Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN IDENTIFIKASI DAN MANAJEMEN

PENANGANAN HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN


RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


2015

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga Panduan Identifikasi dan Manajemen
Penanganan Hambatan dalam Populasi Pasien di RS PKU
MuhammadiyahYogyakarta.
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tentunya melayani berbagai populasi
masyarakat. Mungkin pasiennya tua, cacat fisik, bicara dengan berbagai bahasa
dan dialek, budaya yang berbeda atau ada penghalang lainnya. Hambatan-
hambatan ini dapat mengganggu proses asesmen dan penerimaan asuhan. Untuk
itu RS PKU MuhammadiyahYogyakarta perlu mengidentifikasi hambatan-
hambatan yang paling sering terjadi pada populasi pasiennya dan prosedur untuk
mengatasi atau membatasi hambatan pada waktu pasien mencari pelayanan, serta
prosedur untuk mengurangi dampak dari hambatan dalam memberikan pelayanan.
Sehingga dibuatlah Panduan Identifikasi dan Manajemen Penanganan Hambatan
dalam Populasi Pasien di RS PKU MuhammadiyahYogyakarta. Semoga dapat
membantu semua pihak di RS PKU MuhammadiyahYogyakarta dan tentunya
dengan harapan bahwa kontinuitas pelayanan tidak terganggu dan kualitas
pelayanan dapat meningkat.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim
penyusun dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan
panduan ini, kami menyadari bahwa panduan tidak luput dari kekurangan, namun
upaya penyempurnaan akan terus dilaksanakan dan saran dari pembaca dan
pengguna panduan ini akan sangat kami perhatikan guna penyempurnaan panduan
ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Surat Keputusan Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ....... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
BAB I DEFINISI ............................................................................................. 1

A. Definisi ................................................................................................ 1
B. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................ 2


BAB III TATA LAKSANA ............................................................................. 2
BAB IV DOKUMENTASI .............................................................................. 9
KEPUSTAKAAN ............................................................................................ 10

3
BAB I
DEFINISI

A. Definisi
Hambatan adalah segala sesuatu yang menghalangi, membingungkan,
mengacaukan dan mengganggu proses pelayanan di rumah sakit. Hambatan-
hambatan tersebut antara lain : pasien tua, cacat fisik, bicara dengan
berbagai bahasa dan dialek, budaya yang berbeda, dan lain-lain.
Identifikasi hambatan adalah suatu kegiatan dalam rangka menentukan dan
menetapkan hambatan-hambatan yang paling sering terjadi pada populasi
pasien di RS PKU MuhammadiyahYogyakarta.
Manajemen penanganan hambatan merupakan prosedur penanganan
hambatan untuk mengatasi atau membatasi hambatan pada waktu pasien
mencari pelayanan dan untuk mengurangi dampak dari hambatan dalam
memberikan pelayanan.

B. Tujuan
1. Sebagai upaya RS PKU MuhammadiyahYogyakarta membangun suatu
kontinuitas pelayanan, yaitu menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien
dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan
pelayanan, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien.
2. Untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang paling sering terjadi
pada populasi pasien di RS PKU MuhammadiyahYogyakarta.
3. Untuk mengatasi atau membatasi hambatan pada waktu pasien mencari
pelayanan.
4. Untuk mengurangi dampak dari hambatan dalam memberikan
pelayanan.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

Identifikasi dan manajemen penanganan hambatan dilakukan terhadap semua


pasien yang datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, baik pasien rawat
jalan maupun rawat inap. Identifikasi hambatan-hambatan yang ditemukan pada
populasi pasien di RS PKU MuhammadiyahYogyakarta meliputi :

1. Pasien berusia lanjut (lansia).


2. Pasien dengan cacat fisik :
1) Gangguan pendengaran
2) Gangguan penglihatan
3) Gangguan bicara
4) Cacat fisik yang lainnya
3. Pasien dengan bahasa dan dialek diluar bahasa dan dialek Jawa.
4. Pasien dengan budaya berbeda, agama berbeda, kepercayaan berbeda.
5. Pasien dengan kognitif terbatas.
6. Pasien dengan motivasi kurang.
7. Pasien dengan emosional.

5
BAB III
TATA LAKSANA

1. Pasien berusia lanjut (lansia) :


a. Menciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta duduk berhadapan dengan
pasien.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasi diri
dengan menyebutkan nama dan peran.
d. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta berkomunikasi dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti/dipahami atau bahasa yang
dipergunakan sehari-hari oleh pasien tersebut.
e. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.
f. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan
pasien.

2. Pasien dengan gangguan penglihatan :


a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta sedapat mungkin ambil
posisi yang dapat dilihat oleh pasien bila pasien mengalami kebutaan
parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan/kehadiran petugas.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasi diri
dengan menyebutkan nama dan peran.
d. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi pasien tidak
memungkinkannya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara
memegang peranan besar dan bermakna bagi pasien.
e. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, petugas menerangkan
alasan pemeriksaan fisik tersebut.
f. Informasikan kepada pasien ketika petugas akan
meninggalkannya/memutus komunikasi.

6
g. Orientasikan pasien pada lingkungannya jika pasien dipindahkan ke
lingkungan/ruangan yang baru.
h. Orientasikan pasien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
i. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan
pasien.

3. Pasien dengan gangguan pendengaran :


a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta menggunakan bahasa yang
sederhana dan bicaralah dengan terang, jelas, dan perlahan untuk
memudahkan pasien membaca gerak bibir petugas. Sangat penting untuk
berbicara dengan jelas, bukan dengan keras.
d. Jika pasien dapat mendengar dengan alat bantu dengar, pastikan alat
tersebut terpasang dan berfungsi.
e. Meminimalkan distraksi yang dapat menghalangi konsentrasi pasien :
meminimalkan percakapan jika pasien keletihan atau gunakan komunikasi
secara tertulis.
f. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan
wajar.
g. Gunakan bahasa isyarat dan bahasa jari bila petugas bisa dan diperlukan.
h. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (symbol).
i. Jangan melakukan pembicaraan ketika petugas sedang mengunyah sesuatu
misalnya permen karet.
j. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian bahasa
isyarat, untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.

4. Pasien dengan gangguan bicara :

7
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta menggunakan bahasa yang
sederhana dan bicaralah dengan terang, jelas, dan perlahan untuk
memudahkan pasien membaca gerak bibir petugas.
d. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan pasien dan pertahankan
sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
e. Petugas benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir pasien.
f. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang diucapkan.
g. Gunakan bahasa isyarat dan bahasa jari bila petugas bisa dan diperlukan.
h. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (symbol).
i. Jangan melakukan pembicaraan ketika petugas sedang mengunyah sesuatu
misalnya permen karet.
j. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian bahasa
isyarat, untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.

5. Untuk cacat fisik yang lain, misalnya tuna daksa, tuna grahita, tergantung
sepenuhnya kepada keluarga pasien yang mendampingi pasien tersebut, untuk
menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.

6. Pasien dengan bahasa dan dialek diluar bahasa dan dialek Jawa.
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
c. Kaji bahasa apa yang dapat digunakan pasien secara baik.
d. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia, bicara dengan jelas dan lebih lambat dari normal (jangan
melakukannya secara berlebihan).

8
e. Jika pasien tidak dapat memahami atau berbicara (merespon) gunakan
metode alternatif dalam melakukan komunikasi :
1) Menuliskan pesan yang akan disampaikan.
2) Gunakan gerak tubuh atau tindakan.
f. Melakukan klarifikasi maksud dari setiap kata yang tidak jelas.
g. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian penerjemah,
untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.

7. Pasien dengan budaya berbeda, agama berbeda, kepercayaan berbeda.


a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
c. Kaji budaya, agama, kepercayaan dari pasien.
d. Jika dalam memberikan pelayanan, terdapat hal yang bersinggungan
dengan budaya, agama, kepercayaan pasien maka berikan penjelasan ke
pasien terutama maksud dan tujuan pelayanan tersebut.

8. Pasien dengan kognitif terbatas.


a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta duduk berhadapan dengan
pasien.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
d. Kaji kemampuan kognitif dan tipe pembelajaran dari pasien.
e. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta berkomunikasi dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti/dipahami atau bahasa yang
dipergunakan sehari-hari oleh pasien tersebut.
f. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti/dipahami oleh pasien
dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan serta memperjelas
maksud dan tujuannya.

9
g. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.
9. Pasien dengan motivasi kurang.
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta duduk berhadapan dengan
pasien.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
d. Kaji tingkat motivasi dari pasien.
e. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta berkomunikasi dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti/dipahami atau bahasa yang
dipergunakan sehari-hari oleh pasien tersebut.
f. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti/dipahami oleh pasien
dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan serta memperjelas
maksud dan tujuannya.
g. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.
h. Jika dalam memberikan pelayanan, pasien terlihat kurang motivasi, maka
berikan penjelasan ke pasien terutama maksud dan tujuan pelayanan
tersebut.
10. Pasien dengan emosional.
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYoyakarta duduk berhadapan dengan
pasien.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
d. Kaji reaksi emosional pasien : menolak (denial), marah (anger), tawar-
menawar (bargening), depresif (depressive), pasrah (acceplance).
e. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta berkomunikasi dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti/dipahami dengan
memperhatikan reaksi emosional pasien.

10
f. Petugas tidak boleh ikut terbawa reaksi emosional pasien, senantiasa sabar
dan memahami kondisi pasien sehingga dapat memberikan pelayanan
dengan ikhlas.
g. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti/dipahami oleh pasien
dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan serta memperjelas
maksud dan tujuannya.
h. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.

11
BAB IV
DOKUMENTASI

Identifikasi hambatan pasien didokumentasikan di Formulir Edukasi Pasien dan


Keluarga Terintegrasi.

12
KEPUSTAKAAN

Ann Marriner,Tomey. 1996. Guide to Nursing management and Leadership.


Mosby year book Inc.
Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Devito,Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia Indonesia : Profesional
Books.
Dewi, Sutrisna. 2006. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta.
Elaine.L.Monica. 1998. Kepemimpinan dan Managemen Keperawatan,
Pendekatan berdasarkan pengalaman, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fortinas, K.M. and Worret, P.A.H. 2004. Psychiatic mental health nursing. Third
edition. St. Louis : Mosby.
Hamid, A.Y.S. 1996. Komunikasi Terapeutik. Jakarta : tidak dipublikasikan.
Herujito, Yayat M. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Grasindo.
Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
John Fiske. 1996. Introduction to Communication Studies. Sage Publications.
Kanus, W.A. Et.al. 1986. An evaluation of outcome from intensive care in major
medical centers. Ann Intern Med 104, (3):410.
Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. 1983. Introduction to person-centered
nursing. Philadelphia : J.B. Lippincott Company.
Onong Effendy. 1994. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Perry. Potter. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Salemba Medika :
Jagakarsa, Jakarta.
Roger. B. Ellis Robert,J Gates and Neil kenwarthy. 1995. Interpersonal
Communication in Nursing Theory and Practice, Churcill Livingstone.
Sasa Djuarsa S., 2003. Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.
Stephen W. Littlejohn. 1996. Theories of Human Communication, Wadsworth
Publication, New Jersey.
Stuart, G.W & Sundeen S.J. 1995. Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third
edition. St.Louis : Mosby Year Book.

13
Stuart, G.W & Sundeen S.J. 1995. Principles and Practise of Psychiatric Nursing.
St. Louis : Mosby Year Book.
Sullivan, J.L & Deane, D.M. 1988. Humor and Health. Journal of qerontology
nursing 14 (1):20.
Uchjana,Onong. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.

14
Lampiran 1. Formulir Edukasi Pasien dan Keluarga Terintegrasi

15

Anda mungkin juga menyukai