Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan Praktikum V

RJP dan Pemberian Oksigenasi pada Anak


Muhammad Abdul Aziz, 1506689774
A. Resusitasi Jantung dan Paru (RJP)
1. Definisi
Prosedur penyelamatan jiwa yang dilakukan saat jantung berhenti berdetak. CPR
segera dapat memberikan 2-3 kali kesempatan untuk kelangsungan hidup setelah
serangan jantung (AHA, 2018)
2. Tujuan
a. Mengembalikan fungsi pernafasan dan sirkulasi guna mempertahankan
kelangsung hidup (AHA, 2018)
b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang
mengalami henti jantung dan henti nafas melalui resusitasi jantung paru.
3. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi RJP dilakukan
 Henti jantung dan henti nafas
b. Indikasi RJP dihentikan
 Ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan
 Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah spontan
 Mengecek nadi dan pernafasan
 Penolong sudah kelelahan
 Pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal
 Ada bantuan yang lebih mahir datang
 Pasien dengan status Do Not Attempt Resuscitation (DNAR)

4. Alat dan Bahan


a. Alas yang keras dan rata
b. Alat pengisap
c. barrier atau bas-valve mask device
d. Sumber oksigen
e. AED
5. Prosedur Tindakan (Bowden, & Greenberg, 2008; American Heart Association,
2015).

No Prosedur Rasional
1 Mengkaji bahaya/lingkungan sekitar Lingkungan yang tidak aman akan
membahayakan penolong dan
korban
2 Mengkaji respon anak dengan cara Menentukan kesadaran korban
menepuk bagian pundak anak sambil apakah memang tidak sadar atau
memanggil dengan suara yang keras sadar.
"Anak apakah kamu dapat mendengar
saya?"
untuk infant dapat dilakukan dengan
menjentikkan bagian bawah kaki
2 Minta pertolongan untuk mengaktifkan Pertolongan yang diberikan akan
keadaan emergency lebih cepat.

3 Posisikan anak dengan posisi yang paling Memberikan ruang dan posisi untu
nyaman, berikan permukaan alas yang adanya udara dan jalan napas serta,
keras dan rata. Jika tidak diduga adanya menfasilitasi adanya aliran darah
cedera, bantu memposisikan kepala lebih ke otak.
rendah dari kaki
4 Periksa napas dan nadi tidak lebih dari 10 Mengetahui kondisi klien apakah
detik memerlukan resusitasi. Nadi
Pada infant dilakukan di nadi brakialis brakial pada bayi lebih mudah
Pada anak dilakukan di nadi karotis dipalpasi. Sedangkan pada anak,
Bayi biasanya bernafas secara berkala, nadi yang paling mudah dipalpasi
jadi perubahan pola pernapasan normal. yaitu nadi karotis
5 Jika nadi teraba namun napas tidak ada, Tanpa bernapas, anak tidak akan
segera buka jalan napas dan berikan napas mendapatkan oksigen yang cukup
(rescue breathing) dalam tubuh dan jantung akan
40-60x/menit untuk infant berhenti
12-20x/menit untuk anak (>1tahun)
Buka jalan napas:
a. Head tilt chin lift : dilakukan pada
pasien yang tidak mengalami
cedera servikal
b. Jaw trust : dilakukan pada pasien yang
diduga mengalami cedera servikal

6 Jika nadi tidak teraba, segera lakukan Newborn


kompresi dada: o Posisi yang sesuai akan
1. Newborn (ABC) memberikan curah jantung
yang cukup dan
o Letakkan 2 ibu jari pada dada di meminimalisasi cedera
sepertiga bawah sternum, pada sternum.
o Kedalaman kompresi 1/3 o Menyediakan perfusi yang
kedalaman dada cukup untuk organ vital
o Kecepatan kompresi 90x/menit o menyediakan oxygen yang
o Pemberian kompresi dan cukup untuk bayi baru lahir
ventilasi adalah 3:1. infant ataupun anak.
o Napas diberikan dengan waktu 2 o Mencek apakah sudah ada
detik untuk inspirasi nadi dan apakah perlu RJP
dilanjutkan
2. Infant (CBA)
o 1 Penyelamat, menggunakan 2
jari yang diletakan di setengah
lebih rendah sternum. 2
penyelamat menggunakan 2 ibu
jari.
o Kedalaman 1/3 dari kedalaman
dada (4cm)
o Kecepatan 100x/menit
o Lepaskan untuk memberikan
waktu dada mengembang
o Kompresi: ventilasi 30:2 atau
15:2 (2 penyelamat)
o Napas diberikan dengan
waktu 1 detik untuk inspirasi
(8-10x/menit)
3. Anak (CBA)
o Letakkan dua tangan (bergantung
ukuran tubuh korban) pada ½
bagian bawah tulang dada
(sternum)
o Kedalaman 1/3 diameter
anteroposterior (5cm)
o Berikan kompresi dan bantuan
pernapasan dengan perbandingan
30:2 yaitu dengan laju 100-
120/menit
Setelah 1 menit/1 siklus kompresi dada
lakukan pengecekan nadi kembali,
selanjutnya jika nadi belum teraba maka
lakukan kembali siklus RJP.

7 Penggunaan AED , diperuntukkan untuk berisiko kardio aritmia , AED


anak usia 1-8 tahun (infant dan bayi baru berfungsi untuk menghentikan
lahir tidak direkomendasikan) ritme yang tidak teratur
Evaluasi Kaji status kesadaran
Kaji tanda-tanda vital
Pengkajian head to toe
Dokumentasi Respon pasien

6. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan


CPR berkualitas tinggi harus dilakukan oleh siapa pun - termasuk pengamat. Ada
lima komponen penting (AHA, 2018):
o Minimalkan interupsi pada kompresi dada
o Berikan kompresi dengan tingkat dan kedalaman yang memadai
o Hindari bersandar pada korban di antara kompresi
o Pastikan penempatan tangan yang benar
o Hindari ventilasi yang berlebihan

Referensi
AHA. (2018). What is CPR?. Diakses dari
https://cpr.heart.org/AHAECC/CPRAndECC/AboutCPRFirstAid/WhatIsCPR
/UCM_499896_What-is-CPR.jsp pada tanggal 4 April 2018.
American Heart Association. (2015). Highlight of the 2015 American Heart
Association: Guidelines update for CPR and ECC.
Bowden, V. R., & Greenberg, S. C. (2008). Pediatric Nursing Procedures.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

B. Pemberian Oksigen
1. Definisi
Tindakan keperawatan memberi oksigen ke dalam paru melalui saluran napas
dengan menggunakan alat bantu oksigen. pemberian oksigen pada pasien dapat
melalui tiga cara melalui kanal, nasal, dan masker (Hidayat, 2007)

2. Tujuan
Memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadi hipoksia serta memenuhi
tujuan terapi sebagai berikut:
o Klien menunjukkan status respirasi: ventilasi
o Mencapai respiratory rate dalam batas normal (maksimal 24/min)
o Memperlihatkan perasaan bernafas yang lebih baik
o Mencegah faktor penyebab atau memanajemen masalah tersebut
o Tidak ada tarikan dinding dada
3. Indikasi (Canberra Hospital, 2015; WHO, 2016)
o Dalam situasi akut atau darurat di mana hipoksemia dicurigai atau anak
menunjukkan tanda-tanda gangguan pernapasan
o Untuk mengobati hipoksemia sebagaimana ditentukan oleh analisis gas
darah atau oksimeter denyut
o Jika diindikasikan, selama dan setelah pembiusan anestetik / prosedural
o Perawatan paliatif
o mengalami sianosis sentral, atau
o tidak bisa minum (disebabkan oleh gangguan respiratorik).
o tarikan dinding dada bagian bawah yang dalam
o frekuensi napas 70 kali/menit atau lebih
o merintih pada setiap kali bernapas (pada bayi muda)
o anggukan kepala (head nodding).
4. Masalah Keperawatan
o Ketidakefektifan pola nafas
o Gangguan pertukaran gas
5. Alat dan bahan
- tabung oksigen - bengkong
- flow meter - Aquades
- humidifier - Gunting
- kateter nasal, kanula, atau - Jam
masker - Plester 2 buah
- vaselin - 2 kom dengan berisikan
- sarung tangan NaCl 0.9%

6. Jenis Terapi Oksigenasi Pada Anak


Terdapat tiga metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen yaitu dengan
menggunakan nasal prongs, kateter nasal dan kateter nasofaring (WHO, 2016).

No Jenis Liter Flow Keterangan


1 Nasal Prongs  2 L/min Hidung nasal adalah metode
pada pengantaran oksigen yang
anak disukai dalam kebanyakan
usia < 2 keadaan untuk keseimbangan
taun optimal antara keamanan,
 4 kemanjuran dan efisiensi
L/
mi
n
unt
uk
an
ak
>2
tah
un
 0.5
–1
L/
mi
n
unt
uk
an
ak
bar
u
lah
ir
2 Kateter Nasal 0.5- Kateter nasal adalah tabung
1L/menit tipis dan lentur yang
dilewatkan ke hidung dan
berakhir dengan ujungnya di
rongga hidung (lihat kotak di
bawah dan Gambar 13).
Nasal kateter biasanya
ditoleransi dengan baik, dan
mereka tidak mungkin copot.
Oksigen tidak harus
dilembabkan karena ujung
kateter terletak di rongga
hidung
3 Kateter Nasofaring 0.5- Perlu pengawasan yang
1L/menit cukup ketat. Jenis kateter ini
dilewatkan ke faring tepat di
bawah tingkat pengiriman
Oksigen melalui kateter
nasofaring adalah yang
paling ekonomis dari semua
metode yang dijelaskan di
sini. Oksigenasi yang lebih
baik dicapai dengan aliran
oksigen yang lebih rendah
dibandingkan dengan nasal
prongs
*Penggunaan sungkup wajah atau headbox tidak direkomendasikan. Rasionalnya
karena membuang banyak oksigen dan berpotensi bahaya (WHO, 2016)
7. Prosedur

No Tindakan Rasional
1 Pengkajian Menjaga keamanan
1. Cek instruksi dokter dengan memastikan
2. Kaji dengan segera status respirasi pasien, status respirasi,
3. Identifikasi jenis terapi oksigen yang
dan jenis terapi dengan
diberikan (Nasal Kanul/Masker)
benar
2 Persiapan Mencegah infeksi dan
1. Cuci tangan menyiapkan alat
2. Persiapkan alat-alat yang digunakan yang dibutuhkan
3. Jelaskan prosedur
4. cek flow meter dan humidifier
3 Pemasangan Nasal - menggunakan
- Pilih ukuran nasal yang sesuai (neonatal, ukuran yang
bayi, pediatrik dan dewasa tersedia di sesuai dengan
CHHS). ukuran anak
- Sambungkan flow meter dengan oksigen. sehingga nyaman
- Bersihkan sekresi dari jika perlu. (bila
dan pas
kotor, minta pasien untuk membersihkan,
bila pasien tidak sadar, bersihkan lubang - merangkai alat
hidung dengan lidi waten yang telah - Oral hygiene dan
dilembabkan dengan cairan NaCl 0,9%) memastikan
- Sambungkan kanul dengan alat bahwa hidung
tidak ada
pelembap/humidifier sumbatan
- Aktifkan Oksigen - Melembabkan
- Masukan ujung kanul ke dalam kom yang oksigen
berisi air untuk memastikan apakah oksigen - Menghidupkan
telah mengalir dengan baik (ada gelembung oksigen
udara dalam air) - Memastikan
oksigen mengalir
- Atur posisi anak dengan cara menempatkan dengan baik dan
anak diatas pangkuan semi fowler atau pada tempat yang
setengah duduk atau tiduran.
tepat
- Menjaga
- Tempatkan cengkeraman hidung di atas
kenyamanan anak
kepala anak dan masukkan dengan perlahan
- Memasang alat
ke dalam hidung dengan arah sedikit ke arah
dengan tepat
posterior. - Memfiksasi agar
- Jika pasien tidak menoleransi keberadaan
alat tidak lepas
nasal dan membutuhkan pengamanan, - Memberikan
gunakan pembalut hidrokoloid pada bayi aliran sesuai
atau pipi anak kecil, sesuaikan ujung hidung dengan indikasi
- Hubungkan pipa hidung prong ke flow - Apresiasi anak
meter dan atur aliran seperti yang sehingga membina
diperintahkan atau diindikasikan secara hubungan dan
klinis meminimalisir
- Puji anak atas kerjasamanya
trauma
- lepaskan sarung tangan
- catat pemberian dan lakukan observasi
o periksa integritas saluran hidung
dan kulit yang berdekatan dengan
selang nasal prongs, nasal berada
pada posisi yang sesuai pada
nares, dan tubing tidak
terhalangi. dengan berbelit-belit
atau memutar.
- cuci tangan

o Hal-hal yang perlu diperhatikan

Oxygen flow (L/minute) FiO2


1 0.24
2 0.28
3 0.32
4 0.36
FiO2 yang sebenarnya tergantung pada peralatan yang digunakan, laju alir,
volume menit pasien, dan apakah itu nafas mulut atau hidung.

Referensi
Hidayat, A.A.A.A. (2007). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta:EGC.
Moorhead, S., Johson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Fifth Edition. United Kingdom: Elsevier Inc
Canberra Hospital. (2015). Canberra Hospital and Health Services Clinical
Guideline. Diakses di
http://www.health.act.gov.au/sites/default/files//new_policy_and_plan/Oxygen
%20Therapy%20and%20or%20Non-Invasive%20Ventilation
%20Paediatrics.docx pada tangga; 4 Maret 2018.
WHO. (2016). Oxygen Theraphy for Children. Diakses di
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/204584/9789241549554_eng.pdf;
jsessionid=38637015ADEFB1D29F7A9422414C1533?sequence=1 pada tanggal
4 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai