Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan yang sedang digalakkan perlu sebuah paradigma, yaitu sebuah


kerangka berpikir atau sebuah model mengenai bagaimana hal-hal yang sangat esensial
dilakukan. Pembangunan itu meliputi beberapa aspek, salah satunya adalah
pembangunan hukum. Pancasila merupakan hasil berfikir secara kefilsafatan, suatu
hasil pemikiran yang mendalam dari para pendiri Negara Indonesia, yang disyahkan
sebagai dasar filsafat negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian,
pancasila merupakan konsensus filsafat yang akan melandasi dan memberikan arah
bagi sikap dan cara hidup bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi negara berisikan ajaran mengenai Ketuhanan YME,


kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan bagi permusyawaratan/ perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh warga Indonesia. Nilai-nilai itu berpangkal dari pangkal alam pikiran budaya
Indonesia dan terkait dengan perjuangan bangsa (Pranarka, 1985). Pancasila sebagai
ideologi berarti suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai
sejarah manusia, masyarakat dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan
Indonesia. Oleh karena itu pengertian ideologi ini sama artinya dengan pandangan
hidup bangsa atau biasa disebut falsafah hidup bangsa. Jika dilihat dari nilai-nilai
dasarnya, Pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Dalam ideologi terbuka
terdapat cita-cita dan nilai yang mendasar, bersifat tetap dan tidak berubah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Pancasila layak menjadi paradigma atau kerangka berpikir untuk
pembangunan hukum. Oleh karena itu, maka kami menyusun makalah yang berjudul
“Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum”.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 1


1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka Kami merumuskan
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana peran Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum?

1.3 TUJUAN PENULISAN


a. Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA HUKUM


A. Pengertian Pancasila
Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti lima “lima” dan
sila yang berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.Tetapi di
sini pengertian pancasila berdasarkan sejarah pancasila itu sendiri. Apabila kita
ingin benar-benar melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuan, maka kita tidak saja harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
pasal-pasal dari Batang Tubuh atau lebih dkenal isi dari UUD 1945 itu, tetapi juga
ketentuan-ketentuan pokok yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Oleh
karena pembukaan UUD 1945 (walaupun tidak tercantum dalam satu dokumen
dengan Batang Tubuh UUD 1945, seperti konstitusi (RIS) atau UUDS 1950
misalnya), adalah bagian mutlak yang tidak dipisahkan dari Konstitusi Republuk
Indonesia Tahun 1945, pembukaan dan Batang Tubuh kedua-duanya telah
ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945. Apabila kita berbicara tentang UUD 1945. maka yang dimaksud ialah
Konstitusi (UUD) yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
tersebut pada tanggal 18 Agustus 1945 yang diumumkan dalam Berita Republik
Indonesia Tahun 1946 No. 7 halaman 45-48, yang terdiri atas : Pembukaan yang
meliputi 4 alinea ; Batang Tubuh atau isi UUD 1945, yang meliputi; Penjelasan
Adapun Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas emapt bagian itu yang amat

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 2


penting ialah bagian/alinea ke 4 yang berbunyi sebagai berikut: “Kemudian dari
pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dalam penjelasan resmi dari pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam
Pembukaan UUD 1945 terkandung emapt pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
berdasar atas Persatuan; Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia; Negara Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dan
berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/ perwakilan; Negara Indonesia
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Khusus bagian/alinea ke -4 dari pembukaan UUD 1945 adalah merupakan
asas pokok Pemebentukan pemerintah Negara Indonesia. Isi bagian ke 4 dari
Pembukaan UUD 1945 itu dibagi ke dalam 4 hal: 1. Tentang hal tujuan Negara
iondonesia, tercantum dalam kalimat “Kemudian daripada itu dan seluruh tumpah
darah indinesia, yang; Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia; Memajukan kesejahteraan rakyat; Mencerdaskan kehidupan
bangsa; Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2. Tentang hal ketentuan diadakanya
Undang-Undang Dasar tarcantum dalam kalimat yang berbunyi: “maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia”; 3. Tentang hal bentuk Negara dalam kalimat: yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat; 4. Tentang hal Dasar Falsafah Negara Pancasila. Adapun Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang telah disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 itu sebagian besar
bahan-bahanya berasal dari Naskah Rancangan Pembukaan UUD yang disusun

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 3


oleh Panitia Perumus (panitia kecil) yang beranggotakan 9 orang yang diketua oleh
Ir. Soekarno pada tanggal 22 Juni 1945 di Jakarta. Sehari setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, naskah politik yang bersejarah itu dijadikan Rancangan
Pembukaan UUD sebagai bahan pokok dan utama bagi penyusunan/penetapan
Pembukaan UUD yang akan ditetakan itu. Naskah politik yang bersejarah yang
disusun pada tanggal 22 Agustus 1945 itu, di kemudian hari oleh Mr. Muhamad
Yamin dalam pidatonya di depan sidang Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan
(BPPK) pada tanggal 11 Juni 1945 dinamakan “Piagam Jakarta” dan baru beberapa
tahun kemudian dimuat dalam bukunya yang berjudul Prokalmasi dan Konstitusi
pada tahun 1951. Dalam naskah politik yang di sebut dengan Piagam Jakarta 22
Juni 1945 inilah untuk pertama kali dasar falsafah Negara pancasila ini dicantumkan
secara tertulis, setelah diusulkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1
Juni 1945. Adapun panitia perumus yang beranggotakan 9 orang yang telah
menyusun Piagam Jakarta itu adalah salah satu panitia kecil dari Badan Penyelidik
Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Di atas
telah dijelaskan tentang pentingnya Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Adapun besar arti pentingnya Pembukaan Undang-Undang Daar itu ialah karena
pada aline ke 4 itu tercantum ketentuan pokok yang bersifat fundamental, yaitu
dasar falsafah Negara Republik Indonesia yang dirumuskan dalam kata-kata
berikut, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan
Mang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima dasar ini
tercakup dalam satu nama/istilah yang amat penting bagi kita bangsa Indonesia
yaitu pancasila. Istilah atau perkataan pancasila ini memang tidak tercantum dalam
Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh UUD 1945. Di alinea ke 4 dari
Pembukaan UUD 1945 hanyalah disebutkan bahwa, Negara Republik Indonesia
berdasarkan kepada lima prinsip atau asas yang tersebut di atas, tanpa menyebutkan
pancasila. Bahwa kelima prinsip atau dasar tersebut adalah pancasila, kita harus
menafsirkan sejarah (maupun penafsiran sistematika) yakni menghubungkanya
dengan sejarah lahirnya pencasila itu sendiri pada tanggal 1 Juni 1945, seperti yang
telah diuraikan sebelumnya. Berkenaan dengan perkataan pancasila, menurut Prof.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 4


Mr. Muhamad Yamin (Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia)
pada halaman 437 antara lain sebagai berikut “perkataan Pancasila” yang kini telah
menjadi istilah hukum, mula-mula ditempa dan dipakai oleh Ir. Soekarno dalam
pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk menamai paduan sila yang lima.
Perkataan itu diambil dari peradaban Indonesia lama sebelum abad XIV. Kata
kembar itu keduanya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu panca dan sila yang
memiliki arti yang berbeda. Pancasila dengan huruf i biasanya memiliki arti berbatu
sendi yang lima. Pancasila dengan huruf i yang panjang bermakna “5 peraturan
tingkah laku yang penting”. Kata sila juga hidup dalam kata kesusilaan dan kadang-
kadang juga berarti etika. Dalam bahasa Indonesia kedua pengertian di atas
dirasakan sudah menjadi satu paduan antara sendi yang lima dengan lima tingkah
laku yang senonoh. Dari uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan
bahwa pancasila sebagai istilah perkataan Sanskerta yang sudah dikenal di tanah air
kita sejak abad XIV. Sedangkan pancasila dalam bentuk formalnya sebagai dasar
Falsafah Negara Republik Indonesia baru diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945.
Pengertian Pancasila ini mudah mudahan bermanfaat untuk anda semua.

B. Pengertian Hukum

Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum merupakan :
1. Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh
penguasa, pemerintah atau otoritas.
2. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan
masyarakat.
3. Patokan (kaidah, ketentuan).
4. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.
Menurut para ahli
Pengertian hukum menurut para ahli ialah sebagai berikut :
a. Achmad Ali : hukum adalah norma yang mengatur mana yang benar dan mana
yang salah, yang eksistensi atau pembuatannya dilakukan oleh pemerintah, baik itu
secara tertulis ataupun tidak tertulis, dan memiliki ancaman hukuman bila terjadi
pelanggaran terhadap norma tersebut.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 5


b. Plato : hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun dengan baik
serta juga mengikat terhadap masyarakat maupun pemerintah.
c. Tullius Cicerco : hukum merupakan sebuah hasil pemikiran atau akal yang
tertinggi yang mengatur mengenai mana yang baik dan mana yang tidak.
d. Utrecht : hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah.
e. Prof. Dr. Van Kan : hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat
memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam Masyarakat.
Hukum ini merupakan aspek yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan yang mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian
hukum untuk masyarakat.
Unsur-unsur Hukum
Ada 4 unsur hukum yang harus ada dalam suatu pengertian hukum atau perumusan
suatu hukum, yaitu :
1. Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang berisikan perintah dan larangan.
2. Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaha atau badan yang berwenang. Jadi
hukum tidak boleh dibuat oleh orang biasa melainkan oleh lembaga yang
berwenang. Sifat hukum ini bersifat mengikat masyarakat luas.
3. Penegakkan aturan hukum tersebut harus bersifat memaksa dimana peraturannya
bukan untuk dilanggar melainkan untuk dipathui.d. Memiliki sanks di setiap
pelanggaran, sanksinya tegas dan diatur dalam peraturan hukum.

Tujuan Hukum
Sifat dari tujuan hukum ini universal dimana terdapat hal seperti ketertiban,
ketentraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan
bermasyarakat.
Jika hukum dapat ditegakkan maka tiap perkara dapat diselesaikan melakui proses
pengadilan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
Hukum ini juga bertujuan untuk menjaga dan mencegak orang tidak menjadi hakim
atas dirinya sendiri.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 6


Jenis-jenis Hukum di Indonesia
Secara umum, di Indonesia mengenal adanya 2 hukum yaitu : Hukum Publik dan
Hukum Privat.
1. Hukum Publik
Pengertian Hukum Publik adalah peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan
hukum antara warga Negara dengan Negara yang menyangkut kepentingan umum.
Hukum publik merupakan hukum yang mengatur masyarakat
Hukum Pidana termasuk hukum Publik.
Hukum pidana ini mengatur hubungan antara para individu dengan masyarakat serta
hanya diterapkan kalau masyarakat memang memerlukan.
Seorang ahli hukum yang bernama Van Hamel menyatakan Hukum Pidana telah
berkembang jadi hukum Publik dan pelaksanaanya penuh berda dalam tangan
negara, tapi ada sedikit pengecualian.
Contoh hukum publik :
1) Hukum tata negara
2) Hukum administrasi negara
3) Hukum pidana

2. Hukum Privat
Hukum Privat merupakan hubungan yang mengatur hubungan antara sesama
manusia,
antara satu orang dengan orang yang lainnya dengan menitikberatkan kepentingan
perorangan.
Hukum Perdata merupakan Hukum Privat.
Hukum Perdata ini merupakan rangkaian peraturan atau hukum yang mengatur satu
degan lainnya. Dalam hukum ini, asas pokok otonomi warga negara merupakan
milik dirinya sendiri jadi mereka berhak mempertahankan kehendak mereka sendiri.
Namun hal tersebut masih terikat pada prosedur yang ditetapkan pemerintah
(pemerintah sebagai pengawas).
Contoh hukum privat :
1) Hukum sipil
2) Hukum perdata
3) Hukum dagang

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 7


Macam-macam Pembagian Hukum
Ada 8 macam pembagian hukum yang ada di Indonesia dan tentunya sudah
tercantum dalam peraturan perundang-undanang yang ada, macamnya yaitu :
1. Hukum menurut sumbernya
1) Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan
perundangan.
2) Hukum adat, yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan
kebiasaan.
3) Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara suatu
dalam perjanjian Negara.
4) Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena putusan hakim.
5) Hukum doktrin, yaitu hukum yang terbentuk dari pendapat seseorang atau
beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan
hukum.
2. Hukum menurut bentuknya
1) Hukum tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan pada berbagai perundangan
2) Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup
dalam keyakinan masyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya ditaati
seperti suatu peraturan perundangan.
3. Hukum menurut tempat berlakunya
1) Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara.
2) Hukum internasional, yaitu yang mengatur hubungan hubungan hukum
dalam dunia internasional.
4. Hukum menurut waktu berlakunya
1) Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi
suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
2) Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang
akan datang.
3) Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam
segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
5. Hukum menurut cara mempertahankannya
1) Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur
kepentingan dan hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 8


2) Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur
tentang bagaimana cara melaksanakan hukum material.
6. Hukum menurut sifatnya
1) Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun
mempunyai paksaan mutlak.
2) Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila
pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri.
7. Hukum menurut wujudnya
1) Hukum obyektif, yaitu hukum dalam suatu Negara berlaku umum.
2) Hukum subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan
berlaku pada orang tertentu atau lebih. Disebut juga hak.
8. Hukum menurut isinya
1) Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang
satu dengan yang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan
perseorangan.
2) Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara
dengan alat kelengkapannya atau hubungan antara Negara dengan
warganegara.

C. Fungsi dan Kedudukan Pancasila


Fungsi dan Kedudukan Pancasila sebagai berikut :
1. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan
mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. Negara
Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu
Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara, merupakan sumber
kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat.
Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai
dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan
Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 9


dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu,
sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di negara Republik
Indonesia bersumber pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan
secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi,
1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam
empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana
keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila. Empat pokok pikiran
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam
pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-
Undang Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-
undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan
pemerintah dan lain sebagainya.
2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan
hidup adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari
kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai
pedoman untuk mengatur hubungan manusia dengan sesama, lingkungan dan
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Pandangan hidup yang diyakini
suatu masyarakat maka akan berkembang secara dinamis dan menghasilkan
sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah kristalisasi
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa
sehingga darinya mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam
sikap hidup sehari-hari. Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai
pedoman sikap hidup yang dijadikan acuan di dalam hidup bermasyarakat.
Demikian juga dengan bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, sikap hdup
yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila. Nilai-nilai yang
terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya masyarakat
bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-nilai
budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa
Indonesia. Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman,
pegangan atau kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 10


cita moral bagi bangsa Indonesia, juga sebagai perjanjian luhur bangsa
Indonesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang pada
waktu itu diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila merupakan kesepakatan
bersama seluruh masyarakat Indonesia maka Pancasila sudah seharusnya
dihormati dan dijunjung tinggi.
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
a. Pengertian Ideologi
Berdasarkan etimologinya, ideologi berasal dari bahasa yunani yang
terdiri dari dua kata yaitu idea berarti raut muka, perawakan, gagasan buah
pikiran dan logika berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran
atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran.
Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide,
keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan
tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan seperti:
1. Bidang politik termasuk bidang hukum, pertahanan dan keamanan.
2. Bidang sosial
3. Bidang kebudayaan
4. Bidang keagamaan
Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang
menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat
dan bangsa yang bersangkutan pada hakekatnya merupakan asas
kerohanian yang antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mempunyai derajad yang tinggisebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
2) Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian,pandangan dunia,
pandangan hidup, pedoman hidup,pegangan hidup yang dipelihara,
dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
b. Ideologi Terbuka dan Tertutup
Ciri khas:
1) Nilai-nilai dan cita-cita digali dari kekayaan adat istiadat, budaya dan
religius masyarakatnya
2) Menerima reformasi

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 11


3) Penguasa bertanggung jawab pada masyarakat sebagai pengemban
amanah rakyat
4) Nilai-nilai dan cita-cita dihasilkan dari pemikiran individu atau
kelompok yang berkuasa dan masyarakat berkorban demi ideologinya
5) Menolak reformasi
6) Masyarakat harus taat kepada ideologi elite penguasa.
7) Totaliter

c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif

Ciri Khas :
a. Negara komunis membela kaum proletar.
b. Negara liberal membela kebebasan individu
c. Mengakomodasi nilai-nilai dan cita-cita yang bersifat menyeluruh tanpa
berpihak pada golongan tertentu atau melakukan transformasi sosial
secara besar-besaran menuju untuk tertentu.
d. Negara mengakomodasi berbagai idealisme yang berkembang dalam
masyarakat yang bersifat majemuk seperti indonesia dengan ideologi
pancasila.

Menurut Alfian kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga


dimensi yang ada pada ideologi tersebut, yaitu Dimensi realita, yaitu
bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung didalam ideologi tersebut
secara riil hidup didalam serta bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarah masyarakat atau bangsa dimensi idealisme. DimensiIdealisme,
yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme
yang memberi harapan pengalaman dalam praktek kehidupan bersama
sehari-hari.
Dimensi fleksibel/dimensi pengembangan, yaitu ideologi
tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan kepada generasi
penerus bangsa, diperjuangkan dan dipertahankan dengan semangat
nasionalisme.
Dalam proses reformasi, MPR melalui sidang istimewa
tahun1998, kembali menegaskan kedudukan pancasila sebagai dasar

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 12


Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam TAP MPR
No.XVIII/MPR/1998.
Oleh karena itu segala agenda dalam proses reformasi,yang
meliputi rakyat (sila 4) juga harus mendasarkan pada nilai-nilai yang
terkandungdalam pancasila. Reformasi tidak mungkin menyimpang dari
nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan.Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan
tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini
dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan
jaman ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat.
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-
nilai dasar yang terkandung didalamnya, namun mengekplisitkan
wawasannya secara lebih konkrit, sehingga memiliki kemampuan yang
reformatif untuk memecahkan masalah aktual yang selalu berkembang.

D. Pengertian Paradigma

Istilah ‘paradigma’ pada awalnya berkembang dalam ilmu


pengetahuan terutama kaitannya dalam filsafat ilmu pengetahuan.
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam
dunia Ilmu Pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang
berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970 : 49) inti sari
pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-
asumsi teoretis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam
ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter
ilmu pengetahuan itu sendiri.
Istilah ‘paradigma’ berkembang menjadi terminologi yang
mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka berpikir,
orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan. Perubahan serta suatu proses dalam suatu bidang tertentu
termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi maupun dalam bidang
pendidikan.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 13


E. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu
pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan
istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu
paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa
yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik hukum, sosial dan
ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka
pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan
tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka,
acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan
demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan
segala hal dalam kehidupan manusia.
Pancasila sebagai paradigma artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif
menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan
nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan
dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional. Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar
negara Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup
manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok
ukurpenyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga.
2. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial.
3. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan


harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan
aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya
peningkatan manusia secara totalitas. Pembangunan sosial harus mampu

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 14


mengembangkan harkat dan martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu,
pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam
pembangunan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan mempertahanan keamanan.

F. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi


Ketika gelombang gerakan reformasi melanda Indonesia, maka seluruh aturan
main dalam wacana politik mengalami keruntuhan terutama praktek-praktek elit
politik yang dihinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia ingin mengadakan suatu
perubahan, yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi
terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat
kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyakarakat yang
demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan
dan beradab.
Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh bangsa
Indonesia yaitu dampak sosial, politik, ekonomi terutama kemanusiaan. Berbagai
gerakan reformasi muncul disertai dengan akibat tragedi kemanusiaan yang sangat
memilukan dan banyak menelan banyak korban jiwa dari anak-anak bangsa sebagai
rakyat kecil yang tidak berdosa mendambakan perdamaian ketentraman serta
kesejahteraan. Ancaman disintegrasi dan sentiment SARA semakin merongsong
eksistensi bangsa Indonesia, aparat keamanan diletakkan dalam posisi yang sangat
sulit bahkan krisis kepatuhan terhadap hukum semakin merosot sehingga hukum
seakan-akan sudah tidak berfungsi lagi.
Namun demikian di balik berbagai keterpurukan bangsa Indonesia tersebut
masih tersisa satu keyakinan akan nilai yang dimilikinya yaitu nilai-nilai Pancasila.
Pada hakikatnya reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraaan kea rah
sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia yang
selama ini di selewengkan demi kekuasaan sekelompok orang, baik pada masa orde
lama maupun orde baru. Oleh karena itu proses reformasi walaupun dalam lingkup
pengertian reformasi total harus memiliki harus memiliki platform dan sumber nilai
yang jelas yang merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 15


G. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi hukum
Dalam era reformasi akhir-akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terhadap
pembaharuan hukum sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi
yang melakukan penataan kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakuka
perubahan-perubahan terhadap peraturan perundang-undangan. Agenda yang lebih
konkret yang diperjuangkan oleh para reformis yang paling mendesak adalah
reformasi bidang hukum. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa setelah
terjadi peristiwa 21 mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salh satu
subsistem yang mengalami kerusakan parah selama orde baru adalah bidang
hukum. Produk hukum baik materi maupun penegakannya dirasakan semakin
menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. Susbsistem hukum
nampaknya tidak mampu menjadi pelidung bagi kepentingan masyarakat dan yang
berlaku hanya bersifat imperative bagi penyelenggara pemerintahan. Namun
demikian hendaklah dipahami bahwa dalam melakukan reformasi tidak mungkin
dilakukan secara spekulatif saja melainkan harus memiliki dasar, landasan serta
sumbernilai yang jelas dan dalam masalah ini nilai-nilai yang terkadung dalam
Pancasila yang merupakan cita-cita dasar reformasi.
H. Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum
Dalam bernegara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang
merupakan sumber hukum positif yang dalam ilmu hukun tata negara disebut
“staatsfundamentalnorm”, yang intinya tidak lain adalah Pancasila. Maka Pancasila
merupakan cita-cita hukum, kerangka berpikir, sumber nilai serta sumber arah
penyusunan dan perubahan hukum positif di Indonesia. Dalam pengertian ini lah
maka Pancasila berfungsi sebagai paradigma hukum terutama dalam kaitannya
dengan berbagaimacam upaya perubahan hukum, atau Pancasila harus merupakan
paradigma dalam suatu pembaharuan tatanan hukum itu dapat dipandang sebagai
“Cita-cita hukum” yang berkedudukan sebagai Staatsfundamentalnorm dalam
negara indonesia. Sebagai cita-cita hukum pancasila dapat memenuhi fungsi
konstitutif maupun fungsi regulatif. Dengan fungsi regulatifnya pancasila
menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum itu
sendiri sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh pancasila maka hukum aka
kehlangan arti dan maknanya sebagai hukum itu sendiri. Sebagai
Staatsfundamentalnorm pancasila merupakan pangkal tolak derivasi (sumber
penjabaran) dari tertib hukum di indonesia termasuk UUD 1945. Dalam pengertian

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 16


inilah menurut istilah ilmu hukum disebut sebagai sumber dari segala peraturan
perundang-undangan di Indonesia.
Sumber hukum meliputi dua macam pengertian, (1) sumber formal hukum,
yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tatacara penyusunan hukum, yang
mengikat terhadap komunitasnya misalnya, Permen, dan Perda. (2) sumber material
hukum, yaitu suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu norma
hukum. Pancasila didalamnya terkandung nilai-nilai religius, nilai-nilai kodrat, nilai
hukum moral pada hakikatnya sebagai suatu sumber hukum positif di Indonesia.
Dengan demikian pancasila menentukan isi dan bentuk peraturan perundang-
undangan di Indonesia yang tersusun secara hierarkis.
Selain sumber nilai yang terkandung dalam pancasila reformasi dan
pembaharuan hukum juga harus bersumber kepada kenyataan empiris yang ada
dalam masyarakat terutama dalam wujud aspirasi-aspirasi yang dikehendakinya.
Menurut Johan Galtung suatu perubahan serta pengembangan ilmiah harus
mempertimbangkan tiga unsur (1) nilai, (2) teori (norma), (3) fakta atau realitas
empiris.
Oleh karena itu dalam reformasi hukum Pancasila sebagai paragdigma
pembaharuan hukum yang merupakan sumber norma dan sumber nilai, terdapat
unsur pokok yaitu kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat. Oleh karena
masyarakat bersifat dinamis baik menyangkut aspirasinya, kemajuan peradaban
serta kemajuan iptek maka perubahan dan pembaharuan hukum harus mampu
mengakomodasikannya dalam norma-norma hukum dengan sendirinya selama hal
tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai hakiki yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila.
I. Dasar Yuridis Reformasi Hukum
Dalam wacana reformasi hukum ini bermunculan berbagai pendapat yang pada
taraf tertentu nampak hanya luapan emosional dan meninggalkan aspek
konsepsional. Oleh karena itu reformasi hukum harus konsepsinal dan
konstitusional, sehingga reformasi hukum memiliki landasan dan tujuan yang jelas.
Oleh karena itu, dasar seluruh perubahan maupun produk hukum di Indonesia
haruslah didasarkan pada UUD 1945 yang hakikatnya merupakan cita-cita hukum
dan merupakan esensi dari sila-sila Pancasila. Jikalau hal itu dilakukan secara paksa
maka produk hukum itu akan bersifat tidak konstitusional dan tidak adil atas nama
hukum.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 17


Selain itu dasar yuridis Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum adalah
Tap No.XX/MPRS/1966, yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber
hukum di Indonesia, yang berarti sebagai sumber atau produk serta proses
penegakan hukum yang harus senantiasa pada nilai-nilai Pancasila dan secara
eksplisit dirinci Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang
bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
J. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Pelaksanaan Hukum
Dalam era reformasi pelaksanaan hukum harus didasarkan pada suatu nilai
sebagai landasan operasionalnya. Reformasi pada dasarnya untuk mengembalikan
hakikat dan fungsi negara pada tujuan semula yaitu melindungi seluruh bangsa dan
seluruh tumpah darah. Negara pada hakikatnya secara formal (sebagai negara
hukum formal) harus melindungi hak-hak warganya terutama hak kodrat sebagai
suatu hak asasi yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa (Sila I dan II).
Oleh karena itu, pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia adalah sebagai
pengingkaran terhadap dasar filosofis negara, misalnya pembungkaman demokrasi,
penculikan pembatasan berpendapat, berserikat, berunjukrasa dan lain sebagainya
dengan sendirinya hal ini harus disertai dengan tanggung jawab atas kepentingan
bersama.
Reformasi pada hakikatnya untuk mengembalikan negara pada kekuasaan
rakyat (Sila IV). Negara adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyat
adalah asal-mula kekuasaan negara. Maka dalam pelaksanaan hukum harus
mengembalikan negara pada supremasi hukum yang didasarkan atas kekuasaan
pada rakyat bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok. Bagi negara
Indonesia kekuasaan rakyat dilakukan oleh MPR yang dilakukan melalui suatu
pemilihan umum. Oleh karena itu, pelakasanaan peraturan perundang-undangan
harus mendasarkan pada terwujudnya atas jaminan bahwa suatu negara kekuasaan
adalah di tangan rakyat. Pelaksanaan hukum pada masa reformasi ini harus benar-
benar dapat mewujudkan negara demokratis dengan suatu supremasi hukum.
Artinya pelaksanaan hukum harus mampu mewujudkan jaminan atas terwujudnya
keadilan (Sila V), dalam suatu negara yaitu keseimbangan antara hak dan wajib bagi
setiap warga negara tidak memandang pangkat, jabatan, golongan, etinisitas
maupun agama. Setiap warga negara bersamaan kedudukannya dimuka hukum dan
pemerintahan (UUD 1945 Pasal 27). Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap
warga negara dalam hidup bersama dalam suatu negara meliputi seluruh unsut

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 18


keadilan baik keadilan distributif, keadilan komutatif, serta keadilan legal.
Konsekuensinya dalam pelaksanaan hukum aparat penegak hukum terutama pihak
kejaksaan adalah sebagai ujung tombaknya sehingga harus benar-benar bersih dari
praktek KKN.
K. Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan Hukum
Pembangunan dalam bidang hukum adalah salah satu bidang pembangunan
yang sangat penting, hal ini dikarenakan hukum dilihat dari fungsinya tidak hanya
berfungsi sebagai pengendali sosial terhadap berbagai macam bentuk
penyimpangan prilaku yang dinilai tidak produktif dalam proses pembangunan,
tetapi hukum juga memiliki kemampuan melakukan perubahan sosial yaitu sebuah
fungsi yang dapat dimainkan oleh hukum dalam melakukan berbagai perubahan
atau rekayasa sosial. Di samping kedua fungsi tersebut, pembangunan bidang
hukum juga diarahkan pada upaya pemberian perlindungan hukum kepada rakyat
agar tercipta rasa ketentraman, kenyamanan, keamanan dan ketertiban umum bagi
masyarakat, dimana ketiga kondisi tersebut merupakan prasyarat bagi keterlibatan
dan partisipasi publik secara aktif dalam proses pembangunan yang berbasiskan
pada nilai-nilai HAM. Ketiga fungsi hukum tersebut, dalam konteks pembangunan
tentunya diarahkan bagaimana agar seluruh aspek dan komponen yang ada pada
daerah ini diarahkan pada upaya percepatan keberhasilan pembangunan itu sendiri.
Arah Kebijakan pembangunan bidang hukum ini dititik beratkan kepada upaya
penegakan supremasi hukum yang berbasiskan serta menjunjung tinggi HAM guna
pencapaian kesejahteraan, keamanan dan ketentraman masyarakat, dengan tentunya
tetap berpegang pada prinsip demokrasi melalui berbagai tahapan pembangunan
hukum seperti tahap formulasi berbagai kebijakan yang akan dituangkan kedalam
produk hukum berupa Peraturan Derah, tahap aplikasi yaitu tahap penerapan dan
pelaksanaan hukum yang merupakan hasil kesepakatan bersama antara eksekutif
(pemerintah daerah) dengan Legislatif (DPRD), serta tahap evaluasi, monitoring
dan pengawasan jalannya pelaksanaan dan penerapan hukum tersebut.
Mendasarkan pada pemahaman tersebut di atas, maka secara konsepsional
penegakan hukum pada jangka menengah di diarahkan pada empat tipe penegakan
hukum yaitu:
a. Penegakan hukum formulatif, yaitu proses penegakan hukum yang diawali
dengan penyusunan program legislasi daerah yang isinya memuat prioritas
pembangunan hukum di daerah ini, yang disertai dengan penyusunan draft

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 19


perda yang memenuhi pilar hukum yang baik berupa terpenuhinya prinsip-
prinsip filosifis, sosiologis (living law) maupun yuridis. Penyusunan program
legislasi daerah yang memuat prioritas pembangunan hukum ini tentunya tetap
memperhatikan hak inisiatif yang ada pada lembaga legislatif. Termasuk juga
di dalam penegakan hukum formulatif ini adalah melakukan penataan berbagai
macam peraturan daerah sebagai produk hukum agar prinsip sinergisitas dan
sinkronisasi baik vertikal maupun horizontal terpenuhi.
b. Penegakan hukum aplikatif yaitu proses penegakan hukum yang dilakukan oleh
institusi yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan peraturan daerah
tersebut melalui prosedur kelembagaan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
secara formal. Penegakan hukum aplikatif ini dalam pelaksanaannya tetap
memperhatikan nilai dan prinsip HAM, keadilan, moralitas serta mampu
memberikan perlindungan dan pencerahan masyarakat.
c. Penegakan hukum represif dan keorsif, yaitu penegakan hukum dengan
mengambil tindakan yang tegas terhadap subyek hukum yang dinilai telah
melanggar peraturan daerah. Tidak hanya terhadap subyek hukum saja yang
diambil tindakan tegas, tetapi juga para aparat pelaksana hukum juga akan
diambil tindakan tegas jika terbukti secara hukum telah melanggar,
mengabaikan atau menyalahgunakan tugas, fungsi dan kewenangan yang ada.
d. Penegakan hukum preventif, yaitu proses penegakan hukum yang dilakukan
melalui kegiatan sosialisasi semua peraturan daerah kepada masyarakat dimana
tujuan dari penegakan hukum preventif ini adalah tidak terjadinya pelanggaran
hukum yang merupakan kesepakatan antara eksekutif dan legislatif sebagai
presentasi dari rakyat karena diketahuinya produk hukum tersebut oleh
masyarakat.

Untuk arah kebijakan bidang penataan Peraturan Daerah (PERDA)


dititik beratkan ada upaya peninjauan kembali berbagai produk hukum daerah
yang dinilai tidak lagimemenuhi rasa keadilan masyarakat, serta dinilai tidak
sesuai lagi dengan tujuan pembangunan. Peninjauan kembali berbagai produk
hukum daerah ini tentunya akan dibarengi dengan tindakan berupa pencabutan
dengan menggantikan peraturan daerah baru atau melakukan revisi peraturan
daerah jika peraturan daerah yang lama tersebut dinilai sudah tidak sesuai lagi
dengan tujuan-tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Penataan ini juga

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 20


dilakukan dengan melakukan kajian dan analisis isi dari masing-masing
peraturan daerah agar tidak saling bertentangan satu dengan yang lainnya,
sehingga prinsip sinkronisasi baik vertikal maupun horizontal dalam hukum
bisaterjaga dan terpenuhi.
Untuk mampu melaksanakan penataan seperti tersebut di atas, maka
peningkatan kualitas aparatur bidang hukum menjadi penting. Peningkatan ini
tidak hanya upaya memahami dengan baik berbagai asas dan prinsip hukum
yang ada, tetapi juga peningkatan pemahaman akan nilai-nilai yang ada pada
masyarakat, baik nilai filosofis, sosilogis maupun yuridis serta tanggap dan
responsif terhadap perkembangan yang ada. Peningkatan kualitas aparatur
bidang hukum ini tentunya akan berpengaruh secara langsung kepada kualitas
materi produk hukum daerah yang akan dikeluarkan.
Pada akhirnya partisipasi aktif masyarakat dalam proses penegakan
hukum merupakan kata kunci dari keberhasilan pembangunan dalam bidang
hukum, dan partisipasi aktif masyarakat ini bisa dicapai jika masyarakat secara
pasti mengetahui hak dan kewajibannya yang ada dalam hukum. Oleh karena
itu, penataan berupa pendokumentasian hukum serta informasi hukum
merupakan suatu kegiatan pembangunan dalam bidang hukum yang perlu
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Adanya fiksi hukum yang
mengatakan bahwa: “masyarakat harus mengetahui hukum” menjadikan fungsi
pendokumentasi dan informasi hukum menjadi penting.
Landasan dan arah pembangunan dibidang hukum menyatakan bahwa:
1) Pembangunan dan pembinaan hukum Indonesia didasarkan atas pancasila
dan UUD 1945
2) Tujuan dari pembangunan dan pembinaan hukum yaitu:
a. Memantapkan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai oleh
indonesia selama ini.
b. Menciptakan kondisi yang lebih mantap sehingga segenap masyarakat
dapat menikmati ketertiban, kepastian hikum dan keadilan.
c. Memberi dukungan dan pengamanan kepada upaya pembangunan untuk
mencapai kemakmuran.
L. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 21


tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga
rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan
seluruh komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan
Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah,
dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah
dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran
atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, dimana
pemerintahan dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma
pembangunan pertahanan keamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana
tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara. Dalam undang-
undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah
dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi,
yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi,
yaitu: (1) adanya perlindungan terhadap HAM, (2) adanya susunan ketatanegaraan
negara yang mendasar, dan (3) adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas
ketatanegaraan yang juga mendasar.Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya
terdapat rumusan Pancasila.
Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD 1945 atau merupakan
bagian dari hukum positif. Dalam kedudukan yang demikian, ia mengandung segi
positif dan segi negatif.
Segi positifnya, Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh negara); segi
negatifnya, Pembukaan dapat diubah oleh MP sesuai dengan ketentuan Pasal 37
UUD 1945. Hukum tertulis seperti UUD termasuk perubahannya, demikian juga
UU dan peraturan perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada dasar negara
(sila-sila Pancasila dasar negara).

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 22


Dalam kaitannya dengan, Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum‟,
hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak
dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa,
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan
perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya,
substansi produk hukum merupakan karakter produk hukum responsif (untuk
kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 23


BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa nila-nilai, arti atau makna
yang terdapat dalam sila Pancasila merupakan landasan kerangka berpikir untuk
mencapai tujuan bersama, sehingga layak disebut sebagai paradigma dalam
pembangunan, lebih khususnya adalah pembangunan hukum dan Negara hukum
Indonesia memiliki ciri-ciri khas Indonesia. Karena Pancasila diangkat sebagai dasar
pokok dan sumber hukum, negara hukum Indonesia bisa juga dinamakan negara hukum
Pancasila. Pancasila dalam konteks negara hukum memiliki beberapa karakteristik
yang memberikan pengaruh pada tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia seperti : Pancasila menghendaki keserasian hubungan antara pemerintah dan
rakyat dengan mengedepankan asas kerukunan; Pancasila menjamin adanya kebebasan
beragama; Pancasila mengedepankan asas kekeluargaan sebagai bagian fundamental
dalam penyelenggaraan pemerintah; dan Pancasila mengedepankan prinsip persamaan
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
hukum mengandung suatu konsekuensi bahwa segala aspek pembangunan hukum
dalam kerangka pembangunan nasional harus mendasarkan kepada hakikat nilai-nilai
Pancasila. Untuk itu Pancasila secara utuh harus dilihat sebagai suatu national
guidelines, sebagai national standard, norm and principles yang sekaligus memuat
human rights and human responsibility. Pancasila juga harus dilihat sebagai margin of
appreciation sebagai batas atau garis tepi penghargaan terhadap hukum yang hidup
dalam masyarakat yang pluralistik (the living law) sehingga dapat dibenarkan dalam
kehidupan hukum nasional.
Sebagai suatu paradigma pembangunan hukum, Pancasila menghendaki bahwa
perkembangan dalam masyarakat menjadi titik tolak dari keberadaan suatu produk
hukum. Hukum diarahkan untuk menjawab nilai-nilai kebutuhan masyarakat yang
berubah dan hasilnya berisikan kemajuan dan pembaruan serta peningkatan hukum
terhadap masalah yang diaturnya. Karena itu, Pembinaan sistem hukum nasional
seyognyanya mengacu terus kepada upaya pembaruan hukum melalui pengikisan sisa-
sisa produk hukum kolonial Belanda yang sudah usang serta tidak sesuai dengan

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 24


falsafah Pancasila. Hukum juga harus mampu tampil ke depan dalam memberikan arah
pembaharuan yang dilakukan melalui pembentukan hukum yang sesuai dengan suasana
kebatinan rakyat Indonesia yang mana Pancasila dijadikan sebagai main spirit.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Pada Bidang Hukum | 25

Anda mungkin juga menyukai