PENDAHULUAN
Dewasa ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin
pesat perkembangannya, sehingga diharapkan setiap mahasiswa terutama
mahasiswa teknik mesin harus dapat mampu bersaing dengan dunia industri
luar.
Oleh karena itu, dengan adanya tugas perencanaan mesin ini mahasiswa
diharapkan mampu dan memiliki pengetahuan dalam pengerjaan mesin frais
baik secara teori maupun praktek supaya setelah memasuki dunia usaha atau
dunia industri tidak merasa canggung lagi.
1
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi uraian tentang, latar belakang, tujuan perencanaan,
pembatasan masalah, serta sistematika penulisan
BAB IV PENUTUP
2
BAB II
Dasar Teori
3
Mesin frais adalah salah satu jenis mesin perkakas yang mampu melakukan
bebagaimacam tugas dibandingkan dengan mesin perkakas lainya. Permukaan yang
datarmaupun yang belekuk, dapat diproses dengan mesin ini dengan
ketelitian yang tinggi,termasuk pemotongan sudut, celah, roda gigi, dan
ceruk juga dapat diproses denganbaik menggunakan mesin ini. Bila alat
pemotong dan bornya dilepas maka dapatdigunakan untuk pahat gurdi, alat
pembesar lubang,dan bor. Karena mesin inidilengkapi mesin penyetel
micrometer untuk mengatur gerakan dari mejanya, makalubang dan
pemotongan yang lain dapat diberi jarak secara tepat.
4
Ciri-ciri mesin ini yaitu poros utamanya yang digunakan sebagai
pemutar dan pemegang alat potong pada posisi mendatar dan sumbu
putaran pahat freis selubung sejajar dengan permukaan benda kerja.
5
d. Nok pembatas, untuk membatasi jarak gerakan otomatis meja
e. Meja Mesin, tempat untuk memasangbenda kerja dengan perlengkapan
mesin
f. engkol untuk menggerakkan meja dalam arah memanjang
g. tuas untuk mengunci meja
h. Baut penyetel, untuk menghilangkan meja
i. Engkol untuk menggerakkan lutut dalam arah melintang
j. Engkol untuk menggerakkan lutut dalam arah tegak
k. Tabung pendukung dengan batang ulir, untuk mengatur tingginya meja
l. Lutut untuk kedudukan alas meja
m. Tuas untuk merubah kecepatan motor listrik
n. Tuas untuk mengunci sadel
o. Alas meja, tempat kedudukan untuk meja
p. Engkol meja
q. Tuas untuk menentukan besarnya putaran spindel/pisau freis
r. Tuas untuk mengatur turun naiknya meja
s. Spindel untuk memutarkan arbor dan pisau freis
t. Tuas untuk menjalankan spindel
Ada bermacam – macam pahat pada mesin freis. Berikut ini jenis pahat
freis adalah:
1. Pahat Silindris
Pahat ini digunakan untuk menghasilkan permukaan horizontal dan
dapat mengerjakan permukaan yang lebar dan pekerjaan berat
6
ukuran yang besar, gigi dibuat terpisah dan dimasukkan kedalam badan
pahat.Keuntungan ini memungkinkan cutter dapat dicabut dan dipasang
jika mengalami kerusakan.
3. Slotting Cutter
Pahat ini hanya memiliki gigi di bagian kelilingnya dan pahat ini
digunakan untuk pemotongan celah dan alur pasak
4. Metal Slitting Saw
Pahat ini memiliki gigi hanya di bagian keliling saja, atau memiliki
gigi keduanya di bagian keliiling dan sisinya saja.Digunakan untuk
memotong kedalaman celah dan untuk pemotongan panjang dari material.
Ketipisan pahat bermacam macam, dari 1mm – 5mm, dan ketipisan pada
bagian tengah lebih tipis dari bagian tepinya, hal ini untuk mencegah pahat
untuk terjepit di celah.
5. Freis Ujung
Biasanya berukuran dari diameter 4mm – 40 mm
6. Shell and Mill
Kelopak ujung freis dibuat untuk disesuaikan di bar pendek yang
dipasang di bagian poros.Kelopak freis ujung lebih mudah untuk diganti
dari pada freis ujung padat atau solid.
7. Freis Muka
Pahat ini dibuat untuk mengerjakan pemotongan berat dan juga
digunakan untuk menghasilkan permukaan yang datar.Ini lebih akurat dari
pada Sylindrical Slab Mill atau Freis Slab Silindris.Freis muka memiliki
gigi diujung muka dan kelilingnya.panjang dari gigi dikelilingnya selalu
kurang dari separuh diameter dari pisaunya.
8. Tee Slot Cutter
Pahat ini digunakan untuk freis celah awal, suatu celah atau alur
harus dibuat pada benda kerja sebelum pahat digunakan.
7
2.5 Prinsip Kerja Mesin Freis
1. Menfreis Datar
Pengerjaan yang dilakukan untuk membuat datar permukaan benda
kerja.
8
2. Menfreis Sudut
Pengerjaan yang dilakukan untuk membentuk sudut dengan
kemiringan tertentu pada benda kerja
3. Menfreis Alur
Bentuk atau ukuran pahat freis yang digunakan untuk menfreis alur
adalah tergantuk dari bentuk alur itu.
4. Menfreis Alur T
Menfreis alur T adalah pengerjaan dasar menfreis untuk
membentuk alur T atau langkah pertamanya yaitu benda kerja
dijalankan dengan alur kemudian alur T nya digunakan freis Alur T
5. Menfreis Ekor Burung
Pengerjaan datar menfreis untuk membentuk alur atau celah ekor
burung.
c) Teknik pengefreisan
1. Pengefreisan Sisi
Sisi mata potong sejajar dengan permukaan bidang benda
kerja.Teknik ini menggunakan mesin freis datar.
2. Pengefreisan Muka
Sisi mata potong tegak lurus terhadap bidang permukaan benda
kerja.Pahat freis mempunyai mata potong sisi dan muka yang
keduanya dapat melakukan pemotongan secara bersamaan.
Pengefreisan ini menggunakan mesin freis tegak.
9
keras bahan, makin kecil harga kecepatan potongnya dan juga
sebaliknya.Kecepatan potong dalam pengefreisan ditentukan berdasarkan
harga kecepatan potong menurut bahan dan diameter pisau freis. Jika
pahat freis mempunyai diameter 100 mm, maka satu putaran penuh
menempuh jarak p x d = 3,14 x 100 = 314 mm. jarak ini disebut jarak
keliling yang ditempuh mata freis. Bila Pahat freis berputar n putaran
dalam satu menit, maka jarak yang ditempuh oleh mata potong pahat freis
menjadi p x d x n. Jarak yang ditempuh mata pahat dalam satu menit
disebut juga dengan kecepatan potong (V).
Bahan yang digunakan untuk poros harus memiliki sifat sebagai berikut:
10
Gambar 2.2 Poros Transmisi Mesin
1. Poros transmisi
Poros ini meliputi pembebanan punter murni atau punter dan lentur. Daya
ditrasmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi dan sporcket
rantai.
2. Mesin Poros.Shaft ini merupakan bagian integral dari mesin itu sendiri.
poros engkol adalah contoh dari mesin poros.
Kekuatan
Kekakuan.
Puntiran kritis
Bahan poros
11
c. Shaft dikenai memutar gabungan dan momen lentur, dan
d. Shaft dikenai beban aksial selain gabungan beban torsi dan lentur.
Sekarang kita akanmembahas kasus di atas, secara detail, di halaman
berikut.
Sabuk atau tali yang digunakan untuk mengirimkan daya dari satu poros
ke yang lain dengan cara katrol yang berputar pada kecepatan yang sama atau
pada kecepatan yang berbeda. Jumlah daya yang ditransmisikan tergantung
pada faktor-faktor berikut:
1. Kecepatan sabuk.
2. Ketegangan di mana sabuk ditempatkan pada katrol.
3. Busur dari kontak antara belt dan pulley yang lebih kecil.
12
- Untuk mendapatkan hasil yang baik dengan sabuk datar, jarak
maksimum antara poros tidak boleh melebihi 10 meter dan
minimum tidak boleh kurang dari 3,5 kali diameter pulley yang
lebih besar.
Untuk Pemilihan V belt Berikut ini adalah berbagai faktor penting yang
menjadi dasar pemilihan belt drive yang tergantung pada:
2. Kecepatan,
8. kondisi Service.
The V-belt drive memberikan kekompakan karena jarak kecil antara pusat
puli.
Drive positif, karena slip antara belt dan alur katrol diabaikan.
Karena V-sabuk yang dibuat tak berujung dan tidak ada masalah bersama,
karena drive halus.
Menyediakan hidup lebih lama, 3 sampai 5 tahun.
Dapat dengan mudah dipasang dan dilepas.
Operasi sabuk dan pulley tenang.
Sabuk memiliki kemampuan untuk meredam guncangan saat mesin
dimulai.
13
Rasio kecepatan tinggi (maksimum 10) dapat diperoleh.
Tindakan wedging dari sabuk di alur memberikan nilai tinggi membatasi
rasio ketegangan. Oleh karena itu daya yang ditransmisikan oleh V-belt
lebih dari sabuk datar untuk koefisien yang sama gesekan, busur dari
kontak dan ketegangan yang diijinkan di sabuk.
V-belt dapat dioperasikan di kedua arah, dengan sisi yang ketat dari sabuk
di bagian atas atau bawah. Garis tengah
a. Pulley Datar
Pulley ini kebanyakan dibuat dari besi tuang, ada pula yang terbuat dari
baja
b. Pulley Mahkota
Pulley ini lebih efektif dari pulley dtar karena sabuknya sedikit menyudut
sehingga sukar selip. Bahan pulley diambil dari besi cor kelabu 𝐹𝑐 = 20
atau 𝐹𝑐 = 30
14
Gambar 2.4 Pulley Poros
1. Keuntungan
15
Low memulai dan menjalankan gesekan kecuali pada kecepatan
yang sangat tinggi.
Kemampuan untuk menahan beban kejut sesaat.
Akurasi poros keselarasan.
Biaya rendah pemeliharaan, karena tidak ada pelumasan diperlukan
sementara dalam pelayanan.
Dimensi keseluruhan Kecil.
Keandalan pelayanan.
Mudah untuk me-mount dan tegak. Kebersihan
2. Kekurangan
Lebih berisik pada kecepatan yang sangat tinggi.
Resistensi rendah untuk shock pemuatan.
Biaya awal lebih.
Desain perumahan bantalan rumit.
Catatan:
16
Gambar 2.5 Penampang Bantalan
Jenis Keys Berikut jenis kunci penting dari sudut subjek pandang:
1. kunci Tenggelam,
2. kunci Saddle,
3. kunci Tangent,
17
Gambar 2.6 Pasak
18
BAB III
pada unit mesin ini yang direncanakan adalah mesin frais horizontal,
dimana memiliki daya (P) = 4 kw, dengan putaran (n) = 1400 rpm, bahan yang
dikerjakan adalah besi tuang.
19
Jika momen torsi adalah T (kg.mm) maka:
Pd
T = 9,74.105x .................................................................................(3.2)
𝑛
4
= 9,74.105 x
1400
= 2782,86 Kg.mm
Dimana :
Diketahui :
Daya rencana = 4 kW
Sehingga direncanakan :
Maka:
𝑛₂ 𝑑₁
=
𝑛₁ 𝑑₂
Dimana :
20
d1 = diameter pulli motor
Diperoleh :
95
n2 = x 1400 ........................................................................................(3.3)
195
= 682,05 rpm
Tabel 3.2. Diameter minimum pulli yang diijinkan dan yang dianjurkan
Penampang A B C D E
Diameter minimum yang diijinkan 65 115 175 300 450
Diameter minimum yang dianjurkan 95 145 225 350 550
1000
n= ............................................................................................ (3.4)
𝑑.𝜋
Dimana :
n = putaran spindle
Maka :
1000.10
n=
150.3,14
= 21.2 rpm
21
Dengan demikian kita dapat mencari putaran spindle tingkatan
berikutnya,yaitu dengan rumus :
n1= nminimum
n2 = n1 .φ
n3 = n2 .φ
n4 = n3 .φ
dimana φ = 1,41
diambil: n2 = n1 . φ ...........................................................................(3.5)
= 21,2 . 1,41
= 29,9 rpm
22
Tabel 3.3. kecepatan standar
φ 1,41
Kec.
11,2 16 22,4 31,5 45 63 90 125 180 250
standar
Sehingga diperoleh kecepatan putaran spindle yang standar sebagai berikut:
I = Poros Penggerak
II = Poros Transmisi z1 z3
23
3.4.1 Kinematik Diagram
Input
z₁ z₂
z₃ z₄
z₅ z₆
z₇ z₈
z₉ z₁₀
Output
24
3.4.2 Speed Chart Diagram
1400 rpm
900 rpm
710 rpm
560 rpm
450 rpm
355 rpm
280 rpm
450 z 1 18
i= = =
1400 z 2 56
900 z₃ 29
i= = =
1400 z₄ 45
25
Jadi, z₃ = 29 buah dan z₄ = 45 buah
900 z₅ 40
i= = =
900 z₆ 40
560 z₇ 30
i= = =
900 z₈ 50
710 z₉ 35
i= = =
900 z₁₀ 45
do = m. z .................................................................................(3.6)
dk = (z + 2) . m
26
dt = do – (2. m)
Dimana :
m = modul
do₁ = m.z
= 5 . 18 = 90 mm
dk₁ = (z + 2)
= (18 + 2) . 5 = 100 mm
dt₁ = do₁ - (2 . m)
= 90 – (2 . 5) = 80 mm
27
7 30 150 160 140
8 50 250 260 240
9 35 175 185 165
10 45 225 235 215
Diketahui :
- Daya motor efektif 4 kw, dengan putaran motor listrik 1400 rpm
- Tipe sabuk V-belt tipe A
- Diameter pulli motor d1 = 95 mm
- Diameter transmisi d2 = 190 mm
- Jarak antara pulli motor dan pulli transmisi = 285 mm
Jika :
Maka :
= 95. 2
= 190 mm
28
Dk = dp+ 2 ...............................................................................................( 3.8)
Dimana :
sehinnga :
dk = 95 + 2 . 4,5
= 104 mm
Dk = Dp + 2 .k ..............................................................................(3.9)
= 190 + 2 . 4,5
= 199 mm
29
201 atau lebih
200 – 250
C 231 – 315 7,0
316 atau lebih
355 – 450
D 9,6
451 atau lebih
500 – 630
E 12,7
631 atau lebih
𝜋.𝑑𝑝.𝑛
n= ..........................................................................(3.10)
60.1000
3,14.95.1400
=
60.1000
= 6,96 m/s
b) Panjang Sabuk
𝜋 1
L = 2. 𝑐 + 2 (𝐷𝑝 + 𝑑𝑝). 4.𝑐 (𝐷𝑝 − 𝑑𝑝)2 ............................................(3.11)
Dimana :
Maka :
30
3,14 1
L = 2 . 285 + (190 + 95) (190 − 95)2
2 4.285
= 1025,7 mm
Jadi nomor nominal sabuk V-belt : No. 41 dengan panjang L = 1041 (lihat
tabel 3.5)
31
c) Pengecekan Jarak sumbu poros
b+√b 2 -8(Dp-dp)2
c= ........................................................ . .(3.12)
8
dimana :
b = 2L – 3,14 (Dp+dp)
= 2.1025,7 – 3,14 (190+95)
= 1155,82 mm
1155,82+√(1155,82)2 -8(190-95)2
c=
8
= 284, 99 mm
= 285 mm
d) Jumlah Sabuk
57(𝐷𝑝−𝑑𝑝)
Besarnya sudut kontak θ = 180o- ..................................... (3.13)
𝑐
32
Dimana :
Dp = Diameter pulli besar
dp = Diameter pulli kecil
c = Jarak sumbu poros
maka:
57(190−90)
θ = 180o- 285
o
= 161
Jadi besarnya sudut kontak θ = 161o, diperoleh faktor koreksi kθ = 0,96
(lihat tabel 3.6)
Sehingga jumlah sabuk dapat dicari dengan:
Pd
N = Po . . ...............................................................................(3.14)
kθ
dimana :
N = jumlah sabuk yang dicari
Pd = daya efektif = 4 kw
Po = kapasitas daya transmisi dari satu sabuk tipe standar = 1,43
kθ = faktor koreksi sudut kontak = 0,96
maka:
4
N = 1,43 . 0,96
= 0,89 buah
Jadi dari perhitungan tersebut diambil jumlah sabuknya adalah 1 buah
33
0,00 184 1,00
0,10 174 0,99
0,20 169 0,97
0,30 163 0,96
0,40 157 0,94
0,50 151 0,93
34
dan
Z=4
Sehingga didapat harga dalam grafik R – Z, yang merupakan grafik
hubungan antara pengatur R dan suku Z didapat φ = 1,41.
35
do2 = 5 x 56 = 280 mm
z3 = 29 gigi
z4 = 45 gigi
Maka:
do3 = 5 x 29 = 3145 mm
do4 = 5 x 45 = 225 mm
z5= 40 gigi
z6 = 40 gigi
Maka:
do5= 5 x 40 = 200 mm
do6= 5 x 40 = 200 mm
z7 = 30 gigi
z8= 50 gigi
Maka:
do7= 5 x 30 = 150 mm
do8= 5 x 50 = 250 mm
z9 = 35 gigi
z10 = 45 gigi
Maka:
do1= 5 x 35 = 175 mm
do2 = 5 x 45 = 225 mm
36
- Jarak poros I dan II
ao =
𝑧1+𝑧2
2
. m .............................................................(3.17)
18+56
= .5
2
= 185 mm
40+40
= .5
2
= 200 mm
maka:
- Untuk pasangan rodagigi 1 dan 2
Dimana:
37
z1 = 18 gigi
z2 = 56 gigi
Maka;
dk1 = (18 + 2) x 5
= 100 mm
dk2 = (82 + 2) x 5
= 420 mm
df1 = 90 – (2,5 x 5)
= 77,5 mm
df2 = 280 – (2,5 x 5)
= 267,5 mm
- Untuk pasangan rodagigi 3 dan 4
Dimana:
z3 = 29 gigi
z4 = 45 gigi
Maka;
dk3 = (29 + 2) x 5
= 155 mm
dk4 = (280 + 2) x 5
= 1410 mm
df3 = 145 – (2,5 x 5)
= 132,5 mm
df4 = 225 – (2,5 x 5)
= 212,5 mm
38
z6 = 40 gigi
Maka;
dk5 = (40 + 2) x 5
= 210 mm
dk6 = (40 + 2) x 5
= 210 mm
= 260 mm
39
= 185 mm
dk8 = (45 + 2) x 5
= 235 mm
H = 2 . m + Ck .......................................................................(3.20)
= 0,25 . 5 = 1,25 mm
H = 2 . 5 + 1,25 = 12,5 mm
40
Tabel 3.7 faktor bentuk gigi
Jika jumlah gigi (z) tidak tercantum dalam tabel maka dilakukan
interpolasi, sehingga :
Y₁ = 0,208
= 0,416
= 0,355
41
= 0,399
= 0,388
Y₆ = 0,388
Y₇ = 0,358
Y₈ = 0,408
= 0,374
= 0,399
π .do .np
V = .............................................................(3.21)
60 .1000
Dimana :
Sebelumnya diketahui
42
- Pasangan roda gigi 3 dan 4
π .do2 .np II 3,14 . 145 . 900
V₂ = = = 9,42 m/s
60 .1000 60.0000
- Pasangan roda gigi 5 dan 6
π .do .np III 3,14 . 200 . 900
V₃ = = = 9,42 m/s
60 .1000 60.0000
- Pasangan roda gigi 7 dan 8
π .do .np III 3,14 . 150 . 900
V₄ = = = 7,1 m/s
60 .1000 60.0000
- Pasangan roda gigi 9 dan 10
π .do .np III 3,14 . 175 . 900
V₅ = = = 8,24 m/s
60 .1000 60.0000
102 .Pd
Ft = ....................................................................(3.22)
V
Dimana :
Pd = daya rencana = 4 kw
V = kecepatan keliling
= 0,5 – 10 m/s
Sehingga:
Untuk pasangan rodagigi 1 dan 2
4 . 102
Ft1 = Ft2 =
6,6
= 61,9 kg
43
Untuk pasangan rodagigi 3 dan 4
4 . 102
Ft3 = Ft4 =
9,42
= 43,3 kg
Untuk pasangan rodagigi 5 dan 6
4 . 102
Ft5 = Ft6 =
9,42
= 43,3 kg
Untuk pasangan rodagigi 7 dan 8
4 . 102
Ft7 = Ft8 =
7,1
= 57,45 kg
= 49,52 kg
3
fv =
Kecepatan rendah V= 0,5 – 10 m/s 3+𝑉
6
fv =
Kecepatan sedang V= 5 – 20 m/s 6+𝑉
44
5,5
fv =
Kecepatan tinggi V= 20 – 50 m/s 5,5 + √𝑉
= 0,312 m/s
Untuk pasangan rodagigi 3 dan 4 faktor dinamisnya adalah:
3
Fv3-4=
3+9,42
= 0,241 m/s
Untuk pasangan rodagigi 5 dan 6 faktor dinamisnya adalah:
3
Fv5-6=
3+9,42
= 0,241 m/s
Untuk pasangan rodagigi 7 dan 8 faktor dinamisnya adalah:
3
Fv7-8=
3+7,1
= 0,297 m/s
Untuk pasangan rodagigi 9 dan 10 faktor dinamisnya adalah:
3
Fv9-10=
3+8,24
= 0,266 m/s
45
3 dan 4 6,83 597,36 0,30
5 dan 6 9,42 433,12 0,24
7 dan 8 7,1 574,65 0,30
9 dan 10 8,24 495,15 0,27
Tabel 3.9 tegangan lentur yang diijinkan pada bahan roda gigi
Tegangan
Kekuatan
Lambang Kekerasan Lentur yang
Kelompok bahan Tarik σB
Bahan (Brinnel) HB diijinkan σA
(kg/mm2)
(kg/mm2)
FC 15 15 140 – 160 7
FC 20 20 160 – 180 9
Besi Cor
FC 25 25 180 – 240 11
FC 30 30 190 – 240 13
SC 42 42 140 12
Baja cor SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
SNC 1 75 212 – 255 35 – 40
Baja khrom
SNC 2 85 248 – 302 40 – 60
nikel
SNC 3 95 269 – 321 40 - 60
Baja karbon S 25 C 45 123 – 183 21
untuk konstruksi S 35 C 42 149 – 207 26
mesin S 45 C 58 167 – 229 30
400 (dicelup
Baja paduan S 15 CK 50 dingin dalam 30
dengan minyak)
pengerasan kulit SNC 21 80 600 (dicelup 35 – 40
SNC 22 100 dingin dalam 40 – 55
46
air)
47
Baja Besi cor
(250) Besi cor nikel
Besi cor Perunggu fosfor
Besi cor nikel
Besi cor nikel
m = modul = 5 mm
Fv = faktor dinamis
F’b = σa . m . Y₁ . fv₁
= 6,21 kg/mm
F’b₂ = σa . m. Y₂ . fv₁
=8,38 kg/mm
2 . 𝑧₂
F’H1-9 = fv₁ . kH . do₁ . ......................................(3.24)
𝑧₁ +𝑧₂
48
2 . 56
= 0,31 . 0,188 . 90 .
18 +56
= 7,94 kg/mm
Ft
b1-2 = ............................................................(3.25)
F'H
618,18
=
7,94
= 77,86 mm
49
= 60,03 mm
F’b ₈ = σa . m. Y₈ . fv₄
= 13 . 5 . 0,408 . 0,30
50
= 7,96 kg/mm
Beban permukaan yang diijinkan persatuan (F’H)
2 . 𝑧₈
F’H7 – 8 = fv₄ . kH . do₇ .
𝑧₇ +𝑧₈
2 . 50
= 0,30 . 0,188 . 150 .
30 +50
= 10, 575 kg/mm
Lebar sisi roda gigi z₇ - z₈
Ft
b7 – 8 =
F'H
564,63
=
10,575
= 54,34 mm
- Pasangan roda gigi z₉ - z₁₀
Beban lentur yang diijinkan lebar sisi (F’b)
F’b₉ = σa . m. Y₉ . fv₅
= 13 . 5 . 0,374 . 0,27
= 6,56 kg/mm
F’b₁₀ = σa . m. Y₁₀ . fv₅
= 13 . 5 . 0,399 . 0,27
= 7,00 kg/mm
Beban permukaan yang diijinkan persatuan lebar (F’H)
2 . 𝑧₁₀
F’H9 -10 = fv₅ . kH . do₉ .
𝑧₉ +𝑧₁₀
2 . 45
= 0,27 . 0,188 . 175 .
35 +45
= 9,99 kg/mm
Ft
b =
F'H
51
495,15
=
9,99
= 49,56 mm
dengan:
Kekuatan tarik σb = 58 kg/mm2
Dengan tegangan lentur yang diijinkan σa = 30 kg/mm2
Maka:
Tegangan geser yang diijinkan adalah:
𝜎𝑏
τa = .......................................................................(3.26)
𝑠𝑓1 . 𝑠𝑓2
Dimana:
σb = Kekuatan/tegangan tarik bahan
sf1= Faktor pengaruh massa untuk bahan S – C = 6,0
sf2= Faktor pengaruh kekerasan permukaan antara 1.3 – 3.0
Sehingga
58
τa =
6,0 . 3,0
= 3,22 kg/mm2
3.9.2 Momen Puntir Rencana
Pd
T = 9,74 . 105 . ....................................................................(3.27)
n
Dimana:
T = Momen puntir rencana (kg.mm)
Pd = Daya rencana efektif (kw)
n = Putaran poros (rpm)
Maka:
Untuk poros transmisi I (pertama)
4
= 9,74 . 105 .
1400
52
= 2782,85 kg.mm
= 450 rpm
Maka:
4
T2 = 9,74 . 105 .
450
= 8657,78 kg.mm
30
n = 1400 x
50
= 840 rpm
Maka :
4
T3 = 9,74 . 105 .
840
= 4638,09 kg.mm
3.9.3 Diameter Poros ds (mm)
5,1
ds =( kt . cb .T)1/3 .................................................................(3.28)
𝜏𝑎
dimana:
ds = Diameter poros (mm)
τa = Tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
kt = Faktor koreksi yang dianjurkan (1,0)
Cb = faktor beban lentur (1,2)
T = Momen puntir rencana (kg.mm)
Sehingga:
53
Diameter poros I (pertama) adalah diameter poros motor penggerak
yaitu:
5,1
ds1 =( 1,0 . 1,2 . 2782,85 )1/3
3,22
= 17,42 mm = 17 mm
Diameter poros II (kedua) adalah diameter transmisi I yaitu:
5,1
ds2= ( 1,0 . 1,2 . 8657,78 )1/3
3,22
= 25,43 mm = 25 mm
Diameter poros III (ketiga) adalah diameter transmisi II yaitu:
5,1
ds3 = ( 1,0 . 1,2 . 4638,09)1/3
3,22
= 20,65 mm = 21 mm
Diameter poros IV (keempat) didapat dari diameter transmisi III
yaitu:
Pada poros keempat terdapat lubang bor, diameter rasio dalam
di/do= 0,5
Diameter poros yang dibutuhkan do menggunakan hubungan:
𝜋
T = 16 . τa .do3. (1 – k4)
Dimana:
T = Momen torsi
τa = Tegangan geser yang diijinkan
do = Diameter poros
k = Perbandingan antara diameter dalam dengan diameter
luar di/do = 0,5
maka:
16 x 4638,09
do =√ 4
π x 3,22 x (1−0,5 )
= 44,23 mm
= 44 mm
Sehinnga
54
di = do x 0,5
= 44 x 0,5
= 22 mm
Jadi diameter poros keempatnya adalah 22 mm.
55
F . L31 . L32
y = 3,24 . 10-4 . .........................................................(3.30)
ds4 . L3
Dimana:
Y = Lendutan (mm)
56
Gaya tangensial untuk poros III :
F2 = 30 x 60 x 5 x 0,399
= 359,1 kg
Gaya tangensial untuk poros IV :
F3 = 30 x 60 x 5 x 0,358
= 322,2 kg
Maka:
Untuk diameter poros lendutan untuk poros kedua berlaku:
319,5 . 303 . 2403
y1 = 3,24 . 10-4 .
174 . 2703
= 0,024 mm
249,2 . 303 . 2403
y2 = 3,24 . 10-4 .
254 . 2703
= 0,0039 mm
227,1 . 303 . 2403
y3 = 3,24 . 10-4 .
354 . 2703
= 0,00092 mm
Karena semua harga lenturan telah diperiksa dan ternyata semua
dibawah batas yang diijinkan 0.3-0,35 (mm) maka poros tersebut
aman.
3.10 Perencanaan Pasak
Direncanakan
Bahan pasak = S 40 C
Kekuatan tarik σb = 55 kg/mm2
Faktor keamanan:
sfk1= 6,0
sfk2 = 3,0
Tegangan geser pasak yang diijinkan (τka)
σb
τka= ..........................................................................(3.31)
sfk1 . sfk2
dimana:
τka = Tegangan geser pasak yang diijinkan (kg/mm2)
57
σb = Tegangan tarik (kg/mm2)
sfk1 & sfk2 = Faktor keamanan
maka:
55
τka =
6,0 . 3,0
= 3,055 kg/mm2
Dimana:
F = Gaya tangensial pada permukaan poros (kg)
T = Momen dari poros (kg.mm)
ds = Diameter poros (mm)
maka:
2782,85
F=
25 ∕ 2
= 222,628 kg
Untuk perencanaan pasak dengan diameter ds = 25 mm
diperoleh data pasak sebagai berikut:
Lebar pasak b = 7 mm
Tinggi pasak h = 7 mm
Kedalaman alur pasak roda poros t1 = 4,0 mm
Kedalaman alur pasak roda naf t2 = 3,0 mm
Panjang pasak L = 16 – 80 mm
b) Perhitungan Panjang Pasak dari Tegangan Geser Pasak
yang Diijinkan (L).
58
𝐹 𝐹
τka = diubah menjadi L = . ...........................(3.33)
𝑏. 𝐿 𝑏 . 𝜏𝑘𝑎
dimana:
L = Panjang pasak (mm)
F = Gaya tangensial permukaan poros (kg)
b = Lebar pasak (mm)
τka = Tegangan geser pasak yang diijinkan (kg/mm2)
maka:
319,5
L=
7 . 3,055
= 14,95 mm = 15 mm
c) Tegangan Geser Pasak yang Terjadi
F
τk =
b. L
319,5
=
7 . 15
= 3,04 kg/mm2
Karena harga tegangan geser telah diperiksa dan ternyata
dibawah batas tegangan geser yang diijinkan yaitu 3,055
maka pasak tersebut aman.
Dimana:
P = Tekanan Permukaan Pasak yang Terjadi (kg/mm2)
F = Gaya tangensial poros (kg)
L = Panjang pasak (mm)
t1 = Kedalaman alur pasak pada poros (mm)
t2 = Kedalaman alur pasak pada naf (mm)
maka:
319,5
P=
15 . 4,0
59
= 5,34 kg/mm2
Diketahui bahwa Pa adalah tekanan permukaan yang diijinkan
untuk poros yang berdiameter kecil = 8 kg/mm2
P ≤ Pa = 1,88 kg/mm2≤ 8 kg/mm2
Dimana:
F = Gaya tangensial pada permukaan poros (kg)
T = Momen dari poros (kg.mm)
ds = Diameter poros (mm)
maka:
319,5
F=
45 ∕ 2
= 14,2 kg
Untuk perencanaan pasak dengan diameter poros ds4 = 45
mm, diperoleh data pasak sebagai berikut:
Lebar pasak (b) = 14 mm
Tinggi pasak (h) = 9 mm
Kedalaman alur pasak pada poros (t1) = 5,5 mm
Kedalaman alur pasak pada naf (t2) = 3,5 mm
Panjang pasak (L) = 36 – 160 mm
b) Perhitungan Panjang Pasak Dari Tegangan Geser Yang
Diijinkan (L)
𝐹
L=
𝑏 . 𝜏𝑘𝑎
maka:
319,5
L=
14 . 3,055
60
= 7,48 mm = 8 mm
c) Tegangan Geser Pasak yang Terjadi
F
τk =
b. L
319,5
=
14 . 8
= 2,85 kg/mm2
Karena harga tegangan geser telah diperiksa dan ternyata
dibawah batas tegangan geser yang diijinkan yaitu 3,055 maka
pasak tersebut aman.
d) Tekanan Permukaan Pasak yang Terjadi
F
P= . .............................................................(3.36)
L .(t1 atau t2)
Dimana:
P = Tekanan Permukaan Pasak yang Terjadi (kg/mm2)
F = Gaya tangensial poros (kg)
L = Panjang pasak (mm)
t1 = Kedalaman alur pasak pada poros (mm)
t2 = Kedalaman alur pasak pada naf (mm)
maka:
319,5
P=
8 . 5,5
= 7,26 kg/mm2
Diketahui bahwa Pa adalah tekanan permukaan yang diijinkan
untuk poros yang berdiameter kecil = 8 kg/mm2
P ≤ Pa = 1,88 kg/mm2≤ 8 kg/mm2
61
PH R1 QH
P Q
PV A QV
- Momen torsi
𝑃𝑑
T = 9,74 . 10⁵ . .......................................................(3.37)
𝑛₁
Dimana :
P = daya = 4 kW
n = putaran masuk
= 1400 rpm
4
T = 9,74 . 105 .
1400
= 27828,57 kg . mm
- Gaya tangensial
2 .𝑇
U₁ =
𝑑𝑜₁
2 . 27828,57
=
90
= 618,41 kg . mm
- Gaya radial
R1 = U1 . tg 20⁰
= 618,41 . tg 20⁰
= 225,08 kg
62
Gaya bantalan di P
- Arah Vertikal
PV . 500 - U₁ . 100 = 0
𝑈₁.100
PV =
500
618,41 . 100
=
500
= 123,68 kg
- Arah Horizontal
PH . 500 - R1 . 100 = 0
𝑅₁.100
PH =
500
225,08 . 100
=
500
= 45,02 kg
- Resultan Gaya
P = √(𝑃𝐻)2 + (𝑃𝑉)2
= √(45,02)2 +(123,68)2
= 131,62 kg
Gaya bantalan di Q
- Arah Vertikal
QV . 500 – U1 . 400 = 0
63
U₁. 400
QV =
500
618,41 . 400
=
500
= 494,73 kg
- Arah Horizontal
QH . 500 – R1 . 400
𝑅₁.400
QH =
500
225,08 . 400
=
500
= 180,06 kg
- Resultan gaya
Q = √(𝑄𝐻)2 + (𝑄𝑉)2
= √(180,06)2 + (494,73)2
= 526,48 kg
Momen bending
- Arah vertikal P – A
MbV= PV . x
Untuk x = 0 MbV = 0
x = 400 MbV = PV . 400
= 123,68 . 400
- Arah vertikal A – Q
MbV . PV (400 + y) - U1 . y
untuk y = 0 MbV = 49472 kg . mm
y = 100 MbV = 0
MbV = 49472 kg
64
P A Q
- Arah Horizontal P – A
MbH = PH . x
Untuk x = 0 MbH = 0
x = 400 MbH = 45,02 . 400
= 18008 kg
- Arah Horizontal A – Q
MbH = PH (400 + y) – R1 . y
Untuk y = 0 MbH = 18008 kg . mm
Y = 100 MbH = 0
MbH = 18008 kg . mm
P A Q
- momen bending yang timbul di A
Mb = √(𝑀𝑏𝐻)2 + (𝑀𝑏𝑉)2
= √(18008 )2 + (49472)2
= 52647,57 kg
PH R3 QH
P A Q
65
PV QV
- Momen torsi
𝑃𝑑
T = 9,74 . 10⁵ .
𝑛₁
40
= 9,74 . 10⁵ .
1400
= 27828,57 kg . mm
- Gaya tangensial
2 .𝑇
U3 =
𝑑𝑜₃
2 . 27828,57
=
145
= 383,84 kg . mm
- Gaya radial
R3 = U3 . tg 20⁰
= 383,84 . tg 20⁰
= 139,71 kg
Gaya bantalan di P
- Arah Vertikal
PV . 500 - U3 . 320 = 0
U₃ . 320
PV =
500
383,84 . 320
=
500
= 245,66 kg
- Arah Horizontal
PH . 500 - R3 . 320 = 0
R₃. 320
PH =
500
139,71 . 320
=
500
66
= 89,41 kg
- Resultan Gaya
P = √(𝑃𝐻)2 + (𝑃𝑉)2
= √(89,41)2 + (245,66)2
= 261,42 kg
Gaya bantalan di Q
- Arah Vertikal
QV . 500 - U3 . 180 = 0
U₃. 180
QV =
500
383,84 . 180
=
500
= 138,18 kg
- Arah Horizontal
QH . 500 - R3 . 180
R₃. 180
QH =
500
139,71. 180
=
500
= 50,3 kg
- Resultan Gaya
Q = √(𝑄𝐻)2 + (𝑄𝑉)2
= √(50,3)2 + (138,18)2
= 147,05 kg
Momen bending
- Arah Vertikal P – A
MbV = PV . x
Untuk x = 0 MbV = 0
67
x = 320 MbV = 245,66 . 180
= 44218,8 kg . mm
- Arah Vertikal A – Q
MbV = PV (180 + y) - U3 . y
Untuk x = 0 MbV = 44218,8 kg . mm
x = 320 MbV = 245,66 (180 + 320) – 383,320
=0
MbV = 44218,8 kg
P A Q
- Arah Horizontal P – A
MbH = PH . x
Untuk x = 0 MbH = 0
= 16093,8 kg . mm
- Arah Horizontal A – Q
MbH = PH (180 + y) – R3 . y
Untuk y = 0 MbH = 8334,72 kg . mm
y = 320 MbH = 0
MbH = 8334,72 kg . mm
P A Q
- Momen Bending yang timbul di A
68
MbV = √(𝑀𝑏𝐻)2 + (𝑀𝑏𝑉)2
= √(8334,72)2 + (44218,8)2
= 44997,44 kg . mm
PH R2 QH
P A Q
PH QV
- Momen torsi
𝑃𝑑
T = 9,74 . 10⁵ .
𝑛₂
Dimana :
P = daya = 40 kW
n = putaran poros II
= 900 rpm
40
T = 9,74 . 10⁵ .
900
= 43288,89 kg . mm
- Gaya tangensial
2 .𝑇
U₂ =
𝑑𝑜₂
69
2 . 43288,89
=
280
= 309,206 kg
- Gaya radial
R₂ = U₂ . tg 20⁰
= 309,206 . tg 20⁰
= 112,542 kg
Gaya bantalan di P
- Arah Vertikal
PV . 800 - U₂ . 100 = 0
𝑈₂.100
PV =
800
309,206 . 100
=
800
= 38,65 kg
- Arah Horizontal
PH . 800 - R₂ . 100 = 0
𝑅₂.100
PH =
800
112,542 . 100
=
800
= 14,068 kg
- Resultan Gaya
P = √(𝑃𝐻)2 + (𝑃𝑉)2
70
= √(14,068)2 +(38,65)2
= 41,13 kg
Gaya bantalan di Q
- Arah Vertikal
QV . 800 – U₂ . 700 = 0
U₂. 700
QV =
800
309,206 . 700
=
800
= 270,555 kg
- Arah Horizontal
QH . 800 – R₂ . 700
R₂ . 700
QH =
800
112,542 . 700
=
800
= 98,474 kg
- Resultan gaya
Q = √(𝑄𝐻)2 + (𝑄𝑉)2
= √(98,474)2 + (270,555)2
= 287,92 kg
Momen bending
- Arah vertikal P – A
71
MbV= PV . x
Untuk x = 0 MbV = 0
x = 700 MbV = 38,65 . 700
= 27055 kg . mm
- Arah vertikal A – Q
MbV . PV (700 + y) - U₂ . y
untuk y = 0 MbV = 27055 kg . mm
y = 100 MbV = 0
MbV = 27055 kg . mm
P A Q
- Arah Horizontal P – A
MbH = PH . x
Untuk x = 0 MbH = 0
x = 700 MbH = 14,08 . 700
= 9847,6 kg
- Arah Horizontal A – Q
MbH = PH (700 + y) – R₂ . y
Untuk y = 0 MbH = 9847,6 kg . mm
Y = 100 MbH = 0
MbH = 9847,6 kg . mm
P A Q
- momen bending yang timbul di A
Mb = √(𝑀𝑏𝐻)2 + (𝑀𝑏𝑉)2
72
= √(9847,6 )2 + (27055)2
= 28791,46 kg
PH R4 QH
P A Q
PV QV
- Momen torsi
𝑃𝑑
T = 9,74 . 10⁵ .
𝑛₂
Dimana :
P = daya = 40 kW
n = putaran poros II
= 900 rpm
40
T = 9,74 . 10⁵ .
900
= 43288,89 kg . mm
- Gaya tangensial
2 .𝑇
U₄ =
𝑑𝑜₄
2 . 43288,89
=
225
= 384,79 kg
- Gaya radial
73
R₄ = U₄ . tg 20⁰
= 384,79 . tg 20⁰
= 140,05 kg
Gaya bantalan di P
- Arah Vertikal
PV . 800 - U₄ . 320 = 0
U₄ . 320
PV =
800
384,79 . 320
=
800
= 153,916 kg
- Arah Horizontal
R₄ . 320
PH =
800
145,05 . 320
=
800
= 56,02 kg
- Resultan Gaya
P = √(𝑃𝐻)2 + (𝑃𝑉)2
= √(56,02)2 +(153,916)2
= 163,79 kg
74
Gaya bantalan di Q
- Arah Vertikal
QV . 800 – U₄ . 480 = 0
U₄ . 480
QV =
800
384,79 . 480
=
800
= 230,874 kg
- Arah Horizontal
QH . 800 – R₄ . 480
R₄ . 480
QH =
800
140,05 . 480
=
800
= 84,03 kg
- Resultan gaya
Q = √(𝑄𝐻)2 + (𝑄𝑉)2
= √(84,03)2 + (230,874)2
= 245,69 kg
Momen bending
- Arah vertikal P – A
MbV= PV . x
Untuk x = 0 MbV = 0
x = 700 MbV = 153,916 . 480
= 73879,68 kg . mm
75
- Arah vertikal A – Q
MbV . PV (480 + y) - U₄. y
untuk y = 0 MbV = 73879 . 480
y = 320 MbV = 0
MbV = 73879,68 kg . mm
P A Q
- Arah Horizontal P – A
MbH = PH . x
Untuk x = 0 MbH = 0
x = 480 MbH = 56,02 . 480
= 26889,6 kg
- Arah Horizontal A – Q
MbH = PH (700 + y) – R₂ . y
Untuk y = 0 MbH = 26889,6 kg . mm
Y = 320 MbH = 0
MbH = 26889,6 kg . mm
P A Q
- momen bending yang timbul di A
Mb = √(𝑀𝑏𝐻)2 + (𝑀𝑏𝑉)2
= √(26889,6 )2 + (73879,68)2
= 78620,97 kg
76
PH R5 QH
P A Q
PV QV
- Momen torsi
𝑃𝑑
T = 9,74 . 10⁵ .
𝑛₂
Dimana :
P = daya = 40 kW
n = putaran poros II
= 900 rpm
40
T = 9,74 . 10⁵ .
900
= 43288,89 kg . mm
- Gaya tangensial
2 .𝑇
U₅ =
𝑑𝑜₅
2 . 43288,89
=
200
= 432,89 kg
- Gaya radial
77
R = U₅ . tg 20⁰
= 432,89 . tg 20⁰
= 157,56 kg
Gaya bantalan di P
- Arah Vertikal
PV . 800 - U₅ . 380 = 0
U₅ . 380
PV =
800
432,89 . 380
=
800
= 205,62 kg
- Arah Horizontal
PH . 800 - R₅ . 380 = 0
R₅ . 380
PH =
800
157,56 . 380
=
800
= 74,84 kg
- Resultan Gaya
P = √(𝑃𝐻)2 + (𝑃𝑉)2
= √(74,84)2 +(205,62)2
78
= 218,82 kg
Gaya bantalan di Q
- Arah Vertikal
QV . 800 – U₅ . 420 = 0
U₅ . 420
QV =
800
432,89 . 420
=
800
= 227,11 kg
- Arah horinsontal
QH . 800 – R5 . 420 = 0
𝑅₅ . 420
QH =
800
157,56 . 420
=
800
= 82,72 kg
- Resultan gaya
Q = √(𝑄𝐻)2 + (𝑄𝑉)2
= √(82,72)2 + (227,11)2
79
= 241,71 kg
Momen bending
- Arah vertikal P – A
MbV = PV . x
Untuk x = 0 MbV = 0
= 86360,4 kg . mm
- Arah verikal A – Q
MbV = PV (420 + y) – U5 . y
y = 380 MbV = 0
MbV = 86360,4 kg . mm
P A Q
- Arah horisontal P – A
MbH = PH . x
Untuk x = 0 MbV = 0
= 31432,8 kg . mm
- Arah horisontal A – Q
80
MbH = PH (420 + y ) – R5 . y
y = 380 MbH = 0
MbH = 31432,8 kg . mm
P A Q
Mb = √(𝑀𝑏𝐻)2 + (𝑀𝑏𝑉)2
= √(31432,8)2 + (86360,4)2
= 9102,88 kg . mm
PH R7 QH
P Q
81
PV A QV
- Momen torsi
PD
T = 9,74 . 102 .
n2
40
= 9,74 . 105 .
900
= 43288,89 kg . mm
- Gaya tangensial
2.𝑇
U7 =
𝑑0₇
2.43288,89
=
150
= 577,18 kg
- Gaya radial
R7 = U7 . tg . 200
= 577,18 . tg 200
= 210,08 kg
Gaya bantalan di P
- Arah Vertikal
PV . 800 – U7 . 555 = 0
82
𝑈₇ .555
PV =
800
577,18 .555
=
800
= 400,42 kg
- Arah horisontal
PH . 800 – R7 . 555 = 0
𝑅7 555
PH =
800
210,08.555
=
800
= 145,74 kg
- Resultan gaya
P = √(𝑃𝐻)2 + (𝑃𝑉)2
= √(145,74)2 + (400,42)2
= 426,12 kg
Gaya bantalan di Q
- Arah vertikal
QV . 800 – U7 . 245 = 0
83
𝑈₇.245
QV =
800
577,18.245
=
800
= 176,76 kg
- Arah horisontal
QH . 800 – R7 .245 = 0
210,08.245
QH =
800
= 64,34 kg
- Resultan gaya
Q = √(𝑄𝐻)2 + (𝑄𝑉)2
= √(64,34)2 + (176,76)2
= 188,11 kg
Momen bending
- Arah vertikal P – A
MbV = PV . x
Untuk x = 0 MbV = 0
x = 245 MbV = 400,42 . 245
=98102,9 kg . mm
- Arah vertikal A – Q
MbV = PV (245 + y) – U7 .y
Untuk y = 0 MbV = 98102,9 kg . mm
y = 555 MbV = 0
84
MbV = 98102,9 kg .mm
P A Q
- Arah horisontal P – A
MbH = PH . x
Untuk x = 0 MbH = 0
= 245 MbH = 145,75 .245
= 35706,3 kg . mm
- Arah horisontal A – Q
MbH = PH (245 + y) – R7 .y
Untuk y = 0 MbH = 35706,3 kg . mm
y = 555 MbH = 0
MbH = 35706,3 kg . mm
P A Q
= √(35706,3)2 + (98102,9)2
= 104398,85 kg . mm
PH R9 QH
85
PA Q
PV QV
- Momen Torsi
𝑃𝑑
T = 9,74 . 105 .
𝑛2
40
= 9,74 .105 .
900
= 43288,89 kg . mm
- Gaya tangensial
2.𝑇
U9 =
𝑑0₉
2.43288,89
=
175
= 494,73 kg . mm
- Gaya Radial
R9 = U9 . tg 200
= 494,73 . tg 200
= 180,07 kg
Gaya bantalan di P
- Arah vertikal
PV . 800 – U9 .730 = 0
𝑈₉.730
PV =
800
494,73.730
=
800
= 451,44 kg
86
- Arah horisontal
PH . 800 – R9 .730 = 0
𝑅₉.730
PH =
800
180,07.730
=
800
= 164,31 kg
- Resultan gaya
P = √(𝑃𝐻)2 + (𝑃𝑉)2
= √(164,31)2 + (451,44)2
= 480,41 kg
Gaya bantalan di Q
- Arah vertikal
QV . 800 – U9 .70 = 0
494,73.70
QV =
800
= 43,29 kg
- Arah horisontal
QH . 800 – R9 . 70 = 0
𝑅₉.70
QV =
8
180,07.70
=
800
= 15,76 kg
- Resultan gaya
Q = √(𝑄𝐻)2 + (𝑄𝑉)2
87
= √(15,76)2 + (43,29)2
= 46,07 kg
Momen bending
- Arah vertikal P – A
MbV = PV .x
Untuk x = 0 MbV = 0
x = 70 MbV = 31600,8 kg . mm
- Arah vertikal A – Q
MbV = PV (70 + y ) – U9 . y
Untuk y = 0 MbV = 31600,8 kg .mm
y = 730 MbV = 0
MbV = 31600,8 kg . mm
P A Q
- Arah horisontal P – A
MbH = PH . x
Untuk x = 0 MbH = 0
x = 70 MbH = 164,31.70
= 1150,1,7 kg . mm
- Arah horisontal A – Q
MbH = PH (70 + y ) – R9 . y
y = 730 MbH = 0
MbH = 11501,7 kg . mm
88
P A Q
- Momen bending yang timbul di A
Mb = √(𝑀𝑏𝐻)2 + (𝑀𝑏𝑉)2
= √(11501,7)2 + (31600,8)2
= 33628,85 kg . mm
Roda gigi 6 (z6) berpasangan dengan roda gigi 5 (z5) dengan perbandingan
1 : 1 atau jumlah gigi roda gigi adalah sama yaitu z = 40 buah.
Sehingga roda gigi 6 = roda gigi 5 ditinjau dari beban terhadap poros.
PH R8 QH
P A Q
PV QV
- Momen Torsi
89
𝑃𝑑
T = 9,74 . 105 .
𝑛₃
dimana :
Pd = daya motor = 40 kw
n3 = putaran poros III = 900 rpm
40
T = 9,74 . 105 .
900
= 43288,89 kg . mm
- Gaya tangensial
2.𝑇
U8=
𝑑0₈
2.43288,89
=
250
= 346,31 kg
- Gaya radial
R8 = U8. tg 200
= 346,31 .tg 200
=126,05 kg
Gaya bantalan di P
- Arah vertikal
𝑈₈.555
PV =
800
346,31.555
PV =
800
= 240,25 kg
- Arah Horisontal
PH . 800 – R8 . 555 = 0
126,05.555
PH =
800
90
= 87,45 kg
- Resultan gaya
P = √(𝑃𝐻)2 + (𝑃𝑉)2
= √(87,45)2 + (240,25)2
= 255,67 kg
Gaya bantalan di Q
- Arah vertikal
QV . 800 – U8 .245 = 0
𝑈₈.245
QV =
800
346,31.245
=
800
= 106,06 kg
- Arah horisontal
QH . 800 – R8 245 = 0
𝑅₈.245
QH =
800
126,05.245
=
800
= 38,60 kg
- Resultan gaya
P = √(𝑄𝐻)2 + (𝑄𝑉)2
= √(38,60)2 + (106,06)2
= 112,87 kg
91
- Arah vertikal P – A
MbV = PV . x
Untuk x = 0 MbV = 0
x = 245 MbV = 240,25 . 245
= 58861,25 kg . mm
- Arah vertikal A – Q
MbV = PV (245 + y ) – U8 . y
y = 555 MbV = 0
MbV = 588861,25 kg . mm
P A Q
- Arah horisontal P – A
MbH = PH . x
Untuk x = 0 MbH = 0
X = 245 MbH = 87,45 .245
= 21425,25 kg . mm
- Arah horisontal A – Q
MbH = PH (245 + y ) – U8 .y
Untuk y = 0 MbH = 21425,25 kg . mm
y = 555 MbH = 0
92
MbH = 21425,25 kg . mm
P A Q
- Momen bending yang timbul
Mb = √(𝑀𝑏𝐻)2 + (𝑀𝑏𝑉)2
= √(21425,25)2 + (58861,25)2
= 62639,35 kg . mm
Tinjauan dari roda gigi 10
PH R10 QH
P A Q
PV QV
- Momen Torsi
40
T = 9,74 . 105 .
900
= 43288,89 kg . mm
- Gaya tangensial
2.𝑇
U10 =
𝑑0₁₀
2.43288,89
=
225
= 384,79 kg
- Gaya radial
R10 = U10 . tg 200
= 384,79 . tg 200
= 140,05 kg
93
Gaya bantalan di P
- Arah vertikal
PV . 800 – U10 .730 = 0
𝑈₁₀.730
PV =
800
384,79.730
=
800
= 351,12 kg
- Arah horisontal
PH . 800 R10 . 730 = 0
𝑅₁₀.730
PH =
800
= 127,79 kg
- Resultan gaya
P = √(𝑃𝐻)2 + (𝑃𝑉)2
= √(127,79)2 + (351,12)2
= 373,65 kg
Gaya bantalan di Q
- Arah vertikal
QV . 800 – U10. 70 = 0
𝑈₁₀.70
QV =
800
284,79.70
=
800
= 33,67 kg
- Arah horisontal
94
QH . 800 – R10 . 70 = 0
140,05.70
QH =
800
= 12,25 kg
- Resultan gaya
Q = √(𝑄𝐻)2 + (𝑄𝑉)2
= √(12,25)2 + (33,67)2
= 35,83 kg
Momen bending
- Arah vertikal P – A
MbV = PV .x
Untuk x = 0 MbV = 0
x = 70 MbV = 351,12 . 70
= 24578,4 kg . mm
- Arah vertikal A – Q
MbV = PV ( 79 + y ) – U10 . y
Untuk y = 0 MbV = 24578,4 kg . mm
y = 730 MbV = 0
MbV = 24578,4 kg . mm
P A Q
- Arah horisontal P – A
MbH = PH . x
Untuk x = 0 MbV = 0
x = 70 MbV = 127,79.70
= 8945,3 kg . mm
- Arah horisontal A – Q
MbH = PH (70 +y ) – U10 . y
95
Untuk y = 0 MbH = 8945,3 kg . mm
y = 730 MbH = 0
MbH = 21425,25 kg . mm
P A Q
- Momen bending yang timbul
Mb = √(𝑀𝑏𝐻)2 + (𝑀𝑏𝑉)2
= √(8945,3)2 + (24578,4)2
= 26155,61 kg . mm
3.12 Perencanaan Bantalan
96
= 7,66 x 659,82
= 5054,22 lb
Dimana:
c/p = loading ratio yaitu: angka perbandingan antara Lh (umur
bantalan dengan n rpm (tabel skf)
c = basic dynamic loading (lb)
p = gaya bantalan di B
direncanakan bantalan jenis cylindrical roller bearing dengan
nomor seri NU.205 E yang mempunyai karakteristik: d = 25 mm
D = 52 mm
B = 15 mm
c = 5850 lb
co= 3600 lb
Bantalan di D
D = 153,406
Direncanakan umur bantalan Lh = 70.000 jam
Dari tabel skf umur bantalan Lh = 70.000 dan n = 682,05 rpm
maka diperoleh:
c/p = 7,66
maka c = c/p x D
= 7,66 x 153,406
= 1175,08
Direncanakan bantalan jenis cylindrical roller bearing dengan
nomor seri NU.1005 yang mempunyai karakteristi: d = 25
D = 47 mm
B = 12 mm
c = 5600 lb
co= 1430 lb
3.12.2 Pada Poros Ketiga
Gaya-gaya yang bekerja pada poros ketiga diketahui:
97
E = 243,68 kg = 536,096 lb
G = 170,98 kg = 376,15 lb
Bantalan di E
E = 536,896 lb
Direncanakan umur bantalan Lh = 70.000 jam
Dari tabel 3 SKF umur bantalan Lh = 70.000 jam dan n = 321 rpm
maka diperoleh:
c/p = 5,9505
maka c = c/p x E
= 5,9505 x 536,096
= 3190,03 lb
Direncanakan bantalan jenis cylindrical roller bearing dengan
nomor seri NU 1007 yang mempunyai karakteristik: d = 35 mm
D = 62 mm
B = 14 mm
c = 4250 lb
co = 2600 lb
Bantalan di G
G = 376,15 lb
Direncanakan umur bantalan Lh = 70.000 jam
Dari tabel SKF umur bantalan Lh = 70.000 dan n = 321 rpm maka
diperoleh:
c/p = 5,9505
maka: c = c/p x G
= 5,9505 x 376,15
= 2238,28 lb
Direncanakan bantalan jenis cylindrical roller bearing dengan
nomor seri NU 1007 yang mempunyai karakteristik: d = 35 mm
D = 62 mm
B = 14 mm
c = 4250 lb
98
co= 2600 lb
H = 123,24 kg = 271,12 lb
J = 284,02 kg = 624,84 lb
Bantalan di H
H = 271,12 lb
Dari tabel SKF umur bantalan Lh = 70.000 dan n = 180 rpm maka
diperoleh:
c/p = 5
maka: c = c/p x G
= 5 x 271,12
= 1355 lb
Direncanakan bantalan jenis cylindrical roller bearing dengan nomor seri
NU 1009 yang mempunyai karakteristik: d = 45 mm
D = 75 mm
B = 16 mm
c = 6000 lb
co= 3900 lb
Bantalan di J
J = 624,84 lb
Direncanakan umur bantalan Lh = 70.000 jam
99
Dari tabel SKF umur bantalan Lh = 70.000 jam dan n = 180 rpm maka
diperoleh:
c/p = 5
maka: c = c/p x G
= 5 x 624,84
= 3124,2 lb
Direncanakan bantalan jenis cylindrical roller bearing dengan
nomor seri NU 1009 yang mempunyai karakteristik: d = 45 mm
D = 75 mm
B = 16 mm
c = 6000 lb
co= 3900 lb
100
Dalam hal ini penyusun memilih bahan Fc 30 untuk bahan kotak
transmisi rodagigi.
Pengecoran direncanakan untuk kotak transmisi dengan spesifikasi
sebagai berikut:
Bahan = Fero Carbon 30
Tebal coran utama bagian atas = 24 mm
Tebal coran utama bagian bawah = 30 mm
Kekuatan tarik = 30 kg/mm2
Kekerasan (BHN) = 262 kg/mm2
Panjang kotak transmisi direncanakan = 310 mm
Tinggi kotak transmisi direncanakan = 310 mm
Lebar kotak transmisi direncanakan = 440 mm
101
Pr : Gaya potong + berat benda yang ditahan slide ways
A,B,C : Reaksi total slide ways
Gr : Berat benda yang didukung
Maka reaksi total gaya vertikal adalah:
Σv = 0, A cos α + B cos β + C – Pr – Gr = 0 ..................(3.27)
A cos α + B cos β + C = Pr + Gr
Jika meja dimisalkan terbuat dari mild steel dengan:
P = 7,83 x 10 kg/mm3 = 7,83 kg/dm3
Volume rata-rata meja = 0,32 x 22 x 15
= 105,6 dm3
Sehingga harga:
Pr = Gaya potong pahat + berat benda yang ditahan slide ways
Dimana:
Gaya potong pahat Fz = 32,29 kg, berat benda yang ditahan
slide ways = 1250 kg
Maka:
Pr = 32,29 kg + 1250 kg
= 1282,29 kg
Gr = 105,6 dm3 x 7,83 kg/dm3
= 826,848 kg
Sehingga σ maksimum dapat dihitung:
Pr + Gr A cos α + B cos β
σmaks. = = ...................................(3.39)
A A
dimana:
A adalah luas meja yang mendapat tekanan dari panjang eretan
yang membebani, direncanakan 20 mm dan untuk XI = 50 mm dan
X2 = 50 mm sehingga:
Luas meja yang mendapat tekanan dari panjang eretan yang
membebani adalah:
A = (X1 + X2) .panjang eretan yang membebani
= (50 + 50) . 20
102
= 2000 mm2
Sehingga:
1282,29 + 826,858
σmaks. =
2000
= 1,055 kg/mm2
Harga ini sangat kecil sehingga apabila bahan meja
tidak dengan mild steel tetapi dengan iron cast Fc 20 yang
mempunyai σmaks = 30 kg/mm2 masih dipakai dan aman.
103
5,1
ds =( kt . cb .T)1/3
𝜏𝑎
5,1
=( x 1 x 1,2 x 10203,81)1/3
3,22
= 38,86 mm
Jadi diameter lead screw adalah 38,86 mm dan perlu diingat bahwa
eretan ini dihubungkan dengan mur belah pencekam untuk gerakan
otomatis dan dihubungkan rack gear untuk gerakan manual.
104
3.14.6 Merencanakan Kepala Lepas (Tail stock)
= 9,687 kg
9,687 . 250
P=
150
= 16,145 kg
BAB IV
PENUTUP
105
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Pada saat merencanakan mesin frais Horizontal ada beberapa hal yang
sangat disarankan yaitu:
1. Pemilihan bahan komponen perlu diperhatikan agar komponen seperti
rodagigi, poros, pasak, dan bantalan kuat terhadap tegangan tarik dan
tegangan geser.
2. Nilai tegangan geser dan tegangan tarik yang terjadi tidak boleh lebih dari
nilai tegangan geser dan tegangan tarik yang diijinkan
3. Dalam setiap perhitungan harus teliti karena akan mempengaruhi hasil
perhitungan berikutnya.
106
DAFTAR PUSTAKA
- Nk Mehta, Machine Tool Design, Tata Mc Crew – Hill Publishing
Company Limited, New Delhi, hal 61
- Syamsir A. Muin, Ir. Dasar-dasar Perencanaan Perkakas dan Mesin-mesin
Perkakas Edisi 1, Cetakan I, Rajawali, Jakarta, hal 65
- Syamsir A. Muin, Opeit, hal 66
- Syamsir A. Muin, Opeit, hal 65
- Sularso, Ir. Dan Kiyokatsu Suga, Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin, Pradnya Paramita, Jakarta
- Khurmi, R.S dan J.K Gupta. 2005. A Text Book of Machine Design.
Eurasia Publishing House (Pvt) Ltd, New Delhi.
- Khurmi, R.S dan J.K Gupta. 1980. A Text Book of Machine Design.
Eurasia Publishing House (Pvt) Ltd, New Delhi.
107