Pasien (laki-laki, 37 tahun) mengunjungi dokter mengeluh sakit pada tenggorokan, batuk-
batuk, demam, suara serak dan sampai kehilangan suara.
Dokter mendiagnosa pasien tersebut menderita Laringitis
Pasien menyerahkan resep kepada apoteker sebagai berikut.
A. KELENGKAPAN ADMINISTRATIF
Administrasi meliputi :
Nama pasien
Ada Tn. Kasep
Alamat pasien
Ada Jl. Bunga No. 1 Bandung
Umur/berat badan
Ada 37 tahun
Jenis kelamin
Ada Tn (laki-laki)
Nama dokter
Ada dr. Geulis.,Sp THT
Nomor ijin (SIP)
Ada SIP: 000123456
Alamat dokter/no telp Jl. Ramai No. 1 Bandung
Ada
Telp 022-8888888
Paraf/tanda tangan dokter
Ada
Tempat dan tanggal penulisan
Ada Bandung, 28 Mei 2017
resep
B. MASALAH FARMASETIK
a. Ciprofloxacin Tablet
Ada
Bentuk sediaan b. Paracetamol Tablet
c. Provital Plus Capsul
a. Ciprofloxacin 500mg
Ada
Kekuatan sediaan/volume b. Paracetamol 500mg
sediaan c. Provita Plus (-)
a. Ciprofloxacin 10 tablet
Ada
Jumlah obat b. Paracetamol 10 tablet
c. Provita Plus 5 kapsul
Stabilitas Tidak Ada -
Pengkajian resep
NAMA/NPM : Amila Sholihat / 21162056
C. TELAAH KLINIK
2 Obat tanpa indikasi Ada, Provital plus Tidak perlu diberikan provilat plus.
3 Indikasi tidak diobati Ada, batuk Diberikan obat batuk pada pasien.
Pengkajian resep
ASPEK PELAYANAN FARMASI
Perhitungan Dosis
B. Patofisiologi
Laringitis diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu laringitis akut dan laringitis kronik.
Laringitis akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara yang berlebih,
inhalasi polutan lingkungan. Laringitis akut ditandai dengan afonia atau hilang suara dan
batuk menahun. Gejala ini semakin diperparah dengan keadaan lingkungan yang dingin dan
kering. Sedangkan, laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari,
biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat. Nyeri
tenggorokan dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu
oleh udara dingin atau minuman dingin. Pada pasien yang memiliki alergi, uvula akan
terlihat kemerahan.
Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan juga dapat
diakibatkan oleh penyakit traktus urinarisu atas kronik, merokok, pajanan terhadap iritan
yang bersifat konstan, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari laringitis kronik ini yaitu
nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara serak, dan terdapat edema pada laring.
Laringitis akut adalah radang mukosa vokal vaskular dan berlangsung kurang dari 3
minggu. Bila etiologi radang tenggorokan akut menular, sel darah putih menghilangkan
mikroorganisme selama proses penyembuhan. Lipatan vokal kemudian menjadi lebih
edema, dan getaran terpengaruh. Tekanan ambang batas fonasi dapat meningkat sampai
pada tingkat yang menghasilkan tekanan fonasi yang memadai dengan cara normal menjadi
sulit, sehingga menimbulkan suara serak. Hasil aphonia Frank saat pasien tidak dapat
mengatasi tekanan ambang batas fonasi yang dibutuhkan untuk mengatur lipatan vokal
dalam gerak.
Selaput selaput lipatan vokal biasanya berwarna merah dan bengkak. Pitch yang
diturunkan pada pasien laring adalah hasil penebalan yang tidak teratur sepanjang seluruh
lipatan vokal. Beberapa penulis percaya bahwa lipatan vokal lebih kaku daripada mengental.
Tindakan pengobatan konservatif, seperti yang diuraikan di bawah, biasanya cukup untuk
mengatasi peradangan laring dan mengembalikan lipatan vokal ke aktivitas getaran normal
mereka.
C. Etiologi
Laringitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Virus merupakan etiologi
laringitis yang paling sering, yaitu rhinovirus, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus,
coxsackievirus, coronavirus, dan respiratory synsitial virus (RSV). Sedangkan, beberapa
bakteri yang menyebabkan laringitis yaitu:
Streptokokus grup A
Diphtheriae
Moraxella Catarrhalis
Mycobacterium tuberculosis; laringitis akibat bakteri ini biasanya sulit dibedakan
dengan kanker laring karena tidak terdapat tanda, gejala, dan hasil pemeriksaan radiologis
yang spesifik.
Jamur juga dapat menyebabkan laringitis, yaitu:
Histoplasma
Blastomyces; biasanya menyebabkan laringitis sebagai komplikasi dari inflamasi
sistemik
Candida; biasanya menyebabkan laringitis dan esofagitis pada pasien imunosupresi
Coccidioides
Cryptococcus
Laringitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebihan, pajanan
terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita suara. Refluks gastroesofageal, bronkitis,
dan pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis. Selain itu, laringitis berkaitan dengan
rinitis alergi. Onset dari laringitis berhubungan dengan perubahan suhu yang tiba-tiba,
malnutrisi, atau keadaan menurunnya sistem imun.
D. Manifestasi Klinik
a. Pasien datang dengan keluhan suara serak atau hilang suara (afonia).
b. Gejala lokal seperti suara parau, seperti suara yang kasar atau suara yang susah keluar
atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa/normal bahkan sampai tidak
bersuara sama sekali(afoni). Hal ini terjadi karena gangguan getaran serta ketegangan dalam
pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan.
c. Sesak nafas dan stridor.
d. Nyeri tenggorokan, terutama nyeri ketika menelan atau berbicara.
e. Gejala radang umum, seperti demam, malaise.
f. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
g. Gejala common cold, seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur
yang tidak mengalami peningkatan dari 38o C.
h. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti edema subglotis yang terjadi dalam
beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, nafas
berbunyi, air hunger, sesak semakin bertambah berat.
i. Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari, biasanya
tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan
dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu oleh udara dingin
atau minuman dingin.
E. Guideline/Algorithma Theraphy/pedomanpenatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
a. Istirahat suara (vocal rest).
b. Rehabilitasi suara (voice therapy), bila diperlukan.
c. Meningkatkan asupan cairan.
d. Bila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa endotrakea, atau
trakeostomi.
2. Medikamentosa
a. Parasetamol atau Ibuprofen sebagai antipiretik dan analgetik.
b. Pemberian antibiotik dilakukan bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa
Streptokokus grup A ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang dapat
digunakan yaitu golongan Penisilin.
c. Proton Pump Inhibitor pada laringitis yang disebabkan oleh refluks laringofaringeal.
d. Kortikosteroid dapat diberikan jika laringitis berat.
e. Laringitis tuberkulosis: obat antituberkulosis.
f. Laringitis luetika: penisilin dengan dosis tinggi.
Adam, GL. Boies LR. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC.
1997.
Hermani,B. Abdurrachman, H. Cahyono, A. Kelainan Laring dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed. ke-6.Jakarta:Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8. McGraw-Hill.
2003.
Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke-2, Jakarta: FKUI, 2003,
931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama, 2006, 13-20
Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And
Head-Neck Surgery, Calcutta, publisher Mohendra Nath Paul, 1996: 391-99
Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath Desease,
New york, Thieme medical publisher: 1994: 414-15
medicine.medscape.com
pediatriadelspirineus.org
FKTL (Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut)
Pengkajian Resep
Disusun Oleh :
Amila Sholihat
(21162056)