Roda merupakan part yang penting pada alat berat dan supaya dapat
berputar, masing-masing roda dilengkapi dengan bearing. Dari zaman dahulu,
orang sudah menciptakan roda, namun inovasi yang paling terkini dari sebuah
roda adalah menempatkannya pada axle dan memasang bearing guna
memungkinkan roda dapat berputar dengan lancar.
Bukti-bukti sejarah telah menunjukkan bahwa dari zaman dahulu orang sudah
sering menggunakan benda dengan permukaan yang bulat untuk membantu
memudahkan pemindahan benda yang lebih berat. Sebagai contoh orang mesir
telah menggunakan kayu bulat untuk memindahkan batu piramida yang
berukuran besar, orang yunani menggunakan bearing untuk kereta kuda dan
sketsa anti friction bearing yang dibuat oleh Leonardo da Vinci.
Dimulainya penggunaan anti friction bearing pada dunia industri bermula pada
tahun 1880 ketika seorang ilmuan Jerman yang bernama Friedrich Fischer
menemukan cara membuat bola baja (ball) secara massal. Produk bearing
pertama tersebut bernama Fischer AG.
Orang yang pertama kali mematenkan taper roller bearing modern adalah Henry
Timken pada tanggal 28 Juni 1898. Hendry menyatakan “Orang yang dapat
menciptakan sesuatu yang dapat mengurangi gesekan akan memberikan suatu hal
yang sangat berharga di dunia”. Paten bearing tersebut ditunjukkan pada gambar
1 di atas.
1. Plain bearing
Plain bearing merupakan bearing yang menerima gaya gesek secara langsung
dimana poros (shaft) akan berputar secara langsung pada permukaan bearing.
Gesekan yang timbul akan berkurang secara signifikan tergantung pada jumlah
dan jenis pelumas serta jenis material yang digunakan sebagai bearing.
Hambatan putar pada ball atau roller bearing cenderung terjadi pada inner dan
outer race. Hal ini menyebabkan race terjadi deformasi saat terbebani dan
menghasilkan gesekan.
Deformasi yang terjadi sesaat dianggap normal, namun ketika bearing kelebihan
beban deformasi yang terjadi dapat merusak permukaan inner & outer race yang
dikeraskan sehingga bearing mengalami kerusakan.
1. Beban Radial
Beban radial merupakan beban dengan arah tegak lurus terhadap titik sumbu
shaft sehingga bearing akan menerima beban sepanjang radius ball atau
roller.
2. Beban Thrust
Beban thrust merupakan beban yang sejajar dengan titik sumbu shaft
sehingga bearing akan memikul beban dari sisi samping shaft.
3. Beban Kombinasi
Terdapat juga bearing yang didesain untuk dapat memikul kombinasi beban
radial dan thrust.
Pada beberapa kondisi tertentu, plain bearing digunakan pada shaft yang berputar
dengan kecepatan tinggi, sebagai contoh chamshaft. Pada kondisi ini, bearing
memerlukan pelumasan dengan sistem bertekanan.
Sleeve Bearing dan Bushing
Sleeve bearing termasuk plain bearing, berbentuk selongsong yang dipasang
pada lubang yang dibor pada part yang dicor atau part lainnya. Beberapa sleeve
bearing dilengkapi dengan logam penguat pada bagian belakangnya (tubular
backing) dan logam anti gesek (antifriction metal lining) pada permukaan
geseknya. Contoh penggunaan bearing ini adalah pada camshaft engine.
Bushing adalah sleeve yang digunakan sebagai bearing dengan ukuran kecil.
Aplikasi yang umum adalah bushing perunggu atau nilon pada pin dan shaft yang
kecil (linkage).
Split-sleeve Bearing
Split halve bearing terdiri dari dua bagian yang berpasangan (Gambar 4) disebut
juga bearing shell atau bearing insert.
Umumnya plain bearing hanya menerima beban radial, namun jika dibuat
dengan flange (gambar 4 combination), bearing ini dapat menerima beban radial
dan beban thrust. Thrust washer adalah bentuk dari bearing yang hanya
menerima beban thrust dan terkadang dibagi menjadi dua bagian agar dapat
dipasang dengan mudah.
Gambar 5 – Bagian belakang sebuah crankshaft yang menunjukkan bearing
utama,
oil seal dan needle roller bearing
Metallic Bearing
Metallic Bearing umumnya lunak, dapat dibentuk tanpa rusak (malleable) dan
dapat mengalami deformasi plastis (ductile), terdiri dari logam campuran yang
keras sebagai penyangga logam yang lunak. Logam yang lebih keras ini
mengurangi keausan dan tetap bertahan ketika logam yang lunak telah
mengalami keausan. Keausan yang cukup besar mengakibatkan timbulnya
lekukan-lekukan pada permukaan bearing namun dengan adanya material yang
lebih keras, maka oli akan tertampung pada lekukan-lekukan tersebut.
Logam yang lunak menyesuaikan dengan bentuk permukaan shaft dan logam
yang lebih keras berguna untuk mencegah keausan yang cepat dan berlebihan.
Jika sistem pelumasan terganggu, bearing terlalu lunak untuk merusak shaft dan
meleleh pada suhu rendah, oleh karena itu dengan rancangan seperti ini
kerusakan pada shaft dapat diminimalkan dan hanya diperlukan penggantian
bearing.
Logam Putih (White Metal) – Berbahan Dasar Timah (Tin) dan Timbal
(Lead)
Bentuk yang sederhana dari bearing ini adalah solid die cast bushing atau half
bearing, biasanya lubang tempat bearing dipasang memiliki ukuran yang sangat
presisi sehingga memungkinkan bearing terpasang dengan sesak namun bagian
dalam bearing memerlukan pengeboran pembesaran lubang, atau penghalusan
pada lubang untuk mencapai ukuran yang diinginkan.
Bearing seperti ini tidak dibuat lubang dengan ukuran yang presisi dari pabrik,
karena sifat lunak dari bearing yang akan mengalami sedikit deformasi saat
dipasang pada posisinya. Logam berbahan dasar timah sangat baik digunakan,
karena dapat dicetak lebih presisi dan logam berbahan timah lebih lemah
kekuatannya terutama pada suhu yang tinggi.
Pada beberapa kasus, lapisan timbal yang tipis dilapiskan pada permukaan
bearing. Permukaan lunak ini dapat dengan mudah mengalami deformasi untuk
menyesuaikan diri apabila terjadi sedikit kesalahan ukuran pada proses
machining dan juga memudahkan shaft berputar sesaat untuk pertama kali ketika
pelumasan belum mencukupi.
Copper-lead bearing ini sangat cocok untuk shaft yang dikeraskan. Umumnya
memiliki lapisan baja dibagian belakangnya untuk memberikan kekuatan extra
untuk menjaga agar pemasangan tetap kuat dalam housing.
Fosfor – Bronze
Digunakan untuk pembebanan yang sangat berat. Phosphor-Bronze merupakan
material yang keras dan hanya digunakan pada shaft atau journal yang dikeraskan
permukaannya. Penggunaan material ini tidak diperbolehkan adanya
misalignment dan harus ada pelumasan.
Pada kondisi beban yang sangat berat, bahan yang lebih lunak juga dapat
dipergunakan sebagai bearing seperti logam putih berbahan dasar lead dan tin.
Tidak seperti halnya fosfor bronze, logam berbahan lunak tetap dapat bekerja
dengan baik jika terjadi sedikit misalignment dan kondisi oli yang kotor hingga
tingkat tertentu dan sangat baik dipergunakan pada shaft yang terbuat dari besi,
baja dan besi cor. Keterbatasannya adalah tidak tahan terhadap suhu tinggi.
Sintered Bearing
Bearing ini dibuat dengan cara powder metallurgy, yaitu perlakuan panas pada
bubuk metal di dalam gas atmosfir yang bertekanan dan terkontrol. Kebanyakan
jenisnya adalah yang berpori-pori dan mampu menahan oli yang cukup untuk
melindungi jika sistem pelumasan tidak berfungsi.
Jika bearing bekerja melampaui kapasitas hingga terjadi overheating dan terjadi
kerusakan, yang dibutuhkan hanyalah mengganti bearing saja karena shaft logam
biasanya tidak akan rusak. Bearing plastik umumnya lebih ringan dibandingkan
dengan metallic bearing dan pada unit-unit yang lebih besar, dapat memudahkan
proses perawatan dan perakitan. Jenis bearing yang berpermukaan plastik dan
bagian belakangnya logam, biasanya sudah dihaluskan permukaanya di pabrik
dan tidak boleh di-machining, tetapi ada juga jenis bearing yang dapat dilakukan
proses machining yaitu jenis bearing dari plastik homogen dan karbon, jenis
bearing plastik yang lain menggunakan sebagian permukaanya untuk melingkupi
permukaan part sehingga memudahkan pemasangan pada tempat yang sulit
terjangkau
Apabila sering terjadi keausan yang terus-menerus pada bearing yang tidak
memerlukan pelumas dan terpasang pada shaft dengan logam yang keras, bahan
bearing acetal resin-nylon (acetal-organic compound dicampur alkohol) dapat
dipergunakan sebagai pengganti disamping tingkat kehalusan permukaan shaft
juga harus diperhatikan guna meminimalkan keausan.
Karena tidak ada pelindung korosi dari oli pelumas, shaft harus terbuat dari
stainless atau memiliki lapisan pelindung korosi. Apabila dipergunakan shaft baja
biasa pada daerah yang terdapat kandungan air atau zat-zat korosif lainnya maka
korosi yang terjadi dapat mengakibatkan kekasaran permukaan dan keausan.
Pada beberapa bearing, konduktivitas panas rendah dan pemuaian yang tinggi
telah dikompensasi sebagian dengan menggunakan filler yang sesuai atau dengan
menggunakan bahan plastik dengan permukaan belakangnya terbuat dari lapisan
logam tipis.
Koefisien pemuaian panas tinggi dan kemampuan plastik untuk menyerap air dan
cairan lainnya menjadikan running clearance lebih besar dibandingkan dengan
metallic bearing, biasanya sekitar 0.005 mm untuk setiap 1 mm dimensi shaft.
Acetal memiliki sifat antifriksi yang lebih baik, khususnya, friksi statis rendah.
Tidak seperti nylon, acetal tidak memiliki sifat menyerap panas yang baik.
Glass-filled nylon memiliki pemuaian panas yang lebih rendah dan kekuatan
rambat yang lebih tinggi dan dapat digunakan pada beban-beban dan suhu kerja
yang lebih tinggi, tetapi lebih berisik. Aplikasi yang tidak biasa ditemukan pada
glass-filled nylon adalah dalam drylon bearing. Secara sederhana glass-filled
nylon dipasang bersama pada inner dan outer race dipadukan dengan bola stainless
steel. Pertama dikembangkan untuk roda roller skate, drylon bearing sekarang
diaplikasikan untuk roller conveyor dan bearing steering column.
Polyurethane Bushing
Bushing ini digunakan untuk gerakan rotasi dan maju-mundur berkecepatan
rendah dalam area yang kotor dimana dibutuhkan ketahanan terhadap abrasi
misalnya, prescollan bushing digunakan pada paddle arm dari mesin pencampur
beton, selain resistansi abrasi yang tinggi, polyurethane memberikan friksi yang
rendah dengan daya lenting yang baik untuk mengakomodasi misalignment.
PTFE Bearing
Hal yang menarik dari polytetrafluoroethylene (PTFE) adalah sifat antifriksinya
dan resistansi terhadap zat kimia yang baik pada kisaran suhu yang sangat luas,
dari sekitar -200ºC sampai lebih dari 250ºC. Namun, Unfilled PTFE memiliki
kekuatan mekanis dan resistansi keausan yang kurang baik, dan umumnya
digunakan untuk tugas-tugas ringan dan sering diaplikasikan pada sliding bearing
berkecepatan rendah yang membawa beban berat.
Carbon/Graphite Bearing
Bearing ini dipergunakan untuk aplikasi suhu tinggi di atas kapasitas plastik,
dapat bekerja pada suhu yang bervariasi seperti pada suhu 500 0C
Berbeda dengan bearing PTFE, koefisien gesek kering akan menurun dengan
meningkatnya beban. Meskipun kapasitas beban statis tidak tinggi, pada tingkat
keausan tertentu, bearing carbon yang tidak perlu dilumasi dapat beroperasi pada
kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bearing kering yang lain.
Untuk bearing berkinerja tinggi, alignment yang baik adalah hal yang penting.
Karena carbon memiliki inersia yang tinggi, bearing dari carbon/graphite dapat
dilumasi dengan air, bensin atau zat pelarut.
Aplikasi yang umum untuk carbon bearing kering antara lain:
Tungku pembakaran
Boiler plant bearing,
Bearing conveyor makanan, dimana oli atau grease dilarang,
Mesin veneer dan pengering kertas,
Dalam operasi basah,
Bearing rotor pompa yang masuk ke dalam bahan bakar yang bersirkulasi,
Bearing dalam pabrik pembersih botol yang terkena cairan pembersih
Impeller bearing yang dipasang pada mesin pencuci otomatis.
Flexible Rubber Bearing
Non metallic bearing yang dipergunakan untuk gerakan berosilasi memiliki jenis
yang berbeda dan paling banyak digunakan dalam industri otomotif namun juga
dalam mesin-mesin industri. Bearing ini adalah bushing karet fleksibel seperti
kelompok metalastik yaitu logam yang dilapisi karet. Bearing seperti ini cocok
digunakan pada shaft yang berputar pada sudut tertentu dan terdapat distorsi
torsional dari karet. Keuntungan dari jenis bearing ini adalah dapat dirancang
untuk memberikan tingkat fleksibilitas ke semua arah serta meminimalkan
kebisingan dan getaran.
Bearing ini bersifat tahan terhadap bensin, oli, grease, sebagian besar asam dan
alkali. Bearing ini membutuhkan rangka pendukung, karena cukup sensitif terhadap
kesalahan misalignment dan mempunyai konduktifitas panas yang rendah.
Rangkuman Material Plain Bearing
Tabel 1 – Plain Bearing Material
4.6. Anti Friction Bearing
Ball bearing dan roller bearing termasuk antifriction bearing. Seperti disebutkan
sebelumnya, gesekan dikurangi dalam jumlah besar karena berputarnya ball atau roller.
Ball baja memiliki kontak titik terhadap permukaan bearing dan roller memiliki kontak
garis (Gambar 6). Karena itu, roller bearing memiliki gesekan yang sedikit lebih besar
dibandingkan dengan ball bearing, namun roller bearing mampu memikul beban yang
lebih besar dibandingkan dengan ball bearing.
Gambar 7 – Jenis anti friction bearing yang umum.
Ball bearing
Roller bearing
Tappered roller bearing
Ball Bearing
Ball bearing merupakan tipe anti-friction bearing yang paling umum dan terdiri dari outer
race yang memiliki groove dipermukaan dalamnya yang memungkinkan ball untuk
menggelinding. Cage menahan ball pada tempatnya dan memisahkannya satu sama
lain. Bearing ini tidak dapat dibongkar. Hanya sanggup memikul beban radial dan sedikit
beban thrust. Bearing jenis ini disebut juga ballrace.
Gambar 8 – Jenis-jenis ball bearing
3. Thrust bearing
Thrust bearing didesain untuk menerima beban thrust yang berat dan tidak sanggup
menerima beban radial.
Meskipun ada sejumlah variasi, pada dasarnya jenis roller bearing terbagi menjadi tiga
jenis yaitu:
Berbagai rancangan straight roller dan needle roller (Gambar 9), yang terdiri dari:
2. Roller assembly
Ini terdiri dari sejumlah straight roller yang ditahan dalam sebuah cage. Roller assembly
tidak memiliki race di dalam dan luar, namun dipasang diantara shaft yang dikeraskan
dan lubang gear atau pada pemasangan lainnya. Roller assembly hanya dapat
menerima beban radial.
Needle roller dapat digunakan tanpa retainer (gambar 10), dimana sejumlah roller telah
dipasang dalam bore pada sebuah gear membentuk bearing. Roller bekerja langsung
pada shaft yang dikeraskan. Thrust washer dipasang di setiap ujung gear untuk
menahan needle pada tempatnya.
Bearing ini memiliki sebuah part bagian dalam yang terdiri dari cone, tapered roller dan
retainer. Part bagian dalam ini terpasang dengan cocok pada part luar yang disebut cup.
Bearing umumnya disebut dengan nama cup and cone bearing. Kedua part ini
tergabung bersama ketika terpasang dan harus diatur untuk mengurangi kelonggaran
(free play). Pada beberapa keadaan, bearing ini dapat dipasang terpisah tetapi
normalnya bearing ini didesain untuk dipergunakan secara berpasangan. Bearing ini
sanggup memikul beban radial dan thrust.
Untuk aplikasi khusus, bearing dapat dibuat dengan shield atau seal. Penempatan shield
atau seal (Gambar 12).
Shield digunakan untuk melindungi dari kotoran dan menahan pelumas tetap di dalam
bearing. Shield dapat dipasang pada salah satu atau kedua sisi bearing.
Seal digunakan untuk bearing yang telah dilengkapi dengan pelumas selama
pembuatan. Bearing jenis ini biasanya digunakan di lokasi-lokasi dimana bearing tidak
dapat dijangkau, dan seal dibutuhkan untuk menahan pelumas selama masa pakai
bearing.
1. Dry friction
Dry friction adalah saat tidak ada pelumas di antara permukaan-permukaan yang saling
bersentuhan. Pada kondisi beban yang ringan, bearing akan bekerja namun dengan
koefisien gesek tinggi. Saat beban bearing meningkat, akan tercapai suatu titik dimana
terjadi kontak molekul logam ke logam yang menyebabkan perpindahan material pada
permukaan-permukaan yang berdekatan satu sama lainnya. Proses ini dinamakan
temporary welding action.
2. Boundary Lubrication
Boundary lubrication adalah saat lapisan oil film di antara permukaan yang saling
menggelinding berada dalam kondisi yang sangat tipis. Ini terjadi pada bearing sebuah
machine ketika suplai pelumas bertekanan mengalami kegagalan, ketika machine di-
start setelah standing idle selama beberapa jam, atau pada machine dimana pelumas dari
plain bearing tidak berkelanjutan, seperti melumasi part dengan oli dari oil can sekali
dalam sebulan. Sifat-sifat yang terpenting dari oli pada sistem pelumasan adalah
kemampuan mengalir sendiri ke dalam dua permukaan untuk memberikan lapisan
pelindung.
4. Rolling Friction
Rolling friction terjadi pada anti-friction bearing, dimana kerja bearing tidak bergerak
meluncur tetapi hanya ball atau roller yang berputar disepanjang permukaan yang halus.
Jika diberi beban, maka roller sedikit menekan permukaan dan dibutuhkan tenaga untuk
memutarnya.
NOTE:
Kondisi yang akan dialami shaft saat berputar berawal dari dry friction, boundary
lubrication dan full film lubrication. Shaft juga akan terbebani secara vertikal pada setiap
kondisi.
Saat shaft mulai berputar, seperti ditunjukkan pada boundry lubrication, shaft mencoba
untuk naik ke sisi bearing dan pada kecepatan rendah mencapai posisi yang di-
tunjukkan.
Pada kecepatan yang lebih tinggi dan dengan suplai pelumas yang memadai, shaft yang
berputar menyebabkan peningkatan tekanan hidrodinamis yang cenderung mendorong
shaft ke dalam posisi seperti yang ditunjukkan pada kondisi full film lubrication.
Untuk anti-friction bearing, seluruh ball bearing dan roller bearing (kecuali spherical roller
thrust bearing) dapat dilumasi dengan oli atau grease. Grease adalah oli yang
mengandung partikel yang berfungsi sebagai pengental. Grease membantu
terbentuknya penyekat yang efisien pada sebuah bearing. Oli hanya digunakan dimana
terdapat kebutuhan khusus, contohnya saat kecepatan rotasi terlalu tinggi sehingga
grease tidak lagi efektif dipergunakan.
Oli dipergunakan untuk melumasi part-part machine yang berhubungan satu sama lain,
seperti gear dan bearing. Spherical roller thrust bearing hanya boleh dilumasi dengan oli
dan grease hanya boleh digunakan pada kecepatan yang sangat rendah.
Metode Pelumasan
Peralatan pelumasan bervariasi dari lubang oli yang sederhana sampai sistem sirkulasi
yang lebih rumit, terdiri dari: pompa, filter, pendingin oli dan perlengkapan peringatan
penurunan tekanan dan suhu berlebih.
Dari metode pertama hingga ketiga, adalah total loss atau dengan kata lain oli
digunakan hanya satu kali saja.
Hand oiling adalah pekerjaan yang secara berkala harus dilakukan, tergantung pada
kedisiplinan dan kehati-hatian operator. Bentuk yang paling sederhana dari hand oiling
terdiri dari lubang yang dibor pada bearing. Lubang masuknya sering dibuatkan alur dan
area masuk dicat merah. Karena lubang ini dapat terkontaminasi oleh kotoran, maka
biasanya diberi penutup seperti yang terlihat pada Gambar 13.
Gambar 14 – Grease Nipple.
Sejumlah nipple grease tersedia jika dipergunakan grease sebagai pelumas (Gambar
14).
Oli mengalir ke bearing dengan konstan, walaupun shaft berputar atau tidak, tetapi jika
oli sudah kering, penunjukan pada reservoir oli dapat mengindikasikan kemungkinan
bearing berputar dengan kondisi oli kering. Gambar 15 menunjukkan beberapa tipe
constant-feed oiler.
Sight feed oiler memiliki pengaturan untuk mengontrol tingkat tetesan oli dan memiliki
permukaan yang transparan sehingga tingkat ketinggian oli dapat diperiksa. Mekanisme
toggle di bagian atas membuat aliran oli dapat dihentikan secara manual pada saat
pelumasan tidak dibutuhkan.
Wick oiler memiliki kerja yang sama dengan sight feed oiler, namun wick oiler
disesuaikan dengan menaikkan atau menurunkan sumbu. Sumbu bertindak sebagai
penyerap dan semakin panjang sumbu diluar reservoir semakin banyak aliran olinya.
Screw-down grease cup dan grease cup yang dipasangi pegas adalah dua metode
penyuplaian grease dari reservoir.
Pada kasus dimana jumlah penggunaan bearing sangat banyak, akan sangat
menghabiskan waktu untuk melumasi bearing secara terpisah, apalagi jika satu bearing
sampai terlewatkan pelumasannya. Untuk kasus ini digunakan centralized pump dengan
line berisikan oli atau grease ke setiap bearing.
Untuk melumasi machine, digunakan pompa yang dioperasikan dengan tangan atau
kaki, dan volume pelumas yang akan digunakan disesuaikan dengan mesin, dengan
tekanan 15 Mpa sebanyak 0.02 mL untuk 1000mm 2 luas permukaan bearing.
Pada sistem otomatis, pompa digerakkan dengan kecepatan rendah oleh cam yang
berfungsi sebagai penggerak dari machine yang akan dilumasi. Pada kasus ini, reservoir
yang besar dipasangkan pada pompa untuk menghindari pengisian pelumas setiap hari.
Pada sistem yang lebih baik, flow control valve ditempatkan pada setiap line, sehingga
memungkinkan untuk mengatur suplai pelumas pada setiap bearing.
Gambar 16 menunjukkan satu dari sistem yang memutar pump melalui lever dan ratchet
(roda gigi). Aliran pelumas dapat diatur dan masing-masing aliran pelumas aktual dapat
dilihat pada sight glass.
Sistem sirkulasi oli adalah satu-satunya metode yang dapat diterapkan untuk bearing-
bearing berkinerja tinggi, metode ini dapat memberikan suplai pelumas yang cukup
untuk memastikan bahwa lapisan hydrodynamic tidak terganggu karena kekurangan oli
akibat kebocoran dari bearing. Disamping itu, sistem ini juga mengalirkan oli melebihi
kebutuhan sistem pelumasan untuk membuang panas berlebih. Aliran oli yang konstan
juga memastikan semua partikel-partikel logam yang tercampur dapat dibilas dari
bearing. Untuk alasan ini maka diperlukan filter dan heat exchanger dalam sistem
sirkulasi.
Sistem sirkulasi yang paling umum adalah metode pelumasan pada engine, dimana oli
tidak hanya melumasi namun membantu pemindahan panas, penyekatan dan
pembuangan sisa pembakaran.
Bearing seperti wheel bearing harus terlebih dahulu diberi grease dengan benar
sebelum dipasang karena bearing membutuhkan grease sebagai pelumas. Pada wheel
bearing, pelumasan harus dapat bertahan hingga ribuan kilometer.
Bearing dilumasi dengan mendorong grease di antara roller atau ball dan race, sehingga
ruang di antara race benar-benar terisi grease. Ini bisa dicapai dengan mendorong
grease ke dalam satu sisi bearing dengan jari sampai keluar dari sisi satunya, atau
dengan mendorong grease ke dalam bearing dari telapak tangan seperti dalam gambar
17. Tujuan pelumasan bearing ini, adalah untuk mengisi grease pada bearing dan bukan
hanya sekedar melapisi bagian luarnya saja.
Saat bearing kering dan bersih, bearing kemudian dipasang dalam tool pelumasan ulang
dan grease yang baru didorong ke dalamnya dengan cara menggunakan grease gun
yang dipasang pada grease nipple pada sisi tool (Gambar 18).
4.8. Kerusakan dan Cacat pada Bearing
Ball bearing dan roller bearing memiliki masa pakai yang lama asalkan tidak kelebihan
beban (overload), salah pemilihan jenis, dipasang dengan tidak benar atau dibiarkan
kekurangan pelumas.
Saat melakukan disassembly komponen, bearing yang terpasang dengan kuat pada
shaft, hanya harus dilepas jika perlu atau jika bearing saat diperiksa harus diganti.
Banyak hal-hal merusak yang dapat terjadi pada bearing jika dilepaskan dari shaft ketika
hendak dibersihkan dan dipasang kembali. Penggunaan peralatan pelepas yang benar
sangatlah penting dan hal yang lebih penting lagi adalah tool digunakan dengan benar
untuk mencegah kerusakan pada bearing.
Penyebab Kerusakan Bearing
Pemeriksaan bearing dengan teliti dan hati-hati akan menunjukkan sebab-sebab kenapa
bearing tersebut rusak. Berikut ini adalah sebab-sebab kerusakan bearing dan
bagaimana mengenalinya.
Abrasi
Masuknya kotoran dan pasir ke dalam bearing dapat menyebabkan keausan dini karena
kotoran tersebut akan menyebabkan permukaan bearing menjadi kasar.
Kekurangan Pelumasan
Timbulnya panas merupakan akibat kekurangan pelumasan. Panas menyebabkan
perubahan warna pada permukaan bearing, roller dan ball. Pada plain bearing,
kekurangan pelumasan akan mengakibatkan goresan, keausan berlebih dan akhirnya
akan menyebabkan keseluruhan bagian bearing mengalami kerusakan. Sangatlah
penting melakukan pelumasan pada pin dan bearing untuk meyakinkan tidak terjadi
keausan.
Korosi
Air dan uap akan menyebabkan korosi. Ini terlihat seperti bekas lubang atau karat.
Penanganan yang ceroboh atau penyimpanan bearing yang tidak benar setelah
pencucian dapat menyebabkan korosi pada permukaan. Bearing harus dilumasi dan
dibungkus dengan kertas yang diberi oli meskipun untuk periode penyimpanan yang
singkat.
Ball dan roller bearing biasanya mempunyai toleransi kesesuaian pemasangan antara
bearing dengan shaft. Ini tidak boleh berlebihan karena apabila berlebihan inner race
akan dipaksa mengembang dan akan terjadi pembengkokan bearing, yang akan
mengakibatkan kerusakan.
Setiap cacat atau kerusakan pada shaft akan menyebabkan distorsi pada race. Area
yang terdistorsi ini akan kelebihan beban sehingga kerusakan akan bermula area
tersebut. Shaft harus bersih dan halus agar bearing dapat terpasang dengan tepat.
Pemasangan outer race bearing ke dalam housing juga harus diperhatikan. Shaft dan
housing harus diperiksa terlebih dahulu sebelum pemasangan bearing.
Ada sejumlah kerusakan yang dapat terjadi dalam antifriction bearing. saat
menginspeksi bearing, perhatikan tanda-tanda yang dapat mengidentifikasi kerusakan
(Gambar 19).
Crack Race
Inner race dapat mengalami keretakan jika terlalu kencang pada shaftnya dan outer race
dapat retak jika terlalu kencang pada housing.
Pitting
Permukaan bearing yang berlubang-lubang. Ini merupakan korosi lanjutan yang
disebabkan oleh air atau kelembaban.
Galling
Keausan pada permukaan bearing dengan beberapa lubang kecil yang disebabkan oleh
kurangnya pelumasan.
Spalling
Permukaan yang berlubang-lubang pada bearing disebabkan karena logam terlalu
tertekan yang disebut sebagai kelelahan logam. Ini bisa disebabkan oleh penyetelan
yang terlalu longgar, yang membuat dampak atau beban kejut pada permukaan bearing.
kelebihan beban pada bearing adalah kemungkinan penyebab lainnya.
Discoloration
Permukaan bearing berubah warna karena panas. Mungkin terjadi karena kurangnya
pelumasan. Operasi yang terus menerus dapat menyebabkan lecet dan rontok.
Perubahan warna dapat juga disebabkan bearing disetel terlalu kencang. Hal ini bisa
mengakibatkan overheating.
Corosion
Karat membuat bekas pada permukaan, atau bagian lain dari bearing. Ini disebabkan
oleh adanya air atau kelembaban.
Fretting
Fretting merupakan tanda pengikisan yang disebabkan oleh pergerakan. Umumnya
terjadi ketika bearing terlalu longgar pada dudukannya atau shaft.
Brinelling
Brinelling dapat terjadi ketika bearing kelebihan beban atau salah dalam pemasangan,
yaitu timbulnya lekukan-lekukan lubang pada raceway.
Aturan yang harus diikuti adalah gaya tidak boleh diaplikasikan melalui ball atau roller
pada bearing. Hal ini akan menyebabkan bearing rusak dan tidak dapat dipakai.
Gambar 21 – Penggunaan puller dengan sekrup pendorong,
tool khusus ini dapat disetel untuk menyesuaikan di belakang bearing cone
Universal puller kit juga terdiri dari banyak fitting dan adaptor untuk menyesuaikan
berbagai pekerjaan. Arbour press atau press hidrolik, diperlukan untuk pelepasan dan
penggantian bearing dalam berbagai situasi. Berikut adalah informasi umum mengenai
pelepasan dan penggantian bearing.
Saat menggunakan hydraulic press untuk melepas bearing dari shaft, tempatkan
penyangga hanya dibawah inner race bearing. Naikkan tekanan pada shaft hingga
bearing dan shaft terpisah. Yakinkan shaft segaris dengan press guna meyakinkan shaft
tidak terlempar karena misalignment.
Bearing dapat dilepas dari shaft menggunakan sepotong pipa dengan ukuran yang pas
dengan shaft dan inner race seperti terlihat pada gambar 23. Press harus dipergunakan
untuk mengganti bearing, namun jika dibutuhkan, dapat juga dipergunakan hammer.
Sebelum menekan atau memukul bearing yakinkan kesesumbuan dan tidak miring.
Sebuah drift baja lunak (atau punch) dan hammer sering digunakan untuk mengetuk
bearing keluar dari housing. Punch yang terbuat dari baja keras tidaklah cocok dan
kuningan tidak direkomendasikan karena akan membuat serpihan-serpihan yang dapat
tinggal di dalam bearing.
Ketika memasang bearing pada shaft menggunakan metode ini, dengarkan perubahan
suara saat bearing sudah terpasang dengan tepat pada shaft atau housing. Memukul
secara berlebihan saat bearing sudah terpasang dengan baik dapat merusakkan inner
race. Berhati-hatilah jangan sampai merusak bearing race saat memasang
menggunakan drift.
Mounting Compound
Bearing mounting compound digunakan untuk mencegah setiap gerakan yang tidak
diinginkan antara bearing dan shaft dan harus dipergunakan saat memasang sebuah
bearing.
Cuci bearing dalam solvent dan keringkan dengan udara. Bearing dengan grease keras
harus direndam.
Putar bearing perlahan dengan tangan dan periksa kekasaran atau ketidakrataan
(Gambar 25).
Periksa ball, roller dan permukaan bearing untuk melihat adanya cacat. Perhatikan
dengan seksama daerah antara cage atau retainer saat memutar bearing sehingga
seluruh permukaan diperiksa.
Tahan bearing dalam keadaan diam saat mengeringkannya dengan udara bertekanan.
Jangan memutar bearing karena ini berbahaya pada orang dan merusak bearing.
Bearing yang memiliki seal tidak boleh dicuci. Bersihkan bagian luarnya dan periksa
kekasaran seperti pada poin 3.
Jika bearing akan digunakan kembali namun untuk waktu yang masih lama, maka
bearing harus dilumasi dan dibungkus dalam kertas yang diberi oli. Ini akan mencegah
karat dan melindungi dari debu.