Anda di halaman 1dari 36

Isi dan Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

wawasanpendidikan.com - kalau sebelumnya artikel Pokok Fundamental Kaidah Negara tentang


Membangun rasa syukur atas kemerdekaan, artikel sobat pendidikan kali ini tak jauh-jauh, yaitu Isi dan
Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selamat
membaca.

Pembukaan UUD 1945 terdiri dari empat alinea dan empat pokok pikiran. Walaupun jumlah sama-sama
empat, pengertian alinea di sini tidak identik dengan pokok pikiran.Jadi, tidak berarti Alinea I
mengandung Pokok Pikiran I, Alinea II mengandung Pokok Pikiran II, dan seterusnya. Pokok-pokok
pikiran tersebut terkandung dalam keseluruhan alinea Pembukaan UUD 1945.

A. Isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Alinea I memuat dasar/motivasi pernyataan kemerdekaan Indonesia. Di dalamnya (secara obyektif)


dinyatakan bahwa segala bentuk penjajahan di atas dunia ini tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikedilan. Untuk itu (secara subyektif) bangsa Indonesia memiliki aspirasi untuk membebaskan diri
dari penjajahan itu guna membangun masa depan bersama yang lebih baik.

Alinea II memuat cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan pernyataan kemerdekaan Indonesia
itu berarti perjuangan pergerakan kemerdekaan telah sampai pada saat yang berbahagia. Pernyataan
kemerdekaan itu sendiri barulah awal dari proses pembangunan bangsa ini menuju kepada negara yang
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Alinea III memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di situ ditegaskan bahwa kemerdekaan
bangsa Indonesia itu selain upaya manusia, juga tidak terlepas dari berkat rahmat Allah Yang
Mahakuasa. Dengan demikian tampak jelas ada keseimbangan antara motivasi material dan spiritual
dari pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia itu. Keseimbangan ini pula yang selalu eksis dalam
pernjuangan mengisi kemerdekaan berupa pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila.
Alinea IV memuat tujuan nasional, penyusunan negara hukum, benttuk negara Republik Indonesia,
negara berkedaulatan rakyat, dan lima dasar negara (yang kemudian dikenaldengan Pancasila). Fungsi
dan tujuan negara Indonesia secara gamblang ditegaskan dalam alinea ini, yakni untuk melindungi
segenap bangsa Indonesiadan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan dunia yang
berdasarkan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketrtiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk menjalankan fungsi dan mencapai tujuan yang mulia
tersebut, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
(UUD1945). Di situ juga ditegaskan bahwa bentuk negara yang dipilih adalah republik, yang
berkedaulatan rakyat berdasar Pancasila.

B. Pokok Pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Semua alinea Pembukaan UUD 1945 di atas, apabila ditelaah secara mendalam, ternyata diilhami oleh
empat pokok pikiran.

Pokok Pikiran I menyatakan, bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Ini sekaligus berarti, dalam Pembukaan UUD 1945 diterima aliran pengertian (paham) negara
persatuan, negara yang melindungi danmeliputi segenap bangsa seluruhnya, mengatasi segala paham
golongan dan perseorangan. Aliran inilah yang kemudian dikenal sebagai paham negara persatuan
(integralistik atau kekeluargaan). Tampak di sini, bahwa pokokpikiran ini identik dengan Sila ke-3 dari
Pancasila.

Pokok Pikiran II menyatakan, bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-5 dari Pancasila.

Pokok Pikiran III menyatakan, bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan
danpermusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang
Dasar harus berdasarkan kedaulatan dan berdasar atas permusyawaratan perwakilam. Di sini secara
jelas tampak bahwa pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-4 dari Pancasila.

Pokok Pikiran IV menyatakan, bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguhcita-cita moral rakyat yang luhur. Pokok pikiran ini identik
dengan Sila ke-1 dan ke-2 dari Pancasila.

Kesimpulan penjelasan diatas menegaskan bahwa Pokok-pokok pikiran dari Pembukaan UUD 1945 tidak
lain adalah Pancasila itu sendiri dan dijabarkan dalam pasal-pasal Batang Tubuh UUD 1945.

Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


Bagi bangsa Indonesia dasar negara yang dianggap sesuai dan telah dirumuskan oleh para pendiri
negara adalah Pancasila. Secara yuridis konstitusional kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur
pemerintahan negara.

Dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara seperti dimaksudkan di atas sesuai dengan bunyi Pembukaan
UUD 1945, yang dengan jelas menyatakan ”. . . maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Kata-kata . . . dengan berdasar kepada . . . dalam alinea IV tersebut mengandung arti menentukan
bahwa Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia dan dalam pengertian ini yang dimaksudkan
adalah sebagai dasar filsafat.

Pengertian dasar filsafat tersebut berdasarkan interpretasi historis yaitu pada sidang BPUPKI pada waktu
menjelang proklamasi yang menyatakan bahwa yang dimaksud dasar itu adalah dasar filsafat. Karena
merupakan dasar filsafat maka terumuskan dengan secara abstrak, dan inti dari kelima sila tersebut
adalah Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil, yang merupakan kata dasar kemudian mendapat awalan
dan akhiran ke-/-an dan per-/-an, yang memiliki makna abstrak. Pancasila yang unsur-unsurnya digali
dari bangsa Indonesia sendiri kemudian diterima secara bulat oleh bangsa Indonesia sehingga menjadi
dasar filsafat negara Republik Indonesia, sudah selayaknya dilaksanakan.

text-align: justify;"> Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 telah melahirkan negara Republik
Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat kelengkapan negara sebagaimana lazimnya suatu negara yang
merdeka, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya
pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI telah mengesahkan undang-undang dasar negara yang kini dikenal
dengan sebutan UUD 1945. UUD 1945 yang telah disahkan oleh PPKI itu terdiri atas dua bagian, yaitu
bagian pembukaan dan batang tubuh UUD yang berisi 37 pasal, 1 aturan peralihan terdiri atas 4 pasal, 1
aturan tambahan terdiri atas 2 ayat.

Bagian pembukaan yang terdiri atas empat alinea itu, pada alinea keempat tercantum perumusan
Pancasila yang berbunyi sebagai berikut:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

c. Persatuan Indonesia.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan dasar negara Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang sesuai dan
autentik. Selain mempunyai kedudukan konstitusional, rumusan tersebut juga disahkan oleh suatu
badan yang mewakili seluruh bangsa Indonesia yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dalam
pembahasan tentang Pancasila terdapat beberapa pengertian fungsi dan kedudukan Pancasila.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Istilah Ideologi berasal dari kata "idea" yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-
cita. Dan "logos" yang berarti ilmu. Dalam arti luas, Ideologi dipergunakan untuk segala
kelompok cita-cita, nila-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai
pedoman normatif. Dalam arti sempit Ideologi adalah gagasan-gagasan atau teori yang
menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak
bagaimana manusia harus hidup dengan bertindak.
Idiologi terbuka adalah idiologi yang tidak dimutlkakkan dimana nilainya tidak dipaksakan dari
luar, bukan pemberian negara tetapi merupakan realita masyarakat itu
Adapun ciri-ciri ideologi terbuka adalah :
a. Merupakan kekayaan rohani, budaya ,masyarakat.
b. Nilainya tidak diciptakan oleh negara, tapi digali dari hidup masyarakat itu.
c. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkan
nya menurut zamannya.
d. Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.
e. Menghargai keanekaragaman atau pluralitas sehingga dapat diterima oleh
berbagai latar belakang agama atau budaya.

Pancasila sebagai idiologi terbuka adalah Pancasila merupakan ideologi yang mampu
menyesuaikan diri dengan perkembagan jaman tanpa pengubahan nilai dasarnya. Gagasan
mengenai pancasila sebagai ideologi terbuka mulai berkembang sejak tahun 1985. tetapi
semangatnya sudah tumbuh sejak Pancasila itu sendiri ditetapkan sebagai dasar Negara. .

Indonesia menganut ideologi terbuka karena Indonesia menggunakan sistem pemerintahan


demokrasi yang didalamnya membebaskan setiap masyarakat untuk berpendapat dan
melaksanakan sesuatu sesuai keinginannya masing-masing. Maka dari itu, ideologi Pancasila
sebagai ideologi terbuka adalah yang paling tepat digunakan Indonesia.

Selain itu, Pancasila memang memiliki syarat sebagai ideologi terbuka,sebab:

1. Memiliki nilai dasar yang bersumber pada masyarakat atau realita bangsa
Indonesia seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Atau nilai-nilainya tidak dipaksakan dari luar atau bukan pembe-
berian negara.
2. Memiliki nilai instrumental untuk melaksanakan nilai dasar, seperti UUD 45,
UU, Peraturan-peraturan, Ketetapan MPR, DPR, dll
3. Memiliki nilai praksis yang merupakan penjabaran nilai instrumental. Nilai
Praksis terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu bagaimana cara kita
melaksanakan nilai Pancasila dalam hidup sehari-hari, seperti toleransi,
gotong-royong, musyawarah, dll.

Moerdiono menyebutkan beberapa fakta yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi
terbuka, yaitu :

 Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat kita


berkembang amat cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan kehidupan dapat
ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi sebelumnya
 Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxismeleninisme/komunisme.
Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjadi suatu
ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi lainnya.
 Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat penting.
Karena pengaruh ideologi komunisme yang pada dasarnya bersifat tertutup, Pancasila
pernah merosot menjadi semacam dogma yang kaku. Pancasila tidak lagi tampil
sebagai acuan bersama, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-
lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah di saat itu menjadi absolute. Konsekuensinya,
perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti
pancasila.
 Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai catatan, istilah Pancasila sebagai
satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan ketetapan MPR tahun 1999, namun
pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi utama Pancasila sebagai dasar
Negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila harus dijadikan jiwa
(volkgeits) bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama
dalam pengembangan Pancasila sebagai Ideologi terbuka. Di samping itu, ada faktor
lain, yaitu adanya tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai
alternative ideologi dunia.

Fungsi Pokok Pancasila Sebagai dasar Negara


Adapun fungsi pokok pancasila sebagai dasar negara adalah sebagai berikut:

 Sebagai dasar Negara, pancasila berkedudukan sebagai norma dasar atau norma
fundamental (fundamental norm) Negara dengan demikian Pancasila menempati norma
hukum tertinggi dalam Negara ideologi Indonesia. Pancasila adalah cita hukum (
staatside ) baik hukum tertulis dan tidak tertulis ( konvensi ).
 Sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan kaidah Negara yang
fundamental artinya kedudukannya paling tinggi, oleh karena itu Pancasila juga sebagai
landasan ideal penyususnan arturan – aturan di Indonesia. Oleh karena itu semua
peraturan perundangan baik yang dipusat maupun daerah tidak menyimpang dari nilai
Pancasila atau harus bersumber dari nilai -nilai Pancasila.
 Sebagai pandangan hidup, yaitu nilai Pancasila merupakan pedoman dan pegangan
dalam pembangunan bangsa dan Negara agar tetap berdiri kokoh dan mengetahui arah
dalam memecahkan masalah ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
pertahanan dan keamanan.
 Sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai pancasila itu mencerminkan
kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya kristalisasi nilai budaya bangsa Indonesia asli,
bukan diambil dari bangsa lain.
 Sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia, pancasila lahir dari hasil musyawarah para
pendiri bangsa dan negara (founding fathers) sebagi para wakil bangsa, Pancasila yang
dihasilkan itu dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sisio kulturil. Moral dalam arti
tidak bertentangan dengan nilai agama yang berlaku di Indonesia, sosio kultural berarti
cerminan dari nilai budaya bangsa Indonesia, karena itu Pancasila merangkul segenap
lapisan masyarakat Indonesia yang majemuk ini.

Pancasila sebagai Dasar Negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara berfungsi sebagai dasar filosofis untuk menata dan mengatur
penyelenggaraan negara. Hal tersebut dapat dijabarkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara
berarti:
1. Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaran negara
2. Pancasila dijadikan dasar dalam pengaturan dan sistem pemerintahan negara
3. Pancasila merupakan sumber hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Makna Pncasila Sebagai Ideologi Nasional


1.Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan , konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan
logos berarti ilmu.. Secara harfiah ideology berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide/cita-cita.
Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cit-cita itu
sekaligus merupakan dasar, pandangan/paham.

2. Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

Berdasarkan Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan Ketetapan MPR RI No


II/MPR/1978 tentang P4 ( Eka Prasetya Paca Karsa ), menyebutkan bahwa Pancasila selain
berkedudukan sebagai dasar negara, juga berkedudukan sebagai Ideologi Nasional bangsa
Indonesia.

Adapun makna pancasila dari Ketetapan tersebut adalah adalah bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi pancasila menjadi cita-cita normative bagi penyelenggaraan
bernegara. Visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia
adalah terwujudnya kehidupan yang berke-Tuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-
Persatuan, yang ber-Kerakyatan dan yang ber-Keadilan.

Pancasila sebagai ideology nasional berfungsi sebagai cita-cita adalah sejalan dengan dengan
fungsi utama dari sebuah ideologi serta sebagai sarana pemersatu masyarakat sehingga dapat
dijadikan sebagai prosedur penyelesaian konflik.

Dari sudut politik, Pancasila adalah sebuah konsensus politik, suatu persetujuan politik bersama
antargolongan di Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi mempunyai makna sebagai berikut :


1.Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi cit-cita normatif penyelenggaraan
bernegara.

2.Nilai-nilai yang tekandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama dan
oleh karena itu menjadi salah satu sarana pemersatu (integrasi) masyarakat Indonesia.

Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pada akhir Perang Dunia II, Jepang mulai banyak mengalami kekalahan di mana-mana dari
Sekutu. Banyak wilayah yang telah diduduki Jepang kini jatuh ke tangan Sekutu. Jepang
merasa pasukannya sudah tidak dapat mengimbangi serangan Sekutu. Untuk itu, Jepang
menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia agar tidak melawan dan bersedia
membantunya melawan Sekutu.

Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan yang dijanjikan dengan


membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan itu dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Jenderal Kumakichi Harada,
Komandan Pasukan Jepang untuk Jawa pada tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan
pembentukan BPUPKI. Pada tanggal 28 April 1945 diumumkan pengangkatan anggota
BPUPKI. Upacara peresmiannya dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta
(sekarang Gedung Departemen Luar Negeri). Ketua BPUPKI ditunjuk Jepang adalah dr.
Rajiman Wedyodiningrat, wakilnya adalah Icibangase (Jepang), dan sebagai sekretarisnya
adalah R.P. Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI adalah 63 orang yang mewakili hampir seluruh
wilayah Indonesia ditambah 7 orang tanpa hak suara.

Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei–1 Juni 1945)

Setelah terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa persidangan pertama


BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada masa
persidangan ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada
persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai
Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo,
dan Ir. Sukarno.

Mr. Mohammad Yamin

Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar negara Indonesia merdeka
dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Pemikirannya diberi judul ”Asas dan
Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia”. Mr. Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yang intinya
sebagai berikut:

1. peri kebangsaan;
2. peri kemanusiaan;
3. peri ketuhanan;
4. peri kerakyatan;
5. kesejahteraan rakyat.

Mr. Supomo

Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan sidang BPUPKI pada
tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan dasar negara Indonesia merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah
negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut ini:

1. persatuan;
2. kekeluargaan;
3. keseimbangan lahir dan batin;
4. musyawarah;
5. keadilan sosial.

Ir. Sukarno

Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mendapat kesempatan untuk mengemukakan dasar
negara Indonesia merdeka. Pemikirannya terdiri atas lima asas berikut ini:

1. kebangsaan Indonesia;
2. internasionalisme atau perikemanusiaan;
3. mufakat atau demokrasi;
4. kesejahteraan sosial;
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa. Untuk
selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah Pancasila.

Masa Persidangan Kedua (10–16 Juli 1945)

Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara untuk Indonesia
merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (istirahat) satu bulan penuh. Untuk itu,
BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang beranggotakan sembilan orang
sehingga disebut Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan adalah menampung berbagai
aspirasi tentang pembentukan dasar negara Indonesia merdeka. Anggota Panitia Sembilan
terdiri atas Ir. Sukarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid
Hasyim, Mr. Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subarjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A. A.
Maramis. Panitia Sembilan bekerja cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil
merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin diberi
nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.

Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Pada masa
persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undang-undang dasar. Untuk itu, dibentuk
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai Ir. Sukarno. Panitia tersebut juga
membentuk kelompok kecil yang beranggotakan tujuh orang yang khusus merumuskan
rancangan UUD. Kelompok kecil ini diketuai Mr. Supomo dengan anggota Wongsonegoro,
Ahmad Subarjo, Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya kemudian
disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas Husein
Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo. Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja Panitia
Perancang Undang-Undang pada sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Pada laporannya
disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang
dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh). Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan
sidang untuk menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar. Pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima
sidang pleno BPUPKI

Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk menindaklanjuti hasil kerja
BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga
tersebut dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang
yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12 orang wakil dari
Jawa, 3 orang wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari Sunda
Kecil, Maluku serta penduduk Cina. Ketua PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, menambah
anggota PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota PPKI berjumlah 27 orang.

PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya Ahmad Subarjo.
Adapun anggotanya adalah Mr. Supomo, dr. Rajiman Wedyodiningrat, R.P. Suroso, Sutardjo,
K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Suryohamijoyo, Abdul
Kadir, Puruboyo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary, Dr. Amir, Abdul Abbas, Teuku Moh. Hasan,
Hamdani, Sam Ratulangi, Andi Pangeran, I Gusti Ktut Pudja, Wiranatakusumah, Ki Hajar
Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, dan Iwa Kusumasumantri.

Proses Penetapan Dasar Negara dan Konstitusi Negara

Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang ini
PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta
lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI membahas konstitusi negara
Indonesia dengan menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun,
sebelum sidang dimulai, Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan
sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus
Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan.
Mereka perlu membahas hal tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama
tokoh-tokoh dari Indonesia bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat tersebut.
Mereka mengancam akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”...
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dilakukan
untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang
para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat ”.... dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada
forum sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu maka
segera saja sidang pertama PPKI dibuka.

Perbedaan dan Kesepakatan yang Muncul dalam Sidang PPKI

Pada sidang pertama PPKI rancangan UUD hasil kerja BPUPKI dibahas kembali. Pada
pembahasannya terdapat usul perubahan yang dilontarkan kelompok Hatta. Mereka
mengusulkan dua perubahan.

Pertama, berkaitan dengan sila pertama yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi ”Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Kedua, Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi ”Presiden ialah orang Indonesia yang
beragama Islam” diubah menjadi ”Presiden ialah orang Indonesia asli”. Semua usulan itu
diterima peserta sidang. Hal itu menunjukkan mereka sangat memperhatikan persatuan dan
kesatuan bangsa. Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli 1945
setelah disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Keberadaan UUD 1945 diumumkan dalam berita
Republik Indonesia Tahun ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 45–48.

Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas hal sebagai berikut.

 Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD
1945 tercantum Pancasila sebagai dasar negara yang berbunyi sebagai berikut.

Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2
ayat aturan tambahan
 Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
Susunan dan rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan
perjanjian seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mulai saat itu bangsa Indonesia
membulatkan tekad menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pancasila sebagia Ideologi yang Reformatif, Dinamis,


dan Terbuka
Posted on January 30, 2016 by Morimanjusri

7 Votes

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun tetap saja bersifat
reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pancasila adalah bersifat
aktual, dinamis, dan antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
zaman, IPTEK, serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi
pancasila bukan berarti mengubah nilai- nilai dasar yang terkandung didalamnya, namun
mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit sehingga memiliki kemampuan yang
reformasif untuk memecah masalah- masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan
aspirasi rakyat, perkembangan IPTEK, serta zaman.

Dalam ideology terbuka terdapat cita – cita dan nilai – nilai yang mendasar yang bersifat tetap
dan tidak berubah sehingga langsung bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus
dieksplisitkan. Eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya pada berbagai masala yang
selallu silih berganti melalui refleksi yang rasional sehingga terungkap makna operasionalnya.
Dengaan demikian penjabaran ideology dilaksanakan dengan interpretasi yang kritis dan rasional
(Soeryanto, 1991:59). Sebagai suatu conth keterbukaan ideology pancasila antara lain dalam
kaitannya dengan kebebasan berserikat berkumpul sekarang terdapat 48 partai politik, dalam
kaitan dengan ekonomi (misalnya ekonomi kerakyatan), demikian pula dalam kaitannya dengan
pendidikan, hukum, kebudayaan, iptek, hankam dan bidang lainnya.

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia yang tak lain adalah ideologi
terbuka. Pancasila sebagai ideologi terbuka artinya nilai-nilai dasar Pancasila bersifat tetap,
namun dapat dijabarkan menajdi nilai instrumental yang berubah dan berkembang secara
dinamis dan kreatif sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat Indonesia. Tatanan nilai
mempunyai tiga tingkatan ( fleksibelitas ideology pancasila mengandung nilai-nilai sebagai
berikut :
1. Ciri-ciri ideology terbuka

a. Nilai Dasar, merupakan esensi dari sila-sila pancasila yang bersifat universal. Nilai dasar
ideology tertuang dalam pembukaan UUD 45. Sehingga pembukaan UUD 45 memuat nilai-nilai
dasar ideology pancasila. Sebagai ideology terbuka, nilai inilah yang bersifat tetap dan terlekat
pada kelangsungan hidup Negara

b. Nilai Instrumental, merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga pelaksanaan.
Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi, penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar
ideology pancasila.

c. Nilai Praksis, merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengalaman
yang bersifat nyata. Maksudnya, dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Selain memiliki aspek-aspek yang bersifat ideal, ideologi juga haru memiliki norma yang jelas
karena ideology harus mampu direalisasikan dalam kehidupan praksisyang merupakan suatu
aktualisasi secara kongkret. Oleh karena itu, pancasila sebagai ideology terbuka secara structural
memiliki tiga dimensi yaitu :

1. Dimensi Idealistis, merupakan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila yang
bersifat sistematis, rasional, dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

2. Dimensi Normatif, merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu


dijabarkan dalam suatu system norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma
kenegaraan.

3. Dimensi Realistis, merupakan suatu ideology harus mampu mencerminkan realitas yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat .

Ideologi pancasila bukanlah merupakan suatu “doktrin” belaka yang bersifat tertutup yang
merupakan norma-norma beku, melainkan disamping memiliki idealism, pancasila juga bersifat
nyata dan reformatif yang mampu melakukan perubahan.
EKSISTENSI KONSTITUSI dalam....
EKSISTENSI KONSTITUSI DALAM KONSEP NEGARA KONSTITUSIONAL, KONSEP NEGARA HUKUM DAN
KONSEP NEGARA DEMOKRASI
Oleh : Aria Herjon
A. Pendahuluan
Negara dan konstitusi ibarat dua sisi mata uang. Satu dan lainnya saling berkait menjadi satu kesatuan
sempurna. Tidak ada satu negara pun di dunia sekarang ini yang tidak memiliki konstitusi atau undang-
undang dasar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa negara dan konstitusi merupakan dua lembaga
yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Konstitusi pada sebuah negara memiliki fungsi
formal yakni alat untuk menunjukkan eksistensi diri kepada dunia luar, sebagai identitas diri suatu
negara, dan alat penunjuk kedewasaan suatu negara.
Dengan demikian suatu negera tidak mungkin terbentuk tanpa konstitusi. Keberadaan konstitusi dalam
suatu negara menjadi sangat esensial bahkan dapat dikatakan konstitusi adalah salah satu unsur/elemen
terbentuknya suatu negara, disamping unsur rakyat, wilayah dan adanya pemeritahan.
Jadi bagaimanapun sederhananya tingkat pertumbuhan suatu negara, senantiasa memiliki seperangkat
kaidah yang mengatur susunan organiasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan
kenegaraan. Perangkat kaidah semacam ini disebut dengan konstitusi , yaitu merupakan sekelompok
ketentuan yang mengatur organisasi negara dan susunan pemerintahan suatu negara .
UUD (konstitusi) suatu negara sangat fundamental hakekatnya, karena merupakan landasan dan
patokan segala kiprah penyelenggara negara dalam mengendalikan kemudi pemerintahan, sekaligus
merupakan sumber hukum bagi warga negaranya yang paling tinggi nilainya . Jadi UUD/konstitusi itu
diibaratkan sebagai suatu wadah tempat melindungi dan menjaga keseimbangan kepentingan yang
saling bertentangan dalam masyarakat . Konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah hukum tertinggi
dan tertulis yang mengatur tentang mekanisme penyelenggaraan negara, sebagai kumpulan aturan
pembagian kekuasaan negara. Dan membatasi kekuasaan pemerintah sehingga tidak sewenang-
wenang.
Dalam pespektif teori hukum kebeberadaan suatu konstitusi akan dapat melahirkan suatu negara
konstitusional, negara hukum dan negara demokrasi dan lebih dikehendaki adalah suatu negara hukum
yang demokratis. Maksudnya adalah suatu negara itu akan dikatakan negara konstitusional, negara
hukum, negara dan negara demokrasi yang menentukannya adalah konstutusinya .
Dengan demikian berbicara tentang konstitusi erat kaitannya dengan sistem demokrasi yang dianut oleh
suatu negara. Kebanyakan negara modern sekarang termasuk negara-negara yang baru mencapai
kemerdekaan setelah perang dunia II usai semuanya teah menganut sistem demokrasi konstitusional.
Yang menjadi ciri khas demokrasi konstitusional ialah adanya pemerintahan yang kekuasaannya terbatas
dan tidak dipekenankan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Pembatasan-pembatasan
tersebut tercantum dalam konstitusi. Dalam sistem demokrasi konstitusional, kekuasaan negara berada
di tangan rakyat. Pemegang kekuasaan dibatasi wewenangnya oleh konstitusi sehingga tidak melanggar
hak-hak asasi rakyat. Antara kekuasaan eksekutif dan cabang-cabang kekuasaan lainnya terdapat check
and balance. Lembaga legislatif mengontrol kekuasaan eksekutif sehingga tidak keluar dari rel konstitusi.
Dengan demikan dapat dikatakan bahwa pola umum ketatanegaraan suatu negara dapat dilihat dalam
konstitusi/UUD negara itu.
Berdasarkan uraian diatas dan sesuai dengan tugas mata kuliah “teori konstitusi” bagi mahasiswa
angkatan tahun 2006 Pascasarjana Universitas Andalas kelas kerjasama Fakultas Hukum UMSB
Bukititnggi, maka penulis akan mencoba memaparkannya dalam pembahasan berikut yang diberi judul
“Eksistensi Konstitusi dalam Konsep Negara Konstitusional, Konsep Negara Hukum Dan Konsep Negara
Demokrasi”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka untuk pembahasan makalah ini ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa istilah dan pengertian konstitusi ?.
2. Bagaimana konsep negara konstitusional, konsep negara hukum dan konsep negara demokrasi ?.
3. Bagaimana eksistensi konstitusi dalam menentukan suatu negara sehingga negara itu dikatakan
negara konstitusional, negara hukum dan negara demokrasi ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui istilah dan pengertian Konstitusi.
2. Untuk mengetahui konsep negara konstitusional negara hukum dan negara demokrasi.
3. Untuk mengetahui eksistensi konstitusi dalam menentukan suatu negara sehingga negara itu
dikatakan negara konstitusional, negara hukum dan negara demokrasi.
D. Pembahasan
1. Istilah dan Pengertian Konstitusi
Secara etimologi kata “konstitusi”, berarti segala ketentuan dan aturan tetang mengenai
ketatanegaraan (Undang-undang Dasar, dsb), atau Undang-undang dasar suatu negara . Istilah konstitusi
itu berasal dari bahasa Perancis (constiuer) yang berarti “membentuk”. Pemakaian istilah konstitusi yang
dimaksudkan ialah pembentukan suatu negara yang menyusun dan menyatakan suatu negara. Kata
konstitusi dalam bahasa Inggeris disebut “Constitution” yang memiliki pengertian yang lebih luas, yaitu
keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara
bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Kemudian istilah Undang-
undang dasar merupakan terjemahan istilah dalam bahasa Belanda disebut “Gronwet”. Perkataan wet
yang dalam bahasa Indonesia adalah “undang-undang” dan” grond” berarti tanah/ dasar .
Dalam bahasa latin kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu cume dan statuere. Cume
adalah sebuah preposisi yang berarti bersama dengan...., sedangkan statuere berasal dari kata sta yang
berarti menetapkan sesuatu agar berdiri atau mendirikan/ menetapkan. Dengan demikian bentuk
tunggal (constitutio) berarti menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan bentuk jamaknya
(constutiones) berarti segala sesuatu yang telah ditetapkan.
Pengertian konstitusi, dalam praktek dapat berarti lebih luas dari pada pengertian Undang-undang dasar
tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian Undang-Undang Dasar. Bagi para sarjana ilmu
politik istilah Constitution merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan
peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengantur secara mengikat cara-cara
bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Sedangkan UUD yang
dalam bahasa Belanda disebut dengan Gronwet adalah bagian tertulis dari konstutusi . Namun dalam
praktek ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara di dunia termasuk di Indonesia menyamakan
pengertian konstitusi dengan UUD.
CF Strong mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka masyarakat politik (negara) yang diorganisir
dengan dan melalui hukum; hukum menetapkan adanya lembaga-lembaga permanen dengan fungsi
yang telah diakui dan hak-hak yang telah ditetapkan . Soetandyo Wignjosoebroto mendefinisikan
konstitusi adalah sejumlah ketentuan hukum yang disusun secara sistematik untuk menata dan
mengatur pokok-pokok struktur dan fungsi lembaga-lembaga pemerintahan, termasuk dalam hal ihwal
kewenangan dan batas kewenangan lembaga-lembaga itu .
Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu:
1. Konstitusi adalah mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan .
jadi di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan. Jadi mengandung pengertian politis dan sosiologis.
2. Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam mmasyararakat. Jadi mengandung
pengertian yang yuridis.
3. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam
suatu negara.
F. Lassalle dalam bukunya Uber Verfassungswesen, membagi konstitusi dalam dua pengertian yaitu:
1. Dalam arti sosiaologi atau politis, konstitusi adalah sinthesa faktor faktor kekuatan yang nyata dalam
masyarakat. Jadi konstitusi menggambarkan hubungan antara kekuasaan-kekuasaan yang terdapat
dalam suatu negara. Kekuasaan tersebut diantaranya raja, parlemen, kabinet, presure group, partai
politik dan lin-lain itulah sesungguhnya konstitusi.
2. Dalam pengertian yuridis, konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara dan
sendi-sendi pemerintahan.
Dari definisi diatas, pengertian Konstitusi dapat disederhanakan rumusannnya sebagai kerangka negara
yang diorganisir dengan dan melalui hukum dalam hal mana hukum menetapkan :
1. Pengaturan mengenai pendirian lembaga – lembaga permanen.
2. Fungsi dari alat kelengkapan
3. Hak-hak tertentu yang telah ditetapkan.
Kemudian C.F. strong melengkapi pendapat tersebut dengan pendapatnya sendiri sebagai berikut :
1. Kekuasaan pemerintahan (dalam arti sempit)
2. Hak-hak dari yang dipemerintah
3. Hubungan antara pemerintah dan yang di perintah (menyangkut di dalammnya masalah hak azasi
manusia).
K.C. Wheare mengartikan konstitusi sebagai keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara
berupa kumpulan peraturan peraturan yang memmbentuk, mengatur atau memerintah dalam
pemerintahan suatu negara. Peraturan di sini berupa gabungan antara ketentuan-ketentuan yang
memiliki sifat hukum (non legal).
Konstitusi dalam dunia politik sering digunakan paling tidak dalam dua pengertian, sebagaimana
dikemukakan oleh K.C. Wheare dalam bukunya Modern Constitutions: menyebutkan:
1) dipergunakan dalam arti luas yaitu sitem pemerintahan dari suatu negara dan merupakan himpunan
peraturan yang mendasari serta mengatur pemerintahan dalam meneyelenggarakan tugas-tugasnya.
Sebagai sistem pemerintahannya terdapat campuran tata peraturan baik yang bersifat hukum (legal)
maupun yang bukan peraturan hukum (non Legal) atau (ekstra legal).
2) Pengertian dalam arti sempit yakni sekumpulan peraturan yang legal dalam lapangan ketatanegaraan
suatu negara yang dimuatdalam suatu dokumen atau beberapa domkumen yang terkait satu sama lain.
Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi yang tertulis. Adapun batasan batasannya dapat konstitusi
dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut:
1. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan kekuasaan kepada para penguasa.
2. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu sistem politik.
3. Suatu deskripsi dari lembaga lembaga negara
4. Suatu deskripsi yang menyangkut masalah hak hak asasi manusia.
Menurut Miriam Budiarjo, setiap Undang-undang dasar memuat ketentuan ketentuan mengenai:
1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan yuudikatif
pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintahan negara bagian, prosedur
menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya.
2. hak-hak azasi manusia
3. prosedur mengubah Undang-undang dasar
4. ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-undang dasar.
Berdasarkan pandangan-pnadangan dan pendapat yang telah diuraikan diatas dapat dikatakan bahwa
dalam konstitusi akan ditentukan banyak keputusan penting yang berpengaruh terhadap kehidupan
rakyat, antara lain: 1) dengan konstitusi dapat menentukan identitas suatu negera, 2) adanya dasar-
dasar hak warganegara, 3) adanya prinsip negara hukum, 4) memiliki sistem perekonomian, 5) memiliki
sistem pemerintahan, 6) menjamin keamanan pribadi dan nasional, dan 7) proses pemilihan umum yang
demokratis.
Dengan demikian konstitusi itu secara umum adalah 1) merupakan hukum dasar negara, 2) hukum
utama negara, 3) semua hukum yang lain harus sejalan dengan konstitusi, 4) menggambarkan struktur
negara dan bekerjanya lembaga-lembaga negara 5) konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban
pemerintah, 6) konstitusi membatasi kekuasaan yang sewenang-wenang, 7) konstitusi menetapkan dan
melindungi hak-hak dasar warga negara 8) konstitusi untuk menjamin kesejahteraan rakyat dan 9)
dengan konstitusi mendefinisikan hubungan rakyat dengan pemerintahnya.
2. Konsep Negara Konstitusional
Secara etimologi kata “konstitusional”, dan “konstitusionalisme” inti maknanya sama. Kata
”konstitional” berarti segala sesuatu diatur dan sesuai konstutusi negara , dengan kata lain segala
tindakan atau perilaku seseorang maupun penguasa berupa kebijakan yang tidak didasarkan atau
menyimpang dari konstitusi, berarti tindakan atau kebijakan tersebut adalah tidak konstitusional.
Sedangkan kata ”konstitusionalisme” diartikan sebagai suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan
dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi.
Negara konstitusional difinisikan sebagai negara yang memiliki kekuasaan-kekuasaan untuk
memerintah, hak-hak pihak yang diperintah (rakyat), dan hubungan diantara keduanya diatur dalam
konstitusi negara itu. Taufiqurohman Syahuri mengatakan bahwa negara konstitusional adalah suatu
negara yang melindungi dan menjamin terselenggaranya hak-hak asasi manusia dan hak-hak sipil
lainnya serta membatasi kekuasaan pemerintahannya secara berimbang antara kepentingan
penyelenggara negara dan warga negaranya. Pembatasan yang termaksud tertuang di dalam suatu
konstitusi. Jadi, bukan semata-mata karena negara yang dimaksud telah memiliki konstitusi.
Pemerintahan yang konstitusional menurut Adnan Buyung Nasution adalah memperluas partisipasi
politik, memberi kekuasaan legislatif pada rakyat, menolak pemerintahan otoriter,….dan sebagainya . Di
dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, Undang-undang dasar
mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak
warga negara akan lebih terlindungi. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme .
Konstitusionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan dan jaminan
hak-hak rakyat melalui konstitusi . Menurut Carl. J. Friedrich, konstitusionalisme ialah: “Merupakan
gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh atas nama
rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan
yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk
memerintah”. Pembatasan-pembatasan itu tercermin dalam Undang-undang dasar atau konstitusi dan
sesuai dengan tujuan konstitusi itu.
Suatu negara yang memiliki konstitusi belum tentu negera tersebut dikatakan negara menganut faham
negara konstitusional. Suatu negara dikatakan negara konstitusional minimal memiliki 3 syarat, yaitu 1)
adanya konstitusi yang konstitusional, 2) adanya kerangka dasar penyelenggaraan negara beradasarkan
konstitusi, dan 3) adanya penegakan konstitusi.
Konstitusi yang konstitusional.
Suatu konstitusi dikatakan konstitusional dapat dilihat dari pada hakikat konstitusi itu, tujuan
pembentukaan konstitusi itu, kedudukan konstitusi itu, fungsi konstitusi itu dan materi muatan
konstitusi suatu negara itu.
Hakikat Konstitusi.
Hakikat konstitusi itu adalah untuk: 1) membatasi kekuasaan negara, 2) melindungi hak asasi manusia
dan 3) membatasi kekuasaan penguasa, dan dapat juga dikatakan bahwa hakikat suatu konstitusi adalah
paham perwujudan tentang konstitusi yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak
dan jaminan terhadap hak-hak warga negara dipihak lain artinya kekuasan lembaga-lembaga negara dan
hak-hak yang melekat pada warga negara ditentukan oleh konstitusinya.
Tujuan Pembentukan Konstitusi
Suatu konstitusi bila dilihat perspekstif politik dapat dikaitkan kepada tujuan pembentukan konstitusi.
Tujuan pembentukan konstitusi adalah sebagai dasar kekuasan penguasa dan untuk membatasi
kekuasaan penyelenggara negara. Dikatakan konstitusi itu sebagai dasar pembatasan kekuasaan karena
dalam negara hukum seorang penguasa itu harus ada dasar kekuasaannya, seperti sebagai dasar
kekuasan presiden dalam suatu negara, sebagai dasar pembatasan kekuasaan lembaga lembaga negara
yang ada. Dasar kekuasaan dan pembatasan kekuaaan tersebut harus tercamum dalam konstitusi tidak
boleh dalam bentuk lain .
Kedudukan, Fungsi Dan Tujuan Konstitusi
Kedudukan
Pada masa peralihan dari negara feodal monarchi atau oligarchi dengan kekuasaan mutlak penguasa ke
negara nasional demokratik, konstitusi berkedudukan sebagai benteng pemisah antara rakyat dan
penguasa yang kemudian secara berangsur-angsur mempunyai fungsi sebagai alat rakyat dalm
perjuangan kekuasaan melawan golongan penguasa. Sejak saat setelah perjuangan dimenangkan oleh
rakyat, konstitusi bergeser kedudukan dan perannya dari sekedar penjaga keamanan dan kepentingan
hidup rakyat terhadap kezaliman golongan penguasa, menjadi sengat pemungkas rakyat untuk
mengakhiri kekuasaan oligarchi, serta untuk membangun tata kehidupan baru atas dasar landasan
kepentingan bersama rakyat dengan menggunakan berbagai ideologi seperti individualisme, liberalisme,
universalisme demokrasi dan sebagainya. Selanjutnya kedudukan dan fungsi konstitusi ditentukan oleh
ideologi yang melandasi negara itu.
Tujuan Konstitusi
Usaha negara untuk mencapai tujuan masyarakat negaranya, dalam konstitusi telah ditentukan adanya
bermacam macam lembaga negara. Supaya tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan, kedudukan serta
tugas dan wewenang masing-masing lembaga negara juga ditentukan. Hal ini berarti adanya
pembatasan kekuasaan terhadap setiap lembaga politik. Pembatasan terhadap lembaga-lembaga
tersebut meliputi dua hal:
1. Pembatasan kekuasaan yang meliputi isi kekuasaannya.
2. Pembatasan kekuasaan yang berkenaan dengan waktu dijalankannya kekuasaan tersebut.
Pembatasan kekuasaan dalam arti isi mengandung arti, bahwa dalam konstitusi ditentukan tugas serta
wewenang lembaga-lembaga negara. Bahkan terhadap lembaga negara yang mempunyai kedudukan
dan peranan penting dalam usaha pencapaian tujuan negara, dalam hal ini pemerintah, masih
mendapat pengawasan dari lembaga / permusyawaratan rakyat.
Pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk
menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. pendapat
yang hampir senada disampaikan oleh Loewenstein di dalam bukunya Political Power and the
Goverment Proce’s bahwa konstitusi itu suatu sarana dasar untuk itu setiap konstitusi senantiasa
mempunyai dua tujuan:
1. untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.
2. untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa, serta menentapkan bagi
penguasa, serta menetapkan bagi para penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka.
Materi muatan konstitusi
Hechvan Maarseveen dan Gervan der Tang dalam sebuah studinya terhadap konstitusi di dunia dan
yang dituangkan dalam buku dengan judul Writen Constitution antara lain mengatakan bahwa:
1. constitution as mean of forming the state’s own political and legal system (konstitusi sebagai
dokumen yang sah yang dimiliki oleh suatu Negara)
2. constitution as a national document dan as a birth certificate and as a sign of adulthood and
independence. (konstitusi sebagai dokumen negara dan sebagai surat bukti kelahiran, sebagai tanda dari
kedewaan dan kemerdekaan)
Menurut A. A. H. Struycken undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah
dokumen formal yang berisi.
1. hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.
2. tingkat tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik sekarang maupun untuk masa yang
akan datang
4. suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.
Menurut J.G. Steenbeek, terdapat tiga muatan pokok konstitusi, yaitu :
1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya;
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental;
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.

Muatan konstitusi menurut Miriam Budiardjo lebih luas cakupannya dari pada pendapat J.G. Steenbeek,
yaitu masuknya perubahan konstitusi sebagai salah satu muatan konstitusi. Adapun muatan konstitusi
menurut M. Budiardjo sebagai berikut :
1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif;
pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian; prosedural
menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya;
2. Hak-hak asasi manusia;
3. Prosedur perubahan Undang-undang Dasar;
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-undang Dasar.

Konstitusi sebagai Kerangka dasar Penyelenggaraan Negara


Konstitusi sebagai kerangka dasar Penyelenggaraan Negara artinya konstitusi itu membatasi lembaga
negara mulai dari pembentukannya sampai dengan pelaksanaan dan tugasnya. Menurut Gothom Arya
Suatu negara dikatakan negara konstitusional memiliki badan-badan konstitusional yaitu organ-organ
negara yang dibentuk oleh konstitusi/undangundang untuk menjalankan kekuasaan negara
sebagaimana ditetapkan oleh konstitusi. Badan-badan konstitusional memiliki status yang sama untuk
memastikan pemisahan kekuasaan. Badan-badan konstitusional adalah berdiri sendiri satu sama lain
tapi mereka berhubungan untuk memastikan adanya checks and balance dalam kekuasaan. Badan-
badan konstitusional harus menarik legitimasi mereka dari kenyataan bahwa kekuasaan yang berdaulat
adalah milik rakyat makanya mereka haruslah merupakan badan baik yang dipilih oleh rakyat maupun
yang dipilih oleh membaga-lembaga lain setelah melalui mekanisme yang telah dtentukan oleh
konstitusi negara itu.
Badan-badan konstitusional bisa diklasifikasi sebagai berikut :
1) Badan-badan konstitusional yang merupakan organ-organ politis, seperti Dewan Perwakilan Rakyat,
Senat dan Dewan Menteri.
2) Badan-badan konstitusional yang merupakan organ-organ hukum, seperti Pengadilan Konstitusional,
Pengadilan dan Pengadilan Tata Usaha Negara.
3) Badan-badan konstitusional yang memastikan adanya transparansi dan integritas dalam menjalankan
kekuasaan negara, seperti Komisi Pemilihan, Ombudsman, Komisi Nasional untuk Hak-hak Asasi
Manusia, Komisi Nasional untuk Memberantas Korupsi dan Badan Pemeriksa Keuangan Negara.
Adanya penegakkan konstutusi
Seperti telah diketahui bahwa suatu negara yang konstitusional dimana setiap tindakan peneyelenggara
sesuai dengan ketentuan konstitusi/UUD, sehingga salah satu perbuatan/tindakan penyelenggara
negara adalah membuat peraturan perundang-undangan lainnya seperti udang-udang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden dan peraturan daerah. Bagaimanapun juga suatu badan yang secara
konstitusional telah dipercaya oleh konstitusi untuk membuat suatu produk hukum namun sebagai
individu ia tetap sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekeliruan dan kesalahan dalam
menetapkan suatu produk hukum. Untuk mencegah tidak terjadi penyimpangan suatu tindakan
peneylenggara negara keberadaan Mahakamah Konstitusi sangat diperlukan untuk menegakkan
konstitusi.
Mahkamah Konstistusi adalah suatu lembaga negara yang dibentuk oleh konstistusi untuk penjaga
pelaksanaan konstitusi (the guardian of the constitution) dan berperan optimal dalam mewujudkan
demokratisasi dalam sistem ketatanegaraan. Di Indonesia sebelum amandemen UUD banyak terjadi
kekisruhan dalam konstitusi, sebut saja kasus dicopotnya jabatan Presiden Abdurrahman Wahid oleh
MPR yang diikuti pertentangan pendapat antara berbagai faksi politik. Ada anggapan bahwa pencopotan
tersebut konstitusional dan pada pihak lain menganggapnya inkonstitusional .
Penyimpangan konstitusi juga terjadi pada pelampauan wewenang oleh lembaga-lembaga negara.
Padahal paham konstitusionalisme menekankan adanya legalitas kekuasaan. Sehingga sangat rancu
apabila sebuah konstitusi membuka peluang untuk sebuah tindakan otoriter dari lembaga tertentu dan
tidak menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa ketatanegaraan atau pun mekanisme kontrol
untuk menindak dan mengembalikan penyalahgunaan wewenang pada tataran normatif dalam
konstitusi .
Dalam konstusi Indonesia MK mempunyai tugas utama untuk menguji undang-undang terhadap UUD
(judicial review) dan memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya ditentukan
oleh UUD. Sedangkan dalam kaitannya dengan kehidupan politik, MK mempunyai wewenang memutus
pembubaran partai politik, memutus perselisihan tentang hasil pemilu dan wajib memberikan putusan
atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai dugaan pelanggaran presiden dan wakil
presiden menurut UUD. Dari kewenangan yang diberikan konstitusi tersebut terlihat peran strategis MK
dalam sistem ketatanegaraan dan sistem politik .
1. Konsep Negara Hukum
Istilah negara hukum yang dikenal dengan “rechtstaat” dan “rul of. Law”. Konsep rechtsstaat berasal
dari eropa kontinental yang dikebangkan oleh Imanuel kant Paul laband. Julius Stahl, Fichtie dll.
Sedangkan istilah “the rule of law” berasal dari tradisi Anglo Saxon (Amerika yang dikembangkan oleh
A.V. Dicey. Menurut Jimly dalam Konsep The Rule Of Law”, berlaku prinsip bahwa pemimpin yang
sebenarnya bukanlah orang, melainkan hukum yang dilihat sebagai suatu sistem. Karena itu, doktrin
yang dikenal mengenai ini adalah “the rule of law, and not of man”.
Dalam perpustakaan Indonesia istilah negara hukum terjemahkan langsung dari “Rechtstaat”. Friedrich
Julius Stahl, mengetengahkan unsur utama konsep negara tersebut yaitu adanya; 1) pengakuan dan
perlindugan hak-hak asasi manusia, 2) pemisahan kekuasaan negara berdasarkan prinsip Trias Poltica, 3)
penyelenggaraan pemerintahan menurut undang-undang (wetmating bestuur), dan 4) peradilan
administrasi negara”. Sedangkan Dicey menyebutkan adanya 3 (tiga) ciri utama konsep negara hukum
(the rule of law), 1) yaitu supremacy of law, 2) Equality before the lawa da 3)
Jimly sendiri merumuskan konsep negara hukum sampai dengan 12 (dua belas ) prinsip pokok dikatakan
negara itu negara hukum baik negara hukum the “rule of law” maupun negara hukum yang disebut
dengan “rechtsstaat”. Kedua belas prinsip utama tersebut adalah 1) Adanya supremasi hukum, (2)
adanya Persamaan dalam hukum, (3) Asas Lagalitas, (4) Adanya pembatasan kekuasaan (5) Adanya
organ-organ Eksekutif Independen, (6) Adanya peradilan bebas dan tidak memihak, 7) adanya peradilan
tata usaha, 8) adanya peradilan tata negara, 9) adanya perlindungan hak asasi manusia, (10), bersifat
dekokratis, (11) berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan negara dan (12) transporansi dan konstrol
sosial.
Taher Azhari merumuskan 9 prinsip negara hukum yang ideal yaitu (i) prinsip kekuasaan sebagai
amanah, (ii) prinsip musyawarah, (iii) prinsip keadilan (iv), prinsip persamaan (v) prinsip pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia (vi) prinsip peradilan bebas, (vii) prinsip perdamaian, (viii)
prinsip kesejahtraan, (ix) prinsip kletaatan rakyat.
4. Konsep negara Demokrasi
Secara etimologi, demokrasi (democratie) adalah bentuk pemerintahan atau kekuasaan negara yang
tertinggi, dimana sumber kekuasaan tertinggi adalah kekuasaan (ke) rakyat (an) yang terhimpun melalui
majelis yang dinamakan Majelis Pemusyawaratan Rakyat (die gesamte staatsgewalt liegt allein bei der
majelis). Sementara Sri Soemantri mendefenisikan demokrasi dalam arti pandangan hidup adalah
demokrasi sebagai falsafah hidup (democracy in philosophy).
Sebuah negara menurut Amien Rais, disebut sebagai negara demokrasi jika memenuhi beberapa
kriteria, yaitu; (1) partisipasi dalam pembuatan keputusan, (2) persamaan di depan hukum, (3) distribusi
pendapat secara adil, (4) kesempatan pendidikan yang sama, (5) empat macam kebebasan, yaitu
kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan persuratkabaran, kebebasan berkumpul dan kebebasan
beragama, (6) ketersediaan dan keterbukaan informasi, (7) mengindahkan fatsoen atau tata krama
politik, (8) kebebasan individu, (9) semangat kerja sama dan (10) hak untuk protes.
Robert A. Dahl mengajukan lima kriteria bagi sebuah demokrasi yang ideal, yaitu; (1) persamaan hak
pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat, (2) partisipasi efektif, yaitu kesempatan yang
sama bagi semua warga negara dalam proses pembuatan keputusan secara kolektif, (3) pembeberan
kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang untuk memberikan penilaian terhadap
jalannya proses politik dan pemerintahan secara logis, (4) kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu
adanya kekuasaan eksklusif bagi masyarakat untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak
harus diputuskan melalui proses pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan itu pada orang
lain atau lembaga yang mewakili masyakat, dan (5) pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat yang
tercakup semua orang dewasa dalam kaitannya dengan hukum.
Sebagai perbandingan dari indikator yang diajukan oleh Dahl di atas, kalangan ilmu politik Indonesia,
setelah mengamati demokrasi di berbagai negara merumuskan demokrasi dengan menggunakan lima
indikator tertentu. Pertama; Akuntabilitas. Dalam demokrasi, setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh
rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya.
Tidak hanya itu, ia juga harus dapat mempertangung-jawabkan ucapan atau kata-katanya. Dan yang
tidak kalah pentingnya adalah perilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang, bahkan akan dijalankan.
Kedua; Rotasi Kekuasaan. Dalam demokrasi, peluang akan terjadinya rotasi kekuasaan harus ada, dan
dilakukan secara teratur dan damai. Jadi, tidak hanya satu orang yang selalu memegang jabatan,
sementara peluang orang lain tertutup sama sekali. Biasanya, partai politik yang menang pada suatu
pemilu akan diberi kesempatan untuk membentuk eksekutif yang mengendalikan pemerintahan sampai
pada pemilihan berikutnya. Dalam suatu negara yang tingkat demokrasinya masih rendah, rotasi
kekuasaan biasanya kalaupun ada, hal itu hanya akan dilakukan dalam lingkungan yang terbatas di
kalangan elit politik saja.
Ketiga; rekruitmen politik yang terbuka. Untuk memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan, diperlukan
suatu sistem rekruitmen politik yang terbuka. Artinya, setiap orang yang memenuhi syarat untuk
mengisi suatu jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan
kompetisi untuk mengisi jabatan tersebut. Dalam negara yang tidak demokratis, rekruitmen politik
biasanya dilakukan secara tertutup. Artinya, peluang untuk mengisi jabatan politik hanya dimiliki oleh
beberapa orang saja.
Keempat; pemilihan umum. Dalam suatu negara demokrasi, pemilu dilaksanakan secara teratur. Setiap
warga negara yang sudah dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih serta bebas menggunakan
haknya tersebut sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Dia bebas untuk menentukan partai atau calon
mana yang akan didukungnya, tanp ada rasa takut atau paksaan dari orang lain. Pemilih juga bebas
mengikuti segala macam aktifitas pemilihan, termasuk didalamnya kegiatan kampanye dan menyaksikan
penghitungan suara. Kelima menikmati hak-hak dasar. Dalam suatu negara yang demokratis, setiap
warga masyarakat dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara bebas, termasuk di dalamnya adalah
hak untuk menyatakan pendapat (freedom of expression), hak untuk berkumpul dan berserikat
(freedom of assembly), dan hak untuk menyatakan pendapat dan digunakan untuk menentukan prefensi
politiknya, tentang suatu masalah, terutama yang menyangkut dirinya dan masyarakat sekitarnya. Hak
untuk berkumpul dan berserikat ditandainya dengan kebebasan untuk menentukan lembaga, atau
organisasi mana yang ingin dia bentuk atau dia pilih.
Menurut Alfian, demokrasi memberikan toleransi adanya perbedaan pendapat atau pertikaian
pendapat. Perbedaan atau pertikaian itu bisa diartikan sebagai sebuah konflik. Konflik disini tidak
mengarah kepada kerancuan demokrasi .
Oleh International Commission of Jurist dalam konferensinya di Bangkok pada tahun 1965, negara-
negara yang menganut asas demokrasi disebut juga sebagai representatif government. Adapun yang
dimaksud dengan representatif government oleh Internasional Commission of jurist adalah
Representative government is a government deriving its power and authority form the people, which
the people and authority are exercised through representative freely chosen and responsible to them.
Kemudian organisasi para sarjana hukum internasional di atas menentukan pula syarat-syarat adanya
representative government atau adanya asas-asas demokrasi dalam suatu negara, yakni :
1. Adanya proteksi konstitusional;
2. Adanya kekuasaan peradilan yang bebas dan tidak memihak;
3. Adanya pemilihan umum yang bebas;
4. Adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat dan berserikat;
5. Adanya tugas-tugas oposisi; dan,
6. Adanya pendidikan civils.
Berdasarkan uraian diatas bahwa suatu negara dikatakan negara demokrasi adalah negara yang
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi ia
berarti suatu perngoranisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendsiri atau atas persetujuan rakyat
karena kedaulatan berada ditangan rakyat kemudian Hendri B. Mayo memberikan pengertian negara
demokrasi atau suatu sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.
Dalam suatu negara demokrasi peranan rakyat adalah merupakan pisisi sentral karena rakyat yang
berkuasa, yang oleh masing-masing negara yang menyatakan dirinya negara demokrasi ditegasksan
dalam konstitusi / UUD nya. Seperti di Indonesia sebagai negara demokrasi yang kedaularan itu pada
rakyat diatur dalam UUD 1945.
5. Eksistensi konstitusi dalam menentukan suatu negara sehingga negara itu dikatakan negara
konstitusional, negara hukum dan negara demokrasi.
Menurut C.F. Strong dalam bukunya ”moderen Political” menerangkan bahwa pemegang kekuasaan
ekskutif (pemerintah) dalam negara modrn mempunyai kekuasaan yang sangat besar dan luas sehingga
diperlukan adanya pembatasan kekuasaan lewat pengawasan dan kontrol yang dilakukan oleh wakil-
wakil rakyat yang duduk dalam negara perwakilan rakyat. Untuk itu konstitusilah sebagai sarana utama
untuk mengekang dan membatasi kekuasaan tersebut. Konstitusi harus merumuskan prinsip prinsip-
prinsip dan mekanisme pembatasan kekuasaan pemerintah .
Untuk merumuskan suatu konstitusi sehingga dapat mewujudkan suatu negara menganut faham negara
konstitusional, negara hukum dan negara demokrasi ditentukan oleh ideologi negera itu . Sama halnya
yang dinyatakan oleh Dahlan Thaib dkk dalam bukunya teori Hukum dan Konstitusi” bahwa kedudukan
dan fungsi konstitusi dalam suatu negara ditentukan oleh ideologi yang melandasi negera tersebut.
Seperti telah diatas diatas bahwa Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk daripada sejarah dan
proses perjuangan bangsa yang bersangkutan: begitu sejarah perjuangannya begitulah pula
konstitusinya. Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari pada filsafat, cita-cita, kehendak dan
program perjuangan suatu bangsa. Oleh karena itu, jikalau terjadi perubahan yang cukup besar di dalam
situasi, maka konstitusi akan mengalami perubahan di dalam rangka daya upaya bangsa tersebut untuk
mempertahankan kehidupannya secara sesfisien-efisiennya. Konstitusi adalah cermin daripada jiwa,
jalan fikiran, mentalitas dan kebudayaan suatu bangsa. Dari konstitusinya dapatlah diketahui
bagaimanakah suatu bangsa memandang terhadap berbagai permasalahan hidup di dunia serta
sekelilingnya, dan bagaimanakah jalan yang hendak ditempuhnya guna mengatasi masalah-masalah
tersebut Jadi dalam penyelenggaraan suatu negara intinya terletak pada konstitusi negara itu, artinya
suatu negara dikatakan negara konstitusional, negara hukum dan negara yang menentukannya adalah
konstutusinya.
Umumnya negara-negera modren di dunia menganut paham demokrasi dan sistem demokrasi yang
dianut oleh suatu negara itu tidak sama seperti negara-negara barat menganut sistem demokrasi liberal
dan Rusia menganut sistem demokrasi sosialis dan Indonesia menganut sistem demokrasi pancasila.
Untuk melihat bagaimana konsep negara konstitusional, negara hukum dan negera demokrasi
dirumuskan dalam suatu konstitusi yang didasarkan kepada idelogi negera itu. Dalam makalah ini
penulis hanya akan melihat perumusan konsep negara konstitusional, negara hukum dan negara
demokrasi Indonesia yang diatur dalam UUD 1945 RI yang berlandaskan kepada ideologi negara yakni
Pancasila.
Soerjanto Poespowardoyo dalam tulisannya “Pancasila sebagai Ideologi ditinjau dari segi pandangan
hidup bersama” menyebutkan bahwa setiap undang-udang dasar selalu terdapat secara eksplisit
ataupun implisit pandang-pandangan dan nilai dasar yang melandasi penyelenggaran negara.
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan
demikian Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara RI.
Dengan demikian Pancasila merupakan Dasar Falsafah Negara atau idelogi negara, karena memuat
norma-norma yang paling mendasar untuk mengukur dan menentukan keabsahan bentuk
penyelenggaran negara serta kebijaksanaan-kebijaksanaan penting yang diambil dalam proses
pemerintahan.
Lebih lanjut dikatakan Soerjanto Poespowardoyo, semangat yang terbaca dalam Pembukaan UUD 1945,
ideologi Pancasila yang merupakan dasar negara itu berfungsi baik dalam menggambarkan tujuan
negara RI maupun dalam proses pencapaian tujuan negara tersebut. tujuan negara Indonesia secara
material dirumuskan sebagai “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakaan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial” harus mengarah kepada terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera sesuai
dengan semangat dan nilai pancasila. Demikian pula proses pencapaian tujuan negara tersebut dan
perwejudannya melalui perencanaan, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan keputusan politik harus
memperhatikan dan bahkan merealisasikan dimensi-dimensi yang mencerminkan watak dan ciri
wawansan Pansila.
Dalam pembukaan UUD 1945 terdapat empat pokok pikiran sebagai landasan bernegara, yaitu Pertama,
bahwa Negara Indonesia adalah negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, serta mencakupi segala paham golongan dan paham perorangan;
Kedua, bahwa Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh warga negaranya;
Ketiga, bahwa Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat. Negara dibentuk dan
diselenggarakan berdasarkan kedaulatan rakyat yang juga disebut sebagai sistem demokrasi, dan
Keempat, bahwa negara Indonesia adalah negara yang ber Ketuhan Yang Maha Esa dan menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab .
Selain keempat pokok pikiran itu, keempat alinea pembukaan UUD masing-masing mengandung pula
cita-cita luhur dan filosofis menjiwai keseluruhan berpikir materi UUD 1945. Alinia pertama menegaskan
keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan itu adalah hak asasi segala bangsa, dan karena itu
segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan
dan peri keadilan, alinea kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan
penuh penderitaan yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alinea Kedtiga menegaskan
pengakuan bangsa Indonesia akan Ke- Maha Kuasaaan Tuhan Yang maha Esa, yang memberikan
dorongan spritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan cita-cita luhurnya, yang
atas dasar keyakinan spritual serta dorongan luhur itulah rakyat Indonesia menyatakan
kemerdekaannya. Alinea Keempat, menggambar visi bangsa Indonesia mengenai bangunan kenegaraan
yang hendak dibentuk dan diselenggarakan dalam melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa untuk
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah Negara Indonesia .
Aline keempat tersebut diatas menentukan dengan jelas mengenai tujuan negara dan dasar Negara
Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip demokrasi konstitusional. Negara Indonesia itu
dimaksudkan untuk tujuan (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4)
mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial .
Pokok pikiran yang terbut diatas mencakup suasana kebatinan yang terkandung dalam Undang-Undang
Dasar. Pokok pikiran itu mencerminkan falsafah hidup (weltanshaung) dan pandangan dunia (world
view) bangsa Indonesia serta cita-cita hukum (rechsidee) yang menguasai dan menjiwai hukum dasar,
baik yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun yang tidak tertulis. Undang-Undang Dasar
mewujudkan pokok pikiran itu dalam perumusan pasal-pasalnya yang secara umum mencakup prinsip-
prinsip pemikiran dalam garis besarnya .
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa suatu negara dikatakan negara konstitusional harus memenuhi 3
(tiga) syarat, yaitu adanya konstitusi yang konstitusinal, adanya Penyelenggaraan Negara beradasarkan
konstitusi dan Adanya penegakkan konstutusi. Konsep negara konstitusional dipahami bahwa negara
yang memiliki kekuasaan-kekuasaan untuk memerintah, hak-hak pihak yang diperintah (rakyat), dan
hubungan diantara keduanya diatur dalam konstitusi negara itu. Indonesia menganut faham negara
konstitusional dapat dilihat dari lembaga-lembaga negara yang diatur dalam UUD yang kekuasaannya
telah terbagi baik secara vertikal maupun secara horizontal yang diatur oleh UUD itu sendiri.
Pembagian kekuasaan secara vertikal nampak bahwa UUD 1945 menggambarkannya kedalam bentuk
susunan organisasi negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat di daerah. Ditingkat pusat susunan
organisasi negara menurut UUD RI 1945 setelah amandemen terdiri dari MPR, DPR, DPD, BPK, Presiden,
mahkamah konstitusi dan Mahakamah Agung. Sedangkan Susunan organisasi tingkat pusat ini
mencerminkan seluruh cabang-cabang pemerintahan dan fungsi kenegaraan pada umumnya, berbeda
dengan susunan organiasi negara tingkat daerah. Susunan organiasi tingkat daerah terbatas hanya pada
susunan penyelengaraan pemerintahan (eksekutif) dan unsur-unsur pengaturan (regelen) dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan. Karena itu. Organ-organ yang ada dalam susunan organisasi pada
pemerintahan daerah hanya sebatas pada pemerintah daerah dan DPRD.
Sehubungan dengan pokok pikiran yang tertuang Pembukaan UUD 1945 menurut Jimly Ashshiddiqi
dalam penyelenggaraan negara ada sembilan prinsip yang mesti dilakukan. Kesembilan prinsip tersebut
antara lain:
1. Prinsip Ketuhaan Yang Maha Esa.
2. Prinsip cita Negara Hukum dan :the Rule of law”
3. Paham kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
4. Demokrasi Langsung dan Demokrasi Perwakilan
5. Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip 'Check and Balances'
6. Sistem Pemerintahan Presidensiil
7. Persatuan dan Keragaman
8. Paham Demokrasi Ekonomi dan Ekonomi Pasar Sosial
9. Cita Masyarakat Madani
Semua prinsip dasar tersebut menurut Jimly sejalan dan terkait erat dengan lima dasar atau sila yang
dirumuskan sebagai dasar Negara Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945, yaitu: (i) Keruhanan Yang Maha Esa, (ii) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, (iii) Persatuan
Indonesia, (iv) Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan, dan (v) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kesepuluh prinsip tersebut haruslah
menjiwai kebijakan-kebijakan kenegaraan dan pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah; dan
di pihak lain juga haruslah tercermin dalam perwujudan kelembagaan kenegaraan yang ditentukan
pengaturan dasarnya dalam konstitusi. Kebijakan-kebijakan kenegaraan dan pemerintahan itu
dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan, mulai dari yang paling tinggi yaitu Undang-
Undang Dasar sampai ke yang paling rendah yaitu Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Wali-kota,
dan bahkan Peraturan Desa. Berbagai perangkat peraturan perundang-undangan itu merupakan
instrumen hukum yang diharapkan dapat menjamin perwujudan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
dirumuskan di atas menjadi kenyataan perilaku segenap warga negara Indonesia dimanapun mereka
berada.
Di pihak lain prinsip-prinsip dimaksud juga harus tercermin da¬lam format kelembagaan atau bangunan
organisasi kenegaraan dan pemerintahan Indonesia di masa depan. Misalnya, bagaimana for¬mat
bangunan organ-organ negara yang terkait dengan fungsi-fungsi legislatif, eksekutif dan judikatif akan
dikembangkan, diatur dasar-dasarnya dalam rumusan konstitusi dan dijabarkan lebih lanjut peng-
aturannya dalam undang-undang atau peraturan yang lebih rendah. Namun, terlepas dari perangkat
pengaturan yang bersifat instru¬mental itu, organ-organ dan kelembagaan kenegaraan dan
peme¬rintahan yang dimaksud haruslah dimengerti sebagai suatu realitas institusional yang mencakup
unsur manusia (man), unsur uang (mo¬ney) dan peralatan (material). Karena itu, setiap institusi terkait
pula tradisi-tradisi perilaku manusia yang hidup di dalamnya. Karena itu, dikatakan bahwa dalam setiap
sistem selalu terkandung tiga elemen penting, yaitu 'institutional element', 'cultural element', and
'instrumental element'.
E. Kesimpulan
Setiap negara di dunia harus miliki konstitusi. Suatu konstitusi suatu negara harus mencerminkan
berkhidupan demokratis yang ditandai dengan negara tersebut menganut faham negara konstitisional,
faham negara hukum dan faham negara demokrasi dan yang lebih penting lagi harus emnganut fahan
negara hukum yang demokratis.
Faham-faham tersebut harus dituangkan dalam konstitusi negara itu sesuai ideologi negara itu.
Meskipun banyak negara didunia menyatakan sebagai negara demokrasi namun ideiologi negraa itu
tidaklah sama seperti Amerika ideologi negara adalah negara liberalisme, rusia idelogi negara socialisme
dan Indonesia odelogi negaranya adalah Pancasila sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD
1945.
Faham negara konstitusional, negara hukum dan negara demokrasi yang dicantumkan dalam UUD 1945
harus menjiwan apa yang menjadi cita negara Inadoneia yaitu mengndung prinsip (i) Keruhanan Yang
Maha Esa, (ii) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, (iii) Persatuan Indonesia, (iv) Kerakyatan Yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan (v) Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Dengan demikian tatanan kehidupan bangsa Indonesia harus tertuang dalam konstitusi negara
Indonesia baik secara implisit atau eksplisit, terutama dalam penyelenggaran negara dan pemerintahan.
Kesemuanya itu harus menjiwai cita negara indonesia sebagimana tertuangdalam pembukaan UUD
1945.
Pengertian Ideologi
Berdasarkan etimologinya, ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua
kata yaitu (idea) berarti perawakan, gagasan, dan buah pikiran dan (logia) yang
berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan
buah pikiran atau (science des ideas).

Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan
serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang
dalam berbagai bidang kehidupan seperti:
1. Bidang politik, termasuk bidang hokum, pertahanan, dan keamanan.
2. Bidang sosial.
3. Bidang kebudayaan.
4. Bidang keagamaan.

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis
bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan pada hakekatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki
cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
2. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan hidup,
pandangan dunia, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan, kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.

Ideologi erat sekali hubungannya dengan filsafat. Karena filsafat merupakn dasar dari
gagasan yang berupa ideology. Filsafat memberikan dasar renungan atas ideologi itu
sehingga dapat dijelmakan menjadi suatu gagasan untuk pedoman bertindak. Dari
sudut etimologinya, filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua buah
kata, yaitu (filos) berarti cinta dan (Sophia) berarti kebenaran atau kebijaksanaan.
Jadifilsafat berarti cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan. Arti kata inilah yang
kemudian dirangkumkan menjadi suatu makna bahwa filsafat adalah suatu renungan
atau pemikiran yang sedalam-dalamnya untuk mencari kebenaran.

Karena filsafat itu tersusun dalam suatu keseluruhan, kebulatan, dan sistematis maka
pemikiran filsafat harus berdasarkan kejujuran dalam penemuan hakikat dari suatu
obyek yang menjadi titik sentral pemikiran.

Di sini jelas bahwa hubungan ideologi dan filsafat itu sukar dipisahkan. Ideologi berdiri
berdasarkan landasan tertentu yaitu filsafat. Dan masalah ideologi adalah masalah
pilihan. Ketepatannya tergantung kepada jiwa bangsa itu sendiri. Ideologi yang
dianngapnya benar dan sesuai dengan jiwa bangsa, apa lagi yang telah terbukti tetap
dapat bertahan dari segala godaan dan cobaan ideologi lain melalui gerakan-gerakan
atau pemberontakan akan memperkuat keyakinan pentingnya mempertahankan
ideology.
Ideologi Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, menurut Muhammad Yamin dalam dalam
bahasa sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu:
· Panca artinya lima
· Syila artinya batu sendi, alas, dasar
· Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang memiliki arti
secara harfiah harfiah yaitu dasar yang memiliki lima unsur.

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu dalam ideologi Pancasila mengakui atas
kebebasan hak-hak masyarakat. Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila memiliki
kodrat sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga
nilai-nilai Ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup negara dan
masyarakat. Kebebasan manusia dalam rangka demokrasi tidak melampaui hakikat
nilai-nilai Ketuhanan, bahkan nilai Ketuhanan terjelma dalam bentuk moral dalam
ekspresi kebebasan manusia.

Perbandingan Pancasila Dengan Ideologi Lain


Berikut beberapa perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi lain dalam
beberapa aspek, yaitu:

 Politik Hukum

Pancasila > Demokrasi Pancasila, Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan
keberadaan individu dan masyarakat.

Sosialisme > Demokrasi untuk kolektivitas, Diutamakan kebersamaan, Masyarakat


sama dengan negara.

Komunisme > Demokrasi rakyat, Berkuasa mutlak satu parpol, Hukum untuk
melanggengkan komunis.

Liberalisme > Demokrasi liberal, Hukum untuk melindungi individu, Dalam politik
mementingkan individu.

 Ekonomi

Pancasila > Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang merugikan rakyat.

Sosialisme > Peran negara kecil, Kapitalisme, Monopolisme.


Komunisme > Peran negara dominan, Demi kolektivitas berarti demi Negara, Monopoli
Negara.

Liberalisme > Peran negara kecil, Swasta mendominasi, Kapitalisme, Monopolisme,


Persaingan bebas.

 Agama

Pancasila > Bebas memilih agama, Agama harus menjiwai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sosialisme > Agama harus mendorong berkembangnya kebersamaan, Diutamakan


kebersamaan.

Komunisme > Agama harus dijauhkan dari masyarakat, Atheis.

Liberalisme > Agama urusan pribadi, Bebas beragama (memilih agama/atheis).

 Pandangan Terhadap Individu Dan Masyarakat

Pancasila > Individu diakui keberadaannya, Hubungan individu dan masyarakat


dilandasi 3S (selaras, serasi, dan seimbang).

Sosialisme > Masyarakat lebih penting daripada individu.

Komunisme > Individu tidak penting – Masyrakat tidak penting, Kolektivitas yang
dibentuk negara lebih penting.

Liberalisme > Individu lebih penting daripada masyarakat, Masyarakat diabdikan bagi
individu.

 Ciri Khas

Pancasila > Demokrasi Pancasila, Bebas memilih agama.

Sosialisme > Kebersamaan, Akomodasi.

Komunisme > Atheisme, Dogmatis, Otoriter, Ingkar HAM.

Liberalisme > Penghargaan atas HAM, Demokrasi, Negara hokum, Menolak dogmatis.
Berdasarkan sifatnya ideologi Pancasila bersifat terbuka yang berarti senantiasa
mengantisipasi perkembangan aspirasi rakyat sebagai pendukung ideologi serta
menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Ideologi Pancasila senantiasa merupakan
wahana bagi tercapainya tujuan bangsa.

Kedudukan dan fungsi pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh
kedudukandan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun
bilamana dikelompokkan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila
yaitu sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan
kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang
berakar dari unsur-unsur kebudayaanluar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya
terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bias dilihat dari proses
terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme
karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu
menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah
laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi
tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka
dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang
akan coba diwujudkan dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri
negara Republik Indonesia adalah “ atas dasar apakah negara Indonesia didirikan?”
ketika mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari
bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan
peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang
dimiliki, diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam
sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa
Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Merela menciptakn tata nilai yang
mendukung tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak, dan cirri
masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan
bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyatan objektif yang
merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
Klasifikasi Konstitusi (UUD 1945) Negara Republik Indonesia
3 Mei 2012 05:58 Diperbarui: 25 Juni 2015 05:48 42241 0 0

Indonesia sekarang telah memiliki pengawal konstitusi yaitu Mahkamah Konstitusi (MK).
Konstitusi Negara Republik Indonesi adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Seperti
yang dikatakan oleh Hakim MK Ahmad Fadlil Sumadi, bahwa kehadiran MK dibutuhkan untuk
menegakkan konstitusi yang selama ini hanya ditegakkan lewat mekanisme politik. Padahal
mekanisme politik mendasarkan suara mayoritas untuk memutuskan suatu perkara dan kerap
mengabaikan unsur keadilan. Contohnya, saat ini untuk “menggulingkan” presiden tidak bisa
atas keputusan MPR saja. Saat ini menggulingkan presiden harus lewat jalur hukum di MK
untuk melihat benarkah presiden telah melakukan suatu pelanggaran berat.

Perlu kita ketahui konstitusi dapat diklasifikasikan. Menurut salah seorang ahli kosntitusi dari
Inggris, yaitu K.C Wheare mengklasifikasikan konsitusi sebanyak 5 macam. Bagaimana UUD
1945 dilihat dari 5 macam klasifikasi yang akan dijabarakan sebagai berikut ?

Macam-macam klasifikasi menurut K.C Wheare

1.
2. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and no written constitution)
3. Kosntitusi fleksibel dan kosntitusi rijid (flexible constitution and rigid constitution)
4. Kosntitusi derajat-tinggi dan konstitusi tidak derajat-tinggi (supreme cosntitution dan not
supreme constitution)
5. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan (federal constitution and unitary constitution)
6. Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan konstitusi sistem pemerintahan parlementer
(presidental executive and parliamentary exacutive constitution).

Pertama, yang dimaksud konstitusi tertulis ialah suatu konstitusi (UUD) yang dituangkan dalam
sebuah dokumen atau beberapa dokumen formal. Sedangkan konstitusi yang bukan dalam bentuk
tertulis ialah suatu konstitusi yang tidak dituangkan dalam suatu dokumen formal. Contohnya
konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel dan New Zaeland.

Kedua, James Bryce dalam bukunya Studies in History and Jurispridence memilah konstitusi
fleksibel dan konstitusi rijid secara luas. Pembagian ini didasarkan atas kriteria atau berkaitan
dengan "cara dan prosedur perubahannya". Jika suatu konstitusi itu mudah dalam mengubahnya,
maka ia digolongkan pada konstitusi yang fleksibel. Apabila cara dan prosedur perubahannya
sulit, maka ia termasuk jenis konstitusi yang rijid. Menurut Bryce, ciri khusus dari konstitusi
fleksibel adalah elastis, diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang.
Sedangkan untuk ciri konstitusi yang rijid yaitu mempunyai kedudukan dan derajat lebih tinggi
dari peraturan perundang-undangan yang lain dan hanya dapat diubah dengan cara yang khusus
atau istimewa atau dengan persyaratan berat. Dalam konteks ini, UUD 1945 dalam realitanya
termasuk konstitusi yang rijid.

Ketiga, yang dimaksud dengan konstitusi derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang mempunyai
kedudukan tertinggi dalam negara. Di samping itu, jika dilihat dari segi bentuknya, konstitusi ini
berada di atas peraturan perundang-undangan yang lain. Demikian juga syarat untuk
mengubahnya lebih berat dibandingkan dengan yang lain. Sementara konstitusi tidak derajat
tinggi ialah suatu konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta derajat seperti konstitusi
derajat tinggi. Persyaratan untuk mengubah konstitusi jenis ini sama dengan persyaratan yang
dipakai unttuk mengubah peraturan-peraturan yang lain, umpamanya undang-undang. Sehingga
dalam hal ini UUD 1945 termasuk dalam konstitusi derajat tinggi, hal ini juga dapat dilihat untuk
kedudukan UUD 1945 dalam hirarki peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 7
UU n0 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Keempat, klasifikasi yang berkaitan erat dengan bentuk suatu negara. Artinya, jika bentuk suatu
negara serikat, maka akan didapatkan sistem pembagian kekuasaan antara pemerintah negara
serikat dengan pemerintah negara bagian. Pembagian kekuasaan tersebut diatur dalam konstitusi
atau undang-undang dasarnya. Dalam negara kesatuan pembagian kekuasaan tersebut tidak
dijumpai, karena seluruh kekuasaanya tersentralkan di pemerintah pusat, walaupun dikenal juga
sistem desentralisasi. Hal ini juga diatur dalam konstitusi kesatuannya. Seperti tercantum dalam
Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945 bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik. Sehingga dalam hal ini UUD termasuk dalam konstitusi kesatuan.

Kelima atau terakhir klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan
parlementer. Untuk sistem pemerintahan presidensial mempunyai ciri-ciri pokok yaitu

1.
2. Mempunyai kekuasaan nominal sebagai Kepala Negara, Presiden juga berkedudukan sebagai
Kepala Pemerintahan (yang belakang ini lebih dominan)
3. Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi dipilih langsung oleh
rakyat atau dewan pemilih seperti Amerika Serikat
4. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif.
5. Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan diadakan pemilihan.

Sedangkan untuk sistem pemerintahan parlementer yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.
2. Kabinet yang dipilih oleh perdana menteri dibentuk atau berdasarkan kekuatan-kekuatan yang
menguasai parlemen.
3. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya, mungkin sebgaian adalah anggota parlemen.
4. Perdana menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada parlemen.
5. Kepala Negara dengan saran atau nasihat perdana menteri dapat membubarkan parlemen dan
memerintahkan diadakannya pemilihan umum.

Berdasarkan klasifikasi konstitusi di atas, dalam di tarik kesimpulan bahwa UUD 1945 termasuk
dalam klasifikasi konstitusi tertulis dalam arti dituangkan dalam dokumen, konstitusi rijid,
konstitusi berderajat tinggi, konstitusi kesatuan, dan yang terakhir termasuk konstitusi yang
menganut sistem pemerintahan campuran. Karena dalam UUD 1945 di samping mengatur ciri-
ciri pemerintahan presidensial, juga mengatur beberapa ciri sistem pemerintahan parlementer. Di
sinilah keunikan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

A. Konstitusi Yang Penah Berlaku di Indonesia

1. Pengertian dan Pentingnya Konstitusi

Konstitusi merupakan jaminan yg paling efektif dalam menjaga agar kekuasaan yg ada dlm
Negara tidak salah gunakan dan hak asasi manusia/warga Negara tidak dilanggar,konstitusi
sangat penting artinya bagi suatu Negara karena kedudukannya dalam mengatur dan membatasi
kekuasan dalam suatu Negara.

Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis,yaitu constituer artinya membentuk.beberapa istilah
dari konstitusi seperti gronwet ( bahasa Belanda ) artinya,yaitu wet berarti undang-undang dan
ground berarti tanah.Beberapa Negara yg menggunakan istilah constitution ( bahasa Inggris )
untuk mengartikan konstitusi.

Dalam bahasa Indonesia ,kontitusi diartikan sebagai hukum dasar atau undang-undang
dasar.Istilah itu menggambarkan keseluruhan system ketatanegaraan suatu Negara.

Beberapa ahli kertanegaraan yg menyatakan tentang pengertian konstitusi yaitu :

a. Herman Heller

Kontitusi dibagi menjadi tiga :

1. Kontitusi yg mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.


Disebut pengertian secara sosiologis.

2. Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yg hidup dalam masyarakat merupakan pengertian
secara yuridis.

3. Konstitusi yg ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yg tinggi dan berlaku dalam
suatu Negara.disebut pengertian secara politis.

b. K.C. Wheare

Kontitusi adalah keseluruhan system ketatanegaraan dari suatu Negara berupa kumpulan
peraturan yg membentuk,mengatur/memerintah dalam suatu Negara. Pengertian konstitusi secara
sempit adalah keseluruhan peraturan Negara yg bersifat tertulis.
Pengertian konstitusi secara luas adalah keseluruhan peraturan Negara,baik yg tartulis maupun
tidak tertulis sering disebut konvensi Konstitusi sebagai hukum dasar yg memiliki arti penting
bagi Negara.

Budiarjo menyatakan bahwa konstitusi /undang-undang dasar ketentuan sebagai berikut.

• Pembagian kekuasaan antara lembaga eksekutif,legislative dan yudikatif • Hak asasi manusia

• Prosedur perubahan UUD

• Larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD Pembatasan kekuasaan untuk mencakup dua
hal, yaitu isi kekuasaan dan waktu pelaksanaan pembatasan isi kekuasaan mengandung arti
bahwa dalam konstitusi ditentukan tugas serta wewenang lembaga-lembaga Negara.

Konstitusi dinegara kita adlah UUD 1945.UUD 1945 ialah hukum dasar yg tertulis Sebagai
hukum dasar,UUD 1945 merupakan sumber hukum.Jadi,semua perundang undangan dan
peraturan –peraturan harus bersumber pada UUd 1945

2. Berbagai konstitusi yg Pernah Berlaku di Indonesia

a. UUD 1945 ( 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 ) semua Negara perlu memiliki UUD/
konstitusi . Indonesia sebagai suatu Negara juga memiliki UUD yg kita sebut UUD 1945. Untuk
lebih jelas mempelajari UUD 1945, akan diuraikan sebagai berikut :

1) Persiapan Pembentukan UUD 1945

2) Pengesahan UUD 1945

3) Sistematika UUD 1945

b. Konstitusi RIS 27 Desember 1949-17 Agustus 1950

Pada tanggal 23 Agustus 1949-2 September 1949 , dikota denhaag (Belanda) diadakan
Konferensi Meja Bundar (KMB) .

Dgn bentuk Negara federasi, RIS meliputi beberapa daerah Indonesia seperti dinyatakan dalam
pasal 2 konstitusi RIS 1949

B. UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)

Republik Indonesia Serikat terdiri atas 16 negara bagian.

RIS yg berdiri sejak tanggal 27 Desember 1949 hanya berlaku kurang dari satu tahun. UUDS
1950 terdiri atas beberapa bagian –bagian ,yaitu sebagai berikut.

1. Mukadimah yg terdiri atas empat alinea ,terdapat rumusan pancasila sebagai dasar Negara.
2. Batang tubuh yg terdiri atas 6 Bab 147

C. UUD 1945 (5 Juli 1959-11 Maret 1966)

UUD 1950 adalah UUD sementara yg berlaku sampai konstituante dpt menyusun dan menetap
kan UUD. Pada tahun 1955, pemilihan umum di laksanakan.

D. UUD 1945 setelah Amandemen (19 Oktober 1999-sekarang )

MPR RI telah melakukan perubahan UUD 1945 sebagai salah satu tuntutan reformasi.

UUD 1945 setelah di Amandemen. Jadi, konstitusi yang pernah berlaku di Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950, UUD 1945 hasil
Amandemen.

Anda mungkin juga menyukai