Anda di halaman 1dari 11

PENGKAJIAN RESEP

Pasien (laki-laki, 37 tahun) mengunjungi dokter mengeluh sakit pada tenggorokan, batuk-
batuk, demam, suara serak dan sampai kehilangan suara.
Dokter mendiagnosa pasien tersebut menderita Laringitis
Pasien menyerahkan resep kepada apoteker sebagai berikut.

dr. Geulis.,Sp THT


Jl. Ramai No. 1 Bandungtelp 022-8888888
SIP: 000123456

Bandung, 28 Mei 2017

R/ Ciprofloxacin 500 mg tab No. X


S 2 dd 1

R/ Parasetamol 500 mg tab No. X


S 3 dd 1

R/ Provital Plus caps No V


S 1 dd 1

Pro : Tn. Kasep(37 thn)


Alamat : Jl. Bunga No. 1 Bandung
NAMA/NPM : Amila Sholihat / 21162056

A. KELENGKAPAN ADMINISTRATIF

Persyaratan Ada/tidak Penatalaksanaan

Administrasi meliputi :

 Nama pasien
Ada Tn. Kasep
 Alamat pasien
Ada Jl. Bunga No. 1 Bandung
 Umur/berat badan
Ada 37 tahun
 Jenis kelamin
Ada Tn (laki-laki)
 Nama dokter
Ada dr. Geulis.,Sp THT
 Nomor ijin (SIP)
Ada SIP: 000123456
 Alamat dokter/no telp Jl. Ramai No. 1 Bandung
Ada
Telp 022-8888888
 Paraf/tanda tangan dokter
Ada
 Tempat dan tanggal penulisan
Ada Bandung, 28 Mei 2017
resep

B. MASALAH FARMASETIK

a. Ciprofloxacin Tablet
Ada
 Bentuk sediaan b. Paracetamol Tablet
c. Provital Plus Capsul
a. Ciprofloxacin 500mg
Ada
 Kekuatan sediaan/volume b. Paracetamol 500mg
sediaan c. Provita Plus (-)
a. Ciprofloxacin 10 tablet
Ada
 Jumlah obat b. Paracetamol 10 tablet
c. Provita Plus 5 kapsul
 Stabilitas Tidak Ada -

Pengkajian resep
NAMA/NPM : Amila Sholihat / 21162056

C. TELAAH KLINIK

NO Masalah Ada/tidak ada Penatalaksanaan


(jika “ada “ tulis nama obat)
1 Seleksi obat tidak tepat Ada, Ciprofloxacin Ciprofloxacin diindikasikan untuk
ISK, uterus dan servisitis gonore,
infeksi saluran cerna termasuk
demam tipoid, infeksi saluran nafas
kecuali pneumonia, infeksi kulit
dan jaringan lunak, infeksi tulang
dan sendi.
Antibiotik yang tepat diberikan
pada pasien yaitu golongan
penisilin, seperti Amoxicilin.

2 Obat tanpa indikasi Ada, Provital plus Tidak perlu diberikan provilat plus.

3 Indikasi tidak diobati Ada, batuk Diberikan obat batuk pada pasien.

4 Potensi Interaksi obat Tidak Ada

5 Reaksi Obat Merugikan Tidak Ada

6 Duplikasi Tidak Ada

7 Gagal menerima terapi obat Tidak Ada

8 Dosis subterapi Tidak Ada

9 Dosis lebih Tidak Ada

Pengkajian resep
ASPEK PELAYANAN FARMASI

Nama Obat Provital Plus


Ciprofloxacin Parasetamol
caps
Mekanisme Kerja Obat Ciprofloxacin adalah Parasetamol
antibiotik yang termasuk (acetaminophen)
dalam golongan sebagai analgesik
fluorokuinolon yang (antinyeri) dan
merupakan generasi ke antipiretik (penurun
2. Obat ini bekerja panas). Dengan
melakukan mekanisme kerja
penghambatan terhadap menghalangi produksi
dua jenis enzim prostaglandin, yang
topoisomerase yaitu merupakan bahan kimia
enzim DNA gyrase dan yang terlibat dalam
enzim topoisomerase IV. transmisi pesan rasa
Kedua enzim tersebut sakit ke otak. Dengan
berperan dalam mengurangi produksi
pembentukan DNA sel prostaglandin,
bakteri. Dengan parasetamol membantu
mekanisme kerja meredakan rasa sakit,
tersebut ciprofloxacin seperti sakit kepala,
dapat membunuh sakit/nyeri pada
bakteri sehingga obat ini anggota tubuh lainnya
digolongkan sebagai dan demam atau panas.
bakterisidal. Obat ini
merupakan antibiotik
broad spectrum
(spektrum luas) yang
aktif mematikan bakteri
gram negatif maupun
gram positif.

Indikasi Infeksi kuman gram Penurun panas Untuk membantu


positif dan gram negatif. (analgesik) dan dapat memenuhi
Profilaksis pada bedah digunakan sebagi obat kebutuhan vit &
saluran cerna bagian penghilang rasa sakit mineral pada
atas. dari segala jenis seperti kondisi tubuh yang
sakit kepala, sakit gigi, menurun pada saat
nyeri pasca operasi, bekerja keras atau
nyeri sehubungan berolahraga dan
dengan pilek, nyeri otot selama sakit. Untuk
pasca-trauma, sakit memelihara
kepala migrain, kesehatan tubuh.
dismenore dan nyeri Suplemen makanan
sendi. untuk memperbaiki
daya tahan tubuh.
Dosis Ciprofloxacin 250 mg per Guidelines: 325-650 mg 1 kapsul lunak/hari
tablet atau ciprofloxacin diminum setiap 4 atau 1 tablet salut
500 mg per tablet sampai 6 jam atau 1000 selaput 1x/hari
mg setiap 6 sampai 8
jam.

Paling sering adalah


Paracetamol 500mg
tablet: 500 mg tablet
oral setiap 4 sampai 6
jam.

Interaksi Analgetik: Resin penukar-anion:


meningkatkan risiko kolestiramin
kejang dengan AINS. menurunkan absorpsi
Antasid dan paracetamol.
Adsorben: mengurangi Antikoagulan:
absorpsi ciprofloxacin. penggunaan
Antikoagulan: efek paracetamol secara
anti koagulan dari rutin dalam waktu
nikumalon dan yang lama dapat
warfarin ditingkatkan meningkatkan
oleh ciproflixacin. warfarin.

Efek Samping Umum adalah mual, Ruam atau


muntah, diare, fungsi pembengkakan bisa
hati abnormal, dan ruam menjadi tanda dari
kulit. Cukup sering yaitu reaksi alergi. Hipotensi
sakit kepala, pusing, dan (tekanan darah rendah).
insomnia. Jarang yaitu Kerusakan hati dan
tremor, psikotik, ginjal.
paranoia, halusinasi,
kecemasan, dan
percobaan bunuh diri.

Kontraindikasi Penderita yang Alergi parasetamol atau


mempunyai riwayat acetaminophen,
alergi terhadap gangguan fungsi hati
ciprofloxacin dan dan penyakit hati,
golongan quinolon lain gangguan fungsi ginjal
Penderita yang serius, shock, overdosis
mempunyai riwayat acetaminophen, gizi
epilepsi atau gangguan buruk.
kejang lainnya. Penderita
yang mempunyai riwayat
ruptur tendon Penderita
yang merupakan wanita
hamil dan ibu menyusui.
Perhitungan Racikan

Jumlah obat Peracikan pulveres/kapsul


Nama Obat Nama obat
No. yang Kadar obat per Jumlah
tertulis di resep yang diambil
diambil pulv/kapsul pulv/kapsul
Ciprofloxacin 500 Ciprofloxacin
1. 10 tablet - -
mg 500 mg
Parasetamol 500 Parasetamol 500
2. 10 tablet - -
mg mg
3. Provital Plus Provital Plus 5 kapsul - -

Perhitungan Dosis

Nama Obat Dosis minimall/ Dosis maksimal/ Dosis sesuai/tidak


frekuensi pemberian frekuensi pemberian sesuai
minimal maksimal
Ciprofloxacin Ringan- sedang: sehari Ringan-sedang : sehari 2x S 2 dd 1 (sesuai)
500 mg 2x 250 mg atau 500 500 mg atau 1000 mg/hari
mg/hari.

Berat : sehari 2x 500 mg Berat : sehari 2x 750 mg


atau 1000 mg/hari atau 1500 mg/hari.
(mims, halaman: 206) (mims, halaman: 206)
Parasetamol 500 mg 2000 mg S.3.dd.1(sesuai)
500 mg (Farmakope Indonesia, (Farmakope Indonesia,
Edisi III) Edisi III)

Provital Plus Sehari 1 kapsul Sehari satu kapsul S.1.dd.1 (sesuai)


(MIMS, hal. 313) (MIMS, hal. 313)
I. ASPEK FARMAKOTERAPI
A. Definisi penyakit
Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
atau jamur. Laringitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebihan,
pajanan terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita suara. Refluks gastroesofageal,
bronkitis, dan pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis. Laringitis pada anak sering
diderita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun, dan biasanya disertai inflamasi pada trakea
dan bronkus dan disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh
virus, yaitu virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza A dan B, RSV, dan virus campak.
Selain itu, M. pneumonia juga dapat menyebabkan croup.

B. Patofisiologi
Laringitis diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu laringitis akut dan laringitis kronik.
Laringitis akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara yang berlebih,
inhalasi polutan lingkungan. Laringitis akut ditandai dengan afonia atau hilang suara dan
batuk menahun. Gejala ini semakin diperparah dengan keadaan lingkungan yang dingin dan
kering. Sedangkan, laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari,
biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat. Nyeri
tenggorokan dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu
oleh udara dingin atau minuman dingin. Pada pasien yang memiliki alergi, uvula akan
terlihat kemerahan.
Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan juga dapat
diakibatkan oleh penyakit traktus urinarisu atas kronik, merokok, pajanan terhadap iritan
yang bersifat konstan, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari laringitis kronik ini yaitu
nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara serak, dan terdapat edema pada laring.
Laringitis akut adalah radang mukosa vokal vaskular dan berlangsung kurang dari 3
minggu. Bila etiologi radang tenggorokan akut menular, sel darah putih menghilangkan
mikroorganisme selama proses penyembuhan. Lipatan vokal kemudian menjadi lebih
edema, dan getaran terpengaruh. Tekanan ambang batas fonasi dapat meningkat sampai
pada tingkat yang menghasilkan tekanan fonasi yang memadai dengan cara normal menjadi
sulit, sehingga menimbulkan suara serak. Hasil aphonia Frank saat pasien tidak dapat
mengatasi tekanan ambang batas fonasi yang dibutuhkan untuk mengatur lipatan vokal
dalam gerak.
Selaput selaput lipatan vokal biasanya berwarna merah dan bengkak. Pitch yang
diturunkan pada pasien laring adalah hasil penebalan yang tidak teratur sepanjang seluruh
lipatan vokal. Beberapa penulis percaya bahwa lipatan vokal lebih kaku daripada mengental.
Tindakan pengobatan konservatif, seperti yang diuraikan di bawah, biasanya cukup untuk
mengatasi peradangan laring dan mengembalikan lipatan vokal ke aktivitas getaran normal
mereka.
C. Etiologi
Laringitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Virus merupakan etiologi
laringitis yang paling sering, yaitu rhinovirus, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus,
coxsackievirus, coronavirus, dan respiratory synsitial virus (RSV). Sedangkan, beberapa
bakteri yang menyebabkan laringitis yaitu:
 Streptokokus grup A
 Diphtheriae
 Moraxella Catarrhalis
Mycobacterium tuberculosis; laringitis akibat bakteri ini biasanya sulit dibedakan
dengan kanker laring karena tidak terdapat tanda, gejala, dan hasil pemeriksaan radiologis
yang spesifik.
Jamur juga dapat menyebabkan laringitis, yaitu:
 Histoplasma
 Blastomyces; biasanya menyebabkan laringitis sebagai komplikasi dari inflamasi
sistemik
 Candida; biasanya menyebabkan laringitis dan esofagitis pada pasien imunosupresi
 Coccidioides
 Cryptococcus
Laringitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebihan, pajanan
terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita suara. Refluks gastroesofageal, bronkitis,
dan pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis. Selain itu, laringitis berkaitan dengan
rinitis alergi. Onset dari laringitis berhubungan dengan perubahan suhu yang tiba-tiba,
malnutrisi, atau keadaan menurunnya sistem imun.

D. Manifestasi Klinik

a. Pasien datang dengan keluhan suara serak atau hilang suara (afonia).
b. Gejala lokal seperti suara parau, seperti suara yang kasar atau suara yang susah keluar
atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa/normal bahkan sampai tidak
bersuara sama sekali(afoni). Hal ini terjadi karena gangguan getaran serta ketegangan dalam
pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan.
c. Sesak nafas dan stridor.
d. Nyeri tenggorokan, terutama nyeri ketika menelan atau berbicara.
e. Gejala radang umum, seperti demam, malaise.
f. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
g. Gejala common cold, seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur
yang tidak mengalami peningkatan dari 38o C.
h. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti edema subglotis yang terjadi dalam
beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, nafas
berbunyi, air hunger, sesak semakin bertambah berat.
i. Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari, biasanya
tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan
dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu oleh udara dingin
atau minuman dingin.

E. Guideline/Algorithma Theraphy/pedomanpenatalaksanaan

Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
a. Istirahat suara (vocal rest).
b. Rehabilitasi suara (voice therapy), bila diperlukan.
c. Meningkatkan asupan cairan.
d. Bila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa endotrakea, atau
trakeostomi.

2. Medikamentosa
a. Parasetamol atau Ibuprofen sebagai antipiretik dan analgetik.
b. Pemberian antibiotik dilakukan bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa
Streptokokus grup A ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang dapat
digunakan yaitu golongan Penisilin.
c. Proton Pump Inhibitor pada laringitis yang disebabkan oleh refluks laringofaringeal.
d. Kortikosteroid dapat diberikan jika laringitis berat.
e. Laringitis tuberkulosis: obat antituberkulosis.
f. Laringitis luetika: penisilin dengan dosis tinggi.

Rencana Tindak Lanjut


Pemeriksaan laringoskopi indirek kembali untuk memeriksa perbaikan organ laring.

Konseling dan Edukasi


Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
2. Menghentikan merokok.
Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering dan
mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan membantu
menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah
untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan
kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan
menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan
dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.
3. Mengistirahatkan pasien berbicara dan bersuara atau tidak bersuara berlebihan.
4. Menghindari makanan yang mengiritasi atau meningkatkan asam lambung.
F. Referensi

 Adam, GL. Boies LR. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC.
1997.
 Hermani,B. Abdurrachman, H. Cahyono, A. Kelainan Laring dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed. ke-6.Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
 Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8. McGraw-Hill.
2003.
 Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke-2, Jakarta: FKUI, 2003,
931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama, 2006, 13-20
 Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And
Head-Neck Surgery, Calcutta, publisher Mohendra Nath Paul, 1996: 391-99
 Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath Desease,
New york, Thieme medical publisher: 1994: 414-15
 medicine.medscape.com
 pediatriadelspirineus.org
FKTL (Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut)
Pengkajian Resep

Disusun Oleh :

Amila Sholihat
(21162056)

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
BANDUNG
2017

Anda mungkin juga menyukai