Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PRAKTIK SUSPENSI DAN FRONT WHEEL


ALIGNMENT (FWA)
Mata Kuliah : Praktik Chasis dan Pemindah Daya

Rombel : 004

Dosen Pengampu
Drs. Suwahyo, M.pd
Adhetya Kurniawan, S.pd., M.pd.

Oleh :

Revian Al Giffari (5202415012)


Husnul Ansaqi (5202415014)
Susanto (5202415017)
Afandi (5202415021)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF S1


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
Hari/Tanggal SUSPENSI DAN Waktu
FRONT WHEEL
12 Oktober 2017 07.30 s.d Selesai
ALIGNMENT

A. TUJUAN
Setelah menyelesaikan praktik Suspensi dan Front Wheel Alignment, diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Mengidentifikasi sistem suspensi pada kendaraan.
2. Mengenali jenis praktik Front Wheel Alignment.
3. Melakukan pemeriksaan dan pengukuran jenis Front Wheel Alignment.
4. Melakukan analisis gejala dari pemeriksaan Front Wheel Alignment.
5. Melakukan servis (perawatan dan perbaikan) Front Wheel Alignment.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Satu unit mobil Isuzu
2. Tool box set
3. Pressure gauge
4. Camber Caster Kingpin Gauge (CCKG)
5. Turning radius gauge

C. KESELAMATAN KERJA
1. Menggunakan pakaian praktik (wearpack)
2. Berdoa sebelum dan sesudah praktik
3. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya
4. Jangan bercanda terlalu berlebihan ketika praktik
5. Mematuhi tata tertib laboratorium praktik
6. Membersihkan area kerja setelah selesai praktik
7. Bertanya ke instruktur jika terjdi kesulitan
D. LANGKAH KERJA
1. Pengidentifikasian Sistem Suspensi

Dasar teori sistem suspensi


 Pengertian Sistem Suspensi
Sistem suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang berfungsi
meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang
tidak rata yang dapat meningkatkan kenyamanan berkendara dan pengendalian
kendaraan.
 Fungsi Sistem Suspensi
Adapun fungsi sistem suspensi pada kendaraan adalah sebagai berikut :
a. Selama kendaraan berjalan, kendaraan secara bersama-sama dengan roda
menyerap getaran, guncangan dan kejutan dari permukaan jalan, hal ini
untuk memberikan kenyamanan dan keamanan penumpang.
b. Memindahkan gaya pengereman dan gaya gerak ke bodi melalui gesekan
antara jalan dengan roda-roda.
c. Menopang bodi pada axle dan memelihara letak geometris antara bodi dan
roda-roda.
 Prinsip Kerja Sistem Suspensi Secara Umum
Saat roda roda menerima kejutan dari permukaan jalan, maka akan
diteruskan ke lower maupun upper arm, lalu gaya tersebut ditahan oleh pegas dan
mengakibatkan terjadinya pemendekan dan pemanjangan pegas, kemudian gaya
pemegasan diperhalus oleh peredam getaran (shock absorber) agar tidak terjadi
oksilasi berlebihan. Hal ini memungkinkan roda roda tetap menapak pada jalan.
Suspensi double wishbone

Pada suspensi ini roda-roda tidak disambung melalui poros-poros sehingga roda kanan dan
kiri bergerak sendiri-sendiri. Suspensi tipe wishbone dibagi menjadi 2 bagian yaiotu
wishbone bagian atas dan wishbone bagian bawah. Suspensi ini biasanya digunakan pegas
coil.
Adapun bagian-bagian dari sistem suspensi beserta fungsi-fungsinya antara lain :
1. Pegas koil, berfungsi untuk meredam penugasan dengan arah tegak lurus dan
menyerap getaran yang diterima roda.
2. Shock Absorber, berfungsi untuk meredam goncangan naik turun pada pegas koil
3. Lower dan upper wishbone arm, berfungsi sebagai lengan ayun pada suspense
4. Stabilizer bar, berfungsi untuk mengurangi kemiringan kendaraan akibat gaya
sentrifugal pada saat kendaraan membelok
5. Bumper, berfungsi untuk sebagai pelindung frame axel, shock absorber san lain-
lain pada sat pegas mengerut dan mengembang diluar batas maksimum
6. Ball joint, sebagai sumbu potar ruda pada saat kendaraan membelok
Kelebihan suspensi double wishbone
 Karena bentuknya yang sangat kokoh dengan adanya lengan bagian atas ( upper
arm ) serta lengan bagian bawah ( lower arm ) ini maka sistem suspensi ini mampu
mencengkeram posisi roda agar tidak bergeser dari posisinya, serta mampu
meredam daya tekan baik dari atas, depan maupun samping.
 Posisi double wishbone ini mampu menahan posisi roda agar tetap tegak lurus
terhadap permukaan aspal jalan sehingga mampu meminimalisir pergerakan atau
pergeseran roda sehingga sangat mudah dikendalikan dan terasa nyaman.
 Memiliki control camber yang sangat sempurna.
Kekurangan suspensi double wishbone
 Harga suspensi model ini tergolong mahal ketimbang sistem suspensi lainnya.
 Harga per part dari suspensi ini juga sangat mahal melihat suspensi ini tersusun dari
banyak bagian yang sewaktu waktu terjadi kerusakan pada salah satu bagiannya.
 Untuk rancangan double wishbone model lama akan membuat tingkat pengikisan
ban jauh lebih besar ( cepat aus ) karena untuk model lama antara upper arm dan
lower arm dibuat paralel dengan panjang yang sama contohnya pada jenis toyota
kijang kapsul dan kijang innova. Namun untuk rancangan yang baru tidak demikian
karena desain dari upper arm dibuat lebih pendek dan tidak paralel guna
meminimalisir keausannya, contoh pada upper arm milik toyota fortuner.
Tingkat kerusakan ball joint terutama ball joint atas lebih besar untuk jenis suspensi
upper arm model lama, namun tidak untuk suspensi upper arm model.
2. Pengukuran Front Wheel Alignment (FWA)

GAMBAR KERJA LANGKAH KERJA

PEMASANGAN ALAT PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN


1. Pemasangan turning radius gauge.
Pemasangan turning radius gauge dimulai
dengan cara :
1. Pemposisian kedua roda depan pada
keadaan lurus ke depan.
2. Pengangkatan kendaraan dengan alat
dongkrak.
3. Pemposisian turning radius gauge pada
bawah kedua roda sebelum praktik
Front Wheel Alignment.
4. Penurunan dan pelepasan dongkrak
pada kendaraan.
5. Pemastian sumbu roda pada posisi 0
derajat pada alat turning radius gauge.
2. Pemasangan Camber Caster Kingpin
Gauge (CCKG)
1. Pelepasan wheel bearing cap.
2. Pelurusan center rod dari CCKG
dengan spindle.

PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN


1. Pengukuran dan pemeriksaan camber
 Penepatan posisi gelembung udara (D
bubble) pada level di titik “0”.

 Pembacaan skala gelembung udara


pada camber gauge (A bubble).
 Pengukuran dilakukan pada kedua roda
kanan dan kiri secara bergantian.
 Hasil : 1. Roda kanan : + 0,25 derajat
2. Roda kiri : + 0,75 derajat
 Kesimpulan : Hasil pengukuran dan
pemeriksaan camber pada roda kanan
dan kiri tidak sama maka perlu
dilakukan pengecekan faktor
pendukung dari front wheel alignment.

2. Pengukuran dan pemeriksaan caster


 Pemposisian roda pada sudut 20 derajat
ke arah luar dengan memutar steer.

 Penepatan posisi gelembung udara (D


bubble) pada level di titik “0”.

 Penyetingan posisi gelembung udara


caster degree (B bubble) pada posisi
“0” dengan cara memutar adjusting
screw pada penyetelan caster.

 Pengembalian posisi roda 20 derajat ke


arah semula (0 derajat).

 Penyetingan kembali posisi gelembung


udara (D bubble) pada posisi “0”.

 Proses pembacaan hasil dengan cara


melihat posisi gelembung udara (B
bubble) pada caster degree.
 Proses pengukuran dan pemeriksaan
caster dilakukan secara bergantian pada
roda kanan dan kiri.
 Hasil : 1. Roda kanan : + 1,5 derajat
2. Roda kiri : + 2 derajat
 Kesimpulan : Hasil pengukuran dan
pemeriksaan caster pada roda kanan
dan kiri tidak sama maka perlu
dilakukan pengecekan faktor
pendukung dari front wheel alignment.

3. Pengukuran dan pemeriksaan steering axis


(Kingpin) inclination.
 Pemposisian roda pada sudut 20 derajat
ke arah luar dengan memutar steer.

 Penepatan posisi gelembung udara (D


bubble) pada level di titik “0”.

 Penyetingan posisi gelembung udara


kingpin inclination degree (C bubble)
pada posisi “0” dengan cara memutar
adjusting screw pada penyetelan caster.

 Pengembalian posisi roda 20 derajat ke


arah semula (0 derajat).

 Proses pembacaan hasil dengan cara


melihat posisi gelembung udara (C
bubble) pada kingpin inclination
degree.
 Proses pengukuran dan pemeriksaan
caster dilakukan secara bergantian pada
roda kanan dan kiri.
 Hasil : 1. Roda kanan : + 6,25 derajat
2. Roda kiri : + 6,75 derajat
 Kesimpulan : Hasil pengukuran dan
pemeriksaan steering axis (kingpin)
inclination pada roda kanan dan kiri
tidak sama maka perlu dilakukan
pengecekan faktor pendukung dari front
wheel alignment.

4. Pemerikasan toe angle (toe in dan toe out)


 Pengukuran jarak bagian depan roda
depan menggunakan alat ukur roll
meter. Pengukuran dimulai dari garis
tengah (sumbu) pada setiap roda, yaitu
roda kanan dan roda kiri pada bagian
depan.

 Pengukuran jarak bagian belakang roda


depan. Pengukuran dilakukan
menggunakan alat ukur roll meter.
Pengukuran dimulai dari garis tengah
(sumbu) pada setiap roda, yaitu roda
kanan dan roda kiri pada bagian
belakang.

 Hasil : Jarak bagian depan : 220 cm


Jarak bagian belakang : 230 cm
 Kesimpulan : Jarak bagian depan lebih
kecil dari jarak bagian belakang roda
depan, maka kendaraan Isuzu ini
memiliki toe in karena akibat dari
camber positif.

5. Pemeriksaan turning radius


 Pemutaran secara penuh setir kendaraan
ke arah kanan dan ke arah kiri secara
bergantian.

 Pengamatan dan pembacaan hasil ukur


derajat sudut yang dibentuk.
 Hasil : 1. Arah kanan
Roda terluar (alpha) : 32”
Roda terdalam (beta) : 23”
2. Arah kiri
Roda terluar (alpha) : 32”
Roda terdalam (beta) : 23”
 Kesimpulan : Roda kanan dan kiri
memiliki sudut belok yang sama besar,
maka kondisi saat membelok kendaraan
masih baik.

E. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI (Trouble Shooting)

Front Wheel Alignment (FWA)


1. Kendaraan miring ke satu arah
Cara mengatasi : penyetelan Front Wheel Alignment (FWA) pada camber dan
steering axis (kingpin) inclination, karena posisi kendaraan miring ke satu arah
maka perlu dilakukan penyetelan baik pada roda kanan maupun roda kiri depan.
2. Keausan tidak merata
Cara mengatasi : Cek kondisi tekanan ban, cek penyetelan ketinggian pegas
suspensi, jika sudah dicek dan kondisi baik, maka perlu melakukan penyetelan
Front Wheel Alignment (FWA) pada camber, caster, steering axis (kingpin)
inclination dan turning radius.

3. Kembalinya setir tidak sempurna


Cara mengatasi : Lakukan penyetelan pada steering linkage apakah posisi setir
untuk menggerakkan roda kanan dan kiri depan telah dimulai dari titik sumbu
(0). Proses selanjutnya yaitu dilakukan Front Wheel Alignment (FWA) untuk
memastikan kondisi sumbu simetris roda agar setir dapat mulai dan berakhir di
titik 0 derajat.

F. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktik identifikasi sistem suspensi dan Front Wheel
Alignment (FWA), dapat disimpulkan bahwa sistem suspensi masih baik dan
tahapan atau proses Front Wheel Alignment (FWA) yang dilakukan terdiri dari
pemasangan peralatan pengukuran kemudian penganalisisan dan pemahaman
langkah setiap jenis pengukuran dan pemeriksaan, selanjutnya dilakukan
pengukuran dan pemeriksaan pada saat praktik Front Wheel Alignment (FWA)
untuk mengetahui kondisi setelan sudut geometris roda kendaraan.

Anggota Kelompok :

Revian Al Giffari (5202415012)


Husnul Ansaqi (5202415014)
Susanto (5202415017)
Afandi (5202415021)

Semarang, 18 Oktober 2017


Mengetahui,

Dosen Pengampu 1 Dosen Pengampu 2

Drs. Suwahyo, M.Pd Adhetya Kurniawan, S.Pd., M.Pd


NIP. 195905111984031002 NIP. 198505172015041001

Anda mungkin juga menyukai