Anda di halaman 1dari 11

MODUL 4 PCM ENCODING DAN AMPLITUDE SHIFT KEYING

Jalu Reswara Wiradjanu (13219068)


Asisten: Adeline Kartika Tiku Putri / 13218081
Tanggal Percobaan: 12/04/2022
EL3216-Praktikum Sistem Komunikasi
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Abstrak
2. STUDI PUSTAKA
Telah dilakukan percobaan terkait PCM Encoding dan
Encoding penting dalam proses komunikasi
Amplitude Shift Keying melalui simulasi pada MATLAB
karena sebagian besar sistem komunikasi
menggunakan Simulink. Pada percobaam PCM Encoding
sekarang merupakan sistem komunikasi digital
dilakukan Encoding terhadap sinyal 0V, sinyal DC
sedangkan kebanyakan data/sinyal/informasi
konstan positif dan negatif serta sinyal AC sinusoidal yang
yang ingin dikirimkan awalnya berupa sinyal
kemudian diamati hasil bit-bit dari encoding yang diperoleh.
analog/real sehingga butuh proses terlebih
Diperoleh untuk sinyal 0V di-encode menjadi 10000000
dahulu untuk mengubah sinyal analog tersebut
dan untuk sinyal konstan positif yang semakin besar di-
menjadi kumpulan bit 1 dan 0 yang kemudian
encode mendekati 11111111 serta untuk sinyal konstan
baru dikirim. Proses mengubah sinyal analog
negatif semakin besar di-encode mendekati 00000000. Pada
menjadi informasi yang tersimpan dalam
percobaan Amplitude Shift Keying dilakukan proses generasi
kumpulan bit 1 dan 0 tersebut adalah proses PCM
sinyal ASK, demodulasi sinyal ASK tersebut, restorasi
Encoding[1].
sinyal ASK menjadi sinyal pesan kembali, dan
didemonstrasikan pengaruh noise terhadap sinyal ASK dan Encode pada dasarnya adalah proses mengubah
sinyal restorasi yang diperoleh. Diperoleh bahwa sinyal ASK suatu bentuk informasi menjadi bentuk informasi
mirip dengan sinyal AM karena selubungnya berbentuk lain dalam bit 1 atau 0 yang dapat dimengerti oleh
sinyal pesannya serta sinyal ASK tidak rentan terhadap mesin dan dari kumpulan bit 1 dan 0 tersebut
noise karena dari tiga variasi noise yang diberikan, dua informasi yang ingin disampaikan tetap bisa
diantaranya berhasil merusak hasil sinyal restorasinya. direkontruksi ulang untuk dapat digunakan [1].
Kata kunci: PCM Encoding, Amplitude Shift Keying, Proses PCM encoding adalah sebagai berikut [1]:
Digital Communication Systems, MATLAB
• Melakukan sampling terhadap sinyal
Simulink.
analog dengan metode Sample and Hold
1. PENDAHULUAN (S/H) untuk memperoleh data sample
dari sinyal analog tersebut
Telah dilakukan praktikum modul 4 yang berisi
beberapa percobaan terkait PCM Encoder serta • Membandingkan tiap sample yang
proses Modulasi dan Demodulasi Amplitude Shift diperoleh dengan kumpulan tegangan
Keying (ASK) menggunakan simulasi pada referensi yang disebut sebagai level
Simulink MATLAB. Percobaan dibagi menjadi 2, kuantisasi. Jumlah level kuantisasi
yakni PCM Encoder dan Amplitude Shift Keying. bergantung dari jumlah bit yang
Pada percobaan PCM Encoder, dilakukan Pulse digunakan pada ADC, misal 10 bit berarti
Code Modulation pada DC Voltage (static) dan ada 210 level kuantisasi atau ada 1024 nilai
AC Voltage (dynamic). Pada variasi DC Voltage, unik dari 0 sampai 1023 yang dapat
dicatat output binary yang diperoleh pada display digunakan menjadi tegangan referensi
dan membuat hubungan besar nilai binary yang dari nilai Vmin sampai Vmax bergantung
diperoleh dengan tegangan input yang diberikan. dari range tegangan.
Percobaan ASK dilakukan dengan awalnya • Untuk setiap nilai hasil sampling yang
membuat sinyal ASK terlebih dahulu dengan diperoleh, ditentukan level kuantisasi
sinyal sinus sebagai carriernya kemudian mana yang paling dekat dengan nilai hasil
dilakukan demodulasi menggunakan komponen sampling tersebut. Hal ini menghasilkan
Abs (Comparator) dan Filter Digital yang yang disebut sebagai error kuantisasi
akhirnya dilakukan Restorasi terhadap sinyal karena keterbatasan jumlah level
tersebut menggunakan Switch yang thresholdnya kuantisasi untuk ‘merepresentasikan’
0.1. Pada akhir percobaan ditunjukkan efek noise setiap nilai hasil sampling tersebut.
pada sinyal ASK dengan memberikan variasi
noise dengan daya 0.1, 0.01, dan 0.001.
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1
• Setelah hasil sampling tersebut dibulatkan ASK tersebut sehingga pada sisi Receivernya bisa
ke atas atau ke bawah berdasarkan level noise yang hadir pada kanal cukup besar maka
kuantisasi terdekat, nilai tersebut amplitude dari sinyal ASK itu sendiri sudah
kemudian diubah ke bentuk binernya terdistorsi sehingga dalam proses rekonstruksinya
tidak diperoleh sinyal pesan original (informasi
• Mengirim bilangan biner tersebut (data
yang terkandung pada sinyal pesan awal ada yang
stream of 1’s and 0’s) secara serial (satu-
hilang).
per-satu)
3. METODOLOGI
Berikut adalah alat yang digunakan dalam
2.1 AMPLITUDE SHIFT KEYING
praktikum:
Amplitude Shift Keying pada dasarnya adalah
1. MATLAB versi 2020b
teknik modulasi yang equivalen dengan
Amplitude Modulation. Yang membedakan dari 2. Simulink
keduanya adalah modulasi AM digunakan untuk
sistem komunikasi analog sedangkan ASK
digunakan untuk sistem komunikasi digital [2]. 3.1 METODOLOGI PERCOBAAN 1
Konsepnya kurang lebih sama dimana ada suatu
sinyal carrier dengan frekuensi carrier tertentu PCM Encoding dengan Static DC Voltage
(rest carrier frequency) kemudian sinyal tersebut
dimodulasi oleh amplitude dari sinyal digital (bit Membuka Simulink dan
Membuka Library Browser
dan memasukkan komponen
stream of 1’s and 0’s) sehingga amplitude dari membuat Blank Model
yang dibutuhkan
sinyalnya (hasil ASK) ketika/setiap saat bit 1
memiliki ukuran yang sama semua (puncak-
puncaknya mencapai amplitude yang sama untuk
Mengambil Scope, Pulse
durasi bit 1 atau HIGH tersebut) dan saat bit 0 Generator, Constant, Sample
and Hold, Uniform Encoder, Membuat rangkaian seperti
amplitude sinyalnya datar (selama durasi bit 0 Integer to Bit Converter, dan gambar 3.1-2
Display serta Sinusoidal
atau LOW tersebut. Berikut adalah gambarnya: Input

Memberikan nilai static DC


0V, pulse generator 1V Integer to Bit Converter
10kHz, Sample Hold Trigger diatur number of bits 8,
Rising Edge, Uniform Unsigned, MSB First
Encoder Peak 5 dan Bits 8

Klik Run dan mengamati


output pada setiap Scope,
Gambar 2.1-1 Bentuk Sinyal ASK.Sumber:[2] mengatur agar Legends
dapat dilihat pada Scope

Terdapat dua jenis skema demodulasi sinyal ASK,


Gambar 3.1-2 Diagram Langkah Percobaan A
yakni menggunakan Coherent Detection
(Synchronous Demodulation) dan Noncoherent
Detection (Asynchronous Detection). Kedua
proses demodulasi tersebut memiliki langkah dan
bentuk block diagram yang berbeda.

Gambar 3.1-2 Rangkaian Percobaan A

Gambar 2.1-2 Skematik Demodulasi ASK dengan Coherent PCM Encoding menggunakan variable DC
Detection. Sumber:[2] Voltage

Mengingat ASK adalah jenis Amplitude


modulation, sama halnya seperti modulasi AM,
skema ASK juga rentan terhadap noise karena
noise bersifat additif dengan amplitude dari sinyal

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 2


Menggunakan rangkaian Mengganti nilai Constant Menggunakan V = -1V
yang sama seperti DC menjadi tegangan lalu klik Run dan
gambar 3.1-2 negatif mengamati Display

Menambahkan -1V pada


Mengganti nilai Constant
Mencatat nilai bit-bit Constant DC dan
DC menjadi tegangan
binary pada Display mengulangi langkah yang
positif
sama

Mencatat bit-bit pada


Menggunakan V = 1V lalu
Display dan mengulangi
klik Run dan mengamati
langkah yang sama
Display
seperti negative DC Gambar 3.2-2 Rangkaian Percobaan A

Gambar 3.1-3 Diagram Langkah Percobaan B Demodulasi sinyal ASK

PCM Encoding menggunakan continuously Memodifikasi


Mengatur Digital Filter
Menambahkan blok menjadi Lowpass IIR
changing voltage Digital Filter dan Abs
rangkaian seperti
gambar 3.2-4
Butterworth Equiripple
dan Minimum Order

Memutus hubungan Klik Run dan


Menggunakan Mengganti amplitude Frekuensi pass
Constant dan diganti mengamati output
rangkaian yang sama sinusoidal menjadi 1V 0.01rad/s dan frekuensi
dengan Sinusoidal Filter dan output sinyal
seperti gambar 3.1-5 dan frekuensi 2kHz stop 0.02 rad/s
Input pesan

Klik Run dan


Mengganti periode
pulse generator
mengamati output Gambar 3.2-3 Diagram Langkah Percobaan B
pada Scope Encoder
menjadi 1/50k
dan Display

Gambar 3.1-4 Diagram Langkah Percobaan C

Gambar 3.2-4 Rangkaian Percobaan B

Restorasi Hasil Sinyal Digital dengan Komparator

Gambar 3.1-5 Diagram Langkah Percobaan C Menempatkan


Menambahkan Mengubah rangkaian
Constant 1 di atas dan
komponen Constant agar mirip seperti
Constant 0 di bawah
3.2 METODOLOGI PERCOBAAN 2 dan Switch gambar 3.2-6
pada Switch

Generasi sinyal ASK (Amplitude Shift Keying)


Menekan tombol Run
Mengatur Switch yang
Klik Library browser dan Mengambil komponen dan mengamati output
Membuat model Simulink baru agar threshold
baru
mengambil komponen Sinewave, Bernoulli Switch yang baru serta
yang dibutuhkan Binary, Switch, dan Scope >0.1
output Bernoulli Binary

Mengganti sample time Mengatur Swtich agar


Membuat rangkaian
seperti gambar 3.2-2
10-5 dan frekuensi sinus threshold 0 dan Gambar 3.2-5 Diagram Langkah Percobaan C
20Hz mengatur stop time 20s

Mengganti frekuensi
Mengamati bentuk sinyal
Tekan tombol Run dan sinyal sinus 200Hz dan
yang diperoleh dari
mengamati output Scope tekan Run dan buka
kedua frekuensi sinus
Scope lagi

Gambar 3.2-3 Diagram Langkah Percobaan A

Gambar 3.2-6 Rangkaian Percobaan A

Noise pada ASK

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 3


Menambahkan
Membuat hubungan Mengatur agar kedua
komponen filter Analog
rangkaian seperti gambar scope pada rangkaian
Butterworth, Add, dan
3.2-8 memiliki 4 Input port
Bandlimited White Noise

Mengatur filter Analog Mengatur lowerpassband


Mengatur noise power Design menjadi freq 150 Hz dan
0.01 dan sample time 0.1 Butterworth tipe higherpassband freq
Bandpass berorde 8 250Hz

Menvariasikan noise
Tekan Run dan power menjadi 0.001 dan
mengamati output pada
Scope1 dan Scope2
0.1 kemudian
mengulangi langkah- Gambar 4.1-2 Sequence Generator untuk Sample and Hold
langkah sebelumnya

Gambar 3.2-7 Diagram Langkah Percobaan D Berhubung sinyal yang masuk hanya sinyal
konstant dengan nilai 0V maka output dari blok
S/H itu sendiri juga merupakan sinyal konstant
0V yang dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

Gambar 3.2-8 Rangkaian Percobaan A

4. HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1-3 Output Blok S/H untuk Sinyal DC 0V

4.1 HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN 1 Setelah itu, sinyal yang sudah disampling tersebut
masuk ke dalam Uniform Encoder yang memiliki
Percobaan pertama ini terdiri dari 3 bagian, yakni total bit 8-bit sehingga mampu melakukan jumlah
PCM Encoding dengan 0V, static DC voltage, dan level kuantisasi sampai 28 level atau 256 level yang
sinyal sinus. Hal yang perlu diperhatikan adalah merupakan rentang dari nilai 0 sampai 255.
pengaturan dari Uniform Encoder peak 5V dan Berdasarkan dokumentasi untuk blok Uniform
unsigned integer 8-bit serta Integer to Bit Encoder, blok tersebut secara uniform
Converter memiliki pengaturan jumlah bit untuk mengkuantisasi inputnya dengan input tersaturasi
tiap Int adalah 8-bit unsigned dan outputnya MSB pada nilai maksimum positif dan negatifnya.
first. Hal ini penting untuk menjelaskan hasil-hasil Berhubung konfigurasi Peak adalah 5 maka blok
yang diperoleh pada setiap percobaan. Uniform Encoder ini menerima input dari -5V
Bagian A, PCM Encoding dengan 0V sampai 5V dan bila ada input yang melebihi batas-
batas tersebut akan tersaturasi dan dianggap 5V
Dapat dilihat dari gambar di bawah ini, sinyal atau -5V (tergantung melebihi batas atas atau
yang masuk ke dalam sistem PCM Encoding batas bawahnya).
adalah sinyal DC 0V. Setelah itu, terdapat gambar
Sequence Generator yang memiliki frekuensi Informasi tersebut membuat nilai 0V tidak di
10kHz sebagai sinyal yang digunakan untuk mapping ke nilai 0 melainkan berdasarkan
melakukan proses sampling dengan metode gambar di bawah ini, nilai 0V di map ke angka
Sample and Hold (dapat dilihat dari gambar ...). biner 10000000 atau dalam desimal 128 karena
Maka, dapat dikatakan setiap sinyal analog yang angka 0V tersebut berada di tengah-tengah
masuk ke dalam blok S/H tersebut disampling rentang minimum dan maksimum Encoder
dengan periode sampling 10-4 sekon (nilai Ts). tersebut. Mengingat level kuantisasinya ada 256
level, maka untuk nilai 0V yang berada di tengah-
tengah antara -5V dan 5V, level kuantisasinya
berarti setengah dari 256 atau 128. Itulah mengapa
walaupun input yang diberikan adalah 0V, output
yang diperoleh dari uniform encoder bukan
00000000 tapi 10000000 yang dapat dilihat dari
gambar 4.1-6 . Berikut adalah grafik yang
memberikan nilai desimal dari sinyal terkuantisasi
Gambar 4.1-4 Sinyal DC 0V tersebut:

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 4


map ke nilai 0 kemudian nilai 10V di map ke nilai
255. Maka, untuk nilai 5V cara menghitungnya
adalah
5
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 = ∗ 255 = 127.5
10
Namun dalam kuantisasinya tidak mungkin ada
nilai yang memiliki angka dibelakang koma
sehingga perlu ada pembulatan ke atas yang
membuat nilainya menjadi 128. Dapat dilihat hasil
yang diperoleh dari perhitungan dan hasil yang
Gambar 4.1-4 Output Sinyal Kuantisasi DC 0V
diperoleh dari simulasi adalah sama untuk nilai
DC 0V.
Setelah sinyal sudah dikuantisasi, sinyal tersebut Maka, pada bagian ini diperoleh bahwa awalnya
sudah merupakan sinyal digital/sinyal diskrit ada sinyal DC yang disampling oleh sequence
karena nilainya terbatas dari 0 sampai 255. Sinyal generator dengan periode sampling 10-4 yang
tersebut kemudian dimasukkan ke integer to bit kemudian sinyal tersampling tersebut
converter untuk mengubah nilai 0 sampai 255 dimasukkan ke Uniform Encoder 8-bit untuk
tersebut menjadi nilai biner dalam rentang mengubahnya ke sinyal dengan jumlah level
00000000 sampai 11111111 karena blok Integer to kuantisasi uniform 256 (0 sampai 255). Setelah
Bit memiliki konfigurasi number of bits per sinyal tersampling sudah memiliki range terbatas
integer-nya adalah 8 bit sehingga setiap nilai yang dan diskrit tersebut, sinyalnya diubah dari integer
masuk dalam desimal diubah ke bilangan biner 8- ke bit dengan format 8-bit oleh Integer to Bit
bit. Berikut adalah hasil pada display serta sinyal Converter. Pada dasarnya langkah-langkah ini
encodernya: merupakan langkah proses Analog to Digital
Conversion.
Bagian B, PCM Encoding dengan Static DC
Voltage
Berbeda dengan bagian A, sinyal DC yang
digunakan pada bagian ini bernilai positif atau
negatif. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, nilai input ke dalam Uniform
Encoder memiliki batas positif +5V dan batas
Gambar 4.1-5 Output Sinyal Encoder untuk DC 0V negatif -5V dan setiap nilai dari rentang -5 sampai
+5 tersebut di mapping secara uniform ke angka 0
sampai 255 karena format Uniform Encodernya 8-
bit. Berikut adalah hasil PCM Encoder untuk
variasi beberapa nilai tegangan DC yang negatif:

Tabel 4.1-1 Tegangan DC Negatif dengan PCM Encoder

Tegangan (V) Output PCM Nilai Desimal


Encoder

-1 01100110 102

-2 01001100 76

-3 00110011 51

Dapat dilihat dari tabel diatas, untuk nilai


Gambar 4.1-6 Display Encoder untuk DC 0V tegangan input yang semakin negatif diperoleh
nilai desimal pada output PCM yang semakin
Untuk membuktikan hasil melalui proses kecil (menuju 0 atau 00000000). Hal ini sejalan
perhitungan, anggap rentang -5V ke +5V diubah dengan hasil yang diperoleh pada tabel berikut
menjadi 0V sampai 10V sehingga nilai 0V di untuk Output PCM 00000000 diperoleh saat
mapping sementara ke nilai 5V. Berhubung inputnya adalah -5V. Hal itu juga sudah sejalan
terdapat 255 level kuantisasi, maka nilai 0V di dengan hal yang praktikan sebutkan dimana nilai

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 5


-5V di map ke 0 (00000000) dan +5V di map ke 255 Dapat dilihat, berbeda dengan input tegangan
(11111111). Pada tabel berikut juga ada sampel yang negatif, semakin positif nilai tegangannya
nilai tegangan negatif lain yang berbeda-beda. menghasilkan output PCM Encoder yang nilainya
semakin besar (mendekati 25510 atau 111111112).
Berikut adalah bagian validasi perhitungan tabel
Hal yang menarik adalah bila dibandingkan tabel
4.1-1:
4.1-1 dan 4.1-3, representasi biner dari setiap
Anggap rentang menjadi 0V sampai 10V maka bilangan positif di tabel 4.1-3 adalah komplemen
untuk -3.5V menjadi 1.5V, -1.5V menjadi 3.5V dan dari representasi biner bilangan negatif yang sama.
-5V menjadi 0V.
Berikut adalah tabel tegangan input untuk
1.5 memberikan output PCM Encoder yang
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖1 = ∗ 255 = 38.25
10 disebutkan pada modul:
3.5
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖2 = ∗ 255 = 89.25 Tabel 4.1-4 Tegangan DC Positif dengan PCM Encoder
10
0 PCM Encoder Input (V) Validasi Perhitungan
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖3 = ∗ 255 = 0 (V)
10
Nilai- nilai tersebut kemudian dibulatkan ke 11000000 2.5 2.51
bawah untuk nilai 1 dan nilai 2 karena lebih dekat
ke bilangan bulat terkecilnya dibandingkan 10100110 1.5 1.5
bilangan bulat di atasnya. Maka diperoleh:
11111111 5 5
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖1 = 3810 = 001001102
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖2 = 8910 = 010110012 Untuk bagian validasi perhitungan, digunakan
teknik yang sama dengan memberikan offset +5V
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖3 = 010 = 000000002 DC untuk menghitung tiap nilainya. Berikut
Walaupun sebenarnya nilai di sekitar -3.5V dan - adalah perhitungannya:
1.5V juga akan di mapping ke bilangan biner yang 7.5
sama akibat pembulatan ke bawah atau 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖1 = ∗ 255 = 191.25
10
pembulatan ke atas tersebut, misal untuk nilai 37.5
6.5
sampai 38.499 akan di map ke bilangan 3810 yang 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖2 = ∗ 255 = 165.75
memiliki representasi biner 001001102 . Inilah 10
yang disebut sebagai error kuantisasi karena ada 10
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖3 = ∗ 255 = 255
keterbatasan jumlah bit untuk melakukan 10
mapping dari bilangan real ke bilangan diskrit Lagi-lagi ditemukan hasil yang tidak bulat
yang terbatas. sehingga dilakukan pembulatan untuk nilai1
menjadi 191 dan untuk nilai2 menjadi 166. Berikut
Tabel 4.1-2 Tegangan DC Negatif dengan PCM Encoder
adalah hasil akhirnya:
PCM Encoder Input (V) Validasi Perhitugan 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖1 = 19110 = 101111112
(V)
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖2 = 16610 = 101001102
00100110 -3.5 -3.5
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖3 = 25510 = 111111112
01011001 -1.5 -1.5 Ternyata untuk nilai 2.5V terdapat berbedaan hasil
perhitungan dengan yang dihasilkan dari simulasi.
00000000 -5 -5
Untuk memperoleh biner 110000002 nilai input
tegangannya harus di atas 2.5V (bukan persis di
Berikut adalah tabel untuk nilai tegangan input
2.5V). Maka, praktikan memberikan nilai 2.51V
yang posititf:
pada kolom validasi perhitungan. Saat simulasi,
Tabel 4.1-3 Tegangan DC Negatif dengan PCM Encoder bila diberikan nilai 2.51V, output pada display
adalah 110000012 (kelebihan 1).
Tegangan (V) Output PCM Nilai Desimal
Encoder Bagian C, PCM Encoding dengan sinyal sinus
Bagian terakhir pada percobaan ini adalah PCM
1 10011001 153
Encoding untuk sinyal yang selalu berubah-ubah.
2 10110011 179 Hal yang diperhatikan adalah sinyal sinus
tersebut berfrekuensi 2kHz dan periode sampling
3 11001100 204 yang digunakan adalah 2*10-5 sekon atau 50kHz.
Berikut adalah grafik yang diperoleh:
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 6
Untuk menjelaskan bagaimana diagram blok
gambar 3.2-2 menghasilkan sinyal ASK, praktikan
mengutip dokumentasi untuk blok Switch yang
digunakan:
Pass through input 1 when input 2
satisfies the selected criterion; otherwise,
pass through input 3. The inputs are
Gambar 4.1-7 Display Encoder untuk DC 0V numbered top to bottom (or left to right).
The first and third input ports are data
Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada ports, and the second input port is the
percobaan-percobaan sebelumnya, grafik ini control port. The criteria for control port 2
ketika program dijalankan nilai pada tiap bitnya are u2 >= Threshold, u2 > Threshold or u2
berubah-ubah dari 0 ke 1 atau dari 1 ke 0. Hal itu ~= 0.
terjadi karena periode sampling yang digunakan
sangat jauh lebih kecil dari periode sinyal itu Maka, dari dokumentasi di atas, sinyal pada input
sendiri sehingga banyak sample yang dihasilkan 1 tidak lain adalah sinyal sinus (carrier) sedangkan
tiap detiknya dan setiap detik sample itu sinyal pada input 3 tidak ada (zero). Selain itu,
dimasukkan ke Uniform Encoder dan Integer to sinyal output Bernoulli dijadikan input 2 (sebagai
Bit Converter yang memberikan hasil bilangan sinyal kontrol). Berhubung kriteria untuk
biner yang berbeda-beda tiap periode sampling melewatkan sinyal 1 sebagai output Switch adalah
dan berhubung sinyalnya adalah sinyal sinus u2>Threshold dan Threshold di set ke 0 maka
(sinyal AC), nilainya tidak konstan seperti pada setiap saat dan selama output dari Bernoulli
percobaan bagian B. Oleh karena itu, bit-bit yang bernilai 1 (u2>0 True) maka sinyal output Switch
muncul pada display selalu berubah-ubah selama merupakan sinyal sinusoidalnya sedangkan setiap
waktu simulasi belum mencapai stop time. saat output Bernoulli bernilai 0 (u2>0 False) maka
sinyal output Switch bernilai 0. Hal ini tidak lain
Namun, dari hasil grafik akhirnya saja hanya adalah proses ASK karena amplitude sinyal
dapat dilihat perubahan-perubahan pada tiap bit sinusnya (sinyal carrier) termodulasi oleh sinyal
di detik-detik terakhir sebelum stop time. pesan yang merupakan sinyal digital dimana
Berhubung ada 8-bit yang berubah-ubah tiap saat, setiap sinyalnya bernilai 1 (HIGH), amplitude
grafik pada Scope tidak dapat menampilkan sinyal carriernya mengikuti nilai tersebut dan saat
semuanya berhubung sebagian besar tiap bit sinyalnya bernilai 0 (LOW), amplitude sinyal
selalu overlapping. carriernya juga nol. Dari penjelaskan di atas, dapat
diperoleh hubungan antara sinyal carrier dengan
4.2 HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN 2 sinyal ASK yang dihasilkan adalah sinyal ASK
Pada percobaan kedua ini terdapat 4 bagian. tersebut merupakan sinyal carrier yang
Setiap bagian mewakilkan proses dari modulasi amplitudenya dikalikan dengan sinyal pesan
sinyal ASK sampai proses demodulasinya hingga digital yang ingin dikirim.
rekonstruksi sinyal pesannya kembali serta Berikut adalah hasil sinyal ASK serta sinyal pesan
demonstrasi pengaruh noise pada sinyal ASK yang dikirim dengan frekuensi sinyal sinus 20Hz
serta hasil reskonstruksinya. dan 200Hz:
Bagian A, membuat sinyal ASK
Bagian ini adalah bagian yang membuat sinyal
Amplitude Shift Keying (ASK) dengan sinyal
carrier sinusoidal berfrekuensi 20Hz. Sinyal pesan
yang dikirim adalah sinyal output dari Bernoulli
Binary Generator. Terdapat juga Switch yang
menerima input sinyal sinusoidal serta sinyal
control dari Bernoulli Binary Generator. Hal yang
penting dari Bernoulli Binary Generator adalah Gambar 4.2-1 Sinyal ASK dan Sinyal Pesan untuk Fc 20Hz
tugas blok itu hanya memberikan output bit-bit
binary secara random dengan probabilitas 1 dan 0
yang equally-likely. Yang dimaksud random adalah
setiap kali ditekan Run maka sequence bit 1 dan 0
yang dihasilkan Bernoulli berbeda dengan hasil
Run sebelumnya.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 7


(positif), dibutuhkan blok Abs tersebut agar tidak
ada lagi komponen yang bernilai negatif pada
sinyal ASKnya.

Gambar 4.2-2 Sinyal ASK dan Sinyal Pesan untuk Fc 200Hz

Dapat dilihat baik untuk fc = 20Hz maupun


fc=200Hz, bentuk sinyal ASK selalu mengikuti Gambar 4.2-3 Output Bernoulli Binary
aturan dimana setiap saat sinyal pesannya 1 maka
yang tampak adalah sinyal carriernya dengan Gambar di atas adalah sinyal pesan yang dikirim
frekuensi tertentu dan setiap saat sinyal pesannya untuk bagian B ini (karena setiap saat Run sinyal
bernilai 0 amplitude dari sinyal ASK tersebut juga pesannya berbeda) dan gambar dibawahnya
nol. adalah output dari filter Lowpass yang digunakan
Dapat dilihat juga dari gambar 4.2-1 dan 4.2-2 untuk menfilter hasil Abs dari sinyal ASKnya.
adalah sinyal ASK memiliki envelope yang tidak
lain adalah sinyal pesannya itu sendiri. Hal ini
menandakan bahwa sinyal ASK merupakan sinyal
Amplitude Modulation karena amplitude sinyal
carriernya berubah seiring dengan perubahan dari
amplitude sinyal pesan yang dikirim. Dalam kasus
ini, berhubung sinyal pesannya adalah sinyal
digitial 1-0 maka sinyal ASK itu sendiri juga
bervariasi amplitudenya antara amplitude sinyal Gambar 4.2-4 Grafik Output Filter Lowpass Digital
carrier awal dengan nol (hasil perkalian antar
amplitude sinyal pesan dan sinyal carrier). Output dari lowpass filter tersebut sudah
Terakhir, dapat diperhatikan juga sinyal ASK memiliki bentuk yang sama seperti sinyal
memiliki selubung yang tidak lain adalah sinyal inputnya (sinyal input sebagai envelope dari
pesannya itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan output Lowpass) tapi berbeda dengan sinyal
amplitude dari sinyal ASK itu tidak pernah ASKnya, sinyal output Lowpass tidak memiliki
melebihi dari amplitude sinyal pesannya dan komponen negatif. Hasil demodulasinya belum
selalu berada di dalam batas sinyal pesannya sama persis dari sinyal pesan karena sinyal
(batas bawahnya juga sama, hanya sinyal pesan ASKnya sendiri merupakan sinyal sinusoidal yang
yang direfleksikan dengan sumbu horizontal). berubah-ubah terhadap waktu sedangkan sinyal
pesannya konstan di 0 atau 1. Output dari Abs
Bagian B, Demodulasi sinyal ASK dengan dan Lowpass filter juga hanya memberikan
envelope detector kondisi dimana sinyal yang dihasilkan memiliki
Setelah membuat blok yang dapat menghasilkan nilai diatas 0 dan memiliki amplitude sama
sinyal ASK, tahap selanjutnya dalam percobaan dengan amplitude sinyal pesan tapi nilai-nilai dari
ini adalah membuat blok yang dapat melakukan sinyal tersebut masih bervariasi secara kontinue
demodulasi sinyal ASK tersebut sebagai salah satu dari 0 sampai 1. Berdasarkan referensi [2], untuk
proses untuk memperoleh kembali sinyal pesan memperoleh kembali sinyal pesannya, output dari
yang dikirim (dalam hal ini sinyal pesannya LPF diteruskan ke proses Sample and Hold lagi
adalah output Bernoulli Generator). Rangkaian dengan kondisi tertentu agar setiap nilai yang
untuk mendemodulasi sinyal ASK tersebut terdiri bervariasi tersebut di map ke antara 0 atau 1.
dari blok Abs dan filter digital Lowpass. Bagian C, Restorasi sinyal ASK dengan
Fungsi dari blok Abs itu sendiri pada dasarnya Komparator
adalah untuk mengubah semua nilai negatif yang Melanjutkan dari apa yang disebutkan pada
ada pada sinyal ASK menjadi nilai positif. Dari paragraf sebelumnya, output dari LPF tersebut
gambar 4.2-2 dapat dilihat sinyal ASK masih diteruskan ke rangkaian Sample and Hold lagi
memiliki komponen negatif karena sinyal agar dapat memperoleh sinyal pesan original. Hal
sinusoidalnya yang selalu mencapai +Vmax dan - itu dicapai dengan menggunakan rangkaian
Vmax. Berhubung diinginkan kembali sinyal pesan Switch yang sekarang memiliki input 1 nilai 1,
yang hanya memiliki nilai 0 dan diatas nol input 3 nilai 0 serta input 2 nilai output LPF
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 8
sebagai sinyal kontrol. Konfigurasi untuk beririsan/melebihi batas threshold pada Switch 2
threshold sekarang adalah u2>0.1 sehingga setiap (Rangkaian Sample and Hold Restorasi).
saat nilai output LPF lebih besar dari 0.1 maka
Bagian D, Menambahkan noise pada sinyal ASK
output Switch menjadi 1 dan bila tidak maka
output Switch menjadi 0. Melanjutkan dengan hal yang disebutkan
praktikan pada paragraf sebelumnya, pada bagian
Hal yang belum disebutkan oleh praktikan
ini sinyal hasil ASK tersebut diberikan noise
sebelumnya adalah pada gambar 4.2-4 batas
dengan power yang berbeda-beda kemudian
bawah dari sinyal ketika sinyal pesan adalah 1
dilihat efek dari noise tersebut terhadap hasil
adalah 0.2 (bila sinyal pesan tidak nol, nilai sinyal
sinyal pesan yang direstorasi.
hasil LPFnya berkisar diantara 0.2 sampai 1).
Maka, setiap saat output LPF tersebut tidak nol, Pertama, variasi noise power yang diberikan pada
berhubung semua nilainya berkitar diantara 0.2 sinyal ASK adalah 0.01. Berikut adalah beberapa
sampai 1, output dari Switch akan selalu 1. grafik yang menunjukkan hasilnya:
Selanjutnya, bila output LPF adalah benar-benar 0
atau ada ripple kecil yang nilainya kurang dari 0.1,
output dari Switch akan nol. Berhubung sinyal
Output LPF memiliki selubung yang merupakan
sinyal pesannya, output dari Switch 2 (Rangkaian
Sample and Hold dengan Threshold 0.1)
memberikan tidak lain adalah sinyal pesan yang
dikirim. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar di
bawah ini:

Gambar 4.2-7 Grafik Sinyal Input dan Sinyal ASK beserta


Sinyal ASK dengan Noise

Gambar 4.2-5 Grafik Output Switch (S/H Bagian


Restorasi)

Gambar 4.2-8 Grafik Output Filter Bandpass


Gambar 4.2-6 Grafik Sinyal Input

Dapat dilihat bahwa sekuens sinyal pesan dan


sekuens sinyal hasil restorasi yang diperoleh dari
output LPF tersebut adalah sama. Ternyata peran
penting threshold adalah sebagai pembatas
dimana sinyalnya dipastikan tidak kurang dari
level tertentu untuk sinyal pesan dengan nilai
tertentu (dalam kasus ini nilai 1). Selain itu,
threshold juga memastikan saat sinyal LPF
bernilai 0 (atau berkisar di nol), output dari Switch
juga bernilai 0. Kaitannya threshold dengan
percobaan selanjutnya adalah pengaruh noise
pada sinyal ASK tersebut. Pada bagian ini, Gambar 4.2-9 Grafik Output Lowpass Filter dan Abs
berhubung tidak ada noise, output dari LPF ketika
sinyal pesan bernilai 0 adalah benar-benar 0 atau
ada ripple sedikit yang tidak melebihi dari
threshold Switch. Kasusnya akan berbeda bila ada
noise random yang membuat output dari LPF itu
menjadi lebih besar dari nol dan

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 9


Gambar 4.2-11 Grafik Sinyal Sinyal Pesan, ASK, dan Adder

Gambar 4.2-10 Grafik Sinyal Restorasi dan Sinyal Pesan

Gambar 4.2-12 Sinyal Bandpass Filter


Sekarang dapat dilihat bahwa sinyal ASK yang
dihasilkan (gambar 4.2-7) ketika sinyal pesannya 0
sinyal ASK-nya tidak benar-benar 0 tapi ada
ripplenya yang berasal dari random noise pada
sistem tersebut. Ripple dari noise tersebut pun
juga tetap ada pada output filter Bandpass, Absm
dan filter Lowpass. Dampaknya adalah pada
output filter Lowpass sekarang terdapat ripple Gambar 4.2-13 Sinyal Restorasi Lowpass dan Abs
yang cukup besar ketika seharusnya nilai output
Lowpass tidak jauh dari 0. Ripple tersebut ada
yang nilainya beririsan dengan nilai output
Lowpass yang berada di rentang ketika nilai
sinyal pesan adalah 1. Berhubung threshold yang
digunakan tetap sama (yakni 0.1), maka setiap saat
ada ripple yang nilainya melebihi threshold
tersebut output dari Switch akan bernilai 1
padahal sebenarnya sinyal pesan di saat itu Gambar 4.2-14 Sinyal Restorasi dan Sinyal Pesan Untuk
bernilai 0. Nilai 1 yang muncul tersebut Noise 0.001
merupakan bit error karena tidak berasal dari
sinyal pesan, melainkan akibat dari noise yang Dapat dilihat untuk noise yang cukup kecil hasil
muncul yang membuat sistem mengira bahwa sinyal restorasi yang diperoleh adalah exact copy
pada saat itu sinyal pesan yang dikirim adalah 1 dari sinyal pesan yang dikirim. Hal tersebut
(padahal sebenarnya 0). Hal itu bisa dilihat jelas dikarenakan amplitude noise tidak terlalu banyak
pada gambar 4.2-10 dimana output Restorasi mendistorsi amplitude dari sinyal ASK nya
sinyal yang diperoleh terdapat spike random pada sehingga output pada Bandpass, Abs, dan
saat sinyal pesan seharusnya bernilai 0 tapi pada Lowpass filter saat sinyal pesan bernilai 0 berkisar
sinyal restorasi bernilai 1. Spike-spike random tidak jauh di nol (ada ripplenya tapi ripple masih
tersebut muncul karena noise pada sistem sudah bernilai kurang dari threshold Switch). Alhasil,
cukup besar dan mempengaruhi amplitude sinyal saat Switch mendeteksi sinyal output LPF tersebut,
ASK terlalu banyak sehingga pada bagian S/H setiap nilai output yang diberikan LPF masih
untuk restorasi dengan threshold 0.1 tersebut mengikuti aturan dimana untuk sinyal pesan
salah mengidentifikasi nilai noise yang melebihi bernilai 1 kisaran nilai LPF diantara 0.2 sampai 1
0.1 sebagai sinyal pesan memberikan sinyal 1. dan saat sinyal pesan bernilai 0 kisaran nilai LPF
tidak lebih dari 0.1. Terpenuhinya kondisi tersebut
Sekarang apabila power dari noise dibuat 1/10 membuat sinyal hasil restorasi benar-benar sama
nya diperoleh hasil seperti gambar-gambar seperti sinyal pesan yang dikirim dan tidak ada
dibawah ini: random spike hasil bit error karena noise.
Pada bagian awal diperoleh bahwa untuk noise
0.01 saja hasil sinyal restorasi dari sinyal ASK
yang diperoleh sudah tidak sama (banyak bit
error) Berikut adalah hasilnya bila power dari
noise dibuat 10 kali dari power di awal:

Gambar 4.2-15 Sinyal Pesan dan Sinyal ASK


Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 10
dan mengubah nilai amplitudenya secara random.
Bila noise cukup besar dan sudah mengubah
banyak dari sinyal ASK-nya, terutama ketika
seharusnya nilai sinyal ASK 0 saat sinyal pesan 0
tapi jadi muncul ripple-ripple, sinyal restorasi
yang diperoleh kemungkinan besar akan ada bit-
errornya (berbeda dengan sinyal pesan awal). Hal
ini sejalan dengan sinyal ASK memiliki kesamaan
Gambar 4.2-16 Sinyal ASK dengan Noise 0.1
fitur dengan sinyal AM yang juga rentan terhadap
noise karena noise bisa langsung secara aditif
menjumlahkan dirinya dengan sinyal AM.

5. KESIMPULAN
Berikut adalah kesimpulan yang diperoleh dari
percobaan-percobaan pada praktikum ini:
1. Noise memiliki dampak yang besar
Gambar 4.2-17 Sinyal Output Filter Bandpass terhadap sinyal ASK yang bisa membuat
sinyal restorasi yang diperoleh berbeda
dengan sinyal pesan yang dikirim.
2. Semakin besar noise yang hadir pada
sistem/pada sinyal ASK, semakin banyak
bit-error yang muncul pada sinyal hasil
restorasi. Bit-error tersebut berarti saat
sinyal pesan seharusnya 0 tapi sinyal
restorasi bernilai 1.
Gambar 4.2-18 Sinyal Output Lowpass dan Abs
3. Sinyal ASK merupakan salah satu bagian
dari Amplitude Modulation karena pada
dasarnya sinyal carriernya dimodulasi
oleh amplitude sinyal digital yang dalam
kasus ini bernilai 1 atau 0. Hal itu juga
ditunjukkan dari sinyal ASK memiliki
selubung yang berbentuk sama dengan
sinyal pesannya.
4. Frekuensi sinyal carrier tidak
Gambar 4.2-19 Sinyal Restorasi dan Sinyal Pesan Untuk
Noise 0.1 berperan/bermain peran yang penting
dalam proses pembuatan sinyal ASK
Hasilnya sudah dapat ditebak karena dengan karena yang dimodulasi adalah amplitude
noise 0.01 saja sinyal yang direstorasi sudah dari sinyal carriernya oleh sinyal pesan.
berbeda dengan sinyal pesannya. Hasil restorasi 5. Proses dalam PCM Encoding pada
sekarang semakin buruk dengan setiap saat dasarnya merupakan salah satu proses
seharusnya nilai sinyal pesan adalah 0, nilai sinyal yang mirip dengan ADC (Analog to
restorasi justru 1. Kemunculan random spike yang Digital Conversion) karena mengubah
merupakan bit error itu juga semakin sering sinyal yang awalnya kontinyu (sinyal
dibandingkan ketika noise powernya 0.01. Maka, sinus) menjadi sinyal diskrit melalui
dapat dikatakan bahwa dari 3 variasi besar noise proses sampling dan kuantisasi.
yang digunakan, dua diantaranya berhasil
mendistorsi/merusak sinyal restorasi yang DAFTAR PUSTAKA
diperoleh sehingga informasi yang diperoleh dari
sinyal pesan awal sudah berbeda. [1] Modul Praktikum Sistem Komunikasi,
Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer
Dari keseluruhan hasil diatas, menurut praktikan STEI ITB, Bandung, 2022.
sinyal ASK tidak tahan terhadap noise karena
sinyal ASK menitikberatkan bagian modulasi [2] Amplitude Shift Keying : Circuit Diagram,
pada amplitude sinyalnya sedangkan noise yang Working and Its Applications (elprocus.com),
ada bersifat additif sehingga bisa langsung diakses 14 April 2022, 07:39 WIB.
menjumlahkan dengan amplitude sinyal ASK-nya
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 11

Anda mungkin juga menyukai