LAPORAN PENDAHULUAN Atresia Ani
LAPORAN PENDAHULUAN Atresia Ani
ATRESIA ANI
Disusun oleh :
MARYANTI
170070301111036
DEFINISI
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata
meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani merupakan
kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003).
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus
atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001). Atresia ani atau anus imperforata
adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian endoterm
mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan
langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).
Etiologi
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum diketahui pasti, namun kelainan
bawaan anus dapat di sebabkan oleh (Arifin, 2011):
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
4. Berkaitan dengan sindrom down. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara
atresia ani dengan pasien dengan trisomi 21 (Down's syndrome). Kedua hal tersebut
menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-macam gen yang berbeda dapat
menyebabkan atresia ani atau dengan kata lain etiologi atresia ani bersifat multigenik
5. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia kehamilan.
6. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali pada
gastrointestinal.
7. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinary.
8. Risiko atresia ani meningkat pada bayi yang memiliki saudara dengan kelainan atresia
ani yakni 1 dalam 100 kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam
5000 kelahiran.
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum diketahui pasti, namun ada
sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus disebabkan oleh:
FAKTOR RESIKO
1. Pemakaian alkohol oleh ibu hamil
Pemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alcohol pada
janin dan obat-obat tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa
menyebabkan kelainan bawaan.
2. Penyakit Rh
Terjadi jika ibu dan bayi memiliki faktor Rh yang berbeda.
3. Teratogenik
Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau
meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun
merupakan teratogen.
4. Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi
selama kehamilan yang dapat menyebabkan sejumlah kelainan bawaan:
Sindroma rubella congenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau
pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral
palsy.
Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata yang
bisa berakibat fatal, gangguan pendengaran, ketidakmampuan belajar,
pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan mental dan cerebral palsy.
Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya
sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan
kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran
serta kematian bayi.
Penyakit bisa menyebabkan sejenis anemia yang berbahaya, gagal jantung
dan kematian janin.
Sindroma varicella congenital disebabkan oleh cacar air dan bisa
menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan
bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih
kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.
5. Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari
teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik. Salah satu zat
yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam
folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung
saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita
menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya
mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
6. Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan
pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa
menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.Cairan ketuban
yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota
gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang
memperlambat proses pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban
terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh
kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus).
7. Faktor genetik dan kromosom
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan.
Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan
melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah
pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam
tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.
8. Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka
semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang
dikandungnya. (Donna, 2004)
KLASIFIKASI
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu:
EPIDEMIOLOGI
Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Frekuensi seluruh
kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran,
sedangkan atresia ani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada
neonatus dan dapat muncul sebagai penyakit tersering. Jumlah pasien dengan
kasus atresia ani pada laki-laki lebih banyak ditemukan dari pada pasien
perempuan. Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500-5000 kelahiran hidup
dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 % bayi yang menderita
atresia ani juga menderita anomali lain.
PATOFISIOLOGI
(Terlampir)
MANIFESTASI KLINIS
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium.Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi. Pada golongan 3
hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal
(dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang
rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi
fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang
rektoperineal. (Ngastiyah, 2005)
Menurut suriadi & yuliani (2006), tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani
seperti :
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui
jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem pencernaan
dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau
jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius.
PENATALAKSANAAN
PerawatanPascaOperasi PSARP
Terdapat algoritma penatalaksanaan atresia ani. Pada pasien laki-laki dan perempuan
memiliki algoritma yang berbeda.
Berikut ini adalah algoritma pada pasien perempuan
PSARVUP PSARP
Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-heldanilag-5416-2-
babii.pdf
Wong, Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester.
EGC: Jakarta
Wahid, O Romdani. 2012. “Fungsi Anus Pada Pasien Atresia Ani yang
Dioperasi dengan Metode Posterosagittal Anorectoplasty di Sub. Bagian Bedah
Anak RS Dr. Sardjito Yogyakarta”.
http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/767/bab21.PDF?se
quence=6 . Diakses 7 Maret 2016 pukul 15.24
Suriadi & Yuliani, R. 2006, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta : ISBN