Penyusun :
AZZAHRA HUMAIRAH
2031118
2022
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
Nim : 2031118
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Diagnostik Terapi Wicara
pada Klien Usia 3 Tahun 1 Bulan di Padang dimana laporan ini merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan nilai pada Mata Kuliah Pratikum 1 di Prodi D-III Terapi
Wicara STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga laporan
penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Bapak Jasmarizal, S.Kp., MARS selaku Ketua Yayasan
2. Ibu Ises Reni, S.Kp., M.Kep selaku Ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
3. Ibu Aida Minropa, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D III Terapi Wicara yang
telah mengizinkan pelaksanaan praktik
4. Bapak Rexsy Taruna, A.Md, TW.,M.Psi selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pratikum I dan Dosen Pembimbing Akademik Pratikum I
5. Ibu Delfi Yuliarita, A.Md, TW selaku Pembimbing Klinik Pratikum I
6. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu membantu dan memberikan motivasi
kepada penulis selama ini.
7. Teman-teman yang selaku dan bersedia membantu atas kerja keras penulis dalam
laporan ini
8. Keluarga klien dan klien yang telah bersedia membantu dalam pelaksanaan
praktikum.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah membantu
dalam proses penyusunan laporan ini.
iii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan, untuk itu sangat
dibutuhkan masukan dan saran dalam penyempurnaan laporan ini. Atas perhatiannya
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah S.W.T melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua.
Azzahra Humairah
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi wicara adalah bentuk pelayanan kesehatan professional berdasarkan
ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang bahasa, wicara, suara,
irama/kelancaran (komunikasi) dan menelan yang ditujukan kepada individu,
keluarga dan/atau kelompok untuk meningkatkan upaya kesehatan yang
diakibatkan adanya gangguan/kelainan anatomis, fisiologi, psikologis dan
sosiologis.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES
No.81 Tahun 2014) tentang Standar Pelayanan Terapi Wicara , dijelaskan
bahwa bidang garap terapis wicara meliputi gangguan bahasa, gangguan wicara
(produksi bunyi, fluensi, suara), dan gangguan menelan. Kemudian alur dari
pelayanan terapi wicara terdiri dari assesmen (pengkajian data), diagnosis
(termasuk prognosis), membuat perencanaan penanganan, melakukan
penanganan dan evaluasi.
Gangguan perkembangan bahasa (DLD, juga disebut gangguan bahasa
spesifik, SLI) adalah gangguan perkembangan umum yang terdiri dari
kelompok disabilitas terbesar pada anak usia prasekolah.
Menurut Skinner (1957), seorang anak akan mengembangkan kemampuan
berbahasa jika mendapat stimulus dari orang lain. Kemampuan berbahasa anak
diteguhkan melalui perantaraan orang lain. Anak yang sudah sampai pada
tahap kesiapan berbicara, tetapi tidak menerima stimulus akan mengalami
kesulitan dalam berbicara (Gunarsa,1989 ), (Yunanto, 2004) ; (Arifuddin,
2010).
Gangguan bicara dan bahasa yang dialami anak sangat beragam. Salah
satu gangguan bicara dan bahasa tersebut adalah specific language impairment
(SLI). SLI adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada seorang anak
yang secara substansial perkembangan bahasanya di bawah tingkat usia, tanpa
penyebab yang jelas. SLI didiagnosis ketika bahasa anak tidak berkembang
1
namun tidak ditemukan adanya keterbelakangan mental, kelainan bicara secara
fisik, gangguan autistik, atau gangguan kerusakan otak. (Bishop & Snowling,
2004), (Rice, 2005) (Parisse & Maillart, 2009). Artinya, gangguan bahasa
tersebut bukan komorbiditas gangguan lain, tetapi semata-mata gangguan
dalam berbahasa.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan praktikuim I ini adalah untuk melaporkan hasil
diagnostik terapi wicara pada klien Specifif Language Impairment (SLI) Usia
3 Tahun 1 Bulan di RSUD Dr. Achmad Mochktar Bukittinggi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Specific Language Impairment (SLI) atau istilah lain pada kasus ini adalah
Developmental Language Disorder (DLD), Language Disorder, Expressive
Language Disorder Mixed dan Expresif Language Disorder.
Menurut (leonard,2014) “SLI is largely defined using exclusionary criteria
no intellectual disability, hearing impairment, motor deficits, autism, or other
conditions that might account for language difficulties”. Artinya SLI sebagian
besar didefinisikan menggunakan kriteria eksklusi tidak ada kecacatan
intelektual, gangguan pendengaran, defisit motorik, autisme, atau kondisi lain
yang mungkin menyebabkan kesulitan bahasa.
Dikutip dari buku Introduction to communicaton Sciences and Disorders
hal.85 “Traditionally, SLI has been defined in terms of normal range
nonverbal IQ (score of 85 or better on standardized measure of IQ, which is
within 1 SD of the mean of 100). It should be noted that at least in the United
States the term SLI has mostly been used by researchers, rather than by
clinicians”. Artinya Secara tradisional, SLI telah didefinisikan dalam kisaran
normal IQ nonverbal (skor 85 atau lebih baik pada ukuran IQ standar, yang
berada dalam 1 SD dari rata-rata 100). Perlu dicatat bahwa setidaknya di
Amerika Serikat istilah SLI lebih banyak digunakan oleh peneliti, bukan oleh
dokter.
B. Teori penyebab
Menurut Dale dkk. (2018) “The cause or causes of SLI are not well
understood. There are differing viewpoints among researchers about possible
factors underlying SLI/DLD. Processing views suggest deficits in lower-level
auditory processing skills, higher-level memory abilities such as working and
phonological memory, and problems with executive function the ability to
guide language learning behavior, by focusing attention on important stimuli
(and by implication, to know how to ignore other stimuli for the best learning
3
outcomes). An alternate view is that SLI/DLD can be explained by language-
learning problems that are specifically related to grammatical morphology or
sentence level syntactic constructions. More broadly, a genetic basis for
disordered learning of these specific language components has been proposed
to have a causal connection with SLI/DLD”. Artinya Penyebab atau
penyebab SLI tidak dipahami dengan baik. Ada sudut pandang yang berbeda di
antara para peneliti tentang kemungkinan faktor yang mendasari SLI/DLD.
Proses pandangan menunjukkan defisit dalam pendengaran tingkat rendah
keterampilan pemrosesan, kemampuan memori tingkat tinggi semacam itu
sebagai memori kerja dan fonologis, dan masalah dengan fungsi eksekutif
kemampuan untuk memandu bahasa perilaku belajar, dengan memusatkan
perhatian pada hal-hal yang penting rangsangan (dan implikasinya, untuk
mengetahui bagaimana mengabaikan rangsangan lain untuk hasil belajar yang
terbaik).Pandangan alternatif adalah bahwa SLI/DLD dapat dijelaskan oleh
masalah pembelajaran bahasa yang bersifat khusus terkait dengan morfologi
gramatikal atau tingkat kalimat konstruksi sintaksis. Lebih luas lagi, dasar
genetik untuk pembelajaran yang tidak teratur dari bahasa khusus ini
komponen telah diusulkan untuk memiliki konsekuensi kausal koneksi dengan
SLI/DLD.
C. Kriteria diagnosis
Menurut (APA dalam Rexsy, 2013), Untuk menegakkan diagnosis
language disorder (DLD/SLI), anak-anak harus memnuhi kriteria sebagia
berikut :
1. Adanya gangguan reseptif dan/atau ekspresif
2. Gangguan reseptif dan/atau ekspresif dipengaruhi oleh masalah
kosakata, masalah morfosintaksis dan masalah discourseharus di
bawah usia, dan mempengaruhi komunikasi efektif
3. Masalah reseptif dan/atau ekspresif
D. Karakteristik
There is a lot of variation in the language characteristics of children
diagnosed with SLI/DLD. A typical description of a child diagnosed with this
4
disorder is (a) the child did not produce his first word until 20 months of age,
and at 3 years of age has an unusually small vocabulary (e.g., less than 200
words) and is just starting to combine words into short phrases; (b) the child
shows only minimal mastery of grammatical morphemes; and (c) the child’s
comprehension of language is better than her production of language, but both
are delayed relative to typical development. In addition, the child does not
produce complex sentences, may be hesitant to talk, and has problems with
social interactions. Artinya Terdapat banyak variasi karakteristik bahasa anak
yang didiagnosis SLI/DLD. Gambaran khas seorang anak yang didiagnosis
dengan gangguan ini adalah (a) anak tersebut tidak menghasilkan kata
pertamanya sampai usia 20 bulan, dan pada usia 3 tahun memiliki kosa kata
yang sangat sedikit (misalnya, kurang dari 200 kata) dan hanya mulai
menggabungkan kata menjadi frasa pendek; (b) anak hanya menunjukkan
penguasaan minimal morfem gramatikal; dan (c) pemahaman anak tentang
bahasa lebih baik daripada produksi bahasanya, tetapi keduanya relatif tertunda
untuk perkembangan tipikal. Selain itu, anak tidak menghasilkan kalimat yang
rumit, mungkin ragu-ragu untuk berbicara, dan bermasalah dengan interaksi
sosial.
5
BAB III
LAPORAN DIAGNOSTIK
A. Identitas Klien
Nama : M.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : 24 Agustus 2019
Tanggal Asesmen : 23 November 2022
Usia Kronologi : 3 Tahun 1 bulan
Nama Ayah : Y.A
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Nama Ibu : R.N.A
Pekerjaan Ibu : Pedagang
Alamat : Jl. Ahmad Yani, Bukittinggi
B. Keluhan
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu klien, ditemukan beberapa
data keluhan orang tua klien yaitu pada aspek bahasa, orang tua klien
mengeluhkan bahasa anak masih ditingkat kata, seharusnya anak sudah bisa
ditingkat kalimat.
C. Riwayat Kasus
1. Riwayat kasus perkembangan
a) Riwayat prenatal, natal dan postnatal
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu klien pada saat
kehamilan ibu klien tidak mengalami masalah pada janin, ibu
klien tidak pernah jatuh, ibu klien mengkonsumsi vitamin seperti
Asam Kolat, Kalsium dan tambah darah. Ibu klien terkadang
mengkonsumsi paracetamol tanpa anjuran dokter, karena
demam.Ibu Klien tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak
merokok. Pada riwayat kelahiran, proses kelahiran adalah normal
tetapi ketika jam 02.30 am ketuban ibu klien pecah itu baru
pembukaan 1 dan lahiran jam 13.30 pm. Saat klien sudah lahir,
6
klien masuk incubator, karena telat menangis dan kata perawat
ICU pengambilan pernapasan klien tidak sama seperti anak yang
baru lahir lainnya. Keterangan dari dokter adalah berat badan
klien 2,7 kg. Didapatkan juga hasil dari wawancara dengan orang
tua, klien sering bermain handpone atau menonton tv dari usia 1
tahun, dan sering ditinggal kerja oleh orang tua, klien sering
bersama neneknya.
b) Riwayat Perkembangan bahasa wicara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan orangtua
klien, perkembangan bahasa wicara klien, diketahui tahap Reflex
vocalization usia 0-1,5 bulan, Babbling usia 1,5-3 bulan, pada
tahap lalling ibu klien tidak mengingat pada usia berapa klien
melewati tahap mengoceh, pada tahap Echolalia di usia 2 tahun
dan pada tahap True Speech terjadi di usia 2 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa perkembangan bahasa wicara klien tidak
normal.
c) Riwayat perkembangan motorik
Pada perkembangan motorik klien, diketahui pada usia 3 bulan
klien sudah bisa mengangkat kepala dan tengkurap. Pada usia 5
bulan klien sudah bisa merangkak. Pada usia 6 bulan klien sudah
bisa duduk. Pada usia 9 bulan klien sudah bisa berdiri. Pada usia
11 bulan klien sudah bisa berjalan. Dapat disimpulkan bahwa
perkembangan motorik klien normal.
d) Riwayat layanan terapi
Layanan terapi klien sekarang melakukan terapi wicara dan
okupasi terapi di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi.
D. Temuan Asesmen
1. Data kemampuan bahasa
a) Wawancara
7
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu klien. Klien paham
perintah sederhana. Klien memiliki masalah dalam memahami
pembicaraan seperti ketika disuruh klien paham ketika ditanya klien
tidak paham. Klien memiliki masalah dalam mengungkapkan sesuatu
ketika ditanya “mana mata?”, respon klien diam, kata orang tua klien
klien tau tetapi malas mengungkapkannya.
klien paham perintah , pemahaman jelek.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ditemukan beberapa data :
1) Observasi bahasa reseptif
Berdasarkan observasi reseptif usia 3 tahun 1 bula menggunakan
developmental milestones, dapat disimpulkan bahwa :
(a) Klien mampu menunjuk bagian gambar menggunakan
puzzle anggota tubuh.
(b) Klien mampu mengelompokan objek seperti benda dan
buah-buahan.
(c) Klien mampu menunjuk kebagian-bagian gambar saat
diminta oleh penulis.
2) Observasi bahasa ekspesif
Berdasarkan observasi ekspresif usia 3 tahun 1 bulan
menggunakan developmental milestone, dapat disumpalkan
bahwa :
(a) klien tidak mampu menggunakan kata ganti dengan benar.
(b) Klien tidak mampu mengujarkan 200 kata.
(c) Klien tidak mampu bercerita.
(d) Klien tidak mampu kalimat tiga kata.
(e) Klien tidak mampu menggunakan kata jamak.
c) Tes
1) Receptive One-Word Picture Vocabulary Test
Tes ini bertujuan Untuk Mengukur kemampuan bahasa reseptif
tingkat kata dari pemeriksaan yang dilakukan penulis. Berdasarkan
8
tes reseptif yang penulis lakukan ditemukan raw score 13, skor
standar 86, usia bahasa 2 tahun 6 bulan. Dapat disimpulkan bahwa
bahasa reseptif klien dibawah rata-rata usia.
2) Expressive One-Word Picture Vocabulary Test
Tes ini bertujuan Untuk Mengukur kemampuan bahasa ekspresif
tingkat kata dari pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis.
Berdasarkan tes ekspresif yang penulis lakukan ditemukan raw
score 0, skor standar 55, usia bahasa kecil dari 1 tahun. Dapat
disimpulk an bahwa bahasa ekspresif klien dibawah rata-rata usia.
3) MLU
Untuk menegetahui kemampuan bahasa ekspresif dengan cara
menghitung rata-rata panjang morfem dalam sebuah ucapan.
Berdasarkan hasil tes asesmen yang penulis lakukan terhadap klien
menggunakan Mean Lengh Of Utterance (MLU) adalah klien
mampu mengucapkan sebagai berikut : ”bapak, terimakasih, apa,
bus, buka, nanas, batu, ndak, kaki, iya, dada, pipi, buk, kak “.
Berdasarkan hasil tes mean lengh of utterance (MLU), ucapan yang
benar yaitu 14. Jadi, MLU klien didapatkan sebanyak 14/14 =1.
Berdasarkan interpretasi MLU 1 panjang ucapan anak setara
dengan anak usia 12– 26 bulan dengan brown’satges level 1.
2. Data kemampuan wicara
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan orang tua klien bicara
klien kadang-kadang jelas. Klien hanya mengerti kata akhiran ketika
berbicara jadi klien lebih banyak diam. Klien dapat meniru kembali
bagaimana memproduksi bunyi yang benar tetapi tergantung mood
klien, kesalahan pengucapan klien tidak ada data karena klien banyak
diam jika tidak tau kata yang mau klien ucapkan.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis didapatkan bahwa
bahasa kejelasan bicara klien sesuai usia.
9
c) Tes
1) speech intelligibity
Tujuan dari tes Speech Intelligibity adalah Untuk menegtahui
kemampuan kejelasan wicara klien apakah sesuai usia atau tidak.
Berdasarkan hasil asesmen yang penulis lakukan terhadap klien
menggunakan speech intelligibity adalah klien mampu
mengucapkan sebagai berikut : “bapak, apa, akit, terimakasih,
ngka, owi, nanas, baju, pipi, kaki, habis, bus, batu, ndak, pepes,
mbak, tu, buk, ma”. Berdasarkan hasil tes Speech Intelligibity,
dengan hasil SI= 13/19 ×100 = 68% setara dengan anak usia 2– 3
tahun, jadi kemampuan kejelasan wicara klien sesuai rata-rata usia.
10
2) Klien mampu dengan konsisten menunjuk mainan puzzle balok
untuk berbagi ketertarikkan dengan penulis.
3) Klien mampu dengan konsisiten menarik perhatian kepenulis
sebelum berbagi memainakan puzzle.
Gestur nonverbal
Berdasarkan pemeriksaan Gestur nonverbal Prelinguistik scale dapat
disimpulkan bahwa :
a) Klien mampu dengan konsisiten tersenyum secara sosial saat
diajak penulis Untuk bermain puzzle balok.
b) Klien mampu dengan konsisiten menunjuk botol air dengan
maksud untuk membuka tutup botol.
c) Klien mampu dengan konsisiten menggelengkan kepala untuk
mengatakan tidak ketika penulis mengambil mainan puzzle
balok saat klien sedang bermain.
d) Klien mampu, namun kadang-kadang melambaikan tangan
untuk “ menyapa “ untuk mengucapkan selamat tinggal kepada
penulis.
e) Klien mampu dengan konsisiten menganggukan kepala ketika
penulis menginstruksikan Untuk bermain puzzle balok, sambil
melihatkan puzzle.
f) Klien mampu dengan konsisiten meminta bantuan kepada
penulis saat klien ingin membuka tutup botol air .
Nonverbal intention communication
Berdasarkan pemeriksaan Non verbal intention communication
Prelinguistik scale dapat disimpulkan bahwa :
a) Klien mampu, namun kadang-kadang menunjukkan keinginan
Untuk berkomunikasi menggunakan upaya nonverbal dengan
memegang kedua pipi penulis, bermaksud Untuk melihat apa
yang klien inginkan.
11
b) Klien mampu, namun kadang-kadang menunjuk apa yang klien
inginkan secara nonverbal saat klien menunjuk puzzle balok
dengan maksud dimainkan.
c) Klien tidak pernah menunjuk apa yang tidak klien inginkan
secara nonverbal.
d) Klien mampu dengan konsisiten membuat pilihan secara
nonverbal,ketika penulis menginstruksikan memilih puzzle
balok atau lego kereta api.
Verbal imitation
Berdasarkan pemeriksaan verbal imition Prelinguistik scale dapat
disimpulkan bahwa :
a) Klien mampu dengan konsisiten meniru suara hmmmm saat
diinstruksikan penulis.
b) Klien mampu dengan konsisiten meniru “ a “ saat
diinstruksikan penulis.
c) Klien mampu dengan konsisiten meniru “ ba “ saat
diinstruksikan penulis.
d) Klien mampu, namun kadang-kadang meniru “ bola “ saat
dinstruksikan penulis.
e) Klien tidak mampu meniru “ bola biru “ saat diinstruksikan
penulis.
f) Klien tidak mampu meniru pada gambar “ Adek sedang makan “
saat diinstruksikan penulis.
Motor imitation
Berdasarkan pemeriksaan motor imitation prelinguistik scale dapat
disipulkan :
a) Klien mampu dengan konsisiten meniru satu gerakan motoric
kasar ketika penulis menginstruksikan klien Untuk berjalan.
b) Klien mampu dengan konsisiten meniru dua urutan gerakan
motoric kasar ketika penulis mengistruksikan klien Untuk
berlari dan berlompat.
12
c) Klien tidak mampu meniru tiga urutan motoric kasar saat
diinstruksikan penulis.
d) Klien mampu, namun kadang-kadang meniru tindakan dengan
objek seperti merangkak meniru hewan kucing.
Symbolic play
Berdasarkan pemeriksaan symbolic play Prelinguistik scale dapat
disimpulkan bahwa :
a) Klien mampu dengan konsisiten memainkan puzzle balok sesuai
fungsi.
b) Klien mampu dengan konsisiten memainkan puzzle angka dan
balok sesuai fungsi.
c) Skema komplek ( belum melakukan ektifitas )
d) Bermain pura-pura bersama partner (belum melakukan ektifitas)
2. Motorik
a) Motorik kasar
Klien mampu menyeimbangkan badan menggunakan satu kaki
selama 3 detik
b) Motorik halus
Klien mampu menyalin lingkaran
c) Visuomotor koordinasi
Klien mampu mengambil potongan puzzle dan menyusun dengan
baik. Tetapi klien tidak mampu menyeimbangkan badan ketika
berjalan di atas balok yang sudah disusun.
3. Sensorik
a) Auditori
(1) Sensasi : saat klien dipanggil, klien mampu menjawab dengan
baik dan melihat ke sumber suara.
(2) Perseptual : klien mampu membedakan suara hewan kucing
dan sapi.
13
(3) Interpretasi : saat terapis meminta klien Untuk mengambil
puzzle angka dilantai, klien langsung pergi Untuk
mengambilnya.
b) Visual
(1) Sensasi : klien mampu mengambil apa yang diminta oleh
terapis dengan baik seperti, mengambil puzzle angka di
lantai, mengambil balok susun.
(2) Perseptual : klien tidak paham membedakan warna
(3) Interpretasi :klien mampu melihat benda yang diminta terapis,
misalnya saat terapis meminta ambilkan mainan yang terjatuh
dibawah meja klien mampu mengambilnya dengan benar.
c) Taktil kinestetik
(1) Sensasi : klien mampu membedakan antara panas, dingin
(2) Perseptual : klien tidak mampu membedakan antara ukuran
besar atau kecil.
(3) Interpretasi : klien tidak mampu menyebutkan ukuran benda
yang sedang dipegangnya kecil atau besar.
4. Pemecahan masalah
Klien mampu meronce saat penulis meminta klien untuk meronce.
5. Bermain symbolic
Berdasarkan hasil pemeriksaan bermain simbolik yang penulis
lakukan terhadap klien didapatkan data klien mampu memainkan
mobil atau mainan dengan suara. Dapat disimpulkan bahwa level
perkembangan anak dalam bermain simbolik setara dengan anak usia
2-3 tahun level 3 atau sesuai usia.
6. Interaksi sosial
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, klien mampu
berinteraksi dengan orang baru dengan baik seperti saat penulis
melihat klien mengajak teman barunya Untuk bermain.
7. Sosial emosional
14
kalien paham akan hal-hal negative seperti tidak boleh membuang
sampah sembarangan.
8. Kemampuan merawat diri
Klien sudah bisa makan sendiri, klien sudah bisa memakai sepatu
tanpa tali, klien sudah bisa membuka kancing baju.
F. Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua klien didapatkan data
selama kehamilan, ibu klien tidak ada keluhan selama kehamilan, proses
kelahiran ibu klien normal. Tetapi, ketika jam 02.30 am ketuban ibu klien
pecah proses masih di pembukaan 1 dan ibu klien melahirkan jam 13.30 pm.
Saat klien sudah lahir, klien masuk incubator, karena telat menangis dan kata
perawat ICU pengambilan pernapasan klien tidak sama seperti anak yang baru
lahir lainnya. Keterangan dari dokter adalah berat badan klien 2,7 kg . Salah
satu penyebab bayi tidak menangis saat dilahirkan adalah asfiksia. Kondisi ini
terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran.
Dikenal dengan sebutan asfiksia neonatorum. Menurut Ai yeyeh & Lia
(2013:249) Asifiksia Neonatorium adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Dimana perkembangan bahasa pada balita pada kelahiran asfiksia
ditemukan lebih dari separuhnya (56,7%) tidak baik dan kurang dari
separuhnya (43,3%) baik. Kelahiran asfiksia ada sebagian perkembangan
bahasanya tidak baik ini kemungkinan selain karena asfiksia juga ada pengaruh
interkasi orangtua (pengasuhnya) dan anak atau stimulus yang diberikan oleh
pengasuhnya. Hal ini seiring dengan pendapat Markum (1996) bahwa
hubungan interaksi ibu-anak mempunyai arti yang sangat penting dalam
perkembangan wicara dan bahasa. Menurut penulis salah satu penyebab anak
mengalami gangguan Specific Language Impairment (SLI) karena pengaruh
interaksi orangtua atau pengasuh klien. Hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Anwar (2000) juga mengemukakan bahwa perkembangan
bahasa dipengaruhi oleh pengasuhan, baik oleh orang tua, nenek atau
15
pembantu. Menurut Rini (2001) menjelaskan juga bahwa keterlambatan bicara
dipengaruhi oleh interaksi orang tua atau pengasuh.
Menurut penulis salah satu penyebab anak mengalami gangguan Specific
Language Impairment (SLI) ada juga dikarenakan oleh gadged, TV didukung
oleh ahli Aqsyaluddin (2006) juga menyebutkan bahwa nonton TV bagi anak
usia 0 – 3 tahun berpengaruh terhadap perkembangan otak, yaitu dapat
menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan
membaca-verbal maupun pemahaman.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu klien, mengenai riwayat
perkembangan bahasa wicara klien, diketahui pada tahap revlex vocalization
pada usia mulai dari 0 bulan klien mampu menangis saat ingin meminta susu
atau sedang ingin buang air kecil atau besar, pada tahap babbling pada usia 3
bulan klien mampu mengoceh tanpa makna, Untuk tahap lalling orang tua klien
tidak mengingat pada usia berapa anaknya lalling, Untuk tahap echolalia dan
true speech klien baru mampu pada usia 2 tahun. Dilihat dari karakteristik anak
dengan Specific Language Impairment (SLI) yaitu “ the child did not produce
his first word until 20 months of age, and at 3 years of age unusually small
vocabulary (e.g., less than 200 words) and is starting to combine words into
short phrases”. Artinya anak tersebut tidak menghasilkan kata pertamanya
sampai usia 20 bulan, dan pada usia 3 tahun memiliki kosa kata yang sangat
sedikit (misalnya, kurang dari 200 kata) dan hanya mulai menggabungkan kata
menjadi frasa pendek. Menurut penulis klien mengalami keterlambatan pada
perkembangan bahasa wicara. Hal ini didukung oleh Nicolasi dan Colins
(1989) yang menyebutkan usia perkembangan bahasa wicara pada anak normal
yaitu Refleks vocalization usia 0-1,5 bulan, babbling pada usia 1,5-6 bulan,
lalling pada usia 6-9 bulan, echolallia usia 9-12 bulan, dan true speech usia 12-
18 bulan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua klien mengenai
perkembangan motorik klien, pada usia 3 bulan klien sudah mampu
mengangkat kepala dan tengkurap, merangkak pada usia 5 bulan, duduk usia 5
bulan, berdiri usia 9 bulan dan berjalan pada usia 11 bulan. Menurut penulis
16
perkembangan motoric klien baik dan sesuai usia . Hal ini didukung oleh Duffy
(2013), “usia normal 6 bulan anak sudah mampu merangkak dan ada sebagian
anak yang mampu duduk. Usia normal anak mampu berjalan adalah usia 18-24
bulan”. Artinya, menurut Suryana (2016) dalam buku Stimulasi dan Aspek
Perkembangan Anak, “...bila terjadi keterlambatan dalam locomotion dan
perkembangan motorik akan merusak akses terhadap sumber-
sumber eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadap regulasi
emosional, sehingga akan mengakibatkan terhambatnya perkembangan
kecerdasan anak”.
Berdasarkan hasil tes bahasa (ROWPVT) didapatkan hasil bahwa bahasa
resptif klien dibawah rata-rata usia. Dilihat dari kriteria diagnosis Specific
Language Impairment (SLI) yaitu menurut (APA dalam Rexsy, 2013) adanya
gangguan reseptif dan/atau ekspresif, adanya gangguan reseptif dan/atau
ekspresif dipengaruhi oleh masalah kosakata; masalah morfosintaksis dan
masalah discourse harus di bawah usia dan mempengaruhi komunikasi efektif,
dan terdapat masalah reseptif dan/atau ekspresif. Menurut pendapat penulis Hal
ini menunjukan bahwa bahasa resptif tingkat kata klien tidak normal. Pada
buku Perkembangan Anak Usia Dini yang di tulis oleh Ahmad Susanto, 2011.
Menjelaskan secara umum tahap-tahap perkembangan bahasa pada anak dapat
dibagi ke dalam beberapa rentang usia, masing-masing rentang tersebut
menunjukan ciri tersendiri.
Tahap perkembangan ini sebagai berikut: Tahap I (pralinguistik), yaitu
antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari; Tahap meraban-1 (pralinguistik
pertama). Tahap ini dimulai dari bulan pertama hingga bulan keenam dimana
anak akan mulai menangis, tertawa, dan menjerit, Tahap meraban pralinguistik
kedua). Tahap ini pada dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari
bulan ke-6 hingga 1 tahun, 2) Tahap II (linguistik) tediri dari dua tahap, yaitu;
Holafrastik (1), ketika anak-anak mulai menyatakan makna keseluruhan frasa
atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan
kata anak hingga kurang lebih 50 kosa kata, Frasa (1-2 tahun), pada tahap ini
anak sudah mampu mengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini juga
17
ditandai dengan perbendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50-100 kosa
kata. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun). pada
tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat, seperti telegram. Dilihat dari
aspek pengembangan tata bahasa seperti S-P-O, anak dapat memperpanjang
kata menjadi satu kalimat. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8
tahun). Tahap ini ditandai dengan kemampuan menggabungkan kalimat
sederhana dan kalimat kompleks. Menurut pengelompokkan perkembangan
bahasa yang dipaparkan oleh Jalongo (1992:8-9), pada usia 2-3 tahun anak
termasuk pada tahapan kedua dan seterusnya. Pada usia 3 tahun 6 bulan anak
masuk dalam pengelompokkan bahasa tahap tiga yang mana anak mampu
membuat kata-kata dalam frase.
G. Kesimpulan
1. Diagnosa
Berdasarkan hasil analiss data dari temuan bebrapa asesmen yang telah
dilakukan, maka klien di diagnosa Specific Language Impairment (SLI).
2. Sindrom
a) Kemampuan pemahaman klien masih ditingkat kata
b) Adanya gangguan bahasa reseptif dan/atau ekspresif
c)
d) Bahasa reseptif tidak sesuai usia.
e) Bahasa ekspresif tidak sesuai usia.
f) Anak hanya menunjukan penguasaan minimal morfem gramatikal
g) Klien verbal tingkat kata inkonsisten.
h) Nonverbal intentation communication klien kadang-kadang mampu
i) Verbal imitation klien tidak mampu pada tingkat frase dam kalimat
3. Prognosa
Berdasarkan hasil dari data yang telah didapatkan, disimpulkan
prognosanya yaitu RINGAN dengan pertimbangan :
1. Usia kronologis klien yang masih tahap perkembangan 3 tahun
18
2. Masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun tidak
berlangsung lama
3. Dukungan keluarga klien yang sangat besar dapat dilihat keluarga
aktif memberikan stimulus untuk berbicara
4. Klien menjalani terapi 2 kali seminggu
5. Kemampuan bahasa klien dibawah usia
6.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anawar, H.M. (2000). Kiat menyiapkan anak berkualitas: Peranan gizi dan pola
asuh dalam meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak. T erdapat pada:
http://anak.i2.co.id/beritabaru/berita.asp?id=169.
Markum. (1996). Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jilid I. Cetakan ulang. Jakarta:
FKUI Bagian ilmu kesehatan anak
20
LAMPIRAN
21
Lampiran 1
FORMULIR
Riwayat Kasus Perkembangan
Identitas Anak
Alamat: Alamat:
Keluhan
Jelaskan keluhan dan kekhawatiran anda sebagai orangtua terkait dengan kemampuan
komunikasi dan/atau menelan anak anda!
Ibu: “umur M.A sudah 3 tahun, aturannya sudah bisa tingkat kalimat, dia masih di
tingkat kata”
Apakah ada bahasa selain bahasa Indonesia yang digunakan di rumah? □ Ya □ Tidak
Jika iya, bahasa apa? Bahasa indonesia, bahasa inggris, bahasa minang
Bahasa apa yang lebih sering digunakan anak untuk berbicara? Bahasa indonesia
22
Apakah Anda merasa anak Anda memiliki masalah bahasa bicara? □ Ya □ Tidak
Jika iya, mohon untuk dijelaskan. Iya klien paham, tetapi tidak bisa mengungkapkannya.
Menurut Anda, apa masalah tersulit yang saat ini anak Anda hadapi di rumah?
Menurut Anda, apa masalah tersulit yang saat ini anak Anda hadapi di sekolah?
Riwayat Kehamilan
Apakah selama kehamilan ibu kontrol ke dokter atau bidan mengenai perkembangan
janin? □ Ya □ Tidak
Jika iya, apa penjelasan dari dokter atau bidan? Ya, Alhamdulillah aman, janin tidak
bermasalah.
23
Apakah selama kehamilan ibu mengkonsumsi alkohol dan rokok? □ Ya □ Tidak
Jika iya, pada trimester berapa dan seberapa sering? Tidak
Apakah selama kehamilan ibu mengkonsumsi makanan yang kaya akan gizi?
□ Ya □ Tidak
Jika tidak, mohon penjelasannya. Tidak
Riwayat Kelahiran
Menurut dokter, bagaimana kondisi anak setelah lahir? Masuk incubator, karena telat
nangis , kata perawat ICU pengambilan pernapasan klien tidak sama pada anak
umumnya yang baru lahir
Riwayat Medis
Jika anak pernah sakit atau kecelakaan, apakah kemampuan bahasa bicaranya menurun
atau menghilang setelah sakit atau kecelakaan?
__________________________________
Tulislah perkiraan usia anak Anda mencapai tahap perkembangan di bawah ini. Jika
Anda kesulitan untuk memahami istilah perkembangan di bawah ini, mohon untuk
ditanyakan kepada saya pada sesi wawancara.
Bahasa Wicara
Reflex vocalization: 1,5 bulan
24
Babbling: 3 bulan
Lalling (canonical babbling):___bulan
Echolalia: 24 bulan
True speech: 24 bulan
Motorik
Mengangkat kepala: 3 bulan
Tengkurap: 3 bulan
Merangkak: 5 bulan
Duduk: 6 bulan
Berdiri: 9 bulan
Berjalan: 11 bulan
story
Bukittinggi, 24 November 2022
(R.N.A)
25
Lampiran 2
FORMULIR
Wawancara Kasus Perkembangan
Instruksi
Ajukan pertanyaan berikut kepada keluarga atau orang terdekat klien. Peroleh
informasi serinci mungkin untuk mendapatkan gambaran kemampuan komunikasi
dan/atau menelan melalui persepsi keluarga atau orang terdekat. Mintalah izin
kepada responden untuk merekam sesi wawancara untuk menghindari hilangnya
informasi yang penting. Kemudian, setelah wawancara, transkrip hasil
wawancara!
26
2. Apakah anak memiliki masalah dalam mengungkapkan sesuatu? Jika iya,
dapatkah anda jelaskan. Iya, seperti ketika ditanya mana mata respon klien
hanya diam.
3. Apakah anak memiliki kesulitan untuk menyebutkan atau menamai suatu
hal? Jika iya, dapatkah anda jelaskan. Iya, anak memiliki kesulitan dalam
menyebutkan hal-hal yang ada disekitarya.
4. Apakah ucapan anak singkat dan tidak lengkap? Jika iya, dapatkah anda
jelaskan. Iya
5. Apakah saat ini anak dapat menceritakan suatu hal? Jika iya, dapatkah anda
jelaskan. Tidak
6. Apakah anak memiliki inisiatif untuk berkomunikasi? Jika iya, dapatkah
anda jelaskan. Ada tetapi sesekali
7. Jika anak tidak mampu berbicara, apa yang ia lakukan untuk menyampaikan
keinginannya? Menggunakan gesture,tetapi sekarang sudah bisa bebrapa
kata
8. Apakah anak tidak tertarik bermain bersama dengan teman sebaya, adik,
kakak, atau keluarga lainnya? Jika iya, dapatkah anda jelaskan. Tidak
9. Apakah anak tidak dapat mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi?
Jika iya, dapatkah anda jelaskan. Tidak
10. Apakah anak tidak menggunakan ekspresi wajah yang tepat saat
berkomunikasi? Jika iya, dapatkah anda jelaskan. Tidak
Wicara
1. Menurut anda, apakah bicara anak jelas? Jelas, tapi tidak konsisiten
2. Apakah terdapat penggantian bunyi saat bicara? Jika iya, sebutkan
contohnya. iya
3. Apakah terdapat penghilangan bunyi saat bicara? Jika iya, sebutkan
contohnya. iya
4. Apakah terdapat penambahan bunyi saat bicara? Jika iya, sebutkan
contohnya. tidak
5. Bunyi apa yang paling sulit diucapkan anak? /r/
6. Apakah anak dapat menirukan kembali bagaimana memproduksi bunyi yang
benar?iya tetapi tidak konsisten
7. Apakah kesalahan pengucapan yang klien lakukan konsisten? Tidak
1. Apakah suara anak anda terdengar tidak wajar? Jika iya, mohon untuk
dijelaskan dan berikan contohnya. Tidak
2. Apakah anak anda sering berteriak, menjerit atau sejenisnya? Jika iya,
jelaskan seberapa sering dan pada kondisi seperti apa. Berteriak di tengah
keramaian tanpa ada pemicu
3. Apakah anak anda sering menggunakan suara secara berlebihan? Misalnya,
seperti berbicara berlebihan, bernyanyi, mengaji, dll. Jika iya, jelaskan
27
seberapa sering. Iya, ketika di keramaian tiba-tiba berteriak.
4. Apakah anak anda memiliki riwayat celah bibir atau langit-langit? Jika iya,
mohon untuk dijelaskan. Tidak
5. Apakah anak anda pernah didiagnosis mengalami masalah pendengaran?
Tidak
6. Apakah anak anda pernah didiagnosis mengalami masalah pernapasan?
Tidak
Irama Kelancaran
1. Apakah terdapat pengulangan suku kata atau kata saat berbicara? Jika iya,
mohon untuk dijelaskan dan berikan contohnya. Tidak
2. Apakah terdapat perpanjangan bunyi saat mengucapkan sebuah kata? Jika
iya, mohon untuk dijelaskan dan berikan contohnya. Tidak
3. Apakah terdapat penghentian saat ingin memulai mengucapkan sebuah
kata? Jika iya, mohon untuk dijelaskan dan berikan contohnya. Tidak
4. Apakah anak anda menyadari masalah kelancaran bicaranya? Tidak
5. Bagaimana reaksi anak anda terhadap kelancaran bicaranya? Tidak
6. Apakah anak memiliki keluarga yang mempunya kondisi yang serupa? Jika
iya, mohon untuk dijelaskan. Tidak
Menelan
28
Lampiran 3
OBSERVASI
Kasus Perkembangan
Tujuan:
Observasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara umum kemampuan-
kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan komunikasi dan
menelan. Hasil dari observasi ini dapat diteruskan ke pemeriksaan yang lebih
spesifik jika ditemukan adanya masalah.
Definisi operasional:
Observasi non-partisipan: Terapis tidak terlibat langsung bersama anak,
hanya mengamati dari kejauhan
Observasi partisipan: Terapis terlibat langsung dengan anak, mengatur
aktivitas, memberikan tugas-tugas spesifik dan mengobservasi
kemampuan anak
29
Anak sehat, tidak memakai abd
Kemampuan Motorik
*gunakan tahap perkembangan sebagai acuan untuk melakukan observasi kemampuan motorik
1. Motorik kasar
Observasi non-partisipan (i):
Mampu berjlan, berlari dan melompat
2. Motorik halus
Observasi non-partisipan (i):
Mampu tersenyum
3. Oral motor
Observasi non-partisipan (i):
anak tidak mengeces kita makan donat
5. Lateralisasi
Observasi non-partisipan (i):
anak dominan tangan kanan
Kemampuan Sensorik
1. Auditori
Sensasi (deteksi):
Saat klien dipanggil klienmampu menjawab dengan baik dan benar
Perseptual (diskriminasi):
Klien mampu membedakan suara hewan kucing dan sapi
Interpretasi (komprehensi):
Saat terapis meminta klien untuk mengambil puzle anka dilantai klien langsung pergi
untuk mengambilnya
30
2. Visual
Sensasi (deteksi):
Klien mampu mengambil apa yng diminta penulis dengan baik seperti mengambil puzle
angka dilantai
Perseptual (diskriminasi):
Klien tidak paham membedakan warna
Interpretasi (komprehensi):
Klien mampu melihat benda yang diminta penulis, saat penulis meminta untuk diambilkan
mainan yang terjatuh dibawah meja
Perseptual (diskriminasi):
Klien tidak mampu mmbedakan antara ukuran besar dan kecil
Interpretasi (komprehensi):
Klien tidak mampu menyebutkan ukuran benda yang sedang ia pegang kecil atau besar
1. Atensi
Observasi non-partisipan (i):
klien fokus dalam menyelesaikan tugas dari terapis
3. Pemecahan Masalah
Observasi non-partisipan (i):
Klien mampu membuka tutup botol
4. Bahasa reseptif
Observasi non-partisipan (i):
Klien mampu menunjuk bagian gambar menggunakan puzzle anggota tubuh ketika
disuruh terapis
31
5. Bahasa ekspresif
Observasi non-partisipan (i):
Klien tidak mampu menamai benda yang diperlihatkan terapis
Kemampuan Wicara
2. Produksi diftong (ai, au, oi); ; tingkat bunyi, suku kata, dan kata
Observasi non-partisipan (i):
Observasi partisipan (ii):
Klien mampu meniru /ai/, /au/, /oi/, ketika penulis memberikan instruksi untuk meniru
Kemampuan Suara
1. Kualitas suara
Observasi non-partisipan (i):
Suara klien normal ketika berbicara
2. Nada
Observasi non-partisipan (i):
Observasi partisipan (ii):
3. Kenyaringan
Observasi non-partisipan (i):
Observasi partisipan (ii):
1. Kecepatan bicara
Observasi non-partisipan (i):
Berdasarkan hasil observasi, klien tidak mengalami gangguan irama kelancaran, berupa
32
pengujaran, penghentian dan perpanjangan.
Kemampuan Menelan
1. Semisolid
Observasi non-partisipan (i):
Ketika klien memakan bubur klien bisa tidak ada batuk atau tersedak
2. Solid
Observasi non-partisipan (i):
klien bisa makan donat
3. Liquid
Observasi non-partisipan (i):
Klien bisa meminum air putih
1. Interaksi sosial
Observasi non-partisipan (i):
Klien mampu berinteraksi dngan orang baru dengan baik , dilihat ketika klien mengajak
anak susianya untuk bermain ketika berada di rumah sakit
Perkembangan Lainnya
*gunakan tahap perkembangan sebagai acuan untuk melakukan observasi
1. Sosial emosional
Observasi non-partisipan (i):
33
Klien paham akan hal-hal negative seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan.
Lampiran 4
PC
Pragmatic Checklist
34
Nama responden: R.N
kompleks
Tidak da
Lembar ini diisi oleh orangtua klien.
35
17. Menggunakan aturan sosial (mis, salam atau salam perpisahan)
18. Memperhatikan orang saat berbicara √
19. Memperbaiki ucapan atau pesan yang tidak lengkap √
20. Memulai topik pembicaraan √
21. Mempertahankan percakapan √
22. Mengakhiri percakapan √
23. Melakukan percakapan dengan cara yang tepat √
24. Membuat permintaan maaf √
25. Meminta klarifikasi √
26. Menyebutkan masalah √
27. Mengkritik orang lain √
28. Tidak setuju dengan yang lain √
29. Memuji orang lain √
30. Membuat janji √
Want explanations – Tell me why
31. Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi lebih √
lanjut
32. Ajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi secara √
sistematis
33. Mengajukan pertanyaan karena penasaran √
34. Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan solusi √
35. Mengajukan pertanyaan untuk membuat prediksi √
Share knowedge & imagination – Tell me why
36. Bermain peran √
37. Bermain peran dengan alat peraga (mis, pisang sebagai hp) √
38. Memberikan deskripsi situasi yang menggambarkan peristiwa √
utama
39. Dengan benar menceritakan kembali cerita yang telah √
diceritakan
40. Menceritakan urutan gambar √
36
41. Membuat cerita yang berisi pendahuluan, inti, dan akhir cerita √
42. Menjelaskan hubungan antara dua objek √
43. Membandingkan dan membedakan kualitas dari dua objek √
44. Berbohong √
45. Mengekspresikan humor/sarkasme √
Lampiran 5
ROWPVT
Receptive One-Word Vocabulary Test
Morrison F. Gardner (1985)
Hasil Tes
Total skor (raw score) 26-13 = 13
Skor standar bahasa (language standard 86
score)
Usia Bahasa (language age) 2 tahun 6 bulan
Persentil (percentile ranks)
37
Stanines
38
Basal: 8 kali benar berturut-turut
Celling: 6 respon salah dalam 8 item berturut-turut
Mulai dari usia kronologi
2.0-2.11 3.6-3.11 39. Menakutkan (2) □ 58. Diskusi (4) □ 77. Pembakar (1) □ 97. Penerangan (1) □
1. Sepatu (1) □ √ 20. Selada (1) □ x 5.0-5.11 59. Empat bagian (3) □ 78. Melangkah (2) □ 98. Bulan sabit (1) □
2. Bangku (3) □ √ 21. Belah ketupat (2) □ 40. Jurang (1) □ 7.0-7.11 79. Keadilan (3) □ 99. Yang tergantung (3) □
x
3. Ikan (4) □ √ 22. Angka (1) □ √ 41. Pantulan (2) □ 60. Sepeda roda satu (1) □ 9.0-9.11 100. Benda nyata (1) □
4. Bunga (1) □ √ 23. Melempar (2) □ x 42. Jinak (2) □ 61. Penegak hukum (3) □ 80. Bukan logam (4) □
5. Minuman (4) □ √ 24. Pir (4) □ x 43. Jari-jari (3) □ 62. Genap (4) □ 81. Topi rumbai (3) □
6. Rumah (4) □ √ 25. Kalkun (3) □ x 44. Cairan (2) □ 63. Disiplin (1) □ 82. Jahitan (1) □
7. Lingkaran (2) □ √ 26. Badut (4) □ √ 45. Tidur (3) □ 64. Menetas (1) □ 83. Diskusi (4) □
8. Menggunting (4) □ √ 27. Meleleh (2) □ 46. Perayaan (4) □ 65. Hormat (4) □ 84. Dibatasi (1) □
9. Ibu jari (3) □ x 28. Rusak (2) □ 47. Angsa (3) □ 66. Celana (1) □ 85. Raja (2) □
10. Ikat pinggang (4) □ x 29. Senang (3) □ 48. Persegi panjang (4) □ 67. Lencana (4) □ 86. Berdua (4) □
3.0-3.5 4.0-4.11 49. Alat ukur (3) □ 68. Menangkap (4) □ 87. Merenung (1) □
11. Menggongong (1) □x 30. Sarang lebah (3) □ 6.0-6.11 69. Sedih (2) □ 88. Menyelesaikan masalah (4) □
12. Botol (4) □ x 31. Sofa (2) □ 50. Meletus (2) □ 8.0-8.11 89. Berlomba (3) □
13. Kepiting (4) □ √ 32. Ranting (4) □ 51. Pasangan (4) □ 70. Melindungi (1) □ 90. Kucing (1) □
14. Lutut (3) □ x 33. Tumpukan (2) □ 52. Bergosip (4) □ 71. Berlapis (1) □ 91. Hewan air (1) □
15. Tumpah (3) □ x 34. Biji (1) □ 53. Mengirim surat (3) □ 72. Jangka (3) □ 92. Peta amerika (3) □
16. Sigung (4) □ x 35. Berisik (1) □ 54. Segi delapan (2) □ 73. Mengapung (1) □ 93. Berkantung (1) □
17. Terbuka (4) □ √ 36. Musim dingin (3) □ 55. Saksofon (4) □ 74. Berlian (3) □ 94. Sudut enam (3) □
18. Bulat (1) □ √ 37. Hutan (4) □ 56. Pembagian (4) □ 75. Berbahaya (2) □ 95. Patriotisme (4) □
39
19. W (2) □ x 38. Memeriksa (3) □ 57. Hewan liar (3) □ 76. Keibuan (3) □ 96. Tanda kehormatan (1) □
40
Lampiran 6
EOWPVT
Expressive One-Word Vocabulary Test
Morrison F. Gardner (1985)
Hasil Tes
Total skor (raw score) 0
Skor standar bahasa (language standard score) 55
Usia Bahasa (language age) Dibawah usia 1 tahun
Persentil (percentile ranks)
Stanines
41
Basal: 8 kali benar berturut-turut
Celling: 6 kali salah berturut-turut
Mulai dari usia kronologi
2.0-2.11 3.6-4.5 39. Kompor □ 58. Serangga □ 77. Kunci ingris □ 98. Alat ukur □
20. Mobil □ x 20. Kereta api □ 6.0-6.11 59. Perhiasan □ 78. Makanan □ 99. Beterai/aki □
21. Telepon □ x 21. Kaca mata □ 40. Kaos kaki □ 8.0-9.11 79. Mesin kasir □ 100. Gedung capitol □
22. Pesawat □ x 22. Cangkir □ 41. Perapian/tungku □ 60. Bangku □ 80. Tunggul □ 101. Surat □
23. Jam □ x 23. Bebek □ 42. Jejak kaki □ 61. Penggaris □ 81. Kaktus □ 102. Macan tutul □
24. Kunci □ x 24. Pisau □ 43. Dokter gigi □ 62. Anak-anak □ 82. Penerang □ 103. Alat komunikasi □
25. Ayunan □ x 25. Payung □ 44. Uang □ 63. Dinding □ 83. Kerangka □ 104. Buldoser □
26. Buku □ x 26. Palu □ 45. Penguin □ 64. Alat musik □ 84. Kompas □ 105. Alat potong □
27. Sepeda □ x 27. Gunting □ 46. Kambing □ 65. Awan □ 85. Dermaga □ 106. Ahli kimia □
28. Anak laki-laki □ x 28. Gerobak □ 47. Roket □ 66. Eskimo/orang kutub □ 86. Kaki hewan/cakar □ 107. Simbol □
29. Burung □ x 29. Layang-layang □ 48. Koper □ 67. Sayuran □ 87. Reptil □ 108. Bahan bakar □
3.0-3.5 4.6-5.11 49. Pakaian □ 68. Perabot □ 88. Proyektor □ 109. Tiang □
30. Kapal □ x 30. Ayam □ 7.0-7.11 69. Pelana kuda □ 89. Trompet □ 110. Observatorium □
31. Kucing □ 31. Harimau □ 50. Asap □ 10.0-11.11 90. Tapak kuda □
32. Apel □ 32. Segitiga □ 51. Traktor □ 70. Sumur □ 91. Florida □
33. Mata □ 33. Persegi □ 52. Helikopter □ 71. Minuman □ 92. Jepitan/pinset □
34. Bus □ 34. Telinga □ 53. Buah □ 72. Teropong □ 93. Corong □
35. Pohon □ 35. Roda □ 54. Hewan □ 73. Jangkar □ 94. Bumbu □
42
36. Boneka beruang □ 36. Daun □ 55. Bangku □ 74. Patung liberti □ 95. Stadion □
37. Truk □ 37. Mesin ketik □ 56. Kacang □ 75. Baling-baling □ 96. Transportasi □
38. Labu □ 38. Paku □ 57. Patung □ 76. Termometer □ 97. Permainan □
43
Lampiran 7
PRELINGUISTIC SCALE
Scale
Tujuan:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan-kemampuan
prasyarat pembelajaran bahasa.
Petunjuk:
Terapis wicara terlibat langsung dengan anak, mengatur aktivitas, melakukan
aktvitas atau memberikan tugas-tugas spesifik, mengobservasi kemampuan
anak, dan memberikan rating pada masing-masing indikator ukur sesuai dengan
skala
Skala:
1; tidak pernah/tidak mampu
2; mampu, namun kadang-kadang
3; selalu mampu
√
Deskripsi aktivitas dan respon anak:
44
(3) Mempertahankan joint attention dengan 1 (satu) partner 1 2 3
selama aktivitas yang familiar selama 1 (satu) menit atau
lebih √
45
Gestur nonverbal Skala
(1) Tersenyum secara sosial untuk mempertahankan interaksi 1 2 3
46
Nonverbal intention communication Skala
(1) Menunjukkan keinginan untuk berkomunikasi (yaitu, 1 2 3
motivasi) dengan bergerak ke orang lain dan/atau
menggunakan upaya nonverbal √
47
(2) Meniru vokal 1 2 3
48
(3) Meniru tiga urutan motorik kasar 1 2 3
49
Lampiran 8
MLU
Mean Length of Utterance
Tujuan
MLU adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan bahasa
ekspresif dengan cara menghitung rata-rata panjang morfem dalam sebuah
ucapan.
50
Peroleh sampel ucapan klien dari berbagai aktivitas dan tempat
1 Bapak 1
2 Terimakasih 1
3 Apa 1
4 Bus 1
5 Buku 1
6 Nanas 1
51
7 Batu 1
8 Ndak 1
9 Kaki 1
10 Iya 1
11 Dada 1
12 Pipi 1
13 Buk 1
14 Kak 1
Total 14
morfem
Total ucapan 14
MLU 1
52
Lampiran 9
SII
Speech Intelligibility Index
Tujuan
Speech intelligibility atau kejelasan wicara adalah alat screening yang bertujuan
untuk mengidentifikasi apakah kejelasan wicara klien sesuai usia atau tidak.
53
Prosedur Transkrip, Penilaian, dan Interpretasi
1. Transkrip
Transkrip seluruh kata yang telah direkam ke dalam tabel yang terdapat
pada lembar Speech Intelligibility Index
2. Penilaian
Hitung total kata yang jelas (tidak memiliki SODA) dan berikan skor 1
Jangan hitung atau berikan skor 0 pada kata yang memiliki SODA
Hitung seluruh total kata (termasuk yang memiliki SODA)
Total kata yang jelas / total seluruh kata x 100
3. Interpretasi
Persentase kejelasan wicara yang diperoleh disesuaikan dengan norma
(Pena-Brooks & Hedge, 2007) berikut;
Bapak 1
Apa 1
Akit 0
Terimakasih 1
Ngka 0
Owi 0
Nanas 1
Baju 1
Pipi 1
Kaki 1
Habis 1
54
Bus 1
Batu 1
Ndak 1
Pepes 0
Buk 1
Mbak 1
Ma 0
Tu 0
JUMLAH 13
55