S KNDL TR
S KNDL TR
Gesekan
f Massa y
M
r(t)
Gaya
Gambar 1. Sistem massa-pegas-peredam
d2y(t) dy(t)
M + f + Ky(t) = r(t)
dt2 dt
K adalah tetapan pegas untuk pegas ideal dan f adalah tetapan gesek.
Persamaan di atas berbentuk persamaan diferensial kedua dengan koefisien
yang tetap. Penyelesaian persamaan diferensial yang melukiskan proses
tersebut diperoleh dengan cara klasik, seperti penggunaan faktor integral
1
dan metoda koefisien tak tentu. Sebagai contoh, bila massa tersebut mula-
mula disimpangkan sejarak y(t)=y(0) kemudian dilepas, maka tanggapan
dinamik untuk sistem tersebut adalah kurang teredam (underdamped) yang
diperoleh persamaan sebagai berikut:
Dengan cara lain, suatu rangkaian listrik RLC seperti gambar di bawah
dengan menggunakan hukum Kirchoff, dapat persamaan ditulis sebagai
berikut:
R(t) V(t)
R L C
Sumber
Arus
v(t) dv(t) 1
+ C + intg v(t) dt = r(t)
R dt L
Tegangan
V(t)
e-t
Waktu (t)
0
2()
2
Pendekatan Linier dari Sistem Fisis
Kebanyakan sistem-sitem fisis bersifat linier dalam batasan harga
variabel yang akhirnya akan tidak linier jika nilai dari batasan dilewati.
Sebagai contoh, jika sistem massa pegas hanya bersifat linier selama massa
mengalami simpangan kecil y(t), tetapi bila y(t) terus menerus bertambah,
pegas akan terlalu terentang dan putus. Hal ini, persoalan kelinieran dari
batasan (range) penggunaannya harus diperhitungkan untuk tiap sistem.
Suatu sistem dapat didefinisikan sebagi linier ditinjau dari tanggapan
dan penguatannya. Untuk rangkaian listrik, sebagai penguatannya adalah
arus listrik masukkan r(t), sedangkan sebagai respon adalah tegangan v(t).
Jadi kelinieran dari sistem tergantung dari penguatan x(t) dan respon y(t).
Jika sistem pada kondisi awalnya dikuatkan x 1(t) maka akan memberikan
respon y2(t), dan jika sistem adalah linier diberikan penguat x 1(t)+x2(t) dan
respon yang diterjadi y1(t)+y2(t), hal ini disebut prinsip superposisi.
Untuk sistem yang dicirikan oleh hubungan y=x 2 tidaklah linier karena
sifat superposisi dan sifat kebersamaan. Sistem yang digambarkan oleh
persamaan y=mx + b dikatakan tidak linier, tetapi sistem ini dapat dianggap
linier sekitar titik kerja x 0, y0 untuk perubahan kecil x dan y. bila x=x0+x,
y=y0+ y kita dapatkan
y=mx + b
atau
T MgLSin
3
0
Sin
T MgL
0
MgL Cos 0 0
0 0
MgL
- -/2
Panjang L
/2
Massa M
Transformasi Laplace
Untuk memperoleh pendekatan linier penggunaan transformasi laplace
pada sistem fisik menyederhanakan persamaan deferensial yang
dimaksudkan mempermudah dalam penyelesaian persoalan yang rumit.
Penyelesaian respon waktu (fungsi waktu) didapatkan pada tahapan sebagai
berikut:
1. Persamaan diferensial;
2. Transformasi Laplace untuk persamaan diferensial;
3. Menyelesaikan persamaan aljabar yang didapatkan.
Pembahasan singkat keberadaan transformasi Laplace yang sering
dijumpai dalam menggambarkan penurunannya, sebagai contoh:
f(t) = fungsi waktu t sedemikian rupa sehingga f(t)=0 untuk t<0;
s = variabel komplek;
= simbul operator yang menunjukkan bahwa besaran yang ditrans-
formasikan dengan integral Laplace;
F(s) = fungsi waktu t sedemikian rupa sehingga f(t)=0 untuk t<0;
R
V1 C V2
1
V1 ( s ) R I ( s )
Cs
Respon Keluaran
1
V1 ( s ) I ( s)
Cs
5
Dengan menyelesaikan dua persamaan di atas maka diperoleh:
1 / Cs
V2 ( s ) V1 ( s )
R 1 / Cs
V2 ( s ) 1
G(s)
V2 ( s ) RCs 1
1 1/
s 1 s 1 /
Contoh:
1. Jika V1(s) sebagai masukkan diberi fungsi denyut (t)=1 maka V2(s)
diperoleh:
1/
V2 (t ) V1 (t )
s 1/
1/ 1/
V2 (t ) 1
s 1/ s 1/
dengan menggunakan transformasi Laplace diperoleh:
1
V2 (t ) e 1 / t
Jika V1(s) sebagai masukkan diberi fungsi Step u (t)=1/s maka V2(s)
diperoleh:
1/
V2 (t ) V1 (t )
s 1/
1/ 1 1/
V2 (t )
s 1 / s s(s 1 / )
1
V2 (t ) 1 e 1 / t
6
2. Suatu rangkaian RLC di bawah ini yang terdiri dari suatu induktansi
L(henry) tahanan R (Ohm), dan kapasitansi C (farad) dengan mengguna-
kan hukum Kirchoff pada sistem kita peroleh persamaan:
L R
V1 C V2
V2 ( s ) 1 / Cs
V1 ( s ) Ls R 1 / Cs
1
LCs Rs 1
2
Persamaan di atas dari penyebut akan diperoleh dua akar nyata jika
R2>4LC, satu akar nyata jika R2=4LC dan imajiner R2<4LC
R1 R2
V1 C1 C2 V2
i1 I2
1 1
C1 (i 2 i1 )dt R2 i 2
C2 i 2 dt V2
Dengan mengeliminasi I1(s) dan I2(s) dari persamaan di atas kita peroleh
bahwa fungsi alih antara V1(s) dan V2(s) adalah
V2 ( s ) 1
V1 ( s ) R1C1 s 1 R2 C 2 s 1 R1C 2 s
1
R1C1 R2 C 2 s R1C1 R2 C 2 R1C 2 s 1
2
Bentuk R1C2s pada penyebut dari fungsi alih menyatakan interaksi dua
rangkaian RC sederhana, jika (R 1C1+ R2C2+ R1C2)2 > 4 R1C1R2C2 maka
dua akar dari persamaan adalah nyata
8
Contoh
1.
C
R1
Vi R2 Vo
1
Vi ( s ) ( R1 R2 ) I ( s ) I (s)
CS
Vo ( s ) R 2 I ( s )
R2 C
S
Vo ( s ) R2 I ( s ) R2 CS ( R1 R2 )C
Vi ( s ) 1 ( R1 R2 )CS 1 1
( R1 R2 ) I ( s ) I (s) S
CS ( R1 R2 )C
Vo ( s ) R2 S
Vi ( s ) ( R1 R2 ) 1
S
( R1 R2 )C
9
2.
C
L1
Vi L2 Vo
1
Vi ( s ) ( L1 L2 ) I ( s ) I ( s)
CS
Vo ( s ) L2 I ( s )
L2 C
S2
Vo ( s ) L2 SI ( s ) L2 CS 2
( L1 L2 )C
1 1
I ( s ) ( L1 L2 )CS 1 S 2
2
Vi ( s )
( L1 L2 ) SI ( s )
CS ( L1 L2 )C
Vo ( s ) L2 S2
Vi ( s ) ( L1 L2 ) 2 1
S
( L1 L2 )C
1 Sin at
S a2
2
a
Dengan menggunakan persamaan Laplace diperoleh
L2 Sin at
Vo (t )
L1 L2 a
10
3.
R L
C1
Vi Vo
C2
1 1 1
Vi ( s ) R LS I ( s) R LS I ( s)
C1 S C 2 S (C1 C 2 ) S
I ( s)
Vo ( s)
(C1 C 2 ) S
I ( s)
Vo ( s ) (C1 C 2 ) S 1
Vi ( s )
R LS
1
I ( s)
R (C1 C 2 ) S L(C1 C 2 ) S 2 1
(C1 C 2 ) S
Vo ( s ) 1
Vi ( s ) L(C1 C 2 ) S R (C1 C 2 ) S 1
2
Vo ( s ) 1 1
Vi ( s ) L(C1 C 2 ) 2 R(C1 C 2 ) S 1
S
L(C1 C 2 ) L(C1 C 2 )
1
Jika K maka
L(C1 C 2 )
Vo ( s ) K
Vi ( s ) R
S2 S K
L
Jika sumber (Vi ) diberi sinyal 1/S maka diperoleh persamaan
K 1 K
Vo x
R S R
S2 K S (S 2 K )
L L
1
Jika B>4ac akan diperoleh
S ( S a )( S b)
11
4.
C
R
Vi L Vo
1
Vi ( s ) R LS I ( s)
CS
Vo ( s) LS I ( s )
Vo ( s ) LS I ( s ) LS CS LCS 2
Vi ( s ) 1 LS 2 RCS 1 LS 2 RCS 1
R LS I ( s)
CS
2
Vo ( s ) CS
Vi ( s ) RCS 1
S2
L L
Jika sumber (Vi ) diberi sinyal 1/S maka diperoleh persamaan
CS 2 1 CS
Vo x
RCS 1 S RCS 1
S2 S2
L L L L
Dengan menggunakan persamaan Laplace diperoleh
Vo (t )
C
ba
be bt ae at )
Vo (t )
C
ba
e at e bt )
12
5.
L R1
Vi R2 Vo
1
Vi ( s ) ( R1 R2 LS I ( s)
CS
1
Vo ( s ) ( R 2 ) I ( s)
CS
1 1
( R2 ) I ( s) ( R2 )CS
Vo ( s ) CS CS R2 CS 1
Vi ( s ) 1 LS ( R1 R2 )CS 1 LS ( R1 R2 )CS 1
2 2
R1 R2 LS I ( s)
CS
1
Vo ( s ) R2 CS 1 R C S 1
x 2
Vi ( s ) LS ( R1 R2 )CS 1 1
2
L ( R R2 )CS 1
S2 1
R2 C R 2 C R2 C R2 CL
R2 C
Vo ( s ) S 1 R C S 1
x L 2
Vi ( s ) L ( R R2 )C 1 R2 C L 2 ( R1 R2 ) R2 C 1
S2 1 S S S 2
R2 C R2 C R2 CL L L L
R C S 1
Vo (t ) 2
L S 2 ( R1 R2 ) R2 C S 1
L L2
Dengan menggunakan persamaan Laplace diperoleh
Vo (t ) .............................
13
6.
R
L
Vi L Vo
1
Vi ( s ) R LS I ( s)
CS
1
Vo ( s ) LS I ( s)
CS
1 1
LS I ( s)
Vo ( s ) CS CS LCS 2 1 LC
x x
Vi ( s ) 1 CS LCS 2 RCS 1 1
R LS I ( s)
CS LC
1
S2
Vo ( s ) LC
Vi ( s ) R
S S 1
2
L
Jika sumber (Vi ) diberi sinyal 1 maka diperoleh persamaan
Vo .......... ....................
14