DEASSY CHARINA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PEMBELIAN KOPI DI MALABAR MOUNTAIN CAFE
KOTA BOGOR
DEASSY CHARINA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi di Malabar Mountain Cafe Kota
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Deassy Charina
NRP H34144016
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan
pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to analyze how the purchase decision process and the
factors that influence purchasing decisions of coffee at Malabar Mountain Cafe.
This research is a case study with the technique of sampling using convenience
sampling method and the number of samples used amounted to 80 samples.
The method used in this analysis is using descriptive analysis and factor
analysis. Descriptive analysis identified the characteristics of the consumer and
how the consumer purchase decision-making, whereas the factor analysis
classified the variables that have similarities to be one factor that will be obtained
main factors shaping purchasing decisions.
Based on the calculation of factor analysis, obtained seven key factors that
make buying decisions. The first factor is Product Characteristics and Price
Factor (8.252), The second factor is Facilities and Services Factor (2.639), The
Third Factor is Promotion and Places Factor (1.744), The fourth factor is
Benefits (1.631), The fifth factor is Personalities (1.356), The sixth factor is
Environmental Influences (1.259), and the last seventh factor is Cues Quality
(1.142).
DEASSY CHARINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi : Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi
di Malabar Mountain Cafe Kota Bogor
Nama : Deassy Charina
NRP : H34144016
Disetujui oleh
Diketahui Oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
karya ilmiah ini ialah perilaku konsumen, dengan judul Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi di Malabar Mountain Cafe Kota
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku
pembimbing yang memberikan arahan dan saran kepada penulis. Ucapan terima
kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Slamet Prayogo selaku pemilik dari
Malabar Mountain Cafe dan Bapak Didin selaku pengelola dari Malabar
Mountain Cafe atas kesediaannya untuk membantu dalam penelitian ini. Kepada
ayah, ibu, dan seluruh keluarga terimakasih atas doa dan kasih sayangnya,
Keluarga Pinus MAB IPB 47 dan teman – teman Macarons atas perhatian dan
dukungannya, serta teman – teman Alih Jenis Agribisnis Angkatan 5.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Deassy Charina
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian 5
KERANGKA PEMIKIRAN 5
Kerangka Pemikiran Teoritis 6
Kerangka Pemikiran Operasional 11
Lokasi dan Waktu Penelitian 13
Jenis dan Sumber Data 13
Metode Pengambilan Sampel 13
Identifikasi Atribut Penelitian 14
Metode Pengumpulan Data 15
Metode Pengolahan data dan Analisis 15
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 17
HASIL DAN PEMBAHASAN18
Karakteristik Konsumen 18
Proses Keputusan Pembelian 20
Analisis Faktor – Faktor Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi di
Malabar Mountain Cafe 29
SIMPULAN DAN SARAN 35
Simpulan 35
Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Malabar Mountain Cafe (MMC) merupakan salah satu kedai kopi di Kota
Bogor dengan produk utama adalah kopi dengan jenis Java Preanger. Kopi
andalan yang dijual di kedai kopi ini adalah Single Origin dan Specialty Blend.
Cita rasa yang diberikan oleh MMC berbeda dengan kedai kopi lain pada
umumnya yaitu cita rasa asam buah segar yang ringan dan manis menjadi rasa
unggulan penikmat kopi di MMC. Uji cita rasa kopi di MMC telah dilakukan
3
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
faktor dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor utama apa saja yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Penelitian dari Pradana
(2014) dan Parasyamya (2015) menyebutkan bahwa faktor utama konsumen
dalam melakukan pembelian yaitu sosial pengetahuan atau psiko demografis
seperti motivasi, pengetahuan, pendidikan, gaya hidup dan kepribadian. Faktor
kedua yaitu individu yang mencakup perubahan sikap, pembelajaran serta
pemrosesan informasi. Faktor ketiga yaitu sumber informasi atau pengaruh dari
lingkungan eksternal seperti situasi, pengaruh dari teman dan keluarga.
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Konsumen
Menurut Sumarwan (2011), definisi konsumen dapat dilihat dari dua jenis,
yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah
konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan
oleh anggota keluarga lain/seluruh anggota keluarga, atau mungkin untuk hadiah.
Sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga
sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya dimana mereka harus membeli
produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan
organisasinya. Menurut Kotler (2005) konsumen adalah semua individu atau
kelompok yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang/jasa untuk
kehidupan pribadi atau kelompoknya.
Engel et al. (1994) menjelaskan bahwa, perilaku konsumen adalah tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli
tindakan ini. Sedangkan menurut Simamora (2008), perilaku konsumen
menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam
memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk. Menurut
Setiadi (2010), perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilaku seorang
konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu. Mowen dan Minor dalam Umar (2003) menyatakan bahwa
konsep kepercayaan, sikap, dan perilaku saling berhubungan erat karena
didominasi oleh atribut produk. Atribut adalah sebuah fitur produk dimana
konsumen membentuk kepercayaan. Atribut produk dan faktor – faktor lainnya
dapat mempengaruhi pembentukan serta perubahan kepercayaan, sikap, dan
perilaku konsumen terhadap sebuah produk. Kepercayaaan konsumen adalah
semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat
konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya. Perilaku konsumen terdiri dari
semua tindakan konsumen untuk memperoleh, menggunakan, dan membuang
barang atau jasa. Tindakan konsumen didasarkan pada keinginan konsumen
untuk berperilaku berdasarkan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan.
Keinginan berperilaku didefinisikan sebagai keinginan konsumen untuk
berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang, dan
menggunakan produk atau jasa.
6
a. Pengenalan Kebutuhan
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah
kebutuhan. Kebutuhan dapat disebabkan oleh rangsangan internal maupun
eksternal. Rangsangan internal yaitu kebutuhan normal seseorang seperti rasa
lapar, dahaga, maupun seks meningkat hingga suatu tingkat tertentu dan berubah
menjadi sebuah dorongan. Rangsangan eksternal yaitu adanya pengaruh dari luar
maupun lingkungan individu.
b. Pencarian Informasi
Konsumen terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Informasi
tersebut dapat berupa informasi yang tersimpan didalam ingatan atau
mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (Enget et
al, 1994).
c. Evaluasi Alternatif
Konsumen mengevaluasi pilihan berkaitan dengan manfaat yang akan
diperoleh. Konsumen mengembangkan seperangkat kepercayaan merek, dimana
setiap merek berada pada ciri masing – masing yang kemudian akan menimbulkan
citra merek.
d. Keputusan Pembelian
Konsumen memperoleh alternatif pilihan dan membentuk tujuan membeli
untuk merek yang paling disukai. Tujuan pembelian dipengaruhi oleh faktor –
faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan
manfaat produk yang diharapkan, serta faktor – faktor lain yang tidak terduga.
e. Perilaku Pasca Pembelian
Konsumen mengevaluasi apakah produk yang dipilih memberikan tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari dekatnya
antara harapan dari pembeli tentang produk dan kemampuan dari produk tersebut.
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen akan memengaruhi tingkah laku
berikutnya. Konsumen merasa puas akan memperlihatkan kemungkinan yang
lebih tinggi untuk membeli produk yang sama.
a. Pengaruh Lingkungan
7
b. Perbedaan Individu
1) Sumberdaya Konsumen
Setiap orang membawa tiga Sumberdaya ke dalam setiap pengambilan
keputusan yaitu waktu, uang, dan perhatian. Adanya keterbatasan
ketersediaan pada masing – masing sumberdaya mengharuskan individu
untuk memiliki perhitungan yang cermat dalam alokasi penggunaan
sumberdaya tersebut.
2) Motivasi dan Keterlibatan
Motivasi dan keterlibatan konsumen merupakan faktor pengarah yang
sangat potensial. Perilaku motivasi disebabkan adanya kebutuhan dari
seorang individu berdasarkan keadaan fisiologis, baik bersifat biogenik
maupun psikogenik tertentu. Kebutuhan bersifat biogenik seperti rasa lapar,
haus, dan rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan bersifat psikogenik
yaitu kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.
3) Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang disimpan di dalam ingatan dan
mencakup ketersediaan dan karakteristik produk dan jasa, dimana dan kapan
untuk membeli, dan bagaimana menggunakan produk.
8
4) Sikap
Sikap merupakan kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi atau
memberi tanggapan terhadap sesuatu baik yang disenangi maupun yang
tidak disenangi secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif
yang diberikan.
5) Kepribadian, Gaya Hidup, dan Demografi
Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap
orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif
konsisten. Gaya hidup adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh
kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup mencerminkan sesuatu
dibalik kelas sosial seseorang serta menggambarkan cara interaksi seseorang
dengan lingkungannya. Demografi adalah mendeskripsikan pangsa pasar
konsumen dalam istilah seperti usia, pendapatan, dan pendidikan.
c. Proses Psikologis
Proses psikologis merupakan proses utama dalam memahami perilaku
konsumen. Proses psikologis juga merupakan hal penting dalam mempengaruhi
konsumen dalam proses keputusan. Tiga proses psikologis utama yang
membentuk dalam memahami perilaku konsumen yaitu, pengolahan informasi,
pembelajaran, dan perubahan sikap dan perilaku.
1) Pengolahan Informasi
Pengolahan informasi sangat berperan dalam penyampaian komunikasi
pemasaran di mana inti dari kegiatan pemasaran adalah komunikasi.
Komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial
menyadari keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi juga dapat
digunakan sebagai pengingat bagi kosumen mengenai keberadaan produk
yang sebelumnya pernah dilakukan transaksi pada produk tersebut.
2) Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses di mana pengalaman menyebabkan perubahan
dalam pengetahuan, sikap, dan/atau perilaku. Pembelajaran memadukan
aspek – aspek dari teori pembelajaran kognitif atau perilaku adalah
pembelajaran vicarious (percontohan) merujuk pada suatu proses yang
berusaha mengubah perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan
orang lain dan akibat perilaku yang bersangkutan.
3) Perubahan sikap dan perilaku
Perubahan sikap dan perilaku mempengaruhi psikologis dasar dari
konsumen. Kurangnya keterlibatan, kurangnya pengalaman dalam
menggunakan produk secara langsung,
Pengaruh maupun perubahan kondisi pasar
Lingkungan
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
Budaya konsumen dalam pembelian sebuah
produk. Kelas sosial
Pengaruh pribadi
Keluarga
Situasi
Proses Keputusan
Pengenalan kebutuhan
Perbedaan Individu Proses Psikologis
Sumberdaya Konsumen Pencarian informasi Pengolahan informasi
Motivasi & Keterlibatan Pembelajaran
Pengetahuan Evaluasi alternatif Perubahan sikap &
Sikap perilaku
Kepribadian, gaya hidup Proses pembelian
& demografi
Pasca pembelian
9
merupakan salah satu tantangan yang dihadapi Malabar Mountain Cafe untuk
mempertahankan pangsa pasarnya.
Penelitian ini dilakukan di Malabar Mountain Cafe yang terletak di Jl. Dr.
Semeru Komplek Ruko Braja Mustika No. 14, Kota Bogor dengan menganalisis
perilaku konsumen. Analisis perilaku konsumen dimulai dengan mengidentifikasi
karakteristik umum konsumen dan tahapan proses keputusan pembelian dengan
menggunakan analisis deskriptif. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen MMC dianalisis menggunakan Analisis Faktor.
Atribut yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari model perilaku
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian serta bauran pemasaran 7P
dan juga disesuaikan dengan keadaan di dalam restoran. Hasil penelitian
diharapkan dapat memberi rekomendasi alternatif strategi bauran pemasaran
Malabar Mountain Cafe untuk mempertahankan pelanggan serta mencari
konsumen baru. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.
Malabar Mountain Cafe sebagai salah satu kedai kopi yang masih bertahan
di tengah persaingan industri kuliner di Kota Bogor
Implikasi Manajerial
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama
baik dari individu atau perusahaan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuesioner (Nugroho, 2010). Pada penelitian ini, data primer diperoleh melalui
pengamatan langsung, wawancara langsung dengan pemilik dan pengelola kedai
kopi, serta penyebaran kuisioner kepada responden. Menurut Nugroho (2010),
data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik
oleh pihak pengumpul data primer maupun pihak lain. Data sekunder yang
digunakan merupakan data dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bogor dan literatur terkait lainnya yang relevan dengan penelitian
sebagai pelengkap data primer.
Atribut adalah karakteristik dari suatu objek. Atribut perlu untuk dievaluasi
dengan tujuan untuk menggambarkan penting atau tidaknya suatu atribut bagi
konsumen. Identifikasi atribut dari produk menyangkut apa saja yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Konsumen
akan menilai setiap atribut dari produk atau jasa yang digunakannya dengan
tingkatan yang berbeda. Dengan demikian, atribut dapat digunakan untuk
mengukur selisih antara apa yang diharapkan dengan apa yang sesungguhnya
dirasakan oleh konsumen (Sumarwan 2011). Variabel - variabel yang digunakan
dalam penelitian ini berdasarkan Model perilaku konsumen dari Engel et al.
(1994) dan bauran pemasaran 7P, yaitu product, place, price, people, process,
promotion, dan physical evidence serta kondisi yang ada di lokasi.
No Variabel Atribut
1 Kebiasan
Budaya
2 Pengamatan individu terhadap perilaku keluarga
3 Peningkatan status sosial Status Sosial
4 Keluarga
Pengaruh
5 Orang terdekat (selain keluarga)
Lingkungan
6 Rekan kerja/teman sekomunitas
7 Usia
8 Tingkat pendapatan Sumberdaya
9 Perbedaan jenis kelamin Konsumen
10 Trend/gaya hidup
11 Kandungan gizi Pengetahuan
12 Dorongan dari dalam diri
13 Perasaan nyaman dan santai Psikologis
14 Kesehatan
15 Cita rasa yang sesuai
16 Aroma kopi khas
17 Kekentalan dan kepekatan kopi Product
18 Tampilan penyajian kopi
19 Varian menu yang ditawarkan
20 Harga produk kopi yang ditawarkan
21 Harga yang bersaing
Price
22 Produk sesuai dengan harga yang ditawarkan
23 Harga sesuai dengan kualitas produk dan pelayanan
24 Promosi yang dilakukan
25 Iklan sosial media Promotion
26 Ketersediaan papan nama
27 Lokasi mudah untuk dijangkau Place
28 Ketersediaan fasilitas seperti wi-fi, toilet, mushola dan Psycal Evidence
tempat parkir
14
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode survei.
Menurut Setiadi (2010), metode survei merupakan metode pengumpulan data atau
informasi konsumen dengan melakukan partisipasi secara aktif. Teknik survei
yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan kuisioner. Pertanyaan yang ada
pada kuisioner bersifat tertutup dimana alternatif – alternatif jawaban telah
disediakan. Responden yang digunakan adalah responden yang sesuai dengan
kriteria pada penarikan sampel. Wawancara dilakukan pada hari kerja (Senin-
Jumat) dengan rentang waktu antara pukul 16.00-22.00 WIB dan hari libur (sabtu
dan minggu) dengan rentang waktu antara pukul 11.00 – 15.00. Pemilihan waktu
tersebut dimaksudkan berdasarkan rekomendasi dari pengelola kedai kopi dimana
pada waktu – waktu tersebut lebih efektif untuk dilakukan penyebaran kuesioner
kepada konsumen.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
konsumen serta bagaimana proses keputusan pembelian yang dilakukan
konsumen di Malabar Mountain Cafe. Karakteristik konsumen yang akan
dianalisis meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,
dan pendapatan konsumen. Analisis proses keputusan pembelian dilakukan untuk
mengidentifikasi bagaimana tahapan yang dilakukan konsumen dalam melakukan
pembelian mulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, proses pembelian dan pasca pembelian.
Skala Likert
Skala Likert merupakan metode yang digunakan pada teknik pengukuran
atas jawaban konsumen. Pada skala likert dibuat pilihan berjenjang yang diberi
bobot sesuai dengan intensitasnya, dari intensitas paling tinggi hingga intensitas
paling rendah atau sebaliknya. Semakin banyak pilihan jawaban maka jawaban
responden akan semakin terwakili. Pendekatan skala likert yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan 4 kategori pilihan jawaban berdasarkan jawaban yang
dirasa sesuai dengan responden yang digunakan pada perhitungan faktor – faktor
15
Analisis Faktor
Analisis Faktor adalah suatu teknik untuk menganalisis tentang saling
ketergantungan (interdependence) dari variabel secara simultan dengan tujuan
untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang
diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang diteliti
(Suliyanto 2005). Analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa
variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga akan
diperoleh faktor – faktor utama yang membentuk keputusan pembelian tersebut.
Dalam analisis faktor, adanya korelasi yang erat diantara variabel merupakan
prinsip utama yang membentuk suatu faktor. Model analisis faktor yang akan
digunakan yaitu model Principal Component Analysis (PCA). PCA merupakan
model dalam analisis faktor yang bertujuan melakukan prediksi terhadap sejumlah
faktor yang akan dihasilkan. Variabel yang akan dianalisis berstatus sama,
sehingga tidak ada variabel dependen maupun independen.
Menurut Suliyanto (2005), tahapan dalam analisis faktor ialah sebagai
berikut:
1. Merumuskan masalah
Dalam melakukan perumusan masalah, harus diketahui tujuan awal dari
analisis faktor. Selanjutnya, variabel – variabel yang akan disertakan dalam
analisis faktor harus berdasarkan riset, teori, dan pendapat periset
2. Membuat matriks korelasi
Proses analisis faktor didasarkan pada matriks korelasi antara variabel satu
dengan variabel lain. Untuk menguji ketepatan dalam model faktor, uji statistik
yang digunakan adalah Barletts Test Sphericity dan Kaiser–Mayer– Olkin (KMO)
untuk mengetahui kecukupan sampelnya.
3. Penentuan jumlah faktor
Penentuan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili variabel –
variabel yang akan dianaliis didasarkan pada besarya eigenvalue serta persentase
total variannya. hanya faktor yang memiliki eigenvalue sama atau lebih besar dari
1 (satu) yang dipertahankan dalam model analisis faktor, sedangkan yang lainnya
dikeluarkan dari model.
4. Rotasi faktor
Hasil ekstraksi faktor dalam matriks faktor mengidentifikasikan hubungan
antar faktor dan variabel individul, namun dalam faktor – faktor tersebut banyak
variabel yang berkorelasi sehingga sulit di interpretasikan. Melalui rotasi faktor,
faktor matriks ditransformasikan ke dalam matriks yang lebih sederhana sehingga
mudah diinterpretasikan. Rotasi faktor menggunakan prosedur Varimax.
5. Interpretasi faktor
Interpretasi faktor dilakukan dengan mengklasifikasikan variabel yang
mempuanyi factor loading lebih dari 0.4 variabel, sehingga factor loading yang
memiliki nilai kurang dari 0.4 dikeluarkan dari model.
6. Model Fit (Ketepatan Model)
Tahap akhir dari analisis faktor adalah mengetahui ketepatan dalam memilih
teknik. Analisis faktor principal component analysis digunakan dengan melihat
16
jumlah residual (perbedaan) antara korelasi yang diamati dengan korelasi yang di
produksi. Semakin kecil persentasenya, maka semakin tepat penentuan teknik
tersebut.
Dengan menggunakan analisis faktor, akan menghasilkan faktor baru yang
dapat menjadi penentu faktor – faktor apa saja yang menyebabkan konsumen
melakukan pembelian kopi di Malabar Mountain Cafe.
Karakteristik Konsumen
(Orang)
Jenis Kelamin
Laki – Laki 44 55 %
Perempuan 36 45 %
Usia
18 – 22 tahun 16 20 %
23 – 27 tahun 37 46.25 %
28 – 32 tahun 19 23.75 %
33 – 37 tahun 6 7, 50 %
38 – 42 tahun 2 2, 50 %
Pendidikan
SMA 16 20 %
Diploma 25 31.25 %
S1 31 38.75%
S2/S3 8 10 %
Status Pernikahan
Belum Menikah 62 77.50 %
Menikah 18 22.50 %
Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil 4 5%
Karyawan Swasta 27 33.75 %
Pengusaha 16 20 %
Pelajar/Mahasiswa 24 30 %
Lainnya 9 11.25 %
a. Pengenalan Kebutuhan
Proses pengenalan kebutuhan dimulai pada saat konsumen menyadari
adanya masalah kebutuhan. Kebutuhan konsumen dapat disebabkan karena
adanya rangsangan yang terjadi baik dari dalam diri konsumen maupun dari luar
diri konsumen. Berdasarkan hasil penelitian ini, motivasi konsumen
mengkonsumsi kopi karena kesukaannya terhadap kopi. Sebanyak 32.5 persen
mengkonsumsi kopi dikarenakan faktor suka terhadap kopi, sebanyak 27.5 persen
mengkonsumsi kopi hanya karena sekedar mencoba, 21.25 persen mengkonsumsi
kopi dikarenakan gaya hidup dan sisanya sebanyak 19 persen mengkonsumsi kopi
karena adanya pengaruh dari teman/keluarga.
b. Pencarian Informasi
Pencarian informasi dilakukan karena adanya keinginan konsumen untuk
mengkonsumsi produk dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Pencarian
informasi produk ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai produk
yang akan dikonsumsi sehingga keputusan yang akan diambil tepat. Sebagian
besar konsumen mendapatkan informasi mengenai Malabar mountain cafe dari
temannya (78.75%), sedangkan 10 persen informasi diperoleh berdasarkan
pengalaman pribadi dari konsumen tersebut. Selanjutnya sebanyak 5 persen
informasi diperoleh dari internet, 3.75 persen dari keluarga dan 2.5 persen
diperoleh dari iklan.
responden fokus terhadap harga yang ditawarkan oleh MMC, 2.53 persen fokus
terhadap promosi yang dilakukan MMC seperti diskon atau potongan harga dan
sebanyak 2.53 persen lainnya menjadikan interior sebagai fokus perhatian ketika
menerima informasi mengenai MMC.
c. Evaluasi Alternatif
Tahap yang ketiga yaitu evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif terjadi ketika
konsumen telah memiliki banyak informasi mengenai produk yang akan
dikonsumsi serta memiliki pilihan alternatif lain ketika kebutuhannya tidak dapat
terpenuhi. Konsumen menyatakan pertimbangan utama sebelum melakukan
pembelian kopi di Malabar Mountain cafe adalah Rasa (41.25%), pertimbangan
kedua yaitu bagaimana suasan/tempat dari Malabar mountain cafe yaitu sebesar
24%, pertimbangan ketiga sebanyak 12.5% menyatakan kualitas sebagai
pertimbangan sebelum melakukan pembelian di MMC, pertimbangan lainnya
yaitu harga (10%). Rekomendasi (8.75%), lokasi (2.5%) serta kepopuleran
(1.25%).
22
d. Proses Pembelian
Proses pembelian merupakan keputusan konsumen untuk mengkonsumsi
produk yang diinginkan setelah memperoleh alternatif pilihan. Sebanyak 71.25
persen konsumen dipengaruhi oleh teman dalam melakukan pembelian kopi di
Malabar mountain cafe. Selanjutanya yaitu keinginan diri sendiri (26.25%)
menjadi faktor pendorong dilakukannya pembelian kopi di MMC dan sisanya
sebanyak 2.5 persen dipengaruhi oleh keluarga.
Jenis kopi yang dipesan sebagian besar konsumen adalah kopi siap minum
yaitu sebesar 84.93 persen. Selanjutnya sebanyak 9.59 persen melakukan
pembelian biji kopi yang akan dijual kembali. Pembelian kopi bubuk dengan
persentase 5.48 persen.
Menu lain yang sering dipesan oleh konsumen adalah camilan (87.5%),
sebagian besar memesan kentang goreng sebagai makanan camilan pendamping
kopi. Sisanya sebanyak 12.5 persen memesan teh sebagai menu lain yang dibeli
konsumen.
Sebanyak 91.25 persen konsumen akan beralih ke produk lain jika menu
yang diinginkan tidak tersedia. Sebanyak 5 persen konsumen tidak melakukan
pembelian sama sekali ketika menu yang diinginkan tidak tersedia, dan sisanya
3.75 persen beralih ke kedai kopi lain.
e. Pasca Pembelian
Tahap pasca pembelian adalah ketika konsumen mengevaluasi apakah
produk yang dikonsumsi memberikan kepuasan atau telah sesuai dengan harapan
konsumen. Perilaku pasca pembelian akan mempengaruhi bagaimana sikap
konsumen selanjutnya. Sebanyak 90 persem konsumen Malabar mountain cafe
merasa puas dengan menu yang ditawarkan, sedangkan 10 persen sisanya merasa
tidak puas. Ketidakpuasan konsumen tersebut dikarenakan menurut konsumen
jenis kopi dan menu yang ditawarkan oleh malabar mountain cafe dirasa kurang
variatif.
MMC memiliki rasa kopi yang khas dan berbeda dengan kopi lainnya,
sebanyak 82.5 persen menyatakan bahwa rasa kopi yang ada pada MMC sesuai
dengan selera mereka, dan 12.5 persen menyatakan sangat sesuai dengan selera
mereka. Namun sebanyak 5 persen menyatakan bahwa rasa kopi di MMC tidak
sesuai dengan selera mereka.
27
Proses keputusan pembelian tidak terlepas dari apa saja faktor – faktor yang
mempengaruhi konsumen melakukan pembelian. Analisis faktor digunakan untuk
menyederhanakan hubungan dari beberapa bentuk variabel menjadi faktor – faktor
yang mewakili variabel – variabel tersebut. Analisis faktor tergolong metode
interdependence dimana semua variabel berstatus sama. Pada penelitian ini,
jumlah variabel yang akan dianalisis sebanyak 31 variabel.
Langkah awal untuk menguji apakah analisis faktor dapat dilanjutkan atau
tidak yaitu dengan menggunakan uji statistik KMO and Barlett’s Test. Apabila
indeks KMO tinggi (berkisar antara 0.5 sampai 1.0) analisis faktor layak
dilakukan. Sebaliknya, jika nilai KMO di bawah 0.5 analisis faktor tidak layak
dilakukan (Simamora, 2005). Hasil dari uji KMO-MSA yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah sebesar 0.433 dan Bartlett’s Test dengan angka chi-squared
sebesar 2071.797 serta nilai signifikansi = 0.000 < 0.05 pada 31 variabel
menunjukkan bahwa matriks korelasi bukan merupakan matriks identitas sehingga
dapat dilakukan analisis komponen utama. Berdasarkan hasil yang didapatkan,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa analisis faktor layak dilakukan dan
antarvariabel terdapat korelasi.
Selain pengecekan terhadap KMO and Barlett’s Test, dilakukan juga
pengecekan Anti Image Matrices untuk mengetahui apakah variabel – variabel
secara parsial layak untuk dianalisis dan tidak dikeluarkan dalam pengujian.
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa dari 31 variabel yang akan
dianalisis, terdapat 4 variabel yang memiliki nilai MSA (Mesures of Sampling
Adequacy) lebih kecil dari 0.5 yakni V1, V2, V3, V4, V7, V9, dan V22 sehingga
tidak semua variabel dapat digunakan dalam analisis faktor. Variabel yang
memiliki nilai paling kecil harus dikeluarkan terlebih dahulu kemudian dilakukan
pengolahan ulang tanpa memasukan variabel tersebut hingga tidak terdapat
variabel dengan nilai MSA kurang dari 0.5 sehingga dilakukan pengujian ulang
terhadap 24 variabel lainnya.
Tabel 4 Hasil KMO and Barlett’s Test sebelum dilakukan pengurangan variabel
Setelah variabel – variabel dengan nilai MSA kurang dari 0.5 dikeluarkan,
nilai KMO meningkat dari 0.433 menjadi 0.650 dan tingkat signifikansi 0,000.
Pengurangan 4 variabel tersebut meningkatkan nilai KMO sehingga cukup
beralasan untuk melakukan pengurangan tersebut. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa 24 variabel tersebut layak untuk dilakukan analisis faktor.
29
Tabel 5 Hasil KMO and Barlett’s Test setelah dilakukan pengurangan variabel
Variable Communalities
V5 Saran orang terdekat (selain keluarga) ,846
V6 Saran rekan kerja/ teman sekomunitas ,781
V8 Tingkat pendapatan yang berbeda ,749
V10 Trend/Gaya hidup ,830
V11 Kandungan gizi ,785
V12 Dorongan dari dalam diri ,668
V13 Keyakinan dalam diri ,540
V14 Kesehatan ,599
V15 Cita rasa yang sesuai ,817
V16 Aroma kopi yang khas ,783
V17 Tingkat kekentalan dan kepekatan yang pas ,752
V18 Tampilan penyajian ,890
V19 Varian menu yang ditawarkan ,805
V20 Harga yang ditawarkan ,791
V21 Harga yang bersaing dengan kedai kopi lain ,828
V23 Harga yang sesuai dengan kualitas dan pelayanan ,625
V24 Promosi yang dilakukan ,762
V25 Iklan di sosial media ,784
V26 Ketersediaan papan nama ,634
V27 Lokasi mudah dijangkau ,716
V28 Ketersediaan fasilitas ,695
V29 Konsep edukasi yang diterapkan ,735
V30 Kecepatan pelayanan, penyajian dan transaksi ,863
V31 Kesigapan pelayanan dan penampilan pramusaji ,745
Component 1 2 3 4 5 6 7
V5 ,077 -,076 ,096 ,156 ,139 ,873 ,141
V6 ,138 ,147 -,154 ,115 -,008 ,838 ,033
V8 ,162 -,021 -,549 ,094 ,123 ,049 ,628
V10 ,076 ,255 -,008 ,126 ,580 ,279 ,574
V11 -,050 ,343 ,253 ,695 ,127 ,198 ,248
V12 ,110 ,023 ,055 ,373 ,687 ,089 ,183
V13 ,189 ,264 ,158 ,270 ,416 ,358 ,189
V14 ,086 ,030 ,255 ,679 ,250 ,047 -,006
V15 ,464 ,209 -,239 ,474 ,504 -,138 ,055
V16 ,251 -,049 -,154 ,777 ,078 ,268 ,111
V17 -,008 ,063 ,240 ,161 ,173 ,108 ,789
V18 ,641 ,216 ,140 ,510 -,365 ,041 ,135
V19 ,627 ,206 ,180 ,062 ,487 ,102 ,291
V20 ,832 ,185 ,122 ,136 ,047 ,119 -,124
V21 ,843 ,032 ,193 ,074 ,215 ,097 ,138
V23 ,560 ,282 ,181 ,120 ,336 ,268 -,005
31
Faktor ketujuh yaitu Faktor Isyarat Kualitas. Faktor ini meliputi tingkat
pendapatan serta kekentalan dan kepekatan kopi sebagai alternatif pilihan dengan
pemakaian harga sebagai isyarat kualitas. Kopi yang disajikan di kedai - kedai
kopi memiliki tingkat kekentalan dan kepekatan yang lebih tinggi dibandingkan
kopi yang dijual pada warung kopi pinggir jalan. Perbedaan kualitas ini pun dapat
menggambarkan perbedaan harga yang diberikan. Tingkat pendapatan yang tinggi
mempengaruhi kemampuan konsumen dalam melakukan pembelian kopi yang
memiliki kualitas lebih baik dibandingkan kopi dengan harga murah namun
dengan kualitas yang kurang baik.
Nilai
Komponen Utama Variabel Loading
V18: Tampilan penyajian kopi .641
V19: Varian menu yang ditawarkan .627
Faktor 1
V20: Harga kopi yang ditawarkan .832
Karakteristik Produk
V21: Harga yang bersaing .843
dan Harga
V23: Harga sesuai dengan kualitas dan .560
pelayanan
V28: Ketersediaan fasilitas seperti wi-fi, .548
toilet, mushol dan parkir
V29: Konsep edukasi yang diterapkan .787
Faktor 2
(Cupping dan roasting session)
Fasilitas dan
V30: Kecepatan pelayanan, penyajian dan .883
Pelayanan
transaksi
V31: Kesigapan pelayanan serta .625
penampilan pramusaji
V24: Promosi yang dilakukan .817
Faktor 3
V25: Iklan sosial media .814
Promosi dan Tempat
V27: Lokasi yang mudah dijangkau .589
V11: Kandungan gizi .695
Faktor 4
V14: Kesehatan .679
Manfaat
V16: Aroma khas kopi .777
V10: Trend/Gaya hidup .580
Faktor 5 V12: Dorongan dari dalam diri .687
Kepribadian V13: Perasaan nyaman dan santai .416
V26: Ketersediaan papan nama .570
V5: Pengaruh orang terdekat (selain .873
Faktor 6 keluarga)
Pengaruh V6: Pengaruh rekan kerja/teman .838
Lingkungan sekomunitas
Faktor 7 V8: Tingkat pendapatan .628
Isyarat Kualitas V17: Kekentalan dan kepekatan kopi .789
Implikasi Manajerial
33
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[AEKI] Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia. 2015. Konsumsi Kopi
Indonesia. [internet]. [diunduh tanggal 8 oktober 2015] tersedia pada
http://www.aeki-aice.org/
[BPPD] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2014. Tinjauan
Ekonomi Kota Bogor Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Tahun 2009‐2013. Bogor: BPPD Kota Bogor
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2015. Kota Bogor dalam Angka 2015.
Bogor: BPS Kota Bogor
[DISBUDPAR] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2015. Data jumlah restoran
Kota Bogor tahun 2010-2014. Bogor: DISBUDPAR Kota Bogor.
Engel JF, et al. 1994. Perilaku Konsumen. Ed Ke-6 Jilid 1. Budiyanto,
Penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Consumer
Behaviour. 6th Ed Jilid 1.
[FAO] Food And Agricultural Organization. 2015. Food And Agricultural
Commodities Production. [internet]. [diunduh tanggal 10 oktober 2015]
tersedia pada http://faostat3.fao.org/
Herwinarni Y, Gunistiyo. 2009. Pengaruh persepsi nilai, persepsi kualitas dan citra
perusahaan terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen pada rumah makan
”Indonesia” di Kota Tegal. [jurnal]. Tegal (ID): Universitas Pancasakti.
Edisi 45, hal. 15-21.
[ICO] International Coffee Organization. 2015. Word Coffee Consumption.
[internet]. [diunduh tanggal 8 oktober 2015] tersedia pada www.ico.org
Indrabudi WA. 2014. Analisis keputusan pembelian dan sikap konsumen terhadap
produk restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) (Studi Kasus Konsumen
KFC Margonda Depok). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor