Pekerjaan Perakitan Jembatan Rangka Baja
Pekerjaan Perakitan Jembatan Rangka Baja
1. Umum
Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode , yaitu metode
perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem peluncuran.
Pemilihan sistem perakitan yang akan dipakai sangat tergantung pada situasi dan kondisi
lokasi yang akan dibangun.
Beberapa faktor penting yang mendasari pemilihan sistem perakitan adalah pertimbangan
mengenai kemudahan pelaksanaan, kecepatan, biaya dan keamanan konstruksi selama
perakitan, ilustrasi umum masing-masing metode dapat ditunjukan sebagai berikut :
a. Perakitan dengan perancah biasa dilaksanakan pada sungai yang tidak begitu dalam
dengan tepi sungai yang landai sehingga memungkinkan dipasang perancah untuk
perakitan. Perancah dipasang pada buhul dengan jarak anatara 10 sampai dengan 15
m (3 buhul @ 5 m). Ilustrasi pada gambar dibawah ini
b. perakitan sistem semi kantilever merupakan gabungan antara sistem perancah dengan
sistem kantilever sehingga bisa terjadi jika kondisi sungai yang memiliki kondisi
gabungan yaitu memiliki bagian yang dangkal / landai (tepi sungai) dan kondisi yang
dalam (area alur pelayaran), ilustrasi pada Gambar :
Gambar Sistem
Kantilever
Sistem sambungan antar komponen utama menggunakan koneksi baut dengan pelat
buhul ( gusset). Pelat buhul direncanakan dengan analisa sesuai standard perencanaan
yang berlaku sehingga didapat ketebalan tertentu (minimal tebal pelat sama dengan 15
mm).
Pemasangan baut pada pelat sayap atau isi pelat dan batang-batang diagonal bentang
rangka harus dimasukan dari sebelah dalam dimana kepala baut berada dibagian dalam
gambar berikut dibawah ini :
Keterangan masing-masing komponen batang datar atas, batang datar bawah dan batang
diagonal dapat dilihat pada gambar erection. Lebar sebenarnya dari batang yang paling
ringan biasanya kurang dari yang dicantumkan. Untuk itu diperlukan pelat pengisi
diantara sayap dan pelat buhul pada Gambar :
Komponen jembatan rangka baja yang akan dirangkai sesuai dengan prosedur yang
dianjurkan dapat dilihat dari gambar berikut dibawah ini :
b. Urutan Perakitan
Setelah semua perancah selesai dibuat dan berdiri pada posisi yang tepat, maka
perakitan dapat dimulai. Perakitan dimulai dengan terlebih dahulu memilih semua
komponen yang akan dirakit terlebih dahulu dan harus sesuai dengan gambar
erection jembatan.
Adapun urutan perakitannya adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Letakkan semua gelagar melintang (cross girder) di atas perancah termasuk kedua
gelagar ujung melintang dengan ketinggian yang sesuai (termasuk besarnya lawan
lendut), garis sumbu dan lokasi (koordinat) dan jaga posisinya (bisa dengan diikat)
Langka 2.
Pasang semua batang datar bawah (bottom chord) dihubungkan ke ujung pelat
gelagar melintang dan pelat penghubung seperti Gambar 7.6.
Langkah 3
Setelah gelagar melintang dan batang datar bawah tersambung, periksa kembali
posisi dan elevasi pada titik sambungan apakah sudah sesuai gambar atau belum
komponennya seperti Gambar 7.6.
Langkah 4
Pasang dan baut profil baja penopang (stringer) pada setiap bentang, kemudian
lantai profil baja pada tahapan ini dapat juga dipasang dengan seluruh bagiannya
dibaut.
Langkah 5.
Perakitan dapat dilanjutkan dengan pemasangan batang diagonal ujung terlebih
dahulu, untuk kemudian diteruskan diagonal berikutnya (diagonal dalam).
Langkah 6.
Pasang batang datar atas ujung (top chord ujung) bersama dengan pelat buhul
dalam.
Langkah 7
Setelah tahap awal perakitan segitiga komponen dan batang datar atas ujung ini
selesai, maka untuk selanjutnya rakit sisa batang diagonal dalam, sepasang-
sepasang berbentuk V terbalik (^) , bautkan bagian tersebut diantara pelat buhul
batang atas, bautkan bagian bawahnya pada pelat ujung gelagar melintang dan
lanjutkan dengan pemasangan batang datar atas berikutnya.
Langkah 8.
Pada langkah ke 7 di atas, pasang pula batang ikatan angin atas/bracing atas dan
bautkan pada tempatnya sehingga rangka batang akan membentuk frame yang kaku.
Langkah 9.
Selanjutnya perakitan dapat dilakukan dengan cara yang sama hingga lengkap
membentuk satu rangkaian bentang rangka batang dari ujung perletakan yang satu
ke ujung perletakan yang satunya.
Langkah 10.
Periksa kembali seluruh bagian bentang untuk lawan lendut, kelurusan dan
ketepatannya.
Langkah 11.
Pasangkan dan kencangkan semua baut yang tersisa. Hal ini bisa dikerjakan selama
berlangsungnya proses pemasangan. Setelah semua komponen terpasang akan
terlihat seperti pada Gambar 7.10 dan Gambar 7.12.
Bila rangka jembatan akan dirakit di darat atau di atas perancah, sebaiknya untuk setiap
grup baut cukup hanya dipasang dengan 3 atau 4 baut saja dan baut-baut ini tidak perlu
dikencangkan. Setelah perakitan berlangsung dengan baik, selanjutnya dapat dibentuk
kelompok-kelompok pekerja yang bertugas untuk memasang baut-baut yang tersisa serta
mengencangkannya. Hal ini akan mempercepat penyelesaian keseluruhan perakitan.
Pemasangan sistem kantilever ini bersifat statis dan membutuhkan bentang pemberat dan
rangka penghubung.
b. Tempat Perakitan
Panjang bagian belakang abutment yang dibutuhkan untuk memasang konstruksi baja
adalah sepanjang bentang pemberat ditambah daerah bebas untuk jalan kerja, misalnya
panjang bentang pemberat ditambah ± 10 m.
Pada embankment yang terdekat dengan level akhir, maka sebaiknya untuk pemasangan
bentang pertama berkisar ± 1.50 m di atas level akhir. Dengan demikian akan sangat
berguna jika terjadi lendutan di bagian bawah ujung kantilever.
d. Tumpuan Bentang Pemberat
Ujung belakang bentang pemberat harus ditumpu dengan ganjal kayu atau landasan beton
yang dirancang sesuai dengan kondisi tanah yang ada dan secara umum pelaksanaannya
harus sepenuhnya sesuai dengan Pokok Bahasan Bentang Pemberat.
f. Perakitan
Secara umumnya perakitan dilaksanankan seperti dijelaskan pada sub bahasan 1 di atas.
Bila komponen-komponen telah duduk (terpasang) pada pelat buhul, komponen tersebut
harus ditempatkan dengan tepat dan harus ditahan dengan pasak (drift) yang ada agar
semua komponen terpasang dengan tepat sebelum dibautkan.
g. Urutan Perakitan
Sistem perakitan ini telah direncanakn dengan langkah-langkah yang mudah dan dimulai
dengan perakitan bentang pemberat di atas tanah pada area oprit hingga selesai.
Adapun urutan-urutan perakitan adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Sebagai dasar perakitan statis awal adalah pembuatan satu rangkaian bentuk frame
segitiga awal/pertama tepat setelah susunan rangka penghubung, tentunya dapat dimulai
dengan pemasangan batang diagonal (2) pada sambungan/join J1 dimana pelat
sambungnya sudah terpasang lebih dahulu. Setelah kelengkapan sambungan sudah
terpasang semua pada J1, maka baut dapat segera dimasukan dan diputar dalam kondisi
sementara sehingga batang diagonal (2) masih mudah diatur posisinya untuk menunggu
dipasangnya batang datar bawah (3) yang dipasangkan dan dibautkan pada J2 lebih
dahulu.
Sambung dan pasang baut batang (2) dan (3) pada sambungan J3 dengan dilengkapi
keperluan plat sambung dan kelengkapannya (missal jika diperlukan plat sisipan dan
lain-lain). Setelah terbentuk frame segitiga pada posisi yang benar maka lengkapi semua
baut pada tiap-tiap sambungan dan dapat dikencangkan sepenuhnya sehingga
terbentuklah “segitiga awal” (segitiga, J1 J2 J3) sebagai segitiga pijakan awal untuk
perakitan selanjutnya. Pembentukan segitiga ini harus dua sisi bersama-sama agar setelah
disusul dengan pemasangan girder melintang dari J3 akan membentuk kantilever sebagai
pegangan untuk perakitan komponen demi komponen berikutnya. Pasang pengikat
sementara batang bawah dan baut pada tempatnya, dimana pembautan ini juga bersifat
sementara, kemudian pasang gelagar melintang atas ujung (5) pada J1 (dua sisi).
Langkah 2.
Pasang batang datar tepi atas pada pelat-pelat buhul dan pelat penyambung bagian bawah
pada titik sambungan/join J1 yang telah selesai sebelumnya. Sisipkan pelat penyambung
atas dan pelat pengisi bagian dalam (jika diperlukan). Setelah join J1 terpasang, pelat
penyambung badan dan pengisi badan dan dalam keadaan pembautan penuh (baut
dikencangkan sepenuh-penuhnya).
Langkah 3.
Rakit dan pasang dua batang diagonal (2) berikut pelat penyambung buhul termasuk pelat
penyambung batang diagonal yang sudah ditandai bersama-sama sehingga membentuk
rakitan ^ (V terbalik). Angkat dalam keadaan tegak dan sisipkan ujung bawahnya (dari
bentuk ^) diantara pelat buhul batang bawah pada sambungan J3. Sisipkan pelat pengisi
sanyap dan pelat penyambung ke bagian bawah jalur diagonal, lalu dikunci dengan kunci
pas ujung lancip dan sisipkan agar pelat buhul atas bisa pas dengan batang atas (1) pada
sambungan J4. Pasang pelat penyambung sayap bawah dan bagian dalam dan bagian luar
pelat pengisi pada J3 dan pasang bagian baut-baut pada J4 dan J5 (yaitu setengah ke
bawah).
Langkah 4.
Pasang batang datar tepi bawah (3), masukan diantara pelat buhul pada bagian
pertemuan J3 yang telah selesai sebagian. Pasang pelat pengisi jika dijelaskan pada
Gambar Erection Jembatan dan pelat penyambung atas selesai (J4) setelah pemasangan
pelat penghubung badan bagian atas dan pelat penyambung badan yang ada dan baut
seluruhnya pada pertemuan J4.
Pada ujung depan dari batang datar bawah, pasang pelat buhul luar dan pelat
penyambung bawah secara bersamaan dengan pengisi yang ditentukan, bautkan pada
batang datar bawah dan batang diagonal pada sambungan/join (J5).
Langkah 5.
Pasang ikatan angin batang atas dan hubungksn pada pertemuan di J1 dan J4 saling
menyilang.
Jalan kerja dari kayu dapat dipasang pada gelagar melintang batang atas (5) dan rangka
pengangkat dipindahkan satu panel berikutnya dipasang dan diikat kembali.
Langkah 6.
Ulangi langkah ke (1). Pasangkan batang penghubung atas berikutnya seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya dan selesaikan titik hubung J3.
Langkah 7.
Ulangi langkah ke (2) dan lanjutkan tahapan perakitan seperti sebelumnya.
“Penting sekali bahwa seluruh baut harus dikencangkan penuh setelah semua komponen
pada suatu titik pertemuan terpasang”.
h. Pengikat Sementara Pada Bagian Bawah.
Pasa saat pemasangan kantilever, pengikat silang sementara harus dipasang pada bagian
bawah batang di setiap ujung batang yang disesuaikan jalurnya, pengikat silang
sementara ini dibutuhkan untuk mengurangi lendutan lateral pada kantilever akibat
beban angin dan untuk mengikat batang bagian bawah (dalam tekanan) untuk
mengimbangi pengait.
Pengikat ini harus dilepas setelah konstruksi selesai dan bentang telah menopang
keempat sudutnya. Penopang tidak dapat dipasang sebelum pengikat sementara dilepas.
Seperti dijelaskan pada sub bahasan 3 di atas, lawan lendut pada bentang rangka
terbentuk sebagai bentuk pabrikasi pelat buhul batang atas dan batang bawah dan tidak
diperlukan tindakan khusus atau penyesuaian-penyesuaian selama pelaksanaan system
kantilever ini.
Yang perlu diperhatikan adalah, perakitan baja ditempatkan pada level yang ditentukan
untuk mengantisipasi lendutan hingga bagian ujung kantilever berada diatas bagian
abutment dan pilar.
Untuk menentukan ketinggian dari penyangga dengan ganjalan kayu disetiap ujungnya
dimana bentang menumpu pada salah satu atau kedua ujungnya di pilar, maka hal-hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
Geometri dari tempat pabrikasi bentang pemberat, bentang terkantilever dan rangka
penghubung;
Lendutan elastis dari ujung kentilever dan;
Ketinggian relatif dari ketiga pilar atau abutment pada alur jembatan.
Tidak dimungkinkan untuk menentukan tinggi rata-rata untuk setiap kombinasi bentang
karena level pilar dan abutment relatif bervariasi disetiap lokasi dan ditentukan kemudian
dengan alinyemen vertical jalan yang dibutuhkan.
Informasi pada Gambar 7.17 dapat digunakan untuk menentukan geometri pabrikasi
untuk kombinasi adalah :
Pada saat bentang jembatan telah tercapai kantilever penuh, setiap penambahan beban
pada bentang selain komponen jembatan yang akan dipasang dan peralatan pengangkut
sederhana harus dibatasi seminim mungkin.
Jika ada bentang ketiga, maka bentang ini dapat dipakai sebagai pemberat yang dipasang
pada ujung belakang bentang pertama. Jika tidak, harus dugunakan bahan pemberat jenis
yang lain.
Bila bentang digunakan sebagai pemberat untuk bentang berikutnya telah selesai dipasang
dan telah dilepaskan dari bentang pemberatnya, maka sebelum dipasang perletakan
sementara, ujung depannya harus didongkrak naik/turun seperlunya untuk mendapatkan
elevasi yang sama dengan ujung belakang. Elevasi ini ± 1.30 m di atas posisi akhir untuk
memungkinkan adanya lendutan pada ujung kantilever.
Batang bawah rangka penghubung telah dibuat sedemikian rupa sehingga posisi ujung-ujung
rangka otomatis tepat pada jarak yang ada ditentukan pada pilar sehingga setelah jembatan
selesai tidak diperlukan lagi penyesuaian arah memanjang.