Anda di halaman 1dari 120

i

ii
OMNIA SINT FAUSTA
Semoga Semua Sejahtera

Kau Susah ... Aku Bantu,


Aku susah ... Kau Bantu!

iii
KATA PENGANTAR

Persyaratan penting yang perlu dimiliki koperasi kredit sebagai lembaga yang bergerak
di bidang jasa keuangan adalah harus menjaga kredibilitas atau kepercayaan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu Koperasi Bahtera Sejahtera Jawa
Timur membuat Standard Operational Procedure (SOP) dengan harapan agar Koperasi dalam
menjalankan usahanya dapat berjalan sesuai dengan sistem dan standar yang telah
ditentukan. Idealnya, Standard Operational Procedure (SOP) ini dapat digunakan sebagai
penuntun dalam menjalankan usaha simpan pinjam Koperasi yang sehat, efektif dan efisien
sehingga terciptalah pelayanan yang prima sesuai dengan jatidiri koperasi dan prinsip-prinsip
koperasi.
Sesuai degan visi dan misinya, Koperasi Bahtera Sejahtera Jawa Timur akan terus
meningkatkan kesejahteraan anggota dan menjadi penggerak ekonomi kerakyatan serta
turut membangun perekonomian bangsa; oleh karena itu perlu adanya Standard Operational
Procedure (SOP) yang memadai.
Standard Operational Procedure (SOP) ini merupakan penjabaran dari Angaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi yang secara resmi telah digunakan sebagai patokan
dasar dalam menjalankan usaha simpan pinjam. Berkaitan dengan hal tersebut masih
diperlukan peraturan-peraturan lain dan kebijakan pendukung yang diatur dalam Peraturan
Khusus, Pola kebijakan dan Standard Operational Management (SOM).
Tak dapat dipungkiri bahwa penyusunan Standard Operational Procedure (SOP) ini
belum sempurna dan masih membutuhkan perbaikan sesuai perkembangan dan kebutuhan
usaha simpan pinjam Koperasi; namun demikian Standard Operational Procedure (SOP) ini
sudah dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan usaha simpan pinjam pada
Koperasi secara profesional.
Akhir kata, Tim Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada para Pengurus,
Pengawas dan Karyawan serta Anggota yang telah turut serta memberi saran, masukan,
motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materiil sehingga tersusunlah Standard
Operational Procedure (SOP) yang benar-benar layak sesuai dengan standar kerja yang ideal.
Omnia sint fausta!
Semoga semua sejahtera!

Tulungagung, 6 Nopember 2011

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Motto ................................................................................................................................... iii


Kata Pengantar ..................................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................................... v

Bab I Standard Operational Procedure ....................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 1
C. Sasaran Standard Operational Procedure ................................................ 1
D. Ruang Lingkup ........................................................................................... 1
E. Landasan Kerja .......................................................................................... 2
F. Definisi dan Konsepsi ................................................................................ 3

Bab II Standard Operational Procedure Kelembagaan ................................................ 4


A. Standar Organisasi .................................................................................... 4
B. Standar Pengelolaan Organisasi ............................................................... 9
C. Struktur Standar Pengelolaan Manajemen .............................................. 19
D. Standar Sumber Daya Manusia Pengelolaan Koperasi ............................. 45

Bab III Standard Operational Procedure Pengelolaan Usaha Koperasi ........................ 50


A. Standar Batas Layanan .............................................................................. 50
B. Standar Jenis Penghimpunan Dana .......................................................... 50
C. Kebijakan dan Ketentuan Penghimpunan Dana ....................................... 53
D. Layanan Pinjaman ..................................................................................... 58
E. Prosedur Pinjaman .................................................................................... 59
F. Dokumentasi dan Administrasi Pinjaman ................................................. 64
G. Pemantauan dan pembinaan Pinjaman ................................................... 65
H. Pinjaman Bermasalah ............................................................................... 66

v
Bab IV Standard Operational Procedure ....................................................................... 69
A. Batasan Manajemen Keuangan Koperasi ................................................. 69
B. Penentuan Keseimbangan Arus Dana ....................................................... 70
C. Penggunaan Kelebihan Dana .................................................................... 75
D. Administrasi Kas ........................................................................................ 76
E. Kas Kecil (Petty Cash) ................................................................................ 79
F. Biaya Bayar di Muka .................................................................................. 80
G. Audit .......................................................................................................... 81

Bab V Standar Akuntansi Koperasi ............................................................................... 87


A. Landasan Hukum, Proses dan Prinsip-Prinsip Pembukuan ...................... 87
B. Siklus Akuntansi Koperasi dan USP Koperasi ............................................ 91
C. Pencatatan Pembukuan ............................................................................ 95
D. Jurnal (Buku Harian atau Memorial) ......................................................... 96
E. Buku Besar ................................................................................................ 97
F. Neraca Saldo dan Neraca Lajur .................................................................102
G. Balas Jasa Simpanan (deviden) dan Balas Jasa Pinjaman .........................108

vi
BAB I
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)

A. LATAR BELAKANG
Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian disusun untuk
mempertegas jatidiri, kedudukan, permodalan dan pembinaan koperasi sehingga dapat
lebih menjamin kehidupan koperasi sebagaimana diamanatkan oleh pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 9
tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi serta
Kepmen Koperasi dan UKM No. 91 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan, maka semakin jelas bahwa
kegiatan usaha simpan pinjam koperasi perlu ditumbuhkembangkan.
Persyaratan penting yang perlu dimiliki oleh koperasi sebagai lembaga keuangan
ialah harus menjaga kredibilitas atau kepercayaan dari anggota pada khususnya dan
atau masyarakat luas pada umumnya. Namun demikian usaha simpan pinjam
koperasi masih dihadapakan pada berbagai kendala yang disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
1. Belum adanya kesamaan sistem dan prosedur dalam opersional manajemen
kelembagaan, manajemen usaha dan manajemen keuangan.
2. Belum adanya standar sistem dan prosedur dalam operasional manajemen
kelembagaan, manajemen usaha dan manajemen keuangan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Koperasi Bahtera Sejahtera Jawa
Timur perlu memiliki Pedoman Standar Operasional Prosedur Usaha Simpan Pinjam
Koperasi; kemudian Standar Operasional Prosedur ini digunakan sebagai acuan dalam
pengelolaan usaha simpan pinjam pada koperasi secara profesional.

B TUJUAN
Standar Opersional Prosedur Koperasi ini bertujuan untuk memberikan
pedoman bagi pengelola Koperasi Bahtera Sejahtera Jawa Timur dalam mengelola
kelembagaan,usaha dan keuangannya.

C. SASARAN STANDAR OPERASIONAL POSEDUR


1. Terwujudnya pengelolaan usaha simpan pinjam koperasi yang sehat dan mantap
sesuai dengan jatidiri koperasi dan prinsip-prinsip koperasi.
2. Terwujudnya pengelolaan koperasi dan usaha simpan pinjam koperasi yang efektif
dan efisien.
3. Terciptanya pelayanan prima kepada anggota dan calon anggota koperasi.

D. RUANG LINGKUP
1. Standar Operasional Prosedur ini merupakan panduan untuk mengoperasionalkan
berbagai kebijakan dan peraturan yang terkait dengan pengelolaan usaha simpan
pinjam koperasi, berisikan prosedur rinci yang dijabarkan dari Standar Operasional
Manajemen (SOM).

1
2. Standar Operasional Prosedur ini secara garis besar dibagi menjadi 3 (tiga) bagian
yang terdiri dari:
a. Standar Operasional Manajemen Kelembagaan Koperasi.
b. Standar Operasional Manajemen Usaha Koperasi.
c. Standar Operasional Manajemen Keuangan Koperasi.

E. LANDASAN KERJA
Landasan kerja dan landasan usaha simpan pinjam Koperasi Bahtera Sejahtera
adalah sebagai berikut:
1. Koperasi Bahtera Sejahtera menyelenggarakan kegiatan usahanya berdasarkan
nilai-nilai, norma-norma dan prinsip koperasi kredit sehingga dapat dengan jelas
menunjukkan perilaku koperasi.
2. Koperasi Bahtera Sejahtera menyelenggarakan usahanya berdasarkan nilai-nilai:
menolong diri sendiri, bertanggungjawab terhadap diri sendiri, demokrasi,
kesetaraan, keadilan, swadaya dan solidaritas.
3. Koperasi Bahtera Sejahtera adalah wahana dan sarana investasi anggota yang tidak
boleh lepas dari pilar-pilar Koperasi Kredit yakni:
a. Pendidikan : Koperasi dimulai, berkembang dan dikontrol dengan
pendidikan;
b. Swadaya : Koperasi didirikan dari, oleh dan untuk anggota;
c. Solidaritas : Kamu susah saya bantu, saya susah kamu bantu.
4. Koperasi Bahtera Sejahtera dalam menjalankan usahanya menerapkan
prinsip-prinsip:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c. Pembagian hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha anggota masing-masing;
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e. Kemandirian;
f. Melaksanakan pendidikan perkoperasian;
g. Kerjasama antar koperasi.
5. Maju mundurnya koperasi dan usaha koperasi menjadi tanggungjawab seluruh
anggota sehingga berlaku asas Self Responsibility.
6. Anggota pada Koperasi Bahtera Sejahtera berada dalam kesatuan sistem kerja
koperasi, diatur menurut norma-norma yang terdapat di dalam AD dan ART Koperasi
Bahtera Sejahtera yang menyelenggarakan usaha simpan pinjam.
7. Koperasi Bahtera Sejahtera wajib dan dapat memberikan manfaat yang lebih besar
kepada anggotanya jika dibandingkan dengan manfaat yang diberikan oleh lembaga
lainnya.
8. Koperasi Bahtera Sejahtera bertugas sebagai lembaga intermediasi, dalam hal ini
koperasi bertugas untuk melaksanakan penghimpunan dana, mengelola dan
menyalurkan dana dari, oleh dan untuk anggota dan calon anggota, serta
pembiayaan kepada pihak-pihak tersebut.

2
F. DEFINISI DAN KONSEPSI
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandasakan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
2. Kegiatan usaha Koperasi Bahtera Sejahtera adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menghimpun dana, mengelola dan menyalurkannya melalui usaha simpan pinjam
koperasi dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan dan calon anggota
koperasi yang bersangkutan.
3. Koperasi Bahtera Sejahtera adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di
bidang simpan dan pinjam sesuai pola bagi hasil usaha/ deviden.
4. Unit usaha atau cabang usaha koperasi adalah unit usaha atau cabang usaha koperasi
yang kegiatan usahanya bergerak dibidang simpan dan pinjam sesuai dengan pola
bagi hasil usaha/ deviden.
5. Pengurus adalah dewan yang dipilih oleh anggota koperasi yang bersangkutan
berdasarkan keputusan rapat anggota yang menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai
eksekutif atau pengelola usaha (fungsi dan tugas diatur dalam Peraturan Pengurus).
6. Pengawas adalah dewan yang dipilih oleh anggota koperasi yang bersangkutan
berdasarkan keputusan rapat anggota yang menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai
pengawas jalannya koperasi (fungsi dan tugas Pengawas diatur dalam Peraturan
Pengawas).
7. Penasihat adalah dewan yang dipilih oleh anggota koperasi yang bersangkutan
berdasarkan keputusan rapat anggota yang menjalankan fungsinya dan tugasnya
sebagai penasihat lembaga.
8. Manajemen Koperasi Bahtera Sejahtera adalah Pengurus yang menjalankan fungsi
eksekutif dan atau Pengelola (manajer) yang diangkat oleh Pengurus atas persetujuan
rapat anggota.
9. Manajemen Unit/ Cabang Simpan Pinjam Koperasi Bahtera Sejahtera adalah
pengelola (kepala unit/manajer cabang) yang merupakan tenaga profesional yang
diangkat oleh Pengurus atas persetujuan rapat anggota.
10. Perangkat organisasi Koperasi Bahtera Sejahtera terdiri dari Rapat Anggota,
Penasihat, Pengurus dan Pengawas.
11. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota dan calon anggota kepada
koperasi dalam bentuk simpanan/ tabungan.
12. Jasa Simpanan adalah imbal jasa yang diberikan kepada anggota dan calon anggota
yang telah berjasa menanamkan atau menginvestasikan dananya kepada koperasi.
13. Jasa Pinjam adalah imbal jasa yang diberikan oleh anggota atas jasa pinjaman modal
yang diberikan koperasi.
14. Marjin adalah keuntungan yang diperoleh koperasi atas hasil transaksi penjualan
dengan pihak pembeli.
15. SHU (Surplus Hasil Usaha) adalah Kelebihan atau keuntungan dari usaha Koperasi
yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya.
16. Deviden adalah balas jasa simpanan saham anggota.

3
BAB II
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KELEMBAGAAN

A. STANDAR ORGANISASI
1. Visi dan Misi
a. Visi
Membentuk badan usaha bersama yang dikelola secara profesional, aman,
kuat dan tepercaya.
b. Misi
1) Melayani anggota dengan sepenuh hati;
2) Mendidik anggota supaya dapat menolong diri sendiri dan
bertanggungjawab terhadap diri sendiri sehingga terhindar dari
kemiskinan;
3) Memberdayakan ekonomi anggota sesuai dengan nilai-nilai : swadaya,
demokrasi, kesetaraan, keadilan dan solidaritas;
4) Meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pendidikan investasi dan
koperasi yang benar;
5) Memerangi kesenjangan sosial dengan cara membiasakan budaya
menabung.
2. Tujuan Pendirian
a. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya;
b. Menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional.
3. Permodalan
a. Modal yang disetor pada awal pendirian berupa Simpanan Pokok, Simpanan
Wajib, Simpanan Kapitalisasi, Dana Cadangan dan Dana Hibah;
b. Modal yang disetor pada Koperasi Bahtera Sejahtera adalah modal sendiri
yang berasal dari anggota berupa SP, SW, SK dan Dana Hibah yang dipisahkan
dari harta kekayaan koperasi yang bersangkutan;
c. Untuk memperbesar usahanya, Koperasi dapat memperoleh modal pinjaman
yang tidak merugikan Koperasi berupa pinjaman dari: Anggota, koperasi lain
dan atau anggotanya, bank atau lembaga keuangan lainnya;
d. Koperasi dapat melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal
penyertaan.
4. Penggunaan Nama
Koperasi yang melaksanakan usaha simpan pinjam atas nama Koperasi
Bahtera Sejahtera Jawa Timur telah mendapatkan pengesahan Akta Pendirian atau
pengesahan Akta Perubahan Anggaran Dasar, maka semua unit usaha baik kantor
pusat maupun kantor cabang wajib menggunakan nama Koperasi Bahtera
Sejahtera Jawa Timur pada papan nama, stempel dan kop surat yang digunakan
dalam melakukan usahanya.

4
5. Keanggotaan
a. Anggota Koperasi Bahtera Sejahtera Jawa Timur adalah pemilik sekaligus
pengguna jasa sesuai dengan Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian dan Peraturan Pemerintah Nomor 09 tahun 1995 tentang
kegiatan Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi serta Keputusan
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Koperasi,
sebagai berikut:
1) Peran Anggota sebagai pemilik meliputi:
a) Berperan aktif dalam memberikan masukan kepada Pengurus dalam
menetapkan kebijakan Koperasi baik dalam forum rapat anggota
maupun kesempatan lainnya;
b) Memberikan kontribusi berupa modal dalam bentuk Simpanan
pokok, Simpanan Wajib, Simpanan kapitalisasi atau Simpanan
lainnya yang ditetapkan dalam rapat anggota;
c) Dipilih menjadi Pengurus dan atau memilih Pengurus dan Pengawas;
d) Berperan aktif dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya
usaha koperasi;
e) Berperan aktif dalam mengikuti rapat anggota;
f) Menanggung risiko jika terjadi kerugian.
2) Peran anggota sebagai pengguna jasa meliputi pemanfaatan jasa
pelayanan koperasi.
b. Program pendidikan anggota dan calon anggota
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, anggota/ calon anggota
Koperasi Bahtera Sejahtera wajib mengikuti pendidikan dasar koperasi dalam
rangka meningkatkan pemahaman akan hak dan kewajiban anggotanya
melalui:
1) Program pendidikan kepada calon anggota yang merupakan salah satu
pra-syarat bagi seseorang yang akan menjadi anggota koperasi dengan
tujuan untuk meningkatkan pemahaman anggota dan calon anggota
mengenai konsep simpanan dan pinjaman koperasi, manfaat
berkoperasi serta kewajiban sebagai anggota koperasi;
2) Pendampingan kepada anggota/ calon anggota yang memanfaatkan
pelayanan simpan pinjam koperasi untuk kepentingan yang bersifat
produktif, agar usaha produktifnya berjalan sesuai dengan rencana
usaha yang telah disusun.

6. Status Keanggotaan
Status keanggotan seseorang pada Koperasi Bahtera Sejahtera diperoleh
setelah seluruh persyaratan keanggotaan dipenuhi, yakni Simpanan Pokok,
Simpanan Wajib, persyaratan administrasi dan yang bersangkutan telah
didaftarkan serta telah menandatangani formulir pendaftaran yang diajukan.

5
Standar status keanggotaan seseorang pada koperasi digolongkan sebagai
berikut:
a. Anggota, yaitu sesorang yang mengajukan permohonan untuk menjadi
anggota koperasi, telah memenuhi seluruh persyaratan keanggotaan koperasi
sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Koperasi, dan dikabulkan permohonannya untuk menjadi anggota;
b. Calon Anggota, yaitu seseorang yang mengajukan permohonan untuk menjadi
anggota koperasi, namun belum dapat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan koperasi sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Koperasi. Calon anggota dapat memanfaatkan jasa
pelayanan koperasi. Dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan calon anggota harus
melalui masa percobaan dan memenuhi persyaratan menjadi anggota atau
ditolak menjadi anggota;
c. Anggota Luar biasa, yaitu mereka yang bermaksud menjadi anggota tetapi
tidak dapat memenuhi semua syarat sebagai anggota, antara lain:
1) Warga Negara Indonesia yang berdomisili di luar wilayah kerja Koperasi
Bahtera Sejahtera Jawa Timur;
2) Warga Negara Asing;
3) Warga Negara Indonesia yang belum cakap secara hukum.

7. Pendaftaran Anggota
a. Koperasi Bahtera Sejahtera dan Unit/ Cabang Simpan Pinjam Koperasi Bahtera
Sejahtera harus memiliki ketentuan tertulis mengenai prosedur dan
persyaratan bagi seseorang yang akan menjadi anggota dengan mengacu
pada AD/ ART Koperasi.
b. Prosedur standar minimal pendaftaran anggota adalah memenuhi seluruh
ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan pendaftaran anggota
sebagaimana tercantum dalam AD/ ART Koperasi mencakup :
1) Persyaratan keanggotan, yang setidaknya mencakup:
a) Warga Negara Indonesia;
b) Berdomisili di willayah kerja koperasi;
c) Taat pada AD/ ART koperasi;
d) Memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan hukum;
e) Bersedia membayar Simpanan Pokok dan Simpanan wajib yang
besarnya ditentukan pada anggaran rumah tangga atau merupakan
keputusan rapat anggota.
2) Tata cara penerimaan anggota:
Prosedur penerimaan anggota secara sekematis digambarkan sebagai
berikut :

6
Gambar 2.1 Prosedur Penerimaan Anggota.

Pengajuan dan
Pengambilan
Formulir

Pengisian
Formulir

Penyerahan Formulir
dan Persyaratan Lain

Pertimbangan
Pengurus

Buku Anggota

3) Ketentuan mengenai kewajiban anggota:


a) Memenuhi AD/ ART, Peraturan Khusus dan keputusan yang telah
disepakati dalam rapat anggota;
b) Memelihara dan menjaga nama baik serta kebersamaan pada
koperasi;
c) Membayar Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan Simpanan lain
yang diputuskan dalam rapat anggota;
d) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh
Koperasi.
4) Ketentuan mengenai kewajiban Anggota Luar Biasa adalah:
a) Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan
Khusus, Rapat Anggota dan ketentuan lainnya yang berlaku pada
Koperasi;
b) Memelihara dan menjaga nama baik serta kebersamaan pada
koperasi;
c) Membayar Simpanan pokok dan Simpanan Wajib sesuai keputusan
rapat Anggota;

7
d) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh
Koperasi.
5) Ketentuan mengenai hak anggota adalah:
a) Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam
rapat anggota;
b) Memilih atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas;
c) Meminta diadakan Rapat Anggota sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
d) Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar rapat
anggota baik diminta maupun tidak diminta;
e) Mendapatkan pelayanan anggota;
f) Memperoleh pembagian SHU sesuai dengan besarnya partisipasi
dengan syarat membayar Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib
secara teratur.
6) Ketentuan mengenai hak Anggota Luar Biasa, yaitu:
a) Menghadiri dan menyatakan pendapat dalam rapat anggota;
b) Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar
rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta;
c) Mendapatkan pelayanan Koperasi;
d) Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi.
c. Seseorang yang telah memenuhi persyaratan dan prosedur penerimaan
anggota yang telah ditetapkan oleh Koperasi Bahtera Sejahtera dapat
digolongkan sebagai anggota Koperasi Bahtera Sejahtera.

8. Perlakuan kepada anggota baru


a. Koperasi Bahtera Sejahtera dengan mempertimbangkan nilai-nilai, waktu dan
tempat, harus memberikan perlakuan yang sama kepada anggota baru dalam
hal :
1) Ketentuan besarnya Simpanan Pokok;
2) Ketentuan besarnya Simpanan Wajib.
b. Ketentuan mengenai kesamaan perlakuan sebagaimana termaksud pada butir
(a) harus dituangkan secara tertulis dan merupakan salah satu kebijakan
Koperasi Bahtera Sejahtera yang disepakati oleh anggota dalam Rapat
anggota;
c. Selisih besarnya Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib secara otomatis diakui
sebagai modal penyertaan saham.

9. Pemanfaatan Pelayanan Koperasi


a. Koperasi Bahtera Sejahtera harus dapat dimanfaatkan oleh anggota dan calon
anggota, apabila Koperasi tersebut memiliki kelebihan kemampuan pelayanan
kepada anggotanya.
b. Apabila Koperasi Bahtera Sejahtera melayani bukan anggotanya, maka perlu
diperjelas dengan Peraturan Khusus.

8
10. Permohonan Keluar dari Keanggotaan
Untuk memperjelas status keanggotaan, Koperasi diwajibkan mempunyai prosedur
standar tertulis yang mengatur anggota yang mengajukan permohonan untuk
keluar dari keanggotaannya :
a. Anggota yang keluar dari keanggotaannya mempunyai hak untuk memperoleh
pengembalian Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan simpanan lain yang
disetor pada Koperasi;
b. Anggota yang keluar karena meninggal dunia memiliki hak untuk
mendapatkan pengembalian semua simpanan saham (SP, SW, SK) dan
simpanan lain yang dimiliki, ditambah Santunan Duka dan Santunan Pinjaman
dari PERMATA (Perlindungan Simpanan dan Pinjaman Anggota);
c. Anggota yang telah memenuhi prosedur standar permohonan keluar dari
keanggotaan Koperasi Bahtera Sejahtera otomatis kehilangan status
keanggotaan, hak serta kewajiban kepada Koperasi;
d. Keanggotaan seseorang pada Koperasi berakhir apabila :
1) Anggota tersebut meninggal dunia;
2) Koperasi membubarkan diri atau dibubarkan oleh Pemerintah;
3) Berhenti atas permintaan sendiri;
4) Diberhentikan oleh Pengurus kerena tidak lagi memenuhi persyaratan
keanggotaan atau melanggar ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga atau ketentuan lain yang berlaku pada Koperasi.
5) Simpanan Pokok,simpanan wajib dan simpanan saham lain yang dimiliki
ditarik semua.

B. STANDAR PENGELOLAAN ORGANISASI


1. Kelengkapan Organisasi
Organisasi Koperasi harus mempunyai kelengkapan perangkat organisasi minimal
sebagai berikut :
a. Memiliki struktur organisasi yang jelas menggambarkan fungsi, tugas,
wewenang dan tanggungjawab setiap elemen organisasi secara tertulis dan
sesuai dengan AD/ ART Koperasi;
b. Memiliki kantor Koperasi yang jelas status dan kedudukannya;
c. Memiliki identitas organisasi yang jelas yang diketahui dan disetujui oleh
Rapat Anggota;
d. Memiliki kepengurusan yang dipilih dan disetujui oleh rapat anggota;
e. Memiliki peraturan kepengurusan yang disahkan dan disetujui oleh rapat
anggota;
f. Memiliki rencana kerja tertulis yang mencakup:
1) Rencana kerja jangka pendek; ;
2) Rencana kerja jangka panjang ;
3) Rencana operasional pencapaian target kerja.
g. Memiliki sistem dan prosedur kerja tertulis;
h. Memiliki kelengkapan dan prosedur administrasi tertulis;
i. Memiliki aturan tertulis tentang monitoring dan evaluasi pencapaian target;

9
j. Memiliki sistem dan prosedur pengendalian intern secara tertulis.

2. Kepengurusan
a. Kepengurusan Koperasi Bahtera Sejahtera adalah Badan Pengurus Koperasi
Bahtera Sejahtera yang dipilih oleh anggota secara demokratis dan disetujui
oleh rapat anggota;
b. Pengurus adalah seorang pria atau wanita yang dipilih oleh anggota yang
dilaksanakan secara demokratis dalam suatu rapat anggota untuk
menjalankan tugas sebagai Pengurus selama masa jabatan 3 (tiga) tahun
sesuai Anggaran Dasar Bab VII pasal 26 ayat 3;
c. Tugas dan Wewenang Pengurus diatur dalam Peraturan Pengurus yang telah
ditetapkan dalam Rapat Anggota.

3. Fungsi Dasar Pengurus


Pengurus memiliki lima fungsi sebagai:
a. Pusat Pengambilan keputusan yang utama
Pengurus memegang kewenangan yang tertinggi dan bertanggungjawab
atas manajemen Koperasi Bahtera Sejahtera. Misalnya merumuskan Poljak,
mewakili Koperasi dalam Pembelian dan penjualan aset Koperasi, membuat
rencana strategis dan Standard Operational Procedure (SOP)
b. Fungsi Penasihat
Pengurus dapat memberikan nasihat kepada manajemen, sub panitia dan
Anggota.
c. Fungsi Pengontrol
Pengurus mewakili pemegang saham dan mengelolanya atas nama mereka;
maka Pengurus wajib memantau dan mengkaji secara seksama portofolio
pinjaman dengan penekanan khusus pada prinsip kehati-hatian.
d. Fungsi Menjaga Kesinambungan
Tugas Pengurus adalah menjaga kesinambungan Koperasi Bahtera Sejahtera.
Ketua harus memastikan bahwa anggota Pengurus benar-benar kompeten
dan memahami peran dan tanggungjawab masing-masing. Pengurus wajib
mendorong adanya pelatihan dan pengembangan bagi semua Pengurus,
Anggota dan staf.
e. Fungsi Simbolik
Pengurus Koperasi Bahtera Sejahtera dipandang sebagai simbol kekuatan dan
kepemimpinan dalam organisasi. Mereka harus menjalankan fungsinya
dengan profesionalisme dan integritas tinggi serta menjunjung tinggi nilai-nilai
moralitas.

4. Wewenang dan Tanggungjawab Pengurus


Pengurus memiliki wewenang dan tanggungjawab sebagai berikut:
a. Menetapkan rencana strategis Koperasi Bahtera Sejahtera dan
mengontrolnya setiap bulan;

10
b. Membentuk dan mempertahankan organisasi kepengurusan termasuk
tanggungjawab, kewenangan dan hubungan kerja yang telah ditetapkan;
c. Memilih manajer, menetapkan uraian pekerjaan, menyetujui rencana usaha,
mengevaluasi kinerja, memutuskan besaran kompensasi dan menyetujui
rencana pengembangan oleh manajer;
d. Menyusun Standard Operational Procedure (SOP);
e. Menyetujui Standard Operational Management (SOM) yang disusun manajer;
f. Menyetujui dan memantau struktur keuangan, kebijakan keuangan dan
anggaran berdasarkan rencana kerja;
g. Menyusun rencana untuk menyediakan layanan dan fasilitas;
h. Menyusun indikator kunci untuk indikator lembaga;
i. Menganalisis dan mengevaluasi pencapian tujuan dan sasaran Koperasi
Bahtera Sejahtera;
j. Mempertahankan sistem kontrol, menjaga sistem demokrasi dalam lembaga
dan selalu mengikuti perkembangan terkini;
k. Melakukan evaluasi dan perencanaan setiap tahunnya;
l. Menjaga hubungan baik dengan lembaga lain, masyarakat dan Pemerintah;
m. Mendukung untuk memajukan Koperasi Bahtera Sejahtera;
n. Ketua Koperasi Bahtera Sejahtera berwenang mewakili dan memberikan
suara untuk segala hal yang menyangkut kepentingan organisasi dengan
lembaga lain;
o. Ketua memiliki wewenang untuk menunjuk Pengurus lain atau staf
manajemen untuk mewakilinya dengan memberikan surat kuasa.

5. Kewajiban Pengurus
Pengurus memiliki kewajiban untuk:
a. Menentukan syarat-syarat pendaftaran anggota;
b. Menetapkan dan membatalkan peraturan tentang produk simpanan dan
pinjaman;
c. Menetapkan prosedur pelaksanaan usaha;
d. Menetapkan dan membatalkan Standard Operational Procedure (SOP)
maupun Standard Operational Management (SOM);
e. Menyetujui atau menolak para deposan (penabung) bagi dana Koperasi
Bahtera Sejahtera yang besarnya lebih besar dari 20% aset Lembaga;
f. Akuisisi dan eksekusi jaminan;
g. Mengelola semua cadangan;
h. Mengevaluasi kinerja lembaga dalam mencapai misinya;
i. Melaksananakan kewajiban Rapat Anggota Tahunan (RAT);
j. Menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam Rapat
Anggota Tahunan (RAT);
k. Pengurus wajib mengikuti pelatihan yang meliputi:
1) Filosofi dan sejarah Gerakan Koperasi Kredit, Gerakan Koperasi Kredit
Indonesia (GKKI), dan sejarah Koperasi Bahtera Sejahtera Jawa Timur;
2) Struktur keuangan dan memahami laporan keuangan;

11
3) Kepemimpinan, manajemen, perencanaan dan teknologi informasi;
4) Prosedur operasional dan rencana strategis Koperasi Bahtera Sejahtera.

6. Kepengawasan
a. Kepengawasan Koperasi Bahtera Sejahtera adalah Dewan Pengawas Koperasi
yang dipilih oleh anggota secara demokratis dalam suatu Rapat Anggota;
b. Pengawas Koperasi Bahtera Sejahtera adalah seorang pria atau wanita yang
dipilih oleh anggota yang dilaksanakan secara demokratis dalam suatu rapat
anggota untuk menjalankan tugas sebagai Pengawas selama masa jabatan 3
(tiga) tahun sesuai Anggaran Dasar Bab VII pasal 26 ayat 3;
c. Pengawas Koperasi Bahtera Sejahtera berjumlah 3 orang, yang terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Anggota.

7. Struktur Organisasi
Koperasi Bahtera Sejahtera harus memiliki struktur organisasi yang jelas dan
tertulis, lengkap dengan uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
masing-masing unsur pada struktur organisasi. Usaha Koperasi Bahtera Sejahtera
harus merupakan bagian dari struktur organisasi Koperasi, yang pengelolaannya
bersifat terpisah dan profesional.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kopdit Bahtera Sejahtera

RAT
Penasihat

Pengurus Pengawas
Ketua Ketua
Wakil Ketua Sekretaris
Sekretaris Anggota
Bendahara
Anggota

Manajemen

ANGGOTA

12
a. Penasihat
1. Penasihat memberi saran/ anjuran kepada Pengurus untuk kemajuan
organisasi dan usaha Koperasi, baik dimnta maupun tidak diminta;
2. Penasihat dapat menghadiri Rapat ANggota dan Rapat Pengurus serta
mempunyai hak berbicara teapi tidak mempunyai hak suara;
3. Apabila diperlukan, Pengurus dapat mengangkat Penasihat atas
persetujuan Rapat Anggota paling banyak 3 orang.

b. Tugas Ketua Pengurus


1. Tanggung Jawab:
a) Merumuskan kebijakan, perencanaan dan pelatihan;
b) Menjaga kondisi keuangan Koperasi Bahtera Sejahtera;
c) Menjaga komuniKasi yang baik dengan anggota;
d) Memeriksa kemajuan Manajer dalam mencaai tujuan yang digariskan
dalam rencana kerja;
e) Melaporkan dan mempertangungjawabkan semua peristiwa dan hasil
kerja dalam RAT.
2. Keterampilan:
a) Memahami filosofi credit union;
b) Mampu memimpin Rapat;
c) Memahami laporan keuangan;
d) Mampu memberi usulan untuk perencanaan strategis.
3. Tugas:
a) Memimpin Koperasi Kredit Bahtera Sejahtera;
b) Memimpin Rapat Pleno;
c) Merencanakan dan melaksanakan perencanaan strategis 3 (tiga)
tahunan;
d) Menyusun rencana bisnis tahunan;
e) Menyusun Poljak dan program kerja tahunan dan meminta
pengesahan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT);
f) Menyelenggarakan RAT dan mempertangungjawaban hasil kerja
tahunan;
g) Menjaga agar Lembaga tetap solid;
h) Menyeleksi, merekrut dan mengangkat staf baru;
i) Mengangkat Manajer;
j) Melakukan evaluasi program kerja dan Poljak setiap semester;
k) Memeriksa dan menandatangani LKSB;
l) Ketua Koperasi Bahtera Sejahtera berwenang mewakili dan
memberikan suara untuk segala hal yang menyangkut kepentingan
organisasi dengan lembaga lain;
m) Ketua memiliki wewenang untuk menunjuk Pengurus lain atau staf
Manajemen untuk mewakilinya dengan memberikan surat kuasa.

13
c. Tugas Wakil Ketua
1. Tanggung Jawab:
a) Bertindak sebagai Ketua Panitia Pendidikan;
b) Mewakili tugas Ketua apabila berhalangan.
2. Keterampilan:
a) Mengerti filosofi credit union;
b) Mampu merencanakan program pendidikan;
c) Mampu menjadi mediator dan mengatur Rapat.
3. Tugas:
a) Merencanakan dan mengatur pendidikan;
b) Membantu memfasilitasi pelatihan;
c) Memantau kemajuan pelatihan secara teratur;
d) Mengusulkan perbaikan kualitas pelatihan.

d. Tugas Sekretaris
1. Tanggung Jawab:
a) Mengatur persiapan rapat-rapat;
b) Menyelesaikan dan menyimpan secara aman dokumen-dokumen
resmi.
2. Keterampilan:
a) Kemampuan mengatur dan mengurus pekerjaan kantor;
b) Kemampuan membuat risalah rapat.
3. Tugas:
a) Menilai, mengawasi dan meningkatkan kualitas urusan
kesekretariatan;
b) Menjaga agar administrasi keuangan dan non-keuangan berjalan
sesuai standar yang ditetapkan;
c) Menjaga kelengkapan administrasi non-keuangan;
d) Menyiapkan SK dan surat menyurat;
e) Bertindak sebagai Bendahara bila diperlukan;
f) Mendelegasikan tugas-tugas administrasi kepada staf bila dianggap
perlu.

e. Tugas Bendahara
1. Tanggungjawab:
a) Bertindak sebagai petugas keuangan;
b) Mengatur jalannya operasional Koperasi Bahtera Sejahtera yang
dilimpahkan kepada Manajer.
2. Keterampilan:
a) Bertindak sebagai petugas keuangan;
b) Menyiapkan dan menjaga catatan keuangan;
c) Menyiapkan dan menjaga catatan keuangan;
d) Memahami laporan-laporan keuangan.

14
3. Tugas:
a) Mengamankan aset Koperasi Bahtera Sejahtera;
b) Menyimpan bukti-bukti catatan keuangan;
c) Menilai, mengawasi dan meningkatkan kualitas Manajer dan
manajemen keuangan;
d) Memimpin Rapat-Rapat bagian keuangan jika dianggap perlu;
e) Mangajukan usul-usul perbaikan bagian keuangan;
f) Mendelegasikan tugas-tugas operasional kepada Manajer dan Kabag
Keuangan bila dianggap perlu;
g) Menjaga agar standar PEARLS terpenuhi.

f. Anggota Pengurus
1. Tanggung Jawab:
a) Bertindak sebagai Ketua Panitia Kredit;
b) Mewakili tugas anggota Pengurus apabila berhalangan dalam
menjalankan tugas.
2. Keterampilan:
c) Memiliki wawasan keorganisasian;
d) Memiliki wawasan bisnis.
3. Tugas:
e) Memimpin Rapat-Rapat Panitia Kredit;
f) Mengusulkan amandemen Pola Kebijakan Pinjaman.

g. Panitia Kredit (Pankrit)


Panitia Kredit adalah bagian dari Pengurus Koperasi yang dipilih dalam Rapat
Anggota, yang terdiri dari tiga (3) orang yaitu Anggota Pengurus, Manajer dan
Kabag Pemasaran. Fungsi Panitia Kredit adalah sebagai Penanggung jawab
Manajemen Perkreditan dalam Koperasi Kredit. Dalam melaksanakan
fungsinya sebagai unsur Pengurus, Panitia Kredit bertanggungjawab bersama
dengan Dewan Pengurus kepada rapat Anggota.
1. Fungsi Panitia Kredit
FungsiPanitia Kredit dalam menjalankan perannya terdiri atas empat (4)
fungsi:
a) Fungsi Manajer Prekreditan
Panitia Kredit berfungsi sebagai manajer yang mengendalikan Pola
Kebijakan Pinjaman yang telah digariskan bersama Dewan Pengurus.
Mengusahakan bagaimana usaha Koperasi yang berupa pinjaman
dapat terkelola untuk melayani pelanggan/ anggota sesuai dengan
tujuannya. Oleh sebab itu, Pankrit berperan sebagai penanggung
jawab manajemen Perkreditan.
b) Fungsi Konsultan
Panitia Kredit berfungsi sebagai konsultan keuangan anggota
peminjam dalam bidang penggunaan pinjaman. Panitia Kredit
berfungsi sebagai konsultan Dewan Pengurus untuk menggariskan

15
pola Kebijakan Pinjamaan yang berdasarkan kelayakan usaha
keuangan serta sistem pengamanan kredit yang diberikan.
c) Fungsi sebagai Pengusaha
Karena Fungsi Kopdit adalah meminjamkan uang, maka Pankrit harus
berperan sebagai pengusaha yang senantiasa melakukan kalkulasi
usaha atas kelayakan ekonomi keuangan dan kebutuhan anggota.
d) Fungsi sebagai analis Kredit
Panitia Kredit dalam mempertimbangkan permohonan pinjaman
anggota berperan sebagai seorang analisis kredit, maka harus
membuat analisis atas kelayakan pinjaman yang diajukan anggota agar
dapat memutuskan secara objektif, adil dan tepat sehingga kredit yang
diberikan aman, terarah dan menghasilkan.
2. Tanggung Jawab Panitia Kredit
Panitia Kredit dalam menjalankan tugas manajemennya bertanggung
jawab:
a) Atas berjalannya manajemen perkreditan secara proporsional dan
profesional;
b) Atas kredit yang dilepaskan sehingga aman, terarah dan menghasilkan;
c) Atas kredit yang dilepas sehingga tidak menyimpang dari Pola
Kebijakan yang digariskan bersama Dewan Pengurus; bilamana ada
kebijakan lain berarti telah disepakati bersama Dewan Pengurus;
d) Atas laporan perkreditan bersama Pengurus yang akan
dipertanggungjawabkan kepada rapat anggota.
3. Tugas Panitia Kredit
a) Mengadakan rapat-rapat bagian kredit;
b) Mengusulkan pola kebijakan tentang pinjaman;
c) Memeriksa surat permohoan pinjaman;
d) Menjaga kerahasiaan koperasi.
4. Wewenang Panitia Kredit
a) Menolak atau mengabulkan permohonan pinjaman dan nilai jaminan;
b) Membatalkan pencairan pinjaman sewaktu-waktu apabila ternyata
tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

8. Fungsi, Tugas, Tanggungjawab dan Wewenang Pengawas


a. Fungsi Pengawas
Ada 3 fungsi Pengawas dalam Kopdit, yaitu:
1. Fungsi Audit
Fungsi utama Pengawas adalah memeriksa buku-buku/ catatatan
kopdit dan semua kegiatan kopdit secara efektif. Hasil pemeriksaan ini
kemudian dilaporkan kepada pimpinan. Pengawas membuat laporan
paling kurang sebulan sekali. Para anggota Pengawas dalam kopdit
bagaikan seorang dokter kopdit yang mesti bisa memberi pertanda
apakah kopdit sehat, kurang vitamin atau aman sesuai dengan ketentuang
AD/ ART, falsafah dan cita-cita murninya;

16
2. Fungsi Konsultasi
Pengawas selalu mengadakan kontak dengan Pengurus baik saat
mengadakan pemantauan/ pemeriksaan maupun sesudah atau sebelum
pemeriksaan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan/ diperbaiki serta
saran-saran tindak lanjut dari hasil pemeriksaan. Selain kepada Pengurus,
juga kepada anggota tertentu yang perlu diberikan konsultasi dan
saran-saran.

3. Fungsi Manajemen
Dalam usaha melancarkan kegiatan dari Pengawas, maka
Pengawas harus dapat merencanakan dan mengorganisir kegiatannya
sehingga kegiatan itu sendiri dapat berjalan dengan efektif. Tanpa
membuat perencanaan kegiatan maka akan mengalami
benturan-benturan saat pelaksanaan terutama bagi Pengurus yang
menyediakan bahan-bahan untuk diperiksa, karena mereka orang-orang
volunteer.
Untuk menjalankan tugas tersebut maka diperlukan kriteria dari orang
yang menduduki jabatan Pengawas antara lain:
a) Anggota Kopdit baik pria maupun wanita;
b) Dipercaya dan dipilih oleh Anggota;
c) Adanya kesediaan/ kemauan dan waktu;
d) Mempunyai kemampuan dan keterampilan di bidang manajemen
pengawasan keuangan dan kegiatan organisasi.

b. Tugas Pengawas
1. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan kepengawasan;
2. Menjamin agar aset Koperasi Bahtera Sejahtera benar-benar terlindungi
dan pengoperasiannya dilakukan secara efisien sesuai dengan peraturan
Koperasi Bahtera Sejahtera;
3. Bertindak sebagai jembatan antara Pengurus dengan auditor eksternal;
4. Meneliti dan menyetujui Laporan Keuangan Statistik Bulanan (LKSB);
5. Mempelajari surat-surat;
6. Menilai kewajaran biaya;
7. Mengkaji laporan auditor internal (jaringan kopdit);
8. Meneliti informasi keuangan secara berkala;
9. Meneliti kelancaran simpanan dan pinjaman Anggota;
10. Meneliti pelaksanaan peraturan organisasi;
11. Memeriksa pembukuan;
12. Memeriksa buku Anggota secara teratur dan mencocokkan dengan
catatan yang dipegang oleh manajemen (KSPA);
13. Mempelajari dengan seksama pelaksanaan AD/ ART dan peraturan yang
berlaku di Koperasi Bahtera Sejahtera;
14. Menilai jalannya usaha Koperasi Bahtera Sejahtera;

17
15. Menilai kinerja Pengurus.

c. Tanggung Jawab Pengawas


Pengawas bertanggung jawab secara langsung kepada rapat anggota,
sebab Pengawas dipilih langsung oleh dan dari anggota. Pengawas bekerja
untuk kepentingan anggota dan bukan untuk kepentingan pimpinan saja.
Malah sesungguhnya Pengawas diberi wewenang oleh rapat anggota untuk
menskors (menghentikan sementara) anggota pimpinan maupun panitia
kredit andaikata dilandasi oleh alasan yang betul-betul objektif, data yang
akurat serta argumentasi yang logis. Hal-hal yang merupakan tanggung jawab
Pengawas adalah:
1. Pemeriksaan terhadap semua kegiatan dan kejadian di dalam Kopdit,
termasuk pemeriksaan buku-buku/ catatan keuangan sebagaimana diatur
di dalam Anggaran Dasar Koperasi;
2. Pemeriksanaaan pembukuan tahunan (annual audit) guna dilaporkan
kepada Rapat Anggota Tahunan (RAT);
3. Pemeriksaan buku anggota secara teratur dan mencocokkan dengan
buku-buku yang dipegang oleh Bendahara atau Manajer;
4. Mempelajarai secara seksama pelaksanaan isi AD/ ART;
5. Penilaian terhadap jalannya roda kerja (usaha) Kopdit dan aktivitas para
Pengurus Kopdit yang telah dipilih dalam rapat Pengurus.

d. Wewenang Pengawas
1. Mencari atau mengusulkan auditor eksternal;
2. Mengkaji dan menyampaikan rekomendasi laporan keuangan akhir tahun;
3. Melakukan pertemuan secara teratur;
4. Menyampaikan rekomendasi kepada Pengurus menyangkut
kebijakan-kebijakan yang ada;
5. Melaporkan kepada Pengurus setiap perubahan yang terjadi dalam prinsip
dan praktek akuntansi yang dianut Koperasi Bahtera Sejahtera;
6. Andaikata hasil dari pemeriksaan Pengawas menunjukkan adanya
tindakan penyelewengan Pengurus dari peraturan yang ada, maka
Pengawas berhak memberikan skorsing (bukan pemecatan) terhadap
anggota Pengurus yang menyeleweng itu;
7. Dalam keadaan darurat berhak mengadakan Rapat Anggota Khusus.

18
C. STRUKTUR TANDAR PENGELOLAAN MANAJEMEN

Gambar 2.3 Struktur Manajemen


MANAJER

Auditor Internal

Kabag Operasional Kabag Pemasaran

Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf


Teller Administrasi Cust. Service Keuangan Promosi Kredit Debt Collector

A. Manajer
1. Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi di bawah Pengurus, membawahi langsung Kepala Bagian
Operasiaonal dan para staf di bawahnya.

2. Fungsi Utama Jabatan


a. Memimpin usaha Koperasi Bahtera Sejahtera di Wilayah kerjanya sesuai
dengan tujuan dan kebijakan umum yang telah ditentukan Koperasi;
b. Merencanakan, menggkoordinasikan dan mengendalikan seluruh aktivitas
lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota dan lainnya serta
penyaluran dana yang merupakan kegiatan utama lembaga serta
kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama
tersebut dalam upaya mencari target;
c. Melindungi dan menjaga aset perusahaan yang berada dalam tanggung
jawabnya;
d. Membina hubungan dengan anggota, calon anggota dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan pelayanan
yang lebih baik;
e. Membina hubungan kerjasama eksternal dan internal, baik dengan para
pembina koperasi setempat, badan usaha lainnya (Dinas Koperasi dan UKM)
maupun secara internal dengan seluruh aparat pelaksana (Pengurus/
Pengawas), demi meningkatkan produktivitas usaha.

3. Tanggung Jawab
a. Menjabarkan kebijakan umum Koperasi yang telah dibuat Pengurus dan
disetujui Rapat Anggota;
b. Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran dan rencana jangka
pendek, rencana jangka panjang, serta proyeksi (finansial maupun non

19
finansial) kepada Pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat
Anggota;
c. Bertangung jawab atas selesainya tugas dan kewajiban harian seluruh bidang/
bagian;
d. Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tak melampaui batas kewenangan
manajemen;
e. Tercapainya lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja yang
berorientasi pada pencapaian target;
f. Bertanggung jawab atas terciptanya suasana kerja yang dinamis dan
harmonis;
g. Mengusulkan kepada Pengurus tentang penambahan, pengangkatan dan
pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan operasional
Koperasi;
h. Menandatangani dan menyetujui permohonan pembiayaan dengan batas
wewenang yang ada pada Pusat/ Cabang/ Unit;
i. Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi operasional
kantor Pusat/ Cabang/ Unit;
j. Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain secara baik dan menguntungkan
dalam rangka memenuhi kebutuhan Lembaga;
k. Bertanggung jawab atas tersedianya bahan Rapat Anggota Tahunan;
l. Mengamankan harta kekayaan Koperasi agar terlindungi dari bahaya
kebakaran, pencurian, perampokan dan kerusakan, serta seluruh aset
Koperasi Bahtera Sejahtera;
m. Menyelenggarakan penilaian prestasi kerja karyawan;
n. Membuat laporan secara periodik kepada Badan Pengurus.

4. Tugas-Tugas Pokok
a. Menjabarkan kebijakan umum Koperasi Bahtera Sejahtera yang telah dibuat
Pengurus dan disetujui Rapat Anggota, dengan:
1) Menerima dan mempelajari keputusan/ instruksi/ memo dari Pengurus;
2) Melaksanakan dan mensosialisasi keputusan/ instruksi/ memo kepada
semua karyawan dan pihak yang berkepentingan;
3) Mengevaluasi hasil realisasi keputusan dan bila diperlukan melaporkan
melaporkan kepada Pengurus.
b. Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran Koperasi dan rencana
jangka pendek, rencana jangka panjang serta proyeksi (finansial maupun non
finansial) kepada Pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat
Anggota, dengan:
1) Bersama dengan Manajer Cabang/ Kabag Operasional dan staf yang
terkait dengan bidang yang diperlukan;
2) Menentukan sasaran investasi jangka panjang dan jangka pendek;
3) Merencanakan dan menyusun rencana kerja jangka pendek (1 tahun)
dan jangka Panjang (5 tahun);

20
4) Mempresentasikan rencana kerja jangka pendek (1 tahun) dan jangka
panjang (5 tahun) kepada Pengurus, Pengawas dan anggota bila
diperukan.
c. Menyetujui pengajuan pinjaman anggota yang jumlahnya tidak melampaui
batas kewenangan manajemen, dengan:
1) Meninjau jaminan dan usaha pemohon pinjaman;
2) Menandatangani surat perjanjian;
3) Memantau angsuran pinjaman yang telah dicairkan kepada anggota.
d. Mengusulkan penambahan, pengangkatan dan mempromosikan serta
pemberhentian karyawan pada kantor Pusat, Cabang/ Unit, dengan:
1) Menetapkan tujuan dan melakukan penilaian prestasi kerja karyawan;
2) Manganalisis kesejahteraan karyawan;
3) Membuat pemberitahuan keadaan kesejahteraan karyawan kepada
Pengurus;
4) Mengadakan perekrutan karyawan baru;
5) Mengusulkan pengangkatan karyawan kepada Pengurus;
6) Mengajukan karyawan yang dinilai berprestasi untuk kenaikan jabatan
yang lebih tiinggi.
f. Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan memasukan biaya-biaya harian
demi tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan, dengan:
1) Memonitor dan memberikan arahan/ masukan terhadap upaya
pencapaian target;
2) Mengevaluasi seluruh aktivitas dalam rangkaian pencapaian target;
3) Menindaklanjuti hasil evaluasi;
4) Menemukan dan menentukan strategi-strategi baru dalam upaya
mencapai target;
5) Membuka peluang/ akses kerja sama dengan jaringan/ lembaga lain dalam
upaya mencapai target.
g. Mengamankan harta kekayaan Koperasi agar terlindungi dari bahaya
kebakaran, pencurian, perampokan dan kerusakan dengan cara:
1) Mengetahui jumlah dan keberadaan aset yang menjadi tanggung
jawabnya;
2) Mengatur dan mengawasi penggunaan aset yang ada;
3) Memaksimalkan penggunaan aset pada tempat yang telah disediakan;
4) Menyimpan dana Kas pada tempat yang aman;
5) Mengupayakan terjaganya likuiditas dengan mengatur manajemen dana
seoptimal mungkin sehingga tidak terjadi dana rush maupun idle;
6) Mengupayakan strategi-strategi khusus dalam penghimpunan dana
dan penyaluran pinjaman;
7) Mengupayakan strategi-strategi baru dan handal dalam menyelesaikan
pinjaman yang bermasalah;
8) Melakukan kontrol terhadap keseluruhan harta Koperasi.
h. Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat laporan
secara periodik:

21
1) Menetapkan tujuan penilaian prestasi kerja;
2) Melakukan penilaian prestasi kerja karyawan;
3) Merencanakan dan merancang sistem hubungan kerja yang memotivasi
karyawan untuk bekerjasama dalam mencapai sasaran Lembaga.
4) Mengevaluasi pola hubungan kerja bila diperlukan;
5) Menetapkan dan mengatur semua kegiatan operasional menurut bagian
dan kemampuan masing-masing karyawan;
6) Mendelegasikan semua kegiatan operasional kepada karyawan sesuai
dengan tujuan bagian masing-masing karyawan;
7) Mengkoordinir tugas operasional yang akan dilaksanakan maupun yang
telah dilaksanakan oleh karyawan yang satu dengan karayawan yang lain;
8) Membuat laporan keuangan yang meliputi:
a) Jumlah dan jenis pinjaman yang telah direalisasikan;
b) Jumlah tagihan pinjaman menurut jangka waktu dan jenis jaminan;
c) Membuat Neraca Bulanan dan Triwulan;
d) Membuat laporan Rugi Laba Bulanan dan Triwulan serta SHU tahun
berjalan;
e) Membuat rincian pendapatan dan biaya operasional.
i. Menandatangani dan menyetujui permohonan pinjaman dengan batas
kewenangan yang ada pada wilayah masing -masing, dengan:
1) Meneliti dan memberi kode surat berharga seperti Sertifikat SISUKA
(Simpanan Sukarela Berjangka), Surat Perjanjian Pinjaman, dll;
2) Menandatangani Giro Bilyet dan Cheque sesuai dengan kebutuhan untuk
likuiditas dan pembayaran;
j. Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi operasional
kantor pusat dan Kantor Cabang/ Unit, dengan:
1) Mengacu pada rencana anggaran dengan menggali pendapatan dari usaha
simpan pinjam, administrasi pinjaman dan kegiatan operasioanal lainnya;
2) Menarik pendapatan dari pinjaman bermasalah (bunga, denda, dll);
3) Melakukan efisiensi dengan cara melakukan skala prioritas biaya;
4) Pengawasan pengunaan biaya.

5. Wewenang
a. Memimpin Rapat Panitia Kredit untuk memberikan keputusan terhadap
pengajauan pinjaman;
b. Menyetujui/ menolak pengajuan pinjaman dengan alasan yang jelas;
c. Menyetujui/ menolak pencairan pinjaman sesuai batas kewenangan yang
telah ditetapkan dalam Pola Kebijakan;
d. Menyetujui/ menolak pengeluaran uang untuk pembelian aktiva tetap
(inventaris) sesuai dengan batas kewenangan;
e. Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran Kas dan biaya operasional
lain sesuai dengan batas kewenangan;
f. Menolak penggunaan keuangan yang diajukan yang tidak sesuai prosedur;
g. Memberikan teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan bawahan;

22
h. Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
i. Mengusulkan promosi, rotasi dan PHK sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
j. Mengadakan kerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan Lembaga dalam
upaya mencapai target proyeksi dan tidak merugikan Lembaga;
k. Memutuskan, menolak atau menerima kerjasama dengan pihak lain dalam
kegiatan usaha Koperasi dengan alasan-alasan yang dapat diterima.

6. Hubungan Kerja

JABATAN YANG
PIHAK TUJUAN
DIHUBUNGI
a. Pemberitahuan bulanan
1. Pengurus aktivitas dan keuangan.
b. Perekrutan karyawan baru.
c. Pengajuan pembelian inventaris.
d. Penetapan gaji karyawan.
e. Pengembangan usaha dan SDM.

a. Laporan keuangan harian,


INTERNAL bulanan, triwulan.
b. Evaluasi finansial, biaya
operasional dan pembagian
2. Kabag Operasional SHU.
c. Evaluasi pelayanan terhadap
anggota dan pencapaian target
usaha.
d. Pemeriksaan cash harian.

Kerjasama program IT,


Puskopdit/ Inkopdit Pengembangan SDM, PERMATA,
dll.

Dinas Koperasi/ Lembaga Kerjasama dengan Dinas Koperasi


EKTERNAL Lain dan UMKM atau Lembaga lain.

a. Pemberian data untuk


kebutuhan laporan akuntan
Akuntan Publik publik.
b. Pelaksanaan Audit.

B. Staf Auditor Internal


1. Identitas Jabatan

23
Unit Kerja : Bagian kepengawasan
Posisi dalam Organisasi : di Bawah Manajer Koperasi
Melakukan pengawasan atau kontrol terhadap semua kegiatan usaha Koperasi
baik operasional, maupun pemasaran Koperasi dalam mengamankan dan
mengembangkan aset yang dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Sekaligus agar
pelaksanaan operasional dan pemasaran usaha Koperasi dijalankan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan serta tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip Koperasi.

2. Fungsi Utama Jabatan


a. Pengumpulan data/ informasi, pencatatan, penyimpulan atas segala transaksi
operasional, menyusun laporan keuangan yang terdiri dari Neraca, Daftar
Laba/ Rugi, Arus Kas, Perubahan modal, Rasio Keuangan dan laporan lain yang
diperlukan;
b. Pengumpulan data/ informasi, pencatatan, pengumpulan/ klasifiKasi,
menyimpulkan atas segala transaksi dan proses pinjaman serta membuat
laporan yang diperlukan;
c. Memonitor seluruh kegiatan transaski operasional dan pemasaran dan
memastikan tidak terjadinya penyimpangan atas Standard Operational
Precedure (SOP), memorandum, SK, SE yang dikeluarkan serta membuat
laporan hasil kinerja Pengawasan Internal kepada Manajer Koperasi.

3. Tanggung Jawab
a. Bertanggungjawab langsung dengan pimpinan dan memberikan internal
memorandum kepada Manajer;
b. Bertanggungjawab memberikan informasi sesuai kebutuhan manajemen dan
perkembangan baik di bidang operasional maupun pemasaran serta
memikirkan cara-cara alternatif yang baik bagi Koperasi;
c. Tanggungjawab dalam hal pengarsipan bukti-bukti nota debet atau nota
kredit, bilyet, giro dan lain-lain yang berhubungan dengan seluruh bagian
transaksi harian;
d. Membuat laporan berkaitan dengan hasil-hasil pemeriksaan secara periodik
(harian, mingguan, bulanan dan tahunan).

4. Tugas-Tugas pokok
a. Memberikan hasil penilaian mengenai kelayakan dan kecukupan
pengendalian di bidang operasional, keungan, bidang pemasaran dan kegiatan
Koperasi lainnya serta peningkatan efisiensi dan efektifitas pengendalian
dengan biaya yang layak;
b. MemeriKasa semua catatan harta milik dan hutang, memeriksa semua tingkat
menejemen (kecuali top manajemen) dan dapat memasuki semua bagian dan
unit kerja serta melakukan berbagai teknik pemeriksaan;
c. Meminta fasilitas ke bagian Administrasi untuk kebutuhan audit (ATK), dll;

24
d. Meminta data/ informasi yang berkaitan dengan hal audit kepada
manajemen;
e. Menerbitkan laporan keuangan atas persetujuan pimpinan untuk keperluan
publiKasi.

5. Hubungan Kerja

JABATAN YANG
PIHAK TUJUAN
DIHUBUNGI
a. Pemberian laporan hasil
pengawasan internal.
Manajer b. Persetujuan penerbitan
laporan keuangan.
INTERNAL
a. Pengumpulan data atas
Bagian operasional dan transaksi operasional.
Bagian Pemasaran b. Pengumpulan data
atas proses pinjaman.

a. Pemberian data untuk


kebutuhan laporan
EKSTERNAL Akuntan Publik akuntan publik.
b. Pelaksanaan Audit.

C. Kepala Bagian Operasional (Kabag OP)


1. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian operasional
Posisi dalam Organisasi : di Bawah Manajer, sejajar Kepala Unit yang
membawahi para staf yang ada di Koperasi Bahtera
Sejahtera.

2. Fungsi Utama jabatan


Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh aktivitas
di bidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun
eksternal yang dapat meningkatkan profesionalisme koperasi khususnya dalam
pelayanan terhadap anggota.

3. Tanggung jawab
a. Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (excellence service) kepada
anggota;
b. Terevakuasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang ada dalam
operasional Koperasi;

25
c. Terbitnya laporan keuangan (financial), laporan pinjaman dan laporan
mengenai penghimpunan dana (funding) secara lengkap, akurat dan sah baik
harian, bulanan, ataupun sesuai dengan periode yang dibutuhkan;
d. Terarsipkannya seluruh dokumen-dokumen keuangan, dokumen lembaga,
dokumen pinjaman, serta dokumen-dokumen penting lainnya;
e. Terarsipkannya surat masuk dan keluar serta notulansi rapat manajemen dan
rapat opersional;
f. Terselenggaranya seluruh aktivitas rumah tangga Koperasi;
g. Terselenggaranya presensi kehadiran karyawan dan dokumentasi hasil.

4. Tugas-Tugas Pokok
a. Terselenggaranya Pelayanan yang memuaskan (excellence service) kepada
anggota Koperasi:
1) Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pelayanan anggota;
2) Memberikan masukan dan arahan pada hal-hal yang berkenaan dengan
pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan anggota;
3) Memperhatikan masukan serta keluhan anggota dan membahasnya pada
tingkat rapat operasional untuk mendapatkan penyelesaian masalah;
4) Menyelesaikan sesegera mungkin apabila ada Kasus yang berkaitan
dengan anggota.
b. Terevaluasi dan terselesaikannya seluruh permasalahan yang ada dalam
operasional Koperasi:
1) Mengagendakan dan memimpin rapat operasional bulanan untuk
membahas rencana kerja operasional, target kerja dan evaluasi secara
keseluruhan serta permasalahan-permasalahan yang terjadi pada bagian
operasional;
2) Mendokumentasikan hasil rapat bulanan sebagai bahan rujukan atas
aktivitas selanjutnya;
3) Melakukan kontrol terhadap kesepakatan dan keputusan yang diambil
dalam rapat.
c. Terbitnya laporan keuangan, laporan perkembangan pinjaman dan laporan
mengenai penghimpunan dana atau simpanan secara lengkap, akurat dan sah
baik harian, bulanan maupun sesuai dengan periode yang dibutuhkan:
1) Memeriksa laporan harian, bulanan dan mengesahkannya (otorisasi);
2) Memeriksa laporan mengenai perkembangan pinjaman, tingkat
kelancaran pinjaman (kolektibilitas) dan laporan mengenai
pinjaman-pinjaman yang bermasalah;
3) Membuat dan mengirimkan laporan keuangan Koperasi atas persetujuan
Manajer Pusat, kepada pihak-pihak yang berkepentingan;
4) Terarsipkannya seluruh dokumen-dokumen keuangan, dokumen lembaga,
dokumen pinjaman serta dokumen penting lainnya;
5) Mengatur dan mengawasi sistem pengarsipan seluruh bagian operasional;
6) Menyimpan dokumen lembaga serta menjaga keamanannya seperti: akte
pendidirian lembaga, laporan-laporan pajak, surat keputusan,

26
memorandum, surat edaran, berita acara, surat-surat perjanjian
kerjasama dan lain-lain;
7) Membuat mekanisme/ sistem peminjaman untuk dokumen-dokumen
berharga bila dibutuhkan;
8) Mengkaji sistem pengarsipan yang telah ada dalam upaya
penyempurnaan.
d. Terarsipkannya surat masuk dan keluar serta notulansi rapat manajemen dan
rapat operasional:
1) Memberikan nomor surat keluar serta mengarsipkannya;
2) Menerima surat masuk dan memberikan informasi kepada pihak-pihak
yang berkepentingan mengenai perihal surat;
3) Menunjuk salah satu staf operasional untuk menjadi notulis dalam rapat
manajemen ataupun operasional;
4) Mendistribusikan hasil rapat kepada pihak-pihak terkait;
5) Mengarsipkan hasil notulen rapat sesuai dengan tempatnya.
e. Terselenggaranya seluruh aktivitas rumah tangga Koperasi:
1) Melakukan perencanaan Anggaran Rumah Tangga Koperasi Bahtera
Sejahtera;
2) Melakukan evaluasi, kontrol dan upaya-upaya penghematan apabila
terjadi hal-hal yang di luar dugaan seperti pembengkakan biaya
operasional;
3) Melakukan pengawasan atas pembayaran kewajiban setiap akhir bulan
seperti pembayaran rekening pajak, listrik, air, telpon/ internet dan
lain-lain.
f. Terselenggaranya presensi kehadiran karyawan dan dokumentasi hasil
penilaian seluruh karyawan serta pengajuan gaji:
1) Membuat presensi setiap pergantian bulan;
2) Melakukan kontrol atas presensi karyawan;
3) Membuat rekapitulasi kehadiran karyawan berkenaan dengan pengajuan
gaji;
4) Membuat daftar gaji dan mengajukan pada Manajer Pusat untuk dibahas
bersama Pengurus;
5) Mendokumentasi seluruh arsip yang berkenaan dengan prestasi dan
kondisi kerja karyawan ke dalam masing-masing map file karyawan;
6) Melakukan rekapitulasi kondite karyawan pada setiap akhir semester
dengan arsip pendukung yang ada sebagai bahan evaluasi.

5. Wewenang
a. Mengeluarkan biaya operasional rutin dalam batas kewenangannya;
b. Mengajukan biaya operasional dan kebutuhan lain yang dibutuhkan untuk
mendukung pekerjaan di bidang operasional kepada Manajer Pusat guna
pertimbangan;
c. Menyetujui pengeluaran Kas untuk penarikan tabungan dalam batas
kewenangan;

27
d. Melakukan kontrol terhadap kehadiran karyawan;
e. Memeriksa seluruh laporan dalam bidang operasional;
f. Menegur karyawan bidang operasional apabila bekerja tidak sesuai dengan
prosedur yang berlaku;
g. Menyetujui pemotongan biaya administrasi tabungan untuk simpanan yang
tidak aktif selama 6 bulan dan tutup rekening;
h. Meminta pihak-pihak tertentu yang memegang tangung jawab dana atau
uang muka biaya, dan menyelesaikannya apabila waktu yang disepakati sudah
tiba;
i. Memberikan masukan dan membantu bagian operasional lainnya yang
memerlukan bantuan dalam kapasitasnya sebagai Manajer Cabang/ Kabag
Operasional/ Kepala Unit.

6. Hubungan Kerja

JABATAN YANG
PIHAK TUJUAN
DIHUBUNGI
a. Pengajuan biaya
b. Menyetujui laporan pengajuan
gaji, dll.
Manajer c. Laporan keuangan,
perkembangan simpanan dan
pinjaman, permasalahan
INTERNAL operasional dll.

a. Pemeriksaan pekerjaan
b. Pemeriksaan laporan
Semua Bagian c. Mengawasi dan memberikan
Operasional masukan untuk peningkatan
kualitas kerja operasional.

Penjelasan atas produk simpanan


Anggota dan pinjaman bila dibutuhkan.
EKSTERNAL Koordinasi mengenai silang
Lembaga jaringan
kopdit (Puskopdit/ pinjam, LKSB, dll.
Inkopdit)

D. Teller
1. Identitas Jabatan
Unit kerja : Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi : di bawah Manajer Cabang/ Kabag/ Kepala Unit

28
2. Fungsi utama jabatan
Melaksanakan seluruh transaksi yang bersifat tunai.

3. Tanggung jawab
a. Mengelola fisik Kas menjaga keamanan Kas;
b. Terselesaikannya laporan Kas harian;
c. Tersedianya laporan arus Kas pada akhir bulan untuk keperluan evaluasi;
d. Menerima setoran dan penarikan simpanan harian serta simpanan berjangka.

4. Tugas-Tugas Pokok
a. Mengelola fisik Kas dan menjaga keamanan Kas:
1) Melakukan penghitungan Kas pada pagi dan sore hari saat akan
dimulainya hari kerja dan akhir hari kerja yang harus disaksikan oleh
petugas yang berwenang;
2) Meneliti setiap keaslian uang masuk agar terhindar dari uang palsu;
3) Menjaga ruang dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan;
4) Mengarsipkan laporan mutasi vault pada tempat yang aman;
5) Melakukan cross chek antara vault dengan neraca dan rekapitulasi Kas.
b. Terselesaikannya laporan Kas harian:
1) Menerima dan mengeluarkan transaksi tunai sesuai dengan batas
wewenangnya;
2) Melakukan pengesahan pada bukti transaksi baik paraf maupun validasi;
3) Menyusun bukti-bukti transaksi keluar dan masuk serta memberikan
nomor bukti;
4) Membuat rekapitulasi transaksi masuk dan keluar serta meminta validasi
dari pihak yang berwenang;
5) Melakukan cross check antara rekapitulasi Kas dengan mutasi vault dan
neraca.
c. Tersedianya laporan arus Kas pada akhir bulan untuk keperluan evaluasi:
1) Membuat laporan Kas masuk dan keluar pada setiap akhir bulan untuk
setiap akun-akun yang penting;
2) Meminta pengesahan laporan arus Kas dari yang berwenang sebagai
laporan yang sah.
d. Menerima setoran dan penarikan tabungan:
1) Memeriksa kelengkapan dan kebenaran pengisian slip setoran (dalam slip
setoran harus tertera nilai uang dalam bentuk angka dan huruf dengan
nilai yang sama; pengisian slip harus ditulis dengan jelas);
2) Mencocokan saldo tabungan pada buku tabungan anggota dengan data
yang ada di komputer, bila ada kesalahan atau selisih harus segera
dibenahi secara langsung;
3) Membubuhkan stempel pada slip setelah dimasukkan ke dalam komputer;
4) Menyerahkan semua slip setoran kepada bagian administrasi setelah
ditutup jam Kas;

29
5) Menyerahkan kopi slip setoran kepada anggota sebagai bukti penerimaan
setoran;
6) Menerima dan memeriksa slip penarikan, kartu atau buku simpanan
anggota;
7) Memeriksa dan membubuhkan tanda tangan/ paraf sebagai tanda
persetujuan pada slip penarikan kemudian menyerahkan kembali kepada
bagian pembukuan;
8) Untuk pengambilan di atas batas wewenang harus meminta persetujuan
pimpinan (paraf pada slip pengambilan) atas pengambilan tabungan
tersebut (perhatikan: saldo yang tersisa harus memenuhi ketentuan yang
ada);
9) Mencatat jumlah pengambilan tabungan/ simpanan pada buku simpanan.

5. Wewenang
a. Menerima transaksi tunai transaksi-transaksi yang terjadi di Koperasi;
b. Memegang Kas tunai sesuai dengan kebijakan yang ada;
c. Mengeluarkan transaksi tunai pada batas nominal yang diberikan atau atas
persetujuan yang berwenang;
d. Menolak pengeluaran Kas apabila tidak ada bukti-bukti pendukung yang kuat;
e. Mengetahui kode brankas tetapi tidak memegang kuncinya ataupun
sebaliknya;
f. Meminta pertanggungjawaban keuangan Kas kecil jika batas waktu
pertanggungjawaban telah tiba.

6. Hubungan kerja

PERSON YANG
PIHAK TUJUAN
DIHUBUNGI
a. Pengesahan laporan Keuangan.
Manajer b. Pengesahan pada laporan
Cash Flow.

a. Saksi pada penghitungan vault


(uang tunai)
Kabag b. Pemeriksaan Laporan
INTERNAL
Operasional c. Menyetujui laporan
rekapitulasi Kas.

a. Menerima setoran tunai


Staf Debt angsuran
Collector b. Koordinasi tagihan.

30
a. Pelayanan setoran dan
penarikan Simpanan.
Penabung b. Pelayanan pembukaan
rekening baru.
EKSTERNAL
a. Pelayaan pinjaman dan
Peminjam pembiayaan barang.
b. Penerimaan angsuran tunai.

E. Staf Administrasi
1. Identitas jabatan:
Unit Kerja : Bagian operasional bidang umum
Posisi dalam Organisasi : di bawah Kabag Operasional

2. Fungsi Utama Jabatan


a. Melakukan pengadministrasian dan pemeliharaan data karyawan, serta
hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan (absensi,cuti, dll), pendidikan,
pelatihan, karir dan hubungan antar karyawan;
b. Memberikan layanan kepada karyawan serta hal-hal umum lainnya yang tidak
termasuk dalam kegiatan bidang operasional koperasi yang telah diatur
secara khusus dalam bidang pemasaran, operasional dan lain-lain.

3. Tanggung Jawab
a. Tangung Jawab langsung pada Kabag Operasional untuk bidang umum dan
bertanggung jawab langsung kepada Manajer;
b. Bertangung jawab dalam hal pengadministrasian dan pemeliharaan data
karyawan serta hal-hal lain yang menyangkut ketenagakerjaan;
c. Bertanggung jawab dalam hal kebutuhan rumah tangga Koperasi,
pengelolaan inventaris dan pembelian inventaris kantor;
d. Melakukan kegiatan administrasi pembukuan saldo Kas harian;
e. Melakukan pencatatan aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan yang
dilakukan Pengurus, Pengawas dan seluruh anggota Koperasi atau yang
berhubungan dengan pihak luar.

4. Tugas-Tugas Pokok
a. Memberikan layanan kepada karyawan serta hal-hal umum, pengelolaan
inventaris, serta pembelian inventaris kantor:
1) Menyediakan segala kebutuhan rumah tangga Koperasi bekerjasama
dengan bagian staf lain yang berkaitan;
2) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan inventaris kantor;
3) Menyediakan kebutuhan ATK (alat tulis kantor) dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan kebutuhan rumah tangga Koperasi.
b. Melakukan kegiatan administrasi simpanan harian dan simpanan berjangka:

31
1) Menerima daftar calon atau anggota yang mempunyai simpanan dalam
bentuk tabungan atau simpanan berjangka;
2) Meminta kesepakatan anggota untuk memindahkan saldo rekening;
3) Mengarsipkan slip-slip transaksi simpanan dan simpanan berjangka.
c. Melakukan aktivitas yang berkaitan dengan hubungan eksternal Koperasi:
1) Mengurusi Pembayaran pajak;
2) Membuat laporan bulanan dan slip mutasi berkaitan dengan akuntan
publik (misalnya slip setoran ke bank).
d. Melakukan tertib admnistrasi dan pemeliharaan data karyawan, serta
hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan, pendidikan, pelatihan, karir dan
hubungan antar karyawan:
1) Mempersiapkan presensi, memonitor dan mengadministrasikannya
dengan baik.
2) Mengatur kegiatan dan penjadualan cuti/ ketidakhadiran serta hal-hal lain
yang berhubungan dengan penunjukan tugas karyawan, administrasi
SPJ (Surat Pertanggungjawaban), surat tugas dan surat jalan lain;
3) Mengatur pelaksanaan pendidikan, pelatihan, training, seminar, dll
sehubungan dengan peningkatan dan pengembangan pengetahuan dan
kompetensi karyawan;
4) Bersama-sama Manajer melakukan evaluasi terhadap jenjang karir,
pengaturan mutasi, penetapan job description dan job goal, serta tindakan
reward dan punishment kepada karyawan.

5. Wewenang
a. Memegang Kas kecil sesuai dengan kebijakan yang ada untuk kebutuhan
rumah tangga;
b. Membuat kebijakan yang berkaitan dengan hal-hal umum;
c. Membuat usulan tentang kebutuhan inventaris (pengadaan dan administrasi
barang inventaris);
d. Melakukan pencairan dana untuk kebutuhan pengadaan inventaris kantor;
e. Membuat kebijakan yang berkitan dengan ketenagakerjaan;
f. Melakukan evaluasi terhadap presensi, job description dan job goal,
kompensasi, motivasi, profesionalisme dan aktivitas karyawan lainnya yang
berhubungan dengan pencapaian prestasi kerja;
g. Memberikan rekomendasi atas prestasi kerja karyawan sehubungan dengan
kegiatan mutasi, promosi, diklat dan training serta reward dan punishment.

32
6. Hubungan kerja.

JABATAN YG
PIHAK TUJUAN
DIHUBUNGI
a. Laporan kebutuhan dan persetujuan
pembelian barang dan lain-lain.
Manajer b. Laporan dan rekomendasi atas
prestasi kerja karyawan dan kegiatan
SDM lainya.

a. Usulan tentang kebutuhan dan


INTERNAL pembelian barang dan lain-lain.
Kabag b. Koordinasi presensi dan pelaksanaan
Operasional job description karyawan bidang
operasional.

Pencairan dana untuk pengadaan


Teller barang dan lain-lain.

Melakukan pembayaran pajak-pajak


Kantor Pajak dan pengadministrasiannya.
EKSTERNAL
Menyiapkan data dan laporan bidang
Akuntan Publik
administrasi yang diperlukan.

F. Staf Customer Service


1. Identitas Jabatan
Unit kerja : Bagian Operasional
Posisi dalam organisasi : di bawah Kabag Operasional

2. Fungsional Utama jabatan


a. Memberikan pelayanan prima kepada anggota sehubungan dengan produk
penghimpunan dana (funding) yang dimiliki oleh Koperasi, dalam hal ini
Simpanan Bunga Harian (Sibuhar), Simpanan Biaya Siswa (Sibisa), Simpanan
Masa Depan (Simapan), Simpanan Hari Raya (Siraya) dan Simpanan Sukarela
Berjangka/ deposito(Sisuka);
b. Memberikan informasi hak dan kewajiban anggota dan informasi lain yang
diperlukan calon anggota/ anggota mengenai produk-produk simpanan dan
pinjaman.

33
3. Tanggung Jawab
a. Pelayanan terhadap pembukaan dan penutupan rekening simpanan;
b. Mengarsipkan semua jenis simpanan;
c. Registrasi awal pengajuan pinjaman.

4. Tugas-Tugas Pokok
a. Pelayanan terhadap pembukaan, penutupan dan mutasi rekening simpanan:
1) Meminta anggota untuk melengkapi persyaratan menjadi anggota, yaitu
mengisi formulir pendaftaran anggota, menyerahkan fotokopi tanda
pengenal (KTP/ SIM) dan fotokopi Kartu Keluarga (KK), mengisi slip
setoran;
2) Menerima persyaratan keanggotaan dan memberikan penjelasan
mengenai produk-produk simpanan Koperasi.
3) Menandatangani slip uang masuk pendaftaran keanggotaan;
4) Menyerahkan kembali berKas persyaratan dan slip-slip kepada bagian staf
pembukuan;
5) Membuatkan buku dan memberi nomor rekening kepada anggota baru;
6) Membuatkan Sertifikat Simpanan Berjangka dan memberikan nomor
rekening simpanan berjangka;
7) Melakukan atau membuat registrasi simpanan baik di komputer maupun
di buku registrasi;
8) Melakukan pemindahbukuan simpanan atas persetujuan yang berwenang
(Kabag Operasional);
9) Menyerahkan buku anggota dan buku-buku simpanan;
10) Menyimpan arsip simpanan anggota ke tempat yang disediakan.
b. Pengarsipan berKas-berKas simpanan anggota:
1) Melakukan pengarsipan untuk lembar, buku dan berKas simpanan
anggota sesuai nomor urut rekening berdasarkan tanggal dan bulan;
2) Register awal pengajuan pinjaman/ pembiayaan/ ilustrasi dan wawancara
seperlunya.

5. Wewenang
a. Memotong biaya administrasi bagi anggota yang menutup rekeningnya;
b. Menutup rekening secara otomatis untuk rekening-rekening yang saldonya di
bawah saldo minimum;
c. Melakukan pemindahbukuan untuk Kasus-Kasus tertentu yang telah ada
kebijakannya.

34
6. Hubungan Kerja

JABATAN YANG
PIHAK TUJUAN
DIHUBUNGI
a. Memberikan laporan deposito yang
akan jatuh tempo.
b. Menerbitkan laporan perkembangan
penabung dan deposan serta dana
yang dihimpun.
Kabag c. Menerbitkan laporan pencapaian
Operasional target Funding.
d. Otorisasi pembukuan Simpanan
Bunga Harian dan Simpanan
Berjangka.
e. Otorisasi limit pencairan Simpanan
Berjangka.
INTERNAL
a. Memberikan contoh spesimen.
b. Membuat slip setoran pada
pembukuan simpanan.
c. Membuat nota debet/nota kredit
Staf Teller
untuk ditransfer ke bank.
d. Pencairan simpanan berjangka
secara tunai (tidak masuk ke
rekening).

a. Menyerahkan berKas persyaratan


pembukaan simpanan.
Staf Keuangan
b. Menyerahkan bukti slip rekapitulasi
transaksi simpanan.

a. Melayani pembukaan rekening


simpanan dan meminta persyaratan.
b. Memberikan informasi tentang
produk simpanan dan pinjaman
Penabung secara garis besar.
EKSTERNAL
c. Distribusi bunga simpanan
berjangka.
d. Memutasi pencairan simpanan
berjangka ke simpanan lain.

35
Membuat registrasi pengajuan
pinjaman atas dasar wawancara
singkat, selanjutnya diteruskan ke
Peminjam
Kabag Operasional untuk mendapatkan
keputusan bahwa pengajuan akan
diproses atau tidak.

G. Staf Keuangan (Akuntansi/ Pembukuan)


1. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Operasional
Posisi dalam Organisasi : di bawah Kabag Operasional

2. Fungsi Utama Jabatan :


Mengelola administrasi keuangan hingga ke pelaporan keuangan.

3. Tanggung Jawab
a. Pembuatan laporan keuangan;
b. Pengarsipan laporan keuangan dan berKas-berKas yang berkaitan secara
langsung dengan keuangan;
c. Menyiapkan laporan-laporan untuk keperluan analisis keuangan Lembaga;
d. Pengeluaran dan penyimpanan uang dari/ dan ke brankas.

4. Tugas-Tugas Pokok
a. Pembuatan Laporan Keuangan
1) Membuat laporan keuangan harian meliputi neraca dan laba rugi;
2) Membuat laporan keuangan akhir bulan(LKSB), buku Kas dan buku besar
dan PERMATA;
3) Menyediakan data-data yang dibutuhkan untuk kebutuhan analisis
Lembaga.
b. Pengarsipan laporan keuangan dan berKas-berKas yang berkaitan secara
langsung dengan keuangan:
1) Mengaarsipkan seluruh berKas keuangan sesuai dengan kebijakan
pengarsipan yang digunakan;
2) Menjaga keamanan arsip dan memastikan bahwa seluruh arsip terjaga
keamanannya dengan baik.
c. Menyediakan data-data yang dibutuhkan untuk kebutuhan analisis Lembaga:
1) Membuat rincian biaya dan pendapatan bulanan;
2) Melakukan analisis khususnya untuk biaya operasional menyangkut
dengan tingkat efisiensi.
d. Pengeluaran dan penyimpanan uang dari dan ke brankas (sebagai petugas
alternatif/ petugas pengganti):
1) Serah terima brankas dari Kabag Operasional;

36
2) Pengeluaran uang pada pagi hari, pada saat jam kerja;
3) Penyimpanan uang pada saat jam kerja dan pada saat jam kerja selesai.

5. Wewenang:
a. Mengarsipkan dan mengamankan bukti-bukti pembukuan/ transaksi;
b. Meminta kelengkapan administrasi pada pertanggungjawaban keuangan;
c. Tidak memberikan berKas/ arsip kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan;
d. Menerbitkan laporan keuangan atas persetujuan Manajer Koperasi untuk
keperluan publiKasi.

6. Hubungan Kerja

JABATAN YANG
PIHAK TUJUAN
DIHUBUNGI
Cross check keseluruhan Kas fisik
Teller
dengan neraca.
INTERNAL
a. Pemeriksaan laporan keuangan
Kabag
b. Pemeriksaan atas bukti non Kas
Operasional
dalam wewenang pimpinan.

Akuntan Publik Pelaksanaan Audit


EKSTERNAL Puskopdit/ Konfirmasi Saldo simpanan/silang
Lembaga lain pinjam.

H. Kepala Bagian Pemasaran


1. Identitas jabatan
Unit kerja : Bagian Pemasaran
Posisi dalam Organisasi : di bawah Manajer, sejajar Kabag Operasional,
membawahi Staf Promosi, Staf Kredit/ Pinjaman dan
Staf Debt Collector/ Penagihan

2. Fungsi Utama
Merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target financing dan
funding serta memastikan strategi yang digunakaan sudah tepat dalam upaya
mencapai sasaran termasuk dalam menyelesaikan pinjaman/ pembiayaan
bermasalah.

3. Tanggung Jawab
a. Tercapainya target pemasaran baik funding, financing maupun collecting;

37
b. Terselenggaranya rapat pemasaran dan terselesaikannya permasalahan di
tingkat pemasaran;
c. Menilai dan mengevaluasi kinerja para staf di bagian pemasaran;
d. Bertangung jawab dalam proses pengajuan pembiayaan dan melakukan
penilaian terhadap potensi pasar dan pengembangan pasar serta proses
penyelesaian pembiayaan bermasalah;
e. Pengarsipan bukti Nota Debet (ND) dan Nota Kredit (NK).

4. Tugas-Tugas Pokok
a. Tercapainya target pemasaran baik funding maupun financing:
1) Membuat target-target yang ingin dicapai dengan melihat kapasitas
AO (Agency Outlet)/ FO (Factory Outlet) atau Cabang/ Unit usaha;
2) Melakukan pemantauan terhadap hasil yang dicapai Cabang/ Unit-Unit
usaha sesuai dengan target yang diberikan;
3) Melakukan evaluasi terhadap hasil yang dicapai Cabang/ Unit usaha
yang ditargetkan;
4) Memberikan masukan dan perbaikan jika diperlukan.
b. Terselenggaranya rapat bagian pemasaran dan terselesaikannya
permasalahan di tingkat pemasaran:
1) Membuat jadual rutin rapat pemasaran dan memastikan
agenda-agenda yang penting untuk dibahas;
2) Memastikan seluruh bahan rapat sudah tersedia dan lengkap dengan
data, daftar masalah dan lain-lain;
3) Memimpin rapat;
4) Memastikan diperoleh jalan keluar dalam membahas masalah pada
akhir rapat;
5) Memastikan notulansi rapat dibuat dan terdokumentasi dengan baik;
c. Menilai dan mengevaluasi kinerja bagian pemasaran:
1) Menciptakan alat kontrol untuk memudahkan penilaian kinerja bagian
pemasaran;
2) Melakukan penilaian pada periode tertentu atas kinerja pemasaran
antara lain meliputi pencapaian target per Cabang/ Unit usaha serta
mencatat pelanggaran-pelanggaran dari sisi pemasaran yang dilakukan
oleh Cabang/ Unit usaha;
3) Bertanggung jawab dalam proses pengajuan pinjaman atau
pembiayaan;
4) Melakukan penilaian terhadap potensi pasar dan pengembangan
pasar;
5) Menerima dari Cabang/ Unit usaha berKas pengajuan pinjaman/
pembiayaan (daftar pengajuan pinjaman, analisis pinjaman dan
kelengkapan syarat administrasi yang diperlukan seperti: KTP, KK,
Surat ijin suami/ isteri, Surat jaminan, dll);
6) Memeriksa kelengkapan dan kebenaran berKas pengajuan pinjaman
anggota dan mendiskusikan dengan baik;

38
7) Secara berkala dan terencana melakukan kunjungan kepada anggota,
pasar dan daerah-daerah bisnis untuk melihat potensi-potensi yang
perlu dikembangkan;
8) Bersama dengan Manajer Koperasi membicarakan peluang-peluang
pasar yang ada dan kemungkinan pengembangannya;
9) Menerima daftar pinjaman anggota yang bermasalah (kurang lancar,
diragukan dan macet) dari Cabang/ Unit usaha Koperasi;
10) Memeriksa daftar pinjaman bermasalah apakah benar telah
memenuhi kriteria pinjaman dan menandatangani sebagai tanda
persetujuan.
d. Pengarsipan bukti Nota Debet dan Nota Kredit:
1) Menerima data dari Staf Kredit (Nota Debet/ Nota Kredit),
pemasangan plafond pinjaman, Perpanjangan plafond pinjaman,
pelunasan, order dari bagian staf pinjaman untuk perubahan jatuh
tempo/ perubahan plafond;
2) Mendata komputer;
3) Menyimpan bukti Nota Debet/ Nota Kredit;

5. Wewenang
a. Memberi usulan untuk mengembangkan pasar, potensi bisnis dan
strategi-strategi lainnya yang berhubungan dengan bisnis existing, peluang
bisnis dan penyelesaian pinjaman bermasalah Koperasi;
b. Menentukan target funding, financing dan penyelesaian pinjaman
bermasalah bersama dengan Manajer Koperasi;
c. Memimpin dan menetukan agenda rapat pemasaran;
d. Melakukan penilaian terhadap Staf Kredit dan Staf Debt Collector Cabang/
Unit usaha Koperasi.

6. Hubungan Kerja

JABATAN
PIHAK YANG TUJUAN
DIHUBUNGI
a. Koodinasi rencana dan pencapaian
Staf Promosi target pemasaran.
b. Evaluasi kinerja promosi.

a. koordinasi Pengajuan Kredit.


INTERNAL Staf Kredit
b. Sosialisasi produk pinjaman.

a. koordinasi Rencana dan


Manajer pencapaian target.
b. Evaluasi kinerja pemasaran.

39
Penjajakan peluang pasar dan
Lembaga/ peluang kerjasama khusus bidang
EKSTERNAL
Koperasi Lain pemasaran dan penyesaian pinjaman
bermasalah.

I. Staf Promosi
1. Identitas jabatan
Unit Kerja : Bagian Pemasaran
Posisi dalam Organisasi : Di bawah Kabag Pemasaran

2. Fungsi Utama jabatan


a. Melayani permohonan keanggotaan dengan bekerjasama dengan Staf
Customer Service;
b. Melayani pendidikan anggota bekerjasama dengan tim pendidikan yang
dipimpin Wakil ketua Pengurus;
c. Melakukan sosialisasi seluruh produk dan melakukan upaya kerjasama
dengan pihak/ lembaga lain;
d. Melakukan publiKasi kegiatan usaha Koperasi.

3. Tanggung Jawab
a. Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam upaya pengembangan
pasar (funding dan financing);
b. Melakukan monitoring pasar atas perkembangan usaha;
c. Membantu terselesaikannya pinjaman bermasalah.

4. Tugas-Tugas pokok
a. Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam upaya pengembangan
pasar:
1) Memberikan masukan untuk pengembangan pasar dengan
memberikan gambaran mengenai potensi pasar yang ada;
2) Menghimpun data-data yang diperlukan yang relevan dengan
kebutuhan untuk pengembangan pasar, perkembangan jumlah
anggota, pengembangan produk simpanan dan pinjaman;
3) Melakukan langkah-langkah secara terencana dan koordinasi dengan
Kabag Pemasaran dan staf lainnya yang berkaitan dengan
pengembangan pasar.
b. Melakukan monitoring pasar atas perkembangan usaha Koperasi:
1) Melihat perkembangan pasar atas apa yang dibutuhkan pasar saat ini;
2) Melakukan pemantauan model simpanan dan pinjaman yang
dibutuhkan pasar;

40
3) Memastikan analisis perkembangan pasar dengan tepat dan lengkap
sesuai dengan kebutuhan dan mempresentasikan dalam rapat para
staf Bagian Pemasaran.

5. Wewenang:
a. Memberikan usulan untuk pengembangan usaha kepada Manajer;
b. Ikut menentukan target funding dan financing bersama dengan Manajer;
c. Ikut menentukan dan mengatur agenda rapat di bagian pemasaran;
d. Melakukan koordinasi dengan Staf Debt Collector untuk target
penyelesaian pinjaman bermasalah.

6. Hubungan Kerja

JABATAN YANG
PIHAK TUJUAN
DIHUBUNGI
a. Perencanaan dan evaluasi
target funding dan financing.
Manajer dan b. Rapat komite
INTERNAL Staf Debt c. Koordinasi pinjaman
Collector bermasalah
d. PubliKasi produk Simpan dan
Pinjaman, dll.

Kerjasama publiKasi (iklan,


EKSTERNAL Lembaga lain
Brosur, Majalah, dll)

J. Staf Kredit (Pinjaman)


1. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Pemasaran
Posisi dalam Organisasi : di bawah Kabag Pemasaran

2. Fungsi Utama Jabatan


Mengelola data administrasi pinjaman, melakukan proses pinjaman mulai dari
penciran hingga pelunasan, membuat daftar angsuran dan surat-surat
perjanjian lain.

3. Tanggung Jawab
a. Menyiapkan administrasi pencairan pinjaman;
b. Pengarsipan seluruh berKas pinjaman;
c. Pengarsipan jaminan pinjaman;
d. Penerimaan angsuran dan pelunasan pinjaman;
e. Pembuatan laporan pinjaman sesuai dengan periode laporan;
f. Membuat laporan pinjaman bulanan;

41
g. Membuat surat teguran dan peringatan kepada anggota yang akan dan
telah jatuh tempo;
h. Membuat surat perjanjian dengan pihak lain;
i. Pemeliharaan arsip-arsip dari pengajuan sampai realisasi pinjaman;
j. Selalu mengontrol masa berlaku persyaratan administrasi pemohon (KTP,
surat Izin Usaha, sewa Kios/ toko).

4. Tugas-Tugas pokok
a. Penyiapan administrasi pencairan pinjaman dan melakukan proses
pencairan pinjaman:
1) Memeriksa kelengkapan administrasi pinjaman yang dicairkan;
2) Membuat daftar angsuran pinjaman, tanda terima jaminan, buku
pinjaman dan surat-surat lain yang diperlukan;
3) Membacakan surat perjanjian kepada peminjam;
4) Mengisikan data pinjaman pada buku peminjam secara lengkap;
b. Pengarsipan seluruh berKas pinjaman :
1) Memeriksa kelengkapan administrasi untuk diarsipkan;
2) Mengarsipkan surat perjanjian pinjaman serta berKas-berKas
pendukung lainnya sesuai dengan nomor rekening;
3) Menyimpan daftar tagihan pinjaman sesuai nomor urut/ nomor
rekening pinjaman;
4) Mengeluarkan berKas-berKas pinjaman dan dikembalikan pada
tempatnya bila dibutuhkan untuk keperluan controlling.
c. Pengarsipan jaminan pinjaman.
1) Memastikan jaminan telah diperiksa dan disetujui pihak yang
berwenang (Manajer atau Kabag Pemasaran) dengan bukti tanda
tangan yang tertera pada lembar penerimaan jaminan;
2) Memberikan lembar tanda terima jaminan asli kepada peminjam dan
mencatatnya pada buku registrasi jaminan;
3) Menyimpan tanda terima fotokopi jaminan dan surat jaminan asli ke
dalam brankas;
4) Mengeluarkan jaminan apabila diperlukan atas sepengetahuan
Manajer atau Kabag Pemasaran secara tertulis;
5) Melakukan kontrol atas jaminan-jaminan yang ada.
d. Penerimaan angsuran dan pelunasan pinjaman
1) Menerima angsuran dan mencatatnya ke dalam buku pinjaman,
bekerjasama dengan Staf Teller;
2) Menyesuaikan kartu angsuran/ buku pinjaman anggota;
3) Meneliti/ menghitung kembali sisa pinjaman anggota yang akan
melakukan pelunasan;
4) Menerima setoran dari petugas kolektor;
5) Membantu pengisian setoran dari kolektor dan meneliti setoran yang
masuk sesuai dengan jumlah slip/ memo yang dikeluarkan.

42
e. Pembuatan laporan pinjaman sesuai dengan periode laporan;
f. Membuat laporan pinjaman bulanan yang terdiri dari:
1) Laporan pencairan per bulan dan total pencairan selama per tahun;
2) Laporan lengkap yang akan jatuh tempo;
3) Laporan kolektibilitas (tingkat kelancaran pinjaman);
4) Laporan prestasi/ pencapaian target;
5) Daftar tagihan bulanan;
6) Daftar peminjam yang akan dan telah jatuh tempo pada pekan
tersebut;
g. Membuat surat teguran dan peringatan/ sanksi kepada peminjam yang
telah lalai:
1) Membuat dan mengirimkan surat teguran I (pertama) pada peminjam
yang telah jatuh tempo namun belun mengangsur;
2) Membuat/ mengirim surat teguran II (kedua) pada peminjam yang
telah jatuh tempo namun belum mengangsur;
3) Membuat/ mengirim surat teguran III (ketiga) pada peminjam yang
telah jatuh tempo namum belum juga menanggapi teguran kedua.
4) Memberikan sanksi kepada peminjam yang tidak menanggapi teguran
III.
h. Membuat surat-surat perjanjian dengan pihak lain.

5. Wewenang
a. Memberikan nomor rekening pada buku pinjaman anggota .
b. Melakukan pengamanan atas data-data pembiayaan serta arsip-arsip
pendukung.
c. Mengeluarkan laporan resmi mengenai perkembangan pinjaman atas
persetujuan Manajer.
d. Tidak memberikan berKas/arsip kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan.
e. Ikut memberikan kontribusi/usulan dalam rapat para staf Bagian
Pemasaran.

6. Hubungan Kerja :

JABATAN YANG
PIHAK TUJUAN
DIHUBUNGI
a. Persetujuan laporan bulanan
b. Notulasi dalam rapat bagian
INTERNAL Manajer pemasaran
c. Persetujuan pencairan
pinjaman
a. Koordinasi pencairan
pinjaman
Kabag
b. Koordinasi masalah angsuran
Pemasaran

43
c. Koordinasi data pinjaman
lancar dan tidak lancar
a. Koordinasi ketersediaan Kas
untuk pencairan pinjaman.
Teller
b. koordinasi pencairan
pinjaman
EKSTERNAL Peminjam Pencairan Pinjaman

K. Staf Debt Collector (Penagihan)


1. Identitas Jabatan :
Unit Kerja : Bagian Pemasaran
Posisi dalam organisasi : di bawah Kabag Pemasaran

2. Fungsi Utama Jabatan


a. Melakukan penagihan terhadap angsuran baik pinjaman yang tidak
bermasalah maupun pinjaman bermasalah;
b. Memberikan jalan keluar dan langkah-langkah penyelesasian bagi anggota
yang mempunyai pinjaman bermasalah serta melakukan tindakan
penarikan, penyitaan, penjualan jaminan dan lain-lain yang berhubungan
dengan aspek hukum.
3. Tanggung jawab:
a. Memastikan angsuran yang harus ditarik telah tertagih sesuai dengan
waktunya;
b. Memastikan tidak ada selisih antara dana yang ditagih dengan dana yang
disetor ke Koperasi;
c. Menyelesaikan pinjaman yang bermasalah.
4. Tugas-Tugas Pokok
a. Memastikan angsuran yang harus dijemput telah ditagih sesuai dengan
waktunya:
1) Membuat jadual penagihan harian, mingguan dan bulanan;
2) Menyiapkan peralatan administrasi yang dibutuhkan untuk menagih
baik simpanan maupun pinjaman.
b. Memastikan tidak ada selisih antara dana yang dijemput dengan dana
yang disetor ke Koperasi:
1) Menghitung seluruh dana yang harus ditarik;
2) Membuat daftar angsuran anggota yang menyetorkan uangnya;
3) Menyerahkannya kepada Teller, dan memastikan tidak ada selisih
antara catatan dengan uang yang diserahkannya.
c. Membantu memberikan jalan keluar dan solusi bagi pinjaman anggota
yang bermasalah, melakukan penjualan jaminan dan upaya-upaya lainnya
baik secara kekeluargaan maupun hukum yang berlaku.

44
5. Wewenang
a. Menerima setoran dana atas nama koperasi terhadap peminjam maupun
penabung,sesuai kebijakan yang ada.
b. Melakukan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan aspek hukum
terhadap anggota yang bermsalah.

6. Hubungan Kerja

JABATAN
PIHAK YANG TUJUAN
DIHUBUNGI
Staf Promosi Koordinasi dalam hal angsuran

Penyiapan sebelum dilakukan penagihan


Staf Teller
INTERNAL (slip/ form/ memo)

Memberi informasi dan koordinasi (SP,


Anggota SW, SK, SBH, SIBISA, SIMAPAN, SIRAYA
dan SISUKA) serta produk pinjaman

D. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PENGELOLAAN KOPERASI


A. Pengelolaan dan Usaha Koperasi
1. Pengelolaan Koperasi dan usaha Koperasi dilakukan oleh Pengurus yang
bertangungjawab kepada Rapat Anggota.
2. Dalam hal Pengurus Koperasi mengangkat tenaga Pengelola (Manajer), maka
tugas pengelolaan teknis Koperasi tersebut diserahkan kepada Pengola yang
ditunjuk Pengurus untuk menjalankan tugas perencanaan kebijakan strategis,
pengawasan dan pengendalian usaha Koperasi.
3. Dalam keadaan sebagaimana dimaksud (2) Pengurus dapat mengangkat atau
tidak perlu mengangakat Auditor Internal (pengawas keuangan internal) sesuai
dengan kebutuhan dan keputusan Rapat Anggota.
4. Apabila Koperasi tidak mengangkat Pengawas keuangan, maka tugas pengawasan
keuangan dilakukan oleh Pengurus.
5. Pengelola Koperasi harus kerja purna waktu.
6. Apabila Pengurus mengangkat tenaga Pengelola (Manajer) maka Pengurus atau
anggota Pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola.
7. Pengelolaan Koperasi yang dilakukan oleh Manajer, maka Manajer
bertangungjawab pada Rapat Anggota dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki kemampuan manajerial yang baik;
b. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang efektif;
c. Memiliki aklak dan moral yang baik;
d. Memiliki kemampuan dan wawasan perkoperasian.

45
8. Pengurus dapat mengangkat Pengelola atau Manajer atau Direksi yang terdiri dari
satu orang atau lebih, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang keuangan dan atau
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana;
b. Memiliki akhlak dan moral yang baik;
c. Mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan
usaha Simpan Pinjam Koperasi.
9. Apabila Pengelola adalah badan usaha, harus memenuhi persyaratan minimal
sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan keuangan yang memadai;
b. Memiliki tenaga manajerial yang berkualitas.
10. Jika Pengelola lebih dari satu orang, maka sekurang-kurangnya 50% dari jumlah
Pengelola mempunyai keahilan di bidang keuangan.

B. Pengambilan Keputusan
1. Manajer tidak boleh mengambil keputusan di luar kewenangannya, jika terjadi
permasalahan dan harus memutuskan sesuatu di luar kewenangannya maka
permasalahan tersebut harus disampaikan kepada Pengurus untuk dibicarakan
dan diputuskan oleh Rapat Anggota.
2. Dalam mengambil keputusan, Pengelola harus mengacu pada landasan kerja
Koperasi.
3. Keputusan yang menjadi kewenangan Manajer:
a. Bersama dengan Pengurus merumuskan syarat dan prosedur pinjaman;
b. Bersama dengan Pengurus menentukan besarnya biaya administrasi
pinjaman;
c. Bersama dengan Pengurus menentukan besarnya plafond pinjaman;
d. Menolak, menangguhkan atau mengabulkan permohonan pinjaman yang
diajukan oleh anggota sesuai dengan plafond yang telah ditetapkan;
e. Bersama dengan Pengurus memutuskan manfaat dana yang menganggur
yang bersifat sementara.
4. Keputusan yang harus dibicarakan dan mendapat persetujuan pengurus:
a. Memutuskan pembiayaan yang lebih besar dari plafon yang telah ditetapkan;
b. Memutuskan rencana invsetasi terhadap dana yang menganggur;
c. Memutuskan syarat dan prosedur pinjaman.
5. Keputusan yang harus mendapat persetujuan Rapat Anggota:
a. Menentukan produk baru dalam bentuk Simpanan dan Pinjaman;
b. Menentukan Plafon Pinjaman;
c. Menentukan pembagian SHU;
d. Menentukan penggunaan dana menganggur untuk investasi;
e. Menentukan sumber dan besarnya dana tambahan.

C. Standar Penggunaan dan Pembagaian SHU


1. Peraturan Pembagian SHU
a. SHU tahun berjalan harus dibagikan sesuai dengan ketentuan AD/ ART;

46
b. Dalam hal pembagian SHU belum diatur dalam AD/ ART, maka keputusan
pembagian SHU harus menunggu keputusan rapat Anggota;
c. Pelaksanaan pembagian dan penggunaan SHU harus sesuai dengan keputusan
rapat Anggota dengan memperhatikan ketentuan:
1) Dibagikan kepada anggota secara adil dan berimbang berdasarkan jumlah
simpanan saham yang ditanamkan sebagai modal sendiri pada Koperasi
dan nilai partisipasi anggota;
2) Membiayai pendidikan dan latihan serta peningkatan keterampilan bagi
anggota, Pengurus, Pengawas, Pengelola dan karyawan;
3) Insentif, bonus/ reward bagi Pengelola dan karyawan;
4) Memberi Dana Kehormatan Pengurus dan Pengawas.

2. Prosedur Pembagian SHU koperasi


Dengan mengacu pada peraturan pembagian SHU di atas, maka prosedur
pembagian SHU dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tentukan pendistribusian pengunaan SHU dan besarnya prosentase
masing-masing bagian sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam AD/
ART sebagai berikut:
1) 20% (dua puluh persen) untuk Dana Cadangan Koperasi;
2) 55% (lima puluh lima persen) untuk anggota menurut perbandingan
jasanya dan partisipasi modal masing-masing:
a) 20% (dua puluh persen) untuk jasa pinjaman;
b) 35% (tiga puluh lima persen) untuk jasa simpanan saham;
3) 10% (sepuluh persen) untuk Dana Pengurus dan Pengawas;
4) 5% (lima persen) untuk Dana Kesejahteraan Pengelola dan karyawan;
5) 5% (lima persen) untuk dana Pendidikan Koperasi;
6) 5% (lima persen) untuk Dana Sosial.
b. Tentukan besarnya partisipasi dan modal masing-masing anggota;
c. Tentukan indeks pembagaian SHU dengan Rumusan yang ditentukan Koperasi
Kredit.

D. Standar Pengelolaan Harta Kekayaan Koperasi


1. Harta kekayaan Koperasi dapat dijadikan jaminan hutang lembaga dengan
dibebani hak tanggungan berdasarkan keputusan rapat anggota.
2. Harta kekayaan koperasi dapat langsung diatas namakan pada lembaga Koperasi
atau diatas namakan oleh Pengurus, Pengawas atau Pengelola dengan catatan:
orang yang bersangkutan membuat surat pernyataan di atas meterai/ notaris
yang menyatakan bahwa harta kekayaan tersebut adalah milik Koperasi.
3. Kepemilikan harta kekayaan Koperasi, setidaknya memiliki kejelasan :
a. stastus kepemilikan;
b. tanggal perolehan;
c. kondisi fisik;
d. harga perolehan.

47
E. Standar Pembubaran Koperasi
1. Pembubaran oleh anggota
a. Koperasi dapat dibubarkan oleh anggota berdasarkan keputusan Rapat
Anggota sesuai dengan ketentuan Undang-undang nomor 25 tahun 1992
tentang perkoperasian;
b. Pembubaran Koperasi oleh anggota dilaksanakan melalui tatacara sebagai
berikut:
1) Koperasi menyelenggarakan Rapat Anggota tentang pembubaran Koperasi
yang antara lain menetapkan kuasa rapat anggota dan membentuk tim
penyelesaian yang bertangungjawab kepada kuasa rapat Anggota;
2) Kuasa Rapat Anggota memberitahukan keputusan pembubaran Koperasi
tersebut secara tertulis kepada semua anggota dan instansi terkait;
3) Anggota dan instansi terkait yang membidangi pembinaan koperasi
berhak mengajukan keberatan terhadap rencana pembubaran Koperasi
dalam jangka waktu 2 (dua) bulan sejak tanggal diterimanya
pemberitahuan dari kuasa pembubaran Koperasi tersebut dan selama
pemberitahuan pembubaran Koperasi tersebut belum diterima oleh
Pemerintah dan anggota, maka pembubaran Koperasi belum berlaku;
4) Kuasa Rapat Anggota mengeluarkan keputusan tentang diterima atau
ditolaknya keberatan atas rencana pembubaran, paling lambat 1 (satu)
bulan sejak tanggal diterimanya pernyataan keberatan dari Pemerintah
atau anggota;
5) Tim penyelesaian mempunyai hak, wewenang dan kewajiban untuk
meyelesaikan seluruh penyelesaian seluruh masalah dan hal-hal yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban Koperasi;
6) Kuasa Rapat Anggota menyampaikan hasil penyelesaian pembubaran
kepada instansi yang membidangi Koperasi di tempat kedudukan Koperasi
yang bersangkutan;
7) Instansi Pemerintah setempat (Dinas Koperasi) menyampaikan keputusan
Rapat Anggota tentang pembubaran Koperasi dan laporan penyelesaian
pembubaran Koperasi kepada Deputi Bidang kelembagaan kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
8) Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan Usaha kecil dan
menengah mengumumkan pembubaran Koperasi yang bersangkutan
melalui Berita Negara.
c. Apabila dalam proses pembubaran Koperasi oleh anggota terdapat
perselisihan, maka penyelesaian dapat diajukan ke kantor pengadilan
setempat.

2. Pembubaran oleh Pemerintah


a. Koperasi dapat dibubarkan oleh Pemerintah sesuai dengan tata cara
pembubaran koperasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 17 tahun 1994 tentang pembubaran koperasi oleh Pemerintah dan
petunjuk pelaksanaannya;

48
b. Dalam masa penyelesaian, pembayaran kewajiban-kewajiban Koperasi
dilakukan berdasarkan urutan sebagai berikut:
1) Gaji pegawai yang terhutang;
2) Biaya perkara di pengadilan;
3) Biaya lelang;
4) Pajak Koperasi;
5) Biaya kantor: listrik, telepon, air, sewa gedung, dll;
6) Penyimpan dana atau penabung yang pembayarannya dilakukan secara
berimbang untuk setiap penyimpan dalam jumlah yang ditetapkan oleh
Tim penyelesaian berdasarkan persetujuan Pemerintah.
c. Segala biaya yang berkaitan dengan penyelesaian dibebankan pada harta
kekayaan Koperasi atau yang bersangkutan dan dikeluarkan terlebih dahulu
dari dana yang ada atau setiap hasil pencairan harta tersebut;
d. Biaya pegawai, kantor dan pencairan harta kekayaan selama masa
penyelesaian disusun dan ditetapkan oleh pihak yang melakukan
pembubaran;
e. Honor Tim penyelesaian ditetapkan oleh pihak yang melakukan pembubaran
dalam jumlah yang tetap dan berdasarkan persentase dari setiap hasil
pencairan harta kekayaan;
f. Apabila setelah dilakukan pembayaran kewajiban dan biaya penyelesaian
sebagaimana dimaksud masih terdapat sisa harta kekayaan Koperasi, maka
sisa harta tersebut dibagikan kepada anggota Koperasi.

49
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGELOLAAN USAHA KOPERASI

A. STANDAR BATAS LAYANAN


Pasal 44 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian menyatakan
bahwa koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha
simpan pinjam dari dan untuk anggota dan calon anggota koperasi yang bersangkutan,
koperasi lain dan atau anggotanya.
Ketentuan tersebut menjadi dasar dan kekuatan hukum bagi koperasi untuk
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam baik sebagai salah satu atau satu-satunya
kegiatan dan usaha koperasi.
Atas dasar itu maka pelaksanaan kegiatan simpan-pinjam oleh Koperasi Bahtera
Sejahtera Jawa Timur harus diatur secara khusus sesuai dengan ketentuan
Undang-undang perbankan dan Undang-undang perkoperasian.
SOP pada bagian ini mencakup ketentuan-ketentuan, kebijakan dan seluruh proses
prosedur pelayanan penghimpunan dan penyaluran dana Koperasi dan Usaha Koperasi.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan, transparansi dan akuntabilitas
Koperasi dan Usaha Koperasi kepada para anggotanya yang berfungsi sebagai pemilik
dan sekaligus sebagai pengguna jasa, serta pengawas internal Koperasi.
Beberapa ketentuan dan kebijakan yang harus dipenuhi dan dipatuhi oleh pihak
manajemen (Pengelola) Koperasi dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dana dan
penyeluran dana adalah sebagai berikut.

B. STANDAR JENIS PENGHIMPUNAN DANA


Sumber dana yang dapat dihimpun oleh Koperasi digolongkan menjadi 3 golongan
yaitu: Modal Sendiri, Modal Hutang dan Modal Penyertaan.

1. MODAL SENDIRI
Modal Sendiri adalah Modal Dasar Koperasi yang diperoleh dari simpanan saham
yang terdiri: Simpanan Pokok (SP), Simpanan Wajib (SW) dan Simpanan Kapitalisasi
(SK).

a. Simpanan Pokok ( SP)


Simpanan Pokok adalah Simpanan Saham yang diperhitungkan sebagai modal
Koperasi dan disetor pada saat mendaftar menjadi. Sistem pembayaran
kontan.

b. Simpanan Wajib ( SW)


Simpanan Wajib adalah Simpanan yang diperhitungkan sebagai Modal Dasar
Koperasi dan disetor secara berkala atau setiap satu bulan sekali dalam
jumlah yang sama dan tidak dapat kurang. Anggota yang tidak aktif menyetor
Simpanan Wajib akan diberi peringatan/ sanksi :

50
1) Anggota kehilangan hak memperoleh SHU dan Balas Jasa Simpanan
Saham;
2) Anggota tidak dapat mengajukan klaim Perlindungan SimpananPinjaman
Anggota (Permata/ Asuransi simpanan saham).
Apabila Anggota ingin menyetor Simpanan Wajib melebihi ketentuan dapat
disetor pada Simpanan Kapitalisasi atau pada Simpanan Saham Sukarela.

c. Simpanan Kapitalisasi
Simpanan Kapitalisasi adalah simpanan saham yang diperoleh dari pinjaman/
simpanan sukarela guna memperkuat modal Koperasi.
1) Simpanan Kapitalisasi yang disetor secara sukarela (sewaktu-waktu);
2) Simpanan Kapitalisasi yang berasal dari pembagian Deviden atau SHU
yang tidak diambil setelah 1 bulan sejak tanggal RAT;
3) Simpanan Kapitalisasi ini menjadi Modal Sendiri Koperasi. Selanjutnya
dapat dilihat dalam Buku Anggota dengan sandi SK.
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan Simpanan Kapitalisasi tersebut di atas
merupakan Simpanan Saham. Simpanan Saham ini tidak dapat diambil kecuali
bila Anggota mengundurkan diri atau dikeluarkan. Simpanan Saham
digunakan sebagai patokan pembagian Surplus Hasil Usaha (SHU) dan Balas
Jasa Simpanan lain. Dan untuk perlindungan keamanan modal Koperasi,
Simpanan Saham dan Pinjaman Anggota diasuransikan di Puskopdit melalui
PERMATA yang preminya dibayar oleh Koperasi Bahtera Sejahtera.

2. MODAL HUTANG
Modal Hutang adalah modal yang didapat dari simpanan Anggota atau pinjaman
lembaga lain. Modal hutang yang berasal dari simpanan anggota dan calon anggota
disebut simpanan non saham. Simpanan non saham terdiri dari :
a. Simpanan Bunga Harian disingkat SIBUHAR, kode akun SBH;
b. Simpanan Sukarela Berjangka disingkat SISUKA, kode akun SSK;
c. Simpanan Biaya Siswa, disingkat SIBISA, kode akun SBS ;
d. Simpanan Masa Depan, disingkat SIMAPAN, kode akun SMP;
e. Simpanan Hari Raya, disingkat SIRAYA, kode akun SRY;

a. Simpanan Bunga Harian (SIBUHAR)


SIBUHAR adalah Simpanan Bunga Harian yang dapat disetor dan diambil
sewaktu-waktu dengan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Penutupan rekening SIBUHAR dikenakan biaya administrasi;
2) Jasa Simpanan dikenakan pajak.

b. Simpanan Sukarela Berjangka (SISUKA)


SISUKA adalah Simpanan Sukarela Berjangka (Deposito) yang terdiri sebagai
berikut:
1) Besar Simpanan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan kelipatannya;
2) Jangka waktu : 3 bulan

51
3) Jangka waktu : 6 bulan
4) Jangka waktu : 12 bulan
5) Jasa Simpanan dapat diambil setiap tanggal jatuh tempo bulanan;
6) Penarikan simpanan tidak dapat diwakilkan kecuali ada surat kuasa
bermeterai;
7) Penarikan simpanan sebelum jatuh tempo dikenakan denda dari total
Jasa Simpanan yang sudah dibayarkan;
8) Jasa Simpanan dikenakan pajak;
9) Pembukaan rekening dikenakan Biaya buku.

c. Simpanan Biaya Siswa (SIBISA)


1) Simpanan Biaya Siswa adalah simpanan yang terikat oleh suku bunga
Jasa Simpanan dan jangka waktu;
2) Kontrak simpanan 5 (lima) tahun;
3) Simpanan dan Jasa Simpanan diambil pada saat jatuh tempo;
4) Apabila menunggak 3 bulan, perjanjian dianggap batal dan simpanan
dikenakan denda dari jasa yang dibayarkan;
5) Apabila tertanggung meninggal dunia, maka simpanan dikembalikan
sebesar pokok dan Jasa Simpanan tanpa denda; tertanggung tidak dapat
dialih namakan;
6) Pembatalan kontrak sebelum jatuh tempo dikenakan denda;
7) Jasa Simpanan dikenakan pajak;
8) Pembukaan rekening dikenakan Biaya buku.

d. Simpanan Masa Depan (SIMAPAN)


1) Simpanan Masa Depan adalah simpanan dana pensiun yang terikat oleh
suku bunga/ Jasa Simpanan dan jangka waktu;
2) Besar Simpanan awal Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau
kelipatannya;
3) Simpanan dapat diambil mulai bulan ke-61 (setelah 5 tahun);
4) Apabila menunggak 3 kali berturut-turut perjanjian dianggap batal dan
simpanan dikenakan denda dari jasa yang dibayarkan;
5) Apabila tertanggung meninggal dunia, simpanan dikembalikan sebesar
pokok dan Jasa Simpanan tanpa denda; tertanggung tidak dapat dialih
namakan;
6) Masa kontrak minimal 10 tahun;
7) Jasa Simpanan dikenakan pajak;
8) Pembukaan rekening dikenakan Biaya buku.

e. Simpanan Hari Raya (SIRAYA).


Simpanan Hari Raya adalah simpanan yang disetor sewaktu-waktu dengan
ketentunan sebagai berikut:
1) Diambil 1 minggu sebelum hari raya;

52
2) Apabila simpanan tidak runtut per bulan, maka simpanan dikembalikan
dengan Denda dari jasa yang dibayarkan;
3) Jasa Simpanan dikenakan pajak;
4) Pembukaan rekening dikenakan Biaya buku.

f. Simpanan Akselerasi (SIAKSEL)


1) Simpanan Akselerasi adalah simpanan yang disetor dari pinjaman;
2) Besar Simpanan minimal Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
3) Apabila tertanggung meninggal dunia, simpanan dan jasa smpanan
dikembalikan tanpa denda, pinjaman dianggap lunas;
4) Masa kontrak 36 bulan;
5) Jasa Simpanan dikenakan pajak;
6) Pembukaan Rekening dikenakan biaya buku.
Peraturan lain-lain mengenai simpanan diatur dalam Standard Operational
Management (SOM)

3. MODAL PENYERTAAN
Modal Penyertaan adalah modal Koperasi yang diperoleh dari
Anggota atau calon Anggota yang menyertakan sahamnya sebagai kapital atau
modal koperasi. Modal penyertaan ini tidak dapat ditarik sebelum tahun buku
berakhir. Modal Penyertaan disetor secara kontan sebagai modal Koperasi dan
tidak mendapat Jasa Simpanan, tetapi diperlakukan sebagai pemilik saham yang
akan mendapat deviden pada akhir tahun buku. Penghitungan deviden dari
Modal Penyertaan sama dengan penghitungan Simpanan saham. Modal
Penyertaan ini bersifat sementara atau sesuai kontrak Modal Penyertaan tidak
boleh melebihi 20% dari jumlah Simpanan Saham anggota.

C. KEBIJAKAN DAN KETENTUAN PENGHIMPUNAN DANA


1. Ketentuan umum
a. Umum
1) Koperasi dapat menghimpun dana dari anggota, calon anggota, Koperasi
lain dalam bentuk simpanan harian dan simpanan berjangka;
2) Semua bentuk simpanan memungkinkan untuk dikembangkan yang
esensinya tidak menyimpang dari peraturan yang ada dan sesuai dengan
kepentingan dan manfaat anggota;
3) Besarnya jasa simpanan ditentukan dalam rapat anggota;
4) Koperasi dan Usahanya harus memiliki standar pelayanan yang terdiri:
a) Kebijakan pemberian jasa simpanan;
b) Kebijakan pembagian Sisa Hasil Usaha;
c) Kebijakan perlindungan simpanan dan pinjaman yang tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku;
d) Kebijakan untuk menarik Simpanan;
e) Kebijakan untuk mengajukan pinjaman;
f) Kebijakan untuk menyampaikan ketidakpuasan pelayaanan anggota.

53
b. Kebijakan dan Ketentuan Simpanan
1) Yang dapat menjadi penyimpan adalah perorangan, perkumpulan organisasi
masyarakat dan lembaga berbadan hukum;
2) Setiap penyimpan harus terlebih dahulu menjadi anggota atau calon
anggota;
3) Penyetor simpanan dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak harus pemilik
simpanan, namun penarikan simpanan harus dilakukan oleh pemilik yang
sah atau dapat dikuasakan kepada pihak lain dengan disertai surat kuasa.
4) Proses pembukaan, penutupan, kartu simpanan hilang dan keluhan dari
anggota ditangani/ dikoordinasikan langsung oleh staf Customer Service
(Staf Pelayanan anggota) atau staf lain yang berkaitan;
5) Sistem dan kebijakan tarif/ biaya Simpanan diatur sebagai berikut:
a) Reward/ hadiah untuk simpanan tidak dijanjikan kepada anggota, tetapi
Koperasi dapat memberikan hadiah sewaktu-waktu sesuai kebijakan
manajemen;
b) Jasa simpanan/ bunga simpanan dibayarkan pada setiap akhir bulan;
c) Seluruh jasa simpanan/ bunga simpanan akan dikreditkan secara
langsung ke dalam masing-masing rekening simpanan yang
bersangkutan;
d) Simpanan yang selama 1 (satu) tahun atau selama periode tertentu tidak
aktif dengan saldo di bawah atau sebesar minimal tertentu tidak
mendapat bunga;
e) Rekening simpanan yang ditutup karena permintaan anggota dikenakan
biaya administrasi tutup rekening sebesar jumlah yang ditetapkan oleh
Pengurus dan Manajer dalam Pola Kebijakan;
f) Besarnya setoran awal untuk masing-masing produk simpanan serta
realisasi setoran selanjutnya akan ditetapkan oleh Pengurus dan
Manajer dalam Pola Kebijakan.
g) Tanda tangan yang tercantum dalam kartu contoh tanda tangan
(spesimen) adalah tanda tangan dari penyimpan dan dalam keadaan
tertentu penyimpan dapat menerbitkan surat kuasa penarikan simpanan
kepada pihak lain. Jika Koperasi tidak menggunakan data spesimen
anggota untuk pelaksanaan verifiKasi pembayaran, maka untuk
memastikan keputusan pembayaran harus dimintakan bukti identitas
asli anggota (KTP/ SIM).
h) Koperasi dapat pula mengoptimalkan pelayanan transaksi keuangan di
luar kantor. Untuk kelancaran transaksi di lapangan, Manajer Koperasi
dapat menunjuk petugas untuk melakukan pelayanan transaksi di
lapangan, namun penanganan proses operasional tetap menjadi
tanggung jawab dan harus dikoordinasikan kepada masing-masing unit
kerja terkait sesuai proses transaksinya sebagaimana di atas, dengan
tambahan kebijakan sebagai berikut:
h.1) Transasksi di lapangan/ loKasi di luar kantor harus sudah
dipertanggungjawabkan oleh petugas/ staf yang bersangkutan

54
pada hari yang sama sebelum tutup Kas. Manajer Koperasi harus
menetapkan batas cut-off pertanggungjawaban transasksi
lapangan tersebut;
h.2) Tansaksi di lapangan/ luar kantor yang sudah melampaui batas
cut-off pertanggungjawaban (Kas telah ditutup tetapi petugas
masih di lapangan), maka transaksi akan dilakukan keesokan
harinya. Terhadap transaksi sejenis ini maka Manajer yang
bersangkutan harus melakukan monitoring dan pengawasan untuk
tujuan pengamanan transaksi dan harta perusahaan yang dipegang
oleh petugas lapangan.
h.3) Untuk tujuan koordinasi dan keamanan, terhadap transaksi di
lapangan ditetapkan ketentuan sebagai berikut:
(3.a) Petugas di lapangan bertangungjawab penuh atas seluruh
transaksi yang terjadi di lapangan;
(3.b) Untuk tujuan pengamanan (kontrol), jumlah penarikan di
atas jumlah tertentu harus dilakukan konfirmasi terlebih
dahulu sebelum penarikan kepada petugas yang berwenang
di kantor Koperasi;
(3.c) Setiap petugas lapangan harus mempertanggungjawabkan
penggunaan uang Kas sebelum tutup Kas;
(3.d) Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan penutupan
simpanan di lapangan tidak diperkenankan guna koodinasi
kerja.

2. Prosedur Penghimpunan Dana


a. Prosedur Pembukaan Simpanan
1) Anggota melengkapi formulir pembukaan simpanan sesuai dengan jenis
simpanan dan menyerahkan formulir pembukaan simpanan dan kartu
identitas diri (KTP/ SIM dan KK) kepada staf pelayanan (Customer Service);
2) Staf Customer Service (pelayanan anggota) memeriksa dan meneliti seluruh
persyaratan yang diserahkan oleh anggota. Bila identitas diri tidak cocok
dengan data yang tertera dalam formulir pembukaan tabungan, staf
mengembalikan data kepada anggota supaya dilengkapi;
3) Staf Customer Service menyiapkan formulir tanda tangan dan kemudian
diserahkan kepada anggota;
4) Anggota membubuhkan tanda tangan pada formulir dan menulis nama
terang;
5) Staf Customer Service memeriksa dan melakukan verifiKasi tanda tangan
dengan kartu identitas diri anggota:
a) Bila tidak cocok, staf Customer Service mengembalikan formulir tanda
tangan untuk diperbaiki;
b) Bila cocok, maka staf Customer Service melakukan input ke sistem
komputer untuk mendapatkan nomor simpanan;
c) Menyiapkan buku tabungan.

55
6) Staf Customer Service menyerahkan fotokopi kartu identitas anggota,
formulir tandatangan, formulir pembukaan dan buku tabungan kepada
Kabag Operasional;
7) Kabag Operasional melakukan pemeriksaan, memberikan persetujuan,
memberi paraf/ tanda tangan di atas buku tabungan;
8) Kabag Operasional memberikan kembali kepada staf Customer Service;
9) Anggota melengkapi data slip dan uang tunai menyerahkan kepada Staf
Teller;
10) Teller melakukan validasi data anggota pada buku simpanan;
11) Teller melakukan kegiatan simpanan sesuai prosedur penyetoran tabungan
dan anggota menerima kembali buku tabungan.

b. Prosedur Penyetoran Simpanan


1) Anggota mengisi slip setoran simpanan;
2) Anggota menyerahkan buku simpanan, slip dan uang tunai kepada Teller;
3) Teller menerima buku simpanan, slip setoran dan uang tunai serta
melakukan penghitungan atas uang setoran yang diterima dari anggota
sesuai prosedur penerimaan uang tunai;
4) Teller melakukan input/ posting ke menu penyetoran pada sistem komputer
dan pada akhir hari atau setelah tutup Kas;
5) Teller melakukan validasi slip setoran tabungan dan mencetak mutasi
setoran tersebut ke dalam buku simpanan dan menyerahkan kembali
kepada anggota;
6) Teller melampirkan slip setoran ke dalam daftar penerimaan Kas.

c. Prosedur Pengambilan Simpanan


1) Bila pengambilan simpanan secara tunai, anggota melengkapi slip
pengambilan simpanan dan menyerahkan slip dan buku simpanan kepada
Teller;
2) Teller menerima slip pengambilan dan buku simpanan dari anggota dan
melakukan verifiKasi tanda tangan apakah telah sesuai kartu spesimen
tanda tangan;
3) Teller melakukan input/ posting ke sistem komputer dengan menu
pengambilan/ penarikan;
a) Bila besarnya pengambilan simpanan sesuai dengan besarnya limit yang
diberikan kepada Teller, maka dapat diproses langsung;
b) Bila besarnya pengambilan simpanan melebihi limit simpanan, maka
Teller menyerahkan buku simpanan dan slip pengambilan kepada Kabag
Operasional.
4) Kabag Operasional melakukan verifiKasi untuk melihat kebenaran transaksi
dan kemudian memberikan persetujuan;
5) Kabag Operasional menyerahkan kembali buku simpanan dan slip kepada
Teller untuk diproses;

56
6) Teller melakukan validasi slip pengambilan simpanan dan melakukaan
mutasi pengambilan tersebut ke dalam buku simpanan;
7) Teller menyiapkan pembayaran dan melakukan penghitungan uang sesuai
prosedur peengeluaran Kas;
8) Buku simpanan dan uang pengambilan telah diterimakan anggota;
9) Pada akhir hari Teller melakukan jurnal listing (laporan jurnal) terhadap
pengeluaran Kas dan melampirkan slip pengambilan simpanan tersebut ke
dalam daftar transaksi.

d. Prosedur Penutupan Simpanan


1) Anggota mengisi formulir penutupan simpanan dan slip penarikan simpanan
dengan tanpa mencantumkan besarnya nominal saldo simpanan kepada
Staf Customer Service untuk diadakan pemeriksaan;
2) Staf Customer Service melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran
pengisian, jika telah sesuai segera serahkan formulir penutupan, slip
pengambilan berikut buku tabungan kepada Teller untuk diproses;
3) Bila dana penutupan simpanan diambil secara tunai, Teller melakukan
verifiKasi tanda tangan sesuai prosedur;
4) Teller melakukan input atas transaksi pengambilan pada sistem komputer
dengan menu penutupan simpanan dan perhatikan saldo yang
dikonfirmasikan oleh sistem atas penutupan tersebut;
5) Teller menyiapkan pembayaran dikurangi biaya penutupan rekening dan
melakukan penghitungan uang dan mencatat pengeluaran tersebut ke
dalam daftar pengeluaran Kas;
6) Setelah uang diserahkan kepada anggota, Teller menyimpan slip
pengambilan/ formulir pengunduran diri dan buku simpanan yang ditutup;

e. Prosedur kehilangan Buku Simpanan


1) Anggota menyerahkan surat keterangan kehilangan kepada Staf Customer
Service. Selanjutnya staf menyerahkan surat keterangan tersebut kepada
Kabag Operasional untuk dilakukan verifiKasi tanda tangan;
2) Kabag melakukan verifiKasi tanda tangan dan menyerahkan kepada Staf
Teller;
3) Staf Teller melakukan pengecekan data pada arsip yang ada dan melakukan
pengecekan dengan identitas diri anggota:
a) Bila tidak cocok, dikembalikan kepada anggota;
b) Bila cocok, maka penerbitan buku baru bisa dilakukan.

f. Prosedur Pencairan Jasa Simpanan/ Bunga Simpanan


1) Setiap hari staf Teller harus melakukan pengecekan apakah jasa simpanan
harian dan simpanan berjangka sudah sesuai dengan keadaan
kebenarannya;
2) Jika terdapat terdapat kesalahan yang bersifat error system, lakukan display
master masing-masing simpanan;

57
3) Jika tidak terdapat kesalahan dan telah sesuai antara data dengan buku
simpanan/ kartu simpanan dengan slip debet pencairan, maka dapat
diinstruksikan kepeda teller untuk pencairan jasa simpanan/ bunga
simpanan;
4) Pencairan jasa simpanan simpanan harian pada akhir bulan dan pencairan
jasa simpanan simpanan berjangka pada tanggal jatuh tempo bulanan.

D. LAYANAN PINJAMAN
1. Pinjaman Umum (PU)
Pinjaman Umum adalah pelayanan pinjaman kepada anggota untuk modal usaha,
biaya pendidikan dan kebutuhan konsumsi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Plafond pinjaman maksimal dan minimal ditentukan oleh rapat anggota;
b. Sistem pengembalian diangsur setiap bulan maksimal 10 (sepuluh) bulan atau
sesuai perjanjian;
c. Semua pinjaman disertai Jaminan;
d. Penambahan pinjaman baru dapat dilakukan meskipun pinjaman lama belum
dilunasi;
e. Penambahan pinjaman tersebut dapat dilakukan setelah angsuran pinjaman
lama mencapai 50%;
f. Penambahan pinjaman baru dapat direalisasi apabila angsuran, Jasa Pinjaman
dan tanggungan lain telah dilunasi;
g. Penambahan pinjaman baru dapat direalisasi apabila dianggap layak oleh
Manajer.

2. Pinjaman Khusus (PK)


Pinjaman Khusus adalah pelayanan pinjaman yang digunakan untuk pembelian
kendaraan bermotor (kredit motor)/ pembelian tanah/ rumah (kredit perumahan)
dan untuk modal usaha musiman. Plafond pinjaman ditentukan oleh Rapat
Anggota.

a. Pinjaman Khusus Kendaraan Bermotor (PKKB):


Kredit Kendaraan Bermotor yang dimaksud adalah kredit kendaraan bermotor
baru baik roda dua, roda tiga maupun kendaraan roda empat dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Besar pinjaman sesuai dengan harga kendaraan;
2) Sistem pengembalian diangsur setiap bulan, maksimal 36 bulan;
3) Peminjam harus memiliki simpanan minimal 20% dari harga kendaraan;
4) BPKB harus diserahkan ke Koperasi sebagai jaminan;
5) Biaya administrasi bayar di muka.

b. Pinjaman Khusus Perumahan (PKP)


Kredit perumahan adalah pinjaman yang diberikan untuk pembelian tanah /
pembangunan rumah dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Sistem pengembalian diangsur setiap bulan, maksimal 36 bulan;

58
2) Peminjam memiliki simpanan minimal 20% dari jumlah pinjaman yang
diajukan;
3) Pengajuan Pinjaman harus disertai dengan jaminan;
4) Biaya administrasi bayar di muka.

c. Pinjaman Khusus Modal Berjangka (PKMB)


1) Administrasi dan Jasa Pinjaman bayar di muka;
2) Plafon pinjaman maksimal Rp 25.000.000,-;
3) Peminjaman memilki simpanan minimal 20% dari pinjaman;
4) Pengembalian pinjaman dibayar secara kontan;
5) Pinjaman disertai jaminan.

3. Pinjaman Mikro (PM)


Pinjaman Mikro adalah pelayanan pinjaman dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pinjaman yang berlaku untuk pinjaman kecil;
b. Sistem pengembalian diangsur setiap bulan, maksimal 10 (sepuluh) kali;
c. Jaminan pinjaman: simpanan saham atau simpanan non saham yang jumlahnya
minimal sama dengan jumlah pinjaman atau Simpanan Anggota Penjamin.

4. Cara Pengembalian Pinjaman


Cara pengembalian pinjaman ditentukan atas dasar kesepakatan/ perjanjian
antara Koperasi dengan anggota yaitu:
a. Pembayaran melalui pendebetan saldo rekening;
b. Anggota membayar sendiri ke kantor Koperasi;
c. Koperasi melakukan penagihan pada anggota.

E. PROSEDUR PINJAMAN
1. Syarat-syarat Pinjaman
Untuk menjaga kedisiplinan dan kepatuhan,bagi setiap Staf Kredit Koperasi
harus mengikuti langkah-langkah dan prosedur proses persetujuan pinjaman yang
meliputi:
a. Permohonan Pinjaman
1) Koperasi hanya akan memberikan fasilitas pinjaman yang diajukan secara
tertulis, baik untuk pinjaman baru, penambahan pinjaman, perpanjanagn
pinjaman, maupun perubahan syarat pinjaman dengan menggunakan
formulir yang disediakan oleh Koperasi:
2) Permohonan pinjaman berisi:
(a) Gambaran umum usaha;
(b) Rencana atau prospek usaha;
(c) Perincian pengunaan pinjaman;
(d) Jumlah dan jangka waktu pinjaman;
(e) Proyeksi/ gambaran pengembalian pinjaman.

59
b. Legalitas Pinjaman
Pinjaman hanya berlaku untuk anggota dan calon anggota yang bersifat
perorangan, dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1) Fotokopi KTP/ SIM suami isteri (yang masih berlaku);
2) Fotokopi Kartu Keluarga dan surat nikah yang masih berlaku;
3) Fotokopi rekening listrik, telpon dan PDAM;
4) Surat keterangan tempat usaha (kios, toko);
5) Peta loKasi rumah tinggal dan tempat usaha;
6) Daftar barang dan atau spesifiKasi barang jika pengajuan pinjaman untuk
pembelian barang;
7) Foto SIUP/ Badan Hukum bila memiliki usaha;
8) Menyerahkan daftar keadaan keuangan sederhana (dapat dibuat bersama
Staf Kredit);
9) Menyerahkan Surat Perjanjian Kontrak (SPK) bila pinjaman untuk membiayai
modal kerja suatu proyek;
10) Data jaminan dan hubungan hukum dengan jaminan.
c. Analisis Pinjaman
1) Setiap calon anggota yang telah memenuhi persyaratan pinjaman harus
dilakukan analisis secara tertulis dengan mengedepankan:
(a) Analisis yang menggambarkan semua informasi yang berkaitan erat
dengan usaha dan data pemohon, termasuk (jika diperlukan) hasil
penelitian pada pinjaman bermasalah;
(b) Analisis menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh
pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pemohon pinjaman;
(c) Analisis pembiayaan dilakukan secara konsisten dan profesional dan
tidak hanya untuk memenuhi prosedur pinjaman.
2) Faktor-faktor Analisis Pinjaman
Faktor-faktor yang dianalisis sebagai dasar penilaian kelayakan untuk
pemberian pinjaman meliputi:
(a) Kemauan/ niat bayar
Analisis ini penting dilakukan oleh Staf Kredit untuk memperoleh
informasi yang benar terhadap calon peminjam tentang:
(b) Character (akhlak)
Akhlak calon peminjam hendaknya diketahui secara baik oleh Staf Kredit
(Account Officer). Mereka tidak termasuk orang yang berperilaku boros,
tidak disiplin, suka berspekulasi atau kebiasaan buruk lain.
(c) Integritas
(1) Untuk mengetahui apakah calon peminjam mempunyai komitmen
yang baik terhadap janji, waktu, tata nilai aturan dan pinjaman,
ucapannya tidak boleh menyimpang dari perbuatannya;
(2) Untuk mengetahui karakter dan integritas calon peminjam dilakukan
melalui teknik wawancara dan cross check kepada keluarga, tetanga,
teman, rekan usaha, dll.

60
(d) Kemampuan bayar (Ability To Pay)
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan kemampuan
anggota sebagai calon peminjam meliputi:
(1) Tujuan Penggunaan Pinjaman
Staf Kredit harus mengetahui secara pasti tentang tujuan
penggunaan pinjaman. Apakah untuk modal kerja , investasi, biaya
pendidikan, biaya sakit, dll;
(2) Analisis keberadaan Usaha
Yaitu analisis keberadaan dan kelangsungan usaha yang dimiliki
anggota:
2.a. Analisis Nilai (Value)
Apakah usaha yang dimiliki calon peminjam bermanfaat dan
sudah dikenal masyarakat sekitar. Apakah produk, proses,dan
sistem pemasaran sudah sesuai dengan aturan yang benar.
2.b. Analisis Yuridis
Identitas usaha harus sudah resmi,sudah punya ijin resmi dari
intansi yang berwenang ( SIUP,TDP,TDR,NPWP,Akta Pendirian
dll).
(3) Analisis Kondisi usaha
Untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan oleh calon
peminjam cukup baik, dalam artian hasilnya sudah mampu
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, mampu menutup biaya
operasional dan ada kelebihan pendapatan yang bisa dijadikan
sebagai akumulasi modal sehingga usahanya akan terus
berkembang. Dan apabila kebutuhan modal usahanya dibiayai oleh
Koperasi, maka usahanya tersebut mampu membayar kembali
kepada Koperasi dan mampu berkembang sehingga volume
usahanya semakin besar.
(4) Analisis Kemampuan Usaha dan Manajemen
Calon peminjam haruslah memiliki kemampuan mengelola
usaha secara profesional, tangguh dan ulet. Pengalaman dalam
mengelola usaha tidak diragukan atau sekurang-kurangnya sudah
berpengalaman 2 (dua ) tahun.
(e) Analisis Jaminan
(1) Jaminan (agunan) dalam pinjaman adalah sebagai komplemen dalam
perikatan kelayakan pinjaman setelah diyakini benar atas kelayakan
pemberian pinjaman;
(2) Fungsi jaminan dapat dijadikan sebagai sumber terakhir pengganti
pelunasan pinjaman, apabila anggota sudah benar-benar tidak
mempunyai kemampuan lagi untuk membayar pinjaman. Pihak
Koperasi sebelumnya telah berupaya memberikan masa tangguh dan
upaya lain agar tidak terjadi pengambilan jaminan sebagai sumber
pembayaran pelunasan pinjaman. Selain itu Jaminan (agunan)

61
dijadikan sebagai pelunasan pinjaman apabila anggota benar-benar
melakukan tindakan ingkar janji dengan sengaja.
(3) Bentuk Jaminan dibagi dua yaitu:
3.a Jaminan Utama
a.1 Benda tak bergerak (tanah dan bangunan)
Berdasarkan atas hak kepemilikan atas tanah terdiri
atas:
1.1 Akte Jual beli
Akte jual beli bukan merupakan tanda kepemilikan
hak atas suatu tanah. Untuk jaminan ini, pemohon
wajib melengkapi dilengkapi surat keterangan
Riwayat Tanah (SKRT) yang diketahui oleh Lurah/
Kepala Desa dan Camat. Akte Jual beli yang
dijadikan jaminan untuk pembiayaan yang
berjangka lebih dari satu (1) tahun dimohon untuk
disertifikatkan;
1.2 Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha,
Hak Pakai;
Untuk sertifikat selain Hak Milik, kepemilikkan tanah
mempunyai jangka waktu tertentu. Oleh karena itu
harus diperiksa batas waktu kepemilikannya;
1.3 Untuk jaminan tanah yang di atasnya didirikan
bangunan namun belum/ tidak memiliki Surat Ijin
mendirikan Bagunan (IMB), maka yang dinilai oleh
petugas penilai (appraiser) hanya tanahnya saja.
a.2 Benda Bergerak (Kendaraan)
Jaminan berupa kendaraan harus memperhatikan:
2.1 Usia sepeda motor maksimal tujuh (7) tahun, mobil
maksimal 10 (sepuluh) tahun;
2.2 Apabila kepemilikan kendaraan bermotor tersebut
berasal dari pihak lain yang dibeli oleh calon
peminjam dan belum balik nama, maka calon
peminjam wajib menyertakan bukti transaksi asli/
kwitansi pembelian bermeterai.
3.b Jaminan Tambahan
b.1 Benda Tak Berwujud
Jaminan Benda Tak Berwujud berupa simpanan saham
dan Simpanan Non saham:
1.1 Jaminan simpanan saham berupa Simpanan Pokok,
Simpanan Wajib dan Simpanan Kapitalisasi dengan
jumlah pinjaman tidak lebih dari jumlah simpanan
yang dimiliki;
1.2 Jaminan simpanan non saham berupa: Simpanan
Bunga Harian (SBH) dan Simpanan Sukarela

62
Berjangka (SISUKA) dengan jumlah pinjaman tidak
lebih dari jumlah simpanan yang dimiliki.
3.c Jaminan Lain-lain
c.1 Borgtocht, yaitu jaminan pihak ketiga yang mengikatkan
diri dalam perjanjian yang menanggung debitur dan
dapat berupa perorangan (memiliki simpanan) atau
garansi perusahaan;
c.2 Avalist, adalah tangung jawab penjamin terhadap utang
debitur dapat berupa uang giral: cek/ giro.
(4) Penyelidikan dan Penilaian Jaminan
4.a Untuk memproses dan menetapkan penilaian terhadap jaminan
yang diagunkan harus ada data-data pendukung yang
diperoleh staf kredit;
4.b Hasil Penyelidikan dan penilaian memberikan informasi
tentang harga dan nilai dari aktiva yang akan diagunkan dan
legalitas kepemilikannya yang akan menjadi bahan
pertimbangan dalam merekomendasikan pinjaman;
4.c Penyelidikan dan penilaian dilakukan dengan cara;
c.1 Meninjau langsung ke loKasi jaminan itu berada;
c.2 Menilai secara akurat tentang kondisi jaminan
berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan (personal checking).
c.3 Jika berupa tanah kosong/ pekarangan hendaknya
meminta advice planning ke dinas tata kota;
c.4 Menyampaikan informasi transasksi :
4.1 Nilai agunan 75% dari harga jual atau
sekurang-kurangnya sebanding dengan nominal
pinjaman yang diajukan oleh pemohon;
4.2 Kepemilikan jaminan harus milik keluarga inti (suami/
isteri/ anak);
4.3 Penandatangan pengikatan jaminan berdasarkan atas
hak, yaitu dilakukan oleh pemilik sebagaimana tertera
dalam bukti kepemilikan.

2. Proses Realisasi Pinjaman


a. Proses realisasi adalah proses pencairan dana setelah pengajuan pinjaman
diproses dan diputuskan oleh Panitian Kredit;
b. Pemeriksaan kepatuhan ketentuan intern dan ekstern yang berlaku yang
menjamin perlindungan bagi Koperasi telah dipenuhi dan diselesaikan;
c. Dokumen pendukung pencairan:
1) Surat persetujuan;
2) Perjanjian pinjaman;
3) Surat Sanggup Angsuran;
4) Pengikatan jaminan;

63
5) Jadual Angsuran;
6) Tanda terima dana, dll.

F. DOKUMENTASI DAN ADMINISTRASI PINJAMAN


1. Dokumentasi Pinjaman
a. Untuk setiap pemberian pinjaman harus ada dokumentasi yang lengkap,
updated dan akurat serta dapat memenuhi persyaratan hukum yang berlaku;
b. Jenis dokumen pinjaman yang harus ada dan didokumentasikan meliputi:
1) Formulir apliKasi permohonan pinjaman;
2) Dokumen perlengkapan umum berdasarkan jenis pinjaman;
3) Memorandum analisis dan formulir pengajuan pinjaman;
4) Keputusan rapat Panitia Kredit;
5) Dokumen jaminan (agunan) dll.
c. Pengecekan keabsahan dokumen pinjaman. Sebelum didokumentasikan setiap
dokumen harus dicek dan dipastikan keabsahannya serta dipenuhi persyaratan
hukumnya, baik yang diterbitkan oleh Koperasi maupun yang diterima dari
pemohon pinjaman:
1) Semua berKas dan segala sesuatu yang berkenaan dengan persetujuan
pinjaman yang diterbitkan Koperasi harus dicek keasliannya dan
kebenarannya oleh Kabag Operasional;
2) Sertifikat atau akta jual beli harus dicek keasliaannya melalui badan
pertanahan setempat;
3) BPKB dicocokkan dengan nomor polisi, nomor rangka dan nomor mesin
kendaraan yang bersangkutan;
4) Bilyet (deposito)/ giro/ cek harus dimintakan konfirmasi ke bank penerbit;
5) Surat avalist dan personal garansi harus dikonfirmasi secara langsung
dengan pihak penerbit.
d. Penyimpan Dokumen Pinjaman
1) Seluruh berKas dokumen yang berkenaan dengan pinjaman harus disimpan
dalam file per anggota secara alfabetis berdasarkan produk pinjaman;
2) Dokumen jaminan disimpan dalam file/ ordner berdasarkan jenis pinjaman.
e. Pengambilan Dokumen Pinjaman
1) Setiap pengambilan dokumen pinjaman yang bukan berupa dokumen
jaminan harus sepengetahuan dan seizin Kabag Pemasaran;
2) Peminjaman dan atau penukaran dokumen jaminan oleh peminjam pada
prinsipnya tidak diperbolehkan. Akan tetapi dalam keadaan mendesak di
mana petugas Koperasi tidak bisa mengambil alih/ menyelesaikan keperluan
peminjam, maka peminjam dapat meminjam/ menukar dengan jaminan lain
yang nilai dan kualitasnya minimal sama dengan jaminan yang dipinjam atau
ditukar;
3) Apabila terjadi peminjaman dan atau penukaran dokumen jaminan maka
harus diketahui dan disetujui oleh Manajer, dengan dibuatkan nota
peminjaman atau penukaran yang menyatakan bahwa jaminan pengganti

64
yang dimaksud terikat ketentuan-ketentuan hukum yang diberlakukan
terhadap pengikatan jaminan yang ditukar, ditanda tangani oleh Manajer;
4) Jaminan yang diambil oleh peminjam karena telah dinyatakan lunas
pinjamannya oleh Koperasi, penyerahannya harus diketahui dan disetujui
oleh Manajer dan dibuatkan surat yang ditandatangani oleh peminjam yang
bersangkutan.
2. Administrasi Pinjaman
a. Setiap permohonan pinjaman yang diproses harus diadministrasikan ke dalam
buku register pinjaman yang dibuat secara terpisah untuk setiap produk
pinjaman;
b. Seluruh pinjaman yang diberikan oleh Koperasi tanpa kecuali harus dicatat dan
dibuktikan secara benar, lengkap dan akurat.
c. Penarikan fasilitas pinjaman yang telah disetujui oleh Koperasi dapat
dibayarkan/ dicairkan setelah dokumen dan semua persyaratan pinjaman telah
dipenuhi yang dinyatakan secara tertulis oleh Manajer kemudian didisposisikan
kepada Kabag Operasional.
d. Administrasi Operasional pinjaman:
1) Staf yang bertanggung jawab dalam proses dokumentasi dan administrasi
seluruh dokumen berKas pinjaman adalah Staf Kredit;
2) Semua jenis Dokumen/ berKas dibedakan antara yang bersifat rahasia
dengan tidak rahasia;
3) Semua jenis dokumen tersebut harus mudah dicari dan ditemukan bila
sewaktu-waktu diperlukan tanpa harus mengacaukan file/ arsip lain;
4) Dokumen-dokumen penting dibuatkan backup;
5) Staf Kredit membuat data pinjaman dalam bentuk statistik-kolektibilitas
untuk kepentingan manajemen, pemantauan dan penentuan analisis
pinjaman selanjutnya.

G. PEMANTAUAN DAN PEMBINAAN PINJAMAN


1. Kewajiban Pemantauan dan Pembinaan
a. Debt Collector berkewajiban menjaga agar pinjaman Koperasi dapat dilunasi pada
waktunya dengan baik. Oleh karena itu harus melakukan pemantauan dan
pembinaan secara berkala kepada anggota peminjam;
b. Pemantauan dan pembinaan adalah suatu cara yang konstruktif agar:
1) Kondisi usaha anggota menjadi lebih baik;
2) Mengarahkan penggunaan fasilitas pinjaman dengan tepat dan benar;
3) Tindakan preventif agar tidak terjadi wanprestasi (macet);
4) Terbina hubungan baik dan menumbuhkan komitmen anggota dengan
Koperasi, sehingga apabila terjadi masalah terhadap usaha anggota staf Debt
Collector dapat membantu mengatasinya.
2. Pelunasan dan Pelepasan Jaminan
a. Pelunasan adalah selesainya kewajiban pinjaman anggota terhadap Koperasi.
Pelunasan tersebut akan berdampak kepada dokumen-dokumen penting yang

65
diserahkan kepada Koperasi, oleh karena itu peminjam berhak meminta kembali
dan Koperasi berkewajiban mengembalikannya;
b. Pelepasan Jaminan;
c. Jaminan akan diberikan apabila kewajiban dan keadministrasian serta biaya-biaya
lain yang timbul akibat dari pelunasan tersebut sudah diselesaikan dengan
Koperasi;
d. Untuk menghindari resiko yang tidak perlu, Koperasi tidak menyimpan dokumen
jaminan yang diserahkan anggota yang sudah melunasi kewajibannya.

H. PINJAMAN BERMASALAH
1. Pengertian Pinjaman Bermasalah
Pinjaman bermasalah adalah suatu kondisi pinjaman yang terdapat suatu masalah
dalam pembayaran kembali yang berakibat terjadi keterlambatan dalam
pengembalian, atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau
kemungkinan terjadinya kerugian bagi Koperasi.
2. Jenis-jenis Pinjaman Bermasalah
a) Pinjaman Kurang Lancar
Pinjaman digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Pengembalian pinjaman dilakukan dengan angsuran yaitu :
(a) Terdapat tunggakan angsuran pokok sebagai berikut :
(1) Melampaui 3 (tiga) bulan angsuran dan belum melampaui 6 (enam)
bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan 1 (satu)
bulanan, 2 (dua) bulanan atau 3 (tiga ) bulanan ; atau
(2) Melampui 6 (enam) bulan tetapi belum melampaui 12 (dua belas)
bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan 6 (enam)
bulan atau lebih .
(b) Terdapat tunggakan Jasa Pinjaman melampaui 3 (tiga) bulan angsuran
tetapi belum melampaui 6 (enam) bulan.
2) Pengembalian pinjaman tanpa angsuran yaitu :
(a) Pinjaman belum jatuh tempo
Terdapat tunggakan Jasa Pinjaman yang melampaui 3 (tiga) bulan tetapi
belum melampaui 6 (enam) bulan; atau
(b) Pinjaman tunggakan telah jatuh tempo
Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampaui 3
(tiga) bulan.
b) Pinjaman Diragukan
Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang bersangkutan tidak
memenuhi kriteria kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan
bahwa :
1) Pinjaman masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai
sekurang-kurangnya 75 % dari hutang peminjam termasuk Jasa Pinjaman;
atau
2) Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai
sekurang-kurangnya 100 % dari hutang peminjam termasuk Jasa Pinjaman.

66
c) Pinjaman Macet
Pinjaman digolongkan macet apabila :
1) Tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan;
2) Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan;
Pinjaman tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan
Negeri atau diajukan penggantian kepada asuransi pinjaman atau diamortisasi
dengan Cadangan Resiko bila mencukupi.
3. Penanganan Pinjaman Bermasalah
a) Preventif (pencegaahan)
1) Pemahaman dan pelaksanaan proses pinjaman yang benar menyangkut faktor
internal (Koperasi) dan eksternal;
2) Pemantauan dan pembinaan pinjaman (on site and on desk monitoring);
3) Memahami faktor yang menjadi penyebab dan gejala dini pinjaman
bermasalah.
b) Kuratif (Penyelesaian)
Melakukan analisis -evaluasi ulang mengenai aspek (manajemen, pemasaran,
keungan, proses, yuridis dan agunan).
4. Cara Penyelesaian Pinjaman Bermasalah
a) Cara menangani pinjaman bermasalah dapat dilakukan dalam bentuk:
1) Revitalisasi
Dilakukan dengan cara :
(a) Penataan kembali (restructuring):
Pembaharuan perjanjian yang menyebabkan perjanjian lama menjadi
hangus dengan adanya penjanjian baru, namun tidak berarti pinjaman
lama secara otomatis hangus, melainkan anggota diberi kesempatan
untuk melunasi pinjaman lama dan anggota tidak diperkenankan
menambah pinjamam lama;
(b) Penjadualan kembali (rescheduling):
Penjadualan ulang dapat dilakukan dengan mengubah jangka waktu
pinjaman, jadual pembayaran dan jumlan angsuran.
2) Penyelesaian melalui jaminan/ eksekusi
Penyelesaian dengan cara :
(a) Ambil alih jaminan;
(b) Menjual jaminan.
3) Write Off Final
(a) Hapus Buku/ hutang
Yaitu penghapus-bukuan seluruh pinjaman anggota yang sudah
tergolong macet, akan tetapi masih tetap ditagih.
(b) Hapus Tagih
Yaitu penghapus-tagihan seluruh pinjaman anggota yang sudah
benar-benar macet, tak bisa ditagih karena alasan yang riil.
(c) Syarat kondisi Penghapusan;

67
(1) Penghapus-bukuan hanya boleh dilakukan terhadap pinjaman yang
sudah tergolong macet secara material;
(2) Penghapus-tagihan hanyalah dilakukan terhadap pinjaman yang
angsurannya macet dan berdasarkan analisa ekonomi, anggota yang
bersangkutan benar-benar tidak mempunyai kemampuan untuk
membayar.
4) Sanksi dan Denda
(a) Anggota yang mampu membayar pinjaman tetapi menunda-nunda dan
atau melalaikan pembayaran pinjaman kepada Koperasi dikenakan sanksi
berupa denda untuk setiap pinjman;
(b) Besarnya denda tersebut harus dibuat dan disepakati pada saat
penandatanganan perjanjian pinjaman antara anggota peminjam dengan
Koperasi;
(c) Dana yang diperoleh dari denda tersebut dimasukkan dalam rekening
khusus dan diperuntukkan untuk dana pendidikan/ dana sosial.

68
BAB IV
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN KEUANGAN

A. BATASAN MANAJEMEN KEUANGAN KOPERASI


Manajemen keuangan menyangkut berbagai kreativitas yang berhubungan
dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian mengenai
kegiatan keuangan yang berakibat pada perubahan aktiva, hutang, modal pendapatan
dan biaya. Manajemen Keuangan merupakan salah satu sub-sistem dari sistem
fungsi-fungsi pokok usaha simpan pinjam Koperasi.
Pada umumnya, fungsi manajemen keuangan dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kegiatan utama, yaitu:
1. Kegiatan menghimpun dana atau biasa disebut menghimpun modal. Kegiatan ini
mencakup berbagai aktivitas yang diarahkan untuk memperoleh dana yang dapat
digunakan sebagai sumber modal Koperasi.
2. Kegiatan menyalurkan dana kepada anggota. Kegiatan ini disebut juga sebagai
investasi, yakni mengaloKasikan dana pada aktiva usaha terutama kegiatan
pemberian modal usaha anggota dan investasi lain.
3. Kegiatan yang merupakan implementasi dari kebijakan internal seperti pembagian
SHU dan kegiatan sosial.

Gambar 4.1 Kegiatan utama Manajemen Keuangan

MANAJER
PENGGUNAAN KEUANGAN SUMBER
DANA DANA

2 1
Pinjaman Anggota Anggota

Aktiva Tetap Calon Anggota


4b
Investasi Usaha Puskopdit

Investasi Lain Lembaga Lain


3 4a

Keterangan :
1. Manajer Keuangan perlu memperoleh dana yang berasal dari anggota atau calon
anggota, Puskopdit, atau lembaga lain baik berupa simpanan jangka pendek
maupun simpanan jangka panjang;
2. Dana yang terkumpul kemudian disalurkan sebagai pinjaman kepada anggota atau
dinvestasikan pada berbagai aktiva lainnya untuk memperoleh pendapatan;

69
3. Pendapatan yang diperoleh sebagai hasil dari penyaluran dana diharapkan dapat
menghasilkan Surplus Hasil Usaha (SHU) yaitu selisih antara pendapatan dikurangi
beban biaya;
4. SHU yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut kemudian:
4.a) Dibagikan kepada anggota berupa deviden;
4.b) Diinvestasikan kembali untuk pengembangan usaha Koperasi.

B. PENENTUAN KESEIMBANGAN ARUS DANA


1. Pengaturan Likuiditas Minimum
Koperasi harus dapat memperkirakan besarnya pengeluaran dalam setiap
hari, mingguan, bulanan dan tahunan, sehingga likuiditas minimum dapat
ditetapkan secara lebih tepat. Kesemunaya itu perlu didukung oleh
pencatatan-pencatatan yang akurat, teliti, rapi dan sistematis.
2. Manajemen Aktiva-Pasiva
Dalam menyeimbangkan arus dana, Koperasi perlu melakukan manajemen
aktiva-pasiva dengan pendekatan assets allocation approach. Dana yang memiliki
sifat perputaran yang cukup tinggi hendaknya penggunaannya diprioritaskan
dalam aktiva yang tingkat likuiditasnya cukup tinggi. Sedangkan dana yang
perputarannya relatif rendah aloKasinya diprioritaskan pada pemberian pinjaman
dan aktiva jangka panjang.
3. Likuiditas Koperasi dan usaha Koperasi
a) Pengukuran likuiditas usaha koperasi dilakukan dengan cara membandingkan
Aktiva dan Pasiva dengan perbandingan sebagai berikut:
1) Aktiva :
- Likuiditas 10% - 20%
- Pinjaman beredar 70% - 80%
- Kelalaian kredit ≤ 5%.
2) Pasiva :
- Simpanan saham (SP, SW, SK) 10% - 20%
- Simpanan Non Saham 70% - 80%
- Modal Lembaga ≥ 10%
b) Untuk mempertahan likuiditas usaha Koperasi, harus membuat perencanaan
dan pengendalian Kas dengan menyusun anggaran Kas baik jangka pendek
maupun jangka panjang;
c) Untuk menjaga keseimbangan Kas masuk dan Kas keluar, Koperasi harus
membuat:
1) Perencanaan dan pengendalian arus Kas dalam bentuk anggaran Kas;
2) Perencaanaan dan pengendaalian Kas masuk dan Kas keluar yang
berkaitan dengan menghimpun dana dan penyaluran dana.
d) Untuk perencanaaan dan pengendalian cash flow, Koperasi harus dapat
menafsir kebutuhan Kas dan penggunaan kelebihan Kas secara efektif; selain
itu Koperasi harus menyusun anggaran Kas untuk merencanakan posisi
likuiditasnya sebagai dasar penentuan besarnya pinjaman bila terjadi
kekurangan dana atau investasi bila terjadi kelebihan dana.

70
4. Peraturan Keseimbangan Arus Kas
Keseimbangan arus Kas pada Koperasi berkaitan dengan mengatur
keseimbangan antara sisi penyediaan dana untuk disalurkan kepada anggota
berupa pinjaman, dan bila sewaktu-waktu penyimpan ingin mengambil
simpanannya (dana tersebut juga harus tersedia). Inilah kunci keberhasilan usaha
jasa keuangan Koperasi, yaitu “kepercayaan”. Selain itu Pengelola Koperasi harus
mampu menghimpun dana sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu Pengelola
harus mampu membuat rencana penerimaan dan pengeluaran dana yang sering
disebut sebagai perencanaan Kas (anggaran Kas) sebagai pedoman dalam
menjalankan roda usaha.
5. Ketentuan Perencanaan Kas
Keseimbangan arus Kas dapat direncanakan dengan menyusun perencaan
Kas. Beberapa ketentuan dalam menyusun perencanaan Kas antara lain:
a) Anggaran Kas menunjukkan rencana aliran Kas masuk, aliran Kas keluar dan
posisi Kas akhir pada setiap periode;
b) Koperasi harus menyusun rencana aliran Kas baik jangka panjang maupun
jangka pendek;
c) Pada dasarnya anggaran Kas terdiri dari dua bagian, yaitu rencana penerimaan
Kas dan rencana pengeluaran Kas;
d) Jika terjadi defisit Kas, Pengelola dapat mencari alternatif Kas tambahan dan
perlunya perencanaan penggunaan dana/ investasi jika terjadi kelebihan Kas;
e) Anggaran Kas memiliki hubungan erat dan langsung dengan anggaran lain,
misalnya rencana penyaluran pinjaman dan penarikan simpanan, anggaran
biaya dan lain-lain.
f) Tujuan Utama anggaran Kas adalah:
1) Menunjukkan kemungkinan posisi Kas sebagai akibat dari operasi usaha
jasa keuangan Koperasi;
2) IdentifiKasi kemungkinan kekurangan atau kelebihan Kas;
3) Menentukan perlunya pembelanjaan bila terjadi Kas yang menganggur
sebagai investasi;
4) Mengkoordinasikan Kas dengan jumlah modal kerja, penyaluran kredit,
penerimaan simpanan, investasi dan hutang;
5) Menentukan dasar yang sehat untuk pengendalian posisi Kas secara terus
menerus.
6. Jangka Waktu Perencanaan Kas
Jangka waktu penyusunan anggaran Kas dapat disusun untuk jangka waktu:
a) Anggaran Kas Jangka pendek, disesuaikan dengan rencana laba taktis jangka
pendek. Anggaran Kas jangka pendek memerlukan rencana aliran Kas masuk
dan Kas keluar yang rinci, yang secara langsung berkaitan dengan rencana laba
tahunan, misalnya recana penerimaaan Kas dari tagihan atas penyaluran kredit
dan pengeluaran Kas untuk pemberian pinjaman;
b) Anggaran Kas untuk operasional, digunakan oleh usaha jasa keuangan Koperasi
terutama perencanaan dan pengendalian aliran Kas masuk dan Kas keluar
berdasarkan kegiatan sehari-hari;

71
7. Prosedur Penyusunan Anggaran Kas
Prosedur penyusunan anggaran Kas dapat dilakukan secara bertahap
sebagai berikut:
a) Bagian keuangan bertanggung jawab atas perencanaan dan pengendalian
posisi Kas;
b) Tentukan berbagai macam jenis elemen arus Kas masuk seperti:
1) Penerimaan Simpanam Pokok dan Simpanan Wajib;
2) Penerimaan setoran simpanan harian;
3) Penerimaan setoran simpanan berjangka;
4) Penerimaan angsuran pinjaman;
5) Penerimaan pendapatan operasional berupa jasa pinjaman, sewa dan
administrasi;
6) Penerimaan pendapatan dari jasa investasi.
c) Tentukan berbagai elemen pengeluaran Kas yang biasanya dikeluarkan oleh
Koperasi yaitu:
1) Pemberian pinjaman kepada anggota;
2) Penarikan simpanan non saham anggota;
3) Pembayaran biaya-biaya usaha dan organisasi;
4) Penyetoran ke bank atau penyertaan investasi;
5) Pengembalian simpanan saham kepada anggota yang keluar;
d) Tentukan dasar penyusunan anggaran Kas, apakah menggunakan pendekatan
jumlah penyaluran pinjaman yang beredar atau penerimaan simpanan;
e) Susunlah rencana penerimaan Kas dari berbagai elemen penerimaan yang
dapat digunakan sebagai sumber penerimaan Kas;
f) Susunlah rencana pengeluaran Kas dari berbagai elemen pengeluaran yang
dapat digunakan sebagai sumber pengeluaran Kas;
g) Secara khusus susunlah perencanan penerimaan piutang atas pinjaman yang
diberikan dengan memperhatikan jangka waktu pelunasan sehingga dapat
diprediksi dari rencana penerimaan piutang;
h) Gunakanlah form A1 untuk menyusun anggaran Kas sementara;
i) Tentukan Kas minimal yang harus tersedia;
j) Bila terjadi defisit Kas, maka ditentukan secara realistis alternatif pemenuhan
kebutuhan dana untuk menutupi defisit;
k) Bila terjadi kelebihan dana, tentukan secara relistis alternatif penggunaan
dana;
l) Susunlah anggaran Kas final dengan menggunakan form A2;
m) Koperasi harus mampu mengatur arus dana masuk dan arus dana keluar
supaya selalu berimbang.
8. Pengendalian Kas
Realisasi penerimaan dan pengeluaran Kas biasanya berbeda dengan
rencana seperti yang ditunjukkan dalam rencana Kas, hal ini disebabkan oleh:
a) Perubahan variabel yang mempengaruhi Kas, misalnya perubahan tingkat
pajak;

72
b) Kejadian-kejadian yang mendadak dan tidak diharapkan mempengaruhi
operasi usaha Koperasi;
c) Kurangnya pengendalian Kas:
1) Sistem pengendalain Kas yang efektif sangat penting guna antisipasi
kemungkinan yang terjadi;
2) Jika Koperasi menghadapi situasi yang bisa menyebabkan kesulitan Kas,
Pengelola dapat menghindari situasi terburuk dengan cara:
(a) Meningkatkan usaha pengumpulan piutang;
(b) Mengurangi biaya-biaya Kas;
(c) Menunda pengeluaran modal;
(d) Menunda pembayaran pinjaman;
(e) Mengubah waktu operasi yang mempengaruhi Kas.
3) Dengan asumsi bahwa perencanaan telah dilaksanakan dengan efektif,
maka selanjutnya pengendalian Kas sebaiknya dilakukan dengan dua
prosedur sebagai berikut:
(a) Evaluasi terus menerus (continuous evaluation)
(b) Pengendalian Kas dengan catatan data harian atau mingguan.
9. Prosedur Pengendalian Kas
a) Gunakan form A3 untuk menyusun realisasi penerimaan dan pengeluaran Kas
periode sebelumnya;
b) Gunakan Form A4 untuk melihat realisasi penerimaan dan pengeluaran Kas
sebelumnya .

FORM PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PENGENDALIAN KAS

1. Anggaran Kas Sementara (Januari - Desember)


Form A1
Saldo Penerimaan Pengeluaran Saldo Kas
Bulan Jumlah
Kas awal Kas Kas Akhir
Jan
Peb
Mar
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triuwlan 4
Jumlah

Rencana Pembelanjaan:
Kebutuhan Kas untuk Bulan :
1. Februari Rp. ....................
2. Maret Rp. ....................
3. April Rp. .................... dst.

73
2. Anggaran Kas Final (Januari - Desember)
Form A2
Saldo Penerimaan Pengeluaran Saldo Kas
Bulan Jumlah
Kas awal Kas Kas Akhir
Jan
Peb
Mar
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Triuwlan 4
Jumlah

3. Laporan Posisi Kas Harian


Form A3
Aliran Kas Masuk Aliran Kas Keluar
Saldo
Tgl Hari Ansuran Sumber Pencairan Biaya
Kas Jumlah Jumlah
Pinjaman Lain-Lain Pinjaman Lain-Lain
Sen
Sel
Rab
Kam
Jum
Sab.

4. Laporan Posisi Kas Bulanan


Form A4
Realisasi Kas Proyeksi Kembali Posisi Kas
No KETERANGAN
Kumulatif 1
Mar Apr Mei Jun TW3 TW4
Jan - 31 Mar
1. Penerimaan Kas:
Angsuran Pinjaman
Simpanan Harian
Simpanan Berjangka
Jasa Simpanan
Sumber lain
Jumlah
2. Pengeluaran Kas
Pencairan Pinjaman
Penarikan Simp. Harian
Penarikan Simp. Berjangka
Jasa Simpanan

74
Biaya lain-lain
Jumlah
3. Posisi Kas Setelah
Pembiayaan

C. PENGGUNAAN KELEBIHAN DANA


1. Peraturan
a) Apabila terdapat kelebihan dana setelah melaksanakan kegiatan pemberian
pinjaman atau piutang, maka Koperasi dapat menempatkan dana tersebut:
1) Giro, ORI, Deposito pada Bank atas persetujuan Pengurus dan Pengawas;
2) Investasi lain atas persetujuan Rapat Anggota.
b) Untuk memanfaatkan kelebihan dana seperti tersebut di atas harus diperhatikan:
1) Batas maksimum pemberian pinjaman baik kepada anggota maupun kepada
calon anggota yang ditetapkan dalam Rapat Anggota;
2) Pemanfaatan dana kelebihan harus dapat meningkatkan keuntungan Koperasi
secara signifikan;
3) Dalam memanfaatkan kelebihan dana tersebut harus tetap memperhatikan
likuiditas Koperasi;
4) Harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian kerena penggunaan
dana tersebut mengandung resiko;
5) Pinjaman kepada anggota dan calon anggota harus disertai jaminan.
2. Prosedur
Prosedur penggunaan dana untuk diberikan sebagai pinjaman kepada calon
anggota atau koperasi lain pada prinsipnya sama dengan pemberian pinjaman
kepada anggota, perbedaanya dalam hal ini terletak pada syarat dan atau
rekomendasi khusus bila diperlukan.
a) Prosedur lain yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Ketersediaan dana yang ada;
2) Manfaat pengunaan dana;
3) Resiko investasi;
4) Jangka waktu pengembalian;
5) Agunan yang digunakan sebagai jaminan.
b) Kelayaakan yang telah disampaikan kepada Manajer/ Pengurus;
c) Setelah memperoleh rekomendasi untuk dilaksanakan, harus dibuat nota
kesepakatan;
d) Melakukan monitoring secara terus menerus.

D. PENGHIMPUNAN DANA/ PINJAMAN DARI PIHAK LUAR


1. Peraturan
Sebagai alternatif pemupukan modal, Koperasi dapat menghimpun modal
melalui:
a) Anggota;
b) Calon anggota;

75
c) Koperasi lain;
d) Pihak lain.
2. Prosedur
Standard Operasional Procedure (SOP) Penghimpunan Dana dari Pihak Luar
dapat ditetap sebagai berikut:
a) Tentukan berbagai macam alternatif sumber dana yang dapat diakses oleh
Koperasi;
b) Tetapkan rencana penggunaan dana tersebut dangan pasti dan jelas;
c) Buatlah rencana yang jelas, rinci dan terukur berkaitan rencana penggunaan dana
tersebut dengan pasti dan jelas:
1) Alternatif sumber dana yang paling memungkinkan untuk diakses;
2) Kesesuaian jumlah fasilitas pinjaman dengan kebutuhan;
3) Beban penggunaan dana tersebut bagi Koperasi;
4) Jangka waktu penggunaan dana;
5) Besarnya angsuran;
6) Resiko yang akan ditanggung Koperasi.
d) Sampaikan rencana tersebut kepada Pengurus ;
e) Setelah tercapai kesepakatan antara Manajer dan Pengurus, diskusikan secara
rinci dengan penyandang dana;
g) Buatlah nota kesepakatan dengan jelas hak dan kewajiban masing-masing;
h) Dana yang diterima harus sesuai peruntukkannya, jangan dialihkan
penggunaannya;
i) Monitoring dan evaluasi penggunaan dana (pinjaman) terus merus.

E. ADMINISTRASI KAS
1. Pengurusan Kas
Pengurusan Kas adalah kegiatan yang dilaksanakan selama jam kerja Kas yang
berkaitan dengan Kas Koperasi, Kas Teller dan Kas unit pelayaan Kas.
a) Tanggung jawab dan wewenang Pengurusan Kas
1) Kepala Bagian Operasional
(a) Pengurusan Kas dalam brankas dan kunci brankas;
(b) Menjaga kondisi maksimal dan minimal Kas Koperasi;
(c) Bertanggungjawab terhadap pengawasan semua kegiatan dalam ruangan
Teller;
(d) Mempunyai wewenang untuk membayar pengeluaran biaya-biaya
operasional dan non-operasional Koperasi yang ditetapkan Manajer;
(e) Mempunyai wewenang untuk memenuhi keperluan Kas Teller untuk
keperluan sehari-hari.
2) Teller
(a) Bertanggung jawab terhadap penerimaan dan pembayaran uang tunai
dengan bukti setoran dan pembayaran yang sah yang ditentukan dengan
SK Manajer;
(b) Pengelolaan seluruh Kas Teller selama jam buka Kas;
(c) Penguasaan, penyimpanan dan pengamanan terhadap kunci cash box;

76
(d) Bertanggung jawab terhadap kelebihan dan kekurangan Kas Teller;
(e) Pengelolaan dan pengamanan kartu contoh tanda tangan;
(f) Menerima setoran selama jam kerja Kas dan setelah tutup Kas tetapi
masih dalam jam kantor;
(g) Melaksanakan pembayaran berdasar pada tanda bukti yang sudah sah
selama jam kantor.
b) Pengambilan Kotak Uang/ Cash Box Teller
1) Ketentuan
(a) Cash box Teller disimpan di dalam brankas;
(b) Pengambilan cash box dimulai pada jam 08.00 WIB;
(c) Tanggungjawab dan wewenang pengambilan Kas untuk operasional
Koperasi ada pada Kabag Operasional dan Teller atau petugas lain yang
ditunjuk oleh Manajer Koperasi.
2) Prosedur kegiatan
(a) Kabag Operasional dan Teller membuka cash box;
(b) Teller mengambil kotak uang dan membubuhkan paraf serta menulis jam
pengambilan;
(c) Kabag Operasional membubuhkan paraf pada buku cash box;
(d) Minta tambahan uang tunai jika perlu untuk mencukupi kegiatan
sehari-hari dan catat dalam lembar slip memo;
(e) Kabag Operasional dan Teller mengunci kembali lemari besi penyimpan
kotak uang Teller.
2. Pembukaan Kas
Setelah Teller yang bersangkutan membawa uang keluar menuju ruang
pelayanan, kemudian melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Teller menghitung uang tunai kemudian mencocokkan dengan saldo penutupan
pada hari kerja sebelumnya;
b) Simpanlah uang tunai pada cashbox secara tertib dan teratur serta tidak dapat
dilihat oleh anggota;
c) Sediakan uang yang sudah dibundel untuk memudahkan pembayaran dalam
jumlah besar;
d) Catat uang yang diterima/ diambil dari brankas dalam kartu bukti pengembilan
uang tanpa diberi nomor transaksi;
e) Kunci cashbox dan ruang Teller/ pelayanan bila ditinggal pergi tanpa ada yang
menunggu.
3. Batas Maksimum dan Minimum Kas
a) Untuk menjaga keamanan Kas dan agar tidak terjadi idle money (uang
menganggur) di Koperasi maka harus ditentukan batas maksimum dan minimum
Kas, ditetapkan dengan SK Manajer;
b) Penentuan batas maksimum Kas Koperasi setiap harinya biasanya berkisar
sebesar 4%-8% dari posisi simpanan terakhir triwulan yang lalu;
c) Dalam menentukan batas maksimum Kas agar diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Saldo simpanan rata-rata;

77
2) Rata-rata pengambilan/ penarikan simpanan setiap harinya;
3) Keamanan ruang Teller/ ruang pelayanan;
4) Kemampuan, kejujuran dan tanggungjawab Teller.
d) Apabila ada rencana pembayaran realisasi pinjaman atau pembayaran lainnya
dalam jumlah besar, maka atas penyediaan Kas tersebut tidak diperhitungkan ke
dalam ketentuan maksimum Kas Teller tetapi dapat langsung diperhitungkan atau
diambil langsung dari brankas oleh Kabag Operasional;
e) Apabila selama jam kerja terjadi kekurangan Kas, Teller dapat meminta langsung
kepada Kabag Operasional untuk penambahan Kas Teller tetapi sebaliknya bila
terjadi kelebihan Kas pada saat itu juga harus disetor ke brankas melalui Kabag
Operasional.
f) Prosedur untuk penyetoran kelebihan Kas Teller ke brankas:
1) Menghitung dan mengikat uang dengan pita kertas;
2) Membuat satu lembar tanda setoran untuk menyetorkan penggunaan slip
kopi, ditanda tangani Teller;
3) Menyerahkan uang kelebihan Kas dan tanda setoran kepada Kabag
Operasional untuk diperiksa dan ditandatangani sebelum dimasukkan ke
brankas.
4. Opname Kas
Setiap akhir hari kerja yaitu setelah akhir jam kerja, sisa Kas harus dihitung
dan disetorkan kepada Kabag Operasional dengan prosedur sebagai berikut:
a) Menyortir semua uang Kas menurut pecahannya dan jenis uang Kas per 100
lembar;
b) Menyusun uang dengan gambarnya menghadap arah yang sama dan ujungnya
tidak terlipat;
c) Membendel uang per 100 lembar dengan pita kertas Koperasi;
d) Mengganti pita kertas yang rusak atau bendelan uang dari dari bank;
e) Menjumlah mutasi yang ada di formulir transasksi Teller dan mencocokan nilai
minimal Kas-nya;
f) Membuat tanda setoran dengan menggunakan slip copy sebesar jumlah uang
yang akan disetorkan;
g) Menandatangani sebagai marker;
h) Memasukkan uang ke dalam peti cashbox Teller;
i) Memberitahukan kepada Kabag Operasional bahwa Kas telah siap diperiksa dan
dimasukkan ke brankas.
5. Penyimpanan Kas
Adalah proses penyimpanan uang selama jam kerja dan di luar jam kerja
dalam brankas. Tanggung jawab dan wewenang dalam penyimpanan Kas ada pada
Kabag Operasional dan Teller.
a) Kabag Operasional, bertanggungjawab dan mempunyai kewenangan terhadap:
1) Keamanan penyimpanan uang ke dalam brankas;
2) Pengeluaran dan pemasukan uang dari dan ke dalam brankas selama hari
kerja;

78
3) Kebenaran penghitungan dan pembendelan uang di dalam brankas menurut
pecahannya;
4) Mengadakan rekonsiliasi Kas dengan buku perincian Kas;
5) Melakukan pemeriksaan mendadak atas Kas Teller.
6) Melakukan pengamanan terhadap kunci cahsbox dan kunci brankas.
b) Teller, bertanggungjawab dan mempunyai kewenangan terhadap hal:
1) Keamanan penyimpanan uang dalam cashbox dan brankas;
2) Pengeluaran uang dari brankas selama hari kerja;
3) Kebenaran perhitungan dan pembendelan uang menurut pecahannya.
c) Ketentuan mengenai penyimpanan uang Kas:
1) Uang yang digunakan selama jam kerja harus disimpan pada tempat yang
aman dan disusun menurut pecahannya;
2) Pintu ruang Teller harus tertutup; selain petugas kantor dilarang masuk;
3) Semua uang yang ada di Kas harus disetor kepada Kepala Bagian Operasional
selesai jam kerja dalam keadaan rapi;
4) Petugas lain yang tidak berkepentingan dilarang masuk ruang Teller dan ruang
brankas.
6. Penerimaan Setoran Setelah Tutup Kas.
a) Ketentuan:
1) Semua setoran setelah tutup Kas harus dicatat dalam formulir transaksi
Teller;
2) Semua setoran setelah tutup Kas menggunakan tanda setoran, slip setoran
dan tanggal pembukaan setoran;
3) Semua uang yang diterima setelah tutup Kas harus dicatat pada formulir
transaksi Teller dan buku perincian Kas disetorkan pada hari itu juga.
b) Prosedur
1) Menerima setoran dari anggota dengan menuliskan nama, tanggal, jumlah
setoran dan lain-lain pada slip setoran;
2) Memeriksa kembali kebenaran pembuatan tanda setoran;
3) Menghitung uang setoran anggota di hadapan anggota;
4) Prosedur selanjutnya seperti menerima setoran untuk simpanan harian,
simpanan berjangka, angsuran pinjaman dan lain-lain;
5) Mencatat transaksi tersebut pada slip sesuai nomor rekening, tanggal, nama,
jumah dan lain-lain;
6) Menyerahkan lembar kedua/ tindasan tanda setoran kepada anggota sebagai
bukti setoran dan menahan slip lembar pertama untuk arsip pembukuan.

F. PETTY CASH (KAS KECIL)


1. Ketentuan
a) Pada Koperasi terdapat dua kantong pengambilan uang yaitu Kas Kecil dan
Cahsbox/ Kas Teller;
b) Kas kecil adalah sejumlah kecil uang tunai yang dikuasakan dan dipegang oleh
bagian umum (Staf Administrasi) dan hanya digunakan untuk pemakaian/
pengeluaran biaya intern Koperasi dalam batas-batas jumlah tertentu saja;

79
c) Limit dari jumlah uang Kas kecil ditentukan oleh Manajer secara tertulis;
d) Penambahan Kas Kecil dapat dilakukan setiap hari sehingga jumlah uang di dalam
Kas Kecil tetap berjumlah sesuai dengan limit;
e) Pembayaran Kas kecil tidak harus dilaksanakan di counter Teller, tetapi dapat
dilakukan di area umum.
Sesuai dengan sifatnya, uang Kas kecil digunkan untuk pembayaran/ pengeluaran
sehari-hari dari setiap bagian yang jumlahnya kecil-kecil, seperti misalnya
pembayaran uang makan dengan mitra bisnis, tamu, transportasi sehubungan
operasi Koperasi, pembelian balon lampu listrik, pembayaran tunjangan lembur
dan uang makan sesuai SK Manajer.
2. Prosedur
a) Pengambilan uang dari Teller Koperasi yang digunakan untuk Kas Kecil dibukukan
pada rekening Kas Kecil dengan perkiraan lawan Kas (100). Setiap saat total dari
bukti-bukti pengeluaran Kas Kecil dan sisa uang tunainya adalah sebesar limit
jumlah Kas Kecil. Semua bukti-bukti pengeluaran Kas kecil dibebankan terhadap
rekening biaya adalah sama dengan jumlah pengeluaran Kas Kecil;
b) Kas Kecil diharuskan memelihara” buku Kas Kecil”, di mana dicatat jumlah limit
dari Kas Kecil dan jumlah pengeluaran-pengeluaran uang berdasarkan
"bukti-bukti” pengeluaran Kas Kecil. Proofing (pembuktian) dari saldo Kas Kecil
dan jumlah bukti-bukti pengeluaran Kas Kecil dilakukan secara harian dengan
mengambil angka-angka dari Buku Kas Kecil yang berisikan catatan dari
bukti-bukti pengeluaran Kas Kecil dan jumlah sisa uang tunai yang masih ada;
c) Pengeluaran uang Kas Kecil harus dengan bukti kwitansi;
d) Nama penerima pembayaran harus ditulis dengan jelas dan dibubuhkan tanda
tangan pada bukti pembayaran;
e) Semua pengeluaran Kas Kecil dibebankan sebagai;

G. BIAYA BAYAR DI MUKA


1. Ketentuan
a) Yang dimaksud dengan Biaya Dibayar di Muka adalah biaya yang terlebih dahulu
dikeluarkan sekaligus untuk memanfaatkan dengan jangka waktu lebih dari 1
bulan atau masa dari pembiayaan tersebut belum dilalui dan atau untuk
keperluan yang kemudian akan diselesaikan setelah bukti-buktinya terpenuhi;
b) Suatu transaksi dibukukan ke perkiraan Biaya Dibayar di Muka, bilamana:
1) Belum diketahui berapa jumlah biaya sesungguhnya atas transaksi tersebut
atau baru merupakan uang muka;
2) Dipergunakan sebagai perkiraan antara dalam kapasitas biaya karena
penggunaannya lebih dari satu bulan, misalnya: sewa gedung, biaya cetak alat
kantor, amortisasi dan lain lain;
3) Pejabat yang dapat menyetujui pengeluaran Biaya Dibayar di Muka adalah
mereka yang diberi wewenang oleh Manajer.
2. Prosedur
a) Bagian yang membutuhkan Biaya Dibayar di Muka lebih dahulu harus
mengajukan permohonan permintaan uang muka;

80
b) Meminta tandatangan persetujuan kepada Manajer atau pejabat yang diberi
wewenang, disertai bukti-bukti yang ada;
c) Menyerahkan kepada Kabag Operasional untuk diproses.

H. A U D I T
1. Audit Sistem Berlapis
Koperasi dalam melaksanakan fungsi auditnya dilandasi oleh lapisan audit
sebagai berikut:
a) Pengendalian diri sendiri (self control)
Pengendalain atas diri sendiri merupakan lapisan pertama dan utama dalam diri
setiap karyawan Koperasi, sehingga peran bagian SDM dalam memilih karyawan
yang tepat merupakan syarat mutlak adanya peran lapisan kontrol yang pertama
secara optimal;
b) Pengendalian menyatu (bulit in control)
Selain self control, karyawan dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari
sistem dan prosedur yang diciptakan yang secara tidak disadari oleh setiap
karyawan dimasukkan pula unsur-unsur pengendalian yang menyatu dengan
sistem dan prosedur tersebut. Adapun unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam
menciptakan pengendalian mutu yang baik adalah: dual control, dual custodian,
checker, approval, limitation, verifikasi, dll.
2. Jenis-Jenis Audit
a) Audit Eksternal
Auditor Eksternal memberikan masukan kepada Manajer mengenai
kondisi Koperasi yang bersangkutan terhadap penilaian netral keadaan Koperasi.
Audit dilakukan dari pihak eksternal Koperasi (Pemerintah, Puskopdit atau
lembaga auditor swasta);
b) Audit Internal
Pengendalian intern merupakan hal yang penting dalam rangka
memantau kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dan memberikan gambaran
apakah tujuan Koperasi sudah tercapai. Pengendalian intern mencakup susunan
organisasi, semua metode dan kebijakan/ peraturan yang terkoordinasikan. Salah
satu unsur penngendalian intern adalah sistem pengawasan intern yang berisi
pedoman pengawasan, misanya pedoman pemeriksaan mulai dari persiapan
pemeriksaan sampai dengan penyelesaian hasil pemeriksaan.
1) Tujuan pengawasan Intern:
(a) Melindungi kekayaan perusahaan;
(b) Memeriksa kekayaan perusahaan;
(c) Memeriksa kecermatan dan kehandalan data akuntansi;
(d) Meningkatkan efisiensi operasi usaha;
(e) Mendorong ke arah ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya pengawasan intern bertujuan untuk membantu setiap anggota
organisasi melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien dengan
cara menyediakan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai
efektivitas yang diperiksa.

81
2) Ruang Lingkup
Pengawasan intern merupakan alat pengendalian manajemen yang
mengukur, menganalisa dan menilai efektivitas pengendalian lainnya. Adapun
unsur-unsur pengendalian lainnya adalah organisasi, kebijakan, prosedur,
personalia, perencanaan akuntansi dan laporan.
Ruang lingkup pengawasan intern meliputi:
(a) Penilaian mengenai kelayakan dan kecukupan pengendalian di bidang
keuangan, bidang pembiayaan dan kegiatan Koperasi lainnya serta
peningkatan efektivitas pengendalian dengan biaya yang layak;
(b) Pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua kebijakan, rencana dan
prosedur Koperasi telah benar-benar ditaati;
(c) Pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua harta milik Koperasi telah
dipertanggung jawabkan dan dijaga dari semua kerugian;
(d) Pemeriksaan untuk memastikan bahwa data informasi yang disajikan
kepada manajemen Koperasi dapat dipercaya;
(e) Penilaian mengenai kualitas pelaksanaan tugas tiap unit kerja dalam
melaksanakan tanggung jawabnya;
(f) Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan-perbaikan di bidang
operasi, pembiayaan dan bidang lain.
3) Tangung jawab dan Wewenang
(a) Pengawasan intern bertanggung jawab memberikan jasa kepada
manajemen, yaitu berupa informasi dan advis sesuai dengan kebutuhan
manajemen dan perkembangan Koperasi serta memikirkan cara-cara
alternatif yang baik bagi Koperasi;
(b) Pengawasan intern mempunyai wewenang yang luas, yaitu memeriksa
semua catatan Koperasi, harta milik dan hutang-hutang, memeriksa
semua tingkat manajemen (kecuali Top Management), dapat memasuki
semua bagian dan unit kerja serta melakukan berbagai teknik
pemeriksaan.
4) Prosedur dan Tata Cara Pemeriksaan
Sebelum melakukan pemeriksaan, pemeriksa harus mengetahui dulu
tujuan pemeriksaan, bagian yang akan diperiksa serta waktu yang tersedia
untuk memeriksa, setelah itu melakukan langkah-langkah pemeriksaan:
(a) Jenis Pemeriksaan
(1) Pemeriksaan laporan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan melalui
laporan-laporan periodik yang harus disampaikan, misalnya laporan
yang bersifat harian dan bulanan;
(2) Pemeriksaan setempat, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan
mengunjungi lokasi objek yang diperiksa dan dilakukan dengan cara
memeriksa secara langsung catatan-catatan yang ada. Pemeriksaan ini
terdiri:
(2.a) Pemeriksaan Keuangan (Financial Audit);
(2.b) Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit);

82
(2.c) Pemeriksaan Operasional (Operasional Audit), yaitu pemeriksaan
yang menilai daya guna dan kehematan dalam penggunaan
sumber dana serta hasil guna atau manfaat yang direncanakan
dari suatu kegiatan.
(3) Prosedur Pemeriksaan Setempat (On The Spot), yaitu meliputi
beberapa kegiatan, yaitu:
(3.a) Perencanaan pemeriksaan;
(3.b) Penilaian atas sistem pengendalian intern dengan cara
mempelajari bagan organisasi, prosedur transaksi/ operasi dan
pedoman lainnya, mempelajari laporan periodik serta
wawancara dengan Petugas yang berkepentingan;
(3.c) Compliance test, merupakan suatu bentuk pengujian yang
bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada petugas
pemeriksa bahwa prosedur yang telah ditetapkan dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Pengertian ketaatan meliputi ketatan
terhadap prinsip akutansi, kebijaksanaan dan prosedur Koperasi,
serta persyaratan/ peraturan Pemerintah;
(3.d) Subtantive test, merupakan bentuk pengujian terhadap saldo
perkiraan yang terdapat dalam laporan keuangan yang bertujuan
untuk mendapatkan bukti keabsahan dan kebenaran dari
pelaksanaan akuntansi terhadap transaksi-transaksi dan
saldo-saldo perkiraan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
konfirmasi, penghitungan kembali, observasi dan lain lain.
(b) Teknik Pemeriksaan
Teknik pemeriksaan adalah cara-cara yang digunakan oleh
pemeriksa untuk memperoleh pembuktian dalam membandingkan
keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya. Berbagai
teknik pemeriksaan adalah sebagi berikut:
(1) Membandingkan, yaitu usaha mencari kesamaan dan perbedaan
antara dua atau lebih data/ informasi;
(2) Pemeriksaan atas bukti tertulis, yaitu memeriksa otentik tidaknya
serta lengkap tidaknya bukti-bukti yang mendukung transaksi;
(3) Rekonsiliasi, yaitu penyesuaian antara dua golongan data yang
berhubungan tapi masing-masing dibuat oleh pihak yang terpisah
dengan tujuan untuk meneliti sebab-sebab yang timbulnya
perbedaan tersebut yang diduga karena adanya unsur-unsur
manipulasi;
(4) Konfirmasi, yaitu upaya untuk memperoleh informasi/ penegasan
dari sumber lain, baik lisan maupun tulisan dalam rangka
pembuktian pemeriksaan;
(5) Analisis, yaitu memecah dan menguraikan suatu keadaan/ masalah
ke dalam beberapa bagian/ elemen dan memisahkan bagian
tersebut untuk dihubungkan dengan keseluruhan dibandingkan
dengan lainnya;

83
(6) Footing and Cross Footing, yaitu pemeriksaan kebenaran hasil
penjumlahan atau pengurangan ke bawah dan ke samping untuk
mengetahui apakah penjumlahan tersebut sama atau dengan
lainnya dengan tujuan untuk mengadakan balancing atas saldo
transaksi dan posisi berbagai posisi keuangan;
(7) Melakukan cek (checking), yaitu usaha meneliti ulang atas sesuatu
hal yang telah dilakukan oleh pihak lain;
(8) Inspeksi, adalah usaha pemeriksa untuk memperoleh bukti-bukti
secara langsung dengan cara hadir ke tempat kegiatan untuk melihat
langsung situasi dan kondisi suatu kegiatan;
(9) Trasir, yaitu cara pemeriksaan dengan jalan menelusuri proses suatu
kegiatan untuk menyakini kebenaran transaksi dengan memeriksa
tahapan kegiatan tersebut;
(10) Scanning, yaitu melakukan penelaahan secara umum dan cepat
untuk menemukan hal-hal yang memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut;
(11) Rekomputasi, yaitu menghitung kembali kalkulasi yang telah ada
untuk menetapkan kecermatannya.
(c) Tentukan Sampel Yang akan diperiksa
Karena keterbatasan petugas pemeriksa dan waktu serta untuk
memudahkan pemeriksaan, maka perlu pemilihan sampel yang diperiksa.
Dalam penentuan sampel ini dilakukan dengan cara statistik atau dengan
pertimbangan pemeriksa. Pengambilan sampel dengan pertimbangan
pemeriksa terdiri dari:
(1) Hapharari Sampling, yaitu pemilihan sampel dilakukan betul-betul
atas kehendak pemeriksa sehingga sangat dipengaruhi oleh
pertimbangan subjektif pemeriksa;
(2) Block Sampling, yaitu pemilihan sampel dilakukan atas kehendak
pemeriksa dengan menentukan kelompok untuk sampel yang dipilih.
(d) Lakukan Pemeriksaan sesuai dengan tujuan pemeriksaan;
(e) Siapkan kertas kerja pemeriksaan, yaitu catatan-catatan yang dibuat dari
data yang dikumpulkan oleh pemeriksa pada saat melaksanakan tugas
pemeriksaan;
(f) Kumpulkan bukti-bukti pemeriksaan;
Bukti pemeriksaan merupakan informasi yang diperoleh selama
pemeriksaan melaui teknik pemeriksaan yang diperoleh dari obyek
pemeriksaan,pihak luar ataudibuat sendiri oleh pemeriksa. Bukti
pemeriksaan harus cukup,kompeten,dan relevan. Jenis pemeriksaan
meliputi:
(1) Bukti fisik, yaitu bukti ynang diperoleh dengan jalan inspeksi atau
observasi terhadap kegiatan harta milik objek pemeriksaan;
(2) Bukti dokumentasi;
(3) Bukti Kesaksian;
(4) Bukti Analisis;

84
(5) Bukti dari spesialis;
(g) Buat Laporan Pemeriksa
Laporan hasil pemeriksaan harus disampaikan secara tertulis dan
disampaikan kepada pejabat yang berwenang. Laporan berisi hal-hal yang
penting untuk dilaporkan yaitu berupa temuan objektif, kesimpulan dan
rekomendasi yang meyakinkan. Penulisan laporan harus jelas, sederhana,
lengkap, serta bersifat konstruktif serta dilengkapi bukti-bukti yang cukup,
releva dan objektif;
(h) Tindak lanjut Pemeriksaan
Dalam hal ini objek yang diperiksa harus mengambil langkah dan
tindakan perbaikan. Tindak lanjut ini juga tetap harus dipantau oleh
pemeriksa.
(i) Filling dan Dokumentasi
Berkas yang harus disimpan kerena mempunyai fungsi yang
penting yaitu:
(1) Pusat ingatan;
(2) Sumber Informasi;
(3) Alat pengawasan, pembuktian, penelitian;
(4) Sumber Sejarah.

5) Program Kerja Pengawasan (Auditor)


(a) Frekuensi pemeriksaan program kerja pengawasan internal berdasarkan
periode frekuensi pemeriksaan dilakukan secara:

JENIS
NO PROGRAM KERJA
PROGRAM
Setiap hari melakukan pemeriksaan
terhadap pembukuan (necara, laporan
1 Harian
rugi-laba serta transaksi-transaksi lain yang
dilakukan pada tiap-tiap operasional)

2 mingguan, bulanan, 2 bulanan, 3 bulanan,


2 Periodik
6 bulanan sesuai jadual

Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dan


3 Insidental
perencanaan.

(b) Berdasarkan bidang dan frekuensi minimal pemeriksaan secara garisbesar,


pemeriksaan ini meliputi semua bidang dengan perencanaan minimal
sebagai berikut:

85
NO BAGIAN YANG DIAUDIT PROGRAM KERJA
1. Operasional Harian/ bulanan/ insidentil
2. Pembiayaan Harian/ bulanan/ insidentil
3. Administrasi/ legal/ dokumentasi Periodik/ insidentil
4. Simpanan/ pinjaman/ angsuran Harain/ bulanan/ insidentil
5. Modal sendiri/ hutang Harian/ bulanan/ insidentil
6. Umum/ personalia Periodik/ insidentil
7. Lain-lain Periodik/ insidentil

86
BAB V
STANDAR AKUNTANSI KOPERASI

A. LANDASAN HUKUM, PROSES DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKUAN


1. Landasan Hukum Pembukuan
Akuntansi Koperasi Bahtera Sejahera Jawa Timur ini mengacu kepada
Pedoman Umum Koperasi Kredit. Pedoman Umum yang dimaksud adalah pedoman
yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dengan Dasar
Hukum Penyelenggaran Akuntansi Keuangan Koperasi dan mengacu pada
penyelenggaran akuntansi keuangan oleh suatu organisasi atau perusahaan yang
diatur dalam:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHAP) Pasal 6;
b) Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian;
c) Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 (UU-KUHP) bab VI pasal 28 dan UU No. 10
Tahun 1996 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
d) PP No. 9 Tahun 1995 dan Kepmenkop No. 226 Tahun 1996 tentqng Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam;
e) Peraturan Menteri Negara Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usha
Simpan Pinjam Koperasi;
f) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi Bahtera Sejahtera Jawa
Timur.
2. Proses Akuntansi Kopdit dan USP Kopdit
Setiap transaksi yang terjadi di Koperasi dan USP Koperasi harus dicatat,
digolong-golongkan, diringkas dan disajikan dalam bentuk laporan. Kegiatan-kegiatan
yang dimulai dari pencatatan sampai dengan penyajian tersebut disebut proses
akuntansi. Prosses akuntansi pada Koperasi Kredit dan USP Kopdit digolongkan
menjadi 3 (tiga) bagian proses akuntansi keuangan yaitu masukan, proses dan
keluaran. Untuk lebih jelasnya perhatikan proses akuntansi keuangan sebagai berikut:
a) Transaksi
Transaksi yaitu kegiatan-kegiatan informasi keuangan koperasi dengan
pihak-pihak terkait yang menyebabkan/ menimbulkan perubahan-perubahan
terhadap posisi keuangan dan hasil usaha koperasi yang bersangkutan, transaksi
tersebut bisa berupa Kas dan non-Kas.
b) Perekaman transaksi
Yaitu perekaman transaksi melalui Slip Uang Masuk (SUM), Slip Uang
Keluar (SUK) maupun dengan Slip Memo (SM), dapat pula dibuat
ringkasan-ringkasan bila diperlukan menjadi RSUM/ RSUK dan RSM.
c) Pencatatan transaksi Secara Kronologis
Bukti-bukti rekaman pembukuan berupa SUM, SUK, SM dicatat secara
berurutan atau kronologis yang lazim disebut Jurnal atau Memorial harian.
Karena jenis pelayanan koperasi kredit hanya di simpan pinjam, maka jurnal perlu
sesderhana mungkin yang disebut jurnal umum, namun tidak menutup
kemungkinan apabila masing-masing kopdit membuat jurnal khusus.

87
d) Pengelompokan transaksi
Yang dimaksud dengan pengelompokan transaksi yaitu proses
pengerjaan setelah selesai jurnal dan memasukkan dalam kelompok sesuai
dengan golongan masing-masing. Ini dilakukan dengan dua tahap secara
serentak. Tahap pertama yaitu pengelompokan dan penggolongan secara
sistematis yang lazim disebut memasukkan ke dalam buku besar (posting); tentu
sesuai dengan perkiraan atau rekening atau nomor akun masing-masing. Tahap
kedua yaitu mengelompokkan atau menggolongkan transaksi secara rinci. Dalam
tahap ini mengisi buku pembantu atau catatan pembantu agar dalam buku besar
dapat diuraikan secara rinci sehingga lebih jelas. Contoh buku pembantu adalah:
Buku Kas, Buku Bank, Buku Pembantu Piutang, KSPA, Buku Anggota, Kartu Aktiva
Tetap, Kartu Persediaan.
e) Pengikhtisaran Transaski
Melalui kegiatan ini seluruh mutasi dan saldo akhir periode dari semua
perkiraan buku besar disusun dalam berbagai ikhtisar berupa Neraca Lajur atau
Neraca Saldo (sebagai kertas kerja). Dalam hal ini dilakukan juga sejumlah
penyesuaian, perbaikan pembukuan melalui ayat jurnal perbaikan dan
penyesuaian dan untuk pembuatan jurnal ini diperlukan Slip Memo (SM). Yang
termasuk dalam penyesuaian ini adalah: penyusutan aktiva tetap, biaya yang
harus dibebankan pada periode tersebut namun belum dibayar/ dikeluarkan,
pernerimaan di muka atau persekot. Sedangkan yang termasuk dalam jurnal
perbaikan adalah salah mendebet atau mengkredit, salah mencatat angka, lupa
dicatat atau lain-lain. Selain itu ada Jurnal Penutup yaitu penutup semua
perkiraan biaya dan pendapatan dengan perkiraan SHU tahun berjalan.
f) Pelaporan dan Penyajian Transaksi
Setela proses transaksi, perekaman transaksi, pencatatan transaki
secara kronologis (penjurnalan), pengelompokan transaksi (buku besar dan buku
pembantu), pengikhtisaran transaksi (neraca saldo dan neraca lajur), maka dibuat
suatu laporan keuangan organisasi kopdit sesuai dengan prinsip akuntansi
Indonesia, yaitu tentang standar khusus akuntansi untuk koperasi yang
diterapkan secara taat asas dengan memperhatikan prinsip-prinsip koperasi.
Untuk kepentingan pengendalian dan penyesuaian anggaran, penyajian bentuk
laporan keuangan secara periodik seperti LKSB sangat penting dan untuk
pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas kepada rapat anggota dan pihak
lain yang berkepentingan. Laporan keuangan dan perkembangan hasil usaha
dalam bentuk yang panjang sangat diperlukan. Laporan keuangan untuk
kepentingan tersebut adalah;
1) Neraca;
2) Perhitungan Surplus Hasil Usaha (SHU);
3) Laporan Perubahan Posisi Keuangan;
4) Catatan atas Laporan Keuangan;
5) Laporan Perubahan Kekayaan Bersih.

88
3. Prinsip-Prinsip Pencatatan/ Pembukuan
Prinsip pembukuan memuat sejumlah ketentuan dasar yang harus dipatuhi
dan ditetapkan dalam suatu proses akuntansi. Dalam proses akuntansi tersebut
memuat ketentuan sebagai berikut:
a) Perekaman dan pencatatan pembukuan perusahanan Koperasi harus dilakukan
dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing tertentu atas ijin menteri keuangan
menggunakan huruf latin, angka arab dan dinyatakan dalam satuan mata uang
rupiah;
b) Perekaman dan pencatatan pembukuan harus dilakukan dengan tinta, ballpoint
tinta atau mesin pembukuan;
c) Perekaman dan pencatatan pembukuan yang pernah dilakukan tidak boleh
dihapus, ditindih dan atau ditutup;
d) Perekaman dan pencatatan pembukuan harus dilakukan secara berurutan
menurut urutan kejadiannya, lengkap dan menunjukkan keadaan yang terakhir/
mutakhir;
e) Pembukuan harus dilakukan atas dasar bukti pembukuan dan setiap bukti
pembukuan harus mencerminkan transaksi yang benar-benar terjadi serta bukti
pembukan harus diberi nomor urut yang tercetak sebelum digunakan;
f) Setiap perubahan atas harta, modal dan hutang serta hasil usaha dinyatakan
dalam pembukuan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya;
g) Untuk kepentingan sistematika pembukuan, pembukuan transaksi ke dalam
perkiraan-perkiraan buku besar harus menggunakan bagan perkiraan yang secara
jelas digolongkan dan dikelompokkan dalam transaksi-transaki Kopdit sesuai jenis
transaksi dan kebutuhan pelaporannya:
1) Semua transaksi dan semua bukti pembukuan harus dicatat ke dalam buku
harian menurut saat terjadinya, dengan memperhatikan jenis bukti dan
urutan-urutan tanggal dan nomor bukti yang bersangkutan.
2) Jumlah transaksi yang tercatat dalam debet buku harian harus seimbang
dengan jumlah seluruh transaksi yang dicatat di kolom kedit buku harain yang
bersangkutan;
3) Pada buku harian yang dilengkapi dengan kolom debet dan kredit,
perkiraan-perkiraan buku besar, juga seluruh kolom debet harus sama dengan
jumlah seluruh kolom kredit;
4) Buku Jurnal Harian khusus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, namun
perlu memperhatikan agar transaksi dari dan untuk anggota dapat diketahui
segera;
5) Pencatatan/ pembukuan transaksi ke dalam buku/ catatan pembantu harus
terinci sesuai dengan jenis dan jumlah informasi yang diperlukan, dan selalu
harus mencerminkan keadaan yang terakhir. Saldo perkiraan-perkiraan
pembantu harus dihitung secara teratur sekurang-kurangnya pada saat
pembuatan laporan keuangan periodik bulanan;
6) Jumlah saldo buku/ catatan pembantu harus sama dengan jumlah saldo
perkiraan buku besar yang bersangkutan. Transaksi-transaksi dari dan untuk

89
anggota harus dibedakan dengan transaksi-transaksi dari dan bukan untuk
anggota;
7) Setiap transaksi harus dibukukan tepat pada perkiraan buku besar yang
bersangkutan sesuai dengan nomor dan judul perkiraan yang ditetapkan
dalam bagan perkiraan;
8) Jumlah transaksi yang dibukukan di sisi debet pada satu atau beberapa
perkiraan harus seimbang dengan jumlah transaksi yang dibukukan di sisi
kredit pada satu atau beberapa perkiraan lawannya;
9) Perkiraan-perkiraan Aktiva harus memiliki saldo debet, sebaliknya
perikaraan-perkiraan Pasiva harus memiliki saldo kredit;
10) Tiap perkiraan buku besar harus dijumlahkan secara periodik untuk
mengetahui jumlah mutasi debet dan jumlah mutasi kredit serta saldo akhir
perkiraan tersebut pada akhir suatau periode tertentu;
11) Penutupan buku harus dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran
Dasar Koperasi yang bersangkutan, selambat-lambatnya 3 bulan untuk kopdit
primer dan 6 bulan unstuk puskopdit/ inkopdit setelah tahun buku yang
bersangkutan berakhir;
12) Dalam rangka penutupan buku itu, harta-harta Koperasi yang penting harus
diinventarisir, termasuk piutang, hutang dan modal Koperasi;
13) Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntasi
Indonesia, yaitu Standar Khusus Akutansi Koperasi Kredit dan ditandatangani
oleh Pengurus Pengawas;
14) Semua dokumen dan surat-surat yang berkaitan dengan akuntansi keuangan
harus disimpan selama-lamanya 30 tahun sejak pembuatan.

90
B. SIKLUS AKUNTANSI KOPERASI DAN USP KOPERASI

Gambar 5.1 Siklus Akuntansi

Transaksi Kas Transaksi Non Kas

Perekaman
Transaksi
Slip Uang
Masuk Slip Uang Slip Memo
Keluar

Anggota JURNAL
Kronologis
Pencatatan
Transaksi

Buku-Buku
BUKU BESAR
Pengelompokan Transaksi Pembantu
secara Rinci dan sistematis
sesuai dengan Bagan Perkiraan

NERACA SALDO
Pengikhtisaran (rangkuman) dan
Transaksi PENYESUAIAN

Pelaporan dan Penyajian NERACA


Transaksi dan
LAPORAN SHU

Penjelasan Gambar:
Proses Akuntasi dimulai dengan adanya transaksi-transaksi yang kemudian dicatat
dalam bukti-bukti transaksi dan bukti transaksi dinyatakan sebagai dokumen yang
merekam setiap bukti transaksi. Setiap Dokumen transaksi memuat :
1. Indentitas data bukti yang bersangkutan;
2. Nomor urut bukti yang terdiri dari:
a) Kode bukti: SUM, SUK, SM
b) Nomor Urut, misalnya : SUM No. 00251 tanggal 14 Feb 2011
3. Uraian yang jelas tentang bukti tersebut;
4. Jumlah uang dalam angka dan huruf yang diterima atau dikeluarkan;

91
5. Nama jelas dan tanda tangan/ paraf petugas yang membuat;
6. Nama jelas dan tanda tangan Kabag Operasional, yang berwenang mengetahui/
menyetujui;
7. Analisa transaksi yang terdiri dari nomor perkiraan yang didebet dan dikredit,
jumlah di kolom debet dan jumlah di kolom kredit;
8. Halaman jurnal, tanggal pembukuan dan paraf penatabukuan;
9. Jumlah lembar bukti pembukuan yang ditulis tembus/ rangkap dan jenis bukti
pembukuan; sesuai dengan kegiatan koperasi kredit dan jenis transaksi maka jenis
bukti pembukuan terdiri dari:
a) Slip Uang Masuk (SUM) atau Bukti Penerimaan Kas
Slip Uang masuk adalah bukti penerimaan Kas yang merekam semua
transaksi penerimaan Kas pada organisasi Koperasi yang bersangkutan.
Misalnya, bila ada anggota yang membayar uang pangkal, simpanan, bunga,
angsuran pinjaman dan sebagainya, slip uang masuk harus diisi untuk setiap
transaksi satu form yang berangkap dua. Apabila dalam dalam satu hari terjadi
banyak transaksi maka diperlukan ringkasan/ rekap slip uang masuk (RSUM)
untuk meringkas transaksi-transaksi tersebut dan apabila transaksi sedikit
tidak mutlak menggunakan RSUM.

Gambar 5.2 Slip Uang Masuk (SUM)

b) Slip Uang Keluar (SUK) atau Bukti Pengeluaran Kas


Slip Uang Keluar adalah bukti pengeluaran Kas yang merekam semua
transaksi pengeluaran Kas pada organisasi Koperasi yang bersangkutan,
misalnya bila ada anggota yang mengambil simpanan, slip uang keluar diisi
untuk satu transaski pada satu form yang rangkap. Setelah divalidasi tindasan
diberikan kepada anggota, yang asli diarsipkan Koperasi.

92
Gambar 5.3 Slip Uang keluar (SUK)

c) Slip Memo ( SM) atau Bukti Umum


Slip Memo adalah Slip pembukuan yang dibuat untuk mencatat semua
transaksi yang bersifat umum dan tidak merupakan penerimaan dan
pengeluaran Kas. Transaksi tersebut antara lain untuk penerimaan uang lewat
rekening bank, untuk pembebanan biaya administrasi bank, untuk perbaikan/
kekeliruan pembukuan, untuk ayat penyesuaian, untuk ayat penutupan,
penjualan barang secara kredit dan penerimaan jasa yang belum dibayar. Slip
Memo dapat dibuat juga ringkasan sesuai dengan kebutuhan. Slip Memo selalu
dibuat rangkap dua; pertama untuk penata buku dan kedua untuk dipertinggal
di buku Slip Memo.

93
Gambar 5.4 Slip Memo

d) Rekapitulasi Bukti Pembukuan


Yang termasuk dalam Rekapitulasi Bukti Pembukuan adalah RSUM,
RSUK dan RSM. Pemakaian ringkasan bukti pembukuan tampaknya
mempercepat pencatatan dan pelaporannya, namun mengandung sejumlah
kelemahan antara lain mengaburkan gambaran mengenai keadaan tiap-tiap
transaksi (angka-angka global). Oleh karena itu jangan sering menggunakan
atau bila menggunakan sebaiknya dilampiri bukti-bukti yang ada, misalnya
kwitansi.
e) Jenis-Jenis Transaksi Pada Koperasi Kredit dan USP Koperasi Kredit
Terdapat tiga (3) jenis transaksi yang sering terjadi pada Usaha Simpan
Pinjam Koperasi Kredit yaitu Transaski Penerimaan, Transaksi Pengeluaran dan
transaksi yang bersifat umum yang tidak merupakan penerimaan atau
pengeluaran Kas.
1) Transaksi Penerimaan Kas
(a) Penerimaan Setoran Simpanan Pokok;
(b) Penerimaan Setoran Simpanan Wajib;
(c) Penerimaan Setoran Simpanan Kapitalisasi;
(d) Penerimaan Setoran Uang Pangkal;
(e) Penerimaan Setoran Angsuran Pinjaman;

94
(f) Penerimaan Setoran Jasa Simpanan;
(g) Penerimaan Setoran Biaya Administrasi;
(h) Penerimaan Setoran Denda;
(i) penerimaan Setoran Simpan Harian;
(j) Penerimaan Setoran Simpanan Berjangka;
(k) Penerimaan Setoran Modal Penyertaan.
2) Transaksi Pengeluaran Kas
(a) Penarikan Simpanan Harian;
(b) Penarikan Simpanan Berjangka;
(c) Pengembalian Simpanan Saham (SP, SW, SK);
(d) Pencairan Pinjaman anggota.
3) Transaksi Umum
(a) Pengambilan Simpanan dari Bank;
(b) Setor Simpanan ke Bank;
(c) Pembagian SHU;
(d) Pinjaman antar Kas;
(e) Pinjaman antar Bank;
(f) Setoran angsuran via Simpanan;
(g) Pembayaran rekening Listrik, Telpon, Air, Internet;
(h) Biaya Bayar di Muka;
(i) Biaya Transport/ Perjalanan Dinas;
(j) Pembelian ATK;
(k) Pembelian Inventaris.

C. PENCATATAN PEMBUKUAN
Penyiapan dan pengerjaan pembukuan sekurang-kurangnya mengikuti
tahap-tahap pengerjaan sebagai berikut:
1. Pemilahan Bukti Pembukuan
Pemilahan bukti pembukuan dilakukan dengan cara mengurutkan buku
pembukuan berdasarkan urutan;
Pertama : Menurut urutan tahun;
Kedua : Menurut urutan bulan;
Ketiga : Menurut urutan tanggal;
Keempat : Menurut jenis bukti pembukuan;
Kelima : Menurut nomor urut bukti pembukuan.
2. Pengecekan Bukti dan Dokumen Pendukung
Sebelum bukti pembukuan dianalisa dan dicatat ke dalam jurnal dan
dibukukan ke perkiraan-perkiraan buku besar, maka bukti-bukti pembukuan
tersebut harus dicocokkan terlebih dahulu dengan dokumen-dokumen
pendukungnya terutama yang berkaitan dengan relevansi transaksi, keabsahan
transaksi, kelengkapan transaksi dan kebenaran (keakuratan) transaksi.
3. Urut-urutan Pencatatan dan bukti pembukuan
Setelah kedua tahap di atas dilalui, baru dapat dicatat ke dalam buku
jurnal kemudian ke perkiraan buku besar serta ke buku pembantu secara rinci.

95
Pencatatan dilakukan menurut urutan sebagai berikut:
Pertama : Slip Uang Masuk (SUM);
Kedua : Slip Memo yang merekam penerimaan bank;
Ketiga : Slip Memo yang merekam transaksi penjualan;
Keempat : Slip Uang Keluar;
Kelima : Slip Memo yang merekam pengeluaran bank;
Keenam : Slip mome yang mertekam transaski pembelian;
Ketujuh : Slip Memo yang merekam transaksi-transaksi lain.
4. Penyimpanan Bukti Pembukuan
Setelah dicatat secara kronologis dan dipisahkan menurut perkiraan
masing-masing secara rinci maka bukti pembukuan harus disimpan dalam “ordner”
yang disediakan, selama jangka waktu yang ditetapkan menurut undang-undang
yang berlaku. Pada bagian luar ordner harus ditulis sebagai berikut: tahun, nama
bukti dan nomor urut bukti.

D. JURNAL (Buku Harian atau Memorial)


Jurnal adalah suatu sarana akuntansi dalam proses pengolahan informasi
keuangan yang berfungsi mencatat transaksi-transaksi suatu organisasi koperasi kredit
secara berurutan (kronologis) segera pada saat terjadinya. Bentuk jurnal yang digunakan
adalah umum.
1. Bentuk Jurnal Umum
Apabila ditinjau dari pihak yang terlibat dalam transaksi maka jurnal
umum dapat dibuat dalam dua bentuk:
a) Jurnal Umum (JUM) adalah bentuk jurnal penerimaan Kas dan pengeluaran
Kas yang digunakan untuk transaksi dengan anggota saja;
b) Jurnal khusus (JUK) adalah bentuk jurnal penerimaan Kas dan pengeluaran Kas
yang digunakan khusus untuk transaksi non anggota.
2. Pencatatan Jurnal
Sebelum mulai dengan pencatatan jurnal, sebaiknya kita memahami benar
penempatan debet dan kredit saat menjurnal. Karena itu perlu memahami
persamaan Dasar Akuntansi pada umumnya, sehingga penempatan pos-pos
rekening antara debet dan kredit tidak keliru. Persamaan dasar akuntansi sebagai
berikut:

AKTIVA = PASIVA ......................1)

Aktiva atau kekayaan terdiri dari Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap.
Sedangkan Pasiva terdiri dari Modal Sendiri dan Hutang. Jika Koperasi Kredit sudah
beroperasi maka dibutuhkan biaya untuk menghasilkan pendapatan, sehingga
persamaan menjadi:

A = M + H + (P - B) ........................2)

96
Apabila persamaan di atas dimodifikasi sehingga tidak terdapat tanda
negatif maka persamaan berubah menjadi:

A + B = M + H + P .........................3)

Ada beberapa kesimpulan dari persamaan di atas:


• Setiap penambahan pada sisi kiri (Aktiva dan Biaya) selalu pada kolom Debet dan
setiap pengurangan selalu pada kolom Kredit.
• Setiap penambahan pada sisi kanan (Modal, Hutang dan Pendapatan) selalu
pada kolom Kredit dan setiap pengurangan selalu kolom Debet.
Dengan memperhatikan ilustrasi di atas dan pencatatan secara sistematis
dan akurat, maka dapat diberi beberapa saran sebagai beikiut:
1. Jurnal dikerjakan segera pada saat terjadinya transaksi;
2. Dicatat secara berurutan sesuai dengan nomor urut bukti yang terjadi;
3. Dipindahkan ke perkiraan-perkiraan buku besar pada saat setiap hari kerja;
4. Tidak memiliki saldo awal dan saldo akhir, namun total debet dan total kredit
setiap pindah halaman selalu ada;
5. Jumlah debet dan kredit suatu transaksi harus sama;
6. Suatu transaksi dapat melibatkan lebih dari satu perkiraan baik pada debet
maupun kredit;
7. Transaksi-transaksi yang dicatat dalam jurnal harus dijumlahkan setiap bulan.

Gambar 5.5 Jurnal Memo

No.
Tgl. Uraian Ref. Debet Kredit
Bukti

Jumlah

E. BUKU BESAR
Buku Besar adalah bagian dari proses pengelolaan informasi keuangan suatu
organisasi yang berfungsi untuk mengelompokkan transaksi-transaksi yang sama atau
hampir sama.
1. Bentuk Perkiraan Buku Besar

97
Biasanya perkiraan buku besar dibuat dibuat berupa kartu atau buku khusus
yang telah disediakan. Perhitungan saldo debet atau saldo kredit harus segara
dilakukan setelah suatu transaksi selesai dibukukan. Karena itu perhitungan saldo
pada suatu perkiraan buku besar tertentu dapat diketahui. Saldo awal bulan yang
bersangkutan, jumlah mutasi debet bulan yang bersangkutan, jumlah mutasi kredit
bulan yang bersangkutan dan saldo akhir bulan yang bersangkutan.
Pencatatan transaksi-transaksi ke dalam perkiraan buku besar perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Setiap transaksi harus dibukukan tepat pada perkiraan-perkiraan buku besar yang
bersangkutan, sesuai dengan nomor perkiraan dan judul perkiraan yang
ditetapkan dalam bagan perkiraan;
b) Setiap pencatatan suatu transaksi pada sisi debet dari satu atau beberapa
perkiraan harus seimbang dengan jumlah pada sisi kredit dari satu atau beberapa
perkiraan-perkiraan lawan;
c) Saldo awal dari perkiraan-perkiraan aktiva neraca, harus dibukukan pada sisi
debet dan saldo awal dari perkiraan-perkiraan Pasiva Neraca, harus dibukukan
pada sisi kredit;
d) Saldo awal dan atau mutasi setiap perkiraan buku besar harus dijumlahkan secara
periodik (tiap bulan) untuk menghitung saldo akhir dan mutasi sampai dengan
akhir periode tertentu;
e) Jumlah debet semua perkiraan buku besar sama dengan jumlah debet jurnal dan
jumlah kredit semua buku besar dengan jumlah kredit jurnal.

Gambar 5.6 Buku Besar


Bulan : Hal. :
No No. Perk. Mutasi Saldo
Tgl. Uraian
Bukti Lawan Debet Kredit Debet Kredit
Saldo Awal

2. Sistem Perkiraan Buku Besar


Sistem perkiraan adalah suatu pengelompokan dan penjenisan
transaksi-transaksi yang sama dan yang hampir sama yang pernah dan dianggap akan
terjadi pada suatu organisasi koperasi kredit ke dalam golongan perkiraan, kelompok
perkiraan dan jenis perkiraan buku besar. Sistem perkiraan yang disajikan merupakan
pedoman bagi seluruh organisasi Koperasi di lingkungan gerakan koperasi kredit di
indonesia.
Keseragaman penggunaan nomor perkiraan dan judul perkiraan akan
memperoleh manfaat sebagai berikut:

98
a) Memudahkan komuniKasi dan hubungan bisnis antara sesama organisasi koperasi
kredit di indonesia;
b) Memungkinkan keseragaman pencatatan dan pembukuan serta penyajian
informasi keuangan uang diinginkan;
c) Memudahkan pengolahan informasi keuangan bagi para pelaksana;
d) Memudahkan penyusunan laporan yang diterima oleh berbagai pihak;
e) Memungkinkan pembuatan perbandingan baik antara periode dalam organisasi
koperasi kredit tertentu maupun antar organisasi sejenis dan setingkat.
Sistem perkiraan yang disajikan dalam bentuk nomor perkiraan dan judul
perkiraan berdasarkan sistem klasifiKasi desimal adalah sebagai berikut:

Nomor Perkiraan Kopdit Bahtera Sejahtera

1. AKTIVA
A. KAS
100 Kas TA
101 Kas NGT
102 Kas MDN
B. PIUTANG ANTAR KAS
110 Piutang Kas TA
111 Piutang Kas NGT
112 Piutang Kas MDN
C. BANK
120 Tahapan BCA TA
121 Tahapan BCA NGT
122 Tahapan BCA MDN
D. PIUTANG ANTAR BANK
130 Piutang Bank TA
131 Piutang Bank NGT
132 Piutang Bank MDN
E. PIUTANG ANGGOTA
150 Piutang Umum
151 Piutang Khusus
152 Piutang Mikro
F. ANTISIPISASI AKTIVA
195 Biaya Bayar Di Muka
G. MODAL PENYERTAAN
200 Simp. Pokok di Puskopdit
201 Simp. Wajib di Puskopdit
202 Simp. Kapitalisasi di Puskopdit
203 Simp. Swakarsa di Puskopdit
H. SIMPANAN DI PUSKOPDIT
210 SISUKA di Puskopdit
211 Simp. Stabilisasi di Puskopdit

99
212 SIBUHAR di Puskopdit
I. INVENTARIS
300 Tanah
301 Bangunan
302 Akum. Penystn Bangunan
303 Peralatan Kantor
304 Akum. Penystn Peralatan Kntr
305 Aktiva Tetap Tak Berwujud
306 Akum Penystn Aktiva Tak Berwujud
J. PERSEDIAAN
310 Buku Anggota
311 Buku Pinjaman
312 Buku SIBUHAR
313 Buku SIBISA
314 Buku SIMAPAN
315 Buku SIRAYA
316 Perangko dan Meterai
317 Lain-Lain

2. PASIVA
K. MODAL HUTANG JK. PENDEK
400 Sibuhar A
401 Sibuhar B
L. MODAL HUTANG JK. PANJANG
402 Sisuka
403 Sibisa-3
404 Sibisa-5
405 Simapan
406 Siraya
M. HUTANG ANTAR KAS
410 Pinjaman Kas TA
411 Pinjaman Kas NGT
412 Pinjaman Kas MDN
N. HUTANG ANTAR BANK
420 Pinjaman Bank TA
421 Pinjaman Bank NGT
422 Pinjaman Bank MDN
O. HUTANG PIHAK LAIN
430 Hutang di Puskopdit
431 Hutang Lembaga Lain
P. DANA-DANA
440 Dana Pengurus
441 Dana Pengelola dan Kary.
442 Dana Pendidikan

100
443 Dana Sosial
444 Dana Pengemb. Daerah Krj
445 Deviden
446 Dana RAT
Q. ANTISIPASI BIAYA
450 Pendpt Terima di Muka
451 Biaya Yg Msh Hrs dibayar
452 Bunga Yg Msh Hrs dibayar
453 Titipan
R. MODAL SENDIRI
500 Simp. Pokok
501 Simp. Wajib
502 Simp. Kapitalisasi
503 Simp. Khusus
504 Simp. Modal Penyertaan
S. MODAL LEMBAGA
510 Cadangan Risiko
511 Cadangan Umum
512 Hibah
T. SHU (Surplus Hasil Usaha)
550 SHU di Tahan

3. BIAYA
A. BUNGA DAN PREMI
700 Bunga Simp. Non Saham
701 Bunga Pinj. di Puskopdit
702 Premi PERMATA
703 Solidaritas Puskopdit
B. BIAYA ORGANISASI
710 Rapat Anggota
711 Rapat Pengurus
712 Perjalanan Dinas
713 Pendidikan Anggota
714 Biaya Organisasi Lain
C. BIAYA KANTOR
720 Gaji Karyawan
721 Tunjangan Karyawan
730 Administrasi
731 Peralatan Kantor
732 Transportasi Umum
733 Rek. Listrik - Air - Telpon
D. BIAYA RISIKO
740 Penyusutan Inventaris
741 Amortisasi Pinjaman

101
E. BIAYA LAIN-LAIN
790 Biaya Lain-Lain
F. PAJAK
800 Pajak Retribusi
801 Pajak Bng Non Saham
802 PPh Karyawan
803 Pajak SHU

4. PENDAPATAN
G. PENDAPATAN USAHA
600 Jasa Pinjaman
601 Jasa Pelayanan
602 Uang Pangkal
603 Denda
604 Pinalti Pinjaman
605 Pendapatan Buku
606 Pendapatan Meterai
607 Jasa Transfer
H. PENDAPATAN BUKAN USAHA
611 Bng SIBUHAR di Puskopdit
612 Bng SISUKA di Puskopdit
613 Bunga Bank BCA
614 SHU dari Puskopdit
615 Bunga Simp. Stabilisasi
I. PENDAPATAN LAIN-LAIN
616 Pendapatan Lain-Lain

F. NERACA SALDO DAN NERACA LAJUR


1. Neraca Saldo
Neraca Saldo adalah suatu sarana informasi keuangan yang merupakan
ringkasan dari saldo buku besar suatu periode pembukuan baik akhir tahun, akhir
bulan atau dapat disajikan setiap akhir minggu atau akhir kegiatan suatu hari jika hal
itu memungkinkan.
Semakin pendek jangka waktunya semakin baik dalam hal membantu untuk
mengambil suatu keputusan manajemen. Neraca Saldo bukan merupakan neraca
akhir karena belum terpisah dari unsur pendapatan dan biaya karena itu hanya
merupakan ringkasan dari saldo antara debet dan kredit setiap perkiraan buku besar
yang ada.
Dalam sistem pembukuan koperasi kredit selama ini neraca awal pada suatu
bulan merupakan neraca akhir pada bulan sebelumnya dalam tahun yang sama.
Namun selama ini dalam praktek bahwa neraca akhir (LKSB) hampir sama dengan
neraca saldo, perbedaanya hanya dipisahkannya pendapatan dan biaya pada neraca
akhir (LKSB). Sebenarnya yang dimaksud neraca akhir adalah neraca akhir periode
pembukuan suatu organisasi berarti neraca yang sudah diperbaiki, disesuaikan dan

102
sudah ditutup perkiraan pendapatan dan biaya. Karena itu neraca saldo akhir bulan
pada akhir tahun pembukuan diteliti dan diperiksa kembali sehingga apabila terdapat
kesalahan atau kekeliruan serta penyesuaian-penyesuaian akan diperbaiki dalam
proses lembar kerja yang sering disebut neraca Lajur.
2. Neraca Lajur
Neraca Lajur merupakan salah satu dokumen tambahan yang dikerjakan
dalam proses pengolahan informasi keuangan suatu lembaga khususnya pada akhir
suatu periode pembukuan.
Manfaat Neraca Lajur:
a) Untuk mengecek keseimbangan seluruh transaksi yang telah dibukukan selama
satu periode tertentu ke dalam perkiraan-perkiraan buku besar antara lain;
• Jumlah kolom debet pada jurnal = Jumlah kolom Debet perkiraan buku besar;
• Jumlah kolom kredit pada jurnal = jumlah kolom kredit perkiraan buku besar.
Selain keseimbangan, juga kebenaran penempatan transaksi-transaksi yang
dibukukan merupakan prasyarat yang penting;
b) Untuk mempermudah pengecekan kelengkapan dan keseimbangan ayat-ayat
jurnal penyesuaian maupun ayat-ayat jurnal perbaikan/ koreksi yang dilakukan
pada setiap tutup tahun buku.
Neraca Lajur terdiri dari 16 kolom berpasangan antara lain terdiri dari;
neraca awal 2 kolom, mutasi 2 kolom, neraca saldo 2 kolom, ayat-ayat
penyesuaian/ perbaikan 2 kolom, mutasi 2 kolom, Neraca Perbaikan 2 kolom,
perhitungan SHU 2 kolom dan neraca akhir 2 kolom.
Dalam sistem akuntansi baru, hanya terdiri dari 10 kolom yaitu Neraca
Saldo, Ayat Penyesuaian/ Perbaikan, penghitungan hitungan SHU dan neraca
akhir. Kedua sistem tersebut pada prinsipnya sama namun karena pada kopdit
menggunakan sistem menyalin dari suatu proses ke proses berikutnya maka
sebaiknya kita cukup mengunakan yang sepuluh kolom.
Langkah-langkah pengisian Neraca Lajur;
1) Pengisian kolom-kolom pada Neraca Saldo yang dilengkapi dengan nomor
perkiraan, judul perkiraan, jumlah setiap perkiraan dan total debet dan kredit;
2) Buatlah slip memo untuk penyesuaian/ perbaikan dan masukkan ke dalam
kolom ayat-ayat penyesuaian/ perbaikan pada neraca lajur;
3) Isilah kolom Neraca Perbaikan dengan cara penjumlahan antara Neraca Saldo
dengan ayat-ayat penyesuaian/ perbaikan, debet + debet = debet, debet -
kredit = yang paling besar, kredit + kredit = kredit;
4) Buatlah slip memo penutupan, penutupan biaya-biaya terhadap SHU dengan
cara mengkreditkan semua rekening-rekening biaya dan mendebetkan semua
rekening SHU. Penutupan pendapatan terhadap SHU dengan cara
mendebetkan rekening-rekening pendapatan dan mengkreditkan rekening
SHU. Masukkan Jurnal Penutupan tersebut ke dalam kolom penghitungan
SHU pada Neraca Lajur;
5) Isilah kolom Neraca Akhir dengan penjumlahan antara Neraca Perbaikan
dengan penghitungan SHU. Prosesnya sama dengan nomor 3) di atas;

103
6) Jumlahkan setiap kolom dengan seksama. Apabila penjumlahannya benar dan
penempatannya benar, maka antara debet dan kredit selalu jumlahnya sama
dengan kata lain seimbang.
3. Pengisian Slip Memo
Slip Memo digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi yang tidak
menyangkut uang tunai (penerimaan dan pengeluaran Kas). Penggunaan Slip Memo
antara lain untuk:
a) Perbaikan kesalahan (koreksi);
b) Penyesuaian termasuk penyusutan aktiva tetap, penghapusan aktiva,
penyesuaian pembayaran di muka dan sebagainya;
c) Penutupan perkiraan pendapatan dan biaya terhadap SHU;
d) Alokasi SHU ke Deviden, Cadangan dan Dana-Dana.

1. Perbaikan Kesalahan (Koreksi)


Kesalahan yang belum diketahui pada hari yang sama akan
dibetulkan dengan menggunakan Slip Memo pada setiap akhir bulan dan tidak
dibenarkan dengan menutup kesalahan yang lama dengan tipe-ex karena
akan sulit untuk mendapatkan asal-usul angka yang ditutup tersebut terutama
bagi yang mengaudit kemudian. Pada form Slip Memo tidak diberikan judul
perkiraan dengan maksud lebih fleksibel dalam penggunaannya.

Contoh Kasus kesalahan:


SUM No. 28 Tanggal 14 Januari 2011 salah mencatat setoran dari Budi yang
sebenarnya mengangsur pinjaman Rp. 50.000,- dan bunga Rp 5.000,- .
Kemudian dicatat sebagai simpanan sukarela.

Dari Kasus tersebut dapat dicatat dengan dua cara:


a. Cara pertama, langsung memperbaiki dengan memperhatikan kekeliruan
pencatatan yang pertama dengan menggunakan Slip Memo. Karena di
catat keliru ke Simpanan Sukarela Kredit, maka Simpanan Sukarela harus
didebetkan sedangkankan Kas tidak berubah. Yang muncul adalah
piutang anggota dan pendapatan bunga, keduanya pada kolom kredit.
Pencatatan: (pada Slip Memo)
Simpanan Sukarela (D) Rp. 55.000,-
Angsuran Pinjaman (K) Rp. 50.000,-
Bunga Pinjaman (K) Rp. 5.000,-

b. Cara kedua, yaitu dengan membalikkan pencatatan yang lama (debet


menjadi kredit dan kredit menjadi debet). Dengan demikian kesalahan
yang lama terhapus daan mulai dengan pencatatan yang baru dan yang
benar:
Pencatatan: (dengan Slip Memo)
membalikan pencatatan yang lama;
Simpanan Sukarela (D) Rp. 55.000,-

104
Kas (K) Rp 55.000,-
Pencatatan baru yang benar:
Kas (D) Rp. 55.000,-
Angsuran Pinjaman (K) Rp. 50.000,-
Bunga Pinjaman (K) Rp. 5.000,-

2. Penyesuaian
Yang termasuk penyesuaian di sini adalah penyusutan aktiva tetap,
penghapusan aktiva tetap, biaya bayar di muka, biaya yang masih harus
dibayar dan pendapatan yang masih harus diterima.
3. Penyusutan Aktiva Tetap
Dalam sisten akuntansi, aktiva tetap yang digunakan atau
dioperasikan untuk menunjang usaha, maka harus disusutkan nilainya karena
pada dasarnya nilai aktiva tetap baik fisik maupun nilai ekonomis semakin
berkurang karena aus atau ketinggalan. Semua aktiva tetap yang digunakan
dalam operasi akan disusutkan nilainya kecuali tanah. Aktiva tetap yang tak
bewujud misalnya hak cipta, goodwill, badan hukum penyusutannya disebut
Amortisasi sedangkan untuk sumber alam misalnya tambang, hutan disebut
Deplesi. Pada bagaian ini kita baru akan mengenal satu metode menghitung
penyusutan aktiva tetap yaitu metode garis lurus (Straight Line Method).
4. Pencatatan Penyusutan
Pencatatan Penyusutan tidak langsung mengurangi nilai aktiva tetap
bersangkutan tetapi dicatat dengan menggunakan perkiraan tandingan yang
disebut akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap . Maksud dari perkiraan ini agar:
a) Dapat dengan mudah mengetahui berapa harga perolehan Aktiva Tetap
tersebut setiap saat;
b) Dapat dengan mudah mengetahui berapa penyusutan yang telah
dilakukan selama penggunaan;
c) Dapat dicatat dengan Slip Memo:
Biaya penyst. Komputer (D) Rp. 60.000,-
Akum. Ak. Tetap (K) Rp. 60.000,-
Dari Slip Memo yang telah diisi seterusnya dimasukkan ke dalam ayat
penyesuaian pada neraca lajur apabila disesuaikan pada akhir tahun dan
kemudian ke buku besar, tetapi apabila disesuaikan pada setiap bulan
maka harus dimasukkan ke jurnal kemudian ke buku besar.
5. Penghapusan Aktiva
Dalam perjalanan usaha mungkin saja terjadi aktiva atau kekayaan
sebagian dihapus dari pembukuan dikarenakan rusak atau tidak mengkin
tertagihnya sebagian piutang (pinjaman) serta dijualnya aktiva karena sudah
ketinggalan.
Contoh:
Piutang Si B sebesar Rp 25.000,- diputuskan oleh Pengurus untuk dihapuskan
karena yang bersangkutan di-PHK dari tempat kerjanya dan kemungkinan
untuk pengembaliannya sangat sulit.

105
Dicatat pada Slip Memo:
Biaya lain-lain (D) Rp. 25.000,-
Piutang macet (K) Rp. 25.000,-

4. Biaya Bayar dimuka ( Sewa)


Kadang-kadang Koperasi mengeluarkan sejumlah uang untuk
kontrak kantor beberapa tahun. Menurut sistem Kas atau cash basic sejumlah
pengeluaran Kas tersebut dibebankan sebagai biaya.
Namun menurut accrual basic pengeluaran tersebut tidak semuanya
dibebankan sebagai biaya karena sebagaiannya merupakan beban
operasional untuk tahun berikutnya. Karena itu cash basic hanya dibebankan
ke biaya untuk bagian dari biaya tahun yang bersangkutan, sehingga efek
terhadap SHU tahun yang bersangkutan tidak terlalu ditekan karena adanya
pengeluaran sewa tersebut.
Karena itu sebaiknya mengunakan perkiraan tandingan dari
pengeluaran Kas tersebut yaitu Biaya Bayar di Muka yang digolongkan pada
perkiraan aktiva.

Contoh:

Koperasi Bahtera Sejahtera menyewa rumah untuk kantor selama tiga tahun
sebesar Rp 3.600.000,- dibayar pada awal penggunaan.
Perhitungan:
Biaya per tahun Rp. 3.600.000,- : 3 = Rp 1.200.000,- dan per bulan Rp.
100.000,- (sebaiknya dibebankan setiap bulan) agar pengaruh terhadap SHU
tidak terlalu fluktuasi.
Pencatatan saat dibayar:
Biaya Bayar di Muka (D) Rp. 3.600.000,-
Kas (sewa utk 3 th) (K) Rp 3.600.000,-
Pencatatan akhir bulan pertama penggunaan kantor:
Biaya adm dan umum (D) Rp 100.000,-
Biaya bayar dimuka (K) Rp 100.000,-
(Penyesuaian pembebanan sewa kantor bulan ke-1)
Dari Slip Memo tersebut dimasukkan ke jurnal dan diteruskan ke buku besar
masing-masing. Akan tampak saldo biaya dibayar di muka setiap bulan akan
semakin kecil dan seterusnya dan pada akhir bulan tahun ke tiga saldonya
menjadi nol karena telah dibebankan menjadi biaya. Kedua perkiraan tersebut
akan nampak di buku besar.

5. Biaya yang Masih Harus Dibayar


Beberapa pengeluaran yang tak dapat dikeluarkan tepat pada
tanggal 31 Desember, setiap tahun, namun sebenarnya merupakan beban
biaya yang harus dikeluarkan pada tahun tersebut. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka sistem acrrual basic dapat diterapkan sehingga walaupun

106
biaya tersebut belum dikeluarkan secara tunai, namun jumlahnya sudah dapat
dipastikan maka dapat dibebankan sebagai biaya pada tahun tersebut dengan
cara mendebetkan biaya yang bersangkutan serta lawan perkiraan adalah
biaya yang masih harus dibayar di kredit yang digolongkan dalam perkiraan
kewajiban atau utang lancar.
Beberapa jenis perkiraan yang sering terjadi seperti hal itu biaya gaji,
biaya listrik, biaya pajak pendapatan dan mungkin biaya RAT.

Contoh:
Suatu saat Koperasi Bahtera Sejahtera belum mengeluarkan gaji karyawan,
karena Koperasi sedang libur akhir tahun. Oleh karena itu gaji belum
dikeluarkan sebesar Rp 8.500.000,-
Pencatatan tanggal 31 Desember 2010 dengan slip memo:
Biaya Gaji Karyawan (D) Rp. 8.500.000,-
Biaya YMHD (K) Rp. 8.500.000,-
(Gaji karyawan Bulan Desember)
Pencatatan pada saat gaji dibayar tanggal 06 Januari 2011 dengan Slip Uang
Keluar :
Biaya YMHD (D) Rp. 8.500.000,-
Kas (K) Rp 8.500.000,-

6. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima


Menurut sistem accrual basic, walaupun suatu pendapatan belum
diterima, namun sudah jatuh tempo, maka langsung dicatat sebagai
pendapatan dan lawan perkiraan adalah pendapatan yang masih harus
diterima yang digolongkan sebagai aktiva lancar, misalnya deviden dari Silang
Pinjam Daerah (SPD), bunga deposito,dll

Contoh:
Kopdit Bahtera Sejahtera akan memperoleh deviden dari SPD (Puskopdit) Rp.
125.000,- namun pada tanggal 31 Desember belum dikirim oleh Puskopdit.
Pencatatan tanggal 31 Desember 2010 dengan Slip Memo:
Pendapatan YMAD (D) Rp. 125.000,-
Pendapatan Deviden SPD (K) Rp. 125.000,-
(Deviden yang belum diterima dari SPD)
Apabila deviden tersebut tidak diambil dan langsung dimasukkan ke
simpanan, maka untuk tahun 2011 dicatat sebagai berikut:
Simpanan SPD (D) Rp 125.000,-
Pendapatan YMAD (K) Rp. 125.000,-
(Simpanan ke SPD dari Deviden SPD)
Penyesuaian yang terakhir ini nampaknya jarang digunakan karena
akan mengalami kesulitan dalam pembagian deviden, apalagi kalau deviden
tersebut diambil pada tanggal 31 Desember dan memperhatikan prinsip
kehati-hatian pada lembaga keuangan walaupun prinsip-prinsip akuntansi

107
memungkinkan hal itu dilaksanakan. Sebaiknya bila tidak ingin kesulitan,
dibukukan setelah tanggal ganti tahun. Pendapatan yang masih harus
diterima bisa dilakukan hanya untuk beberapa transaksi yang benar-benar
akan pasti terealisir.

7. Slip Memo Penutup


Pada akhir tahun tutup buku ada beberapa kelompok perkiraan
harus ditutup. Perkiraan-perkiraan tersebut adalah perkiraan pendapatan dan
perkiraan biaya. Untuk menutup perkiraan tersebut akan menimbulkan
perkiraan lawan yaitu perkiraan Surplus Hasil Usaha (SHU).
Perkiraan-perkiraan pendapatan ditutup dengan cara mendebetkan
perkiraan pendapatan dan mengkreditkan perkiraan biaya. Sedangkan untuk
menutup perkiraan biaya yaitu mengkreditkan perkiraan-perkiraan biaya dan
mendebetkan perkiraan-perkiraan Surplus Hasil Usaha. Penutupan perkiraan
tersebut menggunakan dua Slip Memo dan seterusnya dimasukkan ke dalam
neraca lajur pada kolom SHU, selanjunya dimasukkan ke dalam buku besar
masing-masing saldo setiap buku besar perkiraan pendapatan dan biaya sama
dengan nol.

Contoh:
Total pendapatan Koperasi Bahtera Sejahtera dari Januari - Desember 2010
Rp 24.000.000,- dan total biaya Rp 10.200.000,-
Pencatatan penutupan sebagai berikut:
Menutup perkiraan pendapatan:
Pendapatan (D) Rp. 24.500.000,-
SHU (K) Rp 24.500.000,-
menutup perkiraan biaya:
SHU (D ) Rp 10.200.000,-
Biaya (K) Rp 10.200.00,-
Pada neraca akhir tahun perkiraan pendapatn dan biaya sudah tidak muncul
dan yang muncul adalah perkiraan SHU. Neraca akhir ini merupakan neraca
untuk laporan keuangan pada akhir suatu periode.

G. BALAS JASA SIMPANAN (DEVIDEN) DAN BALAS JASA PINJAMAN


1. Pengertian
Sebagaimana kebiasaan pada perusahaan atau PT, pada akhir tahun suatu
periode pembukuan hasil usaha berupa laba bersih (net profit) akan dibagikan
kepada pemegang saham, demikian juga pada Koperasi pada akhir tahun buku akan
membagi Surplus Hasil Usaha kepada anggota sebagai pemilik atau pemegang saham.
Pemberian balas jasa tersebut dapat diberikan dalam dua bentuk yaitu Balas Jasa
Simpanan yang biasa disebut Deviden dan Balas jasa Pinjaman.
a) Balas Jasa Anggota
Yang dimaksud dengan Balas Jasa Anggota adalah jasa yang diterima
anggota atas imbalan prestasi yang diberikan oleh mereka kepada Koperasi. Pada

108
Koperasi Kredit Bahtera Sejahtera balas jasa ini ada dua macam yaitu balas jasa
simpanan yang disebut dengan deviden dan balas jasa Pinjaman yaitu jasa yang
diberikan kepada anggota yang mendapatkan prestasi pengembalian pinjaman
yang terbaik. Balas jasa terakhir ini tidak mutlak diberikan, tergantung pada
pertimbangan Koperasi, antara lain : (1) Apakah Koperasi perlu menaikkan
permintaan pinjaman? (2) Apakah bunga pinjaman Koperasi yang ditetapkan
lebih besar dari bunga yang berlaku di pasar?
b) Dana Cadangan
Yang dimaksud dengan Dana Cadangan adalah alokasi dari SHU untuk
memperbesar modal organisasi yaitu dari modal sendiri. Dana Cadangan ini
digunakan untuk memperkuat modal operasional dan sebagai cadangan untuk
resiko. Idealnya Dana Cadangan ini tidak diedarkan atau dipinjamkan kepada
anggota tetapi didepositokan atau diinvestasikan.
c) Dana Pengurus
Dana Pengurus adalah dana yang dialokasikan dari SHU sebagai balas
jasa Pengurus selama tahun buku yang berjalan karena Pengurus Koperasi pada
umumnya tidak menerima gaji tiap bulan seperti karyawan karena itu mereka
layak untuk menerima balas jasa tersebut.
d) Dana Pendikan
Dana Pendidikan adalah dana yang dialokasikan dari SHU yang
digunakan untuk membiayai pendidikan baik pendidikan untuk anggota, calon
anggota, karyawan Koperasi maupun untuk Pengurus dan Pengawas. Dana
pendidikan ini sangat penting untuk membangun SDM pada Koperasi karena
pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengembangan Koperasi.
e) Dana Pengembangan Daerah Kerja
Dana Pengembangan Daerah Kerja adalah dana yang dialokasikan dari
SHU yang dipergunakan untuk membantu pembangunan sarana umum wilayah di
mana Koperasi itu berdiri. Hal ini dimaksudkan agar kehadiran Koperasi pada
wilayah di mana Koperasi itu berdiri dapat memberikan kontribusinya dalam
membangun sarana umum.
f) Dana Kayawan
Dana Karyawan adalah dana yang dialokasikan dari SHU yang digunakan
untuk kesejahteraan karyawan, misalnya untuk membayar dana pensiun
karyawan, atau untuk membayar premi asuransi kesehatan karyawan.
g) Dana Sosial
Yaitu dana yang dialokasikan dari SHU yang digunakan untuk
kepentingan sosial pada masyarakat yang ada di sekitar daerah kerja Koperasi
tersebut. Hal ini diadakan karena Koperasi merupakan lembaga usaha yang peduli
terhadap masalah-masalah sosial terutama pada wilayah kerja dari koperasi yang
bersangkutan.
2. Teknik Menghitung Deviden Dan Balas Jasa Pinjaman
a) Balas Jasa Simpanan (Deviden)
Pada koperasi kita kenal dengan prinsip-prinsip antara lain: demokrasi
dan pendidikan serta informasi yang transparan, apalagi pada koperasi yang

109
memegang prinsip Dari Anggota, Oleh Anggota dan Untuk Anggota, hal ini
sangat ditekankan bahwa laporan keuangan yang merupakan bagian
informasi yang akan disosialisasikan kepada anggota diperlukan suatu
transparansi dan keterbukaan. Sehubungan dengan hal tersebut maka teknik
menghitung Balas Jasa Anggota perlu diketahui oleh anggota sebagai pemiliki
sekaligus sebagai pelanggan dari Koperasi. Masih sedikit atau hampir tidak
ada literatur di Indonesia yang membahas bagaimana teknik menghitung
Balas Jasa Simpanan anggota pada koperasi di mana simpanannya akan
bertambah atau berkurang setiap waktu, atau ada yang menyimpan
Simpanan Wajibnya rutin tiap bulan, ada yang kadang-kadang menyimpan
atau kadang-kadang tidak, ada yang menyimpan Simpanan Wajib sekaligus
setahun pada awal tahun dan ada yang menyimpan Simpanan Wajib sekaligus
setahun pada akhir tahun. Kemungkinan jumlah Simpanan Wajib anggota
pada akhir tahun sama besar namun lamanya waktu uang mengendap pada
Koperasi setiap anggota bisa berbeda-beda sesuai dengan kapan anggota
tersebut menyimpan Simpanan Wajibnya. Jika diambil dari jumlah akhir
simpanan sebagai dasar pembagian balas jasa simpanan, maka tidak akan adil
kerena lamanya uang yang mengendap tiap anggota tidak sama, karena itu
perlu diperhatikan nilai waktu dari setiap rupiah yang disimpan anggota
dalam koperasi. Maka dalam menghitung Balas Jasa Simpanan (Deviden) nanti
ada istilah saham, nilai satu unit saham, bulan saham, nilai satu unit bulan
saham, jumlah deviden yang diperoleh anggota dan tingkat deviden yang
dicapai (%). Saham adalah satuan modal yang disetor anggota ke Koperasi.
Misalnya : Satu unit saham nilainya Rp. 1.000,- atau Rp. 2.000,- tergantung
pada keputusan manajemen Koperasi yang disahkan dalam RAT. Jadi jika
seorang anggota menyimpan simpanan pokok Rp 100.000,- dan Simpanan
Wajib Rp 10.000,- pada bulan Januari dengan satu saham nilainya diputuskan
Rp 1.000,- ,maka anggota tersebut memiliki saham sebanayak 110 unit dan
pada saat itu di memiliki bulan saham 110. Jika pada bulan Pebruari anggota
tersebut menyimpan simpanan wajib rp 10.000,- maka jumlah saham menjadi
120 unit tetapi jumlah bulan sahamnya menjadi 230.
b) Langkah-Langkah Menghitung Balas Jasa Simpanan
1) Menghitung jumlah bulan saham setiap anggota;
2) Menghitung nilai satu unit bulan saham;
3) Menghitung jumlah Deviden yang diperoleh setiap anggota;
4) Menghitung tingkat deviden yang dicapai oleh Koperasi pada tahun tersebut.
3. Langkah-Langkah Menghitung Balas Jasa Simpanan
a) Menghitung Jumlah Bulan Saham
Ada dua cara menghitung Bulan Saham
1) Cara Pertama
Untuk menghitung Jasa Bulan Saham (JBS) yaitu menjumlahkan hasil
perkalian dari setiap penambahan saham dengan lamanya saham mengendap
pada Koperasi. Yang akan dihitung sebagai bulan saham adalah simpanan
yang telah mengendap satu bulan hingga bulan Desember untuk tahun

110
berjalan tidak dapat dihitung sebagai bulan saham, karena itu dihitung sampai
dengan bulan Nopember, sedang bulan Desember dihitung untuk tahun buku
berikutnya. Jadi untuk tahun berikutnya bulan saham dihitung mulai bulan
Desember tahun sebelumnya sampai dengan bulan November tahun berjalan.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa:
• Jumlah bulan saham Desember adalah = Jumlah saham dikalikan dengan
12 bulan;
• Jumlah bulan Januari = jumlah tambahan saham dikalikan dengan 11
bulan;
• Jumlah bulan saham Februari = Jumlah tambahan saham dikalikan dengan
10 bulan, dst;
Jadi jumlah bulan saham dalam setahun dapat diformulasikan sebagai
berikut:

JBS = (A X 12) + (a1 X 11) + (a2 x 10) + ... dst + (a11 X 1)

Keterangan:
A = Jumlah saham pada bulan Desember tahun sebelumnya
a1 = Jumlah tambahan saham bulan Januari
a2 = Jumlah tambahan saham bulan Februari
a11 = Jumlah tambahan saham bulan November
12 = Dua belas bulan saham mengendap dalam Koperasi
11 = Sebelas bulan saham mengendap dalam Koperasi
10 = Sepuluh bulan saham mengendap dalam Koperasi
1 = Satu bulan saham mengendap dalam Koperasi

Jika anggota-anggota yang tidak menyetor Simpanan Wajibnya


dalam sebulan maka a-0. Kelemahan cara ini jika anggota mengambil
simpanannya pada tahun berjalan, padahal saham sudah dihitung perkalian
pada bulan Desember (12 kali). Maka hal ini akan merugikan anggota lain
yang tidak pernah menarik Simpanan Sahamnya. Oleh karena itu Koperasi
hendaknya tidak memperkenankan anggota mengambil Simpanan Saham,
kecuali benar-benar keluar.
Untuk menghidari kelemahan tersebut maka dapat kita gunakan
cara yang kedua.

111
2) Cara kedua
Untuk menghitung Jumlah bulan saham dalam setahun yaitu dengan
cara menjumlahkan akumulasi saham dalam setiap bulan, mulai dari bulan
Desember tahun sebelumnya sampai dengan bulan November tahun berjalan.
Cara ini lebih adil dan perhitungannya lebih mudah dan sederhana tidak
menggunakan perkalian setiap bulan.
Formulanya dapat digambarkan sebagai berikut:

JBS = (A + A1 + A2 + A3 + ... + A11)

Keterangan
A = Akumulasi jumlah bulan saham bulan Desember tahun sebelumnya
A1 = Akumulasi jumlah bulan saham bulan Januari berjalan
A2 = Akumulasi jumlah bulan saham bulan Februari berjalan
A3 = Akumulasi jumlah bulan saham bulan Maret tahun berjalan
A11 = Akumulasi jumlah bulan saham bulan November tahun berjalan.
Jika anggota tidak menabung pada salah satu bulan maka yang
diambil untuk bulan tersebut adalah akumulasi bulan sebelumnya,namun jika
anggota menyimpan dua kali atau lebih dalam satu bulan maka yang diambil
dalam perhitungan satu bulan terjadi penyimpanan,lalu terjadi pengambilan
maka yang diambil adalah akumulasi yang terendah dalam bulan tersebut.

b) Menghitung Nilai Satu Unit Bulan saham


Jika jumlah bulan saham telah diketahui jumlahnya maka untuk
menghitung satu unit bulan saham dapat diperoleh dari hasil bagi antara jumlah
alokasi deviden dengan jumlah seluruh bulan saham dari semua anggota; dapat
diformulasi sbb:

Jumlah Alokasi Deviden


1 Unit bulan = X 1 Rp.
Total Bulan Saham

c) Menghitung Jumlah Deviden yang Diterima Setiap Anggota


Jika satu unit bulan saham telah diperoleh nilainya maka untuk
menghitung jumlah deviden yang diterima seseorang anggota adalah nilai satu
unit bulan saham dikalikan dengan jumlah bulan saham anggota yang
bersangkutan. Formulasinya sebagai berikut :

Deviden Si A = Nilai 1 unit bulan saham X jumlah bulan saham si A

d) Menghitung Tingkat Deviden yang Tercapai


Untuk mengetahui tingkat Deviden yang dicapai Koperasi pada tahun
buku tersebut dapat diperoleh dari hasil bagi nilai satu unit bulan salam dengan
satu unit saham dikali 12, dikalikan 100%. Dapat diformulasikan sebagai berikut:

112
nilai satu unit bulan saham
Tingkat Deviden = X 12 X 100%
nilai satu unit saham

4. Balas Jasa Pinjaman (BJP)


Balas Jasa Pinjam adalah bagian dari Surplus Hasil Usaha yang diberikan
kepada anggota atas partisipasi mereka meminjam dan mengembalikan pinjaman
serta membayar bunga kepada Koperasi dengan tertib dan teratur. Besar kecilnya
alokasi untuk Balas Jasa Pinjaman tergantung pada keputusan Rapat Anggota. Bahkan
beberapa Koperasi menentukan bahwa seluruh Balas Jasa Anggota diberikan sebagai
Balas Jasa Simpanan (deviden) dan tidak dibagikan sebagai balas Jasa Pinjaman,
karena mereka beranggapan bahwa dengan mendapatkan pelayanan pinjaman
dengan bunga relatif murah, anggota yang memperoleh pinjaman sudah
mendapatkan keuntungan sehingga tidak perlu memberikan Balas Jasa Pinjaman lagi.
Pertimbangan Koperasi memberikan Balas Jasa Pinjaman kepada anggota jika
diperlukan suatu rangsangan agar anggota lebih banyak mengajukan pinjaman,
tujuannya untuk meningkatkan permintaan pinjaman. Pertimbangan ini diputuskan
oleh Koperasi mungkin karena permintaan sedang menurun dan kondisi dan situasi
Kas sedang banyak yang nganggur atau idle cash.
Ada 4 metode untuk menghitung Balas Jasa Pinjaman:
a) Berdasarkan Angsuran Pinjaman yang dibayar;
b) Berdasarkan bunga yang dibayar;
c) Berdasarkan bunga yang dibayar bersamaan angsuran;
d) Berdasarkan pinjaman yang lunas dalam satu tahun.
Dari keempat metode penghitungan tersebut dapat diaformulasikan sebagai
berikut:
a) Berdasar Angsuran Pinjaman yang Dibayar

Angsuran si A
BJP = X Alokasi BJP
Total Angsuran

b) Berdasar Bunga yang dibayar

Bunga dari si A
BJP = X Alokasi BJP
Total Bunga yang Dibayar

c) Berdasar Bunga bersamaan Angsuran

Bunga Bersamaan Angsuran si A


BJP = X Alokasi BJP
Total Bunga Bersamaan Angsuran

113
d) Berdasar Pinjaman yang lunas dalam setahun

Pinjaman Lunas Setahun si A


BJP = X Alokasi BJP
Total Pinjaman yang Lunas

Tulungagung, 5 Nopember 2011

Ketua Sekretaris

MIANTA DHARBENI YUS KUNAHARI

114

Anda mungkin juga menyukai