Anda di halaman 1dari 3

Pemanfaatan Ekstrak Biji Pinang (Arecha catechu L.

) Sebagai Antiseptik Obat Kumur

Pinang merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat dan dapat
dimanfaatkan kedalam produk pangan maupun non-pangan. Salah satu bagian pinang
yang memiliki potensi tersebut adalah buah pinang terutama bagian bijinya. Tetapi
selama ini buah pinang hanya dimanfaatkan dalam menyirih bersama dengan kapur
dan gambir untuk menguatkan gigi. Dari hal ini terlihat bahwa memiliki potensi yang
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa
bioaktif yang terdapat didalam biji pinang tersebut.

Dari beberapa penelitian biji pinang mengandung 0,3 - 0,6%, alkaloid, seperti arekolin
(C8H13NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Nonaka
(1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu
tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. Proantosianidin
mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, anti-inflamasi, anti-alergi,
dan vasodilatasi.

Salah satu pemanfaatan biji pinang adalah dalam pembuatan antiseptic obat kumur
dimana dari penelitian sebelumnya bahwa buah pinang mengandung senyawa bioaktif
yaitu flavonoid diantaranya tannin yang dapat menguatkan gigi. Dimana menurut
Backer (1990) didalam Ahyarudin (2009) obat kumur adalah larutan yang biasanya
mengandung bahan penyegar nafas, astringen, demulsen, atau surfaktan, atau
antibakteri untuk menyegarkan dan membersihkan saluran pernafasan yang
pemakaiannya dengan berkumur.

Untuk dapat manfaatkan kedalam obat kumur, terlebih dahulu dilakukan pengambilan
ekstrak biji pinang. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengekstrak biji pinang
salah satunya adalah dengan cara fermentasi dengan memanfaatkan koloni konbucha
(Acetobacter–Saccharomyces). Pada metode fermentasi mengutip dari Merry (2002)
untuk dapat diektraks terlebih dahulu biji pinang tua dikeringkan. Selanjutnya biji
pinang kering 2,2 gram ditambahkan 100 gr gulapasir dan 100 ml air kemudian
dipanaskan pada suhu 100oC selama 10 menit. Selanjutnya sampel di sterilisasi
menggunakan autoclave selama 15 menit pada suhu 120oC. kemudiian sampel
didinginkan sampai suhu 40-60oC lalu difermentasi menggunakan koloni konbucha
(Acetobacter–Saccharomyces) selama 21 hari.

Sementara pada metode lain yaitu menggunakan metode pelarut Dwi (2012)
mengambil ekstrak biji pinang muda dengan menggunakan etanol 95% sebagai pelarut.
Terlebih dahulu biji pinang muda dikeringkan lalu dihaluskan sehingga menjadi
serbuk. 250 gram serbuk biji kemudian ditambahkan etanol 96% sebanyak 7,5 kali
berat serbuk, selanjutnya dibiarkan termaserasi selama lima hari dalam maserator
tertutup dengan pengadukan setiap hari. Selanjutnya maserat disaring dari ampasnya,
lalu maserat diendapkan selama 2 hari. Setelah itu maserat dipisahkan dari endapannya
lalu maserat yang diperoleh diuapkan dengan penangas air pada suhu 45-50oC
sehingga diperoleh ekstak kental.

Setelah diperoleh ekstrak pinang, selanjutnya ekstrak pinang tersebut dimanfaatkan


kedalam antiseptic obat kumur dengan cara mencampurkan ekstrak pinang, sorbitol
minyak cengkeh, peppermint oil dan gum arab sambil dipanaskan (70-90oc) serta
pengadukan dengan menggunakan stirrer.

Untuk membuktikan kemampuan obat kumur dari ekstrak biji pinang, ekstrak biji
pinang yang dihasilkan diuji terhadap daya hambat bakteri Streptococcus mutans.
Bakteri ini digunakan karena menurut Roesland (1996) bakteri yang ditemukan dalam
jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans. Dalam
penelitiannya Merry (2002) menyatakan bahwa ekstrak biji pinang memiliki efektivitas
dalam menghambat pertumbuhan S.mutans lebih baik dibandingkan tiga merk obat
kumur lain yang beredar dimasyarakat dengan membandingkan nilai diameter zona
bening disekitar cakram sebagai daya hambat pertumbuhan bakteri S.mutans. yaitu
sebesar 0,18 cm. Oleh karena itu ekstrak biji pinang memiliki potensi yang cukup besar
untuk dimanfaatkan kedalam pembuatan obat kumur
REFERENSI

Ahyarudin, A. 2009. Skripsi : Formulasi Obat kumu Gambir (Uncaria gambir). Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Dwi Aditya, H. 2012. Skripsi : Inhibisi Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.) Terhadap
Pelepasan Kalsium Pada Proses Demineralisasi Gigi Yang Distimulasi Streptococcus mutans.
Fakultas Kedoteran Gigi, Universitas Jember. Jember.

Merry, A. 2002. Skripsi : Pemanfaatan ekstrak Selenium Pinang (Areca catechu)Dengan


Fermentasi Acetobacter-Saccharomyces Sebagai Antiseptik Obat Kumur. Institut Pertanian
Bogor,Bogor

Anda mungkin juga menyukai