Laporan Sol Liofil
Laporan Sol Liofil
PENDAHULUAN
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-
hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti
susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan
kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. Sistem koloid adalah
suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi
(campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari
sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena
semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Titik isoelektrik dicapai ketika pH pada muatan negatif dan muatan positifnya
setimbang yaitu pada viskositas minimum. Penentuan titik isoelektrik dilakukan
melalui pengamatan viskositas. Titik isoelektrik diperoleh dari grafik hubungan
antara pH dengan viskositas. Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH
ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau
kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik
isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang
selama proses ionisasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik
isoelektrik, maka matan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika
pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi
netral atau bahkan menjadi negatif.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari sifat sol liofil dan menentukan titik isoelektriknya melalui
pengamatan viskositas.
2. Menentukan pH, viskositas, dan rapat masaa sol liofil.
1.3 Prinsip
Penentuan viskositas dan rapat massa sol liofil ini menggunakan viskometer
Ostwald. Titik isoelektriknya dapat dihitung melalui viskositas dengan
memperhatikan sistem koloid yang terbentuk dari gelatin apabila sistem koloidnya
kental, maka viskositasnya akan semakin besar. Dalam percobaan ini fase
terdispersi yaitu gelatin sedangkan fase pendispersinya yaitu Na2HPO4 dan asam
sitrat. Adapun rumus molekul dari protein adalah HOOC – R - NH2 dan protein
bersifat amfoter sehingga dalam asam akan bermuatan positif dan dalam basa
bermuatan negatif.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam sistem koloid zat terdispersi maupun pendispersi dapat berupa gas,
cairan, maupun padatan. Oleh sebab itu, ada delapan macam sistem koloid seperti
disajikan tabel berikut ini (Elaine, 2006):
Medium
Zat Terdispersi Wujud Koloid Contoh
Pendispersi
Gas Cair Busa Busa,Sabun,Krim kocok
Gas Padat Busa Padat Batu apung,karet busa
Cair Gas Aeorosol Cair Kabut,awan,aerosol,spray
Susu cair, cokelat cair
Cair Cair Emulsi
,saus
Cair Padat Emulsi Padat Keju, mentega, jeli
Padat Gas Aerosol Padat Asap, debu
Padat Cair Sol Cat, selai, gelatin
Padat Padat Sol Padat Kaca rubi, obat-obatan
Gel cincau hijau adalah sejenis hidrokoloid yang memiliki sifat fisik seperti agar-
agar, namun secara kimia gel cincau merupakan koloid jenis sol seperti halnya
CMC (Cetil Methyl Cellosa) yang biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada
tablet. Selain itu butir-butir gel sol cincau termasuk golongan hidrofil seperti
halnya CMC (Nonaka, 2007).
METODOLOGI
Na2HPO4
Hasil
BAB IV
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Prosedur
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain. Dimana di antara campuran
homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga
disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen
adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut,
contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah
campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya
air dan minyak.
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol
dapat dibagi menjadi:
Sol padat
Sol cair (sol)
Sol gas (aerosol padat)
Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan
mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air sebagai
mediumnya, maka disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil adalah kanji, protein,
sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin. Sifat-sifat dari sol liofil yaitu:
Efek Tyndall
Gerak Brown
Adsorpsi koloid
Muatan Koloid Sol
Pada percobaan sol liofil ini, ditentukan penentuan titik isoelektrik dengan
menggunakan pengamatan viskositas dimana dalam percobaan ini, pembuatan sol
liofil dilakukan dengan gelatin sebagai fasa terdispersi dan sebagai fasa
pendispersinya adalah larutan dinatrium hidrogen fosfat dan larutan asam sitrat.
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Gelatin adalah protein yang bersifat amfoter
yaitu dapat bereaksi pada suasana asam dan basa kemudian gelatin ini merupakan
suatu protein zwitter ion yang dapat terinisasi membentuk ion positif (+) pada
suasanan asam dan ion negatif (-) pada suasana basa. Pada gelatin yang menjadi
penyebab bermuatan (+) dan (-) adalah gugus amina (NH3). Pada larutan asam
suatu protein terionisasi, sesuai reaksi berikut:
PH (x) ᶯ (y)
2,3 1,4079
2,6 1,176
2,8 1,1047
3,0 1,1230
3,2 1,0624
3,8 1,003
Dari tabel dapat dilihat pada pH 2,3 terjadi peningkatan pH, namun pada pH 2,8
terjadi penurunan nilai viskositas. Secara teori pada pH dimana terjadi penurunan
viskositas yaitu memiliki viskositas minimum, hal ini terjadi titik isoelektrik
dimana muatan negatif (-) sama dengan muatan positif (+), sehingga molekul-
molekul protein dalam keadaan yang maksimal mengikat H+ dan OH- pada asam
sitrat maupun Na2HPO4. Sedangkan setelah melalui titik isoelektrik viskositasnya
naik kembali akibat molekul protein yang berperan mengikat OH- mengalami
kelebihan muatan OH- sehingga dapat disebut mengalami overload. Oleh karena
itulah viskositasnya meningkat kembali (Atkins, 1999).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Nilai pH,viskositas, dan massa jenis:
pH ᶯ Massa jenis
Daftar Pustaka
Atkins, P.W. 1996. “Kimia Fisika”, Edisi 4. Jilid 2. Alih bahasa: Irma I. Erlangga.
Jakarta.
Keenan, C.W,Kleinfelter, D.C, dan Wood, J.H. 1992. “Ilmu Kimia untuk
Universitas” Jilid 1. Edisi 6. Alih bahasa: AH. Pudjaatmaka. Erlangga.
Jakarta.
Sastrohamidjojo,H.,2001,”Kimia Dasar”,UGM-Press,Yogyakarta.
Yazid, E., 2005, “Kimia Fisik untuk Paramedis”, Andi Offsei, Yogyakarta.