberadaan industri migas
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
dapat memberikan manfaat dan
yang bisa ditoleran oleh alam dan manusia
kesejahteraan bagi manusia.
disambut dengan baik oleh pelaku usaha
baik dari kalangan BUMN maupun swasta. Menyadari potensi negatif yang di-
Upaya pelestarian lingkungan dan dampak timbulkan, Kementerian Negara
negatif dari pencemaran limbah hendaknya Lingkungan Hidup (KLH) terus berupaya
menjadi tolok ukur bagaimana alam dapat melakukan pengendalian dampak secara
menerima zero toleransi. Adanya pro dan dini. Analisis Mengenai Dampak
kontra penerapan kebijakan ini Lingkungan Hidup (Amdal) adalah salah
menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia satu perangkat preventif pengelolaaan
belum sepenuhnya concern terhadap lingkungan hidup yang terus diperkuat
pelestarian lingkungan dan penyelamatan melalui peningkatan akuntabilitas dalam
masa depan sumber daya alam yang lebih pelaksanaan penyusunan dan
baik. Sesuai amanah undang-undang memperjelas sanksi hukum bagi pelanggar
lingkungan hidup agar toleran dan di bidang Amdal. Pembangunan sektor
harmoni, penggunaaan sumber daya alam migas dapat berjalan beriringan dengan
harus selaras, serasi dan seimbang pembangunan pada sektor lingkungan
dengan fungsi lingkungan hidup, sebagai hidup. Terciptanya keseimbangan antara
konsekuensinya kebijakan, rencana dan kelestarian lingkungan dan pengelolaan
program pembangunan harus dijiwai oleh migas merupakan prasyarat penting bagi
kewajiban melakukan pelestarian terlaksananya keberlanjutan pembangunan
lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan sektor lingkungan hidup dan migas.
pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).
B. Rumusan Masalah

24
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 2

Pada satu sisi keberadaan industri migas agar industri migas dapat tetap menjaga
sangat dibutuhkan manusia tetapi disisi kelestarian lingkungan hidup, maka
lain kegiatan industri migas juga potensi diperlukan peran serta pemerintah. Dalam
mencemari lingkungan. Sehingga hal ini pemerintah memiliki peranan
pengelolaan lingkungan hidup sangat sebagai regulator, sekaligus melaksanakan
diperlukan agar keberadaan industri migas fungsi pengawasan. Pasal 39 ayat (1) UU
dapat memberikan manfaat dan Migas menyebutkan bahwa pemerintah
kesejahteraan bagi manusia. Dari latar berperan untuk melakukan pembinaan
belakang penulisan diatas dapat terhadap sektor usaha migas, yang antara
dikemukakan rumusan masalah sebagai lain mencakup penetapan kebijakan
berikut : mengenai kegiatan usaha migas,
1. Apakah kegiatan industri migas potensi berdasarkan pada: . cadangan dan potensi
mencemari lingkungan ? sumber daya migas yang dimiliki,
2. Bagaimana kewajiban Badan Usaha kemampuan produksi, kebutuhan bahan
industri migas pada pengeloaan bakar migas dalam negeri, penguasaan
lingkungan hidup? teknologi, aspek lingkungan dan
pelestarian lingkungan hidup, kemampuan
II. TINJAUAN TEORI nasional dan kebijakan pembangunan.

A. Kegiatan Industri Migas Sedangkan fungsi pengawasan yang


dilakukan pemerintah antara lain
Kegiatan usaha industri migas seharusnya pengawasan atas pekerjaan dan
dilakukan dengan berdasarkan pada pelaksanaan kegiatan usaha migas
ekonomi kerakyatan, keterpaduan, terhadap ditaatinya ketentuan peraturan
manfaat, keadilan, keseimbangan, perundang-undangan yang berlaku, yang
pemerataan, kemakmuran bersama dan meliputi: konservasi sumber daya dan
kesejateraan rakyat banyak, keamanan, cadangan migas, pengelolaan data migas,
keselamatan, dan kepastian hukum serta penerapan kaidah keteknikan yang baik,
berwawasan lingkungan. Adapun salah jenis dan mutu hasil olahan migas, alokasi
satu tujuan penyelenggaraan kegiatan dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan
usaha migas, menurut Pasal 3 huruf f bahan baku, keselamatan dan kesehatan
Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 kerja dan pengelolaan lingkungan hidup.
tentang Minyak dan Gas Bumi adalah
sebagai berikut : “menciptakan lapangan Namun demikian, yang memegang
kerja, meningkatkan kesejahteraan dan peranan terpenting untuk menjamin agar
kemakmuran rakyat yang adil dan merata, sektor usaha migas dapat tetap menjaga
serta menjaga kelestarian lingkungan kelestarian lingkungan, adalah badan
hidup”. Pada ketentuan didalam Undang- usaha itu sendiri, sebagai pelaku di
Undang Migas tersebut disebutkan bahwa lapangan. Oleh karena itu, di dalam Pasal
dalam pelaksanaan sektor industri migas 40 UU Migas diatur mengenai kewajiban-
harus selalu memperhatikan aspek-aspek kewajiban Badan Usaha dalam rangka
kelestarian lingkungan hidup. menjamin kelestarian lingkungan hidup,
yaitu sebagai berikut:
Kegiatan usaha migas terdiri atas kegiatan
usaha hulu yang mencakup eksplorasi dan a. menjamin keselamatan dan kesehatan
eksploitasi, sedangkan kegiatan usaha hilir kerja serta pengelolaan lingkungan
mencakup pengolahan, pengangkutan, hidup dan menaati ketentuan peraturan
penyimpanan dan niaga. Untuk menjamin

25
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 2

perundangan-undangan yang berlaku bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat,


dalam kegiatan usaha migas; tetapi di pihak lain juga menghasilkan
limbah. Diantara limbah yang dihasilkan
b. melakukan pencegahan dan
oleh kegiatan usaha industri migas adalah
penanggulangan pencemaran serta
limbah B3.
pemulihan atas terjadinya kerusakan
lingkungan hidup, termasuk kewajiban Penurunan kualitas lingkungan diantaranya
pascaoperasi pertambangan; disebabkan karena pembuangan limbah,
baik limbah domestik maupun limbah
c. bertanggung jawab dalam
industri termasuk limbah B3 sehingga
mengembangkan lingkungan dan
dapat menimbulkan bahaya terhadap
masyarakat setempat
lingkungan, kesehatan manusia dan
makhluk hidup lainnya. yang tidak
terkendali. Dari bermacam-macam sumber
limbah yang menyebabkan menurunnya
kualitas lingkungan, kegiatan
pertambangan terutama pertambangan
migas merupakan salah satu kegiatan
yang banyak menimbulkan permasalahan
lingkungan. Sebagai negara yang memiliki
potensi bahan tambang yang besar,
negara Indonesia juga berpotensi besar
menderita kerusakan lingkungan akibat
usaha pertambangan. Umumnya segala
usaha pertambangan baik itu skala
Gambar 1 : Kegiatan Eksplorasi Migas radisional, kecil maupun skala besar
memiliki daya rusak terhadap lingkungan,
yaitu berkurangnya bahkan hilangnya
B. Pencemaran dari Kegiatan Industri
Migas fungsi-fungsi dari lingkungan tersebut.
Dalam beberapa kasus, limbah berbahaya
Meningkatnya kegiatan pembangunan dan yang dihasilkan dari kegiatan
industri di berbagai sektor di Indonesia penambangan mencemari daerah sekitar
dapat mendorong peningkatan dan bahkan membahayakan kesehatan
penggunaan Bahan Berbahaya dan manusia.
Beracun (B3) di berbagai sektor industri
termasuk industri migas. Keberadaan B3 Dalam proses produksinya mulai dari
kegiatan hulu (up stream) yaitu mulai tahap
tersebut dapat berasal dari dalam negeri
maupun dari luar negeri (impor), sehingga eksplorasi, pencarian sumber-sumber
perlu dilakukan pengelolaan yang baik agar minyak bumi maupun tahap eksploitasi,
tidak berbahaya. Kegiatan pembangunan dan produksi pengambilan sumber minyak
bumi hingga kegiatan hilir (down stream)
bertujuan meningkatkan kesejahteraan
hidup rakyat yang dilaksanakan melalui yaitu tahap pengolahan di kilang,
rencana pembangunan jangka panjang pengangkuatan sampai penyimpanan dan
yang bertumpu pada pembangunan di niaga berpotensi menyebabkan
bidang industri. Pembangunan di bidang merosotnya kualitas lingkungan hidup.
industri termasuk industri migas disatu Merosotnya kualitas lingkungan berarti
pihak menghasilkan barang yang fungsi atau peranan lingkungan tersebut
mengalami penurunan. Adapun penurunan
26
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 2

fungsi atau peranan lingkungan yang kegiatan eksploitasi migas, sehingga


terjadi diantaranya adalah berkurangnya disebut gas alam atau gas bumi (natural
sumber daya alam serta berkurangnya gas). Gas hidrokarbon tersebut
kemampuan lingkungan untuk mengolah mempunyai sifat karsinogenik yaitu dapat
limbah secara alami. memicu terjadinya kanker pada manusia
terutama kanker darah.
Menurut Undang-undang no. 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan 2. Gas hidrogen sulfida (H2S),
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
Gas hidrogen sulfida merupakan gas
dimaksud dengan pencemaran
ikutan yang keluar bersama gas
lingkungan hidup adalah masuk atau
hidrokarbon dari sumur migas, yang timbul
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dari kegiatan eksploitasi migas. Hidrogen
dan/atau komponen lain ke dalam
Sulfida (H2S) merupakan suatu gas tak
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
berwarna, lebih berat dari udara, sangat
sehingga melampaui baku mutu lingkungan
beracun, korosif dan berbau.
hidup yang telah ditetapkan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah PP No 101 tahun 3. Gas karbon dioksida (CO2)
2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 Gas Carbon Dioksida (CO2), adalah suatu
(Bahan Berbahaya dan Beracun), kegiatan gas inert dan gas ikutan yang keluar
usaha industri migas berpotensi bersama gas alam, yang timbul dari
menghasilkan limbah B3 pada industri atau kegiatan ekspoitasi migas, juga sebagai
kegiatan kilang minyak dan gas bumi kode gas inert dari kegiatan panas bumi Selain
07. Limbah hasil kegiatan usaha industri itu gas CO2 adalah merupakan gas polutan
migas dikategorikan limbah B3 karena sifat dari emisi pembakaran bahan bakar baik
dan konsentrasinya dapat membahayakan industri maupun kendaran bermotor.
lingkungan hidup, kesehatan manusia dan Merupakan gas yang yang tidak berwarna
makhluk hidup lainnya. Sedangkan dan tidak berbau, gas ini akan
karakteristik yang termasuk limbah B3 menurunkan nilai pembakaran (heating
adalah mudah meledak, mudah terbakar, value) dari gas alam bila dikombinasi
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan dengan adanya air akan membentuk
infeksi, bersifat korosif dan bersifat senyawa korosif. Selain itu gas CO2
karsinogenik, maka pengelolaannya merupakan penyumbang utama
diperlukan penanganan secara baik pemanasan global.
sehingga tidak mencemari lingkungan.
Reaksi pembakaran : bahan bakar + O2 ---
C. Dampak Kegiatan Industri Migas ------------ CO2 + H2O

a. Pencemaran Udara 4. Gas karbon monoksida (CO)


1. Gas hidrokarbon Gas karbon monooksida (CO), adalah
Gas hidrokarbon timbul dari kegiatan salah satu gas yang timbul akibat
eksploitasi migas. Gas hidrokarbon terdiri pembakaran bahan bakar fosil yang tidak
dari gas methane (CH4), ethane (C2H6), sempurna..
propane (C3H8), iso butane (i-C4H10) ,
butane (C4H10) dan pentane (C5H12). Reaksi pembakaran tidak sempurna :
Hidrokarbon aromatik termasuk benzene, bahan bakar + O2 --- C + CO +CO2+
toluene dan xylene umumnya ditemukan H2O
dalam minyak mentah. Gas-gas tersebut Gas karbon monooksida (CO) merupakan
umumnya berasal dari sumur migas dari gas yang berbahaya untuk tubuh karena

27
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 2

daya ikat gas CO terhadap Hb adalah 240 maupun karena bencana alam. .Adanya
kali dari daya ikat CO terhadap O2. Apabila hujan akan menyebarkan tumpahan
gas CO darah (HbCO) cukup tinggi, maka minyak akibat kebocoran tersebut dan
akan mulai terjadi gejala antara lain pusing berpotensi mencemari lingkungan dan
kepala, mual dan sesak nafas, gangguan membahayakan biota perairan di sangai
penglihatan dan konsentrasi menurun, atau laut.
tidak sadar, koma dan apabila berlanjut
Untuk melokalisir dan pembersihan
akan dapat menyebabkan kematian.
tumpahan minyak di sungai atau laut /
pantai dengan menggunakan bahan kimia
b. Pencemaran Air
(chemical) jenis OSD (Oil Spill Dispersant).
1. Limbah pemboran
c. Pencemaran Tanah
Limbah pemboran, lumpur sisa adalah
material-material dari hasil kegiatan
1. Oil Sludge (lumpur minyak)
eksplorasi migas. Limbah pemboran ini
Oil sludge (lumpur minyak) adalah kotoran
juga potensi mempengaruhi kualitas air
minyak yang terbentuk dari proses
permukaan disekitar daerah eksplorasi.
pengumpulan dan pengendapan
2. Air terproduksi kontaminan minyak, yang terdiri atas
kontaminan yang memang sudah ada di
Air terproduksi adalah air yang berasal dari
dalam minyak maupun kontaminan yang
tambang atau dari sumur minyak yang
terkumpul dan terbentuk dalam
masih bercampur dengan minyak mentah/
penanganan suatu proses. Secara fisik oil
minyak bumi (crude oil) dan gas a yang
sludge mempunyai berat jenis antara : 0,93
dibawa ke atas dari strata yang
– 1,05, berwarna dari coklat tua sampai
mengandung hidrokarbon selama kegiatan
hitam, berbau hidrokarbon dan kelarutan
pengambilan minyak dan gas bumi
dalam air sangat rendah. Komponen utama
termasuk didalamnya air formasi, air
dari oil sludge adalah air, minyak, padatan
injeksi dan bahan kimia yang ditambahkan
(residu) dan logam terutama logam As, Hg,
untuk pengeboran atau untuk proses
Cu, Zn, Cr dan logam-logam lain. Kegiatan
pemisahan minyak/air.
usaha industri migas yang paling potensi
3. Tumpahan minyak (oil spill) di perairan menghasilkan sludge adalah tangki timbun
Tumpahan minyak (oil spill) di perairan minyak mentah (crude oil) dan tangki
sungai atau laut dapat terjadi karena timbun produk bahan bakar minyak baik di
minyak yang tumpah akibat kebocoran darat (terminal transit, instalasi, depot)
sarana pengangkutan, penyimpanan dan maupun di laut (tanker/ floating storage).
niaga. Minyak yang tumpah bisa berupa Oil sludge umumnya terdapat setelah
minyak mentah (crude oil) maupun produk- kegiatan pembersihan tangki timbun (tank
produk minyak yang dalam hal ini adalah cleaning).
BBM (avgas, mogas, avtur, minyak tanah,
solar, minyak diesel dan minyak bakar) 2. Tumpahan minyak (oil spill) di
maupun pelumas. Kebocoran dapat terjadi permukaan tanah
pada sarana pipa, tongkang/ tanker
Tumpahan minyak di permukaan tanah
maupun tangki floating storage.
dapat terjadi karena minyak yang tumpah
Kebocoran dapat disebabkan karena
akibat kebocoran pada`sarana pengolahan,
kelalaian petugas operator, peralatan yang
pengangkutan, penyimpanan dan niaga.
sudah usang, rusaknya segel pipa
Kebocoran dapat terjadi pada pipa, mobil

28
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 2

tangki, RTW maupun tangki timbun di c. Melakukan tindakan penyelamatan,


kilang/ terminal transit/instalasi/depot penanggulangan, dan/ atau
maupun tangki lembaga penyalur). Minyak pemulihan atas beban biaya;
yang tumpah bisa berupa minyak mentah d. Pembayaran sejumlah uang tertentu;
(crude oil) maupun produk-produk minyak e. Pencabutan izin usaha dan/atau
yang dalam hal ini adalah BBM (avgas, kegiatan.
mogas, avtur, minyak tanah, solar, minyak
2. Sanksi pidana, sebagaimana diatur
diesel dan minyak bakar) maupun
dalam pasal 41-47 UU PPLH.
pelumas. Kebocoran dapat disebabkan
karena kelalaian petugas operator,
peralatan yang sudah usang, rusaknya III. PENUTUP
segel pipa maupun karena bencana alam.
Melihat adanya fakta tetap adanya sektor
D. Sanksi industri migas yang mengakibatkan
Kewajiban badan usaha, termasuk yang kerusakan lingkungan hidup, maka
bergerak dalam industri migas, untuk pemerintah memberikan aturan yang tegas
menjaga kelestarian lingkungan hidup telah terhadap kewajiban industri sektor migas
diatur dengan tegas di dalam UU PPLH, untuk menjaga kelestarian lingkungan. Hal
antara lain sebagai berikut: ini diatur di dalam Pasal 74 ayat (1) UU No.
1. dilarang melanggar mutu dan kriteria 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
baku kerusakan lingkungan hidup; (PT), yang berbunyi sebagai berikut:
2. wajib memiliki analisis mengenai “Perseroan yang menjalankan kegiatan
dampak lingkungan hidup, bagi rencana usahanya di bidang dan/atau berkaitan
usaha dan/atau kegiatan yang dengan sumber daya alam wajib
kemungkinan dapat menimbulkan melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
dampak besar dan penting terhadap dan Lingkungan.”
lingkungan hidup; Selain itu, untuk menjamin agar sektor
3. wajib melakukan pengelolaan limbah industri migas benar-benar melaksanakan
hasil usaha dan/atau kegiatan; Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
4. wajib melakukan pengelolaan bahan Perusahaan, UU PT juga telah mengatur
berbahaya dan beracun. mengenai mekanisme pemberian sanksi,
Terhadap badan usaha yang melakukan yaitu di dalam Pasal 74 ayat (3), yang
pelanggaran atas ketentuan yang telah berbunyi sebagai berikut: “Perseroan yang
diatur tersebut, didalam UU Lingkungan tidak melaksanakan kewajiban
Hidup juga telah diatur mengenai sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penjatuhan sanksi, yaitu sebagai berikut: dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
1. Sanksi administratif, sebagaimana diatur
dalam Pasal 25 ayat (1) dan (2) serta Salah satu bentuk sanksi yang dapat
Pasal 27 ayat (1) UU PPLH, sebagai dijatuhkan kepada badan usaha sektor
berikut: industri migas yang tidak melaksanakan
a. Mencegah dan mengakhiri terjadinya Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
pelanggaran; Perusahaan adalah berdasarkan pada
b. Menanggulangi akibat yang aturan di dalam UU PPLH. Kelestarian
ditimbulkan oleh suatu pelanggaran; lingkungan hidup merupakan tanggung
jawab seluruh umat manusia, termasuk di
antaranya pemerintah, badan usaha dan

29
FORUM TEKNOLOGI Vol. 05 No. 2

masyarakat. Industri sektor migas sebagai sektor migas, merupakan bukti bahwa
salah satu industri penyumbang terbesar aturan dan regulasi yang ada belum
devisa negara, yang juga banyak terkait terlaksana secara maksimal.
dengan aspek lingkungan hidup, memiliki
Diharapkan dengan adanya aturan
kewajiban untuk turut menjaga kelestarian
mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
lingkungan hidup. Hukum Indonesia telah
Lingkungan Perusahaan, sebagaimana
memberikan pengaturan yang cukup jelas
diatur dalam UU PT, dapat menjadi
dan tegas bagi industri sektor migas terkait
pegangan bagi industri sektor migas untuk
dengan kewajibannya dalam menjaga
menjaga kelestarian lingkungan hidup,
kelestarian lingkungan hidup. Berbagai
sehingga impian mendapatkan lingkungan
kasus kerusakan lingkungan hidup yang
hidup yang sehat akan menjadi kenyataan.
terjadi, yang disebabkan oleh industri

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, K dan Scoot, R, 1982, Fundamental of Industrial Toxicology., Michigan: Ann


Arbor Science Publisher.
Lagrega MD et all, 1994, Hazardous Waste Management, Mc. Graw Hill, New York
Maynard, JB; Sanders WN, 1969, Determination of the Detailed Hydrocarbon Composition
and Potential Reactivity of Full range Motor Gasoline, Air Pollution, Control Assoc
Mukono H.J, 2005, Toksikologi Lingkungan,. Airlangga University Press, Surabaya.
UU No. 22 tahun 2001, tentang Minyak dan Gas Bumi
UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT)
UU No. 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PP No.35 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas
PP No.36 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Migas
PP No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun )
PP No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Permen LH no. 19 tahun 2010 tentang baku Mutu air Limbah Kegiatan Industri Migas
www.antara.co.id, Kontribusi Sektor ESDM pada APBN 2006 Mencapai Rp. 237,6 Triliun.
Diakses tanggal pada tanggal 20 Pebruari 2015.
www.bainfokomsumut.go.id, Pembangunan Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
Diakses pada tanggal 2 Maret 2015.

*) Penulis adalah Widyaiswara Madya Pusdiklat Migas

30

Anda mungkin juga menyukai