Sri Murtiwi
Division of Endocrinology and Metabolism
Department of Internal Medicine Faculty of Medicine Airlangga University
Pendahuluan
Vildagliptin
Gambar 1. Mekanisme kerja DPP-4 inhibitor dikutip dari Abel T, 2011 www.intechopen.com
Regimen terapi kombinasi insulin dan DPP-4 inhibitor telah masuk dalam
algoritme penatalaksanaan DM2 pada joint position statement of American Diabetes
Association (ADA) dan European Association for the Study of Diabetes (EASD)
maupun pada algoritme penatalaksanaan DMT2 PERKENI 2015.
Penelitian yang dilakukan oleh Kothny W et all., 2013 dengan judul Improved
glycemic control with vildagliptin added to insulin, with or without metformin, in
patients with type2 diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efikasi
dan keamanan vildagliptin dosis 2x50 mg ditambahkan pada pasien DMT2 yang telah
mendapat terapi insulin. Metode penelitian adalah multicenter, double-blind, placebo-
controlled, parallel group, clinical trial pada pasien DMT2 yang tidak terkontrol
dengan terapi insulin dengan atau tanpa metformin. Pasien mendapatkan tambahan
terapi vildagliptin 2x50ng atau placebo selama 24 minggu. Hasil dari penelitian ini
dari 449 pasien dirandom untuk mendapatkan vildagliptin (n=228) atau placebo
(n=221). Setelah 24 minggu didapatkan perbedaan penurunan HbA1c antara
vildagliptin dan placebo pada semua populasi penelitian sebesar -0.7± 0.1%
(p<0.001), pada sub group yang mendapat terapi metformin sebesar -0.6 ± 0.1%
(p<0.001) dan -0.8 ± 0.2% (p<0.001) pada subgroup tanpa metformin. Terapi dengan
vildagliptin bisa ditoleransi dengan baik dan angka kejadian hipoglikemi sama rendah
dibanding dengan placebo (8.4 vs 7.2%, p=0.66) dan tidak berhubungan dengan
peningkatan berat badan (+0.1 vs -0.4 kg). Kesimpulan pada penelitian ini adalah
vildagliptin 2x50 mg/hari ditambahkan pada terapi insulin dapat menurunkan HbA1c
pada DMT2 yang tidak terkendali dengan insulin dengan atau tanpa metformin.
Vildagliptin ditoleransi dengan baik dengan keamanan yang sama dengan placebo.
Hasil ini dapat dicapai dengan tanpa peningkatan berat badan atau meningkatnya
kejadian hipoglikemi dan terjadi perbaikan kendali glukosa darah 5.
Gambar 2. (A) Unadjusted mean changes (± s.e.) in HbA1c over time. (B) adjusted mean change (± s.e.)
in HbA1c from baseline to study end point. Study end point define as the final available
postrandomization assessment obtained at any visit, prior to start of major changes in insulin
background therapy, up to the final scheduled visit including week 24. BL, baseline; EP ,end point;
*p<0.001 . Dikutip dari Kothny W et all. Diabetes Obesity and Metabolism 2013;15: 252-257
Gambar 4. Evens per patient-year of confirmed hypoglycemia (a) and severe hypoglycemia (b) during
24-week treatment with vildagliptin (50mg twice daily, n=144) (filled bars; value for severe
hypoglycemia=0.00) or placebo (+insulin; n=152) (open bars). *p<0.05, *** p<0.001 vs placebo
Dikutip dari Fonseca V et all. Diabetologia 2007; 50:1148-1155
Gambar 5. Mean change .A: Mean change in HbA1c over time ; B: Adjusted mean change in HbA1c
from baseline to endpoint. BL: Baseline; EP: End point; p<0.001
Kozlovski P et al.World J Diabetes 2013; 4(4): 151-156
Penelitian oleh Tang Y-Zh et al.,2015 dengan judul Efficacy and safety of
vildagliptin, sitagliptin, and linagliptin as add-on therapy in Chinese patients with
T2DM inadequately controlled with dyual combination of insulin and traditional oral
hypoglycemic agent. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efikasi dan keamanan 3
DPP-4 inhibitor (Vildagliptin, sitagliptin, linagliptin) bila ditambahkan pada pasien
DMT2 populasi China yang tidak terkendali glukosa darahnya dengan terapi dua
kombinasi insulin dan metformin atau acarbose. Metode peneltian, sejumlah 535
pasien DMT2 yang telah gagal mencapai kendali glukosa darah dengan insulin dan
OAD tradisional dirandom untuk mendapatkan vildagliptin, sitagliptin, linagliptin.
Selama penelitian dievaluasi indek masa tubuh (IMT), HbA1c, glukosa darah puasa
dan postprandial, dosis insulin, dan efek samping obat. Hasil penelitian menunjukkan
HbA1c awal adalah 9.59±1.84% (kelompok vildagliptin), 9.22±1.60% (kelompok
sitagliptin dan 9.58±1.80% (kelompok linagliptin). Pada minggu 12 turun menjadi
8.16±1.29% (vildagliptin), 8.56±1.96% (linagliptin), 8.26±0.08% (sitagliptin).
Perubahan HbA1c dari awal -1.33±0.11% (vildagliptin), -0.84±0.11% (sitagliptin),
dan -0.81±0.08 % (linagliptin), kelompok vildagliptin mempunyai penurunan HbA1c
yang paling besar (p<0.05). Proporsi pasien yang bisa mencapai target HbA1c sebesar
66.27% (vildagliptin), 52.73%(sitagliptin), 55.49 % (linagliptin) dan kelompok
vildagliptin paling tinggi pencapaian target HbA1c (p<0.05). Nilai kadar glukosa
darah puasa maupun postprandial awal penelitian adalah sama pada tiga kelompok
penelitian. Pada minggu 12 rerata kadar glukosa darah puasa 7.31 ± 1.50 mmol/L
(vildagliptin), dan 6.90 ± 1.55 mmol/L (linagliptin) secara bermakna lebih rendah
dibanding dengan kelompok sitagliptin 8.02 ± 4.48 mmol/L; p<0.05. Kelompok
linagliptin mempunyai rerata glukosa darah postprandial yang paling rendah diikuti
dengan kelompok vildagliptin secara bermakna juga lebih rendah (p=0.000) dibanding
dengan kelompok sitagliptin. Disamping itu dosis insulin kelompok vildagliptin
paling rendah dibanding dengan kelompok lain pada minggu 6 dan minggu 12.
Selama penelitian didapatkan efek samping ringan. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah bahwa ketiga DPP-4 inhibitor nampak efektif dan aman sebagai tambahan
terapi pada pasien DMT2 yang telah mendapatkan 2 kombinasi terapi insulin dan
OAD. Vildagliptin menunjukkan lebih efektif dalam penurunan kebutuhan insulin dan
pencapaian target HbA1c dibanding dengan kelompok sitagliptin dan linagliptin 8.
Ringkasan
Daftar Pustaka
8. Tang Y-Zh, Wang G, Jiang Zh-H, Yan T-T, Chen Y-J, Yang M, Meng L-L,
Zhu Y-J, Li Ch-G, Li Zh, Yu P, Ni Ch-L. Efficacy and safety of vildagliptin,
sitagliptin and linagliptin as ad-on therapy in Chinese patients with T2DM
inadequately controlled with dual combination of insulin and traditional oral
hypoglycemic agent. Diabetol Metab Syndr 2015;7:91-100