Anda di halaman 1dari 6

GLIQUIDONE SEBAGAI ANTIDIABETIK

Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Analisis Farmasi
Ibu Nora Idiawaty, S.Si, M.Si

OLEH:
RICKI HARDIANA
H13108028

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2011
GLIQUIDONE SEBAGAI ANTIDIABETIK

I. Diabetes Mellitus (DM)


Diabetes mellitus yang umum dikenal sebagai kencing manis
adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah)
yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Semua jenis diabetes
mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Pembentukan
diabetes dapat dikarenakan kurangnya produksi insulin (diabetes mellitus tipe 1), atau
kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe 2). Tipe 1
membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan pengobatan oral
dan hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif.

II. Gliquidone
Gliquidone (C27H33N3O6S ) atau N-(sikloheksilkarbamoil)-4-[2-(7-metoksi-
4,4-dimetil-1,3-diokso-3,4-dihidroisoquinolin-2(1H)-il)etil]benzenasulfonamida
merupakan obat antidiabetik (tipe 2) oral dari golongan sulfonilurea. Gliquidone
memiliki beberapa sifat yaitu berbentuk padatan, berwarna putih, bersifat polar, sukar
larut dalam lemak, mudah larut dalam pelarut polar.

Gambar 1. Struktur Gliquidone

III. Mekanisme Reaksi Gliquidone dalam Tubuh


Sama seperti sulfonilurea lainnya, gliquidone terutama bekerja dengan cara
menstimulasi sel-β pada islet Langerhans pankreas untuk melepaskan insulin
endogen. Gliquidone merupakan obat antidiabetik oral yang efektif .
Sama seperti sulfonilurea lainnya, gliquidone bekerja dengan cara
menstimulasi influks kalsium ke dalam sel-β pankreas dan dengan cepat merangsang
pelepasan insulin. Obat ini menyebabkan jaringan-jaringan perifer menjadi lebih
sensitif terhadap insulin, kemungkinan dengan adanya penambahan jumlah reseptor
insulin, dan hasilnya adalah penurunan sintesis insulin secara keseluruhan.
Gliquidone juga membutuhkan keberadaan sel-sel β pankreas yang masih berfungsi
untuk efek hipoglikemiknya.
Gliquidone dapat menyebabkan hipoglikemia terutama bila diberikan secara
berlebihan, hal ini dapat disebabkan oleh lebih cepatnya insulin yang dilepaskan dari
pankreas dibandingkan dengan glibenklamid. Gliquidone memiliki efek inotropik
positif, namun tidak ada bukti pada penggunaan secara klinis.

Gambar 2. Mekanisme Reaksi Gliquidone (Sulfonylurea)

IV. Farmakokinetik dari Gliquidone


Gliquidone diabsorpsi oleh usus (95%), dan mencapai kadar maksimum
dalam plasma setelah 2-3 jam. Dalam 1,5 jam, konsentrasi ini akan turun separuhnya.
Perbandingan antara relawan sehat dan penderita diabetes tanpa gangguan ginjal
memperlihatkan tidak ada perubahan kadar gliquidone dalam plasma dan darah
dibandingkan dengan penderita nondiabetes dan diabetes yang disertai dengan
gangguan ginjal.
Gliquidone dimetabolisme secara ekstensif, hasil metabolisme utama
adalah o-desmethylgliquidone. Deaktivasi metabolit utama dapat dicapai dengan
demetilasi di hati. Sebanyak 95% gliquidone diekskresikan sebagian besar sebagai
metabolit pada feses lewat empedu, obat ini dapat digunakan pada pasien dengan
kerusakan fungsi ginjal karena obat tampaknya tidak diakumulasi. Hanya sejumlah
kecil dari metabolit yang diekskresi melalui ginjal. Rata-rata hanya 5% dari dosis
yang diberikan, dan itu dalam bentuk hasil metabolisme, ditemukan di urin, tanpa
menghiraukan cara pemberian dan jumlah yang diberikan.

V. Sediaan Obat Gliquidone


Gliquidone tersedia dalam sediaan tablet. Tablet terbagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1. Tablet yang Dimasukkan ke Dalam Rongga Mulut
Tablet dimasukka ke dalam tubuh melalui rongga mulut dan diabsorpsi di
usus. Contohnya: Gliquidone.
2. Tablet Lozenges
Tablet hisap seperti permen, sebagai antiseptik pada mukosa mulut atau
tenggorokan. Contohnya: Dequalinium HCl.
3. Tablet Sublingual
Diletakkan di bawah lidah, melarut lebih cepat dan diabsorpsi melalui
mukosa. Contohnya: Nitrogliserin.
4. Tablet Intrabuccal
Dimasukkan di pipi bagian dalam, tablet melarut dan bahan diabsorpsi melalui
mukosa. Contohnya: Progesteron.
5. Tablet Sustained Release
Bahan obat yang dilepas secara perlahan-lahan. Contohnya: Isoptin SR.
6. Tablet Implantasi
Tablet yang diimplantasikan di bawah kulit. Contohnya: Norplant.
Bentuk-bentuk tablet:
1. Tablet berbentuk pipih.
2. Tablet berbentuk bulat.
3. Tablet berbentuk persegi.
4. Tablet yang menggunakan tanda belahan (scoret tablet, memudahkan untuk
membagi tablet).
VI. Metode Analisis
6.1 Analisis Kualitatif
6.1.2 Identifikasi Gliquidone dengan KLT
Sampel dan standar (kontrol positif) dilarutkan ke dalam 10 mL metanol dan
disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm. Selanjutnya sampel dan
standar (kontrol positif) di totolkan ke plat KLT sebagai fasa diamnya dan plat
tersebut kemudian diletakkan di fasa geraknya. Nilai Rf (waktu yang ditempuh oleh
komponen) dihitung dan dibandingkan antara sampel dan standar (kontrol positif).
Sampel positif mengandung gliquidone jika nilai Rf-nya sama atau berdekatan.

Gambar 3. Cara Kerja Identifikasi Gliquidone dengan KLT

6.2 Analisis Kuantitatif


6.2.1 Penentuan Kadar Gliquidone dengan Spektrofotometer UV-Vis
1. Preparasi Larutan Standar dan Sampel
Disiapkan larutan stok dari gliquidone sebagai standar (100 µg/mL) yang dibuat
dengan melarutkan 10 mg gliquidone dalam 100 mL metanol. Sampel dihaluskan
dan sejumlah ekuivalen dari 10 mg sampel dilarutkan dalam sejumlah kecil
metanol, dihomogenkan dengan ultrasonik selama 10 menit pada 25°C. Disaring
dan diencerkan dalam labu 100 mL.
2. Pengukuran Spektrofotometri
Larutan sampel dan standar yang telah divariasikan konsentrasinya diukur
absorbansinya pada range 200-360 nm dimana λmaks terukur pada 225 nm.
Absorbansi dari setiap larutan dapat digunakan untuk menghitung absorptivitas
molar standar dan sampel. Selanjutnya dilakukan pengukuran lebih lanjut terhadap
standar dan sampel pada λmaks 225 nm, sehingga nilai absorbansi yang diperoleh
dapat digunakan untuk menghitung kadar gliquidone dalam sampel.

A = ε.b.C

Anda mungkin juga menyukai