Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM SARJANA KEDOKTERAN FK UKRIDA

UNTUK KEPERLUAN SEKRETARIAT

1 Mahasiswa/i

Nama : Lisa Kristiana NIM : 102014014

2 Pembimbing Tim pembimbing skripsi tidak boleh melebihi dua orang

Nama : Christian Yonathan Gelar : dr.,Sp.OT,M.Kes

Nama : Handy Winata Gelar : dr.,Mbiomed

3 Judul Skripsi Harus informatif dan singkat jangan. melebihi 20 kata

Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat yang Mengalami Obesitas tentang Osteoarthritis Lutut di
Desa Guji Baru Jakarta Barat Tahun 2017.

4 Kata Kunci 3-5 kata kunci (key words)

Pengetahuan Osteoarthritis

Obesitas

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


5 Persetujuan Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

dr. Christian Yonathan, Sp.OT,M.Kes

Nama Tanda Tangan Tanggal

dr. Handy Winata, Mbiomed

6 Persetujuan Penilai Proposal

Nama Penilai & Gelar Institusi

Tanggal dan Tanda tangan Penilaian (mohon diberi tanda  )

 Diterima tanpa perbaikan


 Diterima dengan perbaikan
( mohon diberikan komentar)
 Tidak diterima
(mohon diberikan komentar)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


7 Komentar Penilai (apabila tidak mencukupi dapat dituliskan di lembar tambahan)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


8 Latar Belakang Jangan melebihi 2 halaman yang disediakan. Gunakan spasi tunggal (12 pts Font )

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago
sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki adalah bagian yang paling sering terkena. Prevalensi
osteoarthritis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria, dan 12.7% pada wanita. Pasien
osteoarthritis biasanya mengeluh pada saat waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada
sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat
mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif,
osteoarthritis mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar, baik di negara maju ataupun berkembang.
Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang usia lanjut di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis. Pada
abad mendatang tantangan terhadap dampak osteoarthritis akan lebih besar karena semakin banyaknya
populasi yang berumur tua.1
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan di Indonesia sebanyak 24,7%, jika berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala tertinggi
di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1%, Bali 30%, dan DKI Jakarta 28,1%. Jika dilihat
dari karakteristik umur, prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (54,8%). Penderita wanita juga lebih
banyak (27,5%) dibandingkan dengan pria (21,8%). Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada
penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita
osteoarthritis lutut. Osteoarthritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat. 2 Dampak ekonomi,
psikologi dan sosial dari osteoarthritis sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan
lingkungan.3
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan
osteoarthritis lutut di Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% diantaranya melakukan
pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri.4
Osteoarthritis lutut bersifat progresif lambat, umumnya terjadi pada usia lanjut, walaupun usia
bukan satu-satunya faktor risiko.1 Faktor lain yang diduga menjadi pemicu osteoarthritis lutut adalah
obesitas. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi
standar yang ditentukan.5 Obesitas sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah osteoarthritis lutut.
Dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih besar sehingga
mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi.6

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Studi lain dari peneliti kesehatan masyarakat University College London menyimpulkan bahwa
obesitas meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis lutut hingga empat kali banyaknya pada pria dan
tujuh kali pada wanita. Obesitas juga dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan intensitas
nyeri yang dirasakan pasien osteoarthritis lutut.5
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010, angka overweight
dan obesitas pada penduduk di atas 18 tahun tercatat sebanyak 27,1%. Prevalensi obesitas pun jauh lebih
tinggi di daerah perkotaan dibanding pedesaan. Selain itu, risiko obesitas untuk terserang osteoarthritis
lutut meningkat mencapai berkisar antara 5-12 kali.5
Belum ada intervensi secara terprogram oleh pemerintah terhadap faktor-faktor risiko tersebut.
Pemerintah sedang berupaya melakukan intervensi secara terprogram dengan dibentuknya Direktorat
Penyakit Tidak Menular Sub Direktorat Penyakit Kronis Degeneratif, yang bertugas menangani masalah-
masalah penyakit kronis degeneratif termasuk osteoarthritis. Hal tersebut diperkuat dengan adanya Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1277 / Menkes / SK / XI / 2006 tentang Struktur Organisasi
dan Tatalaksana Departemen Kesehatan RI. Sedangkan intervensi yang dilakukan pihak rumah sakit lebih
bersifat kuratif dan rehabilitatif. Program PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit) sudah mulai
dilakukan, dengan memberi penyuluhan kepada pasien osteoarthritis supaya menghindari faktor-faktor
risiko osteoarthritis, antara lain menjaga berat badan ideal, menghindari aktivitas fisik berat dan
sebagainya.5
Mengingat besarnya kerugian yang dapat ditimbulkan akibat osteoarthritis , maka perlu dilakukan
upaya pencegahan terjadinya osteoarthritis. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memberikan
pengetahuan mengenai osteoarthritis.
Tingginya prevalensi osteoarthritis tentu menimbulkan sebuah permasalahan yang perlu
diperhatikan, terutama osteoarthritis mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar, baik di negara maju
ataupun berkembang.1 Hal ini menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian bertujuan
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pada masyarakat yang mengalami obesitas tentang
osteoarthritis. Dengan diketahuinya tingkat pengetahuan, maka diharapkan nantinya dapat dilakukan
upaya pencegahan dengan menanamkan kesadaran diri untuk menurunkan berat badan. Selain itu, dapat
mengenalkan kepada masyarakat mengenai gejala dari osteoarthritis supaya nantinya mengetahui
bagaimana cara penanganan yang baik dan tepat.

9 Permasalahan Cantumkan juga hipotesis (bila ada) atau pertanyaan penelitian.


5

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Masalah:
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago
sendi, terutama sendi lutut. Prevalensi osteoarthritis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5%
pada pria, dan 12.7% pada wanita.1 Obesitas atau berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan
meningkatnya risiko untuk timbulnya osteoarthritis lutut baik pada wanita maupun pada pria. Dampak
buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih besar sehingga
mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi.6Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan masyarakat yang mengalami obesitas tentang
osteoarthritis lutut?

Hipotesis:
Masyarakat yang mengalami obesitas memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang osteoarthritis
lutut.

10 Tujuan Penelitian Uraikan tujuan khusus dan makna penelitian harus diuraikan dengan jelas.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Tujuan Umum:
Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan masyarakat yang mengalami obesitas tentang osteoarthritis
lutut di Desa Guji Baru Jakarta Barat tahun 2017.

Tujuan Khusus:
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus, yaitu untuk mengidentifikasi :
1. Diketahuinya pengetahuan masyarakat yang mengalami obesitas tentang osteoarthritis dengan
pengetahuan baik.
2. Diketahuinya pengetahuan masyarakat yang mengalami obesitas tentang osteoarthritis dengan
pengetahuan cukup.
3. Diketahuinya pengetahuan masyarakat yang mengalami obesitas tentang osteoarthritis dengan
pengetahuan kurang.

Manfaat Penelitian :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara lain :
1. Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dan tenaga pemberi layanan
kesehatan untuk meningkatkan sosialisasi tentang osteoarthritis pada masyarakat.

2. Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai osteoarthritis agar masyarakat dapat
mengerti dan dapat mengambil sikap untuk mencegah terjadinya osteoarthritis.

3. Peneliti Lain
Sebagai bahan kajian pustaka bagi peneliti lain, terutama peneliti yang karena pertimbangan
tertentu ingin melakukan penelitian lanjutan atau melakukan penelitian yang sejenis.

4. Universitas Kristen Krida Wacana


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan
masyarakat yang mengalami obesitas tentang osteoarthritis dan menjadikan isu untuk promosi
kesehatan.

11 Tinjauan Pustaka
7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2.1 OSTEOARTHRITIS
2.1.1. Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkembang dengan lambat, biasa
mempengaruhi sendi diartrodial perifer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai dengan kerusakan dan
hilangnya kartilago articular yang berakibat pada pembetukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang
terbatas, deformitas, dan ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang
dipengaruhi.1

2.1.2 Klasifikasi Osteoarthritis


Berdasarkan patogenesisnya osteoarthritis dibedakan menjadi dua, diantaranya yaitu osteoarthritis
primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer disebut juga osteoarthritis idiopatik yaitu
osteoarthritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoarthritis sekunder adalah osteoarthritis yang didasari
oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta
imobilisasi yang terlalu lama. Osteoarthritis primer lebih sering ditemukan disbanding osteoarthritis
sekunder.1

2.1.3 Patogenesis Osteoartritis

Gambar2.1.3. A. Kiri : Gambar Sendi Lutut Normal.B. Kanan :gambar sendi lutut yang mengalami osteoarthritis. 5

Terjadinya osteoarthritis tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam tubuh manusia.
Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan. Untuk
melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor risiko

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri
berfungsi untuk meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang
berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70%
bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi.5
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi.
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara
keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III,
VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut menyebabkan terjadi
perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan,
sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.5
Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis osteoarthritis, terutama setelah terjadi
sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan
akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang
subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim
proteolitik.5
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di dalam matriks rawan sendi
yang disebut agrekan. Ada dua tipe agrekanase yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2
(ADAMTs-11). MMPs diproduksi oleh kondrosit, kemudian diaktifkan melalui kaskade yang melibatkan
proteinase serin (activator plasminogen, plamsinogen, plasmin), radikal bebas dan beberapa MMPs tipe
membran. Kaskade enzimatik ini dikontrol oleh berbagai inhibitor, termasuk TIMPs dan inhibitor
aktifator plasminogen. Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan proteoglikan adalah
katepsin, yang bekerja pada pH rendah, termasuk proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein
(katepsin B, H, K, L dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit. Hialuronidase tidak terdapat di
dalam rawan sendi, tetapi glikosidase lain turut berperan merusak proteoglikan.5
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam menghasilkan enzim perusak rawan
sendi. Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit
dan menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut meningkat. Sitokin yang
terpenting adalah IL-1, selain sebagai sitokin pengatur (IL-6, IL-8, LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4, IL-
10, IL-13 dan IFN-γ). Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai MMPs dan
meningkatkan sekresi TIMPs. Selain itu, IL-4 dan IL-13 juga dapat melawan efek metabolic IL-1. IL-1

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


juga berperan menurunkan sintesis kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan
III, sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk.5
Obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya osteoartritis lutut. Sendi lutut merupakan
tumpuan dari setengah berat badan seseorang selama berjalan. Berat badan yang meningkat akan
memperberat tumpuan pada sendi lutut. Pembebanan lutut dapat menyebabkan kerusakan kartilago,
kegagalan ligamen dan struktur lain. Penambahan berat badan membuat sendi lutut bekerja lebih keras
dalam menopang berat tubuh. Sendi yang bekerja lebih keras akan mempengaruhi daya tahan dari tulang
rawan sendi. Rawan sendi akan rusak dan menyebabkan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya dan
menyebabkan terjadinya perubahan biofisika yang berupa fraktur jaringan kolagen dan degradasi
proteoglikan.6

2.1.4 Gejala dan Tanda Klinik Osteoartritis

Pada umumnya pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah berlangsung


lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.

 Nyeri Sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter(meskipun
mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan beristirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-
kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan yang lain. Nyeri pada osteoarthritis
juga dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati, misalnya pada osteoarthritis servikal dan
lumbal. Osteoarthritis lumbal yang menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan
nyeri di betis, yang biasa disebut claudication intermitten.1

 Hambatan Gerakan Sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.1

 Kaku Pagi

Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi
atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.1

10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


 Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar)pada sendi yang sakit.1

 Pembesaran Sendi (Deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan)
secara pelan-pelan membesar.1

 Perubahan Gaya Berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien osteoarthritis
pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien
osteoarthritis yang umumnya tua.1

2.1.5 Faktor Risiko Osteoarthritis

Untuk penyakit dengan penyebab yang tak jelas, istilah faktor risiko (faktor yang meningkatkan
risiko penyakit) adalah lebih tepat. Secara garis besar faktor risiko untuk timbulnya osteoarthritis
(primer) adalah seperti dibawah ini. Harus diingat bahwa masing-masing sendi mempunyai biomekanik,
cedera, dan persentase gangguan yang berbeda, sehingga peran faktor-faktor risiko tersebut untuk masing-
masing osteoarthritis tertentu berbeda. Dengan melihat faktor-faktor risiko ini, maka sebenarnya semua
osteoarthritis individu dapat dipandang sebagai :

-
Faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata.
-
Faktor-faktor yang menyebabkan beban biomekanis tak normal pada sendi-sendi tertentu.
Kegemukan, faktor genetik, dan jenis kelamin adalah faktor risiko umum yang penting.
1. Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoarthritis hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun, dan
sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa osteoarthritis bukan akibat
ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan perubahan pada
osteoarthritis.1

11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut, sedangkan laki-laki lebih sering terkena
osteoarthritis paha, pergelangan tangan, leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi
osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah
menopause) frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada pathogenesis osteoarthritis.1

3. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthriti, misalnya pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden) terdapat
2 kali lebih sering osteoarthritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anak perempuan cenderung
mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan
dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoarthritis tertentu.1

4. Obesitas

Salah satu faktor risiko dari osteoarthritis adalah obesitas atau kegemukan dan orang yang
mengalami obesitas rentan terhadap terjadinya osteoarthritis akibat menopang berat badan yang
berlebih. Obesitas nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya osteoarthritis baik
pada wanita maupun pada pria. Obesitas ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Oleh karena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan
tersebut.8

5. Riwayat Trauma Lutut

Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan
dengan risiko osteoarthritis yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya
osteoarthritis masih menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi
osteoarthritis cedera traumatic (misalnya robeknya meniscus, ketidakstabilan ligament) yang dapat

12

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


mengenai sendi. Akan tetapi selain cedera yang nyata, hasil-hasil penelitian tak menyokong
pemakaian yang berlebihan sebagai suatu faktor untuk timbulnya osteoarthritis. Meskipun
demikian, beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-
orang yang mempunyai predisposisi osteoarthritis dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan
beratnya osteoarthritis.8
6. Kebiasaan Bekerja dengan Beban Berat

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang banyak
menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut. Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian
satu sendi yang terus-menerus (misalnya tukang pahat, pematik kapas) berkaitan dengan
peningkatan risiko osteoarthritis tertentu.8
7. Kebiasaan Merokok
Merokok meningkatkan kandungan racun dalam darah dan mematikan jaringan akibat
kekurangan oksigen, yang memungkinkan terjadinya kerusakan tulang rawan. Rokok juga dapat
merusakkan sel tulang rawan sendi. Hubungan antara merokok dengan hilangnya tulang rawan
pada osteoarthritis lutut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang rawan sendi.
2. Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi hilangnya tulang rawan.
3. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah, menyebabkan
jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan.9

2.1.5 Sendi-Sendi yang Terkena

Adanya predileksi osteoarthritis pada sendi-sendi tertentu (carpometacarpal I,


metatarsophalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang, lutut, dan paha) adalah nyata sekali.
Sebagai perbandingan, osteoarthritis siku, pergelangan tangan,glenohumeral atau pergelangan
kaki jarang sekali dan terutama terbatas pada orang tua. Distribusi yang selektif seperti itu sampai
sekarang masih sulit dijelaskan. Salah satu teori mengatakan bahwa sendi-sendi yang sering
terkena osteoarthritis adalah sendi-sendi yang paling akhir mengalami perubahan-perubahan
evolusi, khususnya dalam kaitan dengan gerakan mencengkeram dan berdiri dua kaki. Sendi-sendi
tersebut mungkin mempunyai rancang bangun yang sub optimal untuk gerakan-gerakan yang
mereka lakukan, mempunyai cadangan mekanis yang tak mencukupi, dan dengan demikian lebih
sering gagal daripada sendi-sendi yang sudah mengalami adaptasi lebih lama.10

13

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2.1.6 Pemeriksaan Fisik

 Hambatan Gerak

Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada osteoarthritis yang masih dini (secara
radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bias
digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerak)
maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).11

 Krepitasi

Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis osteoarthritis lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini
mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau
secara pasif di manipulasi.11

 Pembengkakan Sendi Asimetris

Pembengkakan sendi pada osteoarthritis dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak
banyak (<100 cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan
sendi.11

 Tanda Peradangan

Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata
dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya sinovitis. Biasanya
tanda-tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan
kaki, dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.11

 Perubahan Bentuk (Deformitas) Sendi yang Permanen

Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi,
berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.11

 Perubahan Gaya Berjalan

14

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Keadaan ini hamper selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan.
Terutama dijumpai pada osteoarthritis lutut, sendi paha, dan osteoarthritis tulang belakang dengan
stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku, dan pergelangan tangan,
osteoarthritis juga menimbulkan gangguan fungsi.11

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnostik osteoarthritis biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.

1. Radiografis sendi yang terkena


Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena osteoarthritis sudah cukup
memberikan gambaran diagnostic yang lebih canggih. Gambaran radiografi sendi yang
menyokong diangnosis osteoarthritis ialah :
-
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung
beban).
-
Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
-
Kista tulang
-
Osteofit pada pinggir sendi
-
Perubahan struktur anatomi sendi..12
2. Pemeriksaan Laboratorium

Hanya pemeriksaan laboratorium pada osteoarthritis biasanya tak banyak berguna. Darah tepi
(hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali osteoarthritis
generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA,
faktor rheumatoid, dan komplemen) juga normal. Pada osteoarthritis yang disertai peradangan,
mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan
sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.12

2.1.8 Pengelolaan

Pengelolaan osteoarthritis berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat
ringannya sendi yang terkena. Pengelolaanya terdiri dari 3 hal :1

 Terapi non-farmakologis :
o Edukasi atau penerangan
o Terapi fisik dan rehabilitasi
o Penurunan berat badan
 Terapi farmakologis :
o Analgesik oral non-opiat
15

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


o Analgesik topical
o OAINS (obat anti inflamasi non steroid)
o Chondroprotective
o Steroid intra-artikular
 Terapi bedah :
o Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus
o Arthroscopic debridement dan joint lavage
o Osteotomi
o Artoplasti sendi total.

Terapi Non-Farmakologis

1. Penerangan

Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk tentang penyakitnya,
bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat
dipakai.1

2. Terapi Fisik dan Rehabilitasi

Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk
melindungi sendi yang sakit.1

3. Penurunan Berat Badan

Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat penyakit
osteoarthritis. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat
badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati berat
badan ideal.1

Terapi Farmakologis

1. Analgesik Oral Non Opiat

Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya, terutama dalam hal
ini mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan yang dijual bebas yang
mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien mengetahui hal ini dari iklan atau media
masa, baik cetak, radio ataupun televisi.13

16

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2. Analgesik Topikal

Analgesik topical dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak sekali yang dijual
bebas. Pada umunya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini, sebelum memakai obat-obatan
peroral lainnya.13

3. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Apabila dengan cara-cara tersebut diatas tidak berhasil, pada umumnya pasien mulai datang ke
dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh karena obat golongan ini
di samping mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Oleh karena pasien
osteoarthritis kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat berhati-
hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan dengan cara pemakaian yang
sederhana, di samping itu pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu
harus dilakukan.13

4. Chondroprotective Agent

Yang dimaksud dengan chodroprotective agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien osteoarthritis. Sebagian peneliti
menggolongkan obat-obatn tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthtritis Drugs (SAAODs) atau
Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk dalam
kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan,
vitamin-C, superoxide dismutase dan sebagainya.

-
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat kerja enzim MMP dengan
cara menghambatnya. Salah satu contoh adalah doxycycline, sayangnya obat ini baru dipakai pada
hewan dan belum dipakai pada manusia.
-
Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah satu manfaat obat ini
adalah dapat memperbaikiviskositas cairan synovial, obat ini diberikan secara inta-artikular. Asam
hialuronat ternyata memegang peranan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui
agregasi dengan proteoglikan. Disamping itu pada binatang percobaan, asam hialuronat dapat
mengurangi inflamasi pada sinovium, menghambat angiogenesis dan khemotaksis sel-sel
inflamasi.

17

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


-
Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam proses degradasi
tulang rawan, antara lain : hialuronidase, protease, elastase, dan cathepsin B1 in vitro dan juga
merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia.
Dari penelitian Rejholec tahun 1987, pemakaian glikosaminoglikan selama 5 tahun dapat
memberikan perbaikan dalam rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir),
yang secara statistic bermakna. Juga dilaporkan pada pemeriksaan radiologis menunjukkan
progresivitas kerusakan tulang rawan yang menurun dibandingkan dengan kontrol.
-
Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok vertebrata, dan terutama
terdapat pada matriks ekstraseluler sekeliling sel. Salah satu jaringan yang mengandung
kondroitin sulfat adalah tulang rawan sendi dan zat ini merupakan bagian dari proteoglikan.
Menurut Hardingnam (1998), tulang rawan sendi, terdiri dari 2% sel dan 98% matriks
ekstraseluler yang terdiri dari kolagen dan proteoglikan. Matriks ini membentuk satu struktur yang
utuh sehingga mampu menerima beban tubuh. Pada penyakit sendi degenerative seperti
osteoarthritis terjadi kerusakan tulang rawan sendi dan salah satu penyebabnya adalah hilangnya
atau berkurangnya proteoglikan pada tulang rawan tersebut. Menurut penelitian Uebelhart dkk
(1998) pemberian kondroitin sulfat pada kasus osteoarthritis mempunyai efek protektif terhadap
terjadinya kerusakan tulang rawan sendi. Sedang Ronca dkk (1998) telah mengambil kesimpulan
dalam penelitiannya tentang kondroitin sulfat sebagai berikut : 1) anti inflamasi; 2) efek metabolic
terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan; 3) anti-degeneratif melalui hambatan enzim
proteolitik dan menghambat efek oksigen reaktif.
-
Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas enzim lisozim. Pada
pengamatan ternyata vitamin C mempunyai manfaat dalam terapi osteoarthritis. (Fife &
Brandt,1992)
-
Superoxide Dismutase, secara in vito radikal superoxide mampu merusak asam hialuronat,
kolagen, dan proteoglikan. Sedangkan hydrogen peroxide dapat merusak kondrosit secara
langsung. Dalam percobaan klinis dilaporkan bahwa pemberian superoxide dismutase ini dapat
mengurangi keluhan pada pasien osteoarthritis.
-
Steroid intra-artikular, telah dipakai dan mampu mengurangi rasa sakit walaupun hanya dalam
waktu singkat. Namun hal ini juga masih kontroversial dikarenakan dalam penelitian selanjutnya
tidak menunjukkan keuntungan yang nyata pada pasien osteoarthritis.13

Terapi Bedah

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan
juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang menganggu aktivitas sehari-hari.13
18

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2.2 OBESITAS

2.2.1 Definisi Obesitas

Kegemukan (overweight) dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda, namun demikian
keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang
ditandai dengan peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal. Obesitas merupakan faktor
utama terjadinya osteoarthritis.13

Obesitas sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah osteoarthritis pada pasien. Terutama
pada sendi lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih
besar sehingga mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi. Hasil penelitian Booth et al.
menunjukkan bahwa obesitas memberikan nilai adds ratio sebanyak 8,0 terhadap risiko osteoarthritis
lutut. Studi lain dari peneliti kesehatan masyarakat University College London menyimpulkan bahwa
obesitas meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis hingga empat kali banyaknya pada pria dan tujuh
kali pada wanita. Terjadinya osteoarthritis lutut pada salah satu pasien obese meningkat mencapai lima
kali lipat dibandingkan dengan pasien non-obese.6

Obesitas juga dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan intensitas nyeri yang
dirasakan pasien osteoarthritis lutut. Pasien osteoarthritis lutut dengan obesitas sering mengeluhkan nyeri
pada sendi lututmya dibandingkan dengan pasien yang non obese. Peningkatan dari rasa nyeri dan
ketidakmampuan fungsi pada pasien penderita osteoarthritis semakin meningkat seiring dengan
berjalannya waktu.6

2.2.2 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) adalah metode yang murah, mudah dan sederhana untuk menilai
status gizi pada seorang individu, namun tidak dapat mengukur lemak tubuh secara langsung.
Pengukuran dan penilaian menggunakan IMT berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan status
gizi. Gizi kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi dan gizi lebih dengan
akumulasi lemak tubuh berlebihan meningkatkan risiko menderita penyakit degenerative.15

Rumus untuk mengetahui nilai IMT dapat dihitung dengan rumus metrik berikut:
IMT = Berat badan (Kg)
[Tinggi badan (m)]2

19

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Pada orang dewasa, IMT diinterpretasikan menggunakan kategori status berat badan
standar yang disamakan untuk seluruh jenis tubuh, usia, dan jenis kelamin. 15 Kategori atau
klasifikasi dari status berat badan standar menurut World Health Organization (WHO) dapat
dilihat pada tabel no. 1.15

Tabel No. 1
Klasifikasi IMT (WHO)15
Klasifikasi BMI (kg/cm2)
Berat badan kurang < 18,50
Sangat kurus < 16,00
Kurus 16,00 – 16,99
Sedikit kurus 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99
Berat badan lebih ≥ 25,00
Pre-obesitas 25,00 – 29,99
Obesitas ≥ 30,00
Obesitas derajat I 30,00 – 34,99
Obesitas derajat II 35,00 – 39,99
Obesitas derajat III ≥ 40,00

Klasifikasi lain juga disusun oleh WHO yang secara khusus diperuntukkan pada
orang dewasa Asia, yang dapat dilihat pada tabel no. 2.15

Tabel No. 2
Klasifikasi IMT Asia (WHO)15
Klasifikasi BMI (kg/cm2)
Berat badan kurang < 18,50
Normal 18,50 – 22,99
Berat badan lebih ≥ 23,00
Beresiko (Pre-obesitas) 23,00 – 24,99
Obesitas derajat I 25,00 – 29,99
Obesitas derajat II ≥ 30,00

2.2.3 Manajemen Berat Badan pada Pasien Overweight dan Obesitas


Penurunan berat badan mempunyai efek yang menguntungkan terhadap komorbid obesitas.
Bahkan, penurunan berat badan sebesar 5 sampai 10 persen dari berat awal dapat mengakibatkan
perbaikan kesehatan secara signifikan. Penurunan berat badan harus SMART : Specific, Measurable,
Achievable, Realistic, dan Time limited. Tujuan awal dari terapi penurunan berat badan adalah untuk
mengurangi berat badan sebesar sekitar 10% dari berat awal dalam waktu 6 bulan terapi. Terapi
penurunan berat badan yang sukses meliputi empat pilar, yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik,
perubahan perilaku, dan obat-obatan/bedah.1
1. Terapi Diet
20

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Untuk pasien overweight dengan rentan BMI sebesar 27-35, penurunan kalori sebesar 300
sampai 500 kcal/hari akan menyebabkan penurunan berat badan sebesar 0,5 sampai 1 kg/minggu
dan penurunan 10% dalam 6 bulan. Untuk pasien yang tidak mampu untuk mencapai penurunan
berat badan yang signifikan, pencegahan kenaikan berat badan lebih lanjut merupakan tujuan yang
paling penting.
2. Aktivitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari program penutunan berat
badan. Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu
3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali
seminggu. Dengan regimen ini, pengeluaran energy tambahan sebanyak 100 sampai 200 kalori per
hari dapat dicapai.
3. Terapi Perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya, diperlukan suatu
strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan aktivitas fisik. Strategi
spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktivitas fisik, manajemen
stress, stimulus control, pemecahan masalah contigency management, cognitive restructuring, dan
dukungan social.
4. Farmakoterapi dan Bedah
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat
badan. Obat yang dapat diberikan adalah seperti sibutramine atau orlistat. Sedangkan tindakan
bedah hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI ≥40 atau ≥35
dengan kondisi komorbid dan sebagai alternative terakhir untuk pasien yang gagal dengan
farmakoterapi. Terapi bedah yang dilakukan adalah bedah gastrointestinal (restriksi gastrik atau
bypass gastric.1

2.3 PENGETAHUAN

2.3.1 Definisi Pengetahuan (PSIKOLOGI)

Pengetahuan adalah kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal.
Sedangkan menurut Notoatmodjo, pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan dua definisi pengetahuan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan keseluruhan pemikiran manusia yang
21

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


diperoleh dari hasil penginderaan terhadap suatu hal sehingga membentuk tindakan dan perilaku
seseorang.16

Perilaku manusia dibagi menjadi tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengetahuan
termasuk dalam domain kognitif dan memiliki enam tingkatan, antara lain :

a. Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat
kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia
dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.16

b. Memahami (Comprehensing)

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang
objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,
memberikan contoh, dan menyimpulan.16

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi nyata. Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dalam
situasi nyata.16

d. Analisis (Analysis)

Analisis artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil
tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran
kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedaka, memisahkan, membuat
bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi.16

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan
menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.16

22

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Penilaian
tersebut berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, baik itu kriteria sendiri maupun kriteria
yang telah ada.16
2.3.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan, biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber, misalnya : media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2003) dari
berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :17
a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :

1) Trial and Error

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Pada waktu ini bila seseorang menghadapi persoalan atau
masalah, upaya yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka
dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut
dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah) atau metode coba-salah
adalah cobacoba. Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam meletakkan
dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini juga
merupakan pencerminan dari upaya memperoleh pengetahuan, walaupun pada taraf
yang masih primitive. Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan metode ini
banyak membantu perkembangan berfikir dan kebudayaan manusia ke arah yang
lebih sempurna.17

2) Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal


ataupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan
kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan,

23

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


baik tradisi, otoritas pemrintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
pengetahuan.17

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”. Pepatah ini


mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.17

4) Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir umat


manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menjalankan jalan pikirannya,
baik melalui induksi atau deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara
melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakan. Kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu
kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-
pertanyaan khusus kepada umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah
pembuatan kesimpulan dari pertanyaan - pertanyaan umum kepada khusus.17

b. Cara Ilmiah atau Cara Modern


Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara yang sistematis, logis
dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau popular disebut metodologi
penelitian.17

2.3.3 Kriteria Pengetahuan


Perilaku seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif, yaitu :18
1. Baik : Jika hasil presentase jawaban benar 76% - 100%
2. Cukup : Jika hasil presentase jawaban benar 56% - 75%
3. Kurang : Jika hasil presentase jawaban benar <55%

2.3.4 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:


24

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


1. Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang
merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup
seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka
semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang
diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.17

2. Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia
melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses
perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan
teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Dengan
pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi
pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan
membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas.17

3. Paparan media massa, melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media
massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan yang dimiliki.17

4. Sosial ekonomi (pendapatan) dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun skunder keluarga,
status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan status ekonomi
rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin mudah dalam mendapatkan
pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas.17

5. Hubungan sosial, faktor mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima
pesan menurut model komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu baik
maka pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah.17

6. Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang
individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi.17

25

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


3.1 Kerangka Teori

Atas dasar informasi dari tinjauan kepustakaan diatas , maka ditunjukkan Kerangka Teori sebagai
berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Teori

3.2 Kerangka Konsep

26

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Kerangka teori yang telah dipaparkan disederhanakan menjadi kerangka konsep, yang berisi
variable-variabel yang akan diteliti oleh peneliti. Adapun ditunjukkan Kerangka Konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen

TINGKAT
PENGETAHUAN OSTEOARTHRITIS

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

27

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


12 Metodologi Penelitian Uraikan dengan jelas tetapi ringkas strategi umum dari penelitian yang
diusulkan serta pendekatan khusus dan metode yang akan digunakan. Apabila diperlukan fasilitas di institusi lain,
tunjukan bahwa lembaga yang bersangkutan telah dihubungi dan memberikan persetujuan. Jangan melebihi 3 halaman spasi
tunggal (12 pts Font)

12.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan gambaran tingkat
pengetahuan masyarakat yang mengalami obesitas tentang osteoarthritis lutut. Adapun desain
penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan/desain cross-sectional
melalui metode observasional.

12.2 Tempat dan Waktu penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2017 hingga 31 Desember 2017 yang
bertempat pada Desa Guji Baru Jakarta Barat. Lokasi ini dipilih karena merupakan tempat yang
mudah diakses oleh peneliti dan seluruh populasi yang diharapkan. Penelitian ini akan dilakukan
oleh penulis yang juga sedang menjalankan kegiatan perkuliahan semester 6 pendidikan dokter
jurusan sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

12.3 Subjek Penelitian


12.3.1. Populasi Target
Populasi target adalah seluruh masyarakat obesitas.
12.3.2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah seluruh masyarakat obesitas.

12.4 Sampling (menyebutkan teknik sampling dan menghitung besar sampel dengan rumus yang
sesuai)
Pengambilan sampel yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode simple random sampling atau pemilihan sampel acak terhadap seluruh populasi
terjangkau yang telah ditentukan sebelumnya.
Besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini akan ditentukan dengan
menggunakan rumus :

28

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Keterangan :
n1 = Besar sampel pada tahap pertama
Zα = Simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaan α (Standar
variasi), untuk α = 0,05, maka Z α bernilai 1,96 atau derajat kepercayaan, CI 95% = 1,96, α =
5% (two tail).
p = Presentase taksiran hal yang akan diteliti/proporsi variabel yang diteliti, diambil dari
prevalensi penelitian sebelumnya.
q = 1 – p = 1 – 0,5 = 0,5
d = Kesalahan sampling yang masih dapat toleransi, dalam hal ini diambil 10% = 0,10

Dengan menggunakan rumus diatas, diperoleh besar sampel minimal yang akan diteliti
sebanyak :

n1 = (1,96)2. 0,247 . 0,75


(0,1)2
= 3,8416 . 0,247 . 0,75
0,01
= 0,714
0,01
= 71,4 dibulatkan menjadi 72 responden.

Jumlah sampel penelitian yang didapatkan dari perhitungan rumus diatas sebanyak 91
responden. Peneliti menambahkan 10% dari total sampel untuk mengantisipasi adanya
responden yang drop out. Formula yang digunakan untuk koreksi atau penambahan jumlah
sampel adalah :

n’ = n
1-f

Keterangan :
n’ = besar sampel setelah dikoreksi
n = jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya
f = prediksi sampel drop out (10%)
29

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Penghitungan :
n’ = n
1-f
= 72
1-0,1
= 80 responden
Berdasarkan perhitungan diatas, maka responden dalam penelitian ini adalah 80 responden.

12.4.1. Kriteria Inklusi


1. Individu dengan kategori IMT berat badan lebih (≥23,00)
2. Individu berumur ≤60 tahun
3. Individu dapat membaca
4. Individu bersedia menjadi responden
12.4.2. Kriteria Eksklusi
1. Individu dengan kategori IMT (≤23,00)
2. Individu berumur ≥60 tahun

12.5 Bahan, alat dan cara pengambilan


12.6.1 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kertas HVS untuk
pengisian kuisioner.
12.6.2 Alat Penelitian
Alat­alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, kuisioner, mikrotoa,

timbangan badan, dan laptop untuk pencatatan dan analisis data.
12.6.3 Cara
1. Tahap persiapan, meliputi :
a. Penyusunan proposal dan seminar proposal.
2. Tahap pelaksanaan, meliputi :
a. Menghubungi Lurah kemudian ketua RW Kelurahaan Desa Guji Baru
yang menjadi daerah penelitian untuk melaporkan tujuan diadakannya
penelitian di daerah tersebut.
b. Pemilihan responden sesuai dengan kriteria penelitian.
c. Meminta responden untuk mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan.
d. Melakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh

30

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


IMT dihitung dengan membagi berat badan (BB) seseorang dalam kilogram dengan
kuadrat dari tinggi badan (TB) orang tersebut dalam sentimeter. Oleh karena itu, IMT
dapat dirumuskan dalam sebuah persamaan matematis sebagai berikut:

Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan nilai IMT seseorang,
terlebih dahulu kita perlu mengetahui berat badan dan tinggi badan orang tersebut. Pada
subjek yang berusia lebih dari 2 tahun dan dapat berdiri, tinggi badan diukur dengan
menggunakan mikrotoa yang sudah dikalibrasi dan diletakkan pada ketinggian yang
sesuai. Tinggi badan diukur dengan terlebih dahulu menempatkan subjek untuk berdiri
pada pijakan yang keras dan rata tanpa alas kaki dengan posisi tegak, yaitu kedua kaki
yang rapat pada tumit, posisi kepala membentuk bidang Frankfurt, serta tumit, bokong,
skapula, dan kepala menyentuh dinding tempat diletakkannya mikrotoa. Pengukuran
tinggi badan dilakukan dengan menarik turun mikrotoa hingga menyentuh puncak kepala
subjek tanpa menekannya, yang kemudian dibaca dengan mata pemeriksa setinggi alat
hingga ketelitian 1 milimeter.
Berat badan subjek dapat diperoleh dengan menggunakan timbangan badan yang
sudah ditera dan diletakkan pada permukaan yang rata dan keras. Pengukuran diawali
dengan memastikan bahwa subjek berada dalam keadaan belum makan dan sudah buang
air besar dan kecil. Subjek juga seharusnya menanggalkan seluruh pakaian, atau
menggunakan pakaian yang sudah diketahui beratnya. Setelah mengembalikan jarum
timbangan badan ke posisi 0 (pada timbangan badan dengan jarum), subjek diminta
untuk berdiri tegak dengan santai tanpa bergerak diatas timbangan badan, sambil melihat
lurus ke depan dan memposisikan kepala membentuk bidang Frankfurt. Pembacaan hasil
pengukuran dilakukan oleh pemeriksa dengan mata sejajar dengan jarum yang akan
dibaca hingga ketelitian 0,1 kilogram.

3.Tahap Penulisan
Data yang telah terkumpul dianalisis secara univariat serta diinterpretasikan
dalam bentuk laporan.

12.6 Parameter yang diperiksa :


31

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Parameter yang akan diperiksa pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan berdasarkan
kuisioner. Sedangkan untuk obesitas berdasarkan hasil pengukuran IMT dengan menggunakan
mikrotoa dan timbangan.

12.7 Variabel penelitian


12.7.1 Variabel terikat:
Variabel yang akan bertindak sebagai variabel terikat atau variabel dependen adalah
osteoarthritis.
12.7.2 Variabel bebas:
Variabel yang akan bertindak sebagai variabel bebas atau variabel independen adalah
tingkat pengetahuan.

12.8 Dana Penelitian


Perkiraan dana penelitian
No Nama Barang Harga Satuan Jumlah Harga
1. Fotokopi Rp 150,- 1000 Rp 150.000
2. Pena Rp 2000,- 50 Rp 100.000
3. Mikrotoa Rp 50.000,- 2 Rp 100.000

TOTAL Rp 350.000

12.9 Analisis Data


Data yang diperoleh sebagai hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical
Package for the Social Sciences) versi 16.0 yang meliputi analisis :
12.9.1. Analisis Univariat
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa
univariat. Analisa univariat adalah menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil
tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variabel. Analisa dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian dengan
menggunakan variabel distribusi frekuensi untuk mendapatkan gambaran distribusi
dan presentase dari tiap variabel.

12.10 Definisi Operasional:

32

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


No Nama Definisi Cara Kategori Skala
Variabel Operasional Pengukuran
1. Indeks Massa Hubungan antara Mengambil  Nilai IMT Ordinal
Tubuh tinggi dan berat data dan
(kg/m2)
badan seseorang menghitung
secara objektif,
sebagai penentu
pengelompokkan
status berat badan.
2. Jenis Kelamin Jenis kelamin Mengambil  Laki-laki Nominal
data  Perempuan
3. Usia Usia responden Mengambil - Rasio
terhitung dari data
tahun pertama
lahir hingga ulang
tahun terakhir
yang telah dijalani
saat penelitian.
4. Pekerjaan Pekerjaan responden Mengambil  Ibu rumah tangga Nominal
sehari-hari yang data
merupakan mata  Pegawai swasta
pencaharian utama.  Pegawai negeri

5. Pendidikan Pendidikan terakhir Mengambil  Tidak sekolah Nominal


Terakhir responden yang data
telah ditempuh.  SD
 SMP
 SMA
 Sarjana
6. Tingkat Pemahaman Kuisioner  Baik : 76%-100% Ordinal
Pengetahuan masyarakat yang  Cukup:56%-75%
mengalami obesitas  Kurang:<56%
tentang
osteoarthritis.

33

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


13 Jadwal Penelitian Cantumkan lama penelitian dan rincian jadwal secara skematis.

Bulan (Tahun 2017)


No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
1 Studi pustaka X X X X
Persiapan alat
2 dan bahan X
penelitian
3 Penelitian X X X X X
4 Penulisan X X X

34

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


14 Persyaratan Etik Bagian dibawah ini harus diisi apabila penelitian yang diusulkan berkaitan dengan
eksperimentasi pada manusia dan hewan. Metode yang digunakan harus memenuhi ketentuan etik penelitian pada
manusia dan hewan (Human and Animal Ethics). Persyaratan ini dianut oleh semua jurnal ilmiah berbobot.

Implikasi Etik Eksperimental pada Manusia Berikan pernyataan singkat mengenai permasalahn etik
yang dapat timbul dari eksprimentasi, dan jelaskan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi. Permasalahan etik
termasuk (a) bahaya dan komplikasi perlakuan, (b) kerahasiaan data (confidentiality), (c) Informed consent, dan sebagainya.

Implikasi Etik Eksperimental pada Hewan

35

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


15 Daftar Pustaka Harus relevan dengan usulan.

1. Joewono Soeroso, Harry Isbagio, Handono Kalim, et all. Osteoartritis. Dalam: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Edisi
ke-6. Jakarta: Interna Publishing; 2015: h. 3199-211, 2568-70.
2. Reginster J.Y. The Prevalence and Burden of Osteoarthritis.Rheumatology. 2002; 41 (suppl 1) : h.
3 – 6.
3. Wibowo Dhidik Tri, Kurniawan Yusuf, Latifah Tati, et all. Perancangan dan Implementasi Sistem
Bantu Diagnosis Penyakit Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan
Celah Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut. Dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta ; 2003
: h. 168 – 172.
4. Pranatha INA. Penambahan Latihan Pengutan dengan En Tree pada Intervensi Ultra Sound dan
Tens untuk Mengurangi Nyeri pada Penderita Osteoartritis Lutut di RSUP Sanglah Denpasar.
Denpasar : Bagian Fisioterapi Universitas Udayana Denpasar. 2011. [ cited 2017 April 2 ]
available from : http://ojs.unud.ac.id
5. Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI. 2005, 10:21:40. Available from :
http://pemda-diy.go.id/berita
6. Booth BL. OKU: Orthopaedic Knowledge. Hip and Knee Reconstruction: Osteoarthritis dan
Arthritis Inflamatoric ; 2006; 3(16): h. 23-30.
7. Imayati K. Laporan Kasus Osteoartritis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Denpasar: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. 2011. [ cited 2017 Mei 5 ] available from :
http://ojs.unud.ac.id
8. Tangtrakulwanich Boonsin , Geater Alan F., Chongsuvivatwong Virasakdi. Prevalence, Patterns
and Risk Factors Of Knee OA In Thai Monks. Journal of Orthopaedic Science. 2006; 11(5) : h.
439 - 445.
9. Hunter D.J., March L., Sambrook P.N. Knee Osteoarthritis : The Influence of Environmental
Factors. Clinical Exp Rheumatology. 2002; 20 : h. 93 – 100.
10. Maharani E.P. Faktor-Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Studi Kasus di Rumah Sakit Kariadi
Semarang). 2007-08-31. [ cited 2017 April 10 ] available from : http://eprints.undip.ac.id
11. Lau E.C., Cooper C., Lam D., Chan V.N.H., Tsang K.K., Sham A.Factors Associated with
Osteoarthritis of the Hip and Knee in HongKong Chinese: Obesity, Joint Injury, and Occupational
Activities. American Journal Epidemiology. 2000; 152 : h. 855 – 62.
12. Davey P. At a glance medicine. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2006 : h. 374.
13. Yatim F. Penyakit tulang dan persendian arthritis atau arthralgia. Edisi ke-1. Jakarta : Pustaka
Populer Obor; 2006 : h. 10-1
14. Misnadiarly. Obesitas sebagai faktor risiko beberapa penyakit. Edisi ke-1. Jakarta : Pustaka Obor;
2007 : h. 44-59.
15. Anonymous. BMI classification. World health organization. 2016-04-13. [ cited 2017 Mei 13]
available from http://tinyurl.com/zpbvwy7,

36

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


16. Sunaryo. Buku psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002: h.
22-7.
17. Notoatmodjo S. . Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta ; 2003 : h. 121.
18. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta; 2007: h. 140-3.

37

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Anda mungkin juga menyukai