PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis
melalui spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan.
Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. Pada kasus
tertentu kelainan ini dapat dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan terdiri
dari insisi meningokel dan penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat
ditutup. Hidrosefalus kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan
drainase. (Prinsip Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283).
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering
terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di
daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput
otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak
terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan
menjadi normal sesudah operasi. (IKA-FKUI. Hal-1136)
Meningokel merupakan penyakit kongenital dari kelainan embriologis
yang disebut Neural tube defect (NTD). Meningokel disebabkan oleh banyak
faktor dan metibatkan banyak gen (multifaktoral dan poligenik). Banyak
sekali penetitian yang mengungkap bahwa sekitar 70% kasus NTD dapat
dicegah dengan suplementasi asam fclai, sehingga defisiensi asam folat
dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel.
Basis molekut defisiensi asam folat adalah kurang adekuatnya enzim enzim
yang mentransfer gugus, karbon dalam proses metiiasi protein dalam se1,
baik dalam nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi gangguan
biosintesis DNA dan RNA. serta kenaikan kadar homosistein.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari meningokel?
2. Bagaimanakah etiologi dari meningokel?
3. Bagaimanakah tanda dan gejala dari meningokel?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari meningokel?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari meningokel.
2. Untuk mengetahui etiologi dari meningokel.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari meningokel.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari meningokel.
5. Untuk mengetahui Patofisiologi Nursing Patway (Pnp) dari meningokel.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari meningokel.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang meningokel.
8. Untuk mengetahui penatalakasanaan dari meningokel.
9. Untuk mengetahui komplikasi dari meningokel.
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari meningokel.
D. Patofisiologi Maningokel
Meningokel adalah penonjolan yang terdiri dari meninges dan sebuah
kantong berisi cairan serebro spinal (CSS): penonjolan ini tertutup
kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak
terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika.
Meningokel umumnya terdapat pada lumbo sacral atau sacral.
Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang menderita
spina bifida (85% sampai 90%), kira -kira60% sampai 70% tersebut
memiliki IQ normal.Banyak ahli percaya bahwa defek prime r pada
NTD (neural tubedefect)merupakan kegagalan penutupan tuba
neural selama perkembangan awal embrio.Akan tetapi, ada bukti
bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tubaneural yang
sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan serebrospinal
selama trimester pertama.
Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna
spinalis: spina bifida okulta dan spina bifida sistika. Spina bifida okulta adalah
defek penutupan dengan meninges tidak terpajan di permukaan kulit. Defek
vertebralnya kecil, umumnya pada daerah lumbosakral.
Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan
penonjolan medula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah
penonjolan yang terdiri dari maninges dan sebuah kantong berisi cairan
serebrospinal (CSS): penonjolan ini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan
neurologi, dan medulla spinalis tidak terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20%
F. Manifestasi Klinik
Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan
atau tanpa gejala, sedangkan yanglainnya mengalami kelumpuhan pada daerah
yang dipersarafi oleh korda spinalis maupunnakar saraf yang
terkena.Gejalanya dapat berupa :
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
2) USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda
spinalis maupun vertebra
3) CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk
menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
H. Penatalakasanaan
Tujuan dari pengobatan awal meningokel adalah mengurangi
kerusakan saraf, meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta
membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini.
Pembedahan dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture.
Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi
hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan
bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis.
Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan
berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk
memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati dn mencegah meningitis, infeksi
saluran kemih dan lainnya diberikan antibiotic. Untuk membantu
memperlancar aliran kemih bias dilakukan penekanan lembut diatas kandung
kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter.
Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu
memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
Untuk mengatasi gejala muskulo skeletal (otot dan kerangka tubuh)
perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik.
J. Komplikasi
1. Hedeosefalus
2. Meningitis
3. Hidrosiringomielia
4. Intraspinal tumor
5. Kiposkoliosis
6. Kelemahan permanen atau paralisis pada ekstermitas bawah
7. Serebral palsy disfungsi batang otak
8. Infeksi pada sistem organ lain
9. Sindroma Arnold-Chiari
10. Gangguan pertumbuhan
Data Obyektif
1) Tampak kesadaran klien menurun
3) Enuresis
4) Diurnal
5) Nokturnal
Inkontinensia Urin
3. DS : Penurunan/gangguan fungsi Kurang
- Orang tua klien pada bagian tubuh yang Pengetahuan
mengungkapkan cemas dipersarafi
DO :
- Orang tua klien
meminta informasi Orangtua cemas
tentang tindakan yang
dilakukan
Kurang terpajan informasi
-
2. Diagnosa Keperawatan
2.1 Ganguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intracranial
2.2 Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol
keinginan berkemih.
2.3 Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan penanganan
penyakit anaknya berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
2.4 Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi.
3. Intervensi dan Implementasi
3.1. Diagnosa 1
- Ganguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan
intracranial
Tujuan :
- Pasien kembali pada, keadaan status neurologis sebelum sakit
- Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria Hasil
- Tanda - tanda vitaldalam batas normal
- Kesadaran meningkat
Intervensi Rasional
1. Pasien bedrest total dengan posisi 1. Perubahan pada tekanan intrakranial
tidur terlentang tanpa bantal akan dapat meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
2. Monitor tanda-tanda status 2. Dapat mengurangi kerusakan otak
neurologis dengan GCS. lebih lanjut
3. Monitor tanda-tanda vital dan hati- 3. Pada keadaan normal autoregulasi
hati pada hipertensi sistolik mempertahankan keadaan tekanan
darah sistemik berubah secara
fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler
cerebral yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan
diiukuti oleh penurunan tekanan
diastolik. Sedangkan peningkatan
suhu dapat menggambarkan
perjalanan infeksi
4. Monitor intake dan output 4. Hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi terutama
pada pasien yang tidak sadar, nausea
yang menurunkan intake per oral
5. Bantu pasien untuk membatasi 5. Aktifitas ini dapat meningkatkan
gerak atau berbalik ditempat tidur. tekanan intrakranial dan intra
abdomen.
Kolaborasi
6. Berikan cairan perinfus 6. Meminimalkan fluktuasi pada beban
dengan perhatian ketat. vaskuler dan tekananintrakranial, vetr
iksi cairan dancairan dapat menurun-
kan edema cerebral
Tujuan :
Inkontinensia urin dapat berkurang/teratasi
Kriteria hasil :
- Enuresis, diurnal dan nokturnal berkurang/tidak ada
Intervensi Rasional
1. Kaji pola berkemih dan tingkat 1. Sebagai data dasar untuk intervensi
inkontinensia klien selanjutnya
2. Berikan perawatan pada kulit klien 2. Perawatan yang baik dapat
yang basah karena urin (dilap mencegah iritasi pada kulit klien
dengan air hangat kemudian dilap
kering dan diberi bedak)
3. Anjurkan ibu klien untuk sering 3. Popok yang selalu basah dapat
memeriksa popok klien, jika basah menimbulkan iritasi dan lecet pada
segera diganti kulit
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam 4. Obat antikolinergik diperlukan
pemberian obat (misalnya: untuk menghilangkan kontraksi
Antikolinergik) kandung kemih tak terhambat
3.3. Diagnosa 3
- Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan
penanganan penyakit anaknya berhubungan dengan kurang terpajan
informasi.
Kriteria hasil :
- Orang tua klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua 1. Sebagai data dasar dalam
klien tentang proses penyakit dan memnentukan intervensi selanjutnya
penanganan penyakit anaknya
2. Memberikan jalan untuk
2. Berikan kesempatan kepada orang
mengekspresikan perasaannya dan
tua klien untuk bertanya
mengetahui pemahaman orang tua
klien tentang penyakit anaknya
3. Jelaskan dengan baik kepada orang 3. Menigkatkan pemahaman orang tua
tua tentang proses penyakit dan klien tentang penyakitnya anaknya
prosedur penanganannya
3.4. Diagnosa 4
- Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi
Tujuan:
Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteri hasil :
- Kulit tampak halus dan lembut
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat keterbatasan gerak 1. Sebagai data dasar untuk intervensi
(immobilisasi) klien selanjutnya
4. EVALUASI
a. Kesadaran meningkat
b. Inkontinensia urin dapat berkurang / teratasi
c. Informasi kesehatan terpenuhi
d. Tidak ada gangguan integritas kulit
B. SARAN
Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan
untuk semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan
pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.