Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UJIAN

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA

Oleh:
Emmanuel Mareffcita Siagian
G0007063

Pembimbing:
Yusvick M. Hadin, dr., Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RS DR MOEWARDI
SURAKARTA
2012
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh (Maslim,
2001)..
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang
terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke
tingkat fungsional premorbid (Kaplan dan Sadock, 2003).

Epidemiologi
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia, kejadian
nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di
negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering
terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian
yang sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik,
paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang
besar ( misalnya imigran ).

Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif
singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV
menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan banyak
diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis
kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen (Kaplan dan Sadock, 2003).
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien
dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap
perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis,
konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan
status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung
kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat (Kaplan dan Sadock, 2003).

Patofisiologi
Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia adalah yang
paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari banyak terapi obat yang
rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya
aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu: (1) kebanyakan obat-obat
antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem
mesolimbik frontal; (2) obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa
(suatu precursor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor
dopamine langsung), baik yang dapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa
pasien; (3) densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak pasien
skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis; (4) positron emission
tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor dopamine pada pasien
skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan
PET pada orang yang tidak menderita skizofrenia; dan (5) perawatan yang berhasil pada pasien
skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine,
di cairan serebrospinal, plasma, dan urine. Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas
dopaminergik apakah karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya
reseptor dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam jalur
mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron
dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral (Trimble, 2010).
Manifestasi klinis
Gambaran utama perilaku:
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan
berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta
marah-marah atau memukul tanpa alasan (Kaplan dan Sadock, 2003).
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis
utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola
gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif,
konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan
psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik
singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam
membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala
tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan
pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negative (Maslim, 2001)..
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin
terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara,
berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau
perilaku, kegelisahan, halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi
terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin (Bora, 2009).
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis
mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin
jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan
riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari
wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang
akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.
Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang
dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut
adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis
berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan
kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas
definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode
psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang
menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas.
Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu
derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin (Bora,2009).

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :
1. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara
yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya).
2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok
sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima
pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain).
3. Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel) (Maslim, 2001).

Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala psikotik yang
berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu
gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena
kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis
yang tepat. Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang
harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala psikotik yang
utama), gangguan skizofreniform ( jikagejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia
(jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan) (Kaplan dan Sadock, 2003).
1. Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Singkat.
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
a. Waham
b. Halusinasi
c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)
d. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima secara kultural.
2. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan,
akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi pramorbid.
3. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood dengan ciri psikotik,
gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu
zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.
Sebutkan jika:
1. Dengan stresor nyata ( psikosis singkat reaktif ); jika gejala terjadi segera setelah dan
tampak sebagai respon dari suatu kejadian yang sendirian atau bersama-sama akan
menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama
dalam kultur orang tersebut.
2. Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau terlihat bukan
sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi sendirian atau bersama sama akan
menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama
dalam kultur orang tersebut.
3. Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu setelah persalinan.
4. Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan melalui Pedoman
Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III). Berikut kriteria
diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III (Kaplan dan Sadock,
2003)

F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia


Suatu gangguan psikotik akut dimana jelas terdapat halusinasi, waham, dan gangguan
persepsi, tetapi bersifat sangat variasi dan berubah – ubah dari hari ke hari atau bahkan dari jam
ke jam. Emosional dengan berbagai perasaan senang dan ekstasi atau ansietas serta iritabilitas
juga sering ada. Gambaran klinis yang polimorfik dan tidak stabil serta yang selalu berubah itu
merupakan hal yang bersifat khas walaupun kadang gejala afektif atau psikotik juga terdapat,
kriteria untuk episode manik (F30.-), episode depresif (F32.-) atau skizofrenia (F20,-) tidak
terpenuhi. Penyakit ini cenderung mempunyai onset yang mendadak (dalam 48 jam) dan gejala –
gejalanya cepat mereda, pada sebagian besar kasus tidak terdapat stres pencetus yang jelas.
Apabila menetap sampai 3 bulan maka diagnosis harus berubah. Gangguan waham menetap
(F22,-) atau gangguan psikotik non organic lainnya (F28.-) mungkin merupakan diagnosis yang
paling cocok.
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas
dalam waktu 2 minggu atau kurang)
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis dan
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya
d. Walaupun gejala beraneka ragam, tidak satu pun dari gejala itu ada secara cukup
konsisten, sehingga dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F20.-) atau episode manik
(F30.-) (Maslim, 2001).

F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia


Suatu gangguan psikotik akut yang memenuhi kriteria deskriptif untuk gangguan psikotik
polimorfik akut (F23.0) tetapi yang selalu disertai gejala skizofrenia yang khas.
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kriteria a, b, dan c, yang khas di atas untuk gangguan psikotik polimorfik
akut harus dipenuhi, sebagai tambahan, gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia
(F20.-) harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak muncul gambaran klinis psikotik itu
secara jelas.
Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap lebih dari sebulan maka diagnostic berubah menjadi
skizofrenia (F20.-) (Maslim, 2001).
F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia
Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala – gejala psikotik yang secara komparatif bersifat
cukup stabil dan memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) tetapi hanya berlangsung kurang
dari 1 bulan lamanya. Suatu derajat variasi dan instabilitas emosional mungkin ada, tetapi tidak
separah seperti yang diuraikan dalam psikosis polimorfik akut (F23.0)
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset gejala psikosis harus akut (dua minggu atau kurang dari suatu keadaan non
psikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik)
b. Gejala – gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada untuk
sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas psikotik.
c. Kriteria untuk psikotik polimorfik tidak terpenuhi
Apabila gejala – gejala skizofrenia menetap untuk waktu yang lebih dari satu bulan lamanya,
maka diagnosis harus di ubah menjadi skizofrenia (F20.-)
Termasuk :
 Skizofrenia akut (tak terinci)
 Gangguan skizofreniform singkat
 Psikosis skizofreniform singkat
 Oneirofrenia
 Reaksi skizofrenia
Tak termasuk:
 Gangguan waham organic (lir-skizofrenia) (F06.2)
 Gangguan skizofreniform YTT (F20.8) (Maslim, 2001).

F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham


Gangguan psikotik akut dengan waham dan halusinasi yang secara komparatif stabil merupakan
gambaran klinis utama, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-). Waham kejaran
atau waham rujukan biasa terjadi dan halusinasi biasanya auditorik (suara yang berbicara
langsung pada pasien)
Pedoman diagnostik untuk diagnostik pasti:
a. Onset dari gejala psikotik harus akut (dua minggu atau kurang dari keadaan non psikotik
sampai jelas psikotik)
b. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak
berkembangnya keadaan psikotik yang jelas
c. Baik kriteria untuk skizofrenia (F20.-) maupun untuk ganguan psikotik polimorfik akut
(F23.0) tidak terpenuhi.
Kalau waham menetap selama lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus diubah menjadi
gangguan waham menetap (F22.-) Apabila hanya halusinasi yang menetap untuk lebih dari 3
bulan lamanya maka diagnosis harus diubah menjadi psikosis nonorganik lainnya (F28)
Termasuk:
a. Reaksi paranoid
b. Psikosis paranoid psikogenik (Maslim, 2001).

F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya


Gangguan psikotik akut lain yang tak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori manapun dalam
F23 (seperti keadaan psikotik akut dengan waham dan halusinasi jelas ada, tetapi menetap hanya
untuk sebagian kecil waktu) harus dimasukan dalam kode ini. Keadaan gaduh gelisah tak khas
harus juga dimasukan dalam kode ini kalau informasi yang lebih rinci tentang keadaan mental
pasien tidak dapat diperoleh, dengan syarat bahwa tidak terdapat tanda – tanda suatu penyebab
organic (Maslim, 2001).

F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara YTT

Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat dilakukan
yaitu:
a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan
kebersihan)
c. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
Konseling pasien dan keluarga.
a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik
antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan
pasien
b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stressor
c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik
2. Penatalaksanaan Medis
a. Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100-200 mg, 1
sampai 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi
efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih
tinggi (Levinson, 1999).
b. Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
c. Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.
d. Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini,
lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
 Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan
benzodiazepine atau obat antiparkinson.
 Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan
dosis terapi atau pemberian beta-bloker.
 Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat
antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari) (Lee, 2012.,
Magina, 2012).

Prognosis
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari satu
bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat
menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak
diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya
menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada
umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian
di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah
psikiatrik berat lebih lanjut (Kumar, 2011).
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala
depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase
psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan
prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk
kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood (Lee, 2012).
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat
1. Penyesuaian premorbid yang baik
2. Sedikit trait schizoid pramorbid
3. Stressor pencetus yang berat
4. Onset gejala mendadak
5. Gejala afektif
6. Konfusi selama psikosis
7. Sedikit penumpulan afektif
8. Gejala singkat
9. Tidak ada saudara yang skizofrenik (Kaplan dan Saddcok, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Bora E., Yucel M., and Pantelis C. 2009. Cognitive functioning in schizophrenia, schizoaffective
disorder and affective psychoses: meta-analytic study. British Journal of Psychiatry,
195:475-482

Grover, S. 2010. Acute and Transient Psychosis: An Overview. India: PGIMER.

Ishizuka K, Paek M, Kamiya A, et al. 2006. A review of Disrupted-In-Schizophrenia-1 (DISC1):


neurodevelopment, cognition, and mental conditions. Biol Psychiatry, 59:1189–97.

Kumar R., et al. 2011. Acute Psychosis as the Initial Presentation of MS: A Case Report. The
International MS Journal. 17.2: 54–57.

Lee KY., et al. 2012. Acute psychosis related to use of trimethoprim/sulfamethoxazole in the
treatment of HIV-infected patients with Pneumocystis jirovecii pneumonia: a
multicentre, retrospective study. Journal of Antimicrobial Chemotherapy .

Levinson DF, Umapathy C, Musthaq M. 1999. Treatment of Schizoaffective Disorder and


Schizophrenia With Mood Symptoms. Am J Psychiatry, 156:1138–1148

Maggina, P., et al. 2012. Anti-N-Methyl D Aspartate Receptor Encephalitis Presenting eith Acut
Psychosis in A Preteenage girl: A Case Report. Journal of Medical Case Report.

Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya

Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 9th ed.
Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.

Trimble MR., George MS. 2010. Biological Psychiatry 3rd edition. Wiley-Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai