Anda di halaman 1dari 47

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PEMBELIAN KOPI DI MALABAR MOUNTAIN CAFE


KOTA BOGOR

DEASSY CHARINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PEMBELIAN KOPI DI MALABAR MOUNTAIN CAFE
KOTA BOGOR

DEASSY CHARINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi di Malabar Mountain Cafe Kota
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

Deassy Charina
NRP H34144016

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan
pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ABSTRAK

DEASSY CHARINA. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan


Pembelian Kopi di Malabar Mountain Cafe Kota Bogor. Dibimbing oleh TINTIN
SARIANTI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana proses keputusan


pembelian serta faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian kopi di
Malabar Mountain Cafe. Penelitian ini bersifat studi kasus dengan teknik
pengambilan sampling menggunakan metode convenience sampling dan jumlah
sampel yang digunakan sebanyak 80 orang.
Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu menggunakan analisis
deskriptif dan analisis faktor. Analisis deskriptif digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik konsumen sert bagaimana proses pengambilan
keputusan pembelian konsumen Malabar Mountain Cafe, sedangkan analisis
faktor digunakan untuk mengelompokkan variabel – variabel yang memiliki
kemiripan untuk dijadikan satu faktor sehingga akan diperoleh faktor – faktor
utama yang membentuk keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis faktor, diperoleh tujuh faktor utama
yang membentuk keputusan pembelian. Faktor pertama yaitu Faktor Karakteristik
Produk dan Harga (8.252), faktor kedua yaitu Faktor Fasilitas dan Pelayanan
(2.639), faktor ketiga adalah Faktor Promosi dan Tempat (1.744), faktor keempat
yaitu Manfaat (1.631), faktor kelima yaitu Faktor Kepribadian (1.356), faktor
keenam adalah Faktor Pengaruh Lingkungan (1.259), dan faktor ketujuh yaitu
Faktor Isyarat Kualitas (1.142).

Kata kunci: bogor, faktor, kopi, konsumen, pembelian.

ABSTRACT

DEASSY CHARINA. The Factors Influencing Purchase Decisions of Coffee at


Malabar Mountain Cafe Bogor. Supervised by TINTIN SARIANTI

This study aims to analyze how the purchase decision process and the
factors that influence purchasing decisions of coffee at Malabar Mountain Cafe.
This research is a case study with the technique of sampling using convenience
sampling method and the number of samples used amounted to 80 samples.
The method used in this analysis is using descriptive analysis and factor
analysis. Descriptive analysis identified the characteristics of the consumer and
how the consumer purchase decision-making, whereas the factor analysis
classified the variables that have similarities to be one factor that will be obtained
main factors shaping purchasing decisions.
Based on the calculation of factor analysis, obtained seven key factors that
make buying decisions. The first factor is Product Characteristics and Price
Factor (8.252), The second factor is Facilities and Services Factor (2.639), The
Third Factor is Promotion and Places Factor (1.744), The fourth factor is
Benefits (1.631), The fifth factor is Personalities (1.356), The sixth factor is
Environmental Influences (1.259), and the last seventh factor is Cues Quality
(1.142).

Keyword: Bogor, coffee, consumer, factors, purchasing.


FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PEMBELIAN KOPI DI MALABAR MOUNTAIN CAFE
KOTA BOGOR

DEASSY CHARINA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi : Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi
di Malabar Mountain Cafe Kota Bogor
Nama : Deassy Charina
NRP : H34144016

Disetujui oleh

Tintin Sarianti, SP, MM


Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, M.Si


Ketua Departemen

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
karya ilmiah ini ialah perilaku konsumen, dengan judul Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi di Malabar Mountain Cafe Kota
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku
pembimbing yang memberikan arahan dan saran kepada penulis. Ucapan terima
kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Slamet Prayogo selaku pemilik dari
Malabar Mountain Cafe dan Bapak Didin selaku pengelola dari Malabar
Mountain Cafe atas kesediaannya untuk membantu dalam penelitian ini. Kepada
ayah, ibu, dan seluruh keluarga terimakasih atas doa dan kasih sayangnya,
Keluarga Pinus MAB IPB 47 dan teman – teman Macarons atas perhatian dan
dukungannya, serta teman – teman Alih Jenis Agribisnis Angkatan 5.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

Deassy Charina
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian 5
KERANGKA PEMIKIRAN 5
Kerangka Pemikiran Teoritis 6
Kerangka Pemikiran Operasional 11
Lokasi dan Waktu Penelitian 13
Jenis dan Sumber Data 13
Metode Pengambilan Sampel 13
Identifikasi Atribut Penelitian 14
Metode Pengumpulan Data 15
Metode Pengolahan data dan Analisis 15
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 17
HASIL DAN PEMBAHASAN18
Karakteristik Konsumen 18
Proses Keputusan Pembelian 20
Analisis Faktor – Faktor Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi di
Malabar Mountain Cafe 29
SIMPULAN DAN SARAN 35
Simpulan 35
Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
DAFTAR TABEL

Konsumsi kopi di indonesia tahun 2010 – 2015 1


Variabel – variabel dalam penelitian di Malabar Mountain Cafe 14
Karakteristik konsumen Malabar Mountain Cafe 19
Hasil KMO and Barlett’s Test sebelum dilakukan pengurangan variabel 30
Hasil KMO and Barlett’s Test setelah dilakukan pengurangan variabel 30
Nilai communalities pada 24 variabel 31
Rotated Componen Matrix 32
Pembagian variabel – variabel kedalam Faktor 34

DAFTAR GAMBAR

Perkembangan kedai kopi di Kota Bogor tahun 2010 - 2014 2


Tahapan proses keputusan pembelian 6
Model perilaku pengambilan keputusan dan faktor – faktor yang mempengaruhi 9
Kerangka pemikiran operasional 12
Motivasi mengkonsumsi kopi 20
Frekuensi mengkonsumsi kopi dalam seminggu 21
Manfaat yang dicari dalam mengonsumsi kopi 21
Informasi mengenai Malabar Mountain Cafe 22
Fokus perhatian mengenai Malabar Mountain Cafe 22
Pengaruh sumber informasi terhadap pembelian 23
Pertimbangan utama sebelum melakukan pembelian 23
Pembelian kopi selain di malabar mountain cafe 24
Alasan melakukan pembelian di kedai kopi lain 24
Pengaruh dalam melakukan pembelian 25
Tujuan melakukan pembelian 25
Frekuensi melakukan pembelian di Malabar Mountain Cafe 25
Pengambilan keputusan di Malabar Mountain Cafe 26
Jenis kopi yang dikonsumsi 26
Menu lain yang sering dibeli 26
Waktu kunjungan ke Malabar Mountain Cafe 27
Sikap yang dilakukan jika menu tidak tersedia 27
Kepuasan terhadap menu yang ditawarkan 28
Rasa kopi yang disajikan 28
Sikap yang dilakukan jika terjadi kenaikan harga 29
Rekomendasi kepada orang lain 29

DAFTAR LAMPIRAN
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan dari subsektor perkebunan


yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan serta prospek yang
cukup menjanjikan. Menurut Food and Organization (FAO) 2015, Indonesia
merupakan salah satu produsen kopi terbaik dengan ciri khas komoditas kopi
daerah yang berbeda – beda seperti Java Preanger, Aceh Gayo, Bali Kintamani,
Toraja, Papua Wamena dan lainnya. Indonesia menempati peringkat ketiga
terbesar di dunia dari segi hasil produksi kopi setelah Brazil dan Vietnam,
kemudian disusul oleh Colombia dan India (FAO 2015). Sebagai penghasil kopi
peringkat ketiga terbesar di dunia, kebutuhan kopi di Indonesia juga mengalami
peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 1 Konsumsi kopi di Indonesia tahun 2010 – 2015


Tahun Jumlah Penduduk Kebutuhan Kopi (Kg) Konsumsi Kopi
(Kg/Kapita/Thn)
2010 237 000 000 190 000 000 0.80
2011 241 000 000 210 000 000 0.87
2012 245 000 000 230 000 000 0.94
2013 249 000 000 250 000 000 1.00
2014 253 000 000 260 000 000 1.03
2015 257 000 000 280 000 000 1.09
Sumber: Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) 2015

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa kebutuhan kopi di Indonesia mengalami


peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, bahkan menurut
Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) pada tahun 2016
diperkirakan jumlah kebutuhan kopi di Indonesia mencapai 300 juta kg kopi
dengan tingkat konsumsi sebesar 1.15 kg per kapita per tahun. Peningkatan
jumlah konsumsi kopi di Indonesia mengindikasikan adanya minat masyarakat
terhadap produk kopi terutama untuk produk kopi olahan. Perubahan gaya hidup
dan pola perilaku masyarakat yang konsumtif menjadi salah satu pemicu dari
meningkatnya konsumsi kopi di Indonesia. Adanya perubahan demografi,
lingkungan dan ekonomi yang membuat daya beli masyarakat yang semakin
tinggi dalam mengkonsumsi sebuah produk. Sebagian masyarakat tidak lagi
mengkonsumsi sebuah produk atas dasar kebutuhan, namun hanya sebagai
pemuas keinginan untuk menandai kelas, status, atau simbol sosial tertentu
sebagai cerminan gaya hidup pada masyarakat modern. Salah satu daerah di
Indonesia yang terkena dampak dari perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan
adalah Kota Bogor.
Bogor merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu
destinasi wisata di Indonesia. Selain wisata alam, wisata kuliner menjadi tujuan
utama wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Kota Bogor.
Menjamurnya berbagai aktifitas bisnis kuliner terutama restoran dan kafe di Kota
Bogor mengindikasikan bahwa Kota Bogor memiliki pangsa pasar yang cukup
2

besar terutama dalam bidang perdagangan makanan. Peluang untuk membuka


usaha di bidang kuliner sangat besar di Kota Bogor, hal ini didukung oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang kontribusi paling tinggi
terhadap peningkatan PDRB Kota Bogor, yaitu sebesar 35.76 persen pada tahun
2013 (BPPD, 2014). Peningkatan aktifitas bisnis kuliner di Kota Bogor salah
satunya disebabkan adanya perubahan gaya hidup serta pola perilaku masyarakat
yang semakin konsumtif. Salah satu industri kuliner yang saat ini semakin
menjamur di wilayah Kota Bogor adalah kedai kopi.
Kedai kopi atau coffeeshop merupakan satu dari jenis restoran yang ada saat
ini dan berkembang cukup pesat di Kota Bogor dengan produk utama yaitu kopi
olahan. Berikut merupakan data perkembangan kedai kopi di Kota Bogor tahun
2011 – 2014.

Gambar 1 Perkembangan kedai kopi di Kota Bogor tahun 2010 - 2014


Sumber: BPPTPM 2015 (diolah)

Peningkatan jumlah kedai kopi di Kota Bogor menyebabkan tingkat


persaingan antar kedai kopi satu dengan yang lainnya semakin ketat. Persaingan
tersebut membuat konsumen dihadapkan dengan berbagai macam alternatif
pilihan untuk memilih kedai kopi mana yang dapat memberikan layanan serta
kepuasan produk terbaik. Produsen harus mampu mengetahui apa yang
sebenarnya konsumen inginkan dalam sebuah produk sehingga pada akhirnya
konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian pada produk tersebut.
Adanya kekhasan antara masing – masing kedai kopi membuat produsen
melakukan berbagai inovasi agar mampu bertahan di tengah persaingan.

Rumusan Masalah

Malabar Mountain Cafe (MMC) merupakan salah satu kedai kopi di Kota
Bogor dengan produk utama adalah kopi dengan jenis Java Preanger. Kopi
andalan yang dijual di kedai kopi ini adalah Single Origin dan Specialty Blend.
Cita rasa yang diberikan oleh MMC berbeda dengan kedai kopi lain pada
umumnya yaitu cita rasa asam buah segar yang ringan dan manis menjadi rasa
unggulan penikmat kopi di MMC. Uji cita rasa kopi di MMC telah dilakukan
3

bekerja sama dengan Laboratorium Penguji (Laboratory for Testing) Pusat


Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Indonesian Coffee and Cocoa Research
Institut) dengan hasil excellent. MMC hanya menggunakan bahan baku utama
yang berasal dari perkebunan kopi milik mereka sendiri yang terdapat di
Pangalengan, Bandung Jawa Barat. Hanya buah ceri kopi dengan warna merah
merata yang sudah masak yang akan dipetik agar kualitas biji kopi selalu terjaga.
Salah satu keunikan dari kedai kopi MMC dibandingkan dengan kedai kopi
lainnya yaitu adanya Cupping dan Roasting session secara gratis ditujukan untuk
konsumen MMC yang ingin belajar mengenai cara memanggang biji kopi dan
mencicipi jenis – jenis kopi yang ada di MMC. Berbagai keunggulan yang ada
pada MMC diharapkan mampu untuk memberikan apa yang selama ini diinginkan
oleh konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Salah satu cara untuk mengetahui apa
yang diinginkan oleh konsumen yaitu dengan menganalisis faktor – faktor apa
saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian kopi
sehingga produsen dapat menjaga serta meningkatkan kualitas produk dan
pelayanan dari hasil analisis tersebut.
MMC sebagai salah satu kedai kopi yang ada di Kota Bogor mampu
bertahan dalam persaingan industri kuliner saat ini. Berdiri pada bulan Oktober
2013 hingga saat ini, MMC masih mampu bertahan dan memenuhi keinginan
konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan sosialnya. Menurut pengelola
MMC, dari tahun 2013 hingga saat ini tingkat konsumsi di MMC cenderung
meningkat setiap tahunnya. Omzet yang diperoleh MMC mulai dari tahun 2013
hingga 2016 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Selain menjual
olahan minuman kopi serta panganan cemilan, fokus penjualan utama MMC
merupakan penjualan biji kopi dan kopi bubuk Malabar Java Preanger yang
merupakan kopi dari perkebunan milik MMC. Dengan mempertahankan cita rasa
kopi miliknya, MMC mempunyai pangsa pasarnya tersendiri bahkan hingga ke
mancanegara. Berdasarkan kondisi tersebut, MMC dituntut untuk tetap
mempertahankan eksistensinya di tengah maraknya persaingan antar kedai kopi di
Kota Bogor. Salah satu cara untuk menjaga eksistensi tersebut adalah dengan
menganalisis faktor – faktor apa saja yang yang mempengaruhi konsumen dalam
melakukan pembelian di Malabar Moutain Cafe.
Persaingan yang semakin ketat antar para pengusaha dalam bidang industri
makanan dengan atribut yang relatif hampir sama satu dengan yang lain yaitu
atmosfer tempat, menu yang ditawarkan, serta harga yang bersaing membuat para
produsen harus memiliki sesuatu yang unik agar dapat menarik minat konsumen
untuk datang ke kafe mereka. Malabar Mountain Cafe harus mengetahui
bagaimana perilaku konsumen dalam melakukan pembelian kopi.
Mengidentifikasi karakteristik konsumen yang berbeda – beda dikarenakan
adanya perbedaan dari latar belakang demografi konsumen seperti usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan maupun pendapatannya sehingga
akan mempengaruhi keputusan pembelian sebuah produk. Menganalisis
bagaimana proses keputusan pembelian, serta faktor – faktor yang menjadi
pertimbangan dalam pembuatan keputusan pembelian kopi dibutuhkan untuk
mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen dan untuk mencapai kepuasan
yang diharapkan konsumen sehingga produsen dapat merumuskan stategi
pemasaran yang tepat sesuai dengan target perusahaan untuk menghadapi
persaingan bisnis kedai kopi di Kota Bogor.
4

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka perumusan masalah yang dapat


dibuat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik konsumen di Malabar Mountain Cafe ?
2. Bagaimana proses keputusan pembelian konsumen di Malabar Mountain
Cafe?
3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian kopi di
Malabar Mountain Cafe ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini


bertujuan:
1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen di Malabar Mountain Cafe
2. Mengidentifikasi proses keputusan pembelian di Malabar Mountain Cafe
3. Menganalisis faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan
pembelian kopi di Malabar Mountain Cafe

TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Analisis mengenai proses pengambilan keputusan pembelian dilakukan


peneliti untuk mengkaji bagaimana perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian sehingga akan menghasilkan faktor – faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen. Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri
atas lima tahap yang meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian, dan hasil. Pengenalan kebutuhan diketahui dari
motivasi konsumen dalam melakukan suatu kegiatan dan frekuensi konsumen
melakukan kegiatan tersebut. Tahap pencarian informasi biasanya meliputi
sumber informasi utama, fokus utama perhatian dalam mencari informasi, dan
bentuk promosi yang diinginkan serta pengaruhnya. Evaluasi alternatif meliputi
alternatif-alternatif pilihan yang dipertimbangkan, pertimbangan awal, dan alasan
konsumen memilih alternatif tersebut. Tahap pembelian meliputi siapa yang
mempengaruhi pembelian, kapan pembelian dilakukan, dan bagaimana pembelian
tersebut dilakukan. Adapun tahap hasil pembelian mengidentifikasi apakah
konsumen merasa puas dengan pilihannya tersebut atau tidak, apakah konsumen
memiliki keinginan untuk datang kembali atau tidak, dan berapa besar biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan produk yang dipilihnya. Sebagian besar
konsumen melakukan pembelian berdasarkan kebutuhan serta manfaat yang
diperoleh dalam menggunakan produk, selain itu adanya pengaruh informasi dari
teman, keluarga maupun media cetak serta variasi dari produk itu sendiri menjadi
motivasi dan alasan untuk konsumen melakukan pembelian (Muliasari dan
Rachmina 2015, Herwinarni dan Gunistiyo 2009, Zepri 2005, Roswitasari 2012,
Wiyanti 2007, Pradana 2014, Indrabudi 2014).
Analisis faktor merupakan salah satu bentuk analisis multivariat yang
menganalisis tentang beberapa variabel yang saling ketergantungan. Analisis
5

faktor dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor utama apa saja yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Penelitian dari Pradana
(2014) dan Parasyamya (2015) menyebutkan bahwa faktor utama konsumen
dalam melakukan pembelian yaitu sosial pengetahuan atau psiko demografis
seperti motivasi, pengetahuan, pendidikan, gaya hidup dan kepribadian. Faktor
kedua yaitu individu yang mencakup perubahan sikap, pembelajaran serta
pemrosesan informasi. Faktor ketiga yaitu sumber informasi atau pengaruh dari
lingkungan eksternal seperti situasi, pengaruh dari teman dan keluarga.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Konsumen
Menurut Sumarwan (2011), definisi konsumen dapat dilihat dari dua jenis,
yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah
konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan
oleh anggota keluarga lain/seluruh anggota keluarga, atau mungkin untuk hadiah.
Sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga
sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya dimana mereka harus membeli
produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan
organisasinya. Menurut Kotler (2005) konsumen adalah semua individu atau
kelompok yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang/jasa untuk
kehidupan pribadi atau kelompoknya.
Engel et al. (1994) menjelaskan bahwa, perilaku konsumen adalah tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli
tindakan ini. Sedangkan menurut Simamora (2008), perilaku konsumen
menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam
memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk. Menurut
Setiadi (2010), perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilaku seorang
konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu. Mowen dan Minor dalam Umar (2003) menyatakan bahwa
konsep kepercayaan, sikap, dan perilaku saling berhubungan erat karena
didominasi oleh atribut produk. Atribut adalah sebuah fitur produk dimana
konsumen membentuk kepercayaan. Atribut produk dan faktor – faktor lainnya
dapat mempengaruhi pembentukan serta perubahan kepercayaan, sikap, dan
perilaku konsumen terhadap sebuah produk. Kepercayaaan konsumen adalah
semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat
konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya. Perilaku konsumen terdiri dari
semua tindakan konsumen untuk memperoleh, menggunakan, dan membuang
barang atau jasa. Tindakan konsumen didasarkan pada keinginan konsumen
untuk berperilaku berdasarkan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan.
Keinginan berperilaku didefinisikan sebagai keinginan konsumen untuk
berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang, dan
menggunakan produk atau jasa.
6

Proses Keputusan Pembelian


Proses keputusan pembelian terjadi melalui lima tahap, yaitu pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan
perilaku pasca pembelian. Model proses pembelian dapat dilihat pada Gambar 2.
Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku Pasca
Pengenalan Pembelian
Informasi Alternatif Pembelian
Kebutuhan

Gambar 2 Tahapan proses keputusan pembelian


Sumber: Kotler (2000)

a. Pengenalan Kebutuhan
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah
kebutuhan. Kebutuhan dapat disebabkan oleh rangsangan internal maupun
eksternal. Rangsangan internal yaitu kebutuhan normal seseorang seperti rasa
lapar, dahaga, maupun seks meningkat hingga suatu tingkat tertentu dan berubah
menjadi sebuah dorongan. Rangsangan eksternal yaitu adanya pengaruh dari luar
maupun lingkungan individu.
b. Pencarian Informasi
Konsumen terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Informasi
tersebut dapat berupa informasi yang tersimpan didalam ingatan atau
mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (Enget et
al, 1994).
c. Evaluasi Alternatif
Konsumen mengevaluasi pilihan berkaitan dengan manfaat yang akan
diperoleh. Konsumen mengembangkan seperangkat kepercayaan merek, dimana
setiap merek berada pada ciri masing – masing yang kemudian akan menimbulkan
citra merek.
d. Keputusan Pembelian
Konsumen memperoleh alternatif pilihan dan membentuk tujuan membeli
untuk merek yang paling disukai. Tujuan pembelian dipengaruhi oleh faktor –
faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan
manfaat produk yang diharapkan, serta faktor – faktor lain yang tidak terduga.
e. Perilaku Pasca Pembelian
Konsumen mengevaluasi apakah produk yang dipilih memberikan tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari dekatnya
antara harapan dari pembeli tentang produk dan kemampuan dari produk tersebut.
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen akan memengaruhi tingkah laku
berikutnya. Konsumen merasa puas akan memperlihatkan kemungkinan yang
lebih tinggi untuk membeli produk yang sama.

Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian


Engel et al. (1994) menyebutkan, model perilaku konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis.

a. Pengaruh Lingkungan
7

Faktor lingkungan yang mempengaruhi seorang dalam pengambilan


keputusan pembelian meliputi budaya, kelas status sosial, pengaruh pribadi,
keluarga, dan situasi.
1) Budaya
Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol – simbol lain yang
bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan
penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya merupakan
faktor penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya
dibentuk berdasarkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari proses
sosialisasi yang melibatkan keluarga maupun lembaga sosial lainnya.
2) Kelas Status Sosial
Kelas Status Sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari
individu – individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas
status sosial tersebut merupakan kelompok – kelompok yang relatif
homogen serta bertahan lama dalam suatu masyarakat.
3) Pengaruh Pribadi
Pengaruh pribadi memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan
konsumen baik melalui kelompok acuan maupun melalui komunikasi lisan.
Kelompok acuan tersebut dapat berupa organisasi, klub, maupun keluarga.
4) Keluarga
Keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu didalam
studi perilaku konsumen. Keluarga menjadi unit pengambil keputusan
utama dalam proses pengambilan keputusan dengan pola peranan dan fungsi
yang kompleks dan bervariasi
5) Situasi
Situasi pembelian memiliki pengaruh yang kuat pada perilaku konsumen.
Situasi yang berbeda menghasilkan keputusan yang berbeda pula oleh
konsumen, sehingga produsen harus mampu meramalkan apa yang
konsumen inginkan agar dapat dimanfaatkan dalam strategi pemasaran.

b. Perbedaan Individu
1) Sumberdaya Konsumen
Setiap orang membawa tiga Sumberdaya ke dalam setiap pengambilan
keputusan yaitu waktu, uang, dan perhatian. Adanya keterbatasan
ketersediaan pada masing – masing sumberdaya mengharuskan individu
untuk memiliki perhitungan yang cermat dalam alokasi penggunaan
sumberdaya tersebut.
2) Motivasi dan Keterlibatan
Motivasi dan keterlibatan konsumen merupakan faktor pengarah yang
sangat potensial. Perilaku motivasi disebabkan adanya kebutuhan dari
seorang individu berdasarkan keadaan fisiologis, baik bersifat biogenik
maupun psikogenik tertentu. Kebutuhan bersifat biogenik seperti rasa lapar,
haus, dan rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan bersifat psikogenik
yaitu kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.
3) Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang disimpan di dalam ingatan dan
mencakup ketersediaan dan karakteristik produk dan jasa, dimana dan kapan
untuk membeli, dan bagaimana menggunakan produk.
8

4) Sikap
Sikap merupakan kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi atau
memberi tanggapan terhadap sesuatu baik yang disenangi maupun yang
tidak disenangi secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif
yang diberikan.
5) Kepribadian, Gaya Hidup, dan Demografi
Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap
orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif
konsisten. Gaya hidup adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh
kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup mencerminkan sesuatu
dibalik kelas sosial seseorang serta menggambarkan cara interaksi seseorang
dengan lingkungannya. Demografi adalah mendeskripsikan pangsa pasar
konsumen dalam istilah seperti usia, pendapatan, dan pendidikan.

c. Proses Psikologis
Proses psikologis merupakan proses utama dalam memahami perilaku
konsumen. Proses psikologis juga merupakan hal penting dalam mempengaruhi
konsumen dalam proses keputusan. Tiga proses psikologis utama yang
membentuk dalam memahami perilaku konsumen yaitu, pengolahan informasi,
pembelajaran, dan perubahan sikap dan perilaku.
1) Pengolahan Informasi
Pengolahan informasi sangat berperan dalam penyampaian komunikasi
pemasaran di mana inti dari kegiatan pemasaran adalah komunikasi.
Komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial
menyadari keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi juga dapat
digunakan sebagai pengingat bagi kosumen mengenai keberadaan produk
yang sebelumnya pernah dilakukan transaksi pada produk tersebut.
2) Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses di mana pengalaman menyebabkan perubahan
dalam pengetahuan, sikap, dan/atau perilaku. Pembelajaran memadukan
aspek – aspek dari teori pembelajaran kognitif atau perilaku adalah
pembelajaran vicarious (percontohan) merujuk pada suatu proses yang
berusaha mengubah perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan
orang lain dan akibat perilaku yang bersangkutan.
3) Perubahan sikap dan perilaku
Perubahan sikap dan perilaku mempengaruhi psikologis dasar dari
konsumen. Kurangnya keterlibatan, kurangnya pengalaman dalam
menggunakan produk secara langsung,
Pengaruh maupun perubahan kondisi pasar
Lingkungan
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
Budaya konsumen dalam pembelian sebuah
produk. Kelas sosial
Pengaruh pribadi
Keluarga
Situasi

Proses Keputusan
Pengenalan kebutuhan
Perbedaan Individu Proses Psikologis
Sumberdaya Konsumen Pencarian informasi Pengolahan informasi
Motivasi & Keterlibatan Pembelajaran
Pengetahuan Evaluasi alternatif Perubahan sikap &
Sikap perilaku
Kepribadian, gaya hidup Proses pembelian
& demografi
Pasca pembelian
9

Gambar 3 Model perilaku pengambilan keputusan dan faktor – faktor yang


mempengaruhi (Sumber: Engel et al, 1994)
Bauran Pemasaran
Kotler dan Amstrong (2008) mendefinisi pemasaran secara luas yaitu suatu
proses sosial dan manajerial dimana seseorang atau kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai
dengan yang lain. Konsep pemasaran berdiri di atas empat pilar yaitu pasar
sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terintegrasi, dan kemampuan
menghasilkan laba. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat
pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan
respon yang diinginkannya di pasar sasaran (Kotler dan Armstrong 2008).
Program pemasaran efektif mencampurkan semua elemen bauran pemasaran ke
dalam program terkoordinasi yang dirancang untuk mencapai sasaran pemasaran
perusahaan dengan menyerahkan nilai kepada konsumen. Bauran pemasaran
digunakan sebagai dasar dalam penentuan atribut – atribut kepuasan dan loyalitas
konsumen dalam penelitian. Kelompok elemen yang termasuk dalam bauran
pemasaran adalah 7P, product, price, place, promotion, process, people, dan
physical evidence.
1. Product
Product berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan
kepada pasar sasaran (Kotler dan Armstrong, 2008). Produk merupakan alat
bauran pemasaran yang paling dasar, sehingga produk harus memiliki daya saing
yang tinggi dibandingkan produk lainnya. Variabel-variabel pemasaran produk
mencakup keragaman produk, kualitas, rancangan (desain), bentuk, merek,
kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, imbalan, dan sebagainya.
2. Price
Price adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk
memperoleh produk. Penentuan harga dapat dilakukan dengan melihat daya beli
konsumen dan jumlah yang cukup untuk menutupi biaya produksi. Strategi bauran
harga meliputi keputusan-keputusan yang berkaitan dengan penetapan harga
dasar, potongan harga dan syarat-syarat pembayaran serta tingkat kompetensi
pasar.
3. Place
10

Place meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi


pelanggan sasaran. Place merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas
saluran distribusi. Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap
produk dan jasa bagi para pelanggan potensial. Tempat berkaitan dengan saluran
pemasaran distribusi. Kotler (2005) menjelaskan bahwa saluran pemasaran adalah
organisasi yang saling tergantung dalam menjadikan suatu produk atau jasa untuk
digunakan atau dikonsumsi. Unsur tempat berkaitan dengan lokasi, prominence,
aksesibilitas, saluran distribusi, dan cakupan distribusi.
4. Promotion
Promotion ialah aktivitas menyampaikan manfaat produk dan membujuk
kosumen untuk membelinya. Dengan adanya promosi, maka konsumen dapat
memperoleh informasi mengenai produk sehingga dapat memicu ketertarikan
konsumen terhadap produk tersebut yang pada akhirnya dapat
meningkatkanpenjualan perusahaan. Keberhasilan dari strategi promosi dinilai
dari preferensi masyarakat terhadap produk yang ditawarkan.
5. Process
Proses merupakan keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan
pelayanan yang akan diberikan kepada konsumen. Termasuk dalam proses ialah
metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu yang umumnya berupa
langkah-langkah yang diperlukan dan telah ditetapkan sebelumnya dalam
menghasilkan suatu produk.
6. People
People (orang) diartikan sebagai karyawan dan juga pihak lain yang terlibat
di dalam proses produksi. Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan
pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan (seperti makan di restoran).
Konsumen sering menilai kualitas produk atau jasa yang diterima berdasarkan
penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan produk atau jasa tersebut.
7. Physical Evidence
Bukti fisik adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberikan
bukti atas kualitas dari produk atau jasa. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam
bukti/sarana fisik adalah tata letak fasilitas (interior dan eksterior), tema, dekorasi,
penerangan, service counters, kebersihan, penampilan dan kesehatan karyawan,
kenyamanan peralatan, reliabilitas, ketertarikan, kemudahan penggunaan,
kecocokan, kapasitas eksterior seperti tempat parkir, kredibilitas profesional.

Kerangka Pemikiran Operasional

Hadir dan berkembangnya bisnis kedai kopi ditengah pertumbuhan jumlah


restoran merupakan salah satu dampak dari perubahan gaya hidup masayarakat.
Perkembangan industri kedai kopi menyebabkan semakin intensnya persaingan
antar kedai kopi untuk menarik minat konsumen dengan latar belakang yang
berbeda. Malabar Mountain Cafe merupakan salah satu kedai kopi lokal berusaha
bertahan dan berkembang di tengah pertumbuhan bisnis kedai kopi. Pihak
Malabar Mountain Cafe perlu berorientasi pada konsumen dengan cara
memahami apa kebutuhan dan keinginan konsumen dengan mengetahui serta
faktor apa saja yang membuat konsumen melakukan pembelian berulang di MMC
hingga menjadi konsumen yang loyal. Pembelian berulang yang kontinu
11

merupakan salah satu tantangan yang dihadapi Malabar Mountain Cafe untuk
mempertahankan pangsa pasarnya.
Penelitian ini dilakukan di Malabar Mountain Cafe yang terletak di Jl. Dr.
Semeru Komplek Ruko Braja Mustika No. 14, Kota Bogor dengan menganalisis
perilaku konsumen. Analisis perilaku konsumen dimulai dengan mengidentifikasi
karakteristik umum konsumen dan tahapan proses keputusan pembelian dengan
menggunakan analisis deskriptif. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen MMC dianalisis menggunakan Analisis Faktor.
Atribut yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari model perilaku
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian serta bauran pemasaran 7P
dan juga disesuaikan dengan keadaan di dalam restoran. Hasil penelitian
diharapkan dapat memberi rekomendasi alternatif strategi bauran pemasaran
Malabar Mountain Cafe untuk mempertahankan pelanggan serta mencari
konsumen baru. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

 Peningkatan konsumsi kopi


 Pergeseran gaya hidup dan pola konsumsi
 Persaingan bisnis pada industri kuliner

Malabar Mountain Cafe sebagai salah satu kedai kopi yang masih bertahan
di tengah persaingan industri kuliner di Kota Bogor

Studi Perilaku Konsumen di Malabar Mountain Cafe

Karakteristik Konsumen Proses Keputusan Pembelian Identifikasi variabel – variabel


Malabar Mountain Cafe Kopi Malabar Mountain Cafe yang mempengaruhi
pengambilan keputusan

Analisis Deskriptif Analisis Faktor

Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Faktor – Faktor yang


Mempengaruhi Pembelian Kopi di Malabar Mountain Cafe

Implikasi Manajerial

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional


12

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Malabar Mountain Cafe yang terletak di Jl.


Dr. Semeru Komplek Ruko Braja Mustika No. 14, Kota Bogor. Lokasi penelitian
dipilih dengan pertimbangan bahwa Malabar Mountain Cafe merupakan kedai
kopi yang menggunakan bahan baku utama dari perkebunan kopi milik sendiri
serta kedai kopi di Bogor dengan konsep edukasi yang mengadakan Cupping dan
Roasting session untuk konsumennya. Pengambilan data akan dilakukan pada
bulan Mei 2016.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama
baik dari individu atau perusahaan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuesioner (Nugroho, 2010). Pada penelitian ini, data primer diperoleh melalui
pengamatan langsung, wawancara langsung dengan pemilik dan pengelola kedai
kopi, serta penyebaran kuisioner kepada responden. Menurut Nugroho (2010),
data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik
oleh pihak pengumpul data primer maupun pihak lain. Data sekunder yang
digunakan merupakan data dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kota Bogor dan literatur terkait lainnya yang relevan dengan penelitian
sebagai pelengkap data primer.

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probability


sampling, dimana setiap anggota populasi tidak mempunyai peluang atau
kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Teknik sampling yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan metode convenience sampling, dimana
setiap responden dipilih berdasarkan atas ketersediaan dan kemudahan untuk
mendapatkannya serta memenuhi syarat yang telah ditentukan. Segmentasi data
konsumen yang diambil adalah konsumen yang berusia diatas 18 tahun dan telah
melakukan kunjungan pembelian minimal dua kali, sehingga dapat dipastikan
bahwa konsumen telah mengenal Malabar Mountain Cafe dan pernah
mengkonsumsi produk Malabar Mountain Cafe.
Jumlah responden yang ada didalam penelitian ini sebanyak 80 responden.
Ukuran populasi yang ada pada Malabar Mountain Cafe tidak diketahui dengan
tepat karena tidak adanya data kunjungan pelanggan kafe. Bailey (1982)
mengemukakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data
dengan statistik, jumlah sampel paling sedikit adalah 30 responden. Selain itu,
ukuran responden tersebut didasarkan atas pertimbangan efisiensi waktu, biaya
dan pengolahan data.
13

Identifikasi Atribut Penelitian

Atribut adalah karakteristik dari suatu objek. Atribut perlu untuk dievaluasi
dengan tujuan untuk menggambarkan penting atau tidaknya suatu atribut bagi
konsumen. Identifikasi atribut dari produk menyangkut apa saja yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Konsumen
akan menilai setiap atribut dari produk atau jasa yang digunakannya dengan
tingkatan yang berbeda. Dengan demikian, atribut dapat digunakan untuk
mengukur selisih antara apa yang diharapkan dengan apa yang sesungguhnya
dirasakan oleh konsumen (Sumarwan 2011). Variabel - variabel yang digunakan
dalam penelitian ini berdasarkan Model perilaku konsumen dari Engel et al.
(1994) dan bauran pemasaran 7P, yaitu product, place, price, people, process,
promotion, dan physical evidence serta kondisi yang ada di lokasi.

Tabel 2 Variabel – variabel dalam penelitian di Malabar Mountain Cafe

No Variabel Atribut
1 Kebiasan
Budaya
2 Pengamatan individu terhadap perilaku keluarga
3 Peningkatan status sosial Status Sosial
4 Keluarga
Pengaruh
5 Orang terdekat (selain keluarga)
Lingkungan
6 Rekan kerja/teman sekomunitas
7 Usia
8 Tingkat pendapatan Sumberdaya
9 Perbedaan jenis kelamin Konsumen
10 Trend/gaya hidup
11 Kandungan gizi Pengetahuan
12 Dorongan dari dalam diri
13 Perasaan nyaman dan santai Psikologis
14 Kesehatan
15 Cita rasa yang sesuai
16 Aroma kopi khas
17 Kekentalan dan kepekatan kopi Product
18 Tampilan penyajian kopi
19 Varian menu yang ditawarkan
20 Harga produk kopi yang ditawarkan
21 Harga yang bersaing
Price
22 Produk sesuai dengan harga yang ditawarkan
23 Harga sesuai dengan kualitas produk dan pelayanan
24 Promosi yang dilakukan
25 Iklan sosial media Promotion
26 Ketersediaan papan nama
27 Lokasi mudah untuk dijangkau Place
28 Ketersediaan fasilitas seperti wi-fi, toilet, mushola dan Psycal Evidence
tempat parkir
14

29 Konsep edukasi yang diterapkan (cupping dan


roasting session)
30 Kecepatan pelayanan, penyajian dan transaksi Process
31 Kesigapan pelayanan serta penampilan pramusaji People

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode survei.
Menurut Setiadi (2010), metode survei merupakan metode pengumpulan data atau
informasi konsumen dengan melakukan partisipasi secara aktif. Teknik survei
yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan kuisioner. Pertanyaan yang ada
pada kuisioner bersifat tertutup dimana alternatif – alternatif jawaban telah
disediakan. Responden yang digunakan adalah responden yang sesuai dengan
kriteria pada penarikan sampel. Wawancara dilakukan pada hari kerja (Senin-
Jumat) dengan rentang waktu antara pukul 16.00-22.00 WIB dan hari libur (sabtu
dan minggu) dengan rentang waktu antara pukul 11.00 – 15.00. Pemilihan waktu
tersebut dimaksudkan berdasarkan rekomendasi dari pengelola kedai kopi dimana
pada waktu – waktu tersebut lebih efektif untuk dilakukan penyebaran kuesioner
kepada konsumen.

Metode Pengolahan data dan Analisis

Dalam melakukan penelitian ini, digunakan metode analisis deskriptif dan


analisis faktor. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu
software komputer Microsoft Office Excel 2010 dan SPSS 22.0 for Windows.
Microsoft Office Excel 2010 digunakan untuk tabulasi data dan SPSS 22.0 for
Windows digunakan untuk perhitungan Analisis Faktor.

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
konsumen serta bagaimana proses keputusan pembelian yang dilakukan
konsumen di Malabar Mountain Cafe. Karakteristik konsumen yang akan
dianalisis meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,
dan pendapatan konsumen. Analisis proses keputusan pembelian dilakukan untuk
mengidentifikasi bagaimana tahapan yang dilakukan konsumen dalam melakukan
pembelian mulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, proses pembelian dan pasca pembelian.

Skala Likert
Skala Likert merupakan metode yang digunakan pada teknik pengukuran
atas jawaban konsumen. Pada skala likert dibuat pilihan berjenjang yang diberi
bobot sesuai dengan intensitasnya, dari intensitas paling tinggi hingga intensitas
paling rendah atau sebaliknya. Semakin banyak pilihan jawaban maka jawaban
responden akan semakin terwakili. Pendekatan skala likert yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan 4 kategori pilihan jawaban berdasarkan jawaban yang
dirasa sesuai dengan responden yang digunakan pada perhitungan faktor – faktor
15

yang mempengaruhi keputusan pembelian kopi. Empat kategori pilihan jawaban


ini mencakup: Sangat Tidak Setuju (1), Tidak Setuju (2), Setuju (4), dan Sangat
Setuju (5).

Analisis Faktor
Analisis Faktor adalah suatu teknik untuk menganalisis tentang saling
ketergantungan (interdependence) dari variabel secara simultan dengan tujuan
untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang
diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang diteliti
(Suliyanto 2005). Analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa
variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga akan
diperoleh faktor – faktor utama yang membentuk keputusan pembelian tersebut.
Dalam analisis faktor, adanya korelasi yang erat diantara variabel merupakan
prinsip utama yang membentuk suatu faktor. Model analisis faktor yang akan
digunakan yaitu model Principal Component Analysis (PCA). PCA merupakan
model dalam analisis faktor yang bertujuan melakukan prediksi terhadap sejumlah
faktor yang akan dihasilkan. Variabel yang akan dianalisis berstatus sama,
sehingga tidak ada variabel dependen maupun independen.
Menurut Suliyanto (2005), tahapan dalam analisis faktor ialah sebagai
berikut:
1. Merumuskan masalah
Dalam melakukan perumusan masalah, harus diketahui tujuan awal dari
analisis faktor. Selanjutnya, variabel – variabel yang akan disertakan dalam
analisis faktor harus berdasarkan riset, teori, dan pendapat periset
2. Membuat matriks korelasi
Proses analisis faktor didasarkan pada matriks korelasi antara variabel satu
dengan variabel lain. Untuk menguji ketepatan dalam model faktor, uji statistik
yang digunakan adalah Barletts Test Sphericity dan Kaiser–Mayer– Olkin (KMO)
untuk mengetahui kecukupan sampelnya.
3. Penentuan jumlah faktor
Penentuan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili variabel –
variabel yang akan dianaliis didasarkan pada besarya eigenvalue serta persentase
total variannya. hanya faktor yang memiliki eigenvalue sama atau lebih besar dari
1 (satu) yang dipertahankan dalam model analisis faktor, sedangkan yang lainnya
dikeluarkan dari model.
4. Rotasi faktor
Hasil ekstraksi faktor dalam matriks faktor mengidentifikasikan hubungan
antar faktor dan variabel individul, namun dalam faktor – faktor tersebut banyak
variabel yang berkorelasi sehingga sulit di interpretasikan. Melalui rotasi faktor,
faktor matriks ditransformasikan ke dalam matriks yang lebih sederhana sehingga
mudah diinterpretasikan. Rotasi faktor menggunakan prosedur Varimax.
5. Interpretasi faktor
Interpretasi faktor dilakukan dengan mengklasifikasikan variabel yang
mempuanyi factor loading lebih dari 0.4 variabel, sehingga factor loading yang
memiliki nilai kurang dari 0.4 dikeluarkan dari model.
6. Model Fit (Ketepatan Model)
Tahap akhir dari analisis faktor adalah mengetahui ketepatan dalam memilih
teknik. Analisis faktor principal component analysis digunakan dengan melihat
16

jumlah residual (perbedaan) antara korelasi yang diamati dengan korelasi yang di
produksi. Semakin kecil persentasenya, maka semakin tepat penentuan teknik
tersebut.
Dengan menggunakan analisis faktor, akan menghasilkan faktor baru yang
dapat menjadi penentu faktor – faktor apa saja yang menyebabkan konsumen
melakukan pembelian kopi di Malabar Mountain Cafe.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Malabar Mountain Cafe merupakan anak perusahaan dari PT Sinar Mayang


Lestari, yaitu perusahaan perkebunan di Indonesia yang khusus menangani kopi
Arabika di Jawa Barat. Malabar Mountain Cafe secara resmi berdiri pada tahun
2012 dengan fokus penjualan yaitu hasil kopi Arabika dari perkebunan mereka
sendiri, Malabar Mountain Coffee yang terletak di Kecamatan Pangalengan dan
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Tujuan awal didirikannya
Malabar Mountain Cafe adalah sebagai media pemasaran dari produk kopi MMC
sendiri, baik biji kopi maupun kopi bubuk.
MMC menyajikan kopi berkualitas sesuai dengan standar dan ketentuan
specialty coffee yaitu dengan melakukan uji cita rasa dengan Laboratorium
Penguji Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Indonesian Coffee and
Cacao Research Institute) dengan hasil excellent. Kopi yang dihasilkan MMC
memiliki ciri khas rasa yang manis dengan tingkat asam segar yang ringan (sweet
bright acid). MMC memiliki 2 jenis kopi yang berbeda yaitu Single Origin dan
Blend Coffee. Single Origin terdiri dari Natural, Honey dan Fully Wash. Single
Origin terbentuk dari hasil proses pasca panen biji ceri merah segar. Kopi jenis
Natural terbentuk dari ceri merah segar yang difermentasi secara alami selama 20
hari hingga 26 hari. Natural Coffee memiliki rasa yang unik, yaitu campuran
antara fruity, acid dan manis karamel yang menyatu menjadi satu. Kopi jenis
Honey terbentuk dari ceri merah segar yang di rambang di dalam drum berisi air
kemudian dijemur selama 20 hari hingga 26 hari. Kopi jenis ini memiliki cita rasa
lebih manis seperti karamel dibandingkan dengan kopi jenis Natural. Fully Wash
merupakan kopi yang terbentuk dari ceri merah segar yang di rambang kemudian
disimpan di dalam karung selama 12 jam dan selanjutnya dicuci kemudian
dijemur. Fully Wash memiliki rasa yang lebih acid (asam) seperti citrus.
Sedangkan jenis kopi Blend Coffee terdiri dari Premium Blend dan Specialty
Blend. Blend Coffee terbentuk dari pencampuran (blending) green bean hasil
proses Natural, Honey dan Fully Wash. Premium Blend merupakan campuran dari
biji kopi hasil proses Natural dan Fully Wash dengan komposisi tertentu.
Sedangkan Specialty Blend merupakan campuran dari biji kopi hasil proses
Natural, Honey dan Fully Wash dengan komposisi tertentu. Adanya jenis kopi
Premium Blend dan Specialty Blend dimaksudkan untuk mengurangi kadar acid
(asam) yang ada dari kopi MMC, biasanya Premium blend dan Specialty blend
ditujukan untuk konsumen umum yang belum terbiasa mengkonsumsi kopi khas
dari MMC.
17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Konsumen

Karakteristik konsumen yang diidentifikasi dari konsumen Malabar


Mountain Cafe yaitu jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir,
pekerjaan dan pendapatan rata – rata per bulan. Berdasarkan jenis kelaminnya,
konsumen Malabar Mountain Cafe mayoritas berjenis kelamin laki – laki (55%)
dan sisanya adalah perempuan (45%). Hal ini menjelaskan bahwa laki – laki lebih
banyak mengonsumsi kopi dibandingkan perempuan, namun persentase
perbandingan keduanya hanya selisih 5 persen, sehingga dapat disimpulkan
bahwa saat ini perempuan juga menyukai kopi tidak hanya laki – laki.
Karakteristik konsumen berdasarkan usia adalah mayoritas konsumen
berumur antara 23 hingga 27 tahun (46.25%) disusul dengan usia 28 hingga 32
tahun (23.75%). Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada usia tersebut
didominasi oleh konsumen usia produktif. Pada tingkat usia ini konsumen
memiliki pola hidup yang lebih konsumtif dibandingkan dengan usia yang lebih
tua karena pada usia antara 23 hingga 27 tahun, konsumen telah mampu membuat
keputusan pembelian untuk diri sendiri. Karakteristik konsumen Malabar
Mountain Cafe berdasarkan pendidikan yang ditempuh mayoritas berpendidikan
S1 (38.75%), disusul Diploma (31.25%) dan SMA (20%), sedangkan minoritas
berpendidikan S2/S3 (10%).
Sebanyak 77.5 persen konsumen Malabar Malabar Mountain Cafe
didominasi oleh konsumen yang belum menikah, selebihnya sebanyak 22.5 persen
berstatus telah menikah. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen yang belum
menikah memiliki peluang lebih besar untuk melakukan pembelian di kedai kopi
dibandingkan konsumen yang telah menikah karena konsumen yang telah
menikah memilih menghabiskan waktu dirumah dibandingkan untuk ke kedai
kopi.
Karateristik konsumen Malabar Mountain Cafe berdasarkan jenis pekerjaan
adalah mayoritas berprofesi sebagai karyawan swasta (33.75%), diikuti dengan
pelajar/mahasiswa (30%). Sedangkan konsumen minoritas berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil (5%).
Berdasarkan pendapatan rata – rata per bulan, konsumen Malabar Mountain
Cafe mayoritas memiliki pendapatan sebesar Rp 2 500 000 – Rp 3 000 000
(28,75%) dan Rp 3 000 000 – Rp 5 000 000 (26.25%), sedangkan pada tingkat
pendapatan kurang dari Rp 500 000 hanya sebanyak 3.75 persen.

Tabel 3 Karakteristik konsumen Malabar Mountain Cafe


Karakteristik Responden Jumlah Persentase
18

(Orang)
Jenis Kelamin
Laki – Laki 44 55 %
Perempuan 36 45 %

Usia
18 – 22 tahun 16 20 %
23 – 27 tahun 37 46.25 %
28 – 32 tahun 19 23.75 %
33 – 37 tahun 6 7, 50 %
38 – 42 tahun 2 2, 50 %

Pendidikan
SMA 16 20 %
Diploma 25 31.25 %
S1 31 38.75%
S2/S3 8 10 %

Status Pernikahan
Belum Menikah 62 77.50 %
Menikah 18 22.50 %

Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil 4 5%
Karyawan Swasta 27 33.75 %
Pengusaha 16 20 %
Pelajar/Mahasiswa 24 30 %
Lainnya 9 11.25 %

Pendapatan rata – rata per bulan


< Rp 500 000 3 3.75 %
Rp 500 000 - Rp 1 500 000 16 20 %
Rp 1 600 000 – Rp 2 500 000 9 11.25 %
Rp 2 500 000 – Rp 3 000 000 23 28.75 %
Rp 3 000 000 – Rp 5 000 000 21 26.25 %
> Rp 5 000 000 8 10 %

Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa konsumen Malabar


Mountain Cafe didominasi oleh laki – laki dengan rentang usia 23 hingga 27
tahun berprofesi sebagai karyawan swasta dan belum menikah, memiliki
pendapatan rata – rata per bulan sebesar 2 500 000 – 3 000 000 dengan
pendidikan terakhir S1. Konsumen laki – laki dengan rentang usia tersebut
memiliki peluang lebih besar untuk melakukan pembelian di kedai kopi karena
ditunjang oleh pendapatan yang mencukupi serta status lajang yang membuat
konsumen laki – laki lebih leluasa untuk menggunakan pendapatannya karena
belum adanya kebutuhan keluarga dan waktu kosong yang lebih banyak
dihabiskan diluar rumah.
19

Proses Keputusan Pembelian

a. Pengenalan Kebutuhan
Proses pengenalan kebutuhan dimulai pada saat konsumen menyadari
adanya masalah kebutuhan. Kebutuhan konsumen dapat disebabkan karena
adanya rangsangan yang terjadi baik dari dalam diri konsumen maupun dari luar
diri konsumen. Berdasarkan hasil penelitian ini, motivasi konsumen
mengkonsumsi kopi karena kesukaannya terhadap kopi. Sebanyak 32.5 persen
mengkonsumsi kopi dikarenakan faktor suka terhadap kopi, sebanyak 27.5 persen
mengkonsumsi kopi hanya karena sekedar mencoba, 21.25 persen mengkonsumsi
kopi dikarenakan gaya hidup dan sisanya sebanyak 19 persen mengkonsumsi kopi
karena adanya pengaruh dari teman/keluarga.

Gambar 5 Motivasi mengkonsumsi kopi

Alasan utama mengkonsumsi kopi juga dipengaruhi oleh seberapa sering


konsumen mengkonsumsi kopi dalam seminggu. Pada 80 orang responden,
sebanyak 22.5 persen mengaku mengkonsumsi kopi sebanyak 3 kali sehari dan 20
persen konsumen mengkonsumsi kopi setiap hari yaitu 7 kali dalam seminggu,
sisanya sebanyak 17.5 persen konsumen mengkonsumsi kopi satu kali dalam
seminggu, 15 persen mengkonsumsi kopi 4 kali seminggu dan 12.5 persen
mengkonsumsi kopi sebanyak 2 dan 5 kali dalam seminggu.
20

Gambar 6 Frekuensi mengkonsumsi kopi dalam seminggu

Sebanyak 77.5 persen responden mengaku memperoleh rasa nyaman dan


santai setelah mengkonsumsi kopi. Manfaat lain yang diperoleh responden dalam
mengkonsumsi kopi yaitu meningkatkan stamina dan kinerja fisik serta
meningkatnya daya ingat dan konsentrasi, masing masing sebanyak 10 persen
responden, sedangkan sisanya sebanyak 2.5 persen memperoleh manfaat
kesehatan dalam mengkonsumsi kopi.

Gambar 7 Manfaat yang diperoleh dalam mengonsumsi kopi

b. Pencarian Informasi
Pencarian informasi dilakukan karena adanya keinginan konsumen untuk
mengkonsumsi produk dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Pencarian
informasi produk ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai produk
yang akan dikonsumsi sehingga keputusan yang akan diambil tepat. Sebagian
besar konsumen mendapatkan informasi mengenai Malabar mountain cafe dari
temannya (78.75%), sedangkan 10 persen informasi diperoleh berdasarkan
pengalaman pribadi dari konsumen tersebut. Selanjutnya sebanyak 5 persen
informasi diperoleh dari internet, 3.75 persen dari keluarga dan 2.5 persen
diperoleh dari iklan.

Gambar 8 Informasi mengenai Malabar Mountain Cafe

Fokus perhatian utama konsumen berdasarkan informasi yang diperoleh


yaitu berdasarkan atribut produk sebanyak 49.37 persen. Atribut produk tersebut
mencakup dari jenis kopi, rasa, tekstur serta aroma kopi Malabar mountain cafe.
Urutan kedua diperoleh sebanyak 34.18 persen yaitu lokasi yang stategis menjadi
fokus perhatian konsumen disaat menerima informasi mengenai Malabar
Mountain cafe. Hal ini dikarenakan lokasi Malabar Mountain Cafe yang berada di
wilayah ramai serta banyak disinggahi orang. Sisanya sebanyak 11.39 persen
21

responden fokus terhadap harga yang ditawarkan oleh MMC, 2.53 persen fokus
terhadap promosi yang dilakukan MMC seperti diskon atau potongan harga dan
sebanyak 2.53 persen lainnya menjadikan interior sebagai fokus perhatian ketika
menerima informasi mengenai MMC.

Gambar 9 Fokus perhatian mengenai Malabar Mountain Cafe

Berdasarkan informasi yang diperoleh responden mengenai Malabar


mountain cafe, sebanyak 57.5 persen responden terpengaruh untuk melakukan
pembelian di Malabar Mountain Cafe. Sebanyak 37.5 persen masih
mempertimbangkan untuk melakukan pembelian dan sisanya sebanyak 5 persen
tidak terpengaruh untuk melakukan pembelian di Malabar mountain cafe.

Gambar 10 Pengaruh sumber informasi terhadap pembelian

c. Evaluasi Alternatif
Tahap yang ketiga yaitu evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif terjadi ketika
konsumen telah memiliki banyak informasi mengenai produk yang akan
dikonsumsi serta memiliki pilihan alternatif lain ketika kebutuhannya tidak dapat
terpenuhi. Konsumen menyatakan pertimbangan utama sebelum melakukan
pembelian kopi di Malabar Mountain cafe adalah Rasa (41.25%), pertimbangan
kedua yaitu bagaimana suasan/tempat dari Malabar mountain cafe yaitu sebesar
24%, pertimbangan ketiga sebanyak 12.5% menyatakan kualitas sebagai
pertimbangan sebelum melakukan pembelian di MMC, pertimbangan lainnya
yaitu harga (10%). Rekomendasi (8.75%), lokasi (2.5%) serta kepopuleran
(1.25%).
22

Gambar 11 Pertimbangan utama sebelum melakukan pembelian

Data selanjutnya menunjukkan pembelian kopi di kedai kopi selain di


MMC, sebagian besar konsumen menjawab Ya (78.75%) dan sisanya sebanyak
21.25% menjawab tidak. Kedai kopi yang sering dikunjungi konsumen selain
Malabar mountain cafe adalah Starbucks dan Warung kopi Sari Rasa.

Gambar 12 Pembelian kopi selain di malabar mountain cafe

Sebagian besar konsumen yang melakukan pembelian kopi selain di


Malabar mountain cafe karena faktor suasana/tempat (37%), hal ini berarti
suasana dari MMC masih kurang baik bila dibandingkan kedai kopi lainnya.
Alasan lainnya yaitu sebanyak 15.8 persen menjawab adanya rekomendasi kedai
kopi lain, 12.70 persen menjawab harga dan rasa yang menjadi alasan pembelian
kopi selain di MMC. Sebanyak 11.11 persen dan 9.52 persen menjawab kualitas
serta lokasi MMC yang menjadi alasan pembelian kopi selain di MMC.
23

Gambar 13 Alasan melakukan pembelian di kedai kopi lain

d. Proses Pembelian
Proses pembelian merupakan keputusan konsumen untuk mengkonsumsi
produk yang diinginkan setelah memperoleh alternatif pilihan. Sebanyak 71.25
persen konsumen dipengaruhi oleh teman dalam melakukan pembelian kopi di
Malabar mountain cafe. Selanjutanya yaitu keinginan diri sendiri (26.25%)
menjadi faktor pendorong dilakukannya pembelian kopi di MMC dan sisanya
sebanyak 2.5 persen dipengaruhi oleh keluarga.

Gambar 14 Pengaruh dalam melakukan pembelian

ser Sebanyak 56 persen konsumen menjawab tujuan melakukan pembelian


di MMC adalah untuk berkumpul dengan keluarga atau teman. Sebanyak 25
persen konsumen datang ke MMC untuk makan dan minum, 11.25 persen untuk
bertemu dengan klien mereka dan sisanya sebanyak 7.5 persen menjawab untuk
melakukan pekerjaan seperti skripsi atau pekerjaan lainnya.
24

Gambar 15 Tujuan melakukan pembelian

Sebagian konsumen melakukan pembelian di kedai kopi Malabar Mountain


Cafe sebanyak satu kali dalam sebulan (72.5%), urutan kedua sebanyak 2 kali
dalam sebulan (17.5%), tiga kali dalam sebulan (7.5%), dan lebih dari 4 kali
dalam sebulan diwakili oleh konsumen sebanyak 2.5 persen.

Gambar 16 Frekuensi melakukan pembelian di Malabar Mountain Cafe

Sebanyak 63.75 persen melakukan pembelian di Malabar Mountain Cafe


secara spontan atau tidak terencana, sedangkan 33.75 persen lainnya sudah
merencanakan pembelian di Malabar mountain cafe dan 2.5 persen melakukan
pembelian di MMC tergantung situasi dan kondisi konsumen.

Gambar 17 Pengambilan keputusan di Malabar Mountain Cafe


25

Jenis kopi yang dipesan sebagian besar konsumen adalah kopi siap minum
yaitu sebesar 84.93 persen. Selanjutnya sebanyak 9.59 persen melakukan
pembelian biji kopi yang akan dijual kembali. Pembelian kopi bubuk dengan
persentase 5.48 persen.

Gambar 18 Jenis kopi yang dikonsumsi

Menu lain yang sering dipesan oleh konsumen adalah camilan (87.5%),
sebagian besar memesan kentang goreng sebagai makanan camilan pendamping
kopi. Sisanya sebanyak 12.5 persen memesan teh sebagai menu lain yang dibeli
konsumen.

Gambar 19 Menu lain yang sering dibeli


Konsumen malabar mountain cafe sebanyak 81.25 persen melakukan
kunjungan ke malabar mountain cafe pada waktu yang tidak menentu, artinya
konsumen melakukan kunjungan tergantung kondisi yang ada pada konsumen.
Sebanyak 13.75 persen konsumen melakukan kunjungan hanya pada hari kerja
saja dan 5 persen lainnya melakukan kunjungan pada hari libur saja.

Gambar 20 Waktu kunjungan ke Malabar Mountain Cafe


26

Sebanyak 91.25 persen konsumen akan beralih ke produk lain jika menu
yang diinginkan tidak tersedia. Sebanyak 5 persen konsumen tidak melakukan
pembelian sama sekali ketika menu yang diinginkan tidak tersedia, dan sisanya
3.75 persen beralih ke kedai kopi lain.

Gambar 21 Sikap yang dilakukan jika menu tidak tersedia

e. Pasca Pembelian
Tahap pasca pembelian adalah ketika konsumen mengevaluasi apakah
produk yang dikonsumsi memberikan kepuasan atau telah sesuai dengan harapan
konsumen. Perilaku pasca pembelian akan mempengaruhi bagaimana sikap
konsumen selanjutnya. Sebanyak 90 persem konsumen Malabar mountain cafe
merasa puas dengan menu yang ditawarkan, sedangkan 10 persen sisanya merasa
tidak puas. Ketidakpuasan konsumen tersebut dikarenakan menurut konsumen
jenis kopi dan menu yang ditawarkan oleh malabar mountain cafe dirasa kurang
variatif.

Gambar 22 Kepuasan terhadap menu yang ditawarkan

MMC memiliki rasa kopi yang khas dan berbeda dengan kopi lainnya,
sebanyak 82.5 persen menyatakan bahwa rasa kopi yang ada pada MMC sesuai
dengan selera mereka, dan 12.5 persen menyatakan sangat sesuai dengan selera
mereka. Namun sebanyak 5 persen menyatakan bahwa rasa kopi di MMC tidak
sesuai dengan selera mereka.
27

Gambar 23 Rasa kopi yang disajikan

Kenaikan harga merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan


tingkat penjualan. Pada malabar mountain cafe, sebanyak 49 persen konsumen
tetap melakukan pembelian meskipun terjadi kenaikan harga, sebanyak 31 persen
konsumen memilih untuk beralih ke produk lain, sebanyak 15 persen memilih
untuk tidak melakukan pembelian sama sekali dan 5 persen konsumen
menyatakan akan tetap melakukan pembelian dengan syarat kualitas yang
diberikan sama seperti sebelumnya.

Gambar 24 Sikap yang dilakukan jika terjadi kenaikan harga

Berdasarkan hasil secara keseluruhan, konsumen malabar mountain cafe


akan merekomendasikan kepada orang lain dengan persentase sebesar 95 persen
sedangkan 5 persen sisanya tidak akan merekomendasikan kepada orang lain.

Gambar 25 Rekomendasi kepada orang lain


28

Analisis Faktor – Faktor Mempengaruhi Keputusan Pembelian Kopi di


Malabar Mountain Cafe

Proses keputusan pembelian tidak terlepas dari apa saja faktor – faktor yang
mempengaruhi konsumen melakukan pembelian. Analisis faktor digunakan untuk
menyederhanakan hubungan dari beberapa bentuk variabel menjadi faktor – faktor
yang mewakili variabel – variabel tersebut. Analisis faktor tergolong metode
interdependence dimana semua variabel berstatus sama. Pada penelitian ini,
jumlah variabel yang akan dianalisis sebanyak 31 variabel.
Langkah awal untuk menguji apakah analisis faktor dapat dilanjutkan atau
tidak yaitu dengan menggunakan uji statistik KMO and Barlett’s Test. Apabila
indeks KMO tinggi (berkisar antara 0.5 sampai 1.0) analisis faktor layak
dilakukan. Sebaliknya, jika nilai KMO di bawah 0.5 analisis faktor tidak layak
dilakukan (Simamora, 2005). Hasil dari uji KMO-MSA yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah sebesar 0.433 dan Bartlett’s Test dengan angka chi-squared
sebesar 2071.797 serta nilai signifikansi = 0.000 < 0.05 pada 31 variabel
menunjukkan bahwa matriks korelasi bukan merupakan matriks identitas sehingga
dapat dilakukan analisis komponen utama. Berdasarkan hasil yang didapatkan,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa analisis faktor layak dilakukan dan
antarvariabel terdapat korelasi.
Selain pengecekan terhadap KMO and Barlett’s Test, dilakukan juga
pengecekan Anti Image Matrices untuk mengetahui apakah variabel – variabel
secara parsial layak untuk dianalisis dan tidak dikeluarkan dalam pengujian.
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa dari 31 variabel yang akan
dianalisis, terdapat 4 variabel yang memiliki nilai MSA (Mesures of Sampling
Adequacy) lebih kecil dari 0.5 yakni V1, V2, V3, V4, V7, V9, dan V22 sehingga
tidak semua variabel dapat digunakan dalam analisis faktor. Variabel yang
memiliki nilai paling kecil harus dikeluarkan terlebih dahulu kemudian dilakukan
pengolahan ulang tanpa memasukan variabel tersebut hingga tidak terdapat
variabel dengan nilai MSA kurang dari 0.5 sehingga dilakukan pengujian ulang
terhadap 24 variabel lainnya.

Tabel 4 Hasil KMO and Barlett’s Test sebelum dilakukan pengurangan variabel

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,433


Bartlett's Test of Approx. Chi-Square 2071,797
Sphericity df 465
Sig. ,000

Setelah variabel – variabel dengan nilai MSA kurang dari 0.5 dikeluarkan,
nilai KMO meningkat dari 0.433 menjadi 0.650 dan tingkat signifikansi 0,000.
Pengurangan 4 variabel tersebut meningkatkan nilai KMO sehingga cukup
beralasan untuk melakukan pengurangan tersebut. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa 24 variabel tersebut layak untuk dilakukan analisis faktor.
29

Tabel 5 Hasil KMO and Barlett’s Test setelah dilakukan pengurangan variabel

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,650


Bartlett's Test of Approx. Chi-Square 1337,199
Sphericity df 276
Sig. ,000

Langkah selanjutnya dalam analisis faktor adalah melakukan ekstraksi


terhadap variabel-variabel yang ada sehingga terbentuk satu atau lebih faktor yang
lebih sedikit dari variabel yang ada. Metode yang digunakan dalam proses
ekstraksi adalah principal component analysis (PCA) dimana dalam proses ini
akan menghasilkan nilai communalities. Angka-angka dalam matriks PCA
menyatakan korelasi parsial antarvariabel, yaitu korelasi yang tidak dipengaruhi
oleh variabel lain. Pada Tabel communalities, nilai extraction yang terbentuk
menunjukan besarnya persentase varian suatu variabel yang dapat dijelaskan dari
faktor yang terbentuk dan dapat menunjukan seberapa pengaruh variabel tersebut
terhadap keputusan pembelian konsumen.

Tabel 6 Nilai communalities pada 24 variabel

Variable Communalities
V5 Saran orang terdekat (selain keluarga) ,846
V6 Saran rekan kerja/ teman sekomunitas ,781
V8 Tingkat pendapatan yang berbeda ,749
V10 Trend/Gaya hidup ,830
V11 Kandungan gizi ,785
V12 Dorongan dari dalam diri ,668
V13 Keyakinan dalam diri ,540
V14 Kesehatan ,599
V15 Cita rasa yang sesuai ,817
V16 Aroma kopi yang khas ,783
V17 Tingkat kekentalan dan kepekatan yang pas ,752
V18 Tampilan penyajian ,890
V19 Varian menu yang ditawarkan ,805
V20 Harga yang ditawarkan ,791
V21 Harga yang bersaing dengan kedai kopi lain ,828
V23 Harga yang sesuai dengan kualitas dan pelayanan ,625
V24 Promosi yang dilakukan ,762
V25 Iklan di sosial media ,784
V26 Ketersediaan papan nama ,634
V27 Lokasi mudah dijangkau ,716
V28 Ketersediaan fasilitas ,695
V29 Konsep edukasi yang diterapkan ,735
V30 Kecepatan pelayanan, penyajian dan transaksi ,863
V31 Kesigapan pelayanan dan penampilan pramusaji ,745

Dari keseluruhan nilai dalam tabel communalities, diperoleh bahwa 24


variabel masing-masing mempunyai nilai communalities yang lebih besar dari 0.5.
30

Secara keseluruhan, dapat diartikan bahwa semua variabel yang digunakan


memiliki hubungan yang kuat dengan faktor yang terbentuk. Semakin besar nilai
dari communalities maka semakin baik analisis faktor, karena semakin besar
karakteristik variabel asal yang dapat diwakili oleh faktor yang terbentuk.
Tabel Total Variance Explained digunakan untuk menunjukkan besarnya
persentase keragaman total yang mampu diterangkan oleh keragaman faktor -
faktor yang terbentuk. Faktor yang terbentuk harus memiliki nilai eigenvalue lebih
besar dari 1. Nilai eigenvalue menunjukan kepentingan relatif masing-masing
faktor dalam menghitung ragam seluruh peubah yang dianalisis. Pada output dari
Total Variance Explained menghasilkan 7 faktor yang dibentuk berdasarkan nilai
eigenvalue yang lebih besar dari 1. Faktor pertama memiliki nilai eigenvalue
8.252, Faktor kedua memiliki nilai eigenvalue 2.639, faktor ketiga memiliki nilai
eigenvalue 1.744, faktor keempat dengan nilai eigenvalue 1.631, faktor kelima
dengan nilai eigenvalue 1.356, faktor keenam dengan nilai eigenvalue 1.259 dan
terakhir faktor ketujuh dengan nilai eigenvalue yang dihasilkan sebesar 1.142.
Faktor-faktor yang terbentuk ini memiliki nilai total percentage of variance sebesar
75.092 persen yang berarti 75.092 persen dari seluruh variabel dapat dijelaskan oleh
tujuh faktor yang terbentuk.
Selanjutnya adalah tabel rotated component matrix yang digunakan untuk
mendistribusikan peubah – peubah yang telah di ekstrak kedalam factor loading.
Hasil ekstraksi faktor dalam matriks faktor mengidentifikasikan hubungan antar
faktor dan variabel individual, namun dalam faktor – faktor tersebut banyak
variabel yang berkorelasi sehingga sulit di interpretasikan. Pada tabel Rotated
Component Matrix menunjukkan distribusi 24 variabel yang memiliki factor
loaded lebih dari 0.4 telah diekstrak kedalam faktor yang telah terbentuk. Peubah
yang memiliki factor loaded kurang dari 0.4 dianggap memiliki kontribusi lemah
terhadap faktor yang terbentuk, sehingga harus direduksi dari faktor yang
dibentuknya.

Tabel 7 Rotated Componen Matrix

Component 1 2 3 4 5 6 7
V5 ,077 -,076 ,096 ,156 ,139 ,873 ,141
V6 ,138 ,147 -,154 ,115 -,008 ,838 ,033
V8 ,162 -,021 -,549 ,094 ,123 ,049 ,628
V10 ,076 ,255 -,008 ,126 ,580 ,279 ,574
V11 -,050 ,343 ,253 ,695 ,127 ,198 ,248
V12 ,110 ,023 ,055 ,373 ,687 ,089 ,183
V13 ,189 ,264 ,158 ,270 ,416 ,358 ,189
V14 ,086 ,030 ,255 ,679 ,250 ,047 -,006
V15 ,464 ,209 -,239 ,474 ,504 -,138 ,055
V16 ,251 -,049 -,154 ,777 ,078 ,268 ,111
V17 -,008 ,063 ,240 ,161 ,173 ,108 ,789
V18 ,641 ,216 ,140 ,510 -,365 ,041 ,135
V19 ,627 ,206 ,180 ,062 ,487 ,102 ,291
V20 ,832 ,185 ,122 ,136 ,047 ,119 -,124
V21 ,843 ,032 ,193 ,074 ,215 ,097 ,138
V23 ,560 ,282 ,181 ,120 ,336 ,268 -,005
31

V24 ,206 ,124 ,817 ,163 ,026 -,066 ,066


V25 ,200 ,214 ,814 ,111 ,132 ,068 ,037
V26 ,219 ,462 ,204 -,037 ,570 ,001 ,072
V27 ,514 ,232 ,589 -,033 ,104 -,049 ,193
V28 ,399 ,548 ,027 ,193 ,340 ,287 ,008
V29 ,043 ,787 ,281 ,026 ,173 ,044 -,050
V30 ,183 ,883 ,083 ,145 ,122 ,010 ,084
V31 ,386 ,625 ,086 ,014 -,128 ,004 ,426

Penamaan terhadap faktor – faktor yang terbentuk dalam analisis faktor


dilakukan berdasarkan variabel – variabel yang membentuk faktor tersebut. Faktor
pertama dinamakan Faktor Karakteristik Produk dan Harga. Faktor ini terdiri dari
Tampilan penyajian kopi, varian menu yang ditawarkan, harga kopi yang
ditawarkan, harga yang bersaing dengan produsen lain, serta harga yang sesuai
dengan kualitas produk dan pelayanan. Konsumen melakukan pengambilan
keputusan pembelian di MMC berdasarkan bagaimana tampilan penyajian dan
varian menu yang ditawarkan oleh MMC serta harga produk yang bersaing namun
sesuai dengan kualitas produk yang dihasilkan.
Faktor kedua yang terbentuk terdiri dari ketersediaan fasilitas, konsep
edukasi yang diterapkan, kecepatan pelayanan dan transaksi, serta kesigapan
pelayanan dan penampilan pramusaji. Faktor kedua yang terbentuk diberi nama
Faktor Fasilitas dan Pelayanan. Pada faktor ini konsumen mempertimbangkan
pembelian dari segi fasilitas yang disediakan oleh MMC serta pelayanan yang
diberikan oleh MMC.
Faktor ketiga yaitu Faktor Promosi dan Tempat. Faktor ini terdiri dari
promosi yang dilakukan MMC, iklan di sosial media serta lokasi Malabar
Mountain Cafe. MMC menggunakan jasa sosial media facebook sebagai media
promosi produknya serta lokasi MMC sebagai tempat distribusi produk yang
mudah untuk dijangkau bagi para konsumen.
Faktor keempat yaitu Faktor Manfaat Produk. Faktor ini terdiri dari
Kandungan gizi dari kopi, manfaat kopi dari segi kesehatan dan Aroma khas kopi.
Perilaku pengambilan keputusan dilakukan konsumen karena melihat dai segi
manfaat yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Kandungan gizi
yang terdapat didalam kopi tersebut baik untuk kesehatan serta aroma kopi yang
khas dapat membuat konsumen menjadi lebih relaks dan santai.
Faktor kelima adalah Faktor Kepribadian. Faktor ini terdiri dari variabel
trend atau gaya hidup, dorongan dari dalam diri, perasaan nyaman dan santai, cita
rasa yang sesuai dan ketersediaan papan nama. Faktor ini dibentuk berdasarkan
kebutuhan internal dari dalam diri konsumen. Sugesti serta pemikiran dari diri
konsumen yang menganggap konsumsi kopi merupakan sebuah gaya hidup dan
cita rasa yang sesuai dengan diri konsumen. Selain itu ketersediaan papan nama
pada lokasi mampu mempengaruhi psikologis konsumen karena dapat
menstimulasi pemikiran konsumen ketika melihat papan nama tersebut.
Faktor keenam yaitu Faktor Pengaruh Lingkungan yang terdiri dari
pengaruh orang terdekat (selain keluarga) dan pengaruh rekan kerja atau teman
sekomunitas. Pengaruh dari orang terdekat serta rekan kerja dapat membuat
konsumen pada akhirnya melakukan pembelian karena adanya pengaruh yang
cukup kuat.
32

Faktor ketujuh yaitu Faktor Isyarat Kualitas. Faktor ini meliputi tingkat
pendapatan serta kekentalan dan kepekatan kopi sebagai alternatif pilihan dengan
pemakaian harga sebagai isyarat kualitas. Kopi yang disajikan di kedai - kedai
kopi memiliki tingkat kekentalan dan kepekatan yang lebih tinggi dibandingkan
kopi yang dijual pada warung kopi pinggir jalan. Perbedaan kualitas ini pun dapat
menggambarkan perbedaan harga yang diberikan. Tingkat pendapatan yang tinggi
mempengaruhi kemampuan konsumen dalam melakukan pembelian kopi yang
memiliki kualitas lebih baik dibandingkan kopi dengan harga murah namun
dengan kualitas yang kurang baik.

Tabel 8 Pembagian variabel – variabel kedalam Faktor

Nilai
Komponen Utama Variabel Loading
V18: Tampilan penyajian kopi .641
V19: Varian menu yang ditawarkan .627
Faktor 1
V20: Harga kopi yang ditawarkan .832
Karakteristik Produk
V21: Harga yang bersaing .843
dan Harga
V23: Harga sesuai dengan kualitas dan .560
pelayanan
V28: Ketersediaan fasilitas seperti wi-fi, .548
toilet, mushol dan parkir
V29: Konsep edukasi yang diterapkan .787
Faktor 2
(Cupping dan roasting session)
Fasilitas dan
V30: Kecepatan pelayanan, penyajian dan .883
Pelayanan
transaksi
V31: Kesigapan pelayanan serta .625
penampilan pramusaji
V24: Promosi yang dilakukan .817
Faktor 3
V25: Iklan sosial media .814
Promosi dan Tempat
V27: Lokasi yang mudah dijangkau .589
V11: Kandungan gizi .695
Faktor 4
V14: Kesehatan .679
Manfaat
V16: Aroma khas kopi .777
V10: Trend/Gaya hidup .580
Faktor 5 V12: Dorongan dari dalam diri .687
Kepribadian V13: Perasaan nyaman dan santai .416
V26: Ketersediaan papan nama .570
V5: Pengaruh orang terdekat (selain .873
Faktor 6 keluarga)
Pengaruh V6: Pengaruh rekan kerja/teman .838
Lingkungan sekomunitas
Faktor 7 V8: Tingkat pendapatan .628
Isyarat Kualitas V17: Kekentalan dan kepekatan kopi .789

Implikasi Manajerial
33

Penerapan strategi STP (segmentasi, targeting, positioning) ditujukan agar


perusahaan dapat memposisikan produknya dalam benak konsumen sehingga
produk tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.
Malabar Mountain Cafe telah memiliki STP yang jelas. Segmentasi dari produk
kopi MMC adalah laki – laki atau perempuan penikmat kopi dengan rentang usia
18 hingga 50 tahun keatas dengan target yaitu konsumen yang benar – benar
sebagai penikmat kopi dan menginginkan cita rasa kopi yang berbeda dengan
kedai kopi lainnya. Positioning dari Malabar Mountain cafe adalah sebagai kedai
kopi dengan konsep edukasi yang menyajikan kopi hasil dari perkebunan milik
sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa karakteristik konsumen
Malabar Mountain Cafe sesuai dengan segmentasi dan target pasar dari Malabar
Mountain Cafe yaitu didominasi oleh laki – laki dengan rentang usia 23 – 27
tahun, belum menikah, pendidikan terakhir S1, berprofesi sebagai pegawai swasta
dengan pendapatan rata – rata per bulan Rp 2 500 000 – Rp 3 000 000. Pada
positioning pun telah sesuai karena Malabar Mountain Cafe hanya menyajikan
kopi hasil dari perkebunan milik sendiri dan cita rasanya sesuai dengan selera
konsumen.
Berkaitan dengan bauran pemasaran, dari segi product, konsumen merasa
cita rasa kopi Malabar Mountain Cafe telah sesuai dengan selera serta puas
dengan produk tersebut. Dari segi price, konsumen merasa harga yang ditawarkan
sesuai dengan kualitas serta pelayanan yang diberikan oleh Malabar Mountain
Cafe, sehingga ketika terjadi kenaikan harga konsumen akan tetap melakukan
pembelian. Dari segi place, lokasi Malabar Mountain Cafe dinilai cukup strategis
dan mudah dijangkau, mengingat lokasi MMC merupakan wilayah yang cukup
ramai dilalui orang. Dari segi promotion, MMC kurang melakukan promosi
seperti kedai kopi lainnya. Media promosi yang digunakan hanya sosial media
Facebook serta berdasarkan word of mouth.
Dari sisi process dan people, kecepatan pelayanan, penyajian dan transaksi
serta kesigapan pelayanan dinilai sudah cukup baik bagi konsumen. Dari sisi
physical evidence

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Karakteristik konsumen Malabar Mountain Cafe pada penelitian ini
didominasi oleh laki – laki (55%) dengan rentang usia 23 hingga 27 tahun
(46.25%) berprofesi sebagai karyawan swasta (33.75%) dan belum menikah
(77.5%), memiliki pendapatan rata – rata per bulan sebesar Rp 2 500 000 –
Rp 3 000 000 (28,75%) dengan pendidikan terakhir S1 (38.75%).
34

2. Proses keputusan pembelian terdiri dari 5 tahapan yaitu pengenalan


kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan
pasca pembelian.
a. Pada tahap pengenalan kebutuhan, motivasi atau alasan utama
konsumen mengkonsumsi kopi yaitu karena kesukaan terhadap kopi,
hal ini terlihat dari frekuensi mengkonsumsi kopi yaitu 3 kali dalam
seminggu. Manfaat yang diperoleh konsumen setelah mengkonsumsi
kopi yaitu memperoleh rasa nyaman dan santai.
b. Pada tahap pencarian informasi, sebagian besar konsumen Malabar
Mountain Cafe mendapatkan informasi melalui teman. Informasi yang
menjadi fokus perhatian konsumen adalah atribut produk kopi yang
dijual seperti jenis kopi, rasa, tekstur serta aroma kopi. Mayoritas
konsumen terpengaruh untuk melakukan pembelian.
c. Pada tahap evaluasi alternatif, rasa merupakan pertimbangan utama
sebelum melakukan pembelian, namun sebagian besar konsumen juga
melakukan pembelian di kedai kopi lain karena faktor suasana/tempat
dari kedai kopi.
d. Pada tahap proses pembelian, mayoritas konsumen dipengaruhi oleh
teman dalam melakukan pembelian di Malabar Mountain Cafe. Tujuan
konsumen melakukan pembelian di MMC yaitu berkumpul dengan
teman atau keluarga. Rata – rata konsumen melakukan pembelian
sebanyak 1 kali dalam sebulan. Pembelian dilakukan secara tidak
terencana atau secara spontan. Jenis kopi yang dipesan sebagian besar
adalah kopi siap minum dengan camilan seperti kentang goreng
menjadi menu lain yang dipesan. Waktu kunjungan konsumen ke MMC
tidak menentu, tergantung situasi dan kondisi dari konsumen tersebut.
Jika menu yang diinginkan konsumen tidak tersedia, sebagian besar
konsumen tetap melakukan pembelian meskipun beralih ke produk lain.
e. Pada tahap pasca pembelian, mayoritas konsumen merasa puas terhadap
menu yang ditawarkan oleh MMC karena rasa kopi yang disajikan
sesuai dengan selera konsumen. Jika terjadi kenaikan harga konsumen
akan tetap melakukan pembelian dan merekomendasikan kepada orang
lain.
3. Keputusan pembelian kopi di Malabar Mountain Cafe dipengaruhi oleh
tujuh faktor utama. Faktor pertama yaitu Faktor Karakteristik Produk dan
Harga (8.252), faktor kedua yaitu Faktor Fasilitas dan Pelayanan (2.639),
faktor ketiga adalah Faktor Promosi dan Tempat (1.744), faktor keempat
yaitu Manfaat (1.631), faktor kelima yaitu Faktor Kepribadian (1.356),
faktor keenam adalah Faktor Pengaruh Lingkungan (1.259), dan faktor
ketujuh yaitu Faktor Isyarat Kualitas (1.142).

Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa sebagian besar


informasi mengenai Malabar mountain cafe diperoleh konsumen dari teman,
lebih baik agar MMC meningkatkan promosi melalui iklan atau promo –
35

promo sehingga dapat menarik minat konsumen – konsumen baru untuk


melakukan pembelian di MMC, bukan hanya untuk pembelian kopi siap
minum namun juga biji kopi dan kopi bubuk.
2. Adanya pesaing kedai kopi lain menjadi ancaman bagi MMC, terlihat
bahwa sebagian besar konsumen melakukan pembelian kopi selain di MMC
karena faktor suasana/tempat. MMC sebaiknya lebih memperhatikan faktor
suasana seperti dekorasi dan interior ruangan serta fasilitas seperti mushola
agar konsumen merasa nyaman melakukan pembelian berulang di MMC.
3. MMC sebaiknya meningkatkan kinerja produk dan pelayanan karena masih
ada konsumen yang tidak merasa puas dan tidak merekomendasikan MMC
kepada orang lain. Varian menu yang ditawarkan sebaiknya ditambah agar
pilihan menu untuk konsumen tidak monoton dan lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA
[AEKI] Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia. 2015. Konsumsi Kopi
Indonesia. [internet]. [diunduh tanggal 8 oktober 2015] tersedia pada
http://www.aeki-aice.org/
[BPPD] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2014. Tinjauan
Ekonomi Kota Bogor Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Tahun 2009‐2013. Bogor: BPPD Kota Bogor
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2015. Kota Bogor dalam Angka 2015.
Bogor: BPS Kota Bogor
[DISBUDPAR] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2015. Data jumlah restoran
Kota Bogor tahun 2010-2014. Bogor: DISBUDPAR Kota Bogor.
Engel JF, et al. 1994. Perilaku Konsumen. Ed Ke-6 Jilid 1. Budiyanto,
Penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Consumer
Behaviour. 6th Ed Jilid 1.
[FAO] Food And Agricultural Organization. 2015. Food And Agricultural
Commodities Production. [internet]. [diunduh tanggal 10 oktober 2015]
tersedia pada http://faostat3.fao.org/
Herwinarni Y, Gunistiyo. 2009. Pengaruh persepsi nilai, persepsi kualitas dan citra
perusahaan terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen pada rumah makan
”Indonesia” di Kota Tegal. [jurnal]. Tegal (ID): Universitas Pancasakti.
Edisi 45, hal. 15-21.
[ICO] International Coffee Organization. 2015. Word Coffee Consumption.
[internet]. [diunduh tanggal 8 oktober 2015] tersedia pada www.ico.org
Indrabudi WA. 2014. Analisis keputusan pembelian dan sikap konsumen terhadap
produk restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) (Studi Kasus Konsumen
KFC Margonda Depok). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Kotler P, G Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi ke-12. Bob


Sabran, penerjemah. Adi Maulana, Devri Barnadi, Wibi Hardani, editor.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Marketing. 12th
Edition.
36

Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Ke-11. Molan B, Penerjemah.


Jakarta (ID): PT.Indeks. Terjemahan dari: Marketing Management. 11th
Edition.
Nababan FD, Naika. 2005. Analisis sikap konsumen terhadap atribut sepatu wanita
Donatello (Studi Kasus Donatello Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Parasyamya YD. 2015. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan mahasiswa dalam memilih Institut Pertanian Bogor. [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Pradana AK. 2014. Analisis pengambilan keputusan pembelian buah pepaya
calina. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Putrinanda E. 2010. Analisis perilaku konsumen dalam proses keputusan
pembelian frozen yoghurt (studi kasus gerai frozen yoghurt Sour Sally Mall
Senayan City). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Rachmina D, Muliasari RM. 2015. Keputusan pembelian dan sikap konsumen roti
merek Sari Roti (studi kasus pada mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor).
[jurnal]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jurnal Forum Agribisnis
Volume 5, No. 1.
Roswitasari LD. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam keputusan pembelian susu cair Ultra Milk (studi kasus
mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor). [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Setiadi N. 2010. Perilaku konsumen konsep dan implikasi untuk strategi
penelitian pemasaran. Jakarta (ID) : Kencana.
Simamora B. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. PT. Ghalia Indonesia.
Bogor.
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Umar H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta (ID): Ghalia
Indonesia
Umar, Husein. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia
Pustaka Utama dan Jakarta Research Business Center (JRBC). Jakarta
Wiyanti E. 2007. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi proses keputusan
pembelian kecap manis (kasus Hero Supermarket, Jakarta Pusat). [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Zepri, ZZ. 2005. analisis karakteristik dan perilaku konsumen sayuran organik
(studi kasus di Hero Supermarket Plaza Senayan, Jakarta Pusat). [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai