BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan perkembangan diskus germinativum bilaminar
2. Menjelaskan perkembangan diskus germinativum trilaminar
1.4 Manfaat
Memperluas wawasan tentang embriogenesis pada tahap perkembangan
diktus germinativum bilaminar dan trilaminar sehingga dapat mengetahui sebab
terjadinya kelainan pada organ tubuh yang terjadi sejak embrio, sehingga
pelayanan KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi) menjadi lebih tepat saat
Antenatal Care maupun kepada Pasangan Usia Subur (PUS) dalam merencanakan
kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ruang ini mengelilingi yolk sac primitif dan rongga amnion, kecuali
tempat diskus germinativum berhubungan dengan trifoblas melalui tangkai
penghubung (Gambar 2.4). mesoderm ektraembrional yang melapisi
sitotrofoblas dan amnion disebut mesoderm somatopleura ekstraembrional,
lapisan yang menutupi yolk sac dikenal sebagai mesoderm splanknopleura
ektraembrional. Pertumbuhan diskus bilaminar relatif lambat dibandingkan
dengan pertumbuhan trofoblas, karena itu diskus tetap sangat kecil (0,1- 0,2
6
mm). Sel-sel endometrium menjadi polihedral dan dipenuhi oleh glikogen dan
lemak, ruang antarsel terisi oelh cairan ekstravasasi dan jaringan tampak edema.
Perubahan-perubahan ini yang dikenal sebagai reaksi desidua, pertama-tama
terbatas didaerah tepat di sekitar tempat implantasi tetapi segera terjadi di
seluruh endometrium.
2.1.4 Hari ketigabelas perkembangan
Hari ketigabelas perkembangan, defek permukaan di endometrium
biasanya telah sembuh. Namun, kadang-kadang terjadi perdarahan di tempat
implantasi akibat meningkatnya aliran darah ke dalam ruang-ruang lakuna.
Karena terjadi pada hari ke-28 siklus haid, perdarahan ini dapat disangka
perdarahan haid biasa dan karenya dapat menyebabkan kealahan perkiraan
tanggal kelahiran. Trofoblas ditandai oleh struktur berbentuk vilus. Sel-sel
sitotrofoblas berproliferasi secara lokal dan menembus ke dalam
sinsitiotrofoblas, membentuk kolom-kolom sel yang dikelilingi oleh sinsitium.
Kolom-kolom sel dengan selubung sinsitium ini dikenal sebagai vilus primer.
Hipoblas menghasilkan sel-sel lain yang bermigrasi disepanjang bagian
dalam membran eksoselom. Sel-sel ini berproliferasi dan secara bertahap
membentuk suatu rongga baru didalam rongga eksoselom. Rongga baru ini
dikenal sebagi yolk sac sekunder atau yolk sac definitif. Selama
pembentukannya, sebagian besar rongga eksoselom terlepas. Sisa-sisa hasil dari
struktur yolk sac primitif yang terpisah disebut kista eksoselom yang sering
ditemukan di selom ektrasembrional atau rongga korion. Sementara itu selom
ektraembrional meluas dan membentuk suatu rongga besar, rongga korion.
Mesoderm ekstraembrional yang melapisi bagian dalam sitotrofoblas kemuadian
dikenal dengan sebagai lempeng korion. Satu-satunya tempat mesoderm
ekstraembrional melintasi rongga korion adalah di tangkai penghubung
(conneting stalk). Dengan terbentuknya pembuluh darah, tangkai ini menjadi
korda umbilikalis (tali pusat).
7
Gambar 2.4 Blastokista manusia berumur 13 hari. Lakuna trofoblas terdapat di kutub
embrional maupun di kutub ebembrional dan sirkulasi uteroplasenta telah dimulai.
Gambar 2.5 A. Tempat implantasi pada akhir minggu ke-2. B Gambaran representatif diskus
germinativum pada akhir minggu ke-2 perkembangan. Rongga amnion dibuka agar sisi dorsal
epiblas dapat terlihat. Hipoblas dam epiblas berhubungan satu sama lain dan garis primitif
membentuk suatu alur dangkal di regio kaudal mudigah.
Gambar 2.6 A. Pandangan dorsal diskus germinativum dari mudigah 16 hari yang
menunjukkan gerakan sel-sel epiblas permukaan (garis tebal) melalui garis primitif dan nodus
serta migrasi sel-sel selanjutnya diantara hipoblas dan epiblas (garis putus-putus). B Potongan
melintang melalui bagian kranial primitif pada hari ke-15 yang memperlihatkan inavigasi sel
epiblas. Sel-sel pertama yang bergerak ke dalam menggeser hipoblas untuk menciptakan
endoderm definitif. Setelah endoderm definitif terbentuk, epiblas yang masuk ke dalam
membentuk mesoderm. C Pandangan dorsal mudigah yang memperlihatkan nodus primitif dan
garis primitif serta potongan melintang melalui garis primitif, sel-sel epiblas mulai terlepas di
garis primitif.
Gambar 2.7. Gambaran skematik yang melukiskan pembentukan notokord yang dimulai
dengan sel-sel prenotokord yang bermigrasi melalui garis primitif lalu terselip di endoderm
untuk membentuk lempeng notokord dan akhirnya terlepas dari endoderm untuk membentuk
notokord definitif, karena proses-proses ini berlangsung berurutan dari kranial ke kaudal,
bagian dari notokord definitif berbentuk mula-mula dibagian kepala. A. Gambar potongan
sagital melalui mudigah 17 hari. Bagian paling kranial dari notokord definitif telah terbentuk
sedangkan sel-sel prenotokord di bagian kaudal dari regio ini masuk ke dalam endoderm
sebagai lempeng notokord. B. Skema potongan melintang melalui bagian lempeng notokord.
Tidak lama kemudian lempeng notokord terlepas dari endoderm untuk membentuk notokord
definitif. C. Gambaran skematik yang memperlihatkan notokord definitif
Gambar 2.8. Regio-regio tertentu di epiblas bermigrasi dibagian nodus dan garis
yang berbeda untuk membentuk mesoderm. Karena itu sel yang bermigrasi dibagian
paling kranial nodus akan membentuk notokord (n), sel yang bermigrasi lebih
posterior melalui nodus dan bagian paling kranial garis primitif akan membentuk
mesoderm paraksial (pm: somitomer dan somit), sel bermigrasi melalui bagian
selanjutnya dari garis primitif akan membentuk mesoderm intermediat (sistem
urogenital), sel yang bermigrasi melalui bagian lebih kaudal dari garis primitif akan
membentuk mesoderm lempeng lateral (lpm; dinding tubuh), dan sel yang bermigrasi
melalui bagian paling kaudal akan ikut membentuk mesoderm ekstraembrional (eem:
korion)
Gambar 2.9. Potongan longitudinal melalui sebuah vilus pada akhir minggu ke-3
perkembangan Pembuluh darah ibu menembus selubung sitotrofoblas untuk masuk
ke ruang antar vilus. Kapiler vilus kontak dengan pembuluh darah di lempeng korion
dan di tangkai penguhubung yang selanjutnya dengan pembuluh darah intaembrional
(Sadler, 2009).
Gambar 2.10. Mudigah presomit dan trofoblas pada akhir minggu ke-3. Ruang antar
vilus ditemukan diseluruh trofoblas. Mudigah tergantung di rongga korion melalui
tangkai penghubung.
3.1 Kesimpulan
17
3.2 Saran
Penjelasan dalam makalah ini masih bersifat fisiologis, diharapkan masukan
tentang abnormalitas yang terjadi selama perkembangan minggu ke-2 dan ke-3
sehingga yang dapat memperluas wawasan pribadi tentang embriologi sehingga
menjadi bekal dalam pengembangan potensi diri sebagai tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
17
Gilbert, S.F. 2000. Developmental Biology, 6th edition. Sunderland (MA): Sinauer
Associates. Available from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK10070/
18
Sadler, TW. 2009. Embriologi kedokteran Langman, edisi 10. Jakarta: EGC.
Wassarman, P.M., Jovine L,, dan Litscher E.S. 2001. A profile of fertilization in
mammals. Nat Cell Biol. 3(2):E59-64.
18