Anda di halaman 1dari 21

Modul Praktikum

TM3101 – Teknik Pemboran I


Semester I 2017/ 2018

MODUL II

Densitas, Viskositas, Gel Strength dan Atmosfir Filtration Loss

Pada Water Based Mud

Pembuatan dan Pengukuran Sifat Rheology Oil Base Mud

I. TUJUAN

1. Memahami fungsi lumpur dalam proses pemboran.


2. Memahami dan mengukur sifat-sifat lumpur pemboran: densitas, viskositas, gel
strength dan filtration loss.
3. Memahami prinsip dan cara kerja peralatan praktikum: Fann VG, Mud Balance,
dan Filter Pressure Apparatus.
4. Memahami perubahan sifat lumpur pemboran akibat penambahan berbagai jenis
aditif.
5. Mengenal material penyusun dan fungsi utama OBM (Oil Based Mud).
6. Mampu menjelaskan fungsi aditif yang dipakai pada OBM.
7. Menentukan densitas OBM dengan menggunakan alat Pressurized Mud Balance.
8. Menentukan Apparent Viscosity, Plastic Viscosity, Yield Point, dan Gel Strength
OBM dengan menggunakan alat Fann VG.

II. TEORI DASAR


A. Water Base Mud

Densitas

Salah satu fungsi utama lumpur pemboran adalah mengimbangi tekanan formasi.
Fungsi ini diwakili oleh densitas lumpur yang mempengaruhi tekanan hidrostatik.
Densitas yang terlalu besar dapat menyebabkan loss circulation, dan sebaliknya, bila
terlalu kecil dapat menyebabkan well kick.

23
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

Untuk pemboran pada zona dengan gradien tekanan normal. maka air (densitas = 8.33
ppg) atau air asin (densitas = 9 ppg) dapat digunakan sebagai lumpur pemboran. Namun
adanya zona yang menyimpang dari tekanan normal membutuhkan penanganan khusus
yaitu penggunaan material pemberat untuk zona tekanan abnormal atau pencampuran
dengan gas pada zona bertekanan rendah.

Umumnya satuan densitas yang digunakan di lapangan adalah ppg, namun dapat juga
dinyatakan dalam gr/cc, kg/l, pcf (lb/ft3) dan ppb (lb/bbl) dengan korelasi sebagai berikut:

1 gr/cc = 1 kg/l = 1 ton/m3 = 8,33 ppg = 62,4 pcf = 350 ppb.

Selama proses pemboran, terdapat penambahan-penambahan material padat atau cair


yang menimbulkan perubahan volume dan densitas. Perubahan-perubahan tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan prinsip dasar sebagai berikut:

Prinsip material balance:

Kekekalan volume: Vs + Vml = Vmb…………………………..………….…………. (1.1)


Kekekalan massa:(Vsx ρs)+ (Vml x ρml) = Vmb x ρmb …........…………….…........ (1.2)

Dari persamaan (1.1) dan (1.2) didapat:


(ρmb −ρml ) x Vml
Vs = ………………..…..….……………..…….………….…….….. (1.3)
(ρs −ρmb )

Berat solid adalah:


Ws= Vs x ρs….……………………………………………………..…………....….….(1.4)
Persamaan (4) dimasukkan ke persamaan (3) menjadi:
(ρmb −ρml )
Ws = x ρs x Vml …………………………………………….….………...(1.5)
(ρs −ρmb )

Persentase volume solid:


Vs (ρmb −ρml )
x 100% = x 100% ……………………….………………...…....……(1.6)
Vmb (ρs −ρml )

Persentase berat solid:

24
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

ρs x Vs ρs (ρmb −ρml )
x 100% = x 100%……………………………………..….(1.7)
ρmb x Vmb ρmb (ρs −ρml )

Keterangan:
vs : volume solid. ρs : densitas solid.

vml : volume lumpur lama. ρml : densitas lumpur lama.

vmb : volume lumpur baru. ρmb : densitas lumpur baru.

Viskositas, Yield Point, Gel Strength

Fann VG digunakan untuk menentukan parameter-parameter reologi lumpur yang


menggambarkan kelakuan fluida non-Newtonian. Fluida non-Newtonian adalah fluida yang
viskositasnya berubah-ubah menurut shear rate. Pada saat ini model aliran Bingham plastik
merupakan model yang digunakan dalam laporan lumpur pemboran standar API. Terdapat
tiga jenis parameter dalam model fluida, yaitu:

1. Plastic viscosity: bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi
mekanik.
Friksi ini disebabkan oleh:
a) Konsentrasi padatan.
b) Bentuk dan ukuran padatan.
c) Viskositas fluida itu sendiri.
Untuk mengurangi friksi ini dapat dilakukan beberapa cara yaitu:
a) Mengurangi padatan dengan penyaringan atau sentrifuge.
b) Mencairkan fluida.

2. Yield point: bagian dari resistensi untuk mengalir karena adanya gaya tarik-menarik
antar muatan pada permukaan partikel yang terdispersi dalam fasa fluida ketika fluida
mengalir.
Yield point dipengaruhi oleh:
a) Kandungan ion permukaan pada padatan.
b) Konsentrasi volume padatan.

25
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

c) Kandungan ion fasa liquid.


Tingginya yield point disebabkan oleh:
a) Adanya kontaminan seperti garam, semen, gypsum.
b) Pemecahan partikel clay yang mengakibatkan permukaan baru yang
bermuatan positif dan negatif.
c) Masuknya material inert seperti pemberat yang mendesak partikel sehingga
jarak antar partikel menjadi dekat dan gaya tarik keduanya meningkat.
Yield point dapat dikontrol dengan:
a) Penambahan thinner seperti lignin dan tannin.
b) Membuat ion-ion kontaminan yang mengandung Ca dan Mg menjadi endapan
yang tidak terlarut kemudian dibuang di permukaan.
c) Pengenceran dengan air.

3. Gel strength: bagian dari resistensi untuk mengalir karena adanya gaya tarik-menarik
antar muatan pada permukaan partikel yang terdispersi dalam fasa fluida ketika fluida
diam.
Type gel strength sebagai penahan suspensi yang diinginkan pada lumpur pemboran
adalah low-flat gels. Pada tipe ini, gel strength lumpur yang didiamkan untuk waktu
yang lama tidak akan jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi awal ketika
didiamkan. Lumpur dengan tipe gel strength berupa progressive gels dan high-flat
gels sangat tidak diharapkan karena memberikan kenaikan gel strength yang cukup
tinggi seiring dengan kenaikan waktu (progressive gels) dan memberikan nilai gel
strength yang tinggi sejak awal lumpur didiamkan (high-flat gels).

26
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

Gambar 7.1 Types of Gels.

(Sumber: www.glossary.oilfield.slb.com)
Gel strength yang berlebihan dapat menyebabkan:
Sdsdsd
a) Swabbing ketika pipa ditarik.
Nkdmdm
b) Surging ketika pipa diturunkan.
c) Kesulitan memasukkan wireline logging.
S
d) Penahanan cutting dengan ketat sehingga tidak terjadi pengendapan.
S
Gel strength yang berlebihan dapat diatasi dengan menggunakan thinner berupa air
S
(air memperbesar jarak antar partikel khususnya bila material padat terlalu banyak)
atau bahan kimia (bahan kimia mengurangi
S daya ikat antar partikel).

4. Apparent viscosity: viskositas lumpur pada


S RPM tertentu.

27
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

Fluid Behavior Comparison

Slope = PV
τ600
τ300
Gel
Yield 1
Strength
Point 2
Stres
Shea

3
Yield
r

Gel
Point
Strength
4
γ300 γ600
Shear Rate
1. Bingham Plastic Fluid 3. Power Law Fluid
2. Typical Drilling Fluid 4. Newtonian Fluid

Gambar 7.2 Fluid Behavior Comparison.


(Sumber: daim.idi.ntnu.no)

Berikut ini adalah perhitungan-perhitungan dalam reologi lumpur pemboran:

(τ600 −τ300 ) τ
μp = ……….…..……(1.8a) μa = 100 x ……………….....….(1.11a)
(γ600 −γ300 ) γ

= θ600-θ300………….……..…..(1.8b) θ
=300 x ……………….…...(1.11b)
N
τy = θ300-μp……………..….…....(1.9a)
Dengan:
= 2θ300-θ600 ………….….…….(1.9b)
τ = 5,077 x θN……..………….….(1.12)

GS = θ3………….…………..……(1.10)
γ = 1,704 x N..……………....……..(1.13)

Keterangan:
μp : plastic viscosity, cp. θ3 : dial maksimum pada 3 RPM, derajat.
τy : yield point Bingham, lb/100 sq ft. τ : shear stress, dyne/cm2.

θ600 : dial pada 600 RPM, derajat. γ : shear rate, s-1.

θ300 : dial pada 300 RPM, derajat. θN : dial pada N RPM, derajat.

GS : gel strength. N : kecepatan putaran, RPM.

28
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

μa : apparent viscosity, cp.

Atmosfer Filtration Loss

Atmosfer filtration loss adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju filtrasi. Filtrasi
adalah proses pemisahan fluida dan solid yang terkandung di dalamnya melalui suatu media
permeabel yang disebut penyaring. Dalam proses filtrasi di dunia pemboran, saringan
diperankan oleh batuan berpori yang menyaring padatan-padatan yang lebih besar dari
ukuran pori sehingga bertumpuk di dinding sumur membentuk mud cake.

Percobaan filtrasi pada modul ini menggunakan model filtrasi statik, yaitu filtrasi yang
terjadi ketika lumpur berhenti bersirkulasi. Pada keadaan ini, filter cake terus bertambah tebal
sedangkan filtration rate berkurang karena sifat kompresibilitas mud cake yang membuat
permeabilitasnya semakin mengecil bila ditekan terus menerus.

Masalah yang dapat ditimbulkan oleh filtration control yang buruk:

1. Adanya lubang yang ketat akibat penumpukan filter cake sehingga memperbesar
gesekan drillstring dengan mud cake tersebut.
2. Menambah pressure surges dan swabbing effect ketika pipa diturunkan atau ditarik
karena makin mengecilnya diameter lubang.
3. Pipe sticking akibat kontak pipa dengan permukaan filter cake yang tebal dan
memiliki permeabilitas tinggi.
4. Sulitnya perekatan semen akibat tidak sempurnanya pembersihan filter cake yang
tebal.
5. Formation damage akibat invasi filtrat (dapat terjadi fluid blocking, pore plugging,
clay swelling, dan mengubah wettability).

Faktor yang mempengaruhi Filtrasi:

1. Waktu: pada filtrasi statik volume filtrat loss sebanding dengan akar waktu setelah
spurt loss.
Untuk mengukur pengaruh waktu terhadap laju filtrasi, API menggunakan standar
waktu 30 menit dalam pengukuran filtrat loss. Dalam praktek, seringkali API filtrat
loss diukur hanya sampai 7.5 menit (karena volumenya melebihi kapasitas tabung)
kemudian dikali dua dan dikurangi volume spurt loss. Volume spurt loss adalah
volume filtrat yang dihasilkan sebelum porositas dan permeabilitas mud cake stabil.
29
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

Untuk menghitung volume filtrat selama 30 menit digunakan rumus berikut ini:

V30 = 2 (V7,5) - Vsp ……………………………………………………...…..(1.14)

V30 30
=√( )……………………………………………………………….(1.15)
Vt t

Vt
V30 = 5,477 x ( ) ………………………………………………………..(1.16)
t0,5

Keterangan:

V30 : API water loss.


V7,5 : volume filtrat terkumpul selama 7,5 menit.
Vt : volume filtrat terkumpul pada waktu t menit.
Vsp : volume spurt loss.
t : waktu filtrat habis, t< 30 menit.

Volume spurt loss dapat ditentukan dengan memplot V vs t0,5 kemudian


mengekstrapolasikannya ke t0,5=0.

Static Filtration vs. Square Root of Time


Increasing
Filtrate
Spurt
Loss

0 7,5 15 22,5 30 (min)


0 2,7 3,9 4,7 5,5
Time Increasing

Gambar 7.3 Static Filtration vs. Square Root of Time.


(Sumber: www.energyresources.asmedigitalcollection.asme.org)

30
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

2. Pressure: karena sifat mud cake yang compressible, semakin besar tekanan maka
semakin kecil permeabilitasnya sehingga mengurangi volume filtrat.

3. Temperatur: temperatur yang meningkat mengurangi viskositas fluida sehingga filtrat


lebih mudah masuk ke formasi.

4. Permeabilitas: permeabilitas berkaitan dengan ukuran, bentuk dan distribusi dari


partikel solid dari lumpur. Permeabilitas yang diharapkan pada filter cake adalah yang
kecil. Permeabilitas ini dapat dibentuk oleh butiran padatan yang kecil (biasanya < 2
mikron) namun biasanya lebih baik bila berada pada kisaran range tertentu sehingga
partikel kecil mengisi ruang dari partikel yang lebih besar. Bentuk partikel yang flat
(dan dapat terhidrasi) lebih baik daripada bentuk spherical atau irregular karena dapat
terkompaksi dengan ketat. Partikel yang terdispersi juga akan menimbulkan
permeabilitas yang lebih kecil karena adanya tekstur yang saling menumpuk sehingga
menutupi pori yang ada di bawahnya.

Karena aliran filtrat melalui cake merupakan aliran dalam media berpori maka
alirannya dapat digambarkan dengan hukum Darcy. Volume filtrat yang dihasilkan
dalam selang waktu tertentu dinyatakan dengan persamaan:

fsc 0,5
{2k∆Pt(fsm−1)}
Vf = A [ ] …………………………………………………(1.17)
μ

Keterangan :

Vf : volume filtrat, cm3. t : waktu filtrasi, detik.


A : luas filter cake, cm2. fsc : fraksi volume solid dalam mud cake, %.
K :permeabilitas mud cake, md. fsm : fraksi volume solid dalam lumpur, %.
∆p : tekanan filtrasi, atm. μ : viskositas mud filtrat, cp.

31
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

B. Oil Base Mud

Oil Based Mud (OBM) adalah lumpur pemboran yang menggunakan minyak sebagai fasa
kontinu dan air sebagai fasa diskontinu.

Tujuan Utama Penggunaan OBM

1. Shale Stability
Shale hanya akan bereaksi dengan air, sehingga penggunaan OBM akan membuat
stabiltas shale terjaga.
2. Lubricity
OBM memiliki koefisien lubritas yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan
WBM. Nilai koefisien lubrisitas yang kecil memungkinkan proses pemboran jauh
lebih cepat karena gesekan yang terjadi baik antar peralatan pemboran maupun
dengan formasi dapat diminimalisasi.
3. Stable in High Temperature
Dengan memanfaatkan sifat utama dari oil yang tahan terhadapa suhu tinggi,
maka OBM ini dapat digunakan untuk sumur yang memiliki temperature di atas
2000F.
4. Coring Fluid
Sifat oil wet yang dimiliki oleh OBM akan mencegah masuknya air ke dalam core
sehingga penentuan saturasi dapat dilakukan secara akurat.
5. Corrosion Control
Dengan pemakaian OBM secara tidak langsung dapat melumasi peralatan
pemboran sehingga dapat mencegah terjadinya korosi.
6. Reuse
Oil Based Mud dapat digunakan berkali-kali, hal ini berbeda dengan penggunaan
WBM yang hanya sekali pakai karena adanya proses pembusukan yang akan
merusak rheology mud.

Selain keuntungan yang ditawarkan oleh OBM, ada beberapa kelemahan di dalamnya
:
1. Harga OBM yang relatif mahal.
2. Tidak ramah lingkungan.
3. Sulit mendeteksi adanya kick.

32
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

4. Mudah terbakar.
5. Merusak karet pada peralatan pemboran.
6. Tidak semua proses logging dapat dilakukan.

Jenis – Jenis OBM

a. Crude Oil
Crude oil dapat digunakan untuk menggantikan diesel pada daerah yang
kekurangan diesel.
b. Refined Oil
Refined oil merupakan crude oil yang telah disuling. Contohnya diesel atau
kerosene yang umum digunakan sebagai base oil pada OBM.
c. Mineral Oil
Mineral oil adalah refined oil yang telah diproses lebih lanjut. Mineral oil
memiliki kandungan aromatic yang lebih rendah dibandingan dengan diesel
sehingga sifat toxic-nya lebih rendah.
d. Synthetic Fluid
Synthetic fluid yang biasa digunakan pada OBM ialah komponen organic non-
petroleum yang memiliki perilaku seperti petroleum-derived oil pada operasi
pengeboran.

Sifat – Sifat Fisik Minyak


1. Flash Point
Semakin tinggi flash point minyak, maka semakin rendah terjadinya kebakaran.
Penambahan air akan menyebabkan flash point menjadi tinggi. Flash point dari
minyak harus lebih tinggi dari 1500F.
2. Aniline Point
Aniline point digunakan sebagai indikasi senyawa aromatic pada minyak.
Komponen aromatic secara khusus dapat merusak bagian rubber pada sistem
sirkulasi. Aniline point setidaknya1400F.
3. Base Oil Viscosity
Viskositas dari base oil berbeda untuk setiap jenis minyak. Crude oil biasanya
memiliki viskositas yang tinggi karenabanyak mengandung asphaltic. Crude oil

33
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

yang disuling menjadi diesel memiliki viskositas yang lebih rendah. Sedangkan
penambahan brine dan material padat pada minyak akan meningkatkan viskositas.
4. Jumlah Senyawa Aromatik
Senyawa aromatik yang ada pada minyak biasanya tersusun dari golongan
benzena. Komponen ini dapat memengaruhi sifat toxic pada base oil dengan
bertambahnya jumlah senyawa aromatic.

Aditif-Aditif Pada OBM


1. Air
Air berfungsi untuk menghidrasi organophilic clay dan memberikan suspensi
terhadap weighting agent sehingga menaikkan viskositas pada system lumpur. Air
juga berfungsi untuk melarutkan CaCl2 yang akan memberikan salinitas pada
lumpur. Kandungan air lebih dari 10% akan memberikan resistansi OBM terhadap
potensi kebakaran. OBM memiliki kandungan air maksimum sebesar 50%.
2. Primary Emulsifier
Emulsifier mengelilingi butiran air dan mencegahnya air tidak menyatu dengan
butiran air lainnya. Calcium soaps adalah emulsifier utama pada OBM
3. Secondary Emulsifier
Produk ini tidak membentuk emulsi seperti primary emulsifier, tetapi produk ini
memberikan sifat oil wet pada material padat lumpur sebelum terjadinya emulsi.
4. Organophilic Lignites
Aditif ini berfungsi untuk membuat lumpur agar tahan terhadap temperatur tinggi
dan mengontrol fluid loss.
5. Asphaltic Fluid Loss
Fungsi utama dari aditif ini adalah untuk mencegah tejadinya fluid loss dari
lubang sumur menuju formasi. Secara umum mengandung gilsonite dan asphalt.
Gilsonite tahan terhadap temperatur hingga 4000F dan asphalt tahan terhadap
temperatur hingga 3500F.
6. Lime
Aditif ini berfungsi untuk mengontrol alkalinitas dan mengaktifkan emulsifier
pada fasa internal dalam emulsi.
7. Organophilic Gellants
Aditif ini berfungsi untuk menaikkan viskositas. Organophilic gellants terdiri dari
bentonite, hectorite atau attapulgite.
34
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

8. CaCl2
Aditif ini berfungsi untuk menaikkan salinitas pada OBM.
9. Wetting Agents
Aditif ini berfungsi untuk mengubah secara cepat dan efektif sifat water wet
menjadi oil wet.
10. Polymeric Viscosifier
Aditif ini digunakan untuk menambahkan viskositas dari OBM. Aditif ini
digunakan pada temperatur tinggi untuk mengganti organophilic bentonite yang
akan berkurang kemampuannya pada temperatur tinggi.
11. Weighting Agents
Aditif ini digunakan untuk meningkatkan densitas pada OBM. Material yang
umum digunakan adalah barite dan hematite.

III. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Water Base Mud

Percobaan I: Pembuatan Lumpur WBM

1. Timbang beberapa zat yang digunakan, menurut petunjuk asisten


2. Siapkan air 350 cc, kemudian campur dengan 22.5 gr bentonit dan ditambahkan
aditif yang telah ditimbang. Caranya air dimasukkan ke dalam bejana, lalu
dipasang pada multimixer dengan campuran bentonite. Aditif dimasukkan sedikit
demi sedikit dengan mixing time tertentu.
3. Setelah mixing time dan tambahan 10 menit pengadukan pada mixer, bejana
diambil kemudian masukkan lumpur ke dalam sel tabung pada rolling oven atau
pada tempat pengaduk.
4. Biarkan pada tempat tersebut (3) paling sedikit selama 16-24 jam.

Percobaan II: Pengukuran Densitas (API RP 13B)

1. Kalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut :


a. Bersihkan peralatan mud balance.
b. Isi cup dengan air sampai penuh kemudian tutup. Bersihkan bagian luarnya
dan keringkan dengan tissu.
c. Letakkan mud balance pada kedudukannya.

35
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

d. Tempatkan rider pada skala 8,33 ppg.


e. Cek level glass. Bila tidak seimbang atur calibration screw hingga seimbang.
2. Ambil lumpur yang telah disiapkan lalu tuangkan ke dalam cup mud balance.
3. Tutup cup. Bersihkan lumpur yang melekat pada bagian luar dinding dan penutup
cup.
4. Letakkan balance arm pada kedudukannya. Atur rider hingga seimbang kemudian
baca densitas yang ditunjukkan skala.
5. Ulangi langkah 2-4 untuk komposisi lumpur lainnya.

Gambar1.4 Mud Balance Apparatus.


(Sumber: www.drilling-mud.org)

Percobaan III: Penentuan Viskositas, Yield Point, Gel Strength (API RP 13B)

Penentuan Apparent Viscosity, Plastic Viscosity, dan Yield Point

1. Masukkan lumpur ke dalam cup Fann VG meter.


2. Letakkan cup pada tempatnya. Atur kedudukan cup sehingga rotor dan bob
tercelup ke dalam lumpur.
3. Jalankan rotor pada posisi HIGH dengan kecepatan rotor 600 RPM sampai
kedudukan skala dial mencapai kesetimbangan kemudian catat harga yang terbaca.
4. Lanjutkan pengukuran untuk kecepatan rotor 300, 200, 100, 6, dan 3 RPM dengan
mengubah-ubah gear pada saat motor sedang berjalan.

36
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

Penentuan Gel Strength

1. Sebagai kelanjutan prosedur di atas, aduk lumpur dengan Fann VG Meter pada
kecepatan 600 RPM selama 10 detik kemudian segera ubah kecepatan ke 3 RPM
dan matikan Fann VG selama 10 detik.
2. Setelah 10 detik, nyalakan Fann VG. Catat simpangan maksimum skala penunjuk
sebagai gel strength 10 detik.
3. Aduk kembali lumpur dengan Fann VG pada kecepatan 600 RPM selama 10 detik
kemudian segera ubah kecepatan ke 3 RPM dan matikan selama 10 menit.
4. Setelah 10 menit, nyalakan Fann VG. Catat simpangan maksimum skala penunjuk
sebagai gel strength 10 menit.
5. Ulangi prosedur di atas untuk lumpur dengan komposisi yang lain.

Gambar1.5 Fann VG Model 35 Apparatus


(Sumber: www.fann.com)

37
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

Speed Selection Knob


(Caution: Change gears only when motor is running.)

Toggle: High Toggle: Low


Knob Position:

200 RPM 100 RPM Upper

6 RPM 3 RPM Middle

600 RPM 300 RPM Lower

Gambar 7.6 Fann VG Speed Selection Knob.


(Sumber: www.fann.com)

Percobaan VI: Penentuan Laju Filtrasi (API RP 13B)

1. Siapkan lumpur yang hendak diuji.


2. Siapkan filter press. Hubungkan silinder besi dan penutup bagian bawahnya
dengan menyertakan kertas saring dan ring karet diantaranya kemudian
kencangkan hubungannya.
3. Letakkan gelas ukur di bawah silinder untuk menampung filtrat.
4. Cek kebocoran dengan cara :
a. Masukkan air ke dalam silinder (tidak sampai penuh) sambil menutup lubang
pengeluaran dengan jari. Pasang penutup dengan rapat.
b. Masih dengan jari menutup pengeluaran, alirkan udara bertekanan 100 psi
kemudian cek apakah ada air yang keluar melalui sela-sela silinder.
c. Bila ada kebocoran, tutup valve dan ulangi lagi pemasangan silinder. Periksa
lagi letak silinder besi, kertas saring dan ring karet apakah sudah dalam posisi
yang tepat, bila perlu ganti dengan persediaan yang lain.
d. Lakukan pengecekan kembali sampai tidak ada kebocoran.
5. Setelah tidak ada kebocoran, isi silinder dengan lumpur. Tahan lubang pengeluaran
dengan jari, kemudian pasang penutup dengan rapat.
6. Alirkan udara bertekanan 100±5 psi bersamaan dengan dibukanya jari penutup dan
dijalankannya pencatat waktu. Catat volume filtrat (sampai ketelitian 0.1 cc)

38
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

dengan interval pengamatan tiap 2 menit pada 10 menit pertama dan kemudian tiap
menit untuk 20 menit berikutnya. Catat juga volume filtrat pada menit ke 7,5.
7. Hentikan aliran udara. Hilangkan tekanan udara dalam silinder (bleed off) dan
buang sisa lumpur dalam silinder ke penampungan limbah.
8. Ukur tebal mud cake (dengan satuan 1/32 inch)
9. Deskripsikan kekasaran relatif mud cake (subjektif), bisa dengan menggunakan
deskripsi hard, soft, tough, rubbery, and firm, dll.
10. Ukur pH filtrat.
11. Ulangi lagi langkah 1 – 8 untuk komposisi lumpur yang berbeda.

Gambar 7.7 Low-Temperature/Low-Pressure Filtration Apparatus


(Sumber: www.netwasgroup.us)

39
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

B. Oil Base Mud

Percobaan I: Pembuatan Lumpur OBM

1. Timbang beberapa zat yang akan digunakan dalam pengujian.


2. Siapkan base oil, tuangkan ke dalam cup, lalu aduk dengan multi mixer.
3. Tambahkan aditif yang telah ditimbang. Penambahan aditif harus sesuai dengan
urutan yang telah dibuat.
4. Setelah 20 menit diaduk pada mixer, masukkan ke dalam aging cell, tutup dan
kencangkan sekrup pada aging cell, masukkan ke rolling oven.
5. Biarkan paling sedikit selama 16-20 jam dengan kondisi temperatur 1760C
(3500F).

Gambar 3.1 Mixer (sumber: MI SWACO)


(Sumber : dokumentasi lab)

Gambar 3.2 Aging Cell (sumber: MI SWACO)


(Sumber: dokumentasi lab)

40
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

3.2 Percobaan II: Penentuan Densitas OBM dengan Pressurized Mud Balance

1. Kalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut :


a. Bersihkan peralatan mud balance.
b. Isi cup dengan air sampai penuh, tutup, bersihkan bagian luarnya dan
keringkan dengan kertas tissue.
c. Letakkan mud balance pada kedudukannya.
d. Tempatkan rider pada skala 8.33 ppg.
e. Cek level gelas, bila tidak seimbang atur calibration screw hingga
seimbang.
2. Ambil lumpur yang telah disiapkan, isi cup mud balance dengan lumpur
tersebut.
3. Tutup cup, bersihkan lumpur yang melekat pada bagian luar dinding dan
penutup cup.
4. Isi pressurizing plunger dengan lumpur yang ada pada cup dengan cara
menyedotnya pada posisi vertikal.
5. Suntikkan pressurizing plunger yang berisi lumpur ke dalam cup mud balance
yang sudah ditutup.
6. Atur kembali kedudukan mud balance hingga seimbang dengan cara menggeser
beban besi ke kiri atau ke kanan.
7. Catat densitas lumpur.
8. Ulangi langkah 2-4 untuk komposisi lumpur lainnya.

Percobaan III : Pengukuran Apparent Viscosity, Plastic Viscosity, Yield Point, dan Gel
Strength dengan Fann VG Viscometer

1. Pengukuran Apparent Viscosity, Plastic Viscosity, Yield Point


a. Masukkan lumpur ke dalam thermal cup Fann VG Viscometer.
b. Letakkan cup pada tempatnya, atur kedudukannya sehingga rotor dan bob
tercelup ke dalam lumpur. Lumpur dalam thermal cup sudah harus dipanasi
sampai 1300F.
c. Jalankan rotor pada posisi high dengan kecepatan rotor 600 RPM sampai
kedudukan skala (dial) mencapai kesetimbangan kemudian catat harga yang
terbaca.

41
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

d. Lanjutkan pengukuran untuk kecepatan rotor 300, 200, 100, 6 dan 3 RPM
dengan mengubah gear saat motor sedang berjalan.

2. Pengukuran Gel Strength


a. Aduk lumpur dengan Fann VG Viscometer pada kecepatan 600 RPM selama
10 detik.
b. Matikan Fann VG dan diamkan lumpur selama 10 detik.
c. Jalankan rotor pada kecepatan 3 RPM.
d. Catat simpangan maksimum skala penunjuk sebagai gel strength 10 detik
e. Aduk kembali lumpur dengan Fann VG pada kecepatan 600 RPM selama 10
detik.
f. Matikan Fann VG dan diamkan lumpur selama 10 menit
g. Jalankan rotor pada kecepatan 3 RPM
h. Catat simpangan maksimum skala penunjuk sebagai gel strength 10 menit
i. Ulangi prosedur di atas pada sample OBM lainnya.

Gambar 3.5 Fann VG (sumber: MI SWACO)


(Sumber : dokumentasi lab)

42
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018

DAFTAR PUSTAKA

Baker Hughes INTEQ. 1995. Drilling Engineering Workbook, Houston.


Amoco. 1994. Drilling Fluids Manual, Amoco Corporation.
Bourgoyne.1986. Applied Drilling Engineering. Society of Petroleum Engineering.
API RP 13B. 2005. Recommended Practice Standard Procedure for Field Testing Water-
Based Drilling Fluids. API Publishing Services.

American Petroleum Institute. 1998. API RP 13B-2: Recommended Practice Standard


Procedure for Field Testing Oil-Based Drilling Fluids.
Amoco. 1994. Drilling Fluids Manual. Production Company Drilling Fluids Manual.
Baker Hughes Inteq, 1999. Fluids Facts Engineering Handbook.
Buorgoyne A.T. et.al. 1986. Applied Drilling Engineering. First Printing Society of
Petroleum Engineers, Richardson TX.

43

Anda mungkin juga menyukai