Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAK

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua


atau lebih zat yang bersifat homogen, namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain
yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak terjadi pengendapan. Pada percobaan
sol liofil ini bertujuan untuk menentukan pH,massa jenis dan juga nilai viskositas
serta mengetahui sifat-sifat sol liofil dari beberapa jenis larutan yang digunakan
seperti akuades, asam sitrat, dan juga gelatin. Dalam percobaan sol liofil
menggunakan metode viskometer Ostwald.

Kata Kunci: Gelatin,Asam sitrat,viskometer Ostwald,Sol liofil.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-
hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti
susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan
kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. Sistem koloid adalah
suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi
(campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari
sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena
semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.

Titik isoelektrik dicapai ketika pH pada muatan negatif dan muatan positifnya
setimbang yaitu pada viskositas minimum. Penentuan titik isoelektrik dilakukan
melalui pengamatan viskositas. Titik isoelektrik diperoleh dari grafik hubungan
antara pH dengan viskositas. Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH
ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau
kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik
isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang
selama proses ionisasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik
isoelektrik, maka matan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika
pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi
netral atau bahkan menjadi negatif.

1.2 Tujuan
1. Mempelajari sifat sol liofil dan menentukan titik isoelektriknya melalui
pengamatan viskositas.
2. Menentukan pH, viskositas, dan rapat masaa sol liofil.
1.3 Prinsip
Penentuan viskositas dan rapat massa sol liofil ini menggunakan viskometer
Ostwald. Titik isoelektriknya dapat dihitung melalui viskositas dengan
memperhatikan sistem koloid yang terbentuk dari gelatin apabila sistem koloidnya
kental, maka viskositasnya akan semakin besar. Dalam percobaan ini fase
terdispersi yaitu gelatin sedangkan fase pendispersinya yaitu Na2HPO4 dan asam
sitrat. Adapun rumus molekul dari protein adalah HOOC – R - NH2 dan protein
bersifat amfoter sehingga dalam asam akan bermuatan positif dan dalam basa
bermuatan negatif.

Asam: HOOC – R - NH2 + H+  HOOC – R - NH3.

Basa: HOOC – R - NH2 + OH-  HOOC – R - NH2 + H2O.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Thomas Graham (1805-1809) dalam penyelidikannya mengenai difusi


larutan melalui membran telah membedakan koloid dengan kristaloid. Dari
pengamatannya ternyata partikel zat dalam larutan ada yang berfungsi cepat dan
lambat. Zat-zat yang mudah terdifusi umumnya membentuk kristal dalam keadaan
padat, sehingga ia menyebutnya kristaloid, contohnya NaCl dalam air. Sedangkan
zat-zat yang yang sukar berdifusi seperti lem, agar-agar, putih telur, dinamakan
kolid (Bahasa Yunani kolla = perekat) (Bird, 1997).

Dalam sistem koloid zat terdispersi maupun pendispersi dapat berupa gas,
cairan, maupun padatan. Oleh sebab itu, ada delapan macam sistem koloid seperti
disajikan tabel berikut ini (Elaine, 2006):

Medium
Zat Terdispersi Wujud Koloid Contoh
Pendispersi
Gas Cair Busa Busa,Sabun,Krim kocok
Gas Padat Busa Padat Batu apung,karet busa
Cair Gas Aeorosol Cair Kabut,awan,aerosol,spray
Susu cair, cokelat cair
Cair Cair Emulsi
,saus
Cair Padat Emulsi Padat Keju, mentega, jeli
Padat Gas Aerosol Padat Asap, debu
Padat Cair Sol Cat, selai, gelatin
Padat Padat Sol Padat Kaca rubi, obat-obatan

Gel cincau hijau adalah sejenis hidrokoloid yang memiliki sifat fisik seperti agar-
agar, namun secara kimia gel cincau merupakan koloid jenis sol seperti halnya
CMC (Cetil Methyl Cellosa) yang biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada
tablet. Selain itu butir-butir gel sol cincau termasuk golongan hidrofil seperti
halnya CMC (Nonaka, 2007).

Kestabilan koloid dapat juga disebabkan adanya adsorpsi molekul atau


koloid yang lain (koloid protektif/pelindung). Misalnya gelatin sebagai penstabil
es krim. Secara fisika koagulasi dapat terjadi karena pemanasan atau pendinginan.
Misalnya telur atau santan kelapa muda dapat menggumpal jika dipanaskan . Es
lilin bisa menjadi keras karena didinginkan (Keenan, dkk, 1992).

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau


fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat,
sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Jadi, viskositas tidak lain menentukan
kecepatan mengalirnya suatu cairan (Yazid, 2005).

Makromolekul akan memperoleh muatan jika didespersikan dalam air.


Ciri-ciri penting dari protein dan makromolekul alam lainnya adalah muatan
keseluruhannya bergantung pada pH medium, misalnya dalam lingkungan asam,
proton menempel pada gugus fasa dan muatan neto makro molekul itu positif.
Pada titik isoelektrik, pH nya sedemikian sehingga pada makromolekul tidak ada
muatan netto (Atkins, 1996).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan sol liofil ini yaitu batang
pengaduk, botol semprot, gelas kimia 150 ml, labu takar 50 ml, 250 ml,
piknometer 25 ml, viskometer Ostwald, statif, pH meter, pipet volume,
bulp, dan penangas air.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan sol liofil yaitu akuades,
asam sitrat (C6H8O7), dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4) dan gelatin.
3.2 Prosedur Kerja

Na2HPO4

- Dibuat larutan dengan pH berturut-turut


2,2;3,0;4,4;5,0;6,0;7,0 sebanyak 50 ml
- Ditambahkan Asam sitrat 0,1 M
- Dilarutkan 0,5 gr gelatin
- Dipanaskan
- Dipindahkan ke labu ukur 50 ml
- Ditepatkan dengan akuades menjadi 50 ml
- Ditentukan pH larutan dengan pH meter
- Ditentukan viskositas, rapat massa

Hasil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


t (s) m larutan(g)
pH m pikno kosong(g) m pikno isi(g)
𝑡1 𝑡2 𝑡3 (y – x)
Air 29,61 29,20 29,16 16,1421 25,82 9,6779
2,3 52,90 55,39 53,20 16,1421 25,86 9,7179
2,6 42,59 42,84 43,80 16,1421 25,85 9,7079
2,8 40,13 40,68 40,48 16,1421 25,86 9,7179
3,0 40,87 41,06 41,39 16,1421 25,86 9,7179
3,2 38,44 39,18 39,03 16,1421 25,86 9,7179
3,8 35,74 36,28 37,79 16,1421 25,89 9,7479

4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Prosedur
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain. Dimana di antara campuran
homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga
disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen
adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut,
contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah
campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya
air dan minyak.

Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol
dapat dibagi menjadi:

 Sol padat
 Sol cair (sol)
 Sol gas (aerosol padat)

Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan
mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai
mediumnya, maka disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein,
sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin. Sifat-sifat dari sol liofil yaitu:

 Efek Tyndall
 Gerak Brown
 Adsorpsi koloid
 Muatan Koloid Sol

Pada percobaan sol liofil ini, ditentukan penentuan titik isoelektrik dengan
menggunakan pengamatan viskositas dimana dalam percobaan ini, pembuatan sol
liofil dilakukan dengan gelatin sebagai fasa terdispersi dan sebagai fasa
pendispersinya adalah larutan dinatrium hidrogen fosfat dan larutan asam sitrat.

Sol biasanya dibentuk dengan pemecahan padatan menjadi partikel-


partikel kecil berdimensi koloid dan partikel-partikel tersebut terdispersi dalam
fasa cairan. Sol juga dapat dibentuk oleh pembuatan partikel koloid dari agregat
molekul (Sastrohamidjojo, 2001).

Menurut (Yazid, 2005) sistem koloid merupakan suatu sistem dispersi


yang terdiri dari dua fasa yaitu, fasa terdispersi berupa zat padat dan fasa
pendispersi berupa cairan. Sol liofil merupakan sol yang partikel-partikel
padatnya akan menyerap molekul cairan atau dengan kata lain sol yang suka
pelarut.

Gelatin dicampurkan ke dalam larutan dinatrium hidrogen fosfat


(Na2HPO4) 0,2 M dan larutan asam sitrat (C6H8O7) 0,1 M dengan variasi pH yang
berbeda-beda. Gelatin adalah zat kimia padat, tembus cahaya, tak berwarna, rapuh
(jika kering), dan tak berasa, yang didapatkan dari kolagen yang berasal dari
berbagai produk sampingan hewan, gelatin merupakan campuran antara peptida
dengan protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yang secara alami terdapat
pada tulang atau kulit binatang.

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Gelatin adalah protein yang bersifat amfoter
yaitu dapat bereaksi pada suasana asam dan basa kemudian gelatin ini merupakan
suatu protein zwitter ion yang dapat terinisasi membentuk ion positif (+) pada
suasanan asam dan ion negatif (-) pada suasana basa. Pada gelatin yang menjadi
penyebab bermuatan (+) dan (-) adalah gugus amina (NH3). Pada larutan asam
suatu protein terionisasi, sesuai reaksi berikut:

HOOC – R – NH2 + H+  HOOC – R – NH3+

Sedangkan pada larutan yang bersifat basa reaksinya adalah:

HOOC – R – NH2 + OH-  -OOC – R – NH2 + H2O

Setelah pengukuran gelatin, kemudian dilakukan pengukuran terhadap pH,


pengukuran pH ini menggunakan pH meter dimana penggunaaan dalam
pengukuran pH ini harus dilakukan kalibrasi terhadap pH meter agar hasil pH
yang didapatkan tidak berubah-berubah. Pada percobaan sol liofil ini
menggunakan viskometer Ostwald untuk menentukan rapat massa. Viskometer
merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu cairan,
dimana viskositas sendiri yaitu tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul-molekul yang satu dengan yang lainnya. Viskometer Ostwald
yaitu dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan dalam melewati 2
tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald.Untuk
mengkalibrasi viskometer Ostwald adalah dengan air yang sudah diketahui tingkat
viskositasnya. Cara kerja viskometer Ostwald:

1) Sebelum digunakan , viskometer hendaknya di bersihkan terlebih dahulu.


2) Letakkan viskometer pada posisi vertical.
3) Pipet cairan yang akan ditentukan kekentalannya dimasukkan kedalam
reservoir a sampai melewati garis reservoirnya (kira-kira setengahnya).
4) Biarkan viskometer beberapa menit dalam thermostat untuk menyeimbangkan
atau mencapai suhu yang di kehendaki.
5) Cairan dihisap melalui pipa b sampai melewati garis m.reservoirnya.
6) Cairan dibiarkan turun sampai garis n.
7) Catat waktu yang dibutuhkan cairan untuk mengalir dari garis m ke n.
Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu
makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan
oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka
sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi
terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka muatan
partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik
isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi
negatif. Perbedaan titik isoelektrik pada protein didasarkan atas perbedaan asam
amino penyusunnya. Setiap asam amino memiliki karakteristik tersendiri yang
membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Asam-asam amino ada yang
bermuatan positif, negatif, ataupun netral ketika beberapa asam amino bergabung
membentuk protein maka setiap muatan asam amino akan berkontribusi pada
muatan total protein yang disusunnya. Pada titik isoelektriknya, asam-asam amino
yang menyusun suatu protein berada dalam keadaan sebagai ion zwitter-tidak
bermuatan atau memiliki jumlah muatan positif dan negatif yang sama. Dalam
percobaan ini penentuan titik isoelektrik didasarkan atas perhitungan pH dan nilai
viskositas air dengan nilai viskositas dari tiap pH.
4.2.2 Analisis Hasil
Pada percobaan sol liofil ini hubungan antara pH dengan viskositas adalah
berbanding terbalik begitu juga dengan hubungan antara pH dan massa jenis
adalah berbanding terbalik. Hubungan berbanding terbalik antara pH dan
viskositas ini karena dalam percobaan yang kami lakukan jika nilai pH semakin
besar maka nilai viskositas yang didapatkan semakin kecil. Adapun nilai
viskositas yang diperoleh adalah:

PH (x) ᶯ (y)
2,3 1,4079
2,6 1,176
2,8 1,1047
3,0 1,1230
3,2 1,0624
3,8 1,003

Dari tabel dapat dilihat pada pH 2,3 terjadi peningkatan pH, namun pada pH 2,8
terjadi penurunan nilai viskositas. Secara teori pada pH dimana terjadi penurunan
viskositas yaitu memiliki viskositas minimum, hal ini terjadi titik isoelektrik
dimana muatan negatif (-) sama dengan muatan positif (+), sehingga molekul-
molekul protein dalam keadaan yang maksimal mengikat H+ dan OH- pada asam
sitrat maupun Na2HPO4. Sedangkan setelah melalui titik isoelektrik viskositasnya
naik kembali akibat molekul protein yang berperan mengikat OH- mengalami
kelebihan muatan OH- sehingga dapat disebut mengalami overload. Oleh karena
itulah viskositasnya meningkat kembali (Atkins, 1999).

Pada grafik, penentuan titik isoelektriknya dengan menghubungkan antara


viskositas dengan pH. Penentuan titik isoelektrik ini yaitu dengan melihat titik pH
yang paling rendah, di percobaan ini didapatkanlah nilai viskositas terendah yaitu
berada pada pH 2,8. Pada grafik yang dihasilkan dapat dilihat pengaruh pH
terhadap viskositas cairan tersebut.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Nilai pH,viskositas, dan massa jenis:

pH ᶯ Massa jenis

2,3 1,4079 0,97179


2,6 1,176 0,97079
2,8 1,1047 0,97179
3,0 1,1230 0,97179
3,2 1,0624 0,97175
3,8 1,003 0,97475

2. Titik isoelektrik pada PH 2,8.


5.2 saran
Pada percobaan selanjutnya gelatin dalam percobaan sol liofil dapat diganti
dengan bahan lainnya mislanya pati atau jeli.

Daftar Pustaka

Atkins, P.W. 1996. “Kimia Fisika”, Edisi 4. Jilid 2. Alih bahasa: Irma I. Erlangga.
Jakarta.

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.

Daintith, J. 1994. ”Kamus Lengkap Kimia Oxford”. Alih bahasa: Suminar


Achmadi. Erlangga. Jakarta.

Elaine. 2006. Pengertian dan Jenis-jenis Koloid. [online]. Tersedia:


http//elaine.Niala.blogspot.com

Keenan, C.W,Kleinfelter, D.C, dan Wood, J.H. 1992. “Ilmu Kimia untuk
Universitas” Jilid 1. Edisi 6. Alih bahasa: AH. Pudjaatmaka. Erlangga.
Jakarta.

Kusuma, S., 1983, “Pengetahuan Bahn-Bahan”, Edisi ke-7, Erlanga, Jakarta.


Myers, D. 2006. Surfatant Science and Technology. Third Edition. New Jersey:
John Wiley and Sons, Inc.

Nonaka, H.H. 1997. Plant Carbohydrate-Derived Poducts as Fat Replacers and


Calorie Reducers. Cercal Foods Worlds, 42:227-328.

Sastrohamidjojo,H.,2001,”Kimia Dasar”,UGM-Press,Yogyakarta.

Suharsini,Maria.2005.Kimia dan Kecakapan Hidup.Jakarta: Ganesa Exact.

Sukardjo. 1990. “Kimia Fisika”. Rineka Cipta. Jakarta.

Wiryaatmaka,S. 1988. “Kimia Fisika 1”. Departemen P dan K. Jakarta.

Yazid, E., 2005, “Kimia Fisik untuk Paramedis”, Andi Offsei, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai