Panduan Identifikasi Dan Manajemen Hambatan
Panduan Identifikasi Dan Manajemen Hambatan
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr.wb.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Surat Keputusan Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ....... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
BAB I DEFINISI ............................................................................................. 1
A. Definisi ................................................................................................ 1
B. Tujuan ................................................................................................. 1
3
BAB I
DEFINISI
A. Definisi
Hambatan adalah segala sesuatu yang menghalangi, membingungkan,
mengacaukan dan mengganggu proses pelayanan di rumah sakit. Hambatan-
hambatan tersebut antara lain : pasien tua, cacat fisik, bicara dengan
berbagai bahasa dan dialek, budaya yang berbeda, dan lain-lain.
Identifikasi hambatan adalah suatu kegiatan dalam rangka menentukan dan
menetapkan hambatan-hambatan yang paling sering terjadi pada populasi
pasien di RS PKU MuhammadiyahYogyakarta.
Manajemen penanganan hambatan merupakan prosedur penanganan
hambatan untuk mengatasi atau membatasi hambatan pada waktu pasien
mencari pelayanan dan untuk mengurangi dampak dari hambatan dalam
memberikan pelayanan.
B. Tujuan
1. Sebagai upaya RS PKU MuhammadiyahYogyakarta membangun suatu
kontinuitas pelayanan, yaitu menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien
dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan
pelayanan, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien.
2. Untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang paling sering terjadi
pada populasi pasien di RS PKU MuhammadiyahYogyakarta.
3. Untuk mengatasi atau membatasi hambatan pada waktu pasien mencari
pelayanan.
4. Untuk mengurangi dampak dari hambatan dalam memberikan
pelayanan.
4
BAB II
RUANG LINGKUP
5
BAB III
TATA LAKSANA
6
g. Orientasikan pasien pada lingkungannya jika pasien dipindahkan ke
lingkungan/ruangan yang baru.
h. Orientasikan pasien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
i. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan
pasien.
7
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta menggunakan bahasa yang
sederhana dan bicaralah dengan terang, jelas, dan perlahan untuk
memudahkan pasien membaca gerak bibir petugas.
d. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan pasien dan pertahankan
sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
e. Petugas benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir pasien.
f. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang diucapkan.
g. Gunakan bahasa isyarat dan bahasa jari bila petugas bisa dan diperlukan.
h. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (symbol).
i. Jangan melakukan pembicaraan ketika petugas sedang mengunyah sesuatu
misalnya permen karet.
j. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian bahasa
isyarat, untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.
5. Untuk cacat fisik yang lain, misalnya tuna daksa, tuna grahita, tergantung
sepenuhnya kepada keluarga pasien yang mendampingi pasien tersebut, untuk
menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.
6. Pasien dengan bahasa dan dialek diluar bahasa dan dialek Jawa.
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
c. Kaji bahasa apa yang dapat digunakan pasien secara baik.
d. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia, bicara dengan jelas dan lebih lambat dari normal (jangan
melakukannya secara berlebihan).
8
e. Jika pasien tidak dapat memahami atau berbicara (merespon) gunakan
metode alternatif dalam melakukan komunikasi :
1) Menuliskan pesan yang akan disampaikan.
2) Gunakan gerak tubuh atau tindakan.
f. Melakukan klarifikasi maksud dari setiap kata yang tidak jelas.
g. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian penerjemah,
untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.
9
g. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.
9. Pasien dengan motivasi kurang.
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta duduk berhadapan dengan
pasien.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
d. Kaji tingkat motivasi dari pasien.
e. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta berkomunikasi dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti/dipahami atau bahasa yang
dipergunakan sehari-hari oleh pasien tersebut.
f. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti/dipahami oleh pasien
dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan serta memperjelas
maksud dan tujuannya.
g. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.
h. Jika dalam memberikan pelayanan, pasien terlihat kurang motivasi, maka
berikan penjelasan ke pasien terutama maksud dan tujuan pelayanan
tersebut.
10. Pasien dengan emosional.
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas RS PKU MuhammadiyahYoyakarta duduk berhadapan dengan
pasien.
c. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta melakukan identifikasikan
diri dengan menyebutkan nama dan peran.
d. Kaji reaksi emosional pasien : menolak (denial), marah (anger), tawar-
menawar (bargening), depresif (depressive), pasrah (acceplance).
e. Petugas RS PKU MuhammadiyahYogyakarta berkomunikasi dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti/dipahami dengan
memperhatikan reaksi emosional pasien.
10
f. Petugas tidak boleh ikut terbawa reaksi emosional pasien, senantiasa sabar
dan memahami kondisi pasien sehingga dapat memberikan pelayanan
dengan ikhlas.
g. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti/dipahami oleh pasien
dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan serta memperjelas
maksud dan tujuannya.
h. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.
11
BAB IV
DOKUMENTASI
12
KEPUSTAKAAN
13
Stuart, G.W & Sundeen S.J. 1995. Principles and Practise of Psychiatric Nursing.
St. Louis : Mosby Year Book.
Sullivan, J.L & Deane, D.M. 1988. Humor and Health. Journal of qerontology
nursing 14 (1):20.
Uchjana,Onong. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
14
Lampiran 1. Formulir Edukasi Pasien dan Keluarga Terintegrasi
15