Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Produk


Penilaian Produk adalah penilaian hasil kerja peserta didik terhadap
penguasaan ketrampilan peserta didik dalam membuat suatu produk dan
penilaian kualitas hasil kerja peserta didik tertentu. Misalnya : Siswa diberi
tugas untuk membuat kliping Koran tentang bencana alam di Indonesia,
selanjutnya siswa diberi tugas untuk mengomentarinya dan solusi untuk
meringankan beban mereka. Jadi Penilaian produk juga adalah penilaian
terhadap persiapan, proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian
jenis ini meliputi: penilaian kemampuan peserta didik terhadap proses
pembuatan suatu produk (Depdiknas, 2006).
Penilaian produk meliputi pula penilaian terhadap kemampuan siswa
membuat produk-produk sains, teknologi dan seni, seperti: laporan penelitian,
hasil survei, makanan, pakaian, hasil karya seni (patung), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Dalam matematika seperti
benda-benda peraga (kubus, balok, kerucut dan sebagainya). Penilaian
produk ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga proses
pembuatannya. Contoh, kemampuan siswa menggunakan berbagai teknik
menggambar, menggunakan peralatan dengan aman, membakar kue dengan
hasil baik, bercita rasa enak, dan berpenampilan menarik.
Kriteria yang digunakan guru untuk memilih produk siswa yang akan
dilibatkan dalam penilaian yaitu: (1) relevan dan mewakili kompetensi yang
akan dinilai. Cara menentukan relevan tidaknya suatu produk adalah
menetapkan kompetensi yang akan diukur setiap memberikan tugas kepada
siswa, dan menetapkan kompetensi yang akan diukur pada tiap tahap dalam
pembuatan produk; dan (2) jumlah produk dan obyektifitas penilaian. Semakin
banyak produk yang dinilai untuk masing-masing kompetensi maka
kesimpulan yang dihasilkan akan semakin tepat. Penilaian produk yang
objektif adalah penilaian yang tidak dipengaruhi oleh jenis dan bentuk produk
serta tidak dipengaruhi oleh guru yang menilai.
B. Tahapan Penilaian Produk
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu
diadakan penilaian yaitu:
1. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
2. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
Adapun kriteria penilaian produk menurut Depdiknas (2006) adalah
sebagai berikut
Tahap Deskripsi Skor
Persiapan Kemampuan merencanakan seperti: 1-10
- Menggali dan mengembangkan gagasan
- Mendesain produk, menentukan alat dan bahan
Pembuatan - Kemampuan menyeleksi dan menggunakan bahan 1-10
- Kemampuan menyeleksi dan menggunakan alat
produk
- Kemampuan menyeleksi dan menggunakan teknik
Penilaian - Kemampuan peserta ddik membuat produk sesuai 1-10
produk kegunaan/fungsinya
- Produk memenuhi kriteria keindahan
Sumber: Puskur Baltbang, Depdiknas, 2006

Fase dalam menghasilkan produk


1. Persiapan: siswa dapat dinilai dalam kemampuannya membuat
perencanaan, bereksplorasi, mengembangkan gagasan, dan membuat
desain produk.
2. Produksi: siswa dapat dinilai dalam kemampuannya memilih dan
menggunakan bahan, alat, dan teknik
3. Refleksi: siswa dapat dinilai dalam hal estetika, kesempurnaan produk,
fungsional, keorisinilan.
Membuat perencanaan:
1. Apakah Anda akan menilai tahap persiapan, produksi, refleksi
2. Bagaimana/bagian mana relevansinya dengan kurikulum
3. Bagaimana Anda secara spesifik membuat kriterianya
Membuat Pencatatan:
1. Metode pencatatan apa yg akan digunakan (catatan singkat, analitik, atau
holistik)
2. Siapa yang akan menilai (siswa sendiri, teman sebaya, orang tua, atau
guru)
3. Bagaimana kriteria penilaiannya
4. Bagaimana tingkat keajegannya
Pelaporan:
1. Dari sudut pandang/eviden apa anda menentukan tingkat kemampuan
anak (menggunakan analitik, holistik, catatan singkat)
2. Lebih menekankan mana: tingkat kemajuan siswa individual atau
keterbandingannya dengan siswa lain dikelompoknya
3. Bentuk pelaporannya dapat berupa uraian/deskripsi atau secara grafis.

Contoh keterampilan siswa yang dapat dinilai pada waktu proses


pembuatan suatu produk:
1. Tahap persiapan: keterampilan siswa untuk membuat perencanaan,
kemampuan siswa untuk merancang suatu produk, atau kemampuan siswa
untuk menggali dan mengembangkan suatu ide;
2. Tahap produksi: kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahan,
peralatan, dan teknik kerja;
3. Tahap akhir: kemampuan siswa untuk menghasilkan produk yang
memenuhi kriteria (fungsi dan estetika), kemampuan siswa untuk
mengevaluasi hasil kerjanya
C. Tujuan Penilaian Produk
Guru harus memahami tujuan penilaian hasil kerja agar tidak terjadi
kekeliruan dalam menyusun kisi-kisi instrument penilaian. Penilaian hasil
kerja biasa digunakan guru untuk:
1. Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum
mempelajari keterampilan berikutnya.
2. Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir
jenjang/ kelas di sekolah kejuruan.
3. Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan
kejuruan.
D. Penilaian dan Pencatatan Hasil Kerja Siswa
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal (penilaian produk).
2. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan (tahap: persiapan, pembuatan produk, penilaian produk).
Penentuan tingkat kompetensi siswa pada penilaian yang bersifat
perkembangan biasanya didasarkan pada observasi dan penilaian hasil kerja
siswa. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan guru untuk menilai dan
mencatat hasil kerja siswa antara lain adalah sebagai berikut:
a. Anekdotal
Anekdotal adalah catatan yang dibuat guru selama melakukan
pengamatan terhadap siswa pada waktu kegiatan belajar mengajar.
Anekdotal biasanya digunakan untuk mencatat kompetensi yang belum
terlihat pada hasil kerja siswa; misalnya kemampuan siswa untuk
bekerjasama, kemampuan siswa menggunakan peralatan secara aman, atau
kemampuan siswa untuk memilih bahan kerja yang tepat. Agar anekdotal
dapat dimanfaatkan secara maksimal maka sebaiknya guru melakukan hal-
hal sebagai berikut:
- Menentukan kompetensi yang akan diamati dan bagaimana
mengamatinya. Misalnya guru akan mengamati kemampuan siswa
mengorganisasi dan menerapkan prosedur kerja yang benar maka hal-hal
yang perlu diamati adalah kerapianruang kerja siswa, penggunaan alat
secara aman, dan penerapan prinsip-prinsip kenyamanan dalam kerja.
- Menentukan secara sistematis siswa yang akan diamati karena guru tidak
mungkin mengamati seluruh siswa dalam satu kali kegiatan belajar
mengajar. Dengan cara bergantian tersebut semua siswa akhirnya akan
dapat diamati daripada mengamati seluruh siswa dalam satu kegiatan.
b. Skala penilaian analitis
Analytic Rating adalah penilaian yang dibuat berdasarkan beberapa
aspek pada hasil kerja siswa. Dalam analytic rating guru menilai hasil
kerja siswa dari berbagai perspektif atau kriteria. Misalnya pada jurusan
seni dan desain, hasil karya siswa dinilai selain dari segi keterampilan
teknis juga pemahaman dasar-dasar dari desain.
Analytic Rating biasanya digunakan untuk menilai kemampuan pada
tahap perencanaan/ perancangan dan tahap akhir. Pada kedua tahap
tersebut guru dapat menilai desain atau hasil kerja siswa dari berbagai
perspektif atau kriteria. Untuk setiap keterampilan yang diukur, ditentukan
beberapa kriteria yang harus dipenuhi.
c. Skala penilaian holistik
Penilaian holistik adalah penilaian terhadap hasil kerja siswa secara
keseluruhan. Penilaian holistik biasanya digunakan untuk penilaian pada
tahap akhir seperti penilaian terhadap kualitas hasil kerja siswa dan
penilaian terhadap kemampuan siswa untuk mengevaluasi hasil kerjanya.

E. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Produk


Kelebihan dari penilaian produk adalah : 1) Guru dapat menilai kreatifitas
anak untuk melihat siswa memiliki daya cipta dan mempunyai kompetensi, 2)
Kompetensi masing-masing anak betul-betul dapat diketahui secara obyektif,
3) Siswa dapat mempraktekkan ilmu yang diperoleh secara langsung melalui
pengalaman yang real, 4) Siswa dapat menelaah kembali kebenaran materi
yang telah diperoleh.
Sedangkan kekurangan dari penilaian produk adalah: 1) Memerlukan
waktu yang cukup banyak, 2) Tidak semua KD dapat dibuat karya nyata
terutama yang abstrak, 3) Biaya untuk membuat karya nyata kadang-kadang
mahal, 4) Proses pembuatan perlu waktu yang lama, 5) Kemampuan fisik
sebagai penunjang tidak sama, dan 6) Subjektif penskorannya (Ahiri Jafar,
2008).
DAFTAR PUSTAKA

Ahiri, Jafar. 2008. Teknik Penilaian Kelas Dalam Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA Press.
Depdiknas, 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta: Puskur Balitbang Departemen Pendidikan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai