Anda di halaman 1dari 6

sistem respirasi

Kamis, 17 Oktober 2013


FLAIL CHEST ( TRAUMA THORAX)

FLAIL CHEST ( TRAUMA THORAX)


A. Definisi
Adalah area toraks yang “melayang” (flail ) oleh sebab adanya fraktur iga
multipel berturutan ≥ 3 iga, dan memiliki garis fraktur ≥ 2 (segmented ) pada tiap
iganya.
Akibatnya adalah: terbentuk area “flail” yang akan bergerak paradoksal (kebalikan)
dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area tersebut akan bergerak
masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi.

B. Anatomi Rongga Dada


Tulang Rib atau iga atau Os kosta jumlahnya 12 pasang (24 buah), kiri dan kanan,
bagiandepan berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan. Bagianbelakang
berhubungan dengan ruas-ruas vertebra torakalis dengan perantaraanpersendian.Perhubungan ini
memungkinkan tulang-tulang iga dapat bergerak kembangkempis menurut irama pernapasan.
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh:
 Depan : Sternum dan tulang iga.
 Belakang : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).
 Samping : Iga-iga beserta otot-otot intercostal.
 Bawah : Diafragma
 Atas : Dasar leher.

Adapun isisnya:
1. Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta
pembungkuspleuranya.
2. Mediatinum, ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-paru.
Isinyameliputi jantung dan pembuluhpembuluh darah besar, oesophagus, aorta desenden
s,
duktustorasika dan vena kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar kelenjarlimfe
(Pearce, E.C., 1995).
Tulang iga dibagi tiga macam:
a. Iga sejati (os kosta vera), banyaknya tujuh pasang, berhubungan langsung dengantulang dada
dengan perantaraan persendian.
b. Tulang iga tak sejati (os kosta spuria), banyaknya tiga pasang, berhubungan dengantulang dada
dengan perantara tulang rawan dari tulang iga sejati ke- 7.
c. Tulang iga melayang (os kosta fluitantes), banyaknya dua pasang, tidak mempunyaihubungan
dengan tulang dada.Berfungsi dalam sistem pernapasan, untuk melindungi organ paru-paru serta
membantumenggerakkan otot diafragma didalam proses inhalasi saat bernapas
C. Etiologi

1. Trauma tembus
 Luka Tembak
 Luka Tikam / tusuk

2. Trauma tumpul
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Jatuh
 Pukulan pada dada

D. Tanda Dan Gejala


Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :
•Ada jejas pada thorak
•Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
•Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
•Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
•Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
•Penurunan tekanan darah
•Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher

•Bunyi muffle pada jantung


•Perfusi jaringan tidak adekuat
•Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi denganpernapasan ) dapat terjadi
dini pada tamponade jantung

E. Patofisiologi

Flail Chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan
keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua ataulebih
tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen flail chest (segmenmengambang)
menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkimparu di bawahnya
terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkanhipoksia yang serius. Kesulitan
utama pada kelainan Flail Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio
paru). Walaupun ketidak-stabilan dinding dadamenimbulkan gerakan paradoksal dari dinding dada
pada inspirasi dan ekspirasi, defek inisendiri saja tidak akan menyebabkan hipoksia. Penyebab
timbulnya hipoksia pada penderita initerutama disebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan
dinding dada yang tertahan dan trauma jaringan parunya.
Flail Chest mungkin tidak terlihat pada awalnya, karena splinting (terbelat) dengan
dindingdada. Gerakan pernafasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan
tidak terkoordinasi.Palpasi gerakan pernafasan yang abnormal dan krepitasi iga atau fraktur tulang
rawan membantu diagnosisi. Dengan foto toraks akan lebih jelas karena akan terlihat frakturiga yang
multipel, akan tetapi terpisahnya sendi costochondral tidak akan terlihat. Pemeriksaan analisis gas
darah yaitu adanya hipoksia akibat kegagalan pernafasan, juga membantu dalamdiagnosis Flail Chest.
Flail chest mengakibatkan terjadinya gangguan mekanika bernapas yaitu:
1. Fraktur sternum dengan pergeseran fragmennya menimbulkan nyeri yang
menyebabkanpenderita menahan napas sehingga pernapasan menjadi dangkal. Hal ini
diperberatdengan akibat retensi sputum menyebabkan atelektasis, pneumonia yang
menyebabkangangguan ventilasi, hipoksemia, hiperkarbia dan pada gilirannya akan
menyebabkaninsufisiensi pernapasan dan berakhir dengan gagal pernapasan akut.
2. Flail sternum disebut juga central flail chest, bila berat akan menyebabkan
volumeintratorasik berkurang sehingga mengganggu pengembangan paru, ventilasi
menurunmengakibatkan hipoksemia dan hiperkarbia. Gangguan ekspansi paru
diakibatkanelastic recoil ke dalam tak tertahankan sehingga volumenya berkurang.
Penekananventilasi dan atelektasis akan menyebabkan terjadinya pintas arteriovenosa (AV)
yang memperberat insufisiensi pernapasan sehingga bila dibiarkan akan berakhir
dengangagal pernapasan akut.
3. Nyeri hebat juga akan menyebabkan penderita mengurangi gerakan segmen
melayangsambil terus menerus berupaya paksa menarik dan mengeluarkan napas, hal ini
terlihatdengan pernapasan cepat dan dangkal bila dibiarkan akan menyebabkan kelelahan
otot-otot pernapasan dan berakhir dengan gagal pernapasan akut.Akibat dari atelektasis,
pneumonia, pirau A-V sendiri akan memperberat kerja napas, halini ditunjukkan dengan
gambaran gas darah memburuk, suatu tanda gagal pernapasan akut
F. Manifestasi Klinis
 Biasanya karena ada pembengkakan jaringan lunak di sekitar dan terbatasnya gerak
pengembangan dinding dada, deformitas, dan gerakan paradoksal flail chest yang ada
akan tertutup
 Awalnya mungkin tidak terlihat, karena splinting (terbelat) dengan dinding dada.
Gerakan paradoksal segmen yang mengambang àsaat inspirasi ke dalam, ekspirasike
luar. Gerakan ini tidak terlihat pada pasien dengan ventilator.
 Sesak nafas
 Krepitasi iga, fraktur tulang rawan
 Takikardi
 Sianosis
 Os menunjukkan trauma hebat
 Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas)

G. Prognosis Penyakit
1. Open Pneumothorak
Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga
paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding dada yang
menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound ). Apabila luban ini lebih besar
dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi udara lebih mudah melewati
lubang dada dibandingkan melewati mulut sehingga terjadi sesak nafas yang hebat

2. Tension Pneumothorak
Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension pneumothorak.
Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru maka udara akan semakin
banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan :
 Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat
 Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok
Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera, sedangkan pada
auskultasi bunyi vesikuler menurun.

3. Hematothorak massif
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada.Ada perkusi
terdengar redup, sedang vesikuler menurun pada auskultasi.

4. Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu
segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan
menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan
pernafasan paradoksal.

H.. Klasifikasi

1. Trauma Tembus
 Pneumothoraks terbuka
 Hemothoraks
 Trauma tracheobronkial
 Contusi Paru
 Ruptur diafragma
 Trauma Mediastinal

2. Trauma Tumpul
 Tension pneumothoraks
 Trauma tracheobronkhial
 Flail Chest
 Ruptur diafragma
 Trauma mediastinal
 Fraktur kosta

I. Pemeriksaan Diagnostik

1.Radiologi : X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)


2.Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3.Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4.Hemoglobin : mungkin menurun.
5.Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6.Pa O2 normal / menurun.
7.Saturasi O2 menurun (biasanya).
8.Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
9. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik,
observasi.
10. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum pleura
dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.
11. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan
thorakotomi.
12. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc
segera thorakotomi

J. Penatalaksanaan
Sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-tanda
kegagalanpernapasan atau karena ancaman gagal napas yang biasanya dibuktikan
melalui pemeriksaan AGD berkala dan takipneu pain control.
Stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator, fiksasi internal melalui operasi)
bronchial toilet fisioterapi agresif tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet.
Tindakan stabilisasi yang bersifat sementara terhadap dinding dada akan sangat
menolong penderita, yaitu dengan menggunakan towl-clip traction atau dengan
menyatukan fragmen-fragmen yang terpisah dengan pembedahan. Takipnea,
hipoksia,dan hiperkarbia merupakan indikasi untuk intubasi endotrakeal dan ventilasi
dgn tekanan positif

 Chest tube / drainase udara (pneumothorax).


 WSD (hematotoraks).
 Pungsi.
 Torakotomi.
 Pemberian oksigen.
 Antibiotika.
 Analgetika.
 Expectorant

K. Komplikasi

 Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.


 Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
 Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
jantung.
 Pembuluh darah besar : hemathoraks.
 Esofagus : mediastinitis.
 Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson,
1990).
Diposkan oleh yogi iskandar di 23.29
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2013 (10)
o ▼ Oktober (10)
 CA PARU
 FLAIL CHEST ( TRAUMA THORAX)
 TUBERCOLOSIS (TBC)
 SIROSIS HEPATIS
 CANCER COLON
 gastroenteritis
 hisprung
 Kretinisme
 Ginggatisme
 Diabetes insipidus

Mengenai Saya

yogi iskandar
Lihat profil lengkapku
Template Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai