Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Toilet Training
a. Pengertian Toilet Training
Toilet Training adalah cara untuk melatih buang air besar (BAB) dan

buang air kecil (BAK) pada tempatnya (toilet). Toilet training secara umum dapat

dilaksanakan pada setiap anak yang sudah memasuki fase kemandirian pada anak.

Suksesnya toilet training tergantung pada diri anak dan keluarga, seperti kesiapan

fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu. Persiapan

intelektual pada anak juga dapat membantu dalam proses BAB dan BAK

(Nuryanti, 2008). Menurut Supartini (2004) toilet training merupakan aspek

penting dalam perkembangan anak pada masa usia toddler yang harus mendapat

pertahian orangtua dalam berkemih dan defekasi. Toilet training juga menjadi

awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah bisa

melakukan hal-hal kecil seperti BAB dan BAK.


Ada beberapa kesiapan anak yang perlu dikaji baik kesiapan fisiologis maupun

kesiapan psikologis sebelum anak memulai toilet training yaitu kesiapan fisik,

kesiapan mental, kesiapan psikologis, kesiapan orang tua (Wong, 2008).


Kesiapan fisik anak harus dapat mengontrol volunter sfingter dan uretral.

Pada usia 18 sampai 24 bulan anak harus mulai pengontrolan, anak harus mampu

untuk tidak mengompol salama 2 jam, mengurangi jumlah popok yang basah,

ketika tidur siang anak harus tidak mengompol, anak harus bisa BAB dengan

teratur, selanjutnya anak harus bisa duduk, berjalan, dan berjongkok, dan anak

harus bisa membuka pakaiannya sendiri. Kesiapan mental yang harus diperhatikan
yaitu urgensi BAB dan BAK. Keterampilan komunikasi verbal atau nonverbal

untuk menunjukan saat basah atau memiliki urgensi BAB atau BAK, untuk

menirukan yang tepat dan mengikuti perintah. Kesiapan psikologis anak bisa

dilakukan dengan cara mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan

orangtua, anak mampu duduk di toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa terjatuh,

keingintahuan mengenai kebiasaan toilet orang dewasa atau kakak, ketidaksabaran

akibat popok yang kotor oleh feses atau basah ingin untuk segera diganti.

Kesiapan sebagai orang tua, orang tua harus mampu membuat anak mengenali

tingkat kesiapan yang akan di hadapi, berkeinginan untuk meluangkan waktu

untuk toilet training, ketiadaan stess atau perubahan keluarga, seperti perceraian,

pindah rumah, sibling baru, atau akan bepergian.


b. Teknik Mengajarkan Toilet Training
Berikut ini beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam

melatih anak buang air kecil dan buang air besar setelah orang tua mengetahui

tanda-tanda kesiapan anak melakukan toilet training yaitu teknik lisan dan teknik

modeling.
Teknik lisan merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara

memberikan instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air

kecil dan besar. Teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam

memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar, dengan

menggunakan teknik lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin

matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air

besar dan buang air kecil (Hidayat, 2008)


Teknik modeling merupakan usaha melatih anak dalam melakukan buang

air besar atau buang air kecil dengan memberikan contoh, seperti menggunakan
boneka. Teknik ini memiliki kekurangan yakni apabila contoh yang diberikan

salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga mempunyai

kebiasaan yang salah. Maka itu berikanlah contoh yang benae pada anak (Hidayat,

2008).
c. Dampak keberhasilan Toilet Training
Gangguan toilet training merupakan masalah utama bagi anak toddler dan

orang tua. Jika orang tua yang tidak melatih anak sejak dini akan berdampak

buruk bagi perkembangan anak. selain berdampak buruk, Seorang anak yang

berhasil melakukan toilet training memiliki beberapa keuntungan yaitu Anak

memiliki kemampuan mengontrol BAK dan BAB, anak memiliki kemampuan

menggunakan toilet pada saat ingin BAK atau BAB, toilet training menjadi awal

terbentuknya kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah bisa melakukan

sendiri hal-hal seperti BAK atau BAB, toilet training membuat anak dapat

mengetahui bagian-bagian tubuh secara fungsinya (Warga, 2007).


d. Dampak kegagalan Toilet Training

Kegagalan dalam melakukan toilet training ini memiliki dampak yang

kurang baik pada anak seperti anak akan terganggu kepribadiannya, misalnya

anak cendrung bersifat retentive dimana anak cenderung bersikap keras kepala

bahkan kikir. Sikap tersebut dampak disebabkan oleh sikap orang tua yang sering

memarahi anak pada saat buang air kecil atau buang air besar atau melarang anak

saat bepergian. Apabila orang tua santai dalam aturan dalam toilet training maka

anak akan dampat mengalami kepribadian ekstrensive dimana anak lebih tega,

cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional dan seenaknya dalam

melakukan kegiatan sehari-hari. Kegagalan toilet training pun akan menyebabkan

anak mengalami enuresis atau mnengompol Orang tua mempunyai kewajiban


untuk mendidik dan mengajarkan anaknya tentang islam sesuai firman Allah

Ta’ala :

‫س‬‫ييِوهأ هيَيِههاَّ ٱلنلذيِهن هءاًهمسنوُااً قسووُااً هأنفسهسسكمم هوأهمهلليِسكمم نهاَّرراً هوسقوُسدههاَّ ٱلنناَّ س‬
‫و‬
َ‫صوُهن ٱنله هما‬ ‫هوٱمللحهجاَّهرةس هعلهميِههاَّ هميلهئلهكةد لغهلظد لشهداًدد نل يِهمع س‬
‫أههمهرهسمم هويِهمفهعسلوُهن هماَّ يِسمؤهمسروهن‬
Artinya :

''Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.’’ (QS, At-Tahrim : 6).

Di dalam ayat tersebut dijelaslakan dalam tafsir Ibnu Katsir Juz 8 hal 158

(Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kalian dan keluarga kalian)

dengan mengarahkan mereka kepada jalan ketaatan kepada Allah (dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia) orang-orang kafir (dan batu) seperti

berhala-berhala yang mereka sembah adalah sebagian dari bahan bakar neraka itu.
11

Dengan kata lain api neraka itu sangat panas, sehingga hal-hal tersebut

dapat terbakar. Berbeda halnya dengan api di dunia, karena api di dunia

dinyalakan dengan kayu dan lain-lainnya (penjaganya malaikat-malaikat)

yakni, juru kunci neraka itu adalah malaikat-malaikat yang jumlahnya ada

sembilan belas malaikat, sebagaimana yang akan diterangkan nanti dalam

surat Al-Muddatstsir (yang kasar) lafal ghilaazhun ini diambil dari asal kata

ghilazhul qalbi, yakni kasar hatinya (yang keras) sangat keras hantamannya

(mereka tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang telah

diperintahkan-Nya kepada mereka) lafal maa amarahum berkedudukan sebagai

badal dari lafal Allah. Atau dengan kata lain, malaikat-malaikat penjaga neraka

itu tidak pernah mendurhakai perintah Allah (dan mereka selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan) lafaz ayat ini berkedudukan menjadi badal dari lafal

yang sebelumnya. Dalam ayat ini terkandung ancaman bagi orang-orang

mukmin supaya jangan murtad; dan juga ayat ini merupakan ancaman pula

bagi orang-orang munafik yaitu, mereka yang mengaku beriman dengan

lisannya tetapi hati mereka masih tetap kafir.

1. Pengertian Toilet Training dalam pandangan Islam

Toilet training dalam pandangan islam buang hajat merupakan kebutuhan

sehari-hari manusia, baik buang air besar maupun buang air kecil, mungkin

dalam sehari lebih dari sekali mereka membuang hajat. Buang hajat yang

lancar merupakan tanda kesehatan tubuh, tersendatnya buang hajat adalah

indikasi adanya ketidakberesan pada tubuh. Agama Islam selalu

memperhatikan hal-hal besar ataupun kecil dalam kehidupan manusia.

Termasuk buang hajat dan istinja, bila selesai buang hajat, kita wajib beristinja,
12

yaitu menghilangkan bekas kotoran yang keluar dari salah satu lubang

kemaluan, baik dubur (anus) maupun kubul (vagina dan penis).

Menghilangkan kotoran tersebut, diutamakan menggunakan air yang suci.

Apabila tidak ada air, bilas menggunakan batu. Dalam hadis telah ditentukan

bahwa untuk menghilangkan najis pertama-tama dengan menggunakan air,

kemudian yang basah dikeringkan dengan sesuatu yang kering dan suci.

Dalil Al-Hadits tentang buang hajat:

a. Berdo’a sebelum masuk WC

WC dan semisalnya merupakan salah satu tempat yang dihuni setan. Maka

sepantasnya seorang hamba meminta perlindungan Allah subhanahu

wata’ala da’a kejelekan makhluk tersebut. Seperti do’a ketika masuk WC :

‫ث َبو َاللبخبباَثئ ث‬
‫ث‬ ‫بالللبُهمم َثانِىى َاببُع لوبُذ َثب ب‬
‫ك َثمبن َاللبُخبُب ث‬

Artinya : “Dengan nama Allah. Yang Maha. Sesungguhnya aku berlindung

kepadamu-Mu dari kejahatan para syetan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

b. Berdo’a setelah keluar WC

‫ب هعننىِ ماً ه‬
ِ‫لذَاى هوهعاَّفهلنى‬ ‫اًهملهحممسد للل اًلنلذى اًهمذَاهه ه‬

Artinya : “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit dan

telah membuatku sehat”.

c. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk WC dan mendahulukan kaki kanan

ketika keluar WC
13

Dalam masalah ini tidak ada hadist shahih secara khusus dengan

menyebutkan kaki kiri ketika hendak masuk WC. Tetapi terdapat hadits

‘Aisyah radhiyatullah ‘anhu, ia berkata :

ِ،‫ِ فللليِ تهنهيَعللللله‬،‫صنلىِ اس هعلهميِله هوهسلللنهم »يِسمعلجبسللهس اًلتنيِهيَمللسن‬


‫هكاَّهن اًلننبليَيِ ه‬

‫ِ هولفيِ هشأمنلله سكلنله‬،‫ِ هوطسسهوُلرله‬،‫هوتههريَجللله‬

“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam amat menyukai memulai

dengan kanan dalam mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan

dalam urusannya yang penting semuanya” (Muttafaqun ‘alaih).

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya dalam

Kitabul Wudhu Bab at-Tayammuni fil Wudhu’i wal Ghusli 1/269 hadits

no.168, dan Muslim dalam Shahih-nya, dalam Kitabu ath-Thaharati Babut

tayammun fith Thahuur wa Ghairih 1/226 hadits no.268.

Oleh karena itu, beberapa ulama seperti AL-Iman An-Nawawi Ibnu

Daqiqil’Id menyebutkan disukainya seseorang yang masuk WC dengan

mendahulukan kaki kiri dan ketika keluar dengan mendahulukan kaki kanan.

d. Menjauhkan diri dari percikan najis

Salah satu penyebab diadzabnya seseorang di alam kubur salah satunya

dari percikan kencing. Tetapi hal ini sering disepelekan oleh kebanyakan

orang. Rasulullah shalallahu ‘ala


14

‫ قهاَّهل هرسسموُسل ل‬:‫عن أنس رضيِ ا عنه قاَّل‬


‫ا صلىِ ا عليِه و‬

‫ث‬ ‫ب ماًلقهمبلر لمهن ماًلبهموُل‬


‫ تهنهنزهسموُاً لمهن ماًلبهموُلل فهإلنن هعاَّنمةه هعهذاً ل‬:‫سلم‬

“Bersihkanlah diri kalian dari air kencing karena kebanyakan adzab

kubur itu dari sebab air kencing”. [HR ad-Daruquthniy: 453. Berkata asy-

Syaikh al-Albaniy: hasan]

e. Tidak menampakkan aurat

Menutup aurat merupakan kewajiban bagi umat yang beragama islam.

Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallah melarang seseorang

dalam keadaan apapun, termasuk ketika buang air hajat, untuk menampakkan

auratnya di hadapan orang lain.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :

“Apabila ada orang buang air hajat, maka hendaklah keduanya saling

menutup auratnya dari yang lain dan janganlah keduanya saling berbincang-

bincang. Sesungguhnya Allah sangat murka dengan perbuatan tersebut.”

(HR. Ahmad disahkan Ibnu Sakin, Ibnul Qathan, dan Al-Albani, dari jabir bin

Abdillah radhiallahu ‘anhu).

Oleh karena itu, kebiasaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah

menjauhkan dari pandangan para sahabatnya ketika hendak buang hajat.

f. Beristinja’ dalam Islam


15

Istinja secara bahasa berarti terlepas atau selamat, sedangkan menurut

pengertian syariat adalah bersuci setelah buang air besar atau buang air kecil.

Secara legkapnya, istinja adalah menghilangkan sesuatu yang keluar dari

kubul atau dubur dengan menggunakan air suci lagi mensucikan atau batu

yang suci atau benda-benda lain yang memiliki fungsi sama dengan air dan

batu. Selain istinja, ada lagi istilah istijmar, yaitu menghilangkan najis

dengan batu atau sejenisnya.

g. Tidak beristinja’ dengan tangan kanan

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :

‫لاَّ هيِههمنسنن أههحسدسكمم هذَاهكهرهس بليِهلمميِنلله هوهسهوُيِهبسموُسل هوله يِهتههمنسمح لمهن اًملهخلهلء بليِهلمميِنلله‬

“janganlah salah seorang di antara kalian memegang kelaminya

dengan tangan kanan pada waktu kencing. Janganlah mengusap dengan

tangan kanan saat buang hajat, dan jangan bernafas di dalam berjana.”

((HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Qotadah radhiallahu ‘anhu).

Hal ini menunjukkan Islam sangat memperhatikan adab (etika yang baik)

termasuk kebersihan diri dan buang air hajat sekalipun.Istinja dan istijmar,

adalah cara bersuci yang diajarkan syariat Islam kepada orang yang telah

buang hajat. Dan hukum istinja adalah wajib bagi setiap orang yang baru

buang air besar ataupun buang air kecil, dengan air atau media lainnya.

Istinja yang baik adalah dengan air, bilas pula dengan batu. (istijmar). Ber

istijmar, batu dapat diganti dengan benda keras apapun asal tidak haram dan
16

punya sifat bias menghilangkan najis. Pada zaman sekarang, kamar-kamar

kecil biasanya menyediakan fasilitas tisu khusus untuk menghilangkan najis.

2. Adab Thaharah dan Buang Air

Islam adalah agama yang mengajarkan prinsip-prinsip kesehatan, kebersihan,

dan kesucian lahir dan batin. Antara kesehatan jasmani dan kesehatan rohani

merupakan satu kesatuan sistem yang terpadu. Sistem kesehatan dalam Islam,

tercermin dalam ajaran syariat yang mewajibkan perbuatan membersihkan dari

kotoran (najis) dan hadas, juga dari kotoran hati berada dalam satu paket ibadah

seperti wudhu, mandi, dan shalat.

Thaharah secara umum. Dapat dilakukan dengan empat cara yaitu yang

pertama membersihkan fisik dari hadas baik hadas besar maupun hadas kecil,

segala jenis najis yang melekat di tubuh, yang kedua membersihkan seluruh

anggota tubuh dari segala macam dosa, membersihkan hati dari akhlak yang

tercela atau menjauhi larangannya, membersihkan hati dari selain Allah.

Kebersihan dan kesucian merupakan kunci penting untuk beribadah,

karena kesucian atau kebersihan lahiriah merupakan wasilah (sarana) untuk

meraih kesucian batin. Dalam Alquran maupun hadis Rasulullah SAW

banyak termaktub pujian bagi mereka yang senantiasa bersuci. Allah SWT

berfirman dalam Q.S At-Taubah: 108

‫ب ٱملسمطنهنلريِهن‬
َ‫هوٱنلس يِسلح ي‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan
orang- orang yang menyucikan diri”.
17

Tafsir dari Quraisy Syihab :

Akhir ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa Dia menyukai orang-

orang yang sangat menjaga kebersihan jiwa dan jasmaninya, karena mereka

menganggap bahwa kesempurnaan manusia terletak pada kesuciannya lahir

batin. Oleh sebab itu mereka sangat membenci kekotoran lahiriah, seperti

kotoran pada badan, pakaian dan tempat, maupun kotoran batin yang timbul

karena perbuatan maksiat terus-menerus, serta budi pekerti yang buruk,

misalnya rasa riya dalam beramal, atau pun kekikiran dalam

menyumbangkan harta benda untuk memperoleh keridaan Allah SWT.

Kecintaan Allah SWT pada orang-orang yang suka menyucikan diri adalah

salah satu dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya, Dia suka kepada kebaikan,

kesempurnaan, kesucian dan kebenaran. Sebaliknya, Dia benci kepada sifat-

sifat yang berlawanan dengan itu.

Di antara adab sewaktu bersuci dan membersihkan najis dari tubuh di

toilet adalah bahwa perlu kiranya kita merenungkan betapa diri kita hina dan

kotor. Tubuh kita yang nampak tampan dan cantik ternyata mengandung

banyak sekali kotoran. Bahkan diri kita banyak sekali dikelilingi oleh

kekurangan dan kesalahan. Setelah buang air, ketika telah merasa lega dan

ringan, perlu kiranya kita ingat akhlak tercela dan najis-najis batinlah yang

lekat pada jiwa kita yang jika tak dibersihkan, maka rohani kita tak akan

beristirahat dan bebas dari beban kotoran. Itu akan merintangi kita dari

menghamba kepada Allah SWT.


18

Tingkat
pendidikan

Pengetahuan
orang tua Pengetahuan orang Perilaku orang
tentang toilet tua tentang toilet tua tentang
training dalam training dalam toilet training
Islam Islam dalam islam

Kepercayaan

Lingkungan

Persepsi

c. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 : kerangka konsep


19

Keterangan :

: variabel yang di teliti

: variabel yang tidak di teliti

: arah yang di teliti

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan orang tua adalah pendidikan, pengetahuan,

kepercayaan, lingkungan, persepsi, kesiapan orang tua.

Pengetahuan tentang toilet training dalam Islam merupakan faktor penting untuk

mendidik dan mengarahkan anak dalam proses latihan toilet training.

Apabila orang tua berpengetahuan baik maka latihan toilet training dalam Islam akan

berhasil. Sedangkan apabila ibu berpengetahuan kurang baik maka latihan toilet

training dalam Islam akan gagal sehingga berdampak pada kebersihan anak dalam

keadaan suci atay tidak yang menjadikan ibadahnya tidak sah serta anak tidak mandiri

dalam toilet training.

d. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka hipotesis peneliti ini adalah ada

pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan toilet training dalam Islam

pada ibu yang mempunyai anak toddler di Paud Kumpul bocah Yogyakarta.
20

Anda mungkin juga menyukai