Anda di halaman 1dari 6

Karakteristik Cephalopoda

Ciri-ciri utama dari Cephalopoda adalah bentuk/ukuran kepalanya yang mencolok, yang

dikelilingi oleh lengan atau tentakel. Hewan dalam kelompok ini hanya eksklusif hidup di air

laut dan tidak ada yang mampu hidup di air tawar, akan tetapi ada yang ditemukan di air

payau. Hewan ini juga merupakan satu-satunya Mollusca yang memiliki sistem peredaran

tertutup, di mana darah terpisah dengan cairan di dalam rongga tubuh. [2]

Karakteristik lain dari hewan ini adalah bersifat sebagai predator. Kaki-kaki pada hewan ini

berevolusi menjadi rangkaian lengan dengan jonjot-jonjot penghisap yang membantu

mendapatkan makanan, bergerak, dan bahkan untuk reproduksi. Terdapat dua istilah pada

kaki-kaki ini, yaitu lengan dan tentakel. Tentakel merupakan “kaki” yang aktif untuk

menangkap mangsa, sedangkan “kaki” yang lain disebut dengan lengan. Pada lengan,

jonjot penghisap berada di sepanjang lengan; sedangkan pada tentakel, jonjot penghisap

hanya ada di ujungnya. Tentakel juga umumnya lebih panjang dari lengan. Maka dari itu

(umumnya):

 Gurita memiliki delapan lengan;

 Cumi-cumi dan sotong memiliki delapan lengan dan dua tentakel; dan

 Nautilus memiliki 80-90 tentakel tanpa penghisap.

Setelah menangkap mangsanya dengan lengan/tentakel, hewan ini kemudian “menggigit”

mangsa dengan rahangnya yang menyerupai paruh dan kemudian menariknya masuk ke

dalam mulut dengan radula. Kelenjar liur dari banyak jenis Cephalopoda menghasilkan

toksin yang dapat disuntikkan ke tubuh mangsa. Toksin ini ada yang sangat beracun dan

bahkan dapat membunuh manusia dengan seketika. [4]

FAQ: Mengapa cumi-cumi tidak memiliki cangkang?


Cangkang eksternal pada Cephalopoda hanya terdapat pada Nautilus, sedangkan
cangkang pada cumi-cumi dan sotong tereduksi menjadi “cangkang” internal. Pada cumi-
cumi disebut dengan gladius dan pada sotong disebut cuttlebone. Terdapat hipotesis
yang mungkin dapat menjelaskan mengapa cangkang tersebut tereduksi. Reduksi dapat
terjadi karena hewan ini berevolusi menjadi predator, sehingga mereka harus lincah untuk
menangkap mangsa (cangkang membuat lambat dan tidak bisa bergerak bebas). Karena
mereka adalah predator, maka mereka juga harus lebih pandai dari si mangsa. Ini juga
bisa menjelaskan mengapa hewan pada kelas ini termasuk hewan yang pintar pada
golongan Invertebrata. [5]

Dalam hal bergerak, Gladius dan cuttlebone menyokong tubuh hewan lunak ini dan

memberikan kemampuan untuk mengambang. Terdapat dua mekanisme yang digunakan

untuk bergerak, yaitu (1) menggunakan lengan dan siripnya (seperti pada sotong dan cumi-

cumi); dan (2) menggunakan pendorong jet (en: jet propulsion). Air dapat lewat ke dalam

rongga mantel, kemudian dipompa keluar menggunakan otot-ototnya ke sifon arus keluar.

Tekanan air kuat ini memberikan lontaran yang membuat tubuh hewan lunak ini dapat

bergerak dengan cepat ketika dibutuhkan.

FAQ: Bagaimana cara Cephalopoda melindungi diri?


Hewan pada kelas Cephalopoda umumnya melindungi diri dengan menggunakan tinta atau
dengan menyamar (berkamuflase) dengan lingkungan sekitarnya. Sebagian besar hewan
ini memiliki kantong tinta yang mengandung cairan melanin (pigmen warna gelap). “Tinta”
ini dikeluarkan bersamaan dengan pendorong jet sehingga hewan ini dapat bergerak cepat
sekaligus mengaburkan pandangan musuh. Untuk menyamar, hewan lunak ini
menggunakan kromatofora (en: chromatophores), yaitu sel-sel epitel yang mengandung
pigmen warna. Selain itu, hewan ini juga dapat memutuskan lengannya untuk mengelabui
predator.

Sistem Saraf Cephalopoda


Kelas Cephalopoda seringkali disebut sebagai hewan Invertebrata paling pintar. Hal ini

disebabkan karena indera mereka sudah berkembang dengan baik dan memiliki otak yang

berukuran besar. Sistem saraf hewan ini juga paling kompleks dibandingkan dengan

Invertebrata lainnya. Bahkan, lengan-lengan dari gurita ini dikatakan dapat “berpikir”

sendiri. [6] Gurita dapat dilatih untuk membedakan berbagai benda, serta dapat merayap

keluar dari satu akuarium, mencari mangsa ke akuarium lain, kemudian merayap kembali

ke akuariumnya. [4]

Reproduksi Cephalopoda
Selain pada Octopoda, pembuahan pada kelas Cephalopoda terjadi secara eksternal.

Selama proses perkawinan, hewan jantan dan betina menggunakan lengannya untuk

saling “memeluk.” Kemudian hewan jantan melepaskan spermatozoa dan hewan betina

melepaskan telur. Telur yang berembrio kemudian menetas menjadi bentuk miniatur
dewasa. Hewan ini tidak mengalami fase larva dan metamorfosis seperti

pada Mollusca lainnya.

Apabila Anda menyukai artikel Tentorku, bantu Tentorku untuk tumbuh di


www.facebook.com/tentorku/

Klasifikasi Kelas Cephalopoda


Saat ini hanya terdapat dua subkelas dari kelas Cephalopoda yang masih hidup, yaitu

subkelas Nautiloidea dan subkelas Coleoidea. Lalu bagaimana dengan yang lainnya?

Mereka semua sudah punah dan diklasifikasikan menggunakan bukti fosil. Berikut ini

adalah sekilas penjelasannya: [1]

 Subkelas Nautiloidea – hanya tersisa Ordo Nautilida, yaitu kelompok hewan yang
memiliki cangkang eksternal seperti genus Nautilus.

 Subkelas Coleoidea – termasuk ordo Sepiida (sotong), ordo Teuthida (cumi-cumi),


ordo Octopoda (gurita).

Contoh-Contoh Cephalopoda
(1) Nautilus pompilius | Photo by J. Baecker is not licensed (Public Domain)
(2) Sepia officinalis; (3) Euprymna berryi; (4) Loligo vulgaris; (5) Octopus vulgaris | Photo
by Tentorku (source: Hans Hillewaert, Nick Hobgood, albert kok) is licensed under CC-BY-
SA-4.0

CONTOH CEPHALOPODA

No. Nama Indonesia Nama Latin Ordo

1 Nautilus Nautilus pompilius Nautilida

2 Sotong Sepia officinalis Sepiida

3 Euprymna berryi Sepiolida


Cumi-cumi ekor
CONTOH CEPHALOPODA

No. Nama Indonesia Nama Latin Ordo

pendek

4 Cumi-cumi Loligo vulgaris Teuthida

5 Gurita Octopus vulgaris Octopoda

Anda mungkin juga menyukai