MODUL II
I. TUJUAN
Densitas
Salah satu fungsi utama lumpur pemboran adalah mengimbangi tekanan formasi.
Fungsi ini diwakili oleh densitas lumpur yang mempengaruhi tekanan hidrostatik.
Densitas yang terlalu besar dapat menyebabkan loss circulation, dan sebaliknya, bila
terlalu kecil dapat menyebabkan well kick.
23
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
Untuk pemboran pada zona dengan gradien tekanan normal. maka air (densitas = 8.33
ppg) atau air asin (densitas = 9 ppg) dapat digunakan sebagai lumpur pemboran. Namun
adanya zona yang menyimpang dari tekanan normal membutuhkan penanganan khusus
yaitu penggunaan material pemberat untuk zona tekanan abnormal atau pencampuran
dengan gas pada zona bertekanan rendah.
Umumnya satuan densitas yang digunakan di lapangan adalah ppg, namun dapat juga
dinyatakan dalam gr/cc, kg/l, pcf (lb/ft3) dan ppb (lb/bbl) dengan korelasi sebagai berikut:
24
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
ρs x Vs ρs (ρmb −ρml )
x 100% = x 100%……………………………………..….(1.7)
ρmb x Vmb ρmb (ρs −ρml )
Keterangan:
vs : volume solid. ρs : densitas solid.
1. Plastic viscosity: bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi
mekanik.
Friksi ini disebabkan oleh:
a) Konsentrasi padatan.
b) Bentuk dan ukuran padatan.
c) Viskositas fluida itu sendiri.
Untuk mengurangi friksi ini dapat dilakukan beberapa cara yaitu:
a) Mengurangi padatan dengan penyaringan atau sentrifuge.
b) Mencairkan fluida.
2. Yield point: bagian dari resistensi untuk mengalir karena adanya gaya tarik-menarik
antar muatan pada permukaan partikel yang terdispersi dalam fasa fluida ketika fluida
mengalir.
Yield point dipengaruhi oleh:
a) Kandungan ion permukaan pada padatan.
b) Konsentrasi volume padatan.
25
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
3. Gel strength: bagian dari resistensi untuk mengalir karena adanya gaya tarik-menarik
antar muatan pada permukaan partikel yang terdispersi dalam fasa fluida ketika fluida
diam.
Type gel strength sebagai penahan suspensi yang diinginkan pada lumpur pemboran
adalah low-flat gels. Pada tipe ini, gel strength lumpur yang didiamkan untuk waktu
yang lama tidak akan jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi awal ketika
didiamkan. Lumpur dengan tipe gel strength berupa progressive gels dan high-flat
gels sangat tidak diharapkan karena memberikan kenaikan gel strength yang cukup
tinggi seiring dengan kenaikan waktu (progressive gels) dan memberikan nilai gel
strength yang tinggi sejak awal lumpur didiamkan (high-flat gels).
26
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
(Sumber: www.glossary.oilfield.slb.com)
Gel strength yang berlebihan dapat menyebabkan:
Sdsdsd
a) Swabbing ketika pipa ditarik.
Nkdmdm
b) Surging ketika pipa diturunkan.
c) Kesulitan memasukkan wireline logging.
S
d) Penahanan cutting dengan ketat sehingga tidak terjadi pengendapan.
S
Gel strength yang berlebihan dapat diatasi dengan menggunakan thinner berupa air
S
(air memperbesar jarak antar partikel khususnya bila material padat terlalu banyak)
atau bahan kimia (bahan kimia mengurangi
S daya ikat antar partikel).
27
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
Slope = PV
τ600
τ300
Gel
Yield 1
Strength
Point 2
Stres
Shea
3
Yield
r
Gel
Point
Strength
4
γ300 γ600
Shear Rate
1. Bingham Plastic Fluid 3. Power Law Fluid
2. Typical Drilling Fluid 4. Newtonian Fluid
(τ600 −τ300 ) τ
μp = ……….…..……(1.8a) μa = 100 x ……………….....….(1.11a)
(γ600 −γ300 ) γ
= θ600-θ300………….……..…..(1.8b) θ
=300 x ……………….…...(1.11b)
N
τy = θ300-μp……………..….…....(1.9a)
Dengan:
= 2θ300-θ600 ………….….…….(1.9b)
τ = 5,077 x θN……..………….….(1.12)
GS = θ3………….…………..……(1.10)
γ = 1,704 x N..……………....……..(1.13)
Keterangan:
μp : plastic viscosity, cp. θ3 : dial maksimum pada 3 RPM, derajat.
τy : yield point Bingham, lb/100 sq ft. τ : shear stress, dyne/cm2.
θ300 : dial pada 300 RPM, derajat. θN : dial pada N RPM, derajat.
28
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
Atmosfer filtration loss adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju filtrasi. Filtrasi
adalah proses pemisahan fluida dan solid yang terkandung di dalamnya melalui suatu media
permeabel yang disebut penyaring. Dalam proses filtrasi di dunia pemboran, saringan
diperankan oleh batuan berpori yang menyaring padatan-padatan yang lebih besar dari
ukuran pori sehingga bertumpuk di dinding sumur membentuk mud cake.
Percobaan filtrasi pada modul ini menggunakan model filtrasi statik, yaitu filtrasi yang
terjadi ketika lumpur berhenti bersirkulasi. Pada keadaan ini, filter cake terus bertambah tebal
sedangkan filtration rate berkurang karena sifat kompresibilitas mud cake yang membuat
permeabilitasnya semakin mengecil bila ditekan terus menerus.
1. Adanya lubang yang ketat akibat penumpukan filter cake sehingga memperbesar
gesekan drillstring dengan mud cake tersebut.
2. Menambah pressure surges dan swabbing effect ketika pipa diturunkan atau ditarik
karena makin mengecilnya diameter lubang.
3. Pipe sticking akibat kontak pipa dengan permukaan filter cake yang tebal dan
memiliki permeabilitas tinggi.
4. Sulitnya perekatan semen akibat tidak sempurnanya pembersihan filter cake yang
tebal.
5. Formation damage akibat invasi filtrat (dapat terjadi fluid blocking, pore plugging,
clay swelling, dan mengubah wettability).
1. Waktu: pada filtrasi statik volume filtrat loss sebanding dengan akar waktu setelah
spurt loss.
Untuk mengukur pengaruh waktu terhadap laju filtrasi, API menggunakan standar
waktu 30 menit dalam pengukuran filtrat loss. Dalam praktek, seringkali API filtrat
loss diukur hanya sampai 7.5 menit (karena volumenya melebihi kapasitas tabung)
kemudian dikali dua dan dikurangi volume spurt loss. Volume spurt loss adalah
volume filtrat yang dihasilkan sebelum porositas dan permeabilitas mud cake stabil.
29
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
Untuk menghitung volume filtrat selama 30 menit digunakan rumus berikut ini:
V30 30
=√( )……………………………………………………………….(1.15)
Vt t
Vt
V30 = 5,477 x ( ) ………………………………………………………..(1.16)
t0,5
Keterangan:
30
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
2. Pressure: karena sifat mud cake yang compressible, semakin besar tekanan maka
semakin kecil permeabilitasnya sehingga mengurangi volume filtrat.
Karena aliran filtrat melalui cake merupakan aliran dalam media berpori maka
alirannya dapat digambarkan dengan hukum Darcy. Volume filtrat yang dihasilkan
dalam selang waktu tertentu dinyatakan dengan persamaan:
fsc 0,5
{2k∆Pt(fsm−1)}
Vf = A [ ] …………………………………………………(1.17)
μ
Keterangan :
31
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
Oil Based Mud (OBM) adalah lumpur pemboran yang menggunakan minyak sebagai fasa
kontinu dan air sebagai fasa diskontinu.
1. Shale Stability
Shale hanya akan bereaksi dengan air, sehingga penggunaan OBM akan membuat
stabiltas shale terjaga.
2. Lubricity
OBM memiliki koefisien lubritas yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan
WBM. Nilai koefisien lubrisitas yang kecil memungkinkan proses pemboran jauh
lebih cepat karena gesekan yang terjadi baik antar peralatan pemboran maupun
dengan formasi dapat diminimalisasi.
3. Stable in High Temperature
Dengan memanfaatkan sifat utama dari oil yang tahan terhadapa suhu tinggi,
maka OBM ini dapat digunakan untuk sumur yang memiliki temperature di atas
2000F.
4. Coring Fluid
Sifat oil wet yang dimiliki oleh OBM akan mencegah masuknya air ke dalam core
sehingga penentuan saturasi dapat dilakukan secara akurat.
5. Corrosion Control
Dengan pemakaian OBM secara tidak langsung dapat melumasi peralatan
pemboran sehingga dapat mencegah terjadinya korosi.
6. Reuse
Oil Based Mud dapat digunakan berkali-kali, hal ini berbeda dengan penggunaan
WBM yang hanya sekali pakai karena adanya proses pembusukan yang akan
merusak rheology mud.
Selain keuntungan yang ditawarkan oleh OBM, ada beberapa kelemahan di dalamnya
:
1. Harga OBM yang relatif mahal.
2. Tidak ramah lingkungan.
3. Sulit mendeteksi adanya kick.
32
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
4. Mudah terbakar.
5. Merusak karet pada peralatan pemboran.
6. Tidak semua proses logging dapat dilakukan.
a. Crude Oil
Crude oil dapat digunakan untuk menggantikan diesel pada daerah yang
kekurangan diesel.
b. Refined Oil
Refined oil merupakan crude oil yang telah disuling. Contohnya diesel atau
kerosene yang umum digunakan sebagai base oil pada OBM.
c. Mineral Oil
Mineral oil adalah refined oil yang telah diproses lebih lanjut. Mineral oil
memiliki kandungan aromatic yang lebih rendah dibandingan dengan diesel
sehingga sifat toxic-nya lebih rendah.
d. Synthetic Fluid
Synthetic fluid yang biasa digunakan pada OBM ialah komponen organic non-
petroleum yang memiliki perilaku seperti petroleum-derived oil pada operasi
pengeboran.
33
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
yang disuling menjadi diesel memiliki viskositas yang lebih rendah. Sedangkan
penambahan brine dan material padat pada minyak akan meningkatkan viskositas.
4. Jumlah Senyawa Aromatik
Senyawa aromatik yang ada pada minyak biasanya tersusun dari golongan
benzena. Komponen ini dapat memengaruhi sifat toxic pada base oil dengan
bertambahnya jumlah senyawa aromatic.
8. CaCl2
Aditif ini berfungsi untuk menaikkan salinitas pada OBM.
9. Wetting Agents
Aditif ini berfungsi untuk mengubah secara cepat dan efektif sifat water wet
menjadi oil wet.
10. Polymeric Viscosifier
Aditif ini digunakan untuk menambahkan viskositas dari OBM. Aditif ini
digunakan pada temperatur tinggi untuk mengganti organophilic bentonite yang
akan berkurang kemampuannya pada temperatur tinggi.
11. Weighting Agents
Aditif ini digunakan untuk meningkatkan densitas pada OBM. Material yang
umum digunakan adalah barite dan hematite.
35
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
Percobaan III: Penentuan Viskositas, Yield Point, Gel Strength (API RP 13B)
36
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
1. Sebagai kelanjutan prosedur di atas, aduk lumpur dengan Fann VG Meter pada
kecepatan 600 RPM selama 10 detik kemudian segera ubah kecepatan ke 3 RPM
dan matikan Fann VG selama 10 detik.
2. Setelah 10 detik, nyalakan Fann VG. Catat simpangan maksimum skala penunjuk
sebagai gel strength 10 detik.
3. Aduk kembali lumpur dengan Fann VG pada kecepatan 600 RPM selama 10 detik
kemudian segera ubah kecepatan ke 3 RPM dan matikan selama 10 menit.
4. Setelah 10 menit, nyalakan Fann VG. Catat simpangan maksimum skala penunjuk
sebagai gel strength 10 menit.
5. Ulangi prosedur di atas untuk lumpur dengan komposisi yang lain.
37
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
38
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
dengan interval pengamatan tiap 2 menit pada 10 menit pertama dan kemudian tiap
menit untuk 20 menit berikutnya. Catat juga volume filtrat pada menit ke 7,5.
7. Hentikan aliran udara. Hilangkan tekanan udara dalam silinder (bleed off) dan
buang sisa lumpur dalam silinder ke penampungan limbah.
8. Ukur tebal mud cake (dengan satuan 1/32 inch)
9. Deskripsikan kekasaran relatif mud cake (subjektif), bisa dengan menggunakan
deskripsi hard, soft, tough, rubbery, and firm, dll.
10. Ukur pH filtrat.
11. Ulangi lagi langkah 1 – 8 untuk komposisi lumpur yang berbeda.
39
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
40
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
3.2 Percobaan II: Penentuan Densitas OBM dengan Pressurized Mud Balance
Percobaan III : Pengukuran Apparent Viscosity, Plastic Viscosity, Yield Point, dan Gel
Strength dengan Fann VG Viscometer
41
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
d. Lanjutkan pengukuran untuk kecepatan rotor 300, 200, 100, 6 dan 3 RPM
dengan mengubah gear saat motor sedang berjalan.
42
Modul Praktikum
TM3101 – Teknik Pemboran I
Semester I 2017/ 2018
DAFTAR PUSTAKA
43