Anda di halaman 1dari 76

PERCOBAAN 2

Gerbang-gerbang Logika

I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui macam-macam gerbang logika dan IC TTL digital.
2. Membuat rangkaian gerbang logika dengan IC TTL digital.
3. Membuktikan tabel kebenaran gerbang-gerbang digital pada AND,
OR, NOT, NAND, NOR, XOR, dan XNOR.
4. Mengetahui perbedaan setiap rangkaian pada gerbang logika.
5. Mengetahui fungsi dari setiap IC TTL digital

II. Dasar Teori


Gerbang logika merupakan suatu entitas dalam elektronika dan
matematika Boolean yang mengubah satu atau beberapa masukan logik
menjadi sinyal keluaran logik.

2.1. Gerbang Logika AND


Gerbang AND memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk
menghasilkan hanya 1 keluaran (Output). Gerbang AND akan menghasilkan
keluaran (Output) logika 1 jika semua masukan (Input) bernilai logika 1 dan
akan menghasilkan keluaran (Output) logika 0 jika salah satu dari masukan
(Input) bernilai logika 0. Simbol yang menandakan operasi gerbang logika
AND adalah tanda titik ( . ) atau tidak memakai tanda sama sekali.
Contohnya : Z = X .Y= X AND Y

Gambar 1. Simbol dan tabel kebenaran gerbang AND


IC yang digunakan untuk operasi AND adalah IC 7408, karena IC 7408
adalah IC yang berbasis gerbang logika dasar AND.

Gambar 2. Gerbang AND dalam IC 7408

2.2. Gerbang Logika OR


Gerbang OR memerlukan 2 atau lebih masukan (Input) untuk
menghasilkan hanya 1 keluaran (Output). Gerbang OR akan menghasilkan
keluaran (Output) 1 jika salah satu dari masukan (Input) bernilai logika 1
dan jika ingin menghasilkan keluaran (Output) logika 0, maka semua
masukan (Input) harus bernilai Logika 0. Simbol yang menandakan operasi
logika OR adalah tanda Plus ( + ). Contohnya : Z = X + Y = X OR Y.

Gambar 3. Simbol dan tabel kebenaran gerbang OR

IC yang digunakan untuk operasi OR adalah IC 7432, karena IC 7432


adalah IC yang dibangun dari gerbang logika dasar OR.
Gambar 4. Gerbang OR dalam IC 7432

2.3. Gerbang Logika NOT


Gerbang NOT hanya memerlukan sebuah masukan (Input) untuk
menghasilkan hanya 1 keluaran (Output). Gerbang NOT disebut juga
dengan Inverter (Pembalik) karena menghasilkan keluaran (Output) yang
berlawanan (kebalikan) dengan masukan atau Input-nya. Berarti jika kita
ingin mendapatkan keluaran (Output) dengan nilai logika 0 maka Input atau
masukannya harus bernilai logika 1. Gerbang NOT biasanya dilambangkan
dengan simbol minus (-) atau simbol (‘) di atas variabel Input-nya. Contoh :
Y = A’ = A = NOT A.

Gambar 5. Simbol dan tabel kebenaran gerbang NOT

IC yang digunakan untuk operasi NOT adalah IC 7404, karena IC 7404


adalah IC yang dibangun dari gerbang logika dasar NOT.
2.4. Gerbang Logika NAND
Gerbang NAND terdiri dari dua atau lebih dari masukan dan sebuah
sinyal keluaran. Semua masukan harus berharga tinggi untuk menghasilkan
keluaran rendah.Pada dasarnya gerbang NAND merupakan kebalikan dari
gerbang AND. Lingkaran kecil pada sisi keluaran gerbang NAND
menunjukkan logika inverse (NOT). Keluaran gerbang NAND adalah
logika 1 jika salah satu masukannya bernilai 0. Gambar di bawah
menunjukkan struktur logika dari gerbang AND dan sebuah gerbang
NOT. Contoh : Y = A . B = A NAND B

Gambar 6. Simbol dan tabel kebenaran gerbang NAND

IC yang digunakan untuk operasi NAND adalah IC 7400, karena IC 7400


adalah IC yang dibangun dari gerbang logika dasar NAND.

Gambar 7. Gerbang NAND dalam IC 7400


2.5. Gerbang Logika NOR
Gerbang NOR adalah rangkaian elektronik yang menggabungkan
gerbang OR dan diikuti gerbang NOT. Pada dasarnya gerbang NOR
merupakan kebalikan dari gerbang OR. Lingkaran kecil pada sisi keluaran
gerbang NOR menunjukkan logika inverse (NOT). Keluaran gerbang NOR
adalah rendah (0) jika salah satu masukannya bernilai 1. Operasi NOR
mempunyai dua buah lambang yaitu lambang OR (+) dan NOT ( ‘ ).
Contoh : Y = A NOR B

Gambar 8. Simbol dan tabel kebenaran gerbang NOR

IC yang digunakan untuk operasi NOR adalah IC 7402, karena IC


7402 adalah IC yang dibangun dari gerbang logika dasar NOR.

Gambar 9. Gerbang NOR dalam IC 7402


2.6. Gerbang Logika EX-OR
EX-OR berarti eklusive OR berarti “yang satu atau yang satunya tapi
tidak keduanya”. Operasi EX-OR akan menghasilkan keluaran 1 (benar)
jika jumlah masukan yang bernilai 1 (benar) berjumlah ganjil.

Gambar 10. Simbol dan tabel kebenaran gerbang X-OR

IC yang digunakan untuk operasi EX-OR adalah IC 7486, karena IC


7486 adalah IC yang dibangun dari gerbang logika dasar EX-OR.

Gambar 11. Gerbang EX-OR dalam IC 7486

2.7. Gerbang Logika EX-NOR


Seperti gerbang X-OR, gerbang X-NOR juga terdiri dari 2 masukan
(Input) dan 1 keluaran (Output). X-NOR adalah singkatan dari Exclusive
NOR dan merupakan kombinasi dari gerbang X-OR dan gerbang NOT.
Gerbang X-NOR akan menghasilkan keluaran (Output) logika 1 jika
semua masukan atau input-nya bernilai logika yang sama dan akan
menghasilkan keluaran (Output) logika 0 jika semua masukan atau input-
nya bernilai logika yang berbeda. Hal ini merupakan kebalikan dari gerbang
X-OR (Exclusive OR).

Gambar 12. Simbol dan tabel kebenaran gerbang X-NOR

IC yang digunakan untuk operasi EX-OR adalah IC 74266, karena IC


74266 adalah IC yang dibangun dari gerbang logika dasar EX- NOR.

Gambar 13. Gerbang EX-NOR dalam IC 74226


III. Alat dan Bahan
1. Protoboard
2. Resistor 180 Ω
3. Power Supply 5 V
4. Kabel Jumper
5. LED
6. IC 7408, IC 7432, IC 7404, IC 7400, IC 7402, IC 7486, dan IC 74266
7. Multimeter Digital
IV. Rangkaian Percobaan
4.1 Operasi AND

Gambar 14. Operasi dengan Gerbang AND

4.2 Operasi OR

Gambar 15. Operasi dengan Gerbang OR

4.3 Operasi NOT

Gambar 16. Operasi dengan Gerbang NOT


4.4 Operasi NAND

Gambar 17. Operasi dengan Gerbang NAND

4.5 Operasi NOR

Gambar 18. Operasi dengan Gerbang NOR

4.6 Operasi EX-OR

Gambar 19. Operasi dengan Gerbang EX-OR


4.7 Operasi EX-NOR

Gambar 20. Operasi dengan Gerbang EX-NOR


V. Langkah Percobaan
5.1 Operasi AND
a. Menyiapkan Protoboard dan memasang IC 7408 pada papan percobaan.
b. Merangkai rangkaian seperti gambar 8.
c. Memberikan kombinasi masukan untuk tiap-tiap rangkaian
percobaan.
d. Mencatat hasil keluaran dan mengamati LED.
e. Melakukan percobaan untuk rangkaian AND yang lain

5.2 Operasi OR
a. Menyiapkan Protoboard dan memasang IC 7432 pada papan percobaan.
b. Merangkai rangkaian seperti gambar 9.
c. Memberikan kombinasi masukan untuk tiap-tiap rangkaian percobaan.
d. Mencatat hasil keluaran dan mengamati LED.
e. Melakukan percobaan untuk rangkaian OR yang lain.

5.3 Operasi NOT


a. Menyiapkan Protoboard dan memasang IC 7404 pada papan percobaan.
b. Merangkai rangkaian seperti gambar 10.
c. Memberikan kombinasi masukan untuk tiap-tiap rangkaian percobaan.
d. Mencatat hasil keluaran dan mengamati LED.
e. Melakukan percobaan untuk rangkaian NOT yang lain.

5.4 Operasi NAND


a. Menyiapkan Protoboard dan memasang IC 7400 pada papan percobaan.
b. Merangkai rangkaian seperti gambar 11.
c. Memberikan kombinasi masukan untuk tiap-tiap rangkaian percobaan.
d. Mencatat hasil keluaran dan mengamati LED.
e. Melakukan percobaan untuk rangkaian NAND yang lain.
5.5 Operasi NOR
a. Menyiapkan Protoboard dan memasang IC 7402 pada papan percobaan.
b. Merangkai rangkaian seperti gambar 12.
c. Memberikan kombinasi masukan untuk tiap-tiap rangkaian percobaan.
d. Mencatat hasil keluaran dan mengamati LED.
e. Melakukan percobaan untuk rangkaian NOR yang lain.

5.6 Operasi EX-OR


a. Menyiapkan Protoboard dan memasang IC 7486 pada papan percobaan.
b. Merangkai rangkaian seperti gambar 13.
c. Memberikan kombinasi masukan untuk tiap-tiap rangkaian percobaan.
d. Mencatat hasil keluaran dan mengamati LED.
e. Melakukan percobaan untuk rangkaian EX-OR yang lain.

5.7 Operasi EX-NOR


a. Menyiapkan Protoboard dan memasang IC 74266 pada papan percobaan.
b. Merangkai rangkaian seperti gambar 14.
c. Memberikan kombinasi masukan untuk tiap-tiap rangkaian percobaan.
d. Mencatat hasil keluaran dan mengamati LED.
e. Melakukan percobaan untuk rangkaian EX-NOR yang lain.
VI. Data Percobaan
6.1 Operasi AND
Tabel 6.1 Tabel Data Percobaan Operasi AND

Input A B C D E
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 0,18 0 1,21 0 0,11 0 0,52 0 ON 0.18 0 OFF
0 1 0,18 0 1,20 0 0,11 0 0,51 0 ON 0.18 0 OFF
1 0 0,18 0 1,19 0 0,11 0 0,51 0 ON 0.18 0 OFF
1 1 4,84 1 4,64 1 2,75 1 4,87 1 OFF 3,20 1 ON

6.2 Operasi OR
Tabel 6.2 Tabel Data Percobaan Operasi OR

Input A B C D E
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 0 0 0 0 0.03 0 0,03 0 ON 0,03 0 OFF
0 1 5,06 1 5,07 1 5,05 1 5,05 1 OFF 5,06 1 ON
1 0 5,06 1 5,07 1 5,05 1 5,05 1 OFF 5,06 1 ON
1 1 5,06 1 5,05 1 5,04 1 5,05 1 OFF 5,07 1 ON

6.3 Operasi NOT


Tabel 6.3 Tabel Data Percobaan Operasi NOT

Input A B C D E
A V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 4,2 1 5,03 1 0 0 4,2 1 OFF 3,14 1 ON
1 0,09 0 5,02 1 0 0 0,38 0 ON 0,09 0 OFF
6.4 Operasi NAND
Tabel 6.4 Tabel Data Percobaan Operasi NAND

Input A B C D E
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 4,8 1 4,92 1 2,57 1 4,85 1 OFF 3,19 1 ON
0 1 4,8 1 4,92 1 2,57 1 4,85 1 OFF 3,2 1 ON
1 0 4,8 1 4,92 1 2,57 1 4,85 1 OFF 3,19 1 ON
1 1 0,17 0 1,14 0 0.10 0 0,48 0 ON 0,17 0 OFF

6.5 Operasi NOR


Tabel 6.5 Tabel Data Percobaan Operasi NOR

Input A B C D E
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 4,44 1 4,98 1 2,7 1 4,24 1 OFF 2,7 1 ON
0 1 0,16 0 0,82 0 0,11 0 2,13 0 ON 0,12 0 OFF
1 0 0,16 0 0,82 0 0,12 0 2,42 0 ON 0,11 0 OFF
1 1 0,15 0 0,02 0 0,76 0 0,02 0 ON 0,76 0 OFF

6.6 Operasi EX-OR


Tabel 6.6 Tabel Data Percobaan Operasi EX-OR
Input A B C D E

A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 0,06 0 0,59 0 0,09 0 0,41 0 ON 0,13 0 OFF
0 1 5,01 1 5,27 1 3,08 1 5,00 1 OFF 3,51 1 ON
1 0 5,02 1 5,27 1 3,08 1 5,00 1 OFF 3,51 1 ON
1 1 0,06 0 0,99 0 0,09 0 0,48 0 ON 0,13 0 OFF
6.7 Operasi EX-NOR
Tabel 6.7 Tabel Data Percobaan Operasi EX-NOR
Input A B C D E

A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 2,45 1 4,4 1 5,88 1 4,67 1 OFF 4,07 1 ON
0 1 0,14 0 0 0 0,14 0 1,4 0 ON 0,14 0 OFF
1 0 0,14 0 0 0 0,14 0 1,56 0 ON 0,14 0 OFF
1 1 2,45 1 4,4 1 5,92 1 4,67 1 OFF 4,07 1 ON
VII. Analisis dan Pembahasan
7.1 Operasi AND
7.1.1 Operasi AND Kondisi A

Gambar 21. Rangkaian Gerbang AND kondisi A

Pada kondisi A, IC 7408 dirangkai seperti biasa dengan input A di kaki


1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3. Kemudian di ukur
tegangan pada kaki 3 dengan menggunakan multimeter. Saat tegangan
keluaran mendekati nilai 0 volt maka output Q adalah 0. Saat tegangan
keluaran mendekati nilai 5 volt maka output Q adalah 1. Berikut ini
adalah hasil output dari gerbang AND kondisi A.

Tabel 7.1 Hasil Percobaan Operasi AND Kondisi A

Input A

A B V Q

0 0 0,18 0

0 1 0,18 0

1 0 0,18 0

1 1 4,84 1
Berdasarkan Tabel 7.1, terlihat bahwa tegangan keluar sebesar
4,84 V ketika kedua input dihubungkan ke Vcc. Karena mendekati 5
V maka nilai Q menjadi 1. Apabila mendekati 0 V maka nilai Q menjadi
0. Hal ini sesuai dengan teori dari gerbang AND, yang apabila diberi
input masukan dengan kedua-duanya bernilai 1, maka nilai keluarannya
bernilai 1 juga, selain itu nilainya 0.

7.1.2 Operasi AND Kondisi B

Gambar 22. Rangkaian Gerbang AND Kondisi B

Pada kondisi B, IC 7408 dirangkai seperti biasa, namun diberi


pembebanan pull-up, karena pada kaki 3 yaitu output C diberi sumber
tegangan (Vcc) dan resistor sebesar 180 Ω. Berikut ini adalah hasil
output dari gerbang AND kondisi B.
Tabel 7.2 Hasil Percobaan Operasi AND Kondisi B

Input B

A B V Q

0 0 1,21 0

0 1 1,20 0

1 0 1,19 0

1 1 4,64 1

Pembebanan pull-up mempunyai fungsi untuk menaikkan tegangan


output. Berdasarkan Tabel 7.2, terlihat pada bahwa jika dibandingkan
dengan Output pada kondisi normal A, tegangan keluaran seharusnya
lebih tinggi. Terlihat pada input 1 dan 1 nilai tegangan keluarannya
mencapai 4,64 V. Hal ini dikarenakan kondisi B ini menggunakan
pembebanan pull up yang berarti menghubungkan output dengan Vcc
supaya mendapat logika 1.

7.1.3 Operasi AND Kondisi C

Gambar 23. Rangkaian Gerbang AND Kondisi C


Pada kondisi C, IC 7408 dirangkai seperti biasa, dengan input A di
kaki 1, input B di kaki 2, output di kaki 3, dan pada output-nya diberi
pembebanan pull-down. Resistor dipasang pada kaki 3 dengan ground.
Berikut ini adalah hasil output dari gerbang AND kondisi C.

Tabel 7.3 Hasil Percobaan Operasi AND Kondisi C

Input C

A B V Q

0 0 0,11 0

0 1 0,11 0

1 0 0,11 0

1 1 2,75 1

Pada Tabel 7.3, terlihat bahwa output pada kondisi C lebih kecil
dibandingkan pada kondisi A (normal) dan kondisi B (pull up) . Hal ini
sesuai karena pembebanan pull-down berfungsi untuk menurunkan
tegangan keluaran. Pada input 1 dan 1 ketika kedua input dihubungkan
dengan Vcc nilai tegangan keluarannya adalah 2,75 V sehingga Q
bernilai 1.
7.1.4 Operasi AND Kondisi D

Gambar 24. Rangkaian Gerbang AND Kondisi D

Pada kondisi D, IC 7408 dirangkai secara sinking dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
dihubungkan secara langsung dengan Vcc. Pemberian resistor yang diseri
dengan LED dimaksudkan untuk membatasi arus yang melewati LED
tersebut. Berikut ini adalah hasil output.

Tabel 7.4 Hasil Percobaan Operasi AND Kondisi D

Input D

A B V Q LED

0 0 0,52 0 ON

0 1 0,51 0 ON

1 0 0,51 0 ON

1 1 4,87 1 OFF

Berdasarkan Tabel 7.4, ketika output digitalnya bernilai 1 maka


LED tidak menyala, sedangkan jika bernilai 0, LED akan menyala.. Hal ini
disebabkan karena dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-nya
dihubungkan ke Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka
tidak ada perbedaan potensial. Hal ini dikarenakan pada sisi anoda dari
LED mempunyai nilai 4,87 V dari Vcc yang output digitalnya bernilai 1,
dan di sisi katode mendapat output high (1) dari IC sehingga tidak ada
beda potensial yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED bernilai 1 dari Vcc sedangkan di sisi
katode mendapat output 0,52 V, 0,51 V, 0,51 V dimana output digitalnya
bernilai 0, sehingga ada beda potensial yang menyebabkan LED tidak
menyala.

7.1.5 Operasi AND Kondisi E

Gambar 25. Rangkaian Gerbang AND Kondisi E

Pada kondisi E, IC 7408 dirangkai secara sourching dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
pada ground yang dihubungkan secara pararel dengan output-nya.
Dengan begitu IC memberikan logika 1 pada output C yang
menyebabkan adanya beda tegangan pada LED. Sama seperti kondisi D,
pemberian resistor yang diseri dengan LED dimaksudkan untuk
membatasi arus yang melewati LED tersebut.
Tabel 7.5 Hasil Percobaan Operasi AND Kondisi E

Input E

A B V Q LED

0 0 0.18 0 OFF

0 1 0.18 0 OFF

1 0 0.18 0 OFF

1 1 3,20 1 ON

Berdasarkan Tabel 7.5, ketika output digitalnya bernilai 1, maka


LED menyala, sedangkan jika bernilai 0, LED tidak menyala.. Hal ini
disebabkan karena dalam rangkaian percobaan kondisi E ini, output-nya
dihubungkan ke ground. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1,
maka terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED
disambungkan ke ground, dan di sisi katode mendapat output high (1)
dari IC dan terdapat beda potensial sebesar 3,20 V yang menyebabkan
LED menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka tidak terdapat
perbedaan potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 0 V
dari ground, sedangkan di sisi katode mendapat output 0,18 V, 0,18 V,
dan 0,18 V sehingga tidak ada beda potensial yang menyebabkan LED
tidak menyala.
7.2 Operasi OR
7.2.1 Operasi OR Kondisi A

Gambar 26. Rangkaian operasi OR Kondisi A

Pada kondisi A, IC 7432 dirangkai seperti biasa dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3. Kemudian di ukur
tegangan pada kaki 3 dengan menggunakan multimeter. Saat tegangan
keluaran mendekati nilai 0 volt maka output Q adalah 0. Saat tegangan
keluaran mendekati nilai 5 volt maka output Q adalah 1. Berikut ini
adalah hasil output dari gerbang OR kondisi A.

Tabel 7.6 Hasil Percobaan Operasi OR Kondisi A

Input A

A B V Q

0 0 0 0

0 1 5,06 1

1 0 5,06 1

1 1 5,06 1
Berdasarkan Tabel 7.6, terlihat bahwa tegangan keluar memiliki nilai
5,06 V, 5,06 V, dan 5,06 V ketika salah satu atau kedua input
dihubungkan ke Vcc. Karena lebih dari 5 V maka nilai Q menjadi 1. Hal
ini sesuai dengan teori dari gerbang OR, yang apabila salah satu input atau
kedua input bernilai 1, maka nilai keluarannya bernilai 1, jika kedua-
duanya 0, maka nilainya 0.

7.2.2 Operasi OR Kondisi B

Gambar 27. Rangkaian operasi OR Kondisi B

Pada kondisi B, IC 7432 dirangkai seperti biasa, namun diberi


pembebanan pull-up, yaitu jalan menuju keluarannya diberi sumber
tegangan (Vcc) dan resistor sebesar 180 Ω. Resistor dipasang pada Vcc
dan pada kaki 3. Berikut ini adalah hasil output dari gerbang OR kondisi.
Tabel 7.7 Hasil Percobaan Operasi OR Kondisi B
Input B

A B V Q

0 0 0 0

0 1 5,07 1

1 0 5,07 1

1 1 5,05 1

Pada Tabel 7.7 bahwa jika dibandingkan dengan output pada kondisi
normal A, tegangan keluaran lebih tinggi. Hal ini dikarenakan
pembebanan pull-up mempunyai fungsi untuk menaikkan tegangan
output. Ketika salah satu kaki berada pada Vcc atau kedua kaki berada
pada Vcc maka nilai tegangan keluarannya bernilai 5,07 V, 5,07 V, dan
5,05 V sehingga nilai output Q menjadi 1. Ketika kedua kaki di
ground-kan maka tegangan keluaran seharusnya kurang dari 1 sehingga
nilai output Q menjadi 0.

7.2.3 Operasi OR Kondisi C

Gambar 28. Rangkaian operasi OR kondisi C


Pada kondisi C, IC 7408 dirangkai seperti biasa, dengan input A di
kaki 1, input B di kaki 2, output di kaki 3, dan pada output-nya diberi
pembebanan pull-down. Resistor dipasang pada kaki 3 dengan ground.
Berikut ini adalah hasil output dari gerbang OR kondisi C.

Tabel 7.8 Hasil Percobaan Operasi OR Kondisi C

Input C

A B V Q

0 0 0,03 0

0 1 5,05 1

1 0 5,05 1

1 1 5,04 1

Berdasarkan Tabel 7.8 terlihat bahwa tegangan keluar memiliki nilai


5,05 V, 5,05 V, dan 5,04 V ketika salah satu atau kedua input
dihubungkan ke Vcc. Karena lebih dari 5 V maka nilai Q menjadi 1. Hal
ini sesuai dengan teori dari gerbang OR, yang apabila salah satu input atau
kedua input bernilai 1, maka nilai keluarannya bernilai 1, jika kedua-
duanya 0, maka nilainya 0.
7.2.4 Operasi OR Kondisi D

Gambar 29. Rangkaian operasi OR kondisi D

Pada kondisi D, I C 7432 dirangkai secara sinking dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
dihubungkan secara langsung dengan Vcc. Pemberian resistor
dimaksudkan untuk membatasi arus yang melewati LED.

Tabel 7.9 Hasil Percobaan Operasi OR Kondisi D

Input D

A B V Q LED

0 0 0,03 0 ON

0 1 5,05 1 OFF

1 0 5,05 1 OFF

1 1 5,05 1 OFF
Berdasarkan Tabel 7.9, ketika output digitalnya bernilai 1, maka
LED tidak menyala, sedangkan jika bernilai 0, LED akan menyala. Hal
ini disebabkan karena dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-
nya dihubungkan ke Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1,
maka tidak ada perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED
mempunyai nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output
5,05 V, 5,05 V, dan 5,05 V dari IC yang menyebabkan LED tidak
menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari Vcc,
sedangkan di sisi katode mendapat output 0,03 V sehingga menyebabkan
LED menyala.

7.2.5 Operasi OR kondisi E

Gambar 30. Rangkaian operasi OR kondisi E

Pada kondisi E, IC 7432 dirangkai secara sourching dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
pada ground yang dihubungkan secara pararel dengan output-nya dengan
begitu IC memberikan logika 1 pada output C yang menyebabkan adanya
beda tegangan pada LED. Pemberian resistor dimaksudkan untuk
membatasi arus yang melewati LED.
Tabel 7.10 Hasil Percobaan Operasi OR Kondisi E

Input E

A B V Q LED

0 0 0,03 0 OFF

0 1 5,06 1 ON

1 0 5,06 1 ON

1 1 5,07 1 ON

Berdasarkan Tabel 7.10, LED menyala jika output digitalnya bernilai


1, sedangkan jika bernilai 0, LED tidak menyala.. Hal ini disebabkan
karena dalam rangkaian percobaan kondisi E ini, output-nya dihubungkan
ke ground. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka terjadi
perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED disambungkan ke
ground, dan di sisi katode mendapat output 5,06 V, 5,06 V, dan 5,07 V
yang menyebabkan LED menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka tidak terdapat
perbedaan potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 0 V dari
ground, sedangkan di sisi katode mendapat output 0,03 V sehingga
menyebabkan LED tidak menyala.
7.3 Operasi NOT
7.3.1 Operasi NOT Kondisi A

Gambar 31. Rangkaian operasi NOT kondisi A

Pada kondisi A, IC 7404 dirangkai seperti biasa, dengan input A di kaki


1, output di kaki 3 dan diberi nilai pada input sesuai dengan
yang dikehendaki. Berikut ini adalah hasil hasil output dari gerbang
NOT kondisi A.

Tabel 7.11 Hasil Percobaan Operasi NOT kondisi A

Input A

A V Q

0 4,2 1

1 0,09 0

Dari Tabel 7.11, terlihat bahwa tegangan keluar memiliki nilai 4,2 V
ketika input dihubungkan ke ground. Pada saat dihubungkan ke Vcc
tegangan keluarannya bernilai 0,09 V. Hal ini sesuai dengan teori dari
gerbang NOT, yang apabila input bernilai 0, maka output bernilai 1,
sebaliknya jika input bernilai 1, maka output bernilai 0. Data percobaan di
atas sudah sesuai dengan teori dan tabel kebenaran.

7.3.2 Operasi NOT Kondisi B

180 ohm

Gambar 32. Rangkaian operasi NOT kondisi B

Pada kondisi B, IC 7404 dirangkai seperti biasa, namun diberi


pembebanan pull-up, yaitu jalan menuju keluarannya diberi sumber
tegangan (Vcc) dan resistor sebesar 180 Ω. Berikut ini adalah
hasil output dari gerbang NOT kondisi B.

Tabel 7.12 Hasil Percobaan Operasi NOT kondisi B

Input B

A V Q

0 4,45 1

1 0,10 0
Berdasarkan pada Tabel 7 . 1 2 , kondisi B ini output-nya bernilai
5,03 V. Sedangkan pada kondisi 0 nilai tegangannya bernilai 5,02 V.
Pembebanan pull-up mempunyai fungsi untuk menaikkan tegangan
output. Akan tetapi nilai pada kondisi yang dihubungkan pada Vcc dan
resistor seharusnya bernilai kurang dari 1, agar mendapatkan keluaran 0.
Namun, darii hasil pengukuran didapatkkan 5,02. Hal ini disebabkan oleh
kurang akuratnya alat ukur multimeter, kerusakan pada rangkaian, atau
bahkan human error.

7.3.3 Operasi NOT Kondisi C

180 ohm

Gambar 33. Rangkaian operasi NOT kondisi C

Pada kondisi C, IC 7404 dirangkai seperti biasa, dengan input A di


kaki 1, output di kaki 2, dan pada output-nya diberi pembebanan pull-
down. Berikut ini adalah hasil output dari gerbang NOT kondisi C.
Tabel 7.13 Hasil Percobaan Operasi NOT kondisi C

Input C

A V Q

0 0 0

1 0 0

Pembebanan pull-down berfungsi untuk menurunkan tegangan


keluaran. Berdasarkan Tabel 7.13, terlihat bahwa output pada kondisi C
lebih kecil dibandingkan pada kondisi A (normal). Pada kondisi
dimana nilai input-nya 0, output-nya bernilai 0 V lebih kecil
dibandingkan dengan kondisi A yang memiliki output sebesar 4,2 V.
Namun, pada kondisi dimana nilai input 1, output-nya 0 V lebih kecil
dibandingkan dengan kondisi A yang memiliki output 0,09V.
Seharusnya rangkaian yang dihubungkan ke ground memiliki hasil
output lebih besar dari kondisi A , namun dari data terukur didapat 0 V.
Hal ini terjadi karena kurang akuratnya alat ukur multimeter, kesalahan
pada rangkaian yang mengakibatkan rangkaian menjadi short, dan
human error.
7.3.4 Operasi NOT Kondisi D

180 ohm

Gambar 34. Rangkaian operasi NOT kondisi D

Pada kondisi D, IC 7404 dirangkai secara sinking dengan input A


di kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan
LED dihubungkan secara langsung dengan Vcc. Pemberian resistor
dimaksudkan untuk membatasi arus yang melewati LED. Berikut ini
adalah hasil output pada gerbang NOT kondisi D.

Tabel 7.14 Hasil Percobaan Operasi NOT kondisi D

Input D

A V Q LED

0 4,2 1 OFF

1 0,38 0 ON

Pada Tabel 7.14, LED tidak menyala jika output digitalnya bernilai
1, sedangkan jika bernilai 0, LED akan menyala. Hal ini disebabkan
karena dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-nya dihubungkan
ke Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 0, maka tidak
terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED mempunyai
nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output 4,2 V atau output
digitalnya bernilai 1 dari IC yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 1, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari
Vcc, sedangkan di sisi katode mendapat output 0,38 atau output
digitalnya bernilai 0 sehingga menyebabkan LED menyala. Data
percobaan di atas sudah sesuai dengan teori dan tabel kebenaran.

7.3.5 Operasi NOT Kondisi E

Gambar 35. Rangkaian operasi NOT kondisi E

Pada kondisi E, IC 7404 dirangkai secara sourching dengan input A


di kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan
LED pada ground yang dihubungkan secara pararel dengan output-nya.
Dengan begitu IC memberikan logika 1 pada output C yang menyebabkan
adanya beda tegangan pada LED. Berikut ini adalah hasil output dari
gerbang NOT kondisi E.
Tabel 7.15 Hasil Percobaan Operasi NOT kondisi E

Input E

A V Q LED

0 3,14 1 ON

1 0,09 0 OFF

Berdasarkan Tabel 7.15, LED menyala jika output digitalnya


bernilai 1, sedangkan jika bernilai 0, LED tidak menyala. Hal ini
disebabkan karena dalam rangkaian percobaan kondisi E ini, output-nya
dihubungkan ke ground. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai
1, maka terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED
disambungkan ke ground, dan di sisi katode mendapat output HIGH 3,14
V dari IC sehingga terdapat perbedaan potensial yang menyebabkan LED
menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka tidak terdapat
perbedaan potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 0 V dari
ground, sedangkan di sisi katode mendapat output 0,09 V sehingga
menyebabkan LED tidak menyala.
7.4 Operasi NAND
7.4.1 Operasi NAND Kondisi A

Gambar 36. Rangkaian operasi NAND kondisi A

Pada kondisi A, IC 7400 dirangkai dengan input A di kaki 1, input B


di kaki 2, dan output di kaki 3. Kemudian di ukur tegangan pada
kaki 3 dengan menggunakan multimeter. Saat tegangan keluaran
mendekati nilai 0 volt maka output Q adalah 0. Saat tegangan keluaran
mendekati nilai 5 volt maka output Q adalah 1. Berikut ini adalah
hasil output dari gerbang NAND kondisi A.

Tabel 7.16 Hasil Percobaan Operasi NAND Kondisi A

Input A

A B V Q

0 0 4,8 1

0 1 4,8 1

1 0 4,8 1

1 1 0,17 0
Berdasarkan Tabel 7.16, terlihat bahwa tegangan keluaran ketika
kedua kaki berada pada Vcc sebesar 0,17 V dan bernilai 4,8 V ketika
salah satu kaki berada pada ground. Hal ini sesuai dengan teori dari
gerbang NAND, yang merupakan INVERSE/ NOT dari output
AND.
7.4.2 Operasi NAND Kondisi B

Gambar 37. Rangkaian operasi NAND kondisi B

Pada kondisi B, IC 7400 dirangkai seperti biasa, namun diberi


pembebanan pull-up, yaitu jalan menuju keluarannya diberi sumber
tegangan (Vcc) dan resistor sebesar 180 Ω. Resistor dipasang pada Vcc dan
pada kaki 3. Berikut ini adalah hasil output dari gerbang NAND kondisi
B.
Tabel 7.17 Hasil Percobaan Operasi NAND Kondisi B

Input B

A B V Q

0 0 5,12 1

0 1 5,12 1

1 0 5,12 1

1 1 1,06 0

Berdasarkan Tabel 7.17, bahwa jika dibandingkan dengan output pada


kondisi normal A, tegangan keluaran lebih kecil. Pembebanan pull-up
mempunyai fungsi untuk menaikkan tegangan output. Pada kondisi ini
pada output digitalnya 1 tegangan keluarannya bernilai 4,92 V dimana
lebih besar dengan tegangan keluaran pada kondisi A yaitu sebesar 4,8 V.
Sedangkan output digitalnya 0 tegangan keluarannya bernilai 1,14 V yang
juga lebih besar dari percobaan NAND kondisi A yaitu 0,17 V. Data
percobaan di atas sudah sesuai dengan teori dan tabel kebenaran.

7.4.3 Operasi NAND Kondisi C

Gambar 38. Rangkaian operasi NAND kondisi C


Pada kondisi C, IC 7400 dirangkai seperti biasa, dengan input A di kaki
1, input B di kaki 2, output di kaki 3, dan pada output-nya diberi
pembebanan pull-down. Resistor dipasang pada kaki 3 dengan ground.

Tabel 7.18 Hasil Percobaan Operasi NAND kondisi C

Input C

A B V Q

0 0 2,57 1

0 1 2,57 1

1 0 2,57 1

1 1 0.1 0

Berdasarkan Tabel 7.18 terlihat bahwa output pada kondisi C lebih


kecil dibandingkan pada kondisi A (normal). Pada kondisi ini pada
output digitalnya 1 tegangan keluarannya bernilai 2,57 V dimana lebih
kecil dengan tegangan keluaran pada kondisi A yaitu sebesar 4,8 V.
Sedangkan output digitalnya 0 tegangan keluarannya bernilai 0.1 V yang
lebih kecil dari percobaan NAND kondisi A yaitu 0,17 V. Hal ini sesuai
karena pembebanan pull-down berfungsi untuk menurunkan tegangan
keluaran. Data percobaan di atas sudah sesuai dengan teori dan tabel
kebenaran.
7.4.4 Operasi NAND Kondisi D

Gambar 39. Rangkaian operasi NAND kondisi D

Pada kondisi D, IC 7400 dirangkai secara sinking dengan input A di kaki


1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan
LED dihubungkan secara langsung dengan Vcc. Pemberian resistor yang
diseri dengan LED dikarenakan untuk membatasi arus yang melewati
LED. Berikut ini adalah hasil output gerbang NAND kondisi D.

Tabel 7.19 Hasil Percobaan Operasi NAND kondisi D

Input D

A B V Q LED

0 0 4,85 1 OFF

0 1 4,85 1 OFF

1 0 4,85 1 OFF

1 1 0,48 0 ON

Berdasarkan Tabel 7 . 1 9 , LED tidak menyala jika output digitalnya


bernilai 0, sedangkan jika bernilai 1, LED akan menyala. Hal ini
disebabkan karena dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output
dihubungkan ke Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai
1, maka tidak terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari
LED mempunyai nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output
high 4,85 V dari IC yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari Vcc,
sedangkan di sisi katode mendapat output 0,48 V sehingga menyebabkan
LED menyala. Data percobaan di atas sudah sesuai dengan teori, ketika
output bernilai 1 maka LED mati dan ketika output bernilai 0 maka
lampu menyala. Data percobaan sudah sesuai dengan tabel kebenaran.

7.4.5 Operasi NAND Kondisi E


180Ω

Gambar 40. Rangkaian operasi NAND kondisi E

Pada kondisi E, IC 7400 dirangkai secara sourching dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
pada ground yang dihubungkan secara pararel dengan outputnya dengan
begitu IC memberikan logika 1 pada output C yang menyebabkan adanya
beda tegangan pada LED. Pemberian resistor yang diseri dengan
LED dikarenakan untuk membatasi arus yang melewati LED. Berikut ini
adalah hasil output gerbang NAND kondisi E.
Tabel 7.20 Hasil Percobaan Operasi NAND kondisi E

Input E

A B V Q LED

0 0 3,19 1 ON

0 1 3,2 1 ON

1 0 3,19 1 ON

1 1 0,17 0 OFF

Pada Tabel 7.20, LED menyala jika output digitalnya bernilai 1,


sedangkan jika bernilai 0, LED tidak menyala. Hal ini disebabkan karena
dalam rangkaian percobaan kondisi E ini, output-nya dihubungkan ke
ground. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka terjadi
perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED disambungkan ke
ground, dan di sisi katode mendapat output high 3,19 V dari IC
sehingga terdapat perbedaan potensial yang menyebabkan LED menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka tidak terdapat
perbedaan potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 0 V dari
ground, sedangkan di sisi katode mendapat output 0,17 V sehingga
menyebabkan LED tidak menyala. Data percobaan sudah sesuai dengan
tabel kebenaran.
7.5 Operasi NOR
7.5.1 Operasi NOR Kondisi A

Gambar 41. Rangkaian operasi NOR kondisi A

Pada kondisi A, IC 7402 dirangkai dengan input A di kaki 2, input


B di kaki 3, dan output di kaki 1, dan diberi nilai pada input sesuai dengan
yang dikehendaki.

Tabel 7.21 Hasil Percobaan Operasi NOR kondisi A

Input A

A B V Q

0 0 4,44 1

0 1 0,16 0

1 0 0,16 0

1 1 0,15 0

Berdasarkan Tabel 7.21 didapatkan data bahwa nilai tegangan


keluar dari kedua input yang dihubungkan pada ground adalah 4,44 V.
Ketika kedua input dihubungkan pada Vcc didapat nilai tegangan
sebesar 0,15 V, dan ketika salah satu input dihubungkan ke Vcc didapat
nilai tegangan sebesar 0,16 V. Ini telah sesuai dengan teori bahwa
gerbang NOR adalah Inverse/ NOT dari gerbang OR, dimana ketika
kedua input bernilai 0, maka output adalah 1.

7.5.2 Operasi NOR Kondisi B

Gambar 42. rangkaian operasi NOR kondisi B

Pada kondisi B, IC 7402 dirangkai seperti kondisi A, namun diberi


pembebanan pull-up, yaitu jalan menuju keluarannya diberi sumber
tegangan (Vcc) dan resistor sebesar 180 Ω. Berikut ini adalah hasil output
pada gerbang NOR kondisi B.

Tabel 7.22 Hasil Percobaan Operasi NOR kondisi B

Input B

A B V Q

0 0 4,98 1

0 1 0,82 0

1 0 0,82 0

1 1 0,02 0

Berdasarkan Tabel 7.22, didapatkan data bahwa jika dibandingkan


dengan output pada kondisi normal A, tegangan keluaran lebih besar.
Nilai tegangan keluar dari kedua input yang dihubungkan pada ground
lebih besar daripada kondisi normal yaitu 4,98 V. Ketika kedua input
dihubungkan pada Vcc didapat nilai tegangan sebesar 0,02 V,
Ketika salah satu input dihubungkan ke Vcc didapat nilai tegangan
sebesar 0,82 V. Pembebanan pull-up mempunyai fungsi untuk menaikkan
tegangan output. Data percobaan di atas sudah sesuai dengan teori dan
tabel kebenaran.

7.5.3 Operasi NOR Kondisi C


330Ω

Gambar 43. Rangkaian operasi NOR kondisi C

Pada kondisi C, IC 7402 dirangkai dengan input A di kaki 2, input B


di kaki 3, output di kaki 1, dan pada output-nya diberi pembebanan pull-
down.
Tabel 7.23 Hasil Percobaan Operasi NOR kondisi C

Input C

A B V Q

0 0 2,7 1

0 1 0,11 0

1 0 0,12 0

1 1 0,76 0

Pada Tabel 7.23, terlihat bahwa output pada kondisi C lebih kecil
dibandingkan pada kondisi A (normal). Pada kedua input dihubungkan ke
Vcc memiliki output sebesar 0,11 V, 0,12 V, dan 0,76 V. Ketika kedua
kaki di ground-kan maka tegangan keluaran seharusnya lebih dari 3
sehingga nilai output Q menjadi 1, akan tetapi yang terukur sebesar 2,7 V,
yang disebabkan karena terdapat kesalahan pada rangkaian atau pada
multimeter dan juga human error sehingga terjadi short pada rangkaian.

7.5.4 Operasi NOR Kondisi D

Gambar 44. Rangkaian operasi NOR kondisi D


Pada kondisi D, IC 7402 dirangkai secara sinking dengan input A di kaki
1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
dihubungkan secara langsung dengan Vcc. Pemberian resistor yang diseri
dengan LED dikarenakan untuk membatasi arus yang melewati
LED.

Tabel 7.24 Hasil Percobaan Operasi NOR kondisi D

Input D

A B V Q LED

0 0 4,24 1 OFF

0 1 2,13 0 ON

1 0 2,42 0 ON

1 1 0,02 0 ON

Pada Tabel 7.24, LED tidak menyala jika output digitalnya bernilai
1, sedangkan jika bernilai 0, LED akan menyala. Hal ini disebabkan
karena dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-nya dihubungkan
ke Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka tidak
terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED mempunyai
nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output 4,24 V dari IC
yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari Vcc,
sedangkan di sisi katode mendapat output 2,13 V dan 2,42 V sehingga
menyebabkan LED menyala. Data percobaan di atas sudah sesuai dengan
teori bahwa lampu LED mati pada Q bernilai 1 dan menyala pada Q
bernilai 0. Data percobaan di atas sudah sesuai dengan tabel kebenaran.
7.5.5 Operasi NOR Kondisi E

180 ohm

Gambar 45. Rangkaian operasi NOR kondisi E

Pada kondisi E, IC 7402 dirangkai secara sourching dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
pada ground yang dihubungkan secara pararel dengan output-nya dengan
begitu IC memberikan logika 1 pada output C yang menyebabkan adanya
beda tegangan pada LED. Pemberian resistor yang diseri dengan LED
dikarenakan untuk membatasi arus yang melewati LED.

Tabel 7.25 Hasil Percobaan Operasi NOR kondisi E

Input E

A B V Q LED

0 0 2,7 1 ON

0 1 0,12 0 OFF

1 0 0,11 0 OFF

1 1 0,76 0 OFF

Pada Tabel 7.25, LED menyala jika output digitalnya


bernilai 1, sedangkan jika bernilai 0, LED tidak menyala.. Hal ini
disebabkan karena dalam rangkaian percobaan kondisi E ini, output
dihubungkan ke ground. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1,
maka terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED
disambungkan ke ground, dan di sisi katode yang harusnya mendapat
output lebih dari 3 dari IC sehingga terdapat perbedaan potensial yang
menyebabkan LED menyala, hanya menunjukkan nilai V sebesar 2,7 V
yang disebabkan karena terdapat kesalahan pada rangkaian atau pada
multimeter dan juga human error sehingga terjadi short pada rangkaian.
.Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka tidak terdapat
perbedaan potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 0 V dari
ground, sedangkan di sisi katode mendapat output 0,12 V da 0,11 V
sehingga menyebabkan LED tidak menyala. Data percobaan di atas
sudah sesuai dengan tabel kebenaran.

7.6 Operasi EX-OR


7.6.1 Operasi EX-OR Kondisi A

Gambar 46. Rangkaian operasi EX-OR kondisi A

Pada kondisi A, IC 7486 dirangkai dengan input A di kaki 1, input B


di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi nilai pada input sesuai dengan
yang dikehendaki.
Tabel 7.26 Hasil Percobaan Operasi EX-OR kondisi A

Input A

A B V Q
0
0 0 0,06

0 1 5,01 1

1 0 5,02 1

1 1 0,06 0

Berdasarkan Tabel 7.26, terlihat bahwa tegangan keluar bernilai 5,01 V


dan 5,02 V, ketika salah satu input terhubung pada Vcc dimana nilai Q
nya sama dengan 1. Ketika kedua input dihubungkan ke ground maka
tegangan keluar bernilai 0,06 V dimana nilai Qnya sama dengan 0. Data
percobaan ini sudah sesuai dengan teori dari gerbang EX-OR, bahwa jika
salah satu input bernilai 1, maka output bernilai 1. Jika kedua input
bernilai sama, 0 ataupun 1, maka output akan bernilai 0.

7.6.2 Operasi EX-OR Kondisi B

Gambar 47. Rangkaian operasi EX-OR kondisi B


Pada kondisi B, IC 7486 dirangkai seperti kondisi A, namun diberi
pembebanan pull-up, yaitu jalan menuju keluarannya diberi sumber
tegangan (Vcc) dan resistor sebesar 180 Ω. Berikut ini adalah
hasil output gerbang EX-OR kondisi B.

Tabel 7.27 Hasil Percobaan Operasi EX-OR kondisi B

Input B

A B V Q

0 0 0,59 0

0 1 5,27 0

1 0 5,27 0

1 1 0,99 0

Berdasarkan Tabel 7.27, bahwa jika dibandingkan dengan output


pada kondisi normal A, tegangan keluaran lebih tinggi . Hal ini
dikarenakan pembebanan pull-up mempunyai fungsi untuk menaikkan
tegangan output. Pada Tabel 2.34, juga menunjukkan pada kondisi
ini ketika salah satu input dihubungkan dengan ground memiliki
tegangan keluar sebesar 5,27 V, ketika kedua input dihubungkan ke
ground maka bernilai 0,59 V dan bernilai 0,99 V ketika kedua input
dihubungkan ke Vcc. Data percobaan di atas sudah sesuai dengan tabel
kebenaran dan nilai tegangan yang dihasilkan lebih besar daripada
kondisi A. Data percobaan di atas sudah sesuai dengan tabel
kebenaran.
7.6.3 Operasi EX-OR Kondisi C

180Ω

Gambar 48. Rangkaian operasi EX-OR kondisi C

Pada kondisi C, IC 7486 dirangkai dengan input A di kaki 1, input B


di kaki 2, output di kaki 3, dan pada outputnya diberi pembebanan pull-
down. Berikut ini adalah hasil output dari gerbang EX-OR kondisi C.

Tabel 7.28 Hasil Percobaan Operasi EX-OR kondisi C

Input C

A B V Q

0 0 0,09 0

0 1 3,08 1

1 0 3,08 1

1 1 0,09 0

Berdasarkan Tabel 7.28, ketika salah satu input


dihubungkan ke ground bernilai 3,08 V. Ketika kedua input
dihubungkan ke ground bernilai 0,09 V. Dan ketika kedua kaki
dihubungkan ke Vcc bernilai 0,09 V. Dari percobaan kondisi C ini
didapatkan data yang lebih kecil daripada kondisi A. Pada percobaan ini
telah sesuai dengan tabel kebenaran dan teori bahwa kondisi pull
down berfungsi menurunkan tegangan.

7.6.4 Operasi EX-OR Kondisi D

180Ω

Gambar 49. Rangkaian operasi EX-OR kondisi D

Pada kondisi D, IC 7486 dirangkai secara sinking dengan input A di kaki


1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
dihubungkan secara langsung dengan Vcc. Pemberian resistor yang diseri
dengan LED dikarenakan untuk membatasi arus yang melewati LED.
Berikut ini adalah hasil output gerbang EX-OR kondisi D.

Tabel 7.29 Hasil Percobaan Operasi EX-OR kondisi D

Input D

A B V Q LED

0 0 0,41 0 ON

0 1 5,00 1 OFF

1 0 5,00 1 OFF

1 1 0,48 0 ON
Pada Tabel 7.29, LED mati jika output digitalnya bernilai 1,
sedangkan jika bernilai 0, LED akan menyala. Hal ini disebabkan karena
dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-nya dihubungkan ke
Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka tidak
terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED mempunyai
nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output 5,00 V dari IC
yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari
Vcc, sedangkan di sisi katode mendapat output 0,41 V dan 0,48 V
sehingga menyebabkan LED menyala. Data percobaan di atas sudah
sesuai dengan teori bahwa jika Q bernilai 0 maka LED akan menyala dan
LED akan mati jika Q bernilai 1. Data percobaan di atas sudah sesuai
dengan tabel kebenaran.

7.6.5 Operasi EX-OR Kondisi E


180Ω

Gambar 50. Rangkaian operasi EX-OR kondisi E

Pada kondisi E, IC 7486 dirangkai secara sourching dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
pada ground yang dihubungkan secara pararel dengan output-nya dengan
begitu IC memberikan logika 1 pada output C yang menyebabkan adanya
beda tegangan pada LED. Pemberian resistor yang diseri dengan LED
dikarenakan untuk membatasi arus yang melewati LED. Berikut ini
adalah hasil output gerbang EX-OR kondisi E.

Tabel 7.30 Hasil Percobaan Operasi EX-OR kondisi E

Input E

A B V Q LED

0 0 0,13 0 OFF

0 1 3,51 1 ON

1 0 3,51 1 ON

1 1 0,13 0 OFF

Berdasarkan Tabel 7 . 3 0 , LED menyala jika output digitalnya


bernilai 1, sedangkan jika bernilai 0, LED tidak menyala. Hal ini
disebabkan karena dalam rangkaian percobaan kondisi E ini, output
dihubungkan ke ground. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1,
maka terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED
disambungkan ke ground, dan di sisi katode mendapat output 3,51
V dari IC sehingga terdapat perbedaan potensial yang menyebabkan
LED menyala. Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka tidak
terdapat perbedaan potensial sehingga menyebabkan LED tidak menyala.
7.7 Operasi EX-NOR
7.7.1 Operasi EX-NOR Kondisi A

Gambar 51. Rangkaian EX-NOR dengan IC 7426 Kondisi A

Pada kondisi A, IC 7426 dirangkai dengan input A di kaki 1, input B


di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED pada ground
yang dihubungkan secara pararel dengan output-nya. Pemberian resistor
yang diseri dengan LED dikarenakan untuk membatasi arus yang
melewati LED. Berikut ini adalah hasil output gerbang EX-NOR kondisi
A.

Tabel 7.31 Hasil Percobaan Operasi EX-NOR kondisi A

Input A

A B V Q

0 0 2,45 1

0 1 0,14 0

1 0 0,14 0

1 1 2,45 1
Berdasarkan datasheet IC TTL 74266 diketahui bahwa output akan
bernilai LOW apabila bernilai kurang dari 0,4 volt dan akan bernilai
HIGH apabila bernilai lebih dari 2,4 volt. Sehingga, berdasarkan hasil
percobaan diperoleh untuk input A dan B secara berurutan yaitu 0-0, 0-1,
1-0, dan 1-1, sedangkan output diperoleh 2,45 V ; 0,14 V; 0,14 V; 2,45
V. Dari output yang diperoleh didapat logika yaitu 1, 0, 0, dan 1. Namun
terdapat perbedaan antara data terukur dengan teori, yang disebabkan oleh
kesalahan pada rangkaian atau pada multimeter dan juga human error
yang menyebabkan rangkaian menjadi short.
Pada tabel diatas, seharusnya output pada kondisi tegangan output
ketika kedua kaki dihubungkan ke ground dan ke Vcc adalah lebih besar
2,4 V seperti yang terukur agar dapat menghasilkan output yang HIGH.
Karena menurut teori dari gerbang X-NOR, bahwa jika salah satu input
bernilai 1, maka output bernilai 0. Jika kedua input bernilai sama, 0
ataupun 1, maka output akan bernilai 1. Tetapi tegangan keluaran yang
dihasilkan bernilai 0 V.

7.7.2 Operasi EX-NOR Kondisi B

180Ω

Gambar 52. Rangkaian X-NOR dengan IC 7426 Kondisi B


Pada kondisi B, IC 7426 dirangkai secara pull up dengan input A di kaki
1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED pada
ground yang dihubungkan secara pararel dengan output-nya. Pemberian
resistor yang diseri dengan LED dikarenakan untuk membatasi arus yang
melewati LED.

Tabel 7.32 Hasil Percobaan Operasi X-NOR kondisi B

Input B

A B V Q

0 0 4,4 1

0 1 0 0

1 0 0 0

1 1 4,4 1

Berdasarkan datasheet IC TTL 74266 diketahui bahwa output


akan bernilai LOW apabila bernilai kurang dari 0,4 volt dan akan bernilai
HIGH apabila bernilai lebih dari 2,4 volt. Sehingga, berdasarkan hasil
percobaan diperoleh untuk input A dan B secara berurutan yaitu 0-0, 0-1,
1-0, dan 1-1 diperoleh output 4,4; 0; 0; dan 4,4. Dari output yang
diperoleh didapat logika yaitu 1, 0, 0, dan 1. Dari data tersebut dapat
dilihat jika hasil percobaan telah sesuai dengan tabel kebenaran gerbang
X-NOR.
Terlihat pada Tabel 7.32 bahwa jika dibandingkan dengan Output
pada kondisi A normal, tegangan pada kondisi B lebih besar dikarenakan
pembebanan pull-up mempunyai fungsi untuk menaikkan tegangan
output. Kondisi ini diakibatkan oleh pemasangan resistor pada kaki output
yang menghubungkan kaki output tersebut langsung pada sumber
tegangan. Sehingga arus yang mengalir pada rangkaian bernilai kecil.
7.7.3 Operasi EX-NOR Kondisi C

180 ohm

Gambar 53. Rangkaian X-NOR dengan IC 7426 Kondisi C

Pada kondisi C, IC 7426 dirangkai secara pull down dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
pada ground yang dihubungkan secara pararel dengan output-nya.
Pemberian resistor yang diseri dengan LED dikarenakan untuk
membatasi arus yang melewati LED. Berikut ini adalah hasil output
gerbang EX-NOR kondisi C.

Tabel 7.33 Hasil Percobaan Operasi X-NOR Kondisi C

Input C

A B V Q

0 0 5,88 1

0 1 0,14 0

1 0 0,14 0

1 1 5,92 1
Berdasarkan datasheet IC TTL 74266 diketahui bahwa output akan
bernilai LOW apabila bernilai kurang dari 0,4 volt dan akan bernilai
HIGH apabila bernilai lebih dari 2,4 volt. Sehingga, berdasarkan hasil
percobaan diperoleh untuk input A dan B secara berurutan yaitu 0-0, 0-1,
1-0, dan 1-1 diperoleh output 5,88; 0,14; 0,14; dan 5,92. Dari output
yang diperoleh didapat logika yaitu 1, 0, 0, dan 1. Terdapat perbedaan
antara data terukur dengan teori, yang disebabkan oleh kesalahan
rangkaian atau multimeter dan human error yang mengakibatkan
rangkaian menjadi short.
Pada Tabel 7.33, seharusnya output pada kondisi tegangan output
ketika kedua kaki dihubungkan ke ground adalah lebih besar 2,4 V bukan
0 V seperti yang terukur agar dapat menghasilkan output yang HIGH
ketika salah satu kakinya dihubungkan dengan ground. Pembebanan
pull-down berfungsi untuk menurunkan tegangan keluaran. Pembebanan
pull down ini memasang resistor yang menghubungkan kaki output
lansung ke ground. Sehingga mengakibatkan aliran arus antara sumber
tegangan dan ground terbatas. Tegangan keluar belum mendekati 5V
ketika kedua input terhubung pada ground ataupun pada Vcc. Karena
menurut teori dari gerbang X-NOR, bahwa jika salah satu input bernilai
1, maka output bernilai 0. Jika kedua input bernilai sama, 0 ataupun 1,
maka output akan bernilai 1. Tetapi tegangan keluaran yang dihasilkan
bernilai 0 V.
7.7.4 Operasi EX-NOR Kondisi D

Gambar 54. Rangkaian EX-NOR dengan IC 7426 Kondisi D

Pada kondisi D, IC 7426 dirangkai secara sinking dengan input A di kaki


1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
dihubungkan secara langsung dengan Vcc. Pemberian resistor yang diseri
dengan LED dikarenakan untuk membatasi arus yang melewati LED.
Berikut ini adalah hasil output gerbang EX-NOR kondisi D.

Tabel 7.34 Hasil Percobaan Operasi X-NOR kondisi D

Input D

A B V Q LED

0 0 4,67 1 OFF

0 1 1,4 0 ON

1 0 1,56 0 ON

1 1 4,67 1 OFF
Berdasarkan datasheet IC TTL 74266 diketahui bahwa output akan
bernilai LOW apabila bernilai kurang dari 0,4 volt dan akan bernilai
HIGH apabila bernilai lebih dari 2,4 volt. Sehingga, berdasarkan hasil
percobaan diperoleh untuk input A dan B secara berurutan yaitu 0-0, 0-1,
1-0, dan 1-1 diperoleh output 4,67; 1,4; 1,56; dan 4,67. Dari output
yang diperoleh didapat logika yaitu 1, 0, 0, dan 1.
Berdasarkan Tabel 7.34, LED menyala jika output digitalnya bernilai
0, sedangkan jika bernilai 1, LED akan mati. Hal ini disebabkan karena
dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-nya dihubungkan ke
Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka tidak
terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED mempunyai
nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output high (1)
dari IC yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari Vcc,
sedangkan di sisi katode mendapat output 0 sehingga menyebabkan LED
menyala. Lampu LED menyala ketika kedua input dihubungkan ke
ground atau ke Vcc dengan tegangan keluaran sebesar 0,39 V. LED
tidak menyala ketika salah satu input dihubungkan ke ground dengan
tegangan keluaran sebesar 3,68 V.
7.7.5 Operasi EX-NOR Kondisi E

180 ohm

330Ω
Gambar 55. Rangkaian EX-NOR dengan IC 7426 Kondisi E

Pada kondisi E, IC 7426 dirangkai secara sourching dengan input A di


kaki 1, input B di kaki 2, dan output di kaki 3, dan diberi beban dan LED
pada ground yang dihubungkan secara pararel dengan output-nya dengan
begitu IC memberikan logika 1 pada output C yang menyebabkan adanya
beda tegangan pada LED. Pemberian resistor yang diseri dengan LED
dikarenakan untuk membatasi arus yang melewati LED. Berikut ini
adalah hasil output gerbang EX-NOR kondisi E.

Tabel 7.35 Hasil Percobaan Operasi X-NOR Kondisi E

Input E

A B V Q LED

0 0 4,07 1 ON

0 1 0,14 0 OFF

1 0 0,14 0 OFF

1 1 4,07 1 ON
Berdasarkan datasheet IC TTL 74266 diketahui bahwa output akan
bernilai LOW apabila bernilai kurang dari 0,4 volt dan akan bernilai
HIGH apabila bernilai lebih dari 2,4 volt. Sehingga, berdasarkan hasil
percobaan diperoleh untuk input A dan B secara berurutan yaitu 0-0, 0-
1, 1-0, dan 1-1 diperoleh output 1,07; 0,14, 0,14; dan 1,07. Dari output
yang diperoleh didapat logika yaitu 1, 0, 0, dan 1.
Pada Tabel 7.35, LED seharusnya besar tegangan yang dihubungkan
ke Vcc dan ke ground bernilai lebih dari 2,4 agar mendapatkan nilai
HIGH dan agar LED bisa menyala. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya
kesalahan pada rangkaian atau pada multimeter yang mengakibatkan
rangkaian menjadi short dan akibat dari human error.
LED akan menyala jika output digitalnya bernilai 1, sedangkan jika
bernilai 0 LED tidak menyala. Hal ini disebabkan karena dalam
rangkaian percobaan kondisi E ini, output-nya dihubungkan ke ground.
Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka terjadi perbedaan
potensial, karena pada sisi anoda dari LED disambungkan ke ground,
dan di sisi katode mendapat output HIGH (1) dari IC sehingga
terdapat perbedaan potensial yang menyebabkan LED menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka tidak terdapat
perbedaan potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 0 V dari
ground, sedangkan di sisi katode mendapat output 0 sehingga
menyebabkan LED tidak menyala.
VIII. Aplikasi Percobaan
8.1 Counter
Counter atau pencacah adalah suatu peranti elektronik yang digunakan
untuk menghitung jumlah pulsa yang masuk melalui input. Peranti ini
terdiri dari satu atau lebih flip-flop yang dirangkai sedemikian rupa
sehingga setiap pulsa masukan akan menambah nilai cacahan. jadi fungsi
counter adalah untuk mencacah. Sistem ini berguna sebagai penghitung
maju atau mundur. Contoh penerapan-nya seperti pada stopwatch, timer,
dan lain-lain. Pergerakan counter dipengaruhi oleh pulsa-pulsa transisi.
Jenis-jenis counter menurut hitungan :
a. Up counter

Up counter adalah rangkaian counter yang berfungsi menghitung naik.


Contoh up counter adalah pada tasbih digital seperti contoh diatas rangkaian
up counter dapat dibuat dengan menggunakan D Flip-flop maupun JK Flip-
flop. Berikut merupakan skema rangkaian up counter menggunakan JK flip-
flop

Gambar 56. Up Counter


b. Down counter

Down counter adalah rangkaian yang berfungsi menghitung turun.


Counter jenis ini dapat temui pada lampu lalu lintas dimana bilangan akan
menghitung mundur sampai angka 0. Contoh skemanya adalah sebagai
berikut:

Gambar 57. Down Counter

c. Counter modulo N

Counter modulo N adalah rangkaian counter yang berfungsi untuk


menghitung sampai dengan bilangan tertentu. Cara kerja counter modulo
adalah counter akan mereset atau mengembalikan hitungan ke angka 0
setelah mencapai angka tertentu. Untuk membuat counter modulo dapat
dilakukan dengan mengatur bit bit high dan kemudian dimasukkan kedalam
input gerbang AND yang kemudian digunakan untuk mereset flip flop

8.2 Penggunaan gerbang OR pada sepeda motor


Perlu diketahui saklar lampu rem pada sepeda motor baik lampu depan
maupun lampu belakang disusun pararel. Seperti yang telah dijelaskan pada
artikel sebelumnya gerbang or dapat memilih 2 input atau lebih. Pada
sepeda motor terdapat 2 buah saklar lampu rem saklar yang pertama terletak
di bagian depan sedangkan saklar kedua terletak dibelakang. Kedua saklar
tersebut membentuk sebuah gerbang or pada umumnya.
Gambar 58. Saklar depan

Gambar 59. Saklar belakang

Jika salah satu saklar atau kedua saklar ditekan maka lampu akan hidup.
Untuk Saklar pertama diletakkan didekat tombol rem sedangkan saklar
kedua diletakkan di bawah seperti gambar diatas. Berikut skema gerbang
OR pada lampu rem sepeda motor :
Gambar 60. Skema rangkaian gerbang or pada lampu rem

8.3 Jam Digital

Gambar 61. Jam digital

Jam digital merupakan salah satu alat yang memanfaatkan gerbang logika
sebagai penyusunnya. Jam ini mengatur fungsi – fungsinya secara elektronik
bukan mekanik. Jadi pada jam digital ada power supply elektrik (baik
baterai atau listrik AC 120 volt dari dinding). Ada dasar waktu elektronik
yaitu detik yang dapat diketahui dan akurat. Ada elektronik “mekanisme
gear” atau semacamnya, pada umumnya jam digital mengatur gear dengan
komponennya yang disebut “counter”. Dan ada tampilan, baik mrnggunakan
LED ataupun LCD.
8.4 Flip Flop
Flip flop adalah rangkaian logika yang disusun sedemikian rupa sehingga
apa pun yang masuk ke dalamnya akan terseimpan atau diingat di dalam
perangkat tersebut. Penerapa salah aplikasi gerbang logika ini terdapat pada
RAM atau Random Acces Memmory.
Prinsip Kerja Flip-Flop :
Bila pulsa penabuh flip-flop induk berkeadaan 1,maka keluarannya akan
berubah menurut keadaan masukan J dan K pada saat itu, sesuai
dengan tabel Tetapi, karena adanya inverter pada masukan flip-flop budak,
maka masukan S dan R flip-flop budak itu akan tetap 0 dan keluarannya
tidak mengalami perubahan. Tetapi pada saat penabuh induk kembali 0,
yang berarti keluaran inverter menjadi 1, maka keluaran budak berubah
menurut keadaan keluaran induk saat itu, yaitu keadaannya sesudah
ditabuh.
Perhatikan bahwa bila penabuh berkeadaan 0 (CP= 0, dan CP=1), maka
gerbang-gerbang AND pada masukan budak menjadi aktif dan keluaran Q
akan mengikuti keadaan P karena hanya ada dua kemungkinan kombinasi
RS untuk budak, yaitu :
"RS= 10 atau RS= 01. Bila P=1 maka RS=01 dan Q menjadi 1 sedangkan
bila P=0, maka RS=10 dan Q menjadi 0. Dengan susunan ini, dapat dijamin
bahwa persamaan flip-flop Q=QK+Q J akan tetap dipenuhi sejauh keadaan J
dan K hanya berubah di antara dua pulsa penabuh positif (selagi CP=1). Bila
J dan/atau K berubah selagi CP=0, maka apa yang dipindahkan ke flip-flop
budak adalah keadaan P akibat perubahan terakhir sebelum CP berubah."
Jenis - Jenis Flip-Flop :
a. JK Flip-Flop (Master Slave JK Flip-Flop)

Gambar 62. JK Flip Flop

Flip-Flop ini terdiri dari 3 inputan yaitu :


1. J
2. K
3. Dan Clock

Kelebihan JK Flip-flop adalah tidak adanya kondisi terlarang atau yang


berarti di beri berapapun inputan asalkan terdapat clock maka akan terjadi
perubahan pada keluarannya.

b. RS Flip-Flop
RS FF ini adalah dasar dari semua Flip-flop yang memiliki 2
gerbang masukan yaitu R dan S. R artinya "RESET" dan S artinya
"SET". Flip-flop yang satu ini mempunyai 2 keluaran yaitu Q dan Q`.
Bila S diberi logika 1 dan R diberi logika 0, maka output Q akan
berada pada logika 0 dan Q not pada logika 1. Bila R diberi logika 1
dan S diberi logika 0 maka keadaan output akan berubah menjadi Q
berada pada logika 1 dan Q not pada logika 0. Sifat paling penting dari
Flip-Flop adalah bahwa sistem ini dapat menempati salah satu dari dua
keadaan stabil yaitu stabil I diperoleh saat Q =1 dan Q not = 0, stabil ke
II diperoleh saat Q=0 dan Q not .
Berikut adalah Symbol dan Tabel kebenaran dari RS Flip-Flop:

Gambar 63. RS Flip flop

c. D Flip-Flop
D Flip-flop merupakan salah satu jenis Flip-flop yang dibangun
dengan menggunakan Flip-flop RS. Perbedaan dengan Flip-flop RS
terletak pada masukan R, pada D Flip-flop masukan R terlebih dahulu
diberi gerbang NOT. maka setiap masukan ke D FF ini akan memberi
keadaan yang berbeda pada input RS, dengan demikian hanya terdapat
2 keadaan "SET" dan "RESET" S=0 dan R=1 atau S=1 dan R=0, jadi
dapat disi. Berikut adalah gambar dari symbol dan data sheet D Flip -
flop.
Gambar 64. D Flip flop

d. CRS Flip-Flop
Adalah clocked RS-FF yang dilengkapi dengan sebuah terminal
pulsa clock. Pulsa clock ini berfungsi mengatur keadaan Set dan Reset.
Bila pulsa clock berlogik 0, maka perubahan logik pada input R dan S
tidak akan mengakibatkan perubahan pada output Q dan Qnot. Akan
tetapi apabila pulsa clock berlogik 1, maka perubahan pada input R dan
S dapat mengakibatkan perubahan pada output Q dan Q not. Berikut
adalah gambar dari Symbol dari CRS Flip - flop.

Gambar 65. CRS Flip flop

e. T Flip-Flop
T Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang telah di
buat dengan menggunakan flip-flop J-K yang kedua masukan
dihubungkan menjadi satu maka akan diperoleh flip-flop yang memiliki
watak membalik keluaran sebelumnya jika masukan tinggi dan
keluarannya akan tetap jika masukannya rendah. Berikut adalah gambar
tabel kebenaran gerbang logika dan symbol dari T Flip - flop.

Gambar 66. Tabel kebenaran T Flip flop

Gambar 67. T Flip flop


DAFTAR REFERENSI

1. Modul Praktikum Sistem Digital 2019 S1-Teknik Elektro Undip.


2. Mabruroh (2017, 21 April). Contoh penerapan gerbang logika dalam
kehidupan sehari-hari. Dikutip 19 September 2019 dari Arsitektur Komputer
: http://amiki2a.blogspot.com/2017/04/contohpenerapan-gerbang-logika-
dalam.html.
3. Royen, Abi (2016, 25 April). Macam-macam gerbang logika dasar dan
aplikasinya. Dikutip 19 September 2019 dari Abi Blog : https://abi-
blog.com/gerbang-logika-macam-dasar-jenis/.
4. http://blogtekno88.blogspot.com/2016/05/pengertian-flip-flopjenis-dan-
prinsip.html
5. https://www.jalankatak.com/id/counter/

Anda mungkin juga menyukai