Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis
melalui spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan.
Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. Pada kasus
tertentu kelainan ini dapat dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan terdiri
dari insisi meningokel dan penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat
ditutup. Hidrosefalus kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan
drainase. (Prinsip Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283).
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering
terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di
daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput
otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak
terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan
menjadi normal sesudah operasi. (IKA-FKUI. Hal-1136)
Meningokel merupakan penyakit kongenital dari kelainan embriologis
yang disebut Neural tube defect (NTD). Meningokel disebabkan oleh banyak
faktor dan metibatkan banyak gen (multifaktoral dan poligenik). Banyak
sekali penetitian yang mengungkap bahwa sekitar 70% kasus NTD dapat
dicegah dengan suplementasi asam fclai, sehingga defisiensi asam folat
dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel.
Basis molekut defisiensi asam folat adalah kurang adekuatnya enzim enzim
yang mentransfer gugus, karbon dalam proses metiiasi protein dalam se1,
baik dalam nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi gangguan
biosintesis DNA dan RNA. serta kenaikan kadar homosistein.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari meningokel?
2. Bagaimanakah etiologi dari meningokel?
3. Bagaimanakah tanda dan gejala dari meningokel?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari meningokel?

Keperawatan Anak Page 1


5. Bagaimanakah Patofisiologi Nursing Patway (Pnp) dari meningokel?
6. Bagaimanakah manifestasi klinik dari meningokel?
7. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang meningokel?
8. Bagaimanakah penatalakasanaan dari meningokel?
9. Apa saja komplikasi dari meningokel?
10. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan dari meningokel?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari meningokel.
2. Untuk mengetahui etiologi dari meningokel.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari meningokel.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari meningokel.
5. Untuk mengetahui Patofisiologi Nursing Patway (Pnp) dari meningokel.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari meningokel.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang meningokel.
8. Untuk mengetahui penatalakasanaan dari meningokel.
9. Untuk mengetahui komplikasi dari meningokel.
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari meningokel.

Keperawatan Anak Page 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Maningokel
Meningokel terbentuk saat meninges berheniasi melalaui defek pada
lengkung vertebra posterior. Medulla spinalis biasanya normal dan menerima
posisi normal pada medulla spinalis , meskipun mungkin terlambat , ada
siringomielia, atau distematoielia. Masa linea mediana yang berfluktasi yang
dapat bertransimulasi terjdai sepanjang kolumna vetebralis, biasanya berada
di punggung bawah . sebagai besar meningokel tertutup dengan baik dengan
kulit dan tidak mengancam penderita . pemeriksaan neurologi yang cermat
sangat dianjurkan . anak yang tidak bergejala dengan pemeriksaan neulorogis
normal dan keseluruhan tebal kulit menutup meningokel dapat menunda
pembedahan . sebelumnya koreksi defek dengan pembedahan , penderita
harus secara menyeluruh diperiksa dengan menggunakan rongentogram
sederhana, ultrasonografi, dan tomografi komputasi (CT) dengan metrizamid
atau resonansi magnetik (MRI) untuk menentukan luasnya keterlibatan
jaringan saraf jika ada dan anomali yang terkait , termasuk diastematomielia ,
medulla spinalis tertambat dan lipoma . penderita dengan kebocoran cairan
serebrospinal (CSS) atau kulit yang menutupi tipis harus dilakukan
pembedahan segera untuk mencegah meningitis. Sken CT kepala dianjurkan
pada anak dengan meningokel karena kaitannya dengan hidrosefalus pada
beberapa kasus. Meningokel anterior menonjol ke dalam pelvis melalui defek
pada sakrum. Gejala konstipasi dan disfungsi kandung kencing berkembang
karena meningkatnya ukuran lesi . penderita wanita mungkin menderita
anomali saluran genital terkait , termasuk fistula rektovaginal dan sekat
vagina. Rongentogram sederhana memperagakan defek pada sakrum dan
skenning CT atau MRI menggambarkan luasnya meningokel.

Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis


melalui spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan.
Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. Pada kasus
tertentu kelainan ini dapat dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan terdiri

Keperawatan Anak Page 3


dari insisi meningokel dan penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat
ditutup. Hidrosefalus kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan
drainase. (Prinsip Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283)
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering
terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di
daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput
otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak
terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan
menjadi normal sesudah operasi. (IKA-FKUI. Hal-1136)
Spina bifida dimanifestasikan pada hampir semua kasus disrafisme
spinal yang merupakan terminologi untuk kelompok kelainan spinal yang
umumnya menunjukkan ketidaksempurnaan menutupnya jaringan mesenkim,
tulang dan saraf di garis tengah. . (Buku Ajar Neurologi Anak. Hal-144).
Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina
bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang
tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit.
Spina bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang
belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa
vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh (Wafi Nur, 2010).
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis
melalui spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan.
Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis (Prinsip
Keperawatan Pediatric, Rosa M. Sachrin,2008).
Jadi, Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebrata yang
tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit.
Pembagian disrafisme spinal antara lain:
1. Spina bifida okulta
Defek terdapat pada arkus vertebrata tanpa herniasi jaringan.
2. Meningokel spinalis
Defek pada durameter dan arkus spinalis. Herniasi jaringan saraf spinalis
atau sebagian medulla spinalis.
3. Meningomielokel

Keperawatan Anak Page 4


Kantung herniasi terdiri dari leptomeningen, cairan, jaringan saraf berupa
serabut spinalis atau sebagian medulla spinalis.
4. Mielomeningosistokel
Kantung terdiri dari leptomeningen, cairan cerebrospinal, serabut saraf
yang membenntuk kista berisi cairan yang berhubungan dengan kanalis
sentralis.
5. Rakiskisis spinal lengkap
Tulang belakang terbuka seluruhnya

B. Etiologi Dari Maningokel


Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.
Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam
terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah
konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar
vitamin maternal rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan
asam valfroat: dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50%
defek tuba neural dapat dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-
vitamin prakonsepsi, termasuk asam folat. (buku saku keperawatan pediatric
e/3 [Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002] hal-468)
Kelainan konginetal SSP yang paling sering dan penting ialah defek
tabung neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-
macam penyebab yang berat menentukan morbiditas dan mortalitas, tetapi
banyak dari abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang kecil dan hanya
dapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan.
(Patologi Umum Dan Sistematik Vol 2, J.C.E. Underwood. 1999. hal-885)
C. Tanda Dan Gejala Dari Maningokel
Akibat spina bifida, terjadi sejumlah disfungsi tertentu pada rangka,
kulit dan saluran genitourinari akibat spina bifida, tetapi tergantung pada
bagian medulla spinalis yang terkena. Pada meningokel dapat ditemukan:
1. Kantong herniasi CSS yang dapat dilihat pada daerah lumbosakral.
2. Hidrosefalus.
Gejalanya sebagai berikut :

Keperawatan Anak Page 5


a. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada
bayi baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
f. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis)

D. Patofisiologi Maningokel
Meningokel adalah penonjolan yang terdiri dari meninges dan sebuah
kantong berisi cairan serebro spinal (CSS): penonjolan ini tertutup
kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak
terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika.
Meningokel umumnya terdapat pada lumbo sacral atau sacral.
Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang menderita
spina bifida (85% sampai 90%), kira -kira60% sampai 70% tersebut
memiliki IQ normal.Banyak ahli percaya bahwa defek prime r pada
NTD (neural tubedefect)merupakan kegagalan penutupan tuba
neural selama perkembangan awal embrio.Akan tetapi, ada bukti
bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tubaneural yang
sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan serebrospinal
selama trimester pertama.
Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna
spinalis: spina bifida okulta dan spina bifida sistika. Spina bifida okulta adalah
defek penutupan dengan meninges tidak terpajan di permukaan kulit. Defek
vertebralnya kecil, umumnya pada daerah lumbosakral.
Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan
penonjolan medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah
penonjolan yang terdiri dari maninges dan sebuah kantong berisi cairan
serebrospinal (CSS): penonjolan ini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan
neurologi, dan medulla spinalis tidak terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20%

Keperawatan Anak Page 6


kasus spina bifida sistika. Meningokel umumnya terdapat pada lumbosakral
atau sacral.
Mielomeningokel adalah penonjolan meninges dan sebagian medulla
spinalis, selain kantong berisi CSS. Daerah lumbal atau lumbosakral terdapat
pada 42% kasus; torakolumna pada 27 kasus, sacral 21% kasus; dan torakal
atau servikal pada 10% kasus. Bayi dengan mielomeningokel mudah terkena
cedera selama proses kelahiran. Hidrosefalus terdapat pada hampir semua
anak yang menderita spina bifida (85% sampai 90%);kira-kira 60% sampai
70% tersebut memiliki IQ normal. Anak dengan mielomeningokel dan
hidrosefalus menderita malformasi system saraf pusat lain, dengan deformitas
Arnold-Chiari yang paling umum.
Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.
Banyak factor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam
terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah
konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar
vitamin maternal rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan
asam valfroat: dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50%
defek tuba neural dapat dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-
vitamin prakonsepsi, termasuk asam folat. (buku saku keperawatan pediatric
e/3 [Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002] hal-468)
Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect)
merupakan kegagalan penutupan tuba neural selama perkembangan awal
embrio. Akan tetapi, ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari
pemisahan tuba neural yang sudah menutup karena peningkatan abnormal
tekanan cairan serebrospinal selama trimester pertama. Derajat disfungsi
neurologik secara lansung berhubungan dengan level anatomis defek tersebut
dan saraf-saraf yang terlibat. Kebanyakan mielomeningokel melibatkan area
lumbal atau lumbosakral, dan hidrosefalus merupakan anomali yang sering
menyertainya (90% sampai 95%). (buku ajar keperawatan pediatrik, Donna L.
Wong. Hal-1425)
Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup
kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang-kadang sebagai

Keperawatan Anak Page 7


akibat eksisi meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena
permukaan absorpsi CSS yang berkurang.
Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau
kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan
pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam
serum ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat; penemuan ini sering
digunakan sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik kranial maupun spinal
dapat terjadi; terminology spina bifida digunakan pada keterlibatan spinal,
apabila malformasi SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina
vertebrata. (Patologi Umum Dan Sistematik Vol 2, J.C.E. Underwood. 1999.
hal-885)
Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya,
posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan
ancaman yang pasti, dan pemberian makanan menjadi masalah.
Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga
temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat
mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila digunakan penghangat overhead, balutan
di atas defek perlu sering dilembabkan karena efek pengering dari panas yang
dipancarkan.
Sebelum pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembap dengan
meletakkan balutan steril, lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut.
Larutan pelembab yang dilakukan adalah salin normal steril. Balutan diganti
dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan sakus tersebut diamati dengan
cermat terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi. Sakus
tersebut harus dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau
terkontaminasi. Kadang-kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang
pada sakus meningkatkan resiko infeksi pada system saram pusat.
Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah
kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan. Akan
tetapi latihan ini dibatasi hanya pada kaki, pergelangan kaki dan sendi lutut.
Bila sendi panggul tidak stabil, peregangan terhadap fleksor pinggul yang
kaku atau otot-otot adductor, mempererat kecenderungan subluksasi.

Keperawatan Anak Page 8


Penurunan harga diri menjadi ciri khas pada anak dan remaja yang
menderita keadaan ini. Remaja merasa khawatir akan kemampuan seksualnya,
penguasaan social, hubungan kelompok remaja sebaya, dan kematangan serta
daya tariknya. Beratnya ketidakmampuan tersebut lebih berhubungan dengan
persepsi diri terhadap kemampuannya dari pada ketidakmampuan yang
sebenarnya ada pada remaja itu.

E. Patofisiologi Nursing Patway (Pnp) Dari Maningokel

F. Manifestasi Klinik
Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan
atau tanpa gejala, sedangkan yanglainnya mengalami kelumpuhan pada daerah
yang dipersarafi oleh korda spinalis maupunnakar saraf yang
terkena.Gejalanya dapat berupa :

Keperawatan Anak Page 9


a) Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi
baru lahir.
b) Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.
c) Kelumpuhan / kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
d) Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
e) Lekukan pada daerah sakrum.

G. Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
2) USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda
spinalis maupun vertebra
3) CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk
menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
H. Penatalakasanaan
Tujuan dari pengobatan awal meningokel adalah mengurangi
kerusakan saraf, meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta
membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini.
Pembedahan dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture.
Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi
hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan
bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis.
Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan
berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk
memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati dn mencegah meningitis, infeksi
saluran kemih dan lainnya diberikan antibiotic. Untuk membantu
memperlancar aliran kemih bias dilakukan penekanan lembut diatas kandung
kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter.
Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu
memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
Untuk mengatasi gejala muskulo skeletal (otot dan kerangka tubuh)
perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik.

Keperawatan Anak Page 10


Keleinan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan
fungsi yang terjadi. Kadang-kadang pembedahan shunting untuk memperbaiki
hidrosefalus.
Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi
kerusakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis.
Penatalaksanaan:
1) Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi
tanpa baju.
2) Bayi dalam posisi telungkup atau tidurjika kantungnya besar untuk
mencegah infeksi.
3) Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli
urologi, terutama untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya
melakukan informed consent
I. Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda
hidrosefalus (dengan mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan
pembedahan atau juga kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak mau
minum, mudah terangsang, kejang dan ubun-ubun akan besar menonjol).
Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki, retensi
urin dan kerusakan kulit akibat iritasi urin dan feses.

J. Komplikasi
1. Hedeosefalus
2. Meningitis
3. Hidrosiringomielia
4. Intraspinal tumor
5. Kiposkoliosis
6. Kelemahan permanen atau paralisis pada ekstermitas bawah
7. Serebral palsy disfungsi batang otak
8. Infeksi pada sistem organ lain
9. Sindroma Arnold-Chiari
10. Gangguan pertumbuhan

Keperawatan Anak Page 11


K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1. Anamnesa :
a. Identitas bayi
b. Identitas ibu
c. Riwayat kehamilan ibu
kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan
meningkat pada usia 16-18 minggu
d. Riwayat kelahiran.
Seksio sesarae terencana atau normal
e. Riwayat Keluarga.
f. Anak sebelumnya menderita spina bifida
Riwayat atau adanya faktor resiko Jenis kelamin laki-laki
1.2. Pemeriksaan Fisik.
Observasi adanya manifestasi mielomeningokel
1) Kantong yang dapat dilihat
2) Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel
Di bawah vertebra lumbal kedua
a. Flaksid, paralis parsial arefleksik pada ekstremitas bawah
b. Berbagai derajat defisit sensori
c. Inkontenensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstan
d. Kurang kontrol defikasi
e. Prolapsus rektal (kadang-kadang)
Di bawah vertebra sakrum ketiga
a. Tidak ada kerusakan motorik
b. Dapat berupa anestesia sadel dengan paralis sfingter kandung
kemih dan sfingter anus
Deformitas sendi (terkadang terjadi di uterus)
a. Talipes valgus atau kontraktur varus
b. Kifosis
c. Skoliosis lumbosakral
d. Dislokasi pinggul

Keperawatan Anak Page 12


3) Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan neurologis untuk
menentukan tingkat kerusakan motorik dan sensorik
4) Inspeksi mielomeningokel untuk adanya perubahan pada penampilan,
sebagai contoh, abrasi, robekan, tanda-tanda infeksi
5) Observasi adanya tanda-tanda hidrosefalus
6) Observasi adanya tanda-tanda alergi lateks
7) Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian.
- Radiologi
- Tomografi

1.3. Pengelompokan data


Data Subyektif
1) Orang tua klien mengungkapkan cemas
2) Orang tua klien mengeluh anaknya terus berkemih dalam jumlah besar
3) Orangtua klien mengatakan anaknya jarang di berikan cairan

Data Obyektif
1) Tampak kesadaran klien menurun

2) Adanya tanda-tanda Tekanan intrakranial

3) Enuresis

4) Diurnal

5) Nokturnal

6) Orang tua klien meminta informasi tentang tindakan yang dilakukan

7) Orang tua klien sering bertanya tentang penyakit anaknya

8) Orang tua tampak gelisah

9) Klien tidak dapat mengerakkan kakinya

10) Tampak penonjolan seperti kantung di punggung tengah klien

11) Kulit klien tampak kering

12) Kulit klien tampak pucat

Keperawatan Anak Page 13


13) Adanya Lesi

1.4. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


1. DS : - Penonjolan medula spinalis Ganguan Perfusi
DO : dan pembungkusnya Jaringan
- Tampak kesadaran
klien menurun
Peningkatan Abnormal Sel
- Adanya tanda-tanda
Tekanan intrakranial
TIK

Ganguan Perfusi Jaringan


2. DS : Penonjolan dari korda Inkontinensia
- Orang tua klien spinalis dan akar saraf Urin
mengeluh anaknya
terus berkemih dalam
jumlah besar Penurunan/gangguan fungsi
pada bagian tubuh yang
DO : dipersarafi
· Enuresis
· Diurnal
· Nokturnal Ketidakmampuan
mengontrol pola berkemih

Inkontinensia Urin
3. DS : Penurunan/gangguan fungsi Kurang
- Orang tua klien pada bagian tubuh yang Pengetahuan
mengungkapkan cemas dipersarafi

DO :
- Orang tua klien
meminta informasi Orangtua cemas
tentang tindakan yang
dilakukan
Kurang terpajan informasi
-

- Orang tua klien sering Kurang Pengetahuan


bertanya tentang
penyakit anaknya

Keperawatan Anak Page 14


- Orang tua tampak
gelisah

4. DS : Penurunan/gangguan fungsi Resiko Kerusakan


- Orangtua klien pada bagian tubuh yang Integritas Kulit
mengatakan anaknya dipersarafi
jarang di berikan
cairan
Kelumpuhan/kelemahan
DO : pada ekstremitas bawah
- Kulit klien tampak
kering
Immobilisasi
- Kulit Pucat

- Adanya Lesi Resiko Kerusakan Integritas


Kulit

2. Diagnosa Keperawatan
2.1 Ganguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intracranial
2.2 Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol
keinginan berkemih.
2.3 Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan penanganan
penyakit anaknya berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
2.4 Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi.
3. Intervensi dan Implementasi
3.1. Diagnosa 1
- Ganguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan
intracranial
Tujuan :
- Pasien kembali pada, keadaan status neurologis sebelum sakit
- Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria Hasil
- Tanda - tanda vitaldalam batas normal
- Kesadaran meningkat

Keperawatan Anak Page 15


- Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-
tanda tekanan intrakranial yang meningkat

Intervensi Rasional
1. Pasien bedrest total dengan posisi 1. Perubahan pada tekanan intrakranial
tidur terlentang tanpa bantal akan dapat meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
2. Monitor tanda-tanda status 2. Dapat mengurangi kerusakan otak
neurologis dengan GCS. lebih lanjut
3. Monitor tanda-tanda vital dan hati- 3. Pada keadaan normal autoregulasi
hati pada hipertensi sistolik mempertahankan keadaan tekanan
darah sistemik berubah secara
fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler
cerebral yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan
diiukuti oleh penurunan tekanan
diastolik. Sedangkan peningkatan
suhu dapat menggambarkan
perjalanan infeksi
4. Monitor intake dan output 4. Hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi terutama
pada pasien yang tidak sadar, nausea
yang menurunkan intake per oral
5. Bantu pasien untuk membatasi 5. Aktifitas ini dapat meningkatkan
gerak atau berbalik ditempat tidur. tekanan intrakranial dan intra
abdomen.
Kolaborasi
6. Berikan cairan perinfus 6. Meminimalkan fluktuasi pada beban
dengan perhatian ketat. vaskuler dan tekananintrakranial, vetr
iksi cairan dancairan dapat menurun-
kan edema cerebral

Keperawatan Anak Page 16


7. Monitor AGD bila diperlukan pem 7. Adanya kemungkinan asidosis
berian oksigen disertai dengan pelepasan oksigen
padatingkat sel dapat menyebabkan
terjadinya iskhemik serebral
8. Berikan terapi sesuai dari dokter 8. Terapi yang diberikan dapat
seperti : Steroid Aminofiel, menurunkan permeabilitas kapiler.
Antibiotik. - Menurunkan edema serebri
- Menurunka metabolik sel /
konsumsi dan kejang.
3.2. Diagnosa 2
- Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol
keinginan berkemih.

Tujuan :
Inkontinensia urin dapat berkurang/teratasi
Kriteria hasil :
- Enuresis, diurnal dan nokturnal berkurang/tidak ada

- Klien berkemih dalam jumlah dan frekuensi yang normal

Intervensi Rasional
1. Kaji pola berkemih dan tingkat 1. Sebagai data dasar untuk intervensi
inkontinensia klien selanjutnya
2. Berikan perawatan pada kulit klien 2. Perawatan yang baik dapat
yang basah karena urin (dilap mencegah iritasi pada kulit klien
dengan air hangat kemudian dilap
kering dan diberi bedak)
3. Anjurkan ibu klien untuk sering 3. Popok yang selalu basah dapat
memeriksa popok klien, jika basah menimbulkan iritasi dan lecet pada
segera diganti kulit
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam 4. Obat antikolinergik diperlukan
pemberian obat (misalnya: untuk menghilangkan kontraksi
Antikolinergik) kandung kemih tak terhambat

3.3. Diagnosa 3
- Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan
penanganan penyakit anaknya berhubungan dengan kurang terpajan
informasi.

Keperawatan Anak Page 17


Tujuan :
- Orang tua klien dapat memahami proses penyakit dan prosedur
penanganan penyakit anaknya

Kriteria hasil :
- Orang tua klien tampak tenang

- Orang tua klien dapat menjelaskan proses penyakit dan prosedur


penanganan penyakit anaknya

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua 1. Sebagai data dasar dalam
klien tentang proses penyakit dan memnentukan intervensi selanjutnya
penanganan penyakit anaknya
2. Memberikan jalan untuk
2. Berikan kesempatan kepada orang
mengekspresikan perasaannya dan
tua klien untuk bertanya
mengetahui pemahaman orang tua
klien tentang penyakit anaknya
3. Jelaskan dengan baik kepada orang 3. Menigkatkan pemahaman orang tua
tua tentang proses penyakit dan klien tentang penyakitnya anaknya
prosedur penanganannya

4. Berikan dukungan positif kepada 4. Dukungan yang positif dapat


orang tua klien memberikan semangat kepada orang
tua untuk menerima penyakit
anaknya dan membantu proses
perawatan.

3.4. Diagnosa 4
- Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi

Tujuan:
Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteri hasil :
- Kulit tampak halus dan lembut

- Tidak ada iritasi/lecet, dekubitus

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat keterbatasan gerak 1. Sebagai data dasar untuk intervensi
(immobilisasi) klien selanjutnya

Keperawatan Anak Page 18


2. Rubah posisi klien setiap dua jam 2. Penekanan yang lama pada salah
satu bagian tubuh dapat
menyebabkan terjadinya dekubitus
3. Jaga pakaian dan linen tetap kering
3. Pakaian dan linen yang basah dapat
4. Ajarkan pada orang tua klien untuk mengiritasi kulit
memassage daerah yang tertekan,
4. Memperlancar peredaran darah,
gunakan lotion
meningkatkan relaksasi dan
mencegah iritasi

4. EVALUASI
a. Kesadaran meningkat
b. Inkontinensia urin dapat berkurang / teratasi
c. Informasi kesehatan terpenuhi
d. Tidak ada gangguan integritas kulit

Keperawatan Anak Page 19


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Meningokel terbentuk saat meninges berheniasi melalaui defek pada
lengkung vertebra posterior. Medulla spinalis biasanya normal dan menerima
posisi normal pada medulla spinalis , meskipun mungkin terlambat , ada
siringomielia, atau distematoielia. Masa linea mediana yang berfluktasi yang
dapat bertransimulasi terjdai sepanjang kolumna vetebralis, biasanya berada
di punggung bawah . sebagai besar meningokel tertutup dengan baik dengan
kulit dan tidak mengancam penderita . pemeriksaan neurologi yang cermat
sangat dianjurkan . anak yang tidak bergejala dengan pemeriksaan neulorogis
normal dan keseluruhan tebal kulit menutup meningokel dapat menunda
pembedahan . sebelumnya koreksi defek dengan pembedahan , penderita
harus secara menyeluruh diperiksa dengan menggunakan rongentogram
sederhana, ultrasonografi, dan tomografi komputasi (CT) dengan metrizamid
atau resonansi magnetik (MRI) untuk menentukan luasnya keterlibatan
jaringan saraf jika ada dan anomali yang terkait , termasuk diastematomielia ,
medulla spinalis tertambat dan lipoma . penderita dengan kebocoran cairan
serebrospinal (CSS) atau kulit yang menutupi tipis harus dilakukan
pembedahan segera untuk mencegah meningitis. Sken CT kepala dianjurkan
pada anak dengan meningokel karena kaitannya dengan hidrosefalus pada
beberapa kasus. Meningokel anterior menonjol ke dalam pelvis melalui defek
pada sakrum. Gejala konstipasi dan disfungsi kandung kencing berkembang
karena meningkatnya ukuran lesi . penderita wanita mungkin menderita
anomali saluran genital terkait , termasuk fistula rektovaginal dan sekat
vagina. Rongentogram sederhana memperagakan defek pada sakrum dan
skenning CT atau MRI menggambarkan luasnya meningokel.

B. SARAN
Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan
untuk semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan
pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.

Keperawatan Anak Page 20


DAFTAR PUSTAKA
Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. EGC:
Jakarta.
Elizabet J. Corwin. 2000. Buku saku patofisiologi. EGC: Jakarta
J.C.E. Underwood. 1999. Patologi Umum Dan Sistematik. Vol 2. EGC: Jakarta
Linda Juall Carpenito-moyet. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan Edisi 10.
EGC: Jakarta
Marliynn E. Doengoes, Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC:
Jakarta
Wong , Donna L dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatric vol 2. EGC:
Jakarta.
Berham,20I2. Nelson texbook of pediatrics. Jakarta : EGC

Keperawatan Anak Page 21

Anda mungkin juga menyukai