Anda di halaman 1dari 11

MENGISAP SEKRESI

No. Dokumen : No. Revisi : Halamana :

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR dr. Evie Kusmiati
NIK. 0/18.03/00427
PENGERTIAN Pengisapan sekresi adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan
napas dengan memakai kateter pengisap melalui nasotrakeal tube
(NTT), orotrakeal tube OTT, trakeostomi tube (TT) pada saluran
pernapasan bagian atas
TUJUAN 1. Untuk membebaskan jalan napas
2. Mengurangi retensi sputum dan merangsang batuk
3. Mencegah terjadinya infeksi paru
KEBIJAKAN
PROSEDUR A. Persiapan
PELAKSANAAN 1. Pasien
a. Diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
2. Petugas
Petugas satu orang atau dua orang
3. Alat-alat
a. Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan
siap pakai
b. Kateter penerhisap steril dengan ukuran No 10 – 12
(dewasa) No 6 – 8 (anak) No. 4 – 5 (bayi)
c. Pinset steril atau sarung tangan steril
d. Cuff inflator atau spuit 10 cc
e. Arteri klem
f. Alas dada/handuk
g. Kom berisi cairan desinfektan untuk meredam pinset
h. Kom berisi cairan NaCL aquades steril untuk membilas
kateter
i. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam
kateter suction yang sudah dipakai
j. Ambubag/air viva + selang O2
k. Pelican /jelly
l. NaCL 0.9%
m. Spuit 5 cc
B. Pelaksanaan
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
2. Sebelum dilakukan penghisapan sekresi
a. Memutar tombol oksigen pada ventilator kearah 100%
b. Menggunakan air viva dengan memompa 4 – 5
kali/ambubag dengan memberi 4 – 5 kali cyde pernafasan
dengan konsentrasi oksigen 15 liter/menit
c. Melepaskan hubungan ventilator dengan ETT
3. Menghidupakan mesin penghisap sekresi
4. Menyambung selang suction dengan suction kateter steril
5. Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat
kateter dimasukan ke ETT
6. Menarik kateter penghisap kira – kira 2 cm diatas carina pada
saat adanya rangsangan batuk untuk mencegah trauma pada
carina (percabangan bronkus kiri dan kanan)
7. Menutup lubang melipat pangkal; kateter penghisap kemudian
suction kateter ditarik dengan gerakan memutar
8. Mengobservasi tensi, nadi, dan pernapasan selama dilakukan
penghisapan sekresi
9. Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan
cara bagging
10. Bila melakukan suction kembali hubungkan selang ventilasi
pada pasien dan beri kesempatan pasien untuk bernapas 3 – 7
kali
11. Memasukan NaCL 0.9% sebanyak 3 – 5 cc melalui ETT untuk
mengencerkan sekresi yang kental dan lengket
12. Melakukan bagging
13. Mengempiskan cuff pada penghisapan sekresi terakhir saat
kateter berada di dalam ETT, sehingga sekresi yang lengket
disekitar cuff dapat terhisap
14. Mengisi kembali dengan udara dengan menggunakan cuff
inflator setelah ventilator dipasang kembali
15. Membilas kateter pengsihap sapai bersih kemudian direndam
dengan cairan desinfektan dalam tempat yang disediakan
16. Mengobservasi dan mencatat :
a. Tensi, nadi, suhu dan pernapasan
b. Hipoksia
c. Perdarahan
d. Aritmia
e. Sputum: warna, jumlah, konsistensi, bau
Hal – hal yang perlu diperhatikan
1. Pilih kateter penghisap yang ujung tumpul dan lembut
2. Ukuran kateter penghisap 1/3 – ½ dari diameter ETT
3. Hindari kateter penghisap berada dalam ETT lebih dari 10 detik
4. Hati – hati melakukan tindakan penghisapan sekresi sehingga tidak
menimbulkan iritasi
5. Sebelum penghisapan sekresi ulang, terlebih dahulu lakukan
bagging
6. Perhatikan teknik aseptic dan antiseptic
7. Tidak boleh memasukan kateter suction mulut sebelum melakukan
penghisapan melalui trakea (cuff)
UNIT TERKAIT ICU
MELAKUKAN FISIOTERAPI DADA

No. Dokumen : No. Revisi : Halamana :

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR dr. Evie Kusmiati
NIK. 0/18.03/00427
PENGERTIAN Fisioterapi dada adalah tindakan yang terdiri dari penepukan pada
daerah dada penggetaran (vibrasi), postural drainage dan latihan
pernapasan untuk pencegahan penumpukan/mobilisasi sekresi yang
mengakibatkan tersumbatnya jalan napas dan komplikasi penyakit
pernapasan lainnya
TUJUAN 1. Untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat dan mencegah
infeksi saluran pernapasan pada pasien tirah baring
2. Merangsang terjadinya batuk dan mempertahankan kelancaran
sirkulasi darah
3. Mencegah kolaps paru yang disebabkan retensi sputum
KEBIJAKAN
PROSEDUR A. Persiapan
PELAKSANAAN 1. Pasien
a. Pasien diberitahu penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
2. Alat
a. Handuk untuk alas
b. Bantal
c. Minyak untuk digosokan pada bagian tubuh yang
tertekan
d. Set penghisap sekresi lengkap siap pakai
e. Stetoskope
f. Neirbecon/bengkok
g. Tisu

B. Pelaksanaan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Melatih pernapasan (breathing exercise) dan batuk efektif
3. Mengajarkan pasien tehnik relaksasi sesuai kondisi pasien
4. Menepuk (“perkusi/clapping) untuk membantu agar sekresi
yang melekat pada dinding alveoli terlepas dan terdorong
sehingga dapat keluar kepercabangan bronkus dan trakea
sehingga merangsang batuk
a. Konta indikasi
1) Patah tulang rusuk (fraktur costae)
2) Infeksi paru akut
3) Perdarahan / haemaptoe
4) Asma akut
5) Daerah penepukan ada luka
6) Myocard infark
b. Caranya :
1) Penepukan dilakukan secara seksama pada dinding
torak pasien
2) Posisi pasien diatur pada satu sisi miring
3) Posisi perawat berdiri dibelakang pasien sambal satu
tangan diletakkan pada bagian posterior
4) Posisi tangan ditepuk tidak merasa kesakitan
5. Menggetarkan / vibrasi
Untuk mendorong keluar sekresi yang tertimbun di alveoli
dengan bantuan menggetarkan diding toraks pada saat
ekspirasi
Caranya :
a. Posisi pasien diatur pada satu sisi (miring)
b. Posisi perawat berdiri dibelakang pasien sambal satu
tangan diletakkan pada bagian dada anterior dan satu
tangan lain pada bagian posterior
c. Berikan tekanan pada saat pasien ekspirasi dengan
menggunakan kekuatan otot bahu perawat sambal
mendorong dan menggetarkan dinding dada pasien
6. Meberikan posisi drainase (postural drainase)
Untuk mengalirkan sekrisi dalam paru kejalan napas agar
mudah dihisap
Caranya :
a. Mengatur posisi lateral dalam sikap menungging 10 – 20
derajat/posisi
b. Mengatur posisi lateral dalam sikap lurus
c. Mengatur posisi terlentang
d. Mengatur posisi terlungkup
e. Lamanya posisi postural drainase 15 -20 menit
f. Mengembalikan posisi pasien ke posisi semula
7. Latihan pernapasan
Latihan pernapasan ditujukan untuk mengeluarkan CO2
Purse Lip Breathing dan untuk menguatkan otot diafragma
(difragmatic breathina)
a. Purse Lip Breathing :
1) Lakukan inspirasi normal melalui hidung
2) Lakukan ekspirasi melalui mulut (post lip) secara
perlahan – lahan
3) Lakukan latihan ini sebanyak 1, 2, sampai 4 kali
sesuai kemampuan pasien
b. Diaphragmatic breathing (bernapas melalui diafragma) :
1) Dapat dilakukan dengan tiduran atau duduk
2) Bila tidur : usahakan tempat tidur lurus
3) Ganjal bantal pada bagian bawah lutut, dengan
tangan kanan diatas dada dan tangan kiri menahan
diafragma
4) Lakukan inspirasi perlahan-lahan, dengan tangan
tidak menahan, selama hitungan 1, 2 atau 4 sesuai
kemampuan pasien

Hal – hal yang perlu diperhatikan


1. Perhatikan kondisi pasien saat dilakukan fisioterapi dan postural
drainase
2. Observasi tensi, nadi, pernapasan
3. Fisioterapi dada dilakukan sebelum makan untuk mencegah
muntah
4. Berikan obat penenang / relaksasi pada pasien yang kejang
rangsang sebelum fisioterapi dada
5. Hentikan fisioterapi dada bila pasien kelihatan letih dan kesakitan
UNIT TERKAIT Ranap
MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

No. Dokumen : No. Revisi : Halamana :

Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :


STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR dr. Evie Kusmiati
NIK. 0/18.03/00427
PENGERTIAN RJP adalah tindakan untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan
jantung guna mempertahankan kelangsungan hidup pasien
TUJUAN Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru
KEBIJAKAN
PROSEDUR A. Persiapan
PELAKSANAAN 1. Pasien
a. Pasien / keluarga dijelaskan tentang tindakan yang akan
dilakukan
b. Posisi pasien diatur dengan terlentang datar dan
diusahakan tidak menyentuh tempat tidur
c. Baju bagian atas dibuka
2. Alat
a. Trolly emergency yang berisi
1) Larincyoscope lurus dan bengkok
2) Magill forceps
3) Pipa trachea berbagai ukuran
4) Nasotrachea tubu berbagai ukuran
5) CVP set
6) Infus set / blood set
7) Papan resusitasi
8) Gunting verband
9) Ambubag lengkap
10) Spuit 10 cc (needle no. 18)
11) Obat – obatan dan cairan
b. Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai
c. Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai
d. Formulir EKG
e. EKG monitor bila memungkinkan
f. DC shock lengkap

B. Pelaksanaan
1. Menilai pernapasan pasien dengan cara
a. Melihat pergerakan dada atau perut
b. Mendengar suara keluar masuknya udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut dan hidung dengan
pipi atau punggung tangan
2. Menilai denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri
karotis
3. Mengecek kesadaran pasien dengan cara
a. Memanggil nama
b. Menanyakan keadaan
c. Menggoyangkan bahu pasien
4. Memasang papan resusitasi di bawah punggung pasien
5. Membebaskan jalan napas dengan cara :
a. Membersihkan sumbatan jalan napas dengan cara
mengisap sekresi
b. Triple maneuver :
1) Ekstensi kepala
2) Mengangkat rahang bawah
3) Mempertahankan posisi rahang bawah
6. Melakukan pernapasan buatan (baging 12 – 20 kali/menit)
bila denyut jantung teraba
7. Melakukan RJP dengan CAB kombinasi bila denyut jantung
tidak teraba dengan cara :
a. Pernapasan buatan/baging 2 kali jika dilakukan oleh 1
orang
b. Cek arteri karotis, bila tidak ada denyut baging 1 kali
c. Kompresi jantung luar bergantian dengan baging dengan
perbandingan 15 : 2, bila RJP dilakukan oleh 1 orang
d. Kompresi jantung luar bergantian dengan baging
perbandingan 5 : 1 bila RJP dilakukan oleh 2 orang

C. Hal – hal yang perlu diperhatikan


1. Evaluasi pernapasan pasien tiap 3 – 5 menit saat dilakukan RJP
CAB kombinasi
2. Lakukan RJP CAB sampai
a. Timbul napas spontan
- Diambil oleh petugas lain atau alat
- Pasien dinyatakan meninggal
- Penolong sudah tidak mampu atau sudah 30 menit
tidak ada respon
3. Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara
a. Dewasa
- Penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan
dengan kekuatan bahu
- Penekanan pada daerah sternum 2 – 3 jari diatas
precesus xipoideus
- Kedalaman tekanan 3 – 5 cm
- Frekuensi penekanan 60 – 80 kali/menit
b. Anak
- Penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan
- Kedalaman tekanan 3 – 5 cm
- Frekuensi penekanan 60 – 80 kali/menit
c. Bayi
- Punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri
penolong. Sedangkan tangan kiri memegang lengan
atas bayi sambal meraba arteri brachialis
- Jari tangan dan telunjuk kanan penolong menekan dada
bayi pada posisi sejajar putting susu 1 cm ke bawah
- Kedalaman tekanan 1 – 2 cm
- Perbandingan kompresi jantung dan bagging 5 : 1
UNIT TERKAIT UGD, HCU, dan Ranap
No. Dokumen : No. Revisi : Halamana :
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR dr. Evie Kusmiati
NIK. 0/18.03/00427
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PELAKSANAAN
UNIT TERKAIT

No. Dokumen : No. Revisi : Halamana :


Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR dr. Evie Kusmiati
NIK. 0/18.03/00427
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PELAKSANAAN
UNIT TERKAIT

No. Dokumen : No. Revisi : Halamana :


Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
STANDAR Direktur
OPERASIONAL
PROSEDUR dr. Evie Kusmiati
NIK. 0/18.03/00427
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
PELAKSANAAN
UNIT TERKAIT

Anda mungkin juga menyukai