Anda di halaman 1dari 15

FRICTION BEARING

FRICTION BEARING
1. Friction (Plain) Bearing
Friction bearing merupakan bearing yang menerima gaya gesek secara langsung dimana
poros (shaft) akan berputar secara langsung pada permukaan bearing. Gesekan yang
timbul akan berkurang secara signifikan tergantung pada jumlah dan jenis pelumas serta
jenis material yang digunakan sebagai bearing. Hal ini disebabkan friction bearing tidak
memiliki komponen perantara yang berputar di dalamnya, namun sebagai gantinya,
friction bearing menggunakan lapisan oli yang tipis sebagai perantara agar gesekan antar
permukaan tidak merusak bearing tersebut Beberapa plain bearing digunakan pada shaft
yang berputar dengan kecepatan tinggi, sebagai contoh chamshaft dimana bearing
memerlukan pelumasan dengan sistem bertekanan. Friction bearings dapat dijumpai di
engine atau pada komponennya. Digunakan untuk menyangga crankshaft, connecting
rod, camshaft engine, camshaft fuel injection pump, rocker arms, dan pada beberapa
aplikasi juga pada shaft rocker arm, idler gears atau pulleys, shaft turbocharger, shaft
rotor alternator, shaft armature starter, dan gear oil pump.

Gambar 1. Friction bearing


2. Fungsi Bearing
Gesekan timbul ketika dua permukaan saling bersentuhan dan apabila dibiarkan maka
akan terjadi keausan. Semakin tinggi gesekan maka akan semakin tinggi tingkat keausan.
Apabila hal ini dibiarkan, maka akan terjadi kerusakan yang serius pada part dalam
waktu tertentu.
FRICTION BEARING

Untuk itu, diciptakan part yang bernama bearing yang berfungsi untuk mengurangi
gesekan dan menahan beban. Di samping fungsi yang disebutkan di atas, secara
keseluruhan fungsi utama bearing adalah:
1. Menurunkan gesekan, panas dan keausan.
2. Menahan beban statis yang berasal dari berat shaft dan berat machine.
3. Menahan beban radial dan thrust.
4. Memungkinkan pemasangan dengan toleransi yang lebih teliti.
5. Sebagai part yang dikorbankan karena lebih murah mengganti bearing daripada
mengganti shaft.

Gambar 2. Jenis beban pada friction bearing

Bearing memikul tiga tipe beban seperti gambar 2 yaitu:


1. Beban Radial
Beban radial merupakan beban dengan arah tegak lurus terhadap titik sumbu
shaft sehingga bearing akan menerima beban sepanjang radius ball atau roller.
2. Beban Thrust
Beban thrust merupakan beban yang sejajar dengan titik sumbu shaft sehingga bearing
akan memikul beban dari sisi samping shaft.
3. Beban Kombinasi
Terdapat juga bearing yang didesain untuk dapat memikul kombinasi beban radial dan
thrust.
3. Jenis-jenis friction bearing
a. Plain bearing
Plain bearing merupakan bearing yang memiliki permukaan rata pada bidang
geseknya meskipun bentuk bearingnya melengkung seperti setengah lingkaran. Plain
FRICTION BEARING

bearing umumnya terbuat dari beberapa campuran tembaga kuningan yang pada
bagian permukaannya dilapisi dengan logam babit.
Contoh dari plain bearing adalah metal duduk dan metal jalan (bearing yang
digunakan pada bagian dalam mesin yaitu crankshaft dan connecting rod).
Jenis-jenis plain bearing yaitu:
1. Sleeve bearing
Sleeve bearing termasuk plain bearing, berbentuk selongsong yang dipasang pada
lubang yang dibor pada part yang dicor atau part lainnya. Beberapa sleeve bearing
dilengkapi dengan logam penguat pada bagian belakangnya (tubular backing) dan
logam anti gesek (antifriction metal lining) pada permukaan geseknya. Contoh
penggunaan bearing ini adalah pada camshaft engine.
2. Split-sleeve bearing

Gambar 3. Split sleeve bearing


Split halve bearing terdiri dari dua bagian yang berpasangan (Gambar 3) disebut
juga bearing shell atau bearing insert.
Umumnya plain bearing hanya menerima beban radial, namun jika dibuat dengan
flange
(gambar 3 combination), bearing ini dapat menerima beban radial dan beban thrust.
Thrust washer adalah bentuk dari bearing yang hanya menerima beban thrust dan
terkadang dibagi menjadi dua bagian agar dapat dipasang dengan mudah.
FRICTION BEARING

Gambar 4. Split-sleeve bearing.


Split-sleeve bearing digunakan pada bearing crankshaft dan connecting rod
engine. Penggunaan split-sleeve bearing ini dimaksudkan karena desain
crankshaft hanya memungkinkan jenis bearing ini yang dipasang (Gambar 4).
b. Bushing
Bushing merupakan salah satu jenis friction bearing dengan bentuk melingkar
seperti cincin. Bushing ini sejatinya sebuah bantalan yang digunakan sebagai tempat
poros berputar. Sama seperti plain bearing, bushing umumnya juga terbuat dari
campuran tembaga kuningan yang dilapisi logam jenis babit. Contoh bushing jenis ini
adalah bushing untuk king pin yang ada pada knuckle as roda.

Gambar 5. Bushing
FRICTION BEARING

4. Material Plain Bearing


Material bearing umumnya adalah tembaga atau logam campuran (alloy) berbahan dasar
timah, namun saat ini banyak jenis plastik yang juga digunakan untuk bearing.
a. Metallic Bearing
Metallic Bearing umumnya lunak, dapat dibentuk tanpa rusak (malleable) dan dapat
mengalami deformasi plastis (ductile), terdiri dari logam campuran yang keras sebagai
penyangga logam yang lunak. Logam yang lebih keras ini mengurangi keausan dan tetap
bertahan ketika logam yang lunak telah mengalami keausan. Keausan yang cukup besar
mengakibatkan timbulnya lekukan-lekukan pada permukaan bearing namun dengan
adanya material yang lebih keras, maka oli akan tertampung pada lekukan-lekukan
tersebut. Logam yang lunak menyesuaikan dengan bentuk permukaan shaft dan logam
yang lebih keras berguna untuk mencegah keausan yang cepat dan berlebihan. Jika sistem
pelumasan terganggu, bearing terlalu lunak untuk merusak shaft dan meleleh pada suhu
rendah, oleh karena itu dengan rancangan seperti ini kerusakan pada shaft dapat
diminimalkan dan hanya diperlukan penggantian bearing.
b. Logam Putih (White Metal) – Berbahan Dasar Timah (Tin) dan Timbal (Lead)
Bentuk yang sederhana dari bearing ini adalah solid die cast bushing atau half
bearing, biasanya lubang tempat bearing dipasang memiliki ukuran yang sangat presisi
sehingga memungkinkan bearing terpasang dengan sesak namun bagian dalam bearing
memerlukan pengeboran pembesaran lubang, atau penghalusan pada lubang untuk
mencapai ukuran yang diinginkan.
Bearing seperti ini tidak dibuat lubang dengan ukuran yang presisi dari pabrik,
karena sifat lunak dari bearing yang akan mengalami sedikit deformasi saat dipasang
pada posisinya. Logam berbahan dasar timah sangat baik digunakan, karena dapat
dicetak lebih presisi dan logam berbahan timah lebih lemah kekuatannya terutama
pada suhu yang tinggi.
c. High Lead dan Standard Copper Lead
Pada sistem dengan pelumasan penuh, copper-lead bearing lebih tahan terhadap
beban yang besar tanpa adanya bahaya kerusakan mekanis. Namun, karena
kekerasannya (dibandingkan dengan logam putih) ketebalan oil film antara journal dan
FRICTION BEARING

bearing harus benarbenar diperhatikan, dan kehati-hatian yang tinggi dibutuhkan saat
melakukan machining untuk mendapat clearance yang tepat. Clearance ini umumnya
lebih besar dibandingkan dengan clearance untuk white metal bearing untuk
memudahkan masuknya oli yang lebih kental. Berguna untuk menghindari kerusakan,
oli harus disaring dan didinginkan. Pada beberapa kasus, lapisan timbal yang tipis
dilapiskan pada permukaan bearing. Permukaan lunak ini dapat dengan mudah
mengalami deformasi untuk menyesuaikan diri apabila terjadi sedikit kesalahan
ukuran pada proses machining dan juga memudahkan shaft berputar sesaat untuk
pertama kali ketika pelumasan belum mencukupi.
Copper-lead bearing ini sangat cocok untuk shaft yang dikeraskan. Umumnya
memiliki lapisan baja dibagian belakangnya untuk memberikan kekuatan extra untuk
menjaga agar pemasangan tetap kuat dalam housing.
d. Fosfor – Bronze
Digunakan untuk pembebanan yang sangat berat. Phosphor-Bronze merupakan
material yang keras dan hanya digunakan pada shaft atau journal yang dikeraskan
permukaannya. Penggunaan material ini tidak diperbolehkan adanya misalignment dan
harus ada pelumasan.
Pada kondisi beban yang sangat berat, bahan yang lebih lunak juga dapat
dipergunakan sebagai bearing seperti logam putih berbahan dasar lead dan tin. Tidak
seperti halnya fosfor bronze, logam berbahan lunak tetap dapat bekerja dengan baik
jika terjadi sedikit misalignment dan kondisi oli yang kotor hingga tingkat tertentu dan
sangat baik dipergunakan pada shaft yang terbuat dari besi, baja dan besi cor.
Keterbatasannya adalah tidak tahan terhadap suhu tinggi.
e. Sintered Bearing
Bearing ini dibuat dengan cara powder metallurgy, yaitu perlakuan panas pada
bubuk metal di dalam gas atmosfir yang bertekanan dan terkontrol. Kebanyakan
jenisnya adalah yang berpori-pori dan mampu menahan oli yang cukup untuk
melindungi jika sistem pelumasan tidak berfungsi.
f. Non Metallic Bearing
Jika pelumasan oli secara konvensional atau dengan grease tidak mungkin dilakukan
dan dalam kondisi dimana oil film tidak dapat dipertahankan, seperti pada gerakan
FRICTION BEARING

mengayun ke depan dan ke belakang, maka banyak digunakan bearing yang


permukaannya diberi lapisan plastik atau karbon. Banyak digunakan pada industri
automotive. Ketika dipergunakan pada kondisi sedikit atau tidak ada pelumasan, bearing
ini memiliki keterbatasan kemampuan terhadap panas dan kecepatan putaran. Selain
mampu beroperasi dengan pelumasan minimal atau tanpa pelumasan, bearing ini dapat
tahan terhadap berbagai cairan seperti cutting fluid dan cairan berbahan dasar minyak
tanah dibanding bearing konvensional. Non metallic bearing dapat juga menggunakan
pelumas yang tidak umum seperti cairan berbahan dasar minyak tanah sehingga dapat
memikul beban yang lebih berat dan kecepatan yang lebih tinggi dibanding dalam kondisi
kering. Jika bearing bekerja melampaui kapasitas hingga terjadi overheating dan terjadi
kerusakan, yang dibutuhkan hanyalah mengganti bearing saja karena shaft logam biasanya
tidak akan rusak. Bearing plastik umumnya lebih ringan dibandingkan dengan metallic
bearing dan pada unit-unit yang lebih besar, dapat memudahkan proses perawatan dan
perakitan. Jenis bearing yang berpermukaan plastik dan bagian belakangnya logam,
biasanya sudah dihaluskan permukaanya di pabrik dan tidak boleh di-machining, tetapi
ada juga jenis bearing yang dapat dilakukan proses machining yaitu jenis bearing dari
plastik homogen dan karbon, jenis bearing plastik yang lain menggunakan sebagian
permukaanya untuk melingkupi permukaan part sehingga memudahkan pemasangan pada
tempat yang sulit terjangkau. Apabila sering terjadi keausan yang terus-menerus pada
bearing yang tidak memerlukan pelumas
dan terpasang pada shaft dengan logam yang keras, bahan bearing acetal resin-nylon
(acetalorganic compound dicampur alkohol) dapat dipergunakan sebagai pengganti
disamping tingkat kehalusan permukaan shaft juga harus diperhatikan guna
meminimalkan keausan. Karena tidak ada pelindung korosi dari oli pelumas, shaft harus
terbuat dari stainless atau memiliki lapisan pelindung korosi. Apabila dipergunakan shaft
baja biasa pada daerah yang terdapat kandungan air atau zat-zat korosif lainnya maka
korosi yang terjadi dapat mengakibatkan kekasaran permukaan dan keausan.
Kerugian menggunakan bearing dengan bahan plastik, adalah konduktivitas
panasnya yang rendah dibandingkan dengan logam, yang mana dibatasi oleh
pembuangan panas yang tertahan/tersendat akibat kapasitas kecepatan penyerapannya
yang rendah. Dan juga karena kebanyakan unfilled plastics mempunyai koefisien
FRICTION BEARING

expansi thermal yang tinggi, maka direkomendasikan agar ketebalan dari plastik
bearing yang solid harus dibuat sekecil mungkin. Pada beberapa bearing,
konduktivitas panas rendah dan pemuaian yang tinggi telah dikompensasi sebagian
dengan menggunakan filler yang sesuai atau dengan menggunakan bahan plastik
dengan permukaan belakangnya terbuat dari lapisan logam tipis.
Koefisien pemuaian panas tinggi dan kemampuan plastik untuk menyerap air dan
cairan lainnya menjadikan running clearance lebih besar dibandingkan dengan
metallic bearing, biasanya sekitar 0.005 mm untuk setiap 1 mm dimensi shaft.
g. Nylon dan Acetal
Nylon, acetal resin dan PTFE (polytetrafluoroethylene) dengan atau tanpa filler
adalah thermo-plastic yang paling umum digunakan dalam aplikasi bearing kering.
Solid unfilled nylon dan acetal yang dicetak dapat dihasilkan dalam jumlah banyak
dan biaya yang rendah ketika di machining ke dalam bentuk bushing, thrust washer,
dll dan banyak digunakan untuk aplikasi berbeban ringan. Nylon dan acetal memiliki
ketahanan beban yang sebanding.
Unfilled nylon dipilih untuk bearing dengan ketahanan abrasi yang tinggi dalam
kondisi kotor dan tidak berisik.
Acetal memiliki sifat antifriksi yang lebih baik, khususnya, friksi statis rendah.
Tidak seperti nylon, acetal tidak memiliki sifat menyerap panas yang baik.
Glass-filled nylon memiliki pemuaian panas yang lebih rendah dan kekuatan
rambat yang lebih tinggi dan dapat digunakan pada beban-beban dan suhu kerja yang
lebih tinggi, tetapi lebih berisik. Aplikasi yang tidak biasa ditemukan pada glass-filled
nylon adalah dalam drylon bearing. Secara sederhana glass-filled nylon dipasang
bersama pada inner dan outer race dipadukan dengan bola stainless steel. Pertama
dikembangkan untuk roda roller skate, drylon bearing sekarang diaplikasikan untuk
roller conveyor dan bearing steering column.
h. Polyurethane Bushing
Bushing ini digunakan untuk gerakan rotasi dan maju-mundur berkecepatan rendah
dalam area yang kotor dimana dibutuhkan ketahanan terhadap abrasi misalnya,
prescollan bushing digunakan pada paddle arm dari mesin pencampur beton, selain
FRICTION BEARING

resistansi abrasi yang tinggi, polyurethane memberikan friksi yang rendah dengan
daya lenting yang baik untuk mengakomodasi misalignment.
i. PTFE Bearing
Hal yang menarik dari polytetrafluoroethylene (PTFE) adalah sifat antifriksinya dan
resistansi terhadap zat kimia yang baik pada kisaran suhu yang sangat luas, dari sekitar
-200ºC sampai lebih dari 250ºC. Namun, Unfilled PTFE memiliki kekuatan mekanis
dan resistansi keausan yang kurang baik, dan umumnya digunakan untuk tugas-tugas
ringan dan sering diaplikasikan pada sliding bearing berkecepatan rendah yang
membawa beban berat.
Karena konstruksi ini, bearing memiliki kekuatan kompresif yang tinggi, pengantar
panas yang baik dan resistansi yang sempurna terhadap keausan pada tingkat tekanan
dan kecepatan yang tinggi. Bekerja dengan baik pada lingkungan dengan tingkat
korosif sedang. Standard spherical bearings dan rod end joint, cadmium plated, dapat
beroperasi dengan baik pada synthetic hydraulic fluid seperti Skydrol, lubricating oil
and anti-freeze compound.
Secara luas dipergunakan pada control linkage, automobile suspension, dan
permesinan.
j. Carbon/Graphite Bearing
Bearing ini dipergunakan untuk aplikasi suhu tinggi di atas kapasitas plastik, dapat
bekerja pada suhu yang bervariasi seperti pada suhu 500 0C Berbeda dengan bearing
PTFE, koefisien gesek kering akan menurun dengan meningkatnya beban. Meskipun
kapasitas beban statis tidak tinggi, pada tingkat keausan tertentu, bearing carbon yang
tidak perlu dilumasi dapat beroperasi pada kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bearing kering yang lain. Untuk bearing berkinerja tinggi, alignment yang baik
adalah hal yang penting. Karena carbon memiliki inersia yang tinggi, bearing dari
carbon/graphite dapat dilumasi dengan air, bensin atau zat pelarut. Aplikasi yang
umum untuk carbon bearing kering antara lain:
1. Tungku pembakaran
2. Boiler plant bearing,
3. Bearing conveyor makanan, dimana oli atau grease dilarang,
4. Mesin veneer dan pengering kertas,
FRICTION BEARING

5. Dalam operasi basah,


6. Bearing rotor pompa yang masuk ke dalam bahan bakar yang bersirkulasi,
7. Bearing dalam pabrik pembersih botol yang terkena cairan pembersih
8. Impeller bearing yang dipasang pada mesin pencuci otomatis.
k. Flexible Rubber Bearing
Nonmetallic bearing yang dipergunakan untuk gerakan berosilasi memiliki jenis
yang berbeda dan paling banyak digunakan dalam industri otomotif namun juga dalam
mesinmesin industri. Bearing ini adalah bushing karet fleksibel seperti kelompok
metalastik yaitu logam yang dilapisi karet. Bearing seperti ini cocok digunakan pada
shaft yang berputar pada sudut tertentu dan terdapat distorsi torsional dari karet.
Keuntungan dari jenis bearing ini adalah dapat dirancang untuk memberikan tingkat
fleksibilitas ke semua arah serta meminimalkan kebisingan dan getaran.
l. Thermoset Fabric Bearing
Bahan yang dilapisi kapas atau kain asbes yang dicelup dengan thermo-setting resin
dapat di dibentuk atau di machining untuk digunakan sebagai bearing kering, dan
dapat juga digunakan dalam aplikasi yang berpelumas, baik dengan jenis oli, grease
pelumas, menggunakan cairan atau air yang diproses sebagai pendingin atau pelumas.
Bearing ini bersifat tahan terhadap bensin, oli, grease, sebagian besar asam dan alkali.
Bearing ini membutuhkan rangka pendukung, karena cukup sensitif terhadap
kesalahan misalignment dan mempunyai konduktifitas panas yang rendah.
Rangkuman Material Plain Bearing
Tabel 1 – Plain Bearing Material
FRICTION BEARING

5. Penyebab Kerusakan Pada Bearing


Pemeriksaan bearing dengan teliti dan hati-hati akan menunjukkan sebab-sebab kenapa
bearing tersebut rusak. Berikut ini adalah sebab-sebab kerusakan bearing dan bagaimana
mengenalinya.
a. Abrasi
Masuknya kotoran dan pasir ke dalam bearing dapat menyebabkan keausan
dini karena kotoran tersebut akan menyebabkan permukaan bearing menjadi kasar.

Gambar 6. Abrasive
b. Kekurangan Pelumasan
Timbulnya panas merupakan akibat kekurangan pelumasan. Panas
menyebabkan perubahan warna pada permukaan bearing, roller dan ball. Pada plain
bearing, kekurangan pelumasan akan mengakibatkan goresan, keausan berlebih dan
akhirnya akan menyebabkan keseluruhan bagian bearing mengalami kerusakan.
Sangatlah penting melakukan pelumasan pada pin dan bearing untuk meyakinkan
tidak terjadi keausan.

Gambar 7. Discoloration
FRICTION BEARING

c. Korosi
Air dan uap akan menyebabkan korosi. Ini terlihat seperti bekas lubang atau
karat. Penanganan yang ceroboh atau penyimpanan bearing yang tidak benar setelah
pencucian dapat menyebabkan korosi pada permukaan. Bearing harus dilumasi dan
dibungkus dengan kertas yang diberi oli meskipun untuk periode penyimpanan yang
singkat.

Gambar 7. corrosion
d. Brinelling
Brinelling dapat terjadi ketika bearing kelebihan beban atau salah dalam
pemasangan, yaitu timbulnya lekukan-lekukan lubang pada raceway.

Gambar 8. Brinelling
e. Spalling
Permukaan yang berlubang-lubang pada bearing disebabkan karena logam terlalu
tertekan yang disebut sebagai kelelahan logam. Ini bisa disebabkan oleh penyetelan
FRICTION BEARING

yang terlalu longgar, yang membuat dampak atau beban kejut pada permukaan
bearing. kelebihan beban pada bearing adalah kemungkinan penyebab lainnya.

Gambar 9. Spalling damage


f. Fretting
Fretting merupakan tanda pengikisan yang disebabkan oleh pergerakan.
Umumnya terjadi ketika bearing terlalu longgar pada dudukannya atau shaft.

Gambar 10. Fretting

6. Pemasangan Dan Pelepasan Friction Bearing


a. Penggunaan Peralatan Tekan (Press)

Gambar 11. Menekan bearing dari shaft;


FRICTION BEARING

Inner Race ditopang pada bed yang terdapat pada press Saat menggunakan hydraulic
press untuk melepas bearing dari shaft, tempatkan penyangga hanya dibawah inner race
bearing. Naikkan tekanan pada shaft hingga bearing dan shaft terpisah. Yakinkan shaft
segaris dengan press guna meyakinkan shaft tidak terlempar karena misalignment.

b. Penggunaan Pipa atau Tube

Gambar 12. Tool penekan berbentuk tube digunakan untuk mengganti bearing pada shaft.
Kekuatan diaplikasikan hanya pada race dalam.

Bearing dapat dilepas dari shaft menggunakan sepotong pipa dengan ukuran
yang pas dengan shaft dan inner race seperti terlihat pada gambar 12. Press harus
dipergunakan untuk mengganti bearing, namun jika dibutuhkan, dapat juga
dipergunakan hammer. Sebelum menekan atau memukul bearing yakinkan
kesesumbuan dan tidak miring.

c. Pemasangan bearing dengan cara shrinkage fit (pemasangan dengan cara ditekan
pada suhu tinggi agar dapat duduk dengan pas dan terikat ketat saat suhu bearing
turun) Jangan menaikkan suhu pemanasan lebih dari 120 ºC, karena kekerasan akan
rusak dan umur bearing akan pendek.
FRICTION BEARING

Gambar 13. Shrinkage fit

d. Pemasangan bearing dengan cara expansion fit (pemasangan dengan cara ditekan
pada suhu rendah/dingin agar dapat duduk pas dan terikat ketat saat suhu bearing
kembali normal)

➢ Pekerjaan pemasangan harus dilakukan dengan cepat karena suhu cepat sekali
naik.

➢ Jangan memukul bearing dengan hammer besi, karena saat dingin sekali
bearing menjadi getas.

Gambar 14. Expansion fit

Anda mungkin juga menyukai