Gerbang-gerbang Logika
I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui macam-macam gerbang logika dan IC TTL digital.
2. Membuat rangkaian gerbang logika dengan IC TTL digital.
3. Membuktikan tabel kebenaran gerbang-gerbang digital pada AND,
OR, NOT, NAND, NOR, XOR, dan XNOR.
4. Mengetahui perbedaan setiap rangkaian pada gerbang logika.
5. Mengetahui fungsi dari setiap IC TTL digital
4.2 Operasi OR
5.2 Operasi OR
a. Menyiapkan Protoboard dan memasang IC 7432 pada papan percobaan.
b. Merangkai rangkaian seperti gambar 9.
c. Memberikan kombinasi masukan untuk tiap-tiap rangkaian percobaan.
d. Mencatat hasil keluaran dan mengamati LED.
e. Melakukan percobaan untuk rangkaian OR yang lain.
Input A B C D E
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 0,18 0 1,21 0 0,11 0 0,52 0 ON 0.18 0 OFF
0 1 0,18 0 1,20 0 0,11 0 0,51 0 ON 0.18 0 OFF
1 0 0,18 0 1,19 0 0,11 0 0,51 0 ON 0.18 0 OFF
1 1 4,84 1 4,64 1 2,75 1 4,87 1 OFF 3,20 1 ON
6.2 Operasi OR
Tabel 6.2 Tabel Data Percobaan Operasi OR
Input A B C D E
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 0 0 0 0 0.03 0 0,03 0 ON 0,03 0 OFF
0 1 5,06 1 5,07 1 5,05 1 5,05 1 OFF 5,06 1 ON
1 0 5,06 1 5,07 1 5,05 1 5,05 1 OFF 5,06 1 ON
1 1 5,06 1 5,05 1 5,04 1 5,05 1 OFF 5,07 1 ON
Input A B C D E
A V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 4,2 1 5,03 1 0 0 4,2 1 OFF 3,14 1 ON
1 0,09 0 5,02 1 0 0 0,38 0 ON 0,09 0 OFF
6.4 Operasi NAND
Tabel 6.4 Tabel Data Percobaan Operasi NAND
Input A B C D E
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 4,8 1 4,92 1 2,57 1 4,85 1 OFF 3,19 1 ON
0 1 4,8 1 4,92 1 2,57 1 4,85 1 OFF 3,2 1 ON
1 0 4,8 1 4,92 1 2,57 1 4,85 1 OFF 3,19 1 ON
1 1 0,17 0 1,14 0 0.10 0 0,48 0 ON 0,17 0 OFF
Input A B C D E
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 4,44 1 4,98 1 2,7 1 4,24 1 OFF 2,7 1 ON
0 1 0,16 0 0,82 0 0,11 0 2,13 0 ON 0,12 0 OFF
1 0 0,16 0 0,82 0 0,12 0 2,42 0 ON 0,11 0 OFF
1 1 0,15 0 0,02 0 0,76 0 0,02 0 ON 0,76 0 OFF
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 0,06 0 0,59 0 0,09 0 0,41 0 ON 0,13 0 OFF
0 1 5,01 1 5,27 1 3,08 1 5,00 1 OFF 3,51 1 ON
1 0 5,02 1 5,27 1 3,08 1 5,00 1 OFF 3,51 1 ON
1 1 0,06 0 0,99 0 0,09 0 0,48 0 ON 0,13 0 OFF
6.7 Operasi EX-NOR
Tabel 6.7 Tabel Data Percobaan Operasi EX-NOR
Input A B C D E
A B V Q V Q V Q V Q LED V Q LED
0 0 2,45 1 4,4 1 5,88 1 4,67 1 OFF 4,07 1 ON
0 1 0,14 0 0 0 0,14 0 1,4 0 ON 0,14 0 OFF
1 0 0,14 0 0 0 0,14 0 1,56 0 ON 0,14 0 OFF
1 1 2,45 1 4,4 1 5,92 1 4,67 1 OFF 4,07 1 ON
VII. Analisis dan Pembahasan
7.1 Operasi AND
7.1.1 Operasi AND Kondisi A
Input A
A B V Q
0 0 0,18 0
0 1 0,18 0
1 0 0,18 0
1 1 4,84 1
Berdasarkan Tabel 7.1, terlihat bahwa tegangan keluar sebesar
4,84 V ketika kedua input dihubungkan ke Vcc. Karena mendekati 5
V maka nilai Q menjadi 1. Apabila mendekati 0 V maka nilai Q menjadi
0. Hal ini sesuai dengan teori dari gerbang AND, yang apabila diberi
input masukan dengan kedua-duanya bernilai 1, maka nilai keluarannya
bernilai 1 juga, selain itu nilainya 0.
Input B
A B V Q
0 0 1,21 0
0 1 1,20 0
1 0 1,19 0
1 1 4,64 1
Input C
A B V Q
0 0 0,11 0
0 1 0,11 0
1 0 0,11 0
1 1 2,75 1
Pada Tabel 7.3, terlihat bahwa output pada kondisi C lebih kecil
dibandingkan pada kondisi A (normal) dan kondisi B (pull up) . Hal ini
sesuai karena pembebanan pull-down berfungsi untuk menurunkan
tegangan keluaran. Pada input 1 dan 1 ketika kedua input dihubungkan
dengan Vcc nilai tegangan keluarannya adalah 2,75 V sehingga Q
bernilai 1.
7.1.4 Operasi AND Kondisi D
Input D
A B V Q LED
0 0 0,52 0 ON
0 1 0,51 0 ON
1 0 0,51 0 ON
1 1 4,87 1 OFF
Input E
A B V Q LED
0 0 0.18 0 OFF
0 1 0.18 0 OFF
1 0 0.18 0 OFF
1 1 3,20 1 ON
Input A
A B V Q
0 0 0 0
0 1 5,06 1
1 0 5,06 1
1 1 5,06 1
Berdasarkan Tabel 7.6, terlihat bahwa tegangan keluar memiliki nilai
5,06 V, 5,06 V, dan 5,06 V ketika salah satu atau kedua input
dihubungkan ke Vcc. Karena lebih dari 5 V maka nilai Q menjadi 1. Hal
ini sesuai dengan teori dari gerbang OR, yang apabila salah satu input atau
kedua input bernilai 1, maka nilai keluarannya bernilai 1, jika kedua-
duanya 0, maka nilainya 0.
A B V Q
0 0 0 0
0 1 5,07 1
1 0 5,07 1
1 1 5,05 1
Pada Tabel 7.7 bahwa jika dibandingkan dengan output pada kondisi
normal A, tegangan keluaran lebih tinggi. Hal ini dikarenakan
pembebanan pull-up mempunyai fungsi untuk menaikkan tegangan
output. Ketika salah satu kaki berada pada Vcc atau kedua kaki berada
pada Vcc maka nilai tegangan keluarannya bernilai 5,07 V, 5,07 V, dan
5,05 V sehingga nilai output Q menjadi 1. Ketika kedua kaki di
ground-kan maka tegangan keluaran seharusnya kurang dari 1 sehingga
nilai output Q menjadi 0.
Input C
A B V Q
0 0 0,03 0
0 1 5,05 1
1 0 5,05 1
1 1 5,04 1
Input D
A B V Q LED
0 0 0,03 0 ON
0 1 5,05 1 OFF
1 0 5,05 1 OFF
1 1 5,05 1 OFF
Berdasarkan Tabel 7.9, ketika output digitalnya bernilai 1, maka
LED tidak menyala, sedangkan jika bernilai 0, LED akan menyala. Hal
ini disebabkan karena dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-
nya dihubungkan ke Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1,
maka tidak ada perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED
mempunyai nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output
5,05 V, 5,05 V, dan 5,05 V dari IC yang menyebabkan LED tidak
menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari Vcc,
sedangkan di sisi katode mendapat output 0,03 V sehingga menyebabkan
LED menyala.
Input E
A B V Q LED
0 0 0,03 0 OFF
0 1 5,06 1 ON
1 0 5,06 1 ON
1 1 5,07 1 ON
Input A
A V Q
0 4,2 1
1 0,09 0
Dari Tabel 7.11, terlihat bahwa tegangan keluar memiliki nilai 4,2 V
ketika input dihubungkan ke ground. Pada saat dihubungkan ke Vcc
tegangan keluarannya bernilai 0,09 V. Hal ini sesuai dengan teori dari
gerbang NOT, yang apabila input bernilai 0, maka output bernilai 1,
sebaliknya jika input bernilai 1, maka output bernilai 0. Data percobaan di
atas sudah sesuai dengan teori dan tabel kebenaran.
180 ohm
Input B
A V Q
0 4,45 1
1 0,10 0
Berdasarkan pada Tabel 7 . 1 2 , kondisi B ini output-nya bernilai
5,03 V. Sedangkan pada kondisi 0 nilai tegangannya bernilai 5,02 V.
Pembebanan pull-up mempunyai fungsi untuk menaikkan tegangan
output. Akan tetapi nilai pada kondisi yang dihubungkan pada Vcc dan
resistor seharusnya bernilai kurang dari 1, agar mendapatkan keluaran 0.
Namun, darii hasil pengukuran didapatkkan 5,02. Hal ini disebabkan oleh
kurang akuratnya alat ukur multimeter, kerusakan pada rangkaian, atau
bahkan human error.
180 ohm
Input C
A V Q
0 0 0
1 0 0
180 ohm
Input D
A V Q LED
0 4,2 1 OFF
1 0,38 0 ON
Pada Tabel 7.14, LED tidak menyala jika output digitalnya bernilai
1, sedangkan jika bernilai 0, LED akan menyala. Hal ini disebabkan
karena dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-nya dihubungkan
ke Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 0, maka tidak
terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED mempunyai
nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output 4,2 V atau output
digitalnya bernilai 1 dari IC yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 1, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari
Vcc, sedangkan di sisi katode mendapat output 0,38 atau output
digitalnya bernilai 0 sehingga menyebabkan LED menyala. Data
percobaan di atas sudah sesuai dengan teori dan tabel kebenaran.
Input E
A V Q LED
0 3,14 1 ON
1 0,09 0 OFF
Input A
A B V Q
0 0 4,8 1
0 1 4,8 1
1 0 4,8 1
1 1 0,17 0
Berdasarkan Tabel 7.16, terlihat bahwa tegangan keluaran ketika
kedua kaki berada pada Vcc sebesar 0,17 V dan bernilai 4,8 V ketika
salah satu kaki berada pada ground. Hal ini sesuai dengan teori dari
gerbang NAND, yang merupakan INVERSE/ NOT dari output
AND.
7.4.2 Operasi NAND Kondisi B
Input B
A B V Q
0 0 5,12 1
0 1 5,12 1
1 0 5,12 1
1 1 1,06 0
Input C
A B V Q
0 0 2,57 1
0 1 2,57 1
1 0 2,57 1
1 1 0.1 0
Input D
A B V Q LED
0 0 4,85 1 OFF
0 1 4,85 1 OFF
1 0 4,85 1 OFF
1 1 0,48 0 ON
Input E
A B V Q LED
0 0 3,19 1 ON
0 1 3,2 1 ON
1 0 3,19 1 ON
1 1 0,17 0 OFF
Input A
A B V Q
0 0 4,44 1
0 1 0,16 0
1 0 0,16 0
1 1 0,15 0
Input B
A B V Q
0 0 4,98 1
0 1 0,82 0
1 0 0,82 0
1 1 0,02 0
Input C
A B V Q
0 0 2,7 1
0 1 0,11 0
1 0 0,12 0
1 1 0,76 0
Pada Tabel 7.23, terlihat bahwa output pada kondisi C lebih kecil
dibandingkan pada kondisi A (normal). Pada kedua input dihubungkan ke
Vcc memiliki output sebesar 0,11 V, 0,12 V, dan 0,76 V. Ketika kedua
kaki di ground-kan maka tegangan keluaran seharusnya lebih dari 3
sehingga nilai output Q menjadi 1, akan tetapi yang terukur sebesar 2,7 V,
yang disebabkan karena terdapat kesalahan pada rangkaian atau pada
multimeter dan juga human error sehingga terjadi short pada rangkaian.
Input D
A B V Q LED
0 0 4,24 1 OFF
0 1 2,13 0 ON
1 0 2,42 0 ON
1 1 0,02 0 ON
Pada Tabel 7.24, LED tidak menyala jika output digitalnya bernilai
1, sedangkan jika bernilai 0, LED akan menyala. Hal ini disebabkan
karena dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-nya dihubungkan
ke Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka tidak
terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED mempunyai
nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output 4,24 V dari IC
yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari Vcc,
sedangkan di sisi katode mendapat output 2,13 V dan 2,42 V sehingga
menyebabkan LED menyala. Data percobaan di atas sudah sesuai dengan
teori bahwa lampu LED mati pada Q bernilai 1 dan menyala pada Q
bernilai 0. Data percobaan di atas sudah sesuai dengan tabel kebenaran.
7.5.5 Operasi NOR Kondisi E
180 ohm
Input E
A B V Q LED
0 0 2,7 1 ON
0 1 0,12 0 OFF
1 0 0,11 0 OFF
1 1 0,76 0 OFF
Input A
A B V Q
0
0 0 0,06
0 1 5,01 1
1 0 5,02 1
1 1 0,06 0
Input B
A B V Q
0 0 0,59 0
0 1 5,27 0
1 0 5,27 0
1 1 0,99 0
180Ω
Input C
A B V Q
0 0 0,09 0
0 1 3,08 1
1 0 3,08 1
1 1 0,09 0
180Ω
Input D
A B V Q LED
0 0 0,41 0 ON
0 1 5,00 1 OFF
1 0 5,00 1 OFF
1 1 0,48 0 ON
Pada Tabel 7.29, LED mati jika output digitalnya bernilai 1,
sedangkan jika bernilai 0, LED akan menyala. Hal ini disebabkan karena
dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-nya dihubungkan ke
Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka tidak
terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED mempunyai
nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output 5,00 V dari IC
yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari
Vcc, sedangkan di sisi katode mendapat output 0,41 V dan 0,48 V
sehingga menyebabkan LED menyala. Data percobaan di atas sudah
sesuai dengan teori bahwa jika Q bernilai 0 maka LED akan menyala dan
LED akan mati jika Q bernilai 1. Data percobaan di atas sudah sesuai
dengan tabel kebenaran.
Input E
A B V Q LED
0 0 0,13 0 OFF
0 1 3,51 1 ON
1 0 3,51 1 ON
1 1 0,13 0 OFF
Input A
A B V Q
0 0 2,45 1
0 1 0,14 0
1 0 0,14 0
1 1 2,45 1
Berdasarkan datasheet IC TTL 74266 diketahui bahwa output akan
bernilai LOW apabila bernilai kurang dari 0,4 volt dan akan bernilai
HIGH apabila bernilai lebih dari 2,4 volt. Sehingga, berdasarkan hasil
percobaan diperoleh untuk input A dan B secara berurutan yaitu 0-0, 0-1,
1-0, dan 1-1, sedangkan output diperoleh 2,45 V ; 0,14 V; 0,14 V; 2,45
V. Dari output yang diperoleh didapat logika yaitu 1, 0, 0, dan 1. Namun
terdapat perbedaan antara data terukur dengan teori, yang disebabkan oleh
kesalahan pada rangkaian atau pada multimeter dan juga human error
yang menyebabkan rangkaian menjadi short.
Pada tabel diatas, seharusnya output pada kondisi tegangan output
ketika kedua kaki dihubungkan ke ground dan ke Vcc adalah lebih besar
2,4 V seperti yang terukur agar dapat menghasilkan output yang HIGH.
Karena menurut teori dari gerbang X-NOR, bahwa jika salah satu input
bernilai 1, maka output bernilai 0. Jika kedua input bernilai sama, 0
ataupun 1, maka output akan bernilai 1. Tetapi tegangan keluaran yang
dihasilkan bernilai 0 V.
180Ω
Input B
A B V Q
0 0 4,4 1
0 1 0 0
1 0 0 0
1 1 4,4 1
180 ohm
Input C
A B V Q
0 0 5,88 1
0 1 0,14 0
1 0 0,14 0
1 1 5,92 1
Berdasarkan datasheet IC TTL 74266 diketahui bahwa output akan
bernilai LOW apabila bernilai kurang dari 0,4 volt dan akan bernilai
HIGH apabila bernilai lebih dari 2,4 volt. Sehingga, berdasarkan hasil
percobaan diperoleh untuk input A dan B secara berurutan yaitu 0-0, 0-1,
1-0, dan 1-1 diperoleh output 5,88; 0,14; 0,14; dan 5,92. Dari output
yang diperoleh didapat logika yaitu 1, 0, 0, dan 1. Terdapat perbedaan
antara data terukur dengan teori, yang disebabkan oleh kesalahan
rangkaian atau multimeter dan human error yang mengakibatkan
rangkaian menjadi short.
Pada Tabel 7.33, seharusnya output pada kondisi tegangan output
ketika kedua kaki dihubungkan ke ground adalah lebih besar 2,4 V bukan
0 V seperti yang terukur agar dapat menghasilkan output yang HIGH
ketika salah satu kakinya dihubungkan dengan ground. Pembebanan
pull-down berfungsi untuk menurunkan tegangan keluaran. Pembebanan
pull down ini memasang resistor yang menghubungkan kaki output
lansung ke ground. Sehingga mengakibatkan aliran arus antara sumber
tegangan dan ground terbatas. Tegangan keluar belum mendekati 5V
ketika kedua input terhubung pada ground ataupun pada Vcc. Karena
menurut teori dari gerbang X-NOR, bahwa jika salah satu input bernilai
1, maka output bernilai 0. Jika kedua input bernilai sama, 0 ataupun 1,
maka output akan bernilai 1. Tetapi tegangan keluaran yang dihasilkan
bernilai 0 V.
7.7.4 Operasi EX-NOR Kondisi D
Input D
A B V Q LED
0 0 4,67 1 OFF
0 1 1,4 0 ON
1 0 1,56 0 ON
1 1 4,67 1 OFF
Berdasarkan datasheet IC TTL 74266 diketahui bahwa output akan
bernilai LOW apabila bernilai kurang dari 0,4 volt dan akan bernilai
HIGH apabila bernilai lebih dari 2,4 volt. Sehingga, berdasarkan hasil
percobaan diperoleh untuk input A dan B secara berurutan yaitu 0-0, 0-1,
1-0, dan 1-1 diperoleh output 4,67; 1,4; 1,56; dan 4,67. Dari output
yang diperoleh didapat logika yaitu 1, 0, 0, dan 1.
Berdasarkan Tabel 7.34, LED menyala jika output digitalnya bernilai
0, sedangkan jika bernilai 1, LED akan mati. Hal ini disebabkan karena
dalam rangkaian percobaan kondisi D ini, output-nya dihubungkan ke
Vcc. Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka tidak
terjadi perbedaan potensial, karena pada sisi anoda dari LED mempunyai
nilai 5 V dari Vcc, dan di sisi katode mendapat output high (1)
dari IC yang menyebabkan LED tidak menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka terdapat perbedaan
potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 5 V dari Vcc,
sedangkan di sisi katode mendapat output 0 sehingga menyebabkan LED
menyala. Lampu LED menyala ketika kedua input dihubungkan ke
ground atau ke Vcc dengan tegangan keluaran sebesar 0,39 V. LED
tidak menyala ketika salah satu input dihubungkan ke ground dengan
tegangan keluaran sebesar 3,68 V.
7.7.5 Operasi EX-NOR Kondisi E
180 ohm
330Ω
Gambar 55. Rangkaian EX-NOR dengan IC 7426 Kondisi E
Input E
A B V Q LED
0 0 4,07 1 ON
0 1 0,14 0 OFF
1 0 0,14 0 OFF
1 1 4,07 1 ON
Berdasarkan datasheet IC TTL 74266 diketahui bahwa output akan
bernilai LOW apabila bernilai kurang dari 0,4 volt dan akan bernilai
HIGH apabila bernilai lebih dari 2,4 volt. Sehingga, berdasarkan hasil
percobaan diperoleh untuk input A dan B secara berurutan yaitu 0-0, 0-
1, 1-0, dan 1-1 diperoleh output 1,07; 0,14, 0,14; dan 1,07. Dari output
yang diperoleh didapat logika yaitu 1, 0, 0, dan 1.
Pada Tabel 7.35, LED seharusnya besar tegangan yang dihubungkan
ke Vcc dan ke ground bernilai lebih dari 2,4 agar mendapatkan nilai
HIGH dan agar LED bisa menyala. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya
kesalahan pada rangkaian atau pada multimeter yang mengakibatkan
rangkaian menjadi short dan akibat dari human error.
LED akan menyala jika output digitalnya bernilai 1, sedangkan jika
bernilai 0 LED tidak menyala. Hal ini disebabkan karena dalam
rangkaian percobaan kondisi E ini, output-nya dihubungkan ke ground.
Apabila dalam output digitalnya (Q) bernilai 1, maka terjadi perbedaan
potensial, karena pada sisi anoda dari LED disambungkan ke ground,
dan di sisi katode mendapat output HIGH (1) dari IC sehingga
terdapat perbedaan potensial yang menyebabkan LED menyala.
Namun, jika output digitalnya bernilai 0, maka tidak terdapat
perbedaan potensial, karena sisi anoda dari LED mempunyai 0 V dari
ground, sedangkan di sisi katode mendapat output 0 sehingga
menyebabkan LED tidak menyala.
VIII. Aplikasi Percobaan
8.1 Counter
Counter atau pencacah adalah suatu peranti elektronik yang digunakan
untuk menghitung jumlah pulsa yang masuk melalui input. Peranti ini
terdiri dari satu atau lebih flip-flop yang dirangkai sedemikian rupa
sehingga setiap pulsa masukan akan menambah nilai cacahan. jadi fungsi
counter adalah untuk mencacah. Sistem ini berguna sebagai penghitung
maju atau mundur. Contoh penerapan-nya seperti pada stopwatch, timer,
dan lain-lain. Pergerakan counter dipengaruhi oleh pulsa-pulsa transisi.
Jenis-jenis counter menurut hitungan :
a. Up counter
c. Counter modulo N
Jika salah satu saklar atau kedua saklar ditekan maka lampu akan hidup.
Untuk Saklar pertama diletakkan didekat tombol rem sedangkan saklar
kedua diletakkan di bawah seperti gambar diatas. Berikut skema gerbang
OR pada lampu rem sepeda motor :
Gambar 60. Skema rangkaian gerbang or pada lampu rem
Jam digital merupakan salah satu alat yang memanfaatkan gerbang logika
sebagai penyusunnya. Jam ini mengatur fungsi – fungsinya secara elektronik
bukan mekanik. Jadi pada jam digital ada power supply elektrik (baik
baterai atau listrik AC 120 volt dari dinding). Ada dasar waktu elektronik
yaitu detik yang dapat diketahui dan akurat. Ada elektronik “mekanisme
gear” atau semacamnya, pada umumnya jam digital mengatur gear dengan
komponennya yang disebut “counter”. Dan ada tampilan, baik mrnggunakan
LED ataupun LCD.
8.4 Flip Flop
Flip flop adalah rangkaian logika yang disusun sedemikian rupa sehingga
apa pun yang masuk ke dalamnya akan terseimpan atau diingat di dalam
perangkat tersebut. Penerapa salah aplikasi gerbang logika ini terdapat pada
RAM atau Random Acces Memmory.
Prinsip Kerja Flip-Flop :
Bila pulsa penabuh flip-flop induk berkeadaan 1,maka keluarannya akan
berubah menurut keadaan masukan J dan K pada saat itu, sesuai
dengan tabel Tetapi, karena adanya inverter pada masukan flip-flop budak,
maka masukan S dan R flip-flop budak itu akan tetap 0 dan keluarannya
tidak mengalami perubahan. Tetapi pada saat penabuh induk kembali 0,
yang berarti keluaran inverter menjadi 1, maka keluaran budak berubah
menurut keadaan keluaran induk saat itu, yaitu keadaannya sesudah
ditabuh.
Perhatikan bahwa bila penabuh berkeadaan 0 (CP= 0, dan CP=1), maka
gerbang-gerbang AND pada masukan budak menjadi aktif dan keluaran Q
akan mengikuti keadaan P karena hanya ada dua kemungkinan kombinasi
RS untuk budak, yaitu :
"RS= 10 atau RS= 01. Bila P=1 maka RS=01 dan Q menjadi 1 sedangkan
bila P=0, maka RS=10 dan Q menjadi 0. Dengan susunan ini, dapat dijamin
bahwa persamaan flip-flop Q=QK+Q J akan tetap dipenuhi sejauh keadaan J
dan K hanya berubah di antara dua pulsa penabuh positif (selagi CP=1). Bila
J dan/atau K berubah selagi CP=0, maka apa yang dipindahkan ke flip-flop
budak adalah keadaan P akibat perubahan terakhir sebelum CP berubah."
Jenis - Jenis Flip-Flop :
a. JK Flip-Flop (Master Slave JK Flip-Flop)
b. RS Flip-Flop
RS FF ini adalah dasar dari semua Flip-flop yang memiliki 2
gerbang masukan yaitu R dan S. R artinya "RESET" dan S artinya
"SET". Flip-flop yang satu ini mempunyai 2 keluaran yaitu Q dan Q`.
Bila S diberi logika 1 dan R diberi logika 0, maka output Q akan
berada pada logika 0 dan Q not pada logika 1. Bila R diberi logika 1
dan S diberi logika 0 maka keadaan output akan berubah menjadi Q
berada pada logika 1 dan Q not pada logika 0. Sifat paling penting dari
Flip-Flop adalah bahwa sistem ini dapat menempati salah satu dari dua
keadaan stabil yaitu stabil I diperoleh saat Q =1 dan Q not = 0, stabil ke
II diperoleh saat Q=0 dan Q not .
Berikut adalah Symbol dan Tabel kebenaran dari RS Flip-Flop:
c. D Flip-Flop
D Flip-flop merupakan salah satu jenis Flip-flop yang dibangun
dengan menggunakan Flip-flop RS. Perbedaan dengan Flip-flop RS
terletak pada masukan R, pada D Flip-flop masukan R terlebih dahulu
diberi gerbang NOT. maka setiap masukan ke D FF ini akan memberi
keadaan yang berbeda pada input RS, dengan demikian hanya terdapat
2 keadaan "SET" dan "RESET" S=0 dan R=1 atau S=1 dan R=0, jadi
dapat disi. Berikut adalah gambar dari symbol dan data sheet D Flip -
flop.
Gambar 64. D Flip flop
d. CRS Flip-Flop
Adalah clocked RS-FF yang dilengkapi dengan sebuah terminal
pulsa clock. Pulsa clock ini berfungsi mengatur keadaan Set dan Reset.
Bila pulsa clock berlogik 0, maka perubahan logik pada input R dan S
tidak akan mengakibatkan perubahan pada output Q dan Qnot. Akan
tetapi apabila pulsa clock berlogik 1, maka perubahan pada input R dan
S dapat mengakibatkan perubahan pada output Q dan Q not. Berikut
adalah gambar dari Symbol dari CRS Flip - flop.
e. T Flip-Flop
T Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang telah di
buat dengan menggunakan flip-flop J-K yang kedua masukan
dihubungkan menjadi satu maka akan diperoleh flip-flop yang memiliki
watak membalik keluaran sebelumnya jika masukan tinggi dan
keluarannya akan tetap jika masukannya rendah. Berikut adalah gambar
tabel kebenaran gerbang logika dan symbol dari T Flip - flop.