Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

Dewasa ini telah banyak perusahaan besar di Indonesia, dengan banyaknya


perusahaan besar yang berada di Indonesia, sehingga perlu diberlakukan Sistem
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) di tiap-tiap perusahaan. SMK3
menurut Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001 adalah
bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan
menerapkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Tidak luputnya tiap-tiap
perusahaan dari bahaya yang terjadi di perusahaan tersebut, sehingga tiap perusahaan
wajib mengidentifikasi potensi bahaya yang berada dalam perusahaan tersebut. Apabila
perusahaan mengabaikan bahaya yang ada dalam perusahaan tersebut, maka hal ini
dapat mengancam keselamatan dan kesehatan pekerja, maka perusahaan tersebut
bisa terkena sanksi. Oleh sebab itu tiap-tiap perusahaan wajib melindungi dan
menjamin kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di perusahaannya
Undang-Undang No.1 tahun 1970 merupakan dasar hukum tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di Indonesia. Undang-undang ini membahas mengenai hak dan
kewajiban tenaga kerja, dan juga persyaratan keselamatan kerja yang harus diterapkan
dalam tiap-tiap perusahaan. Hukum lainnya yang terkait adalah Undang-undang No.13
tahun 2003 yaitu mengenai Ketenagakerjaan, pasal 86 dalam Undang-undang ini
menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja untuk melindungi keselamatan tenaga kerja, sedangkan pasal 87
dalam Undang-undang ini menyebutkan bahwa setiap perusahaan diwajibkan memiliki
SMK3 yang terintegrasi dengan bagian manajemen perusahaan lainnya. Untuk
mematuhi hukum di Indonesia dan untuk meminimalisasikan kecelakaan kerja di
perusahaan maka, diperlukan upaya Identifikasi potensi bahaya yang ada di
perusahaan. Identifikasi potensi bahaya dan juga pengendaliannya dapat
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA)
DAFTAR ISI

1. Tujuan ………………………………… ……………………………………………….. 4

2. Pencegahan Bahaya ………………………………………………………………….. 4

3. Referensi ……………………………………………………………………………….. 5

4. Peralatan Las ……………………………………………………………… ……….. 5

5. Alat Pelindung Diri dan Keselamatan ...……………………………… ……….. 5

6. Persiapan Sebelum Melakukan Pekerjaan ……………………………… ……… 5

7. Prosedur Pengelasan ………………………………………………...……………… 6

7.1. Pengelasan di shop ………………………………… …………………….. 6

7.2. Pengelasan di lapangan ………………………………………… ……….. 7

APPENDIX A - Welding Standard ……………………………………… …………….. 8

APPENDIX B - Welding Electrode ……………………………………………………. 10


1 Tujuan

Prosedur ini merupakan petujuk bagi seluruh karyawan XXXX dan kontraktor
untuk bekerja dengan aman dan selamat saat bekerja di semua lokasi fasilitas
XXXX.

Prosedur ini dibuat berdasarkan pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
untuk pengelasan karbon steel & besi strukture.

2 Potensi Bahaya
Melakukan pengelasan adalah suatu pekerjaan yang sangat beresiko tinggi.
Didalam procedure ini akan dibahas beberapa resiko yang timbul sewaktu
pekerjaan pengelasan.
2.1 Asap
Asap adalah komponen utama yang paling banyak dihasilkan sewaktu proses
pengelasan dimulai, asap ini mengandung carbon monoksida, carbon
monoksida serta partikel yang sangat halus dari iron oxsida. Asap dan gas
beracun yang dihasilkan ini dapat membahayakan kesehatan serius. Pastikan
pengelasan dilakukan pada area terbuka atau daerah yang cukup
ventilasinya. Untuk daerah terbatas diharuskan seorang juru las
menggunakan masker catridge yang sesuai.

Usahakan untuk material yang diberi pelapis agar bisa di bersihkan terlebih
dahulu sebelum dilas karena lapisan yang menenpel pada logam akan
berpotensi menambah asap yang dihasilkan.

Bagi juru las yang melakukan pengelasan material galvanise dan seng
kemudian terpapar asap yang berlebihan akan menimbulkan demam asap
logam dengan gejala suhu tubuh naik, sakit otot, menggigil dan berkeringat.
Gejala ini berkembang dalam beberapa jam setelah terpapar asap. Efek ini
akan hilang dalam waktu dua puluh empat jam tergantung kondisi badan.

Setiap juru las diharuskan menggunakan masker sewaktu melakukan


pengelasan material yang dilapisi dengan seperti galvanis, cat, timah dan
cadmium.
2.2 Kebakaran dan ledakan
Seorang juru las beserta tim yang terlibat dalam pekerjaan pengelasan harus
peduli dan waspada akan terjadinya bahaya kebakaran dan ledakan sewaktu
pekerjaan pengelasan. Tidak ada pekerjaan pengelasan yang dapat
dilakukan didaerah XXXX tanpa dilengkapi dengan Ijin Hot-work Authoriser
area.

Selama pengelasan pekerja harus mengcover daerah tsb dengan


menggunakan fire blanket yang bertujuan agar percikan bunga api dari hasil
pengelasan dapat terkontrol dengan baik. Area tempat pengelasan
berlansung harus bersih dari material dan bahan yang mudah terbakar.
Untuk pengelasan didaerah ketinggian diharuskan untuk mengcover disemua
sisi dari pengelasan untuk menghalangi percikan bunga api jatuh dan
merusak benda serta equipment disekitarnya. Welder diharuskan membawa
tempat penampungan sisa electrode dan tidak dibenarkan untuk
membuangnya sembarangan.

3 Pencegahan Bahaya

2.1. Seluruh pekerjaan pengelasan di Onshore Oil Operation harus mempunyai


Permit Izin Kerja Panas (PTW Hot) yang telah diterbitkan oleh yang
berwenang.

2.2. Seluruh pekerjaan pengelasan harus berjarak minimal 10m dari fasilitas
yang sedang aktif.
Untuk pekerjaan pengelasan diarea kurang 10m dari Pipe line, flow line,
plant dan sumur, untuk perizinan PTW harus dilakukan assessment oleh
safety, operation dan pekerja. Hasilnya dituangkan dalam RBA yang
selanjutnya ditanda-tangani oleh Superintendent area operation. Kemudian
mengiventarisir jarak sumber potensial kebocaran baik dari flange valve
beserta sambungan dan mengirimkan datanya ke HSE engineer untuk dapat
menghitung risk level dan apa yang harus dilakukan untuk meminimise
resiko dari pekerjaan tersebut. Setelah semua regulasi dan syarat untuk
memulai pekerjaan terpenuhi baru Izin dapat diberikan.

2.3. Jaga kebersihan area kerja dan pastikan bahwa akses jalan kerja aman dan
tidak ada material, tools yang menghalangi.

2.4. Tidak diperkenankan bekerja sendiri.


2.5. Alat Pelindung diri harus sesuai standar
2.6. Pastikan kabel grounding telah tertanam dengan baik.
2.7. Bila bekerja diketinggian harus memakai full body hardness yang dilengkapi
dengan double land yard dan pastikan tidak ada orang yang melintas
dibawah area kerja dengan cara memasang barricade / sign board atau
penjaga dibawah area kerja

3. Referensi
1. Welding Procedure Specification (WPS) or WPS that develop by Asset Integrity
for specific welding works.
2. OHSAS 18001, SMK3

4 Peralatan Las

1. Mesin las
2. Kabel las
3. Kawat las (elektroda)
4. Pahat / palu chipping
5. Gerinda electrik
6. Sikat kawat manual
7. Sikat kawat electric

5 Alat Pelindung Diri dan Keselamatan

1. PPE Standar
2. Welding Helmet
3. Apron
4. Sarung tangan las
5. Kacamata safety
6. Pemadam api / APAR / Fire Extinguishers Powder
7. Fire blanket
8. Gas detector
9. Wind sock (jika dibutuhkan)

6 Persiapan Sebelum Melakukan Pengelasan

1. Pastikan Hot Permit dan Izin Kerja Panas telah diterbitkan oleh Departemen
HSE dan sudah di sign oleh Authoriser area.

2. Pastikan WPS / PQR telah disahkan oleh QA/QC

3. Pastikan semua peralatan pengelasan telah diinspeksi oleh departemen terkait


dan HSE sebelum digunakan. Kemudian sudah diberi label pass atau safe for
use dari pihak terkait.

4. Alat pemadam Api dan gas detector harus mempunyai sertifikat dan inspecsi
yang masih berlaku dari Departemen HSE.

5. Persiapkan Izin kerja, PRAC, JSA, PJSM dan Hot Work Certificate
6. PJSM (Pre Jobs Safety Meeting) harus dilakukan yang dipimpin oleh work
leader sebelum melakukan semua pekerjaan tanpa terekcuali dan lembar PJSM
harus ditanda tangani oleh semua anggota yang terlibat dalam suatu pekerjaan.
7 Prosedur Pengelasan

7.1 Pengelasan di shop

7.1.1 Sebelum memulai pekerjaan pastikan bahwa sudah ada prosedur


atau JSA yang valid untuk pengelasan di area shop.

7.1.2 Lakukan inspeksi harian untuk mesin las, kabel power, kabel las,
stang las, grounding clamp, grounding kabel beserta semua tools
yang akan digunakan (gerinda dan chipping hammer). Pastikan
semua layak dan aman untuk digunakan

7.1.3 Siapkan apar / fire extinguisher dilokasi tempat pengelasan dan


disisi rectifier atau welding mesin. Pastikan penempatan apar
dilokasi yang aman dan mudah diambil sewaktu ada emergensi

7.1.4 Pastikan sebelum menghidupkan mesin Kabel dan stang las tidak
ada yang konslet atau bersentuhan antara cable positif dengan
negatif.

4.1.1. Hidupkan mesin / rectifier dan biarkan hingga mesin hidup dengan
sempurna sebelum memulai pengelasan

4.1.2. Atur Amper rectifier / mesin las sesuai dengan elektroda dan
ketebalan structure yang akan disambung

4.1.3. Pastikan titik yang akan dilas sudah bersih dari minyak, cat, grease
dan material selain metal.

4.1.4. Tutup daerah tempat pengelasan dengan sekat yang sudah


disediakan agar tidak mengganggu dan diganggu oleh pekerja lain

4.1.5. Pastikan juru las sudah menggunakan PPE dengan baik dan benar
sebelum memulai pekerjaan

4.1.6. Bersihkan terak besera spatter diarea pengelasan dengan


menggunakan chipping hammer yang standard, kawat brus manual
serta electric power brush dan gerinda mesin jika diperlukan.

4.1.7. Lakukan pendinginan pada temperature lingkungan dan tidak


diizinkan menyiram area pengelasan dengan cairan dalam bentuk
apapun untuk pendinginan.

4.1.8. Bersihkan area dari sisa pengelasan dan material yang tidak
digunakan. Pastikan sampah dan sisa potongan logam dipisahkan
kemudian dimasukkan berdasarkan pengelompokkannya (metal,
organic dan non organic)
4.2. Pengelasan di lapangan

7.1.5 Lakukan inspeksi harian untuk mesin las, kabel power, ekstension
cable, kabel las, stang las, grounding clamp, grounding kabel
beserta semua tools yang akan digunakan (gerinda dan chipping
hammer). Pastikan semua layak dan aman untuk digunakan

7.1.6 Siapkan apar / fire extinguisher dilokasi tempat pengelasan dan


disisi rectifier atau welding mesin. Pastikan penempatan apar
dilokasi yang aman dan mudah diambil sewaktu ada emergensi

7.1.7 Sebelum memulai pekerjaan pastikan sudah ada PTW, JSA, PRAC
dan Hot Work sertificate yang valid dan sudah ditanda tangani oleh
beberapa pihak terkait (responsible person, Authoriser, safety dan
issuer) untuk dapat memulai pengelasan di lapangan.

7.1.8 Setelah semua component PTW dilengkapi, PJSM harus dipimpin


oleh work leader yang akan membacakan langkah kerja yang akan
dilakukan beserta bahaya dan cara mengurangi resiko bahaya
tersebut. Kemudian tanyakan apakah ada dari anggota tim yang
belum memahami step pekerjaannya, pembacaan langkah kerja
harus diulangi kalau ada dari anggota kerja yang belum mengerti
terutama dengan bahaya yang timbul dan cara menguranginya.

7.1.9 Pastikan mesin las sudah dilengkapi dengan spark arrestor jika
bekerja didaerah plant dan 10m dari pipa hydrocarbon yang aktif.
Pastikan kabel arde tertanam dengan sempurna.

4.2.1. Hidupkan mesin / rectifier dan biarkan hingga hidup dengan


sempurna sebelum memulai pengelasan.

4.2.2. Atur Amper rectifier / mesin las sesuai dengan elektroda dan
ketebalan structure yang akan disambung

4.2.3. Pastikan titik yang akan dilas sudah bersih dari minyak, cat, grease
dan material selain metal.

4.2.4. Tutup daerah tempat pengelasan dengan fire blanket dengan


sempurna agar spatter dan percikan api sewaktu pengelasan dapat
dikontrol dengan baik

4.2.5. Pastikan juru las sudah menggunakan PPE dengan baik dan benar
sebelum memulai pekerjaan

4.2.6. Pastikan safety stand-by melakukan pengecekan gas disekitar area


pengelasan dan memastikan tidak ada LEL didaerah tersebut.

4.2.7. Bersihkan terak besera spatter diarea pengelasan dengan


menggunakan chipping hammer yang standard, kawat brus manual
serta electric power brush dan gerinda mesin jika diperlukan.
4.2.8. Lakukan pendinginan pada temperature lingkungan dan tidak
diizinkan menyiram area pengelasan dengan cairan dalam bentuk
apapun untuk pendinginan.

7.1.10 Install scaffolding bila bekerja di ketinggian kemudian pastikan


scaffolding sudah diinspeksi oleh inspektor scaffolding dan sudah di
tagging hijau

APPENDIX
Appendix A – Welding Standard
Appendix B – Welding Electrodes
Appendix D – Part List
Appendix E – Trouble Shooting
Pengelasan Ruang Terbuka

Pada aktivitas pengelasan, material yang di las yaitu logam, bagian-bagian dari
komponen mesin pabrik, roller, plat dan lain-lain.

Berikut merupakan langkah-langkah aktivitas pengelasan di ruang terbuka :

Tahap sebelum pengelasan :


1. Mempersiapkan material yang akan di las
2. Membersihkan material pada obyek yang akan di las
3. Menyambung tang masa
4. Memasang elektroda
5. Mengaktifkan listrik pada mesin las dan mengatur ampere

Tahap pengelasan
1. Aktivitas Pengelasan
2. Mendinginkan material sejenak (pengecekan)
3. Membersihkan material dengan palu terak
4. Mematikan listrik pada mesin las
5. Memindahkan material yang sudah di las
6. Membersihkan area kerja setelah pengelasan

Tahap Penghalusan Material


1. Memindahkan material ke tempat gerinda
2. Menyalakan gerinda
3. Menggrinda / menghaluskan material
Bahaya-bahaya yang berpotensi terjadi pada saat aktivitas pengelasan di ruang
terbuka adalah bahaya terbakar, bahaya ledakan, bahaya tersengat listrik, bahaya
Radiasi (non ionizing), bahaya terbentur dan tertusuk material, bahaya terjepit,
bahaya debu/asap las (fume), bahaya terkena percikan api (spark atau spatter).
Berikut merupakan hasil identifikasi bahaya aktivitas pengelasan listrik di ruang
terbuka dengan menggunakan metode Job Safety Analysis.

Tabel 1. JSA Pengelasan


Tabel 2. Peringkat Potensi Bahaya Pengelasan Ruang Terbuka

Pengelasan Ruang Tertutup


Tahap sebelum pengelasan :
1. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan untuk pengelasan
2. Memasuki area pengelasan (ruang tertutup)
3. Menyambung tang masa
4. Memasang elektroda
5. Mengaktifkan listrik pada mesin las dan mengatur ampere
Tahap pengelasan
1. Pengelasan
2. Mendinginkan material sejenak (pengecekan)
3. Membersihkan material dengan palu terak
4. Mematikan listrik pada mesin las Tahap Penghalusan Material
1. Menghaluskan material dengan gerinda portable
2. Membersihkan dan merapihkan area kerja
Keluar dari area pengelasan
Peringkat Potensi Bahaya Pengelasan Tempat Ketinggian

Pengendalian Bahaya Pengelasan

Administrative Control
Pengendalian aktivitas pengelasan yang dapat dilakukan berdasarkan Administrative
Control adalah dengan mengadakan training atau pelatihan pada pekerja pengelasan
(welder) agar dapat lebih memahami/mengetahui bahaya pengelasan dan
kemampuan pengelasan, mengadakan safety talk sebelum pekerjaan dimulai
mengenai potensi bahaya- bahaya pengelasan serta pengendaliannya, menggunakan
work permit khususnya untuk pengelasan di tempat ketinggian maupun di ruang
tertutup. Komunikasi kepada pihak pekerja agar lebih berhati- hati dan berkonsentrasi
dalam bekerja. Melakukan safety patrol, melakukan rotasi kerja dengan helper atau
melakukan istirahat pada pekerja pengelasan diruang tertutup apabila pekerja
pengelasan mengalami panas dalam ruang tertutup agar terhindar dari bahaya
dehidrasi atau pingsan.
Personal Protective Equipment (PPE)
Pada pengendalian ini adalah pengendalian dengan menggunakan alat pelindung
diri (APD). Pada pengelasan di tempat terbuka alat pelindung diri yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Helmet Welding / Pelindung Muka, berfungsi untuk melindungi muka dan mata
welder dari percikan api dan juga dari sinar ultraviolet dan infra merah saat
pengelasan terjadi.
2. Baju las tahan api, berfungsi untuk menutupi seluruh tubuh dari percikan api dan
juga dari sinar ultraviolet dan infra merah.
3. Lidah sepatu berfungsi untuk menutupi ujung celana agar tetap rapat dan tertutup.
4. Sepatu safety berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan material.
5. Masker hidung berfungsi untuk menghindari debu dan menghindari menghirup asap
atau gas saat pengelasan.
6. Kaca mata las bening, berfungsi untuk menghindarkan mata terhadap loncatan
terak dan serbuk gerinda pada saat membersihkan terak las dan penggerindaan
terhadap benda kerja.
7. Sarung tangan las, berfungsi untuk melindungi tangan terhadap sinar-sinar las dan
juga percikan api dan panas, material tajam serta menghindari dari bahaya tangan
tersetrum.
Pada pengelasan di ruang tertutup alat pelindung diri yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Helmet Welding / Pelindung Muka, berfungsi untuk melindungi muka dan mata
welder dari percikan api dan juga dari sinar ultraviolet dan infra merah saat
pengelasan terjadi.
2. Baju las tahan api, berfungsi untuk menutupi seluruh tubuh dari percikan api dan
juga dari sinar ultraviolet dan infra merah.
3. Lidah sepatu berfungsi untuk menutupi ujung celana agar tetap rapat dan tertutup.
4. Sepatu safety berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan material.
5. Masker hidung berfungsi untuk menghindari debu dan menghindari menghirup
asap atau gas saat pengelasan.
6. Sarung tangan las, berfungsi untuk melindungi tangan terhadap sinar-sinar las
dan juga percikan api dan panas, serta menghindari dari bahaya tangan
tersetrum.
7. Sabuk pengaman/safety belt, berfungsi untuk melindungi pekerja di ketinggian
dari bahaya jatuh.
8. Helmet safety yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan benda lain
yang jatuh.
9. Respirator (Alat pernapasan) berfungsi untuk alat pernapasan pada pekerja
pengelasan saat melakukan pengelasan di ruangan tertutup agar terhindar dari
menghirup asap yang diakibatkan aktivitas pengelasan.

Pada pengelasan di tempat ketinggian alat pelindung diri yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Helmet Welding / Pelindung Muka, berfungsi untuk melindungi muka dan mata
welder dari percikan api dan juga dari sinar ultraviolet dan infra merah saat
pengelasan terjadi.
2. Baju las tahan api, berfungsi untuk menutupi seluruh tubuh dari percikan api dan
juga dari sinar ultraviolet dan infra merah.
3. Lidah sepatu berfungsi untuk menutupi ujung celana agar tetap rapat dan
tertutup.
4. Sepatu safety berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan material.
5. Masker hidung berfungsi untuk menghindari debu dan menghindari menghirup
asap atau gas saat pengelasan.
6. Sarung tangan las, berfungsi untuk melindungi tangan terhadap sinar-sinar las
dan juga percikan api dan panas, serta menghindari dari bahaya tangan
tersetrum.
7. Sabuk pengaman/safety belt, berfungsi untuk melindungi pekerja di ketinggian
dari bahaya jatuh.
8. Helmet safety yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan benda lain
yang jatuh.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian didapat potensi bahaya yang memiliki tingkat
resiko/peringkat risiko tertinggi adalah Terkena sinar ultraviolet dan infra merah, Asap
pengelasan terhirup pekerja, Percikan api mengenai benda yang mudah terbakar atau
mengenai tabung, terdapat kandungan gas hidrogen di area pengelasan tempat
tertutup dan ketinggian, Terjatuh/terpeleset dari ketinggian, potensi bahaya ini
tergolong risiko tinggi, potensi bahaya lainya dari aktivitas pengelasan adalah
Tersengat listrik, Terbakar ketubuh pekerja (terkena percikan api las), pekerja
mengalami panas dalam ruangan tertutup, Terbentur/tertimpa material, Tertusuk
material yang tajam, Tangan terjepit, Terjatuh, Terpukul palu terak, Tergores material
tajam, Terhirup debu material, Tangan terkena logam panas, Terkena serpihan api saat
gerinda, Terkena pecahan geram pada putaran gerinda. Dampak bahaya yang akan
terjadi adalah Merusak mata dan kulit, Gangguan pernapasan, Menimbulkan ledakan
atau kebakaran, kematian, Cidera/pingsan, Luka bakar pada tubuh pekerja, dehidrasi,
Luka gores pada tangan, Luka bakar. Pengendalian yang dilakukan berdasarkan
hirarki pengendalian yaitu engineering control, administrative control dan personal
protective equuipment (APD).

Anda mungkin juga menyukai