Anda di halaman 1dari 33

JOB I

KOMUNIKASI BASEBAND

TUJUAN:

Membangun link komunikasi digital base-band dengan menggunakan pulsa spektrum Raised
Cosine dengan faktor – faktor roll – off yang di pilih
Mempelajari karakteristik pulsa RC
Mempelajari pola algoritma “ Ketepatan Pewaktuan “
Memahami clock slip control pada pola algoritma tracking

TEORI DASAR

Secara umum blok diagram pemancar dan penerima dalam komunikasi di perlihatkan pada
gambar berikut

RANDOM
DATA UP PULSE WICOMM-T Tx
GENERATION SAMPLING SAMPLING INTERFACE

RC PULSE
GENERATION

Blok diagram pemancar

WICOMM-T Tx
INTERFACE PAIRING INTERPOLATION CLOCK SLIP CONTROL

Blok diagram penerima

1. Pembentukan Pulsa

Inter Symbol Interference ( ISI ) adalah interferensi dasar antar symbol dipenerima dimana
energy dari satu symbol mempengaruhi symbol berikutnya yang menyebabkan penerjemahan symbol
tidak tepat pada sinyal yang diterima. ISI merupakan sebuah akibat yang tidak dapat dihindari pada
sitem komunikasi kabel dan tanpa kabel. Satu cara untuk menghindari ISI adalah menurunkan
kecepatan bit atau bit rate yang mana cara ini bukan sebuah solusi yang bagus ketika semakin
banyak data yang harus diakomodasi dalam sebuah band frekuensi yang tersedia. Sebuah cara lain
untuk menghindari ISI adalah “ Pembentukan Pulsa”. Pembentukan pulsa juga memperbaiki
efesiensi spektrum tanpa mengurangi ketepatan dan tanpa meningkatkan bandwidth. Secara umum,
ketika pulsa dibentuk seperti pada gambar berikut:
Spektrum terdiri dari sebuah main lobe yang ada ditengah spektrum dan beberapa side lobe
yang berada di sisi main lobe. Dengan membentuk pulsa spektrum kita dapat mencapai dua hal.
Pertama adalah baha main lobe dibuat sesempit mungkin ( lebar pulsa kecil ), dan kedua adalah level
maksimum side lobe dibuat sekecil mungkin dibandingkan terhadap level main lobe. Dengan
membentuk pulsa spektrum dengan cara seperti ini maka energy satu symbol akan dibatasi ke
symbol itu sendiri tidak mengganggu energy symbol sebelahanya.

2. Pembangkit Pulsa RC

Pembentukan pulsa dengan menggunakan pulsa raised cosine adalah sebuah cara untuk
mencegah efek ISI. Pembentukan pulsa dilakukan di sisi pemancar sehingga efek ISI dapat dikurangi
di penerima. Respon impuls sebuah filter RC ideal diberikan oleh :
𝑠𝑖𝑛𝑐 (2𝐵𝑡)𝑥 cos (2𝜋𝑟𝐵𝑡)
h (t) = 1−16 (𝑟𝐵𝑡)2

1
Dimana B = 2 Tb dan r adalah faktor roll – off yang digunakan. Faktor roll – off dari sebuah pulsa
RC mengindikasikan berapa bandwidth yang digunakan terhadap bandwidth ideal. Jika faktor roll –
off lebih kecil maka skema lebih efesien. Persentase yang melebihi bandwidth minimum yang
diminta Nyquist dinamakan kelebihan bandwidth. Jika faktor roll – off sama dengan satu maka
persentasenya adalah 100% dan jika faktor roll – off sama dengan 0,5 maka persentasenya adalah
50%. Faktor roll – off juga mengindikasikan nilai kerusakan pinggiran pulsa. Faktor roll – off
sebesar 0 memberikan bandwidth yang lebih sempit serta nilai kerusakan paling lambat dalam
domain waktu. Ketika faktor bernilai 1 bandwidth akan lebih besar tetapi kerusakan pulsa lebih
cepat. Sehingga faktor roll – off memberikan pertukaran antara kecepatan data yang lebih besar dan
penekanan pinggiran pulsa dalam domain waktu. Kerusakan dalam domain waktu adalah hal utama
untuk sistem dengantiming jitter yang relative besar pada penerima.
3. Pairing

Pairing dilakukan di penerima untuk menentukan pasangan – pasangan pada sampel yang
diterima dimana bebas ISI. Gambar dibawah memperlihatkan sampel – sampel di penerima yang
sesuai dengan urutan bit yang dipancarkan yang berubah – ubah dari 1 dan -1.

Pasangan – pasangan sampel ( 0,1 ), ( 2,3 ), dan ( 4,5 ) mempunyai nilai 0 yang melewatinya,
sementara pasangan - pasangan lain ( 1,2 ), dan ( 3,4 ) bebas ISI. Fungsi pairing adalah mendapatkan
kumpulan pasangan sampel yang bebas ISI dalam sebuah blok sampel yang diterima. Pasangan yang
mempunyau jumlah melawati 0 lebih kecil dipilih sebagai yang mempunyai bebas ISI.

4. Interpolasi

Interpolasi digunakan untuk memperoleh sampel – sampel yang bebas ISI. Untuk interpolasi
sebuah interpolator SINC digunakan untuk meninterpolasi 8 sampel. Rumus impuls interpolator
SINC diberikan oleh
sin(𝑤𝑛)
h1p (n) = 𝜋𝑛
𝜋
Dimana = 𝐿 , L = 9 dan 128 tap FIR digunakan. Sehingga n bervariasi dari -64 sampai 63. Kemudian
menentukan besar rata – rata 8 sampel dari semua bit. Hasil ini dalam eye pattern diperbaiki da nisi
dirata – ratakan, dan memperlihatkan main lobe pulsa RC, akhirnya yang memberikan nilai
maksimum itulah yang paling bagus.

5. Algoritma Tracking

Untuk memperhitungan interpolasi yang efisien dalam tracking maka interpolasi


diimplementasikan sebagai filter polyphase. Ada 8 filter polyphase yang mempunyai respon impuls
yaitu :

H1 = h1p ( -64 + 8n );

H2 = h1p ( -63 + 8n );

H3 = h1p ( -62 + 8n );

H4 = h1p ( -61 + 8n );

H5 = h1p ( -60 + 8n );

H6 = h1p ( -59 + 8n );

H7 = h1p ( -58 + 8n );

H8 = h1p ( -57 + 8n );
Dimana n = 0 sampai 15. Konvolusi dengan h1 ( n ) memberikan nilai yang diinterpolasi pada sampel
pertama dan seterusnya. Bit – bit didecodekan dan sampel yang paling bagus dalam setiap iterasi
disimpan untuk diplot.

6. Clock Slip Control

Jika clok pemancar dan penerima tidak mempunyai error maka nilai interpolator paling bagus
akan tetap konstan untuk semua blok. Jika clock penerima lebih cepat dari clok pemancar, 3 sampel
per bit akan diterima bukan sampel per bit. Dalam kasus ini, untuk memperbaiki pairing satu sampel
tambahan dalam bit dihilangkan. Sehinga nilai interpolator paling bagus akan bergerak dari 0 – 1 – 2
dan setelah tersisa pada 7 untuk beberapa waktu itu tidak dapat bergerak ke -8 dan akhirnya kembali
ke 0 . ini dinamakan clock slip dan pembetulan clock dilakukan dengan menghilangkan sampel
tambahan dalam blok terakhir. Ini berulang secara periodic. Jika clock penerima lebih lebih lambat
dari clock pemancar maka satu sampel per bit akan diterima bukan dua. Dalam kasus ini, untuk
memperbaiki pairing, secara sederhana menggunakan ulang sampel. Jadi nilai interpolator paling
bagus akan bergerak dari 7 – 6 – 5 dan setelah tersisa pada 0 itu akan kembali ke 7. Ini dinamakan
clock slip dan pembetulan clock dilakukan dengan melipat sampel paling banyak dari blok
sebelumnya ke blok berikutnya. Ini berulang secara periodic.

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Merangkai WiCOMM-T dalam format baseband loopback.

2. Memasang modul ke modul BaseUnit


3. Menghubungkan modul BaseUnit ke PC dengan kabel USB
4. Menghubungkan kabel power WiCOMM-T ( Modul BaseUnit ) dan switch on modul maka led
reset akan menyala
5. Membangkitkan sampel – sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut :
a. Membuka Matlab. Mengetik command berikut pada prompt Matlab Command yaitu

addpath ‘C:\WiCOMM-T\Console

Kemudian enter

b. Mengetik commad berikut


WiCOMM_T

(Dengan cara lain : buka Aplikasi WiCOM sortcut yang ada di desktop)

Kemudian enter dan akan muncul gambar WICOMM_T console seperti gambar di bawah

c. Mengelik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Cypress USB Console”.
d. Memilih option pada menu paling atas, kemudian pilih ‘EZ – USB interface’ maka akan
ditampilkan Window WBU seperti pada gambar di bawah.
e. Mengelik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB yaitu file
‘WBU_USB.hex’. ini dilokasikan pada ‘C:\WiCOMM-T\Drivers\’ by default.
f. Setelah di download, Memilih window USB Console dan pilih ‘Alt setting’ as ‘2’ pada
item Configuration Interfaces seperti pada gambar di bawah.

Kemudian close
g. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, Mengelik tombol
‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC seperti di bawah

h. Pada item ‘Experiment’ Memilih ‘Baseband Communication’.


i. Mengelik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan sampel-sampel modem
untuk ditransmisikan
j. Memilih nilai faktor roll-off sebesar 0,11
6. Mentransmisikan sampel – sampel modem melalui WiCOMM-T untuk nilai faktor diatas
dengan cara sebagai berikut:
a. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, Mengelik tombol ‘RUN’
dan akan muncul gambar WBU console seperti pada gambar di bawah.

PERINGATAN : JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE


b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console Memilih menu pertama ( atas ) sehingga
akan nampak seperti pada gambar di bawah.

Kemudian Memilih item Direction dengan Tx dan Rx klik tombol Ok.


c. Mengelik tombol START pada WBU console untuk memulai memancarkan dan
menerima sampel-sampel modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip – kedip berwarna biru
yang menandakan peralatan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat
diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya yaitu aktifkan WBU console dan
pada kolom sebelah kanan WBU console klik item kedua (tengah) sehingga diperlihatkan
gambar window statistic seperti pada di bawah.
7. Menggambar eye pattern yang ditampilkan oleh osiloskop. Cara menghubungkan osiloskop
dengan WiCOMM-T yaitu menghubungkan socket BNC WiCOMM-T dengan ujung BNC
yng lain ke osiloskop,
8. Analisa sampel - sampel modem yang diterima dengan cara :
a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket,
mengelik tombol stop pada WBU console. Mencatat semua nilai yang diperhatikan
statistic window.
b. Mengaktifkan layar WEC kemudian klik tombol ‘ANALYZE’. Menggambarkan hasil
ANALYZE.
9. Menggambar semua plot yang dihasilkan oleh Matlab untuk nilai faktor roll – off tersebut
10. Mengubah nilai faktor roll – off ke 0,51 ; 0,91 dan ulangi langkah 6-9.
11. Sekarang menggunakan 2 WiCOMM-T dan 2PC dimana yang satu berfungsi sebagai pemancar
dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan modul RF seperti
pada gambar di bawah.

Menghubungkanlah setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi lahkah 1-9. Pada langkah
6.b pilih item Direction pada setiap PC dimana satu PC pilih Tx only dan PC yang lainnya
pilih Rx only kemudian klik tombol Ok.
JOB II
QUADRATURE PHASE SHIFT KEYING ( QPSK )

TUJUAN
Untuk menyimulasikan pemancar dan penerima QPSK dengan mempertimbangkan phase
offset dan frequency offset.

TEORI DASAR

1. Pembangkitan pulsa RRC

Ketika ada noise dipenerima kita perlu untuk melakukan matched filtering untuk
meminimkan Bit Error Rate ( BER ). Kita ingin output matched filter adalah pulsa RC seperti pada
job 1. Oleh karena itu pulsa pemancar dan respon impuls matched filter keduanya harus sebuah pulsa
dengan spektrum Root Raised Cosine (RRC). Respon impuls sebuah pulsa RRC ideal adalah
Untuk t = 0 yaitu
𝑟
h (t) = 1 – r + 4𝜋

𝑇
untuk t = ± 4𝑟 yaitu

𝑟 2 𝜋 2 𝜋
h (t) = √2 [(1 + 𝜋) sin (4𝑟) + (1 − 𝜋) cos (4𝑟)]

untuk t yang lain yaitu


𝑡 𝑡 𝑡
sin[𝜋 (1−𝑟) ]+4𝑟 cos[𝜋 ( 1+𝑟 ) ]
𝑇 𝑇 𝑇
h (t) = 𝑡 𝑡 2
𝜋 [1−(4𝑟 ]
𝑇 𝑇

dimana r adalah faktor roll - off yang dipilih. Apabila diubah ke domain frekuensi maka persamaan
di atas secara persamaan umum yang dapat diubah menjadi bentuk

H (f) = √𝑃 (𝑓)

Dimana P(f) adalah spektrum pulsa RC yang diperlihatkan pada job 1. Faktor roll – off pada pulsa
RRC yang mirip dengan faktor roll – off pada pulsa RC mengindikasi berapa banyak bandwidth
yang digunakan terhadap bandwidth ideal. Jika nilai faktor lebih kecil maka skema lebih efisien.
Persentasenya terhadap bandwidth minimum yang diminta Nyquist dinamakan kelebihan bandwidth.

2. Penilaian dan Pembetulan Frequency Offset

Frrekuensi carrier yang digunakan untuk demodulasi analog tidak dapat disinkronisasikan
dengan frekuensi yang dipancarkan. Efek dari offset, yang mana nilainya bisa dalam beberapa kHz,
adalah untuk memutar titik – titik konstelasi QPSK yang diterima setahap demi setahap terhadap
waktu. Penilaian kasar satu waktu pada frekuensi carrier dilakukan dengan menggunakan algoritma
daya ke-4. Untuk menilai frekuensi offset f՜c, symbol I dan Q di tahan dan diproses dengan algoritma
daya ke 4 untuk pertama kali. Dari besar yang dihasilkan dengan menggunakan cara Diskrit Fourier
Transform ( DFT ) kita akan mendapatkan nilai puncak frekuensi, kemudian nilai puncak ini dibagi
dengan N ( yaitu jumlah titik yang digunakan dalam DFT ) dan dibagi dengan 4 untuk memperoleh
frekuensi offset f”c yang mana tidak akan sama dengan f’c. Dari sini resolusi yang kita peroleh
adalah
2 𝐹𝑠𝑖𝑚𝑏𝑜𝑙 𝐹𝑠𝑖𝑚𝑏𝑜𝑙
=
4𝑁 2𝑁

Dimana Fsimbol adalah kecepatan symbol. Penilaian frekuensi offset disimpan dalam
sebuah variable. Titik – titik sampel kemudian dikalikan dengan e-j2πδf’’c Tm. Jadi frekuensi offset yang
tersisa adalah δfc = f՜c – f՜՜c. Tergantung pada nilai frekuensi sampling jumlah frekuensi offset yang
2𝐹𝑠𝑖𝑚𝑏𝑜𝑙 𝐹𝑠𝑖𝑚𝑏𝑜𝑙
kita dapat nilainya akan berbeda dalam rentan nilai antara − 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 . Resolusi
4 4
𝐹𝑠𝑖𝑚𝑏𝑜𝑙
adalah 2𝑁
.

3. Ketepatan pewaktuan

Sampel – sampel yang disampling dalam ADC tidak terjadi pada sampel bebas ISI. Untuk
menentukan sampel bebas ISI, kita menggunakan filter polyphase dan menginterpolasi 20 nilai
dalam sebuah durasi symbol untuk keduanya symbol I dan Q . Respon impuls pada filter polypashe
adalah pulsa RRC karena pulsa pancar adalah RRC bukan RC. Dalam job 1 kita hanya menggunakan
kanal I untuk menilai sampel yang kira – kira bebas ISI dan melakukan pairing sample. Dalam
QPSK aka nada cross talk antara I dan Q pada output IF demodulator. Sehingga kita tidak dapat
menggunakan metode pairing, menginterpolasi, merata- ratakan dengan menggunakan salah satu
sinyal I dan Q yang sama dengan baseband komunikasi pada job 1. Malahan kita melakukan
interpolasi pada kedua sinyal I dan Q pada pewaktuan sampel diantara kedua pairing yang mungkin,
dan merata- ratakan energy untuk menilai pewaktuan. Cara ini dinamakan strategi penilaian waktu
non-coherent. Karena phasa offset, gelombang kanal I dan Q setelah LPF adalah

I (t) = I cos ϴ + Q sin ϴ

Q (t) = Q cos ϴ + I sinϴ

Jika kita mengambil ( I2 + Q2) maka efek ϴ dihilangkan. Sampel pada nilai maksimum
adalah sampel sampling yang paling bagus. 20interpolator disimpan dalam pola array dan dari nilai-
nilai interpolator yang dihitung kita memutuskan sampel sampling yang benar dengan akurasi
sebesar 1/20 durasi symbol. Dari sini mematched filter yang paling bagus dari itu ditentukan. Nilai
sampel pewaktuan disimpan dalam sebuah variable. Disebabkan karena frekuensi offset
pewaktuan,interpolator yang memberikan nilai puncak tetap berubah.

4. Matched Filter

seperti yang dijelaskan pada sesi ketepatan pewaktuan, matched filter yang paling bagus
diperoleh dengan penilaian pewaktuan. Sampel yang datang setelah kompensasi untuk frekuensi
offset kemudian di filter dengan matched filter yang benar untuk memperoleh symbol yang di
demodulasi yang disimpan dalam sebuah array.

5. Penilaian Phase Offset dan Pembetulan

Setelah pembentukan frekuensi, sinyal yang didemodulasi akan mempunyai rentan nilai 0
sampai 2π. Efek dari pashe offset carrierini adalah untuk memutar setiap titik konstelasi QPSK yang
diterima. Phase offset ini berubah secara lambat disebabkan karena frekuensi offset yang tertinggal.
Menggunakan beberapa symbol yang pertama yang diperoleh setelah matched filter,penilaian phase
offset carrier dilakukan dengan menggunakan metode daya ke4 pada symbol I dan Q yang ditahan
(buffer) yaitu mencerminkan symbol ke kuadran I dan kemudian merata-ratakan. Sudut antara titik
yang dirata – ratakan dengan titik ideal memberikan nilai phase offset. Phase offset disimpan dalam
variable.

6. Tracking Pewaktuan

Sekali sampel pewaktuan paling bagusuntuk blok pertama diperoleh dengan menggunakan
algoritma ketepatan pewaktu seperti yang dijelaskan di atas, maka itu cukup untuk memperoleh nilai
yang diinterpolasi untuk posisi sebelahnya pada salah satu sisi dari sampel paling bagus dan pada
sampel pewaktuan paling bagus ( metode awal-akhir ) pada job 1.

7. Penilaian Frekuensi yang Tersisa dan Pembetulan

Untuk mentrack frekuensi offset yang tersisa, yang menunjukkan phase yang berubah
dengan lambat, kita menggunakan tracker satu tap dengan sebuah adaptive weight ‘w’ yang
mengikuti sebuah algoritma LMS (Least Mean Square). Nilai w diperbaruhi dengan menggunakan
persamaan
y (n) = conj (w) * u (n)
e (n) = d (n) – y (n)
w (n+1) = w (n) + μ * (e(n) * u (n))
dimana w (0) = 1 ;
u(n) = input yang datang setelah menghilangkan phase offset;
y(n) = symbol di putar balik
d(n) = symbol yang diinginkan
dimana riil [ d(n) ] = (+/-) 1 , jika riil (y(n)) adalah (>/<) 0;
dimana im [ d(n) ] = (+/-) 1, jika im (y(n)) adalah (>/<)0;
μ = ukuran step (0,25);
e(n) = error antara symbol yang diputar balik dan symbol yang di deteksi

Dalam algoritma LSM, kita akan menyesuaikan filter adaptif 1-tap untuk meminimalkan nilai mean
square pada error anatara nilai yang diinginkan d dan output y.
Dalam steady state filter adaptif 1-tap dapat mengganti phase offset yang terus berubah secara
lambat disebabkan karena frekuensi offset yang tersisa.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Merangkai WiCOMM-T dalam format baseband loopback seperti pada gambar di bawah.
2. Memasang modul ke modul BaseUnit yang diperlihatkan pada gambar di bawah

3. Menghubungkan modul BaseUnit ke PC dengan kabel USB


4. Mengubungkan kabel power WiCOMM-T ( Modul BaseUnit ) dan switch on modul maka
led reset menyala
5. Membangkitkan sampel-sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut :
a. Membuka Matlab. Mengetik command berikut pada prompt Matlab Command yaitu
Addpath ‘C:\WiCOOM-T\Console’

b. Mengetik command berikut


WiCOOM-T
Kemudian enter dan akan muncul gambar WiCOOM_T console seperti pada gambar di
bawah.

(Dengan cara lain : buka Aplikasi WiCOM sortcut yang ada di desktop)

c. Mengelik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Cypress USB Console”.
d. Memilih option pada menu paling atas, kemudian pilih ‘EZ – USB interface’ maka akan
ditampilkan window WBU s seperti pada gambar di bawah.
e. Mengelik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB yaitu file
‘WBU_USB.hex’. ini dilokasikan pada ‘C:\WiCOMM-T\Drivers\’ by default.
f. Setelah di download, memilih window USB Console dan pilih ‘Alt setting’ as ‘2’ pada
item Configuration Interfaces seperti pada gambar di bawah.

Kemudian close
g. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, mengelik tombol
‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC seperti pada gambar di bawah.
h. Pada item ‘Experiment’ memilih ‘QPSK’ dan kotak sebelah kanannya pilih ‘IF’
i. Mengelik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan sampel-sampel modem
untuk ditransmisikan
j. Mengatur nilai parameter untuk SNR = 100 dB seperti yang diperlihatkan pada tabel
berikut:
Frequncy / Phase 0 Hz 60 Hz 120 Hz
Offset
0 derajat SNR = 100 dB SNR = 100 dB SNR = 100 dB
60 derajat SNR = 100 dB SNR = 100 dB SNR = 100 dB
6. Mentransmisikan sampel – sampel modem melalui WiCOMM-T untuk setiap nilai
parameter diatas dengan cara sebagai berikut:
a. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, mengelik tombol ‘RUN’ dan
akan muncul gambar WBU console seperti pada gambar di bawah.

b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console memilih menu pertama ( atas ) sehingga
akan nampak gambar seperti di bawah.
Kemudian memilih item Direction dengan Tx dan Rx klik tombol Ok.
c. Mengelik tombol START pada WBU console untuk memulai memancarkan dan
menerima sampel-sampel modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip – kedip berwarna biru
yang menandakan peralatan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat
diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya yaitu aktifkan WBU console dan
pada kolom sebelah kanan WBU console klik item kedua (tengah) sehingga
diperlihatkan gambar window statistic seperti di bawah

7. Menganalisa sampel-sampel modem yang diterima dengan cara :


a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket
mengelik tombol stop pada WBU console. Catatlah semua nilai yang diperlihatkan
statistic window
b. Mengaktifkan layer WEC kemudian klik tombol ‘ANALYZE’. Gambar hasil
ANALYZE
8. Menggambarkan semua plot yang dihasilkan oleh Matlab
9. Mengatur nilai SNR = 50 dB dan nilai-nilai parameter seperti pada tabel di bawah

Frequncy / 0 Hz 60 Hz 120 Hz
Phase Offset
0 derajat SNR = 100 dB SNR = 100 dB SNR = 100 dB
60 derajat SNR = 100 dB SNR = 100 dB SNR = 100 dB

10. Mengulangi langkah 6 – 8


11. Sekarang merangkai WiCOMM-T dalam format IF loop back seperti pada gambar di bawah.
12. Mengulangi langkah 5 sampai 8
13. Sekarang menggunakan 2 WiCOMM-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan modul
RF seperti pada gambar di bawah.

Hubungkan setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi langkah 1-8. Pada langkah 6.b pilih
item Direction pada setiap PC dimana setiap PC pilih Tx only dan PC yang lain pilih Rx
only kemudian klik tombol ok.
JOB III

ADAPTIVE LINEAR EQUALIZER

TUJUAN

Untuk mengurangi distorsi yang dihasilkan oleh kanal pada sinyal yang ditransmisikan
dengan menggunakan Adaptive Linear Equalizer (LE) pada sampel-sampel yang diterima dari
output ADC.

TEORI DASAR

1. Untuk apa Equalizer

Dalam percobaan ini, kita mempertimbangkan masalah transmisi sinyal ketika kanal dibatasi
band untuk semua |𝑓| ≤ 𝐵 dan karakteristik delay envelope |τ(f)| konstan untuk semua |𝑓| ≤ 𝐵. Jadi
ketika kanal ideal dan bandwidth adalah B, sebuah sinyal pulsa dapat dirancang untuk
memmbolehkan kita untuk memancar pada 2B symbol/detik tanpa ISI dan bit-bit yang dapat
dipancarkan tergantung pada jenis modulasi yang digunakan. Pada sisi lain, ketika kanal tidak ideal,
transmisi sinyal pada kecepatan symbol sama dengan 2B atau melewati 2B akan menghasilkan ISI.
Untuk mendesain bebas ISI, itu perlu untuk mengurangi kecepatan symbol 1/T dibawah kecepatan
Nyquist yaitu 2B symbol/detik dan dengan demikian kita dapat merealisasikan filter pemancar dan
penerima. Tetapi untuk mencapai kecepatan transmisi symbol sebesar 2B/detik kita seharusnya
mengurangi kondisi bebas ISI untuk mempunyai sejumlah ISI yang dikendalikan. Dalam mendesain
dimana respon frekuensi kanal diketahui untuk |𝑓| ≤ 𝐵 maka kita dapat mendesain modulator dan
demodulator dengan menggunakan filter yang responnya boleh dipilih untuk meminimalkan
probabilitas error detector. Biarpun begitu dalam sistem komunikasi digital praktis yang
memancarkan melalui kanal yang dibatasi bandwidth, respon frekuensi kanal c(f) tidak diketahui
untuk mendesain sebuah filter optimum untuk modulator dan demodulator. Kita perlu mendesain
sebuah penerima dengan mempertimbangkan distorsi kanal yang tidak diketahui, AWGN dan ISI
untuk mengganti nilai error yang tinggi. Equalizer adalah sebuah kompensator yang mengurangi
nilai error tersebut.

2. Jenis – Jenis Equalizer


Ada beberapa metode equalisasi. Ada teknik equalisasi optimal yang didasarkan pada
kriteria deteksi Maximum Likelihood Sequence ( MLSE ). MLSE adalah sebuah perhitungan
kompleks dan kompleksitasnya bertambah secara eksponensial terhadap panjang disperse waktu
kanal. Dalam job 5, MLSE yang menggunakan algoritma Viterbi diberikan sebagai latihan bagi
mahasiswa. Satu metode untuk melakukan sub deteksi optimal didasarkan pada penggunaan filter
linear dengan koefisien yang dapat diatur dinamakan Linear Equalizer. Metode kedua adalah metode
yang menggunakan symbol-simbol yang dideteksi sebelumnya untuk menekan ISI pada symbol
yang dideteksi sekarang dan dinamakan Decision Feedback Equalizer.

3. Equalizer yang diberi jarak sedikit


Dalam Linear Equalizer tap-tap equalizer diberi jarak pada kebalikan kecepatan symbol
yaitu pada kebalikan kecepatan signaling 1/T. waktu sampling ini optimal jika equalizer didahului
oleh filter yang dimatch ke pulsa yang dipancarkan yang didistorsi kanal. Ketika karakteristik kanal
tidak diketahui filter penerima dimatch ke pulsa sinyal pancar dan waktu sampling dioptimalisasi
untuk filter. Tetapi batasan equalizer kecepatan symbol adalah batasan yang hanya dapat mengganti
untuk karakteristik respon frekuensi untuk sinyal-sinyal lain yang diterima (sinyal aliasing yang
diterima) dan distorsi kanal dalam sinyal. Untuk mengatasi masalah ini kita menggunakan equalizer
yang diberi jarak kecil dimana sinyal yang datang disampel minimal sama kecepatannya dengan
Nyquist. Sebagai contoh, jika sinyal yang ditransmisikan berisi pulsa yang mempunyai spektrum
𝑇
raised cosine dengan faktor roll – off r maka sinyal melewati sebuah equalizer dengan jarak tap 1+𝑟.
Apabila r = 1 maka kita akan mempunyai equalizer yang diberi jarak T/2 dan apabila r = 0,5 maka
kita akan mempunyai equalizer yang diberi jarak 2T/3 dan seterusnya. Secara umum equalizer yang
diberi jarak kecil akan mengganti distorsi kanal pada sinyal yang diterima sebelum efek aliasing
disebabkan karena sampling pada kecepatan symbol. Efeknya, equalizer yang diberi jarak kecil sama
dengan equalizer linear optimum yang berisi matched filter yang diikuti dengan equalizer kecepatan
symbol.

4. Adaptive Linear Equalizer


Tujuan Adaptive Linear Equalizer adalah untuk menyesuaikan koefisien-koefisien untuk
meminimalkan nois dan ISI pada output. Penyesuaian equalizer dilakukan oleh sinyal error yang
mana dihitung dengan menggunakan algoritma adaptive seperti Least Mean Square ( LMS ). Ada
dua mode yang mana equalizer adaptive bekerja. Satu adalah mode training dan yang lain adalah
mode yang diarahkan keputusan. Pada mode training, untuk membuat equalizer cocok dengan durasi
ketepatan awal, sebuah sinyal training diperlukan. Ini dilakukan untuk menghimpun informasi
tentang kanal. Dalam mode ini, pemancar menghasilkan urutan symbol data yang diketahui untuk
penerima. Sinyal error e[k] dihitung dari sinyal training d[n]. sinyal error e[k] = d[n] – y[k] dimana
d[n] = 1 [ k – Δ ]. Δ adalah delay keputusan. Adaptive equalizer mode training diperhatikan pada
gambar dibawah

slicer

r[k] Adaptive Filter


y[k] y[kD] Decision
W (k-1) LMS D
algorithm ȋ[k]

-
+
e [k] Ʃ

LMS algorithm

Training d[n] = I[k-Δ]


Signals

Sinyal error digunakan untuk mengatur koefisien equalizer. Sekali koefisien diubah ke nilai
optimumnya dengan menggunakan urutan sinyal training, keputusan di output slicer ( comparator /
pengiris ) umumnya cukup dapat diandalkan sehingga dapat digunakan untuk melanjutkan proses
adaptasi. Ini dinamakan mode yang diarahkan keputusan.
Dalam mode yang diarahkan, keputusan-keputusan penerima digunakan untuk
menghaasilkan sinyal error. Pengaturan equalizer yang diarahkan keputusan efektif untuk mentrack
perubahan-perubahanyang lambatdalam respon kanal. Biarpun begitu, pendekatan ini tidak efektif
selama penerima pertama. Dalam modul ini distorsi awal yang diberikan pada pemancar di
equalisasi menggunakan filter FIR. Adaptive linear filter pada orde L digunakan untuk equalisasi.
Sinyal error antara input comparator dan output komparator akan digunakan untuk menyesuaiktan
adaptive filter pada mode yang diarahkan keputusan. Sejak mode yang diarahkan keputusan adalah
sebuah equalizer yang diberi jarak kecil,filter beroperasi pada kecepatan dua kali kecepatan symbol.
Adaptive equalizer pada mode yang diarahkan keputusan diperhatikan pada gambar dibawah

slicer

r[k] Adaptive Filter


y[k] y[kD] Decision
W (k-1) LMS D
algorithm ȋ[k]

-
+
e [k] Ʃ

LMS algorithm

Blok diagram of Adaptive Linear equalizer – Decision Directed Mode – L tapped filter

5. Pembangkitan Pulsa RRC


Sebuah spektrum pulsa khusus untuk T>1/2 W yang mana mempunyai sifat sifat spektrum
yang diinginkan dan digunakan dalam praktek adalah spektrum raised cosine. Karena karakteristik
yang halus dari spektrum raised cosine, itu mungkin untuk mendesain filter – filter praktis untuk
keduanya pemancar dan penerima yang mana pendekatan keseluruhan respon frekuensi yang
diinginkan. Jadi karakteristik spektrum raised cosine keseluruhan adalah pemisah antara filter
pemancar dan filter penerima. Dalam percobaan ini kita mempunyai filter RRC pada pemancar
sementara dipenerima kita mempunyai equalizer yang diberi jarak kecil yang sama dengan matched
filter dan sebuah equalizer kecepatan symbol.

6. Memodel Kanal
Kanal dimodel sebagai sebuah system FIR dengan sebuah representasi berupa sampel –
sampel yang diberi jarak dimana kecepatan sampling sama dengan kecepatan yang digunakan untuk
menghasilkan stream yang dibentuk pulsa.
Untuk kecepatan sampling yang yang lebih tinggi yang digunakan pada pemancar kita perlu
menaikkan urutan sampel untuk koefisien kanal FIR. Jika kita menggunakan 8 sampel per symbol
maka koefisien ini di up-sampel 8 kali dan diinterpolasi secara linear untuk memperoleh koefisien
kanal pada kecepatan sampling. Kemudian, koefisien kanal yang di interpolasikan dengan Lc = ((3-
1) x 8) + 1 = 17 koefisien dinormalisasikan untuk membuat gain kanal 1 yaitu Ʃ|h|2 = 1

7. Aturan LMS untuk Adaptive Linear Equalizer


Sampel – sampel modem yang diterima dibaca kedalam sebuah variable dan diubah kedalam
representasi baseband kompleks. Sampel – sampel yang diterima dikurangi secara tepat sehingga
kita memperoleh dua kali kecepatan symbol yaitu 2 sampel persimbol. Ini secara tidak langsung
𝑇𝑏
menyatakan bahwa kecepatan sampling yang dihasilkan Ts = . L tap Ts yang diberi jarak
2
𝐿
equalizer w(0) dengan rentan durasi symbol Tb diinialisasi pada waktu symbol k = 0 untuk bentuk
2
RRC; yaitu w[0] = RRC [n]. sekarang kita dapat menganggap L = 10. Koefisien equalizer
diperbaruhi untuk symbol ke k dengan menggunakan algoritma LMS sebagai berikut :

1. Menghitung nilai yang difilter :


y[k] = r[k]Hw[k-1]
(setiap n = nTs) dimana w [k-1] adalah koefisien equalizer yang diberi jarak Ts dari
waktu symbol sebelumnya, dan r[k] adalah sampel-sampel (L) yang diberi jarak Ts
difilter dengan equalizer dan H menunjukkan transpose konjugat.
2. Menurunkan sampel sebesar 2 untuk memperoleh y[kD] dari y[k] menjaga phasa
penurunan sampling keseluruhan frame dari blok yang berisi 20000 sampel
3. Menghitung error : e[k] = d[n] – y[k] dimana d[n] = I [k – Δ]. Disinilah pilihan delay
keputusan yang berada pada rentan
𝐿𝑐 𝐿𝑇𝑠
( +1)+ ( )
8 𝑇𝑏
0≤ ∆≤
2

Dimana Lc adalah jumlah tap kanal dan L adalah jumlah tap equalizer. Oleh
karena itu, perhitungan error dilakukan setiap periode symbol Tb. Sinyal yang diinginkan
d[n] diperoleh dari sebuah “local copy” ( urutan sinyal training ) dari stream QAM I[k] yang
ada dipenerima. Kita dapat menganggap bahwa 2000 pertama dari maksimum 20000 sampel
digunakan untuk sinyal training.

4. Memerbaharui equalizer dengan menggunakan aturan LMS yaitu

W [k] = w [ k – 1] + μe [ k ]Hr[ k ]

Dimana r[k] adalah vector input dengan panjang 10, r[ k ],r[ k-1 ],r[ k-2 ],…, r[ k
– 9 ] dan konstanta learning ( gain ) μ untuk filter praktis bernilai 0,01.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Merangkai WiCOMM-T dalam format baseband loopback seperti pada gambar di bawah

2. Memasang modul pada gambar di atas ke modul BaseUnit yang diperlihatkan pada gambar
di bawah.
3. Menghubungkan modul BaseUnit ke PC dengan kabel USB
4. Menghubungkan kabel power WiCOMM-T(Modul BaseUnit)dan switch on modul maka led
reset akan menyala.
5. Mengbangkitkan sampel- sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut :
a. Membuka Matlab, mengetik command berikut pada prompt Matlab Command yaitu
Addpath’C:\WiCOMM-T\Console’
Kemudian enter
b. Mengetik command berikut
WiCOMM-T
Kemudian enter dan akan muncul gambar WiCOMM_T console seperti gambar di
bawah

(Dengan cara lain : buka Aplikasi WiCOM sortcut yang ada di desktop)

c. Mengelik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Cypress USB Console”
d. Memilih Option pada menu paling atas, kemudian memilih ‘EZ-USB Interface’ maka
akan ditampilkan window WBU seperti pada gambar di bawah
e. Mengelik tombol download untuk mendwonload driver WBU’s USB yaitu file
‘WBU_USB.hex’. ini dilokasikan pada ‘C:\WiCOMM-T\’ by default.
f. Setelah disownload, memilih window USB Console dan memilih ‘Alt setting’ as’2’
pada item Configuration Interfaces seperti pada gambar dibawah

Kemudian close
g. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, mengelik tombol
‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC seperti di bawah

h. Pada item ‘EXPERIMENT; memilih ‘LE-Linear Equalizer’dan kotak sebelah kanannya


pilih ‘IF’.
i. Menggunakan pasang- pasangan parameter berikut :
 Kanal : BENGN

Step Size 0.02 0.05 0.001


Delay
0 No of Taps : 5 No of Taps : 5 No of Taps : 5

2 No of Taps : 5 No of Taps : 5 No of Taps : 5

5 No of Taps : 5 No of Taps : 5 No of Taps : 5

j. Mengelik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan sampel- sampel modem


untuk ditransmisikan.
6. Mentransmisikan sampel- sampel modem melalui WiCOMM-T setiap nilai parameter di atas
dengan cara sebagai berikut :
a. Kembali ke gambar WiCOMM-T console pada langkah 5.b, mengelik tombol ‘RUN’
dan akan muncul gambar WBU console seperti gambar di bawah

PERINGATAN : JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE.


Mengatur sampling rate ke 2MBps
b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console memlih menu pertama (atas) sehingga
akan nampak gambar seperti di bawah

Kemudian memilih item Direction dengan Tx&Rx dan klik tombol OK.
c. Mengelik tombol START pada WBU console untuk memulai memancar dan menerima
sampel- sampel modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip- kedip berwarna biru yang
menandakan peralatan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat
diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya yaitu aktifkan WBU console klik
item kedua (tengah)sehingga diperlihatkan gambar window statistic seperti di bawah
7. Menganalisa sampel- sampel modem yang diterima dengan cara :
a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket
mengelik tombol stop pada WBU console. Catatlah semua nilai yang diperlihatkan
statistic window.
b. Mengaktifkan layar WEC kemudian klik ‘ANALYZE’
8. Menggambar semua plot yang dihasilkan oleh matlab dan catat hasil ANALYZE.
9. Mengubah nilai parameter seperti table di bawah

Step Size 0.02 0.05 0.001


Delay
0 No of Taps : 10 No of Taps : 10 No of Taps : 10

2 No of Taps : 10 No of Taps : 10 No of Taps : 10

5 No of Taps : 10 No of Taps : 10 No of Taps : 10

10. Mengulangi langkah 5.j – 8.


11. Mengubah nilai parameter seperti pada table di bawah

Step Size 0.02 0.05 0.001


Delay
0 No of Taps : 15 No of Taps : 15 No of Taps : 15

2 No of Taps : 15 No of Taps : 15 No of Taps : 15

5 No of Taps : 15 No of Taps : 15 No of Taps : 15

12. Mengulangi langkah 5.j – 8.


13. Mengubah nilai parameter seperti pada table di bawah

Step Size 0.02 0.05 0.001


Delay
0 No of Taps : 20 No of Taps : 20 No of Taps : 20

2 No of Taps : 20 No of Taps : 20 No of Taps : 20

5 No of Taps : 20 No of Taps : 20 No of Taps : 20

14. Mengulangi langkah 5.j – 8.


15. Mengubah jenis kanal ke MODERATE.
16. Mengulangi langkah 5.i – 14.
17. Mengubah jenis kanal ke SERVER.
18. Mengulangi langkah 5.i – 14.
19. Membandingkanlah efek ketiga model kanal di atas.
20. Sekarang merangkai WiCOMM-T dalam format IF loop-back seperti pada gambar

21. Mengulangi langkah 5 – 19.


22. Sekarang menggunakan 2 WiCOMM-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan modul
RF seperti pada gambar di bawah

Menghubungkan setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi langkah 5 – 19. Pada langkah
6.b pilih item direction pada setiap PC dimana satu PC pilih Tx only dan PC yang lain pilih
Rx only kemudian klik tombol OK.
JOB IV

ADAPTIVE DECISION FEEDBACK EQUALIZER

TUJUAN

Untuk mengurangi distorsi yang dihasilkan oleh kanal pada sinyal yang ditransmisikan dengan
menggunakan Adaptive Decision Feedback Equalization (DFE) pada sampel- sampel yang diterima
dari output ADC.

TEORI DASAR

1. Mengapa menggunakan Adaptive Decision Feedback Equalizer ?

Pada job 3 kita sudah membahas Linear Equalizer. Ketika kanal mempuyai masalah ISI, linear
equalizer tidak lagi cukup untuk mengatasi ISI. DFE mempunyai filter umpan balik yang
menggunakan output detector sebelumnya untuk mengilangkan ISI pada pulsa yang didemodulasi.
Jadi ISI yang dihasilkan pada symbol- symbol yang dideteksi sebelumnya dihilangkan pada output
dari filter yang diumpan maju dengan memperkurangkan nilai-nilai symbol sebelumnya dengan nilai
yang menjadioutput dari filter umpan balik. Jika kanal berisi sebuah spectrum nol dalam respon
frekuensinya, LE tidak cocok karena dengan menggunakan LE akan memperbesar noise. Ini karena
Linear Adaptive Equalizer mencoba untuk mengganti untuk ini dengan menghasilkan gain tak
terhingga pada frekuensi itu. Sementara gain tak terhingga ini mencoba untuk memperbaiki kanal
yang terdistorsi, gain tak terhingga ini menguatkan noise additive sehingga SNR sangat kecil. Ini
dinamakan Noise Enhacement. Masalah noise ini dapat dihilangkan dengan menggunakan Adaptive
Decision Feedback Equalizer. Jadi Adaptive Decision Feedback Equalizer lebih bagus digunakan dari
pada LE ketika ada masalah berat ISI dan ada spectrum nol dalam kanal.

2. Adaptive Decision Feedback Equalizer

Adaptive DFE mempunyai dua filter, sebuah filter feed- forward untuk mengurangi ISI yang pertama,
sebuah filter lagi untuk menghilangkan ISI yang terakhir. Input feed- forward adalah rentetan sinyal
yang diterima. Pastinya ini mirip dengan LE dimana filter yang diberi jarak kecil digunakan. Kembali
penurun sampel pada output LE meyakinkan bahwa y[kD] pada gambar di bawah mempunyai
kecepatan sama dengan kecepatan symbol.

Slicer

r[k] Precursor y[k] y[kD] Decisions


Equalizer D Ʃ
z[k] ȋ[k]

e[k] Training Signal


d[n] = l [k – Δ]

Postcursor
Equalizer
r[k]

Filter umpan balik inputnya dari rentetan keputusan pada symbol yang dideteksi sebelumnya secara
fungsional, filter umpan balik digunakan untuk menghilangkan ISI dari nilai sekarang yang
disebabkan oleh symbol- symbol yang dideteksi sebelumnya. Ini meminimalkan noise enachement.
Dalam WiCOMM-T distorsi awal yang diberikan pada pemancar diequalisasidengan
menggunakan Adaptive Decision Feedback Equalizer (DFE) yang diberi jarak kecil. DFE juga
beroperasi pada 2 mode seperti LE. Awalnya DFE bekerja dalam mode training kemudian berubah
menjadi mode yang diarahkan keputusan. Selama mode training, symbol- symbol yang dipancarkan
digunakan untuk menghitung error. Gambar di atas memperlihatkan diagram blok DFE dan mode
training. Dalam mode yang diarahkan keputusan, input post-cursor equalizer adalah keputusan dari
output slicer (komparator). Sinyal error antara input slicer dan output slicer akan digunakan untuk
menyesuaikan pre-cursor equalizer dan post-cursor equalizer dalam mode yang diarahkan keputusan.
Dalam mode training symbol yang dipancarkan memperlihatkan diagram blok DFE dalam mode yang
diarahkan keputusan.

Slicer

r[k] Precursor y[k] y[kD] Decisions


Equalizer D Ʃ
z[k] ȋ[k]

e[k]

Training Signal
d[n] = l [k – Δ]

r[k]
Postcursor
Equalizer

e[k]

Pre-cursor equalizer bekerja dengan kecepatan sebesar dua kali kecepatan symbol sementara post-
cursor equalizer bekerja sama dengankecepatan symbol.

3. Aturan LMS untuk Adaptive Decision Feedback Equalizer

Sampel-sampel modem yang dterima dibaca ke dalam sebuah variable dan diubah ke dalam
representasi baseband komleks. Sampel- sampel yang diterima dikurangi dengan benar sehingga kita
memperoleh dua kali kecepatan symbol (yaitu 2 sampel per symbol). Ini secara tidak langsung
𝑇𝑏
menyatakan bahwa kecepatan sampling yang dihasilkan Ts = 2
. Tap L1 Ts yang diberi jarak
𝐿1
equalizer w1(0) dengan rentan durasi symbol 2
Tb dan tap L2 Tb yang diberi jarak equalizer w2(0)
dengan rentan durasi symbol L2Tb diinisialisasipada waktu symbol k = 0. Kita dapat menganggap L1
=10, L2=4. Kedua koefisien equalizer diperbaharui untuk simbil ke k dengan menggunakan algoritma
LMS sebagai berikut

1. Menghitung nilai yang difilter :

y[k] = r[k]Hw1[k – 1]

(setiap ո = ոTs) dimana w1[k – 1] adalah kofisien equalizer pre-cursor yang


diberi jarak Ts dari waktu symbol sebelumnya, dan r[k] adalah sampel-
sampel (L1) yang diberi jarak Ts difilter dengan equalizer.

2. Menurunkan sampel sebesar 2untuk memperoleh y[kD] dari y[k]. Menjaga


phasa penurunan sampling yang sama keseluruhan frame dari blok yang
berisi 20000 sample.
3. Menghitung nilai yang difilter : dalam kode training, x[k] = d[k - 1]H w2[k - 1]
(setiap k = kTb) dimana w2[k – 1] adalah koefisien equalizer post- cursor
yang diberi jarak Tb dari waktu symbol sebelumnya, dan d[k – 1] adalah
symbol- symbol L2 yang diinginkan yang diberi jarak Tb. Dalam mode yang
diarahkan keputusan d[k] diganti dengan output slicer (komparator) Ȋ[k].
4. Menghitung z[k] = y[k] – x[k] dan buat keputusan- keputusan tentang z[k]
dengan menggunakan demodulasi QAM.
5. Menghitung error: e[k] = d[k] – y[k] dimana d[n] = I[k – Δ].
Di sini, pilih delay keputusan yang berada pada rentan
𝐿1 𝑥 𝑇𝑠
0 ≤ Δ ≤ ( 2 𝑥 𝑇𝑏 )
Dimana L1 adalah jumlah tap equalizer pre-cursor. Oleh karena itu
penghitungan error dilakukan setiap priode symbol Tb. Sinyal yang
diinginkan d[n] diperoleh dari sebuah urutan sinyal training dari stream
QAM kompleks I[n] yang ada dipenerima. Kita dapat menganggap bahwa
2000 pertama dari maksimum 20000 sampel digunakan untuk sinyal training.
Dalam mode yang diarahkan keputusan output slicer digunakan
menggantikan d[k].
6. Memerbaharui kedua filter dengan menggunakan aturan LMS yaitu :
i. Untuk equalizer pre-cursor

w1[k] = w1[k – 1] + μ1e[k]H r[n]

ii. Untuk equalizer post- cursor

w2[k] = w1[k – 1] + μ2e[k]H d[n – 1]

Dimana r[k] adalah vector input dengan L1,{r[k],r[k–1], r[k –2],...r[k–L1+1]} dan d[n – 1] adalah
vector input panjang L2,{d[n – 1], d[n – 2],….. d[ –L2]} dan konstanta learning (gain) μ1
dan μ2 keduanya bernilai 0,01. Perhatikan bahwa dalam mode yang di arahkan keputusan d[n]
seharusnya diganti dengan Ȋ[k].
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Merangkai WiCOMM-T dalam format baseband loopback.


2. Memasang ke modul Base Unit.
3. Menghubungkan modul Base Unit ke PC dengan kabel USB.
4. Menghubungkan kabel power WiCOMM-T (Modul Base Unit) dan switch on modul maka
led reset akan menyala.
5. Membangkitkan sampel- sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut :
a. Membuka matlab. Mengetik command berikut pada prompt Matlab Command yaitu
Addpath’C:\WiCOMM-T\Console’

Kemudian enter

b. Mengetik command berikut


WiCOMM-T

Kemudian enter dan akan muncul gambar WiCOMM_T console

c. Mengelik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “Crperess USB Console”.
d. Memilih option pada menu paling atas, kemudian memilih ‘EZ-USB Interface’ maka
akan ditampilkan window WBU,
e. Mengelik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB yaitu file
‘WBU_USB.hex’ ini dilokasikan pada ‘C:\WiCOMM-T\Drivers\’by default.
f. Setelah download, memilih window USB Console dan memilih ‘Alt setting’ as ’2’pada
item Configuration Interfaces seperti pada gambar di bawah.
Kemudian close
g. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, mengelik tombol
‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC. Seperti di bawah

h. Pada item ‘EXPERIMENT’ memilih ‘DFE-Decision Feedback Equalizer’ dan kotak


sebelah kanannya pilih ‘IF’
i. Menggunakan pasangan- pasangan parameter berikut :
 Kanal : BENGN
Step size 1 : 0,02
Step Size 0,02 0,05 0,001
2
Delay
0 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5
2 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5
5 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5

j. Mengelik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan samel- sampel modem untuk
ditransmisikan.
6. Mentransmisikan sampel- sampel modem melalui WiCOMM-T untuk stiap nilai parameter di
atas dengan cara sebagai berikut :
a. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b mengelik tombol ‘RUN’ dan
akan muncul gambar WBU console seperti pada gambar di bawah.
PERINGATAN : JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE.
Mengatur sampling rate ke 2MBps.
b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console memilih menu pertama (atas) sehingga akan
nampak gambar seperti di bawah.

Kemudian memilih item Direction dengan TX&RX dan klik tombol OK.
c. Mengelik tombol START pada WBU console untuk memulai memancar dan menerima
sample- sample modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip- kedip berwarna biru yang
menandakan peralatan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat
diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya yaitu aktifkan WBU console dan
pada kolom sebelah kanan dari WBU console klik item ke dua (tengah) sehingga
diperlihatkan gambar window statistic seperti di bawah.

7. Menganalisa sample- sample modem yang diterima dengan cara :


a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket
mengelik tombol stop pada WBU console. Catatlah semua nilai yang diperlihatkan
statistic window.
b. Mengaktifkan layar WEC kemudian klik tombol ‘ANALYZE’.
8. Menggambar semua plot yang dihasilkan oleh matlab dan catatlah hasil ANALYZE.
9. Mengubah parameter ke nilai parameter berikut :
 Kanal : BENGN
Step size 1 : 0,05

Step Size 0,02 0,05 0,001


2
Delay
0 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5
2 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5
5 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 5 cursor): 5 cursor): 5

10. Mengulangi langkah 5.j – 8


11. Mengubah parameter ke nilai parameter berikut :
 Kanal : BENGN
Step size 1 : 0,02

Step Size 0,02 0,05 0,001


2
Delay
0 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10
2 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10
5 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10

12. Mengulangi langkah 5.j – 8.


13. Mengubah parameter ke nilai parameter berikut :
 Kanal : BENGN
Step size 1 : 0,05

Step Size 0,02 0,05 0,001


2
Delay
0 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10
2 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10
5 No of Taps (pre No of Taps (pre No of Taps (pre
cursor): 10 cursor): 10 cursor): 10

14. Mengulangi langkah 5.j – 8.


15. Mengubah jenis kanal ke MODERATE.
16. Mengulangi langkah 5.i – 14.
17. Mengubah jenis kanal ke SERVERE.
18. Mengulangi langkah 5.i – 14.
19. Membandingkan efek ketiga model kanal di atas.
20. Sekarang merangkailah WiCOMM-T dalam format IF loop-back.
21. Mengulangi langkah 5 – 19.
22. Sekarang menggunakan 2 WiCOMM-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan modul
RF.

Mengubungkan setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi langkah 5 – 19. Pada lankah 6.b
pilih item Direction pada setiap PC dimana satu PC pilih Tx only dan PC yang lain pilih Rx
only kemudian klik tombol Ok

Anda mungkin juga menyukai