Bab 04 Hubungan Keuangan Pusat Dan Daerah PDF
Bab 04 Hubungan Keuangan Pusat Dan Daerah PDF
BAB IV
HUBUNGAN KEUANGAFT
PUSAT DAN DAERAH
- Penyelenggaruantugas-tugaspemerintatrandilndonesiamengenal
empat azas, yakni sentralisasi, desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan. Penjelasan terhadap masing-masing azas tersebut telah
dikemukakan pada bab pertama. Salah satu az;rsyang paling populer dewasa
ini, yakni azas desentralisasi, telah dibahas secara lebih luas pada bab kedua.
S ebagai mana dij el askan pada bab pert ama, penye I enggara€m tugas -tugas
pemerintahan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
menrpakan hasil pembagian fungsi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Pembagian fungsi tersebutjuga membawa konsekwensi keuangffi,
yakni bagaimana membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi yang telah menjadi
tanggung j awab masing-masing. Untuk itu daerah perlu memiliki sumber-
zumber keuangan, baik berupa sunber pendapatan asli daeratr maupurl sumber
pendapatan lain yang dibffikan oleh pemerintatr pusat. Hubungan pemerintatr
pusat dengan pemerintatr daeratr dalam hal keuangan ini pada gilirannya
memerlukan pengaturan tersendiri, dalam upaya menciptakan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan pembagian tugas
dan firngsi tersebut Pengaturan hubungan ketrangan pusat dan daerah tersebut
di Indonesia dilahkan dengan berbagai prcduk penmdang-undangan Apabila
pembagian kewenangan pemerintahan telatr dilakukan dengan UU No. 22
tahun 1999 tentang Pemerintatran Daeratr dan ditindaklanjuti dengan PP No.
25 tahun 2000, maka pengaturan mengenai perimbangan keuangan antara
pemerintatr pusat dan daerah di Indonesia dilalarkan dengan UU No. 25 tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintatr Pusat dan Daerah.
Topik yang akan dibahas pada bab ini dengan demikian adalah merupakan
aplikasi dari hubtmgan keuangan antara pemerintatr pusat dan da€rah sebagai
konsekuensi dari pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan
49
Keuangan Daeroh di lndonesia
daerah dengan
lenerapan ketiga yrypemerintahan sebagaimana yang telah
dij elaskan padabab pertama. Pembahasan
dimud
keuangan pusat dan daerah, sumber-sumber pendapatan
il
;;gerrian hubungan
daerah, sumber-
sumber pendapatan asli daerah serta dTu pe-nmbaniun.
keuangan antatapemerintah pusat dan daeiatr
r*""" il;ilrg*
penuh dengan dinamika, makapembalrasan pada 1n.*p"ut ansuatu aspek yang
pendekatan historis, dengan menguraikan p"rk
UaU ini lebih *.rgg*Lf.*
pusat daerah dari masa ke masa.
mbarga, rrru*g*[E;;;
Setelah mempel ajafibab ini secara keseluruhan,
mahasiswa atau
pembaca diharapkan dapat:
' Menjelaskan
Menjelaskan duapengertian mengenai hubungan
keuangan pusat-daerah.
.' Menjelaskan pendapatan asli daeratr-
sumber-sumber peidapatan daerarr di Indonesia
50
uangan Daerah di Indonesia
5l
Keuatrgan Doerah di lndone
52
uangan Daerah di Indonesia
Sesuai dengan carapandang atau nilai yang dianut oleh suatu negara
mengenai keberadaan dari pemerintah hubturgan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah dapat dibedakan menjadi dua pengertian.
f engerti an pe rt ama dipengaruhi atau dilatar belakangi pemikiran bahwa
keberadaan pemerintah daerah merupakan p€ncernilan dari keberadaan
masyarakat daerah ya$g sudah ada sebelum berdirinya suatu negara.
Berdasarkan cara pandang tersebu! maka eksistensi masyarakat daeraidan
ataupemerintatr daerah merupakan suafu dasar yang kuat untuk mengatakan
atau menetapkan batrwa pada suafu daerah tertentu sudah adaatauterdapat
sejumlatr fungsi dan surnber-sumber keuangan, seeerti pdak, yang sejak **.rlu
tglatr menjadi milik daeratr. Atas dasar pa"d*Aan tirsebut y*g ai*aksud
dengan hubrHrgan ketrangan pusat-daerah adalah seberapa besar transfer dana
dalam bentuk alokasi yang diberikan oleh pemerintatr pusat kepada daerah.
Berbeda dengan cara pandang pfianlr'- carapandang keduamelihat
pemerintatr pusat sebagai pemegang kekuasiuul atau pengwrsa tertinggi di
suatu negara. Dengan demikian maka keberadium masyarakat daerah atau
pemerintah daerah dianggap merupakan bagian pemerintah pusat atau alat
pemerintatr pusat untuk ma{alankan kekuasaanya Dengan demikian fungsi-
fungsi maupun sumber-sumber daerah selurutrnya berasal J*i
qgmerintah prsat sebagai pemqlang kekuasaan tertingg dalam pemerintatran.
Oleh karena ituuntuk menjalanlcan secara efektifdan efisien
maka pemerintah pusat membentuk pemerintatr daeratr dan menyerahkan
sebagaian kewenangarutya kepada pemerintah daeratr. Sejalan dengan
penyerahan tersebut diseratrkan plrla srlnber-stunber keuangan
kepada pemerintah dffiah. Dengan dernikian hubungan keuangan kemudlan
diartikan dengan seluruh sumber pendapatan daeratr, baik-yang berupa
pendapatan asli daeratr rnaupun transfer dana yang berasal dari pemerinfarh
pusat. Merekayang dilatarbelakangi oleh pemikiran kedua ini membahas
hubungan keuangan pusatdaerah dalam cakupan yang lebih luas, yakni
keseluruhan keuangan daeratr. Selain membahas transfer dana, hubungan
keuangan plrsatdemhjuga membahas mengenai surrber-surnber perrdapitan
53
Keuangan Daerah di Indonesia
asli daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah (charging), pinjaman daerah
serta pendapatan-pend apatandaerah lainnya.
54
euangan Daerah di Indonesia
55
Keuangan Daerah di Indones
56
-- - . * Keuongan Daerah di lndonesia
a. Pendapatan Asli Daerah rendiri, yafigterdiri dari hasil pajak Daeral:, hasil
-
retribusi daerah, hasil perusahaan daemh, dan lain-lain usaha daeratr yang
sah.
b. Pendapatan yangberasal dari pemberian Pemerintah yang terdiri dari
sumbangan pemerintah dan sumbangan-sumbangan lain,yang diat ur
dengan peraturan perundang-undangan.
c. Lain lain pendapatan yang sah.
57
Keuangan Daerah di lndonesia
58
euangdtn Daerah di Indonesia
Pada
tingkat y'ffiLglebih tinggi. Sedangkan retribusi yang diserahkan antara
lain adalah uang leges, uang tol, bea jalan, bea pingkalan dan bea
penambangaq bea pembantaian dan perneriksaaarl uang sempadan dan i.iin
bangunan, retribusi atas pemakaian tanah, dan bea peng-uburan. Kemudian
pada tahun 1968 diserahkan lagi suatujenis pajak kepada Dati I yaitu pajak
bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan kepada Dati Itr diserairkan najat
Bangsa Asing dan Pajak Radio melalui LJU No. l0 tahun 1969.
59
Keuangctn Daerah di lndones
daerah namun tidak potensial bagi daerah iainnya. Hal yang lebih menonjol
adalah kenyataan bahwajenis-jenis pajak dan retribusi tersebut merupakan
pajak-pajak dan retribusi yang kurang bouyant dan kuran glulvatifsehingga
hanya mampu menghasilkan pendapatan yang sangat terbatas bagi daerah.
Akibatnya adalah daerah hanya dapat membiayai sebagian kecil dari total
anggaran pengeluaannya dan selebihnya masih tetap harus dibiayai oleh subsidi
yang diberikan oleh pemerintah pusat. Pembahasan lebih lanjut mengenai pajak
daerah dan retribusi daerah akan disajikan padabab tersendiri.
60
uangan Daerah di lndonesia
6t
Reuctngan Daerah di Indonesia
Subsidi
62
euangan Daerah di lndonesia
63
Keuangan Daerah di lndonesia
64
uangan Daerah di lndonesia
65
K.euangan Daerah di Indones
66
eucrngan Daerah di lndonesiu
67
Keuangan Daerah di lndonesia
68
euangan D{}erah di Indonesia
69
Keuangun Daerah di lndone
Bangunan (BPHATB)
70
eua.ngan Daerah di lndonesia
7t
Keuangan Daerah di lndone
72
uangan Daerah di Indonesia
E. LATIHAI\
73