Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Tanaman Sereh Wangi


Tumbuhan sereh wangi termasuk ke dalam famili Gramineae. Genus
Cymbopogon meliputi 80 spesies, tetapi hanya beberapa jenis yang menghasilkan
minyak atsiri. Tanaman sereh wangi yang diusahakan di Indonesia terdiri dari dua
varietas yaitu lemabatu dan mahapengiri. Kedua varietas tersebut dapat dibedakan
berdasarkan morfologi tanaman dan mutu minyaknya. Varietas lemabatu memiliki
bentuk rumpun lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan varietas mahapengiri.
Sedangkan varietas mahapengiri mempunyai mutu minyak lebih baik, tetapi
produksi daun basahnya lebih rendah dari varietas lemabatu.
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

(sumber: http://www.titiandigital.net)
Gambar 1. Tanaman Sereh Wangi

Tanaman sereh wangi memiliki akar serabut yang banyak, sehingga


potensial untuk menjaga erosi dan merehabilitasi lahan-lahan kritis. Budidaya
sereh wangi tidak banyak memerlukan persyaratan. Tanaman ini dapat beradaptasi
pada semua jenis tanah, sepanjang mendapatkan cukup air. Pada lahan-lahan
marginal, pemberian pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanaman
dan mutu minyak. Tanaman tumbuh subur pada lahan dengan kondisi
pencahayaan penuh. Namun, pada kondisi kekurangan cahaya pertumbuhan
tanaman tersebut akan terhambat sehingga mengurangi produksi dan kadar

FTIP001654/020
8

minyak sereh wangi. Sereh wangi merupakan jenis tanaman penghasil minyak
atsiri yang tergolong sudah dikembangkan saat ini. Penanaman sebaiknya
dilakukan pada awal musim hujan (Miftakhurohmah, 2006).

2.1.1 Kandungan Tanaman Sereh Wangi

Minyak sereh wangi mengandung 3 komponen utama yaitu sitronellal,


sitronelol dan geraniol (Sastrohamidjojo, 2004). Kandungan dari sereh wangi
terutama minyak atsiri dengan komponen sitronellal 32%-45%, geraniol 12%-
18%, sitronelol 11%-15%, geranil asetat 3%-8%, sitronelil asetat 2%-4%, sitral,
kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limone dan kamfen. Hasil
penyulingan dari tanaman sereh wangi dapat diperoleh minyak atsiri yang disebut
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

oleum citronellae, terutama terdiri atas geraniol dan sitronellal yang dapat
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

digunakan untuk menghalau nyamuk (Tjitrosoepomo, 2005). Berdasarkan


penelitian, pada daun tanaman ini ditemukan minyak atsiri 1% dengan komponen
utama sitronella, geranil 25%-35%.

2.2 Minyak Atsiri


2.2.1 Definisi Minyak Atsiri

Menurut Armando (2009), minyak atsiri adalah zat cair yang mudah
menguap bercampur dengan pensenyawaan padat yang berbeda dalam hal
komposisi dan titik cairnya, kelarutan pelarut organik dan kelarutan dalam air.
Berdasarkan sifat tersebut, minyak atsiri dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu
penyulingan, ekstrasi dengan pelarut penguap (solvent extraction), ekstrasi dengan
lemak dingin (enfleurasi), ekstrasi dengan lemak panas (maserasi) dan
pengepressan (pressing).
Berbagai macam tanaman yang dibudidayakan atau tumbuh dengan
sendirinya di berbagai daerah di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk
diolah menjadi minyak atsiri, baik yang unggulan maupun potensial untuk
dikembangkan. Tanaman penghasil minyak atsiri yang termasuk unggulan adalah
tanaman yang memiliki volume produksi cukup besar di dalam negeri dan hasil

FTIP001654/021
9

minyaknya telah sangat dikenal di pasar dunia. Tanaman dalam kelompok ini
misalnya nilam, akar wangi, pala, cengkeh dan sereh wangi.

2.2.2 Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), sifat-sifat minyak atsiri dapat


diterangkan sebagai berikut :
1. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa;
2. Memiliki bau khas, umumnya sama dengan bau tanaman asalnya. Bau
minyak atsiri satu dengan yang lainnya berbeda-beda, sangat tergantung
dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen
penyusunnya;
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

3. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, mengigit, memberi


dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit,
tergantung dari jenis komponen penyusunnya;
4. Dalam keadaan murni, mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila
diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak
meninggalkan bekas noda pada benda yang ditempel;
5. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah
menjadi tengik (rancid);
6. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen
udara, sinar matahari (terutama sinar ultraviolet) dan panas;
7. Indeks bias umumnya tinggi;
8. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan
rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki
atom C simetrik;
9. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut
hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutanya sangat
kecil;
10. Sangat mudah larut dalam pelarut organik.

FTIP001654/022
10

2.2.3 Komposisi Minyak Atsiri

Ditinjau dari segi kimia fisika, minyak atsiri hanya mengandung dua
golongan senyawa, yaitu oleoptena dan stearoptena. Pada dasarnya, semua
minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya campuran
tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik mungkin tergantung
dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida dan eter
(Agusta, 2000).
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan
kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang
(S). Komponen kimia dalam minyak atsiri dibagi menjadi 2 golongan,yaitu:
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

1. Hidrokarbon
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari


unsur hidrogen (H) dan karbon (C). Komponen kimia yang termasuk
golongan hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas setiap
jenis minyak yaitu persenyawaan terpen.
Persenyawaan terpen berbau kurang wangi, sukar larut dalam alkohol
encer, terutama jika terkena cahaya matahari dan oksigen udara. Minyak yang
mengandung terpen jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk sejenis
resin dan sukar larut dalam alkohol.
Untuk tujuan tertentu misalnya untuk pembuatan parfum, fraksi terpen
perlu dipisahkan sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen.
Tujuan dari pemisahan fraksi terpen dari minyak atsiri yaitu memperbesar
kelarutan minyak dalam alkohol, memperbesar resistensi minyak terhadap
kerusakan yang diakibatkan oleh proses oksidasi cahaya dan memperbesar
konsentrasi senyawa kimia golongan “oxygenated hydrocarbon” yang berbau
lebih wangi.
2. Oxygenated hydrocarbon
Komponen kimia dari golongan ini terbentuk dari unsur karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O). Persenyawaan kimia yang merupakan
golongan ini yaitu alkohol, aldehid, keton, ester dan eter. Pada umumnya

FTIP001654/023
11

sebagian besar minyak atsiri terdiri dari campuran persenyawaan golongan


hidrokarbon dan “oxygenated hydrocarbon”. Disamping itu, minyak atsiri
mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan komponen
tidak menguap (Guenther, 1987).

2.3 Minyak Atsiri Sereh Wangi


Minyak atsiri tanaman sereh wangi mengandung senyawa bahan aktif
utama yang dihasilkan adalah senyawa aldehida (sitronella C10H16O), senyawa
alkohol (sitronella CH20O dan geraniol C10H18O) dan senyawa–senyawa lainnya
seperti sitral, nerol, metil heptenon dan dipentena. Kandungan kedua senyawa
utama ini dipengaruhi oleh suhu pada saat dilakukan asetilasi pada proses
penyulingan (Muchlis, 1978). Kegunaan dari senyawa utama minyak sereh wangi
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

sangat beragam, yakni digunakan sebagai pengusir serangga, sebagai bahan


dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

campuran pada industri sabun, parfum, pasta gigi dan obat-obatan.


Mutu minyak sereh wangi tipe Ceylon tidak dapat menyaingi mutu tipe
Jawa. Daerah penanaman dan produksi minyak sereh wangi di Indonesia terutama
di Jawa, khususnya di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Daerah yang
mengembangkan sereh wangi hanya di Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan. Pangsa produksi minyak sereh wangi
Jawa Barat dan Jawa Tengah mencapai 95% dari total produksi Indonesia. Daerah
produksi di Jawa Barat yaitu di Pandeglang, Bandung, Sumedang, Ciamis,
Cianjur, Lebak, Garut dan Tasikmalaya. Daerah produksi di Jawa Tengah yaitu di
Cilacap dan Pemalang. Beberapa negara yang selalu aktif membeli minyak sereh
wangi Indonesia antara lain adalah Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Australia,
Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, India dan Taiwan. Pembeli utama
minyak sereh wangi Indonesia adalah Amerika Serikat, Perancis, Italia, Singapura
dan Taiwan.
Minyak sereh wangi dihasilkan dengan cara menyuling daun sereh wangi
yang mengandung kurang dari 0,5%-1,2% minyak. Bahan kimia yang terpenting
dalam minyak sereh wangi adalah persenyawaan aldehid dengan nama sitronellal
dan persenyawaan alkohol disebut geraniol sangat menentukan mutu minyak

FTIP001654/024
12

sereh wangi. Minyak sereh wangi mengadung 80%-97% total geraniol dan 30%-
45% sitronellal (Ketaren, 1985). Minyak atsiri sereh wangi terdiri dari citral,
citronelal, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol
metil eter, kadinen, kadinol dan limonene (Wijayakusumah, 2001). Citral
merupakan kelompok senyawa terpen yang terdiri campuran isomer bioaktif nerol
dan geraniol serta merupakan komponen penyusun terbesar dalam minyak atsiri
sereh wangi yaitu 65%-80%. Senyawa tersebut memiliki sifat bakterisidal
terhadap beberapa spesies bakteri (Friedman et al., 2002).
Minyak sereh wangi banyak digunakan dalam berbagai industri, antara
lain industri parfum, obat, kosmetik, spray dan desinfektan. Selain itu, minyak
sereh wangi bermanfaat sebagai peluruh angin (karminatif), pereda kejang
(antispasmodik), penurun panas (antipirek), penambah nafsu makan (Depkes RI,
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

1989). Sebagai obat tradisional ekstrak sereh wangi sering diminum untuk
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

mengobati radang tenggorokan, radang usus, radang lambung, diare, obat kumur,
sakit perut (Wijayakusumah, 2001). Minyak sereh wangi dapat meredakan
penyakit seperti batuk, pilek dan sakit kepala (Leung dan Foster, 1996), juga
digunakan sebagai obat gosok, untuk mengobati eksema dan rematik (Oyen dan
Nguyen, 1999).

2.4 Karakteristik Minyak Sereh Wangi


2.4.1 Kadar Geraniol

Total geraniol dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perlakuan sebelum


penyulingan, metode penyulingan dan umur tanaman (Harris, 1987). Perlakuan
sebelum penyulingan seperti perajangan dan pelayuan sangat mempengaruhi total
geraniol. Metode penyulingan akan mempengaruhi kadar geraniol karena pada
suhu tinggi geraniol akan mudah terpolemirisasi sehingga akan mengurangi total
geraniol. Disamping itu, pada suhu tinggi geraniol akan mudah terdekomposisi
(Guenther, 1987).

FTIP001654/025
13

2.4.2 Kadar Sitronellal

Penyebab bau utama yang menyenangkan pada minyak sereh wangi adalah
sitronellal, yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan parfum. Oleh karena
itu, minyak sereh dengan kadar sitronellal yang tinggi akan lebih digemari. Mutu
minyak sereh ditentukan oleh kandungan komponen geraniol dan sitronellal,
terutama sitronellal. Sitronellal termasuk golongan alkanal. Sehingga dapat
ditetapkan dengan Metode Asidimetri, dimana sitronellal direaksikan dengan
hidroksilamin-HCl akan membebaskan HCl, lalu HCl direaksikan dengan KOH-
alkohol berlebih, maka kelebihan KOH-alkohol akan dititar oleh HCl. Dengan
dilakukan blanko, maka kadar sitronellal dapat diketahui.
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

2.4.3 Bobot Jenis


dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

Nilai bobot jenis minyak atsiri sebagai perbandingan antara massa minyak
dengan massa air pada volume yang sama. Air digunakan untuk standar untuk zat
cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Bobot jenis merupakan salah satu
kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Semakin
tinggi nilai bobot jenis dan indeks bias semakin baik mutu minyak (Guenther,
1949). Bobot jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat dari komponen-
komponen yang terkandung didalamnya. Semakin banyak fraksi berat yang
terkandung dalam minyak, maka semakin besar bobot jenisnya. Biasanya bobot
jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak
teroksigenasi (Feriyanto, 2007).

2.4.4 Indeks Bias

Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen


yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Indeks bias merupakan
perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya di
dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Sama halnya dengan berat jenis dimana
komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya.
Semakin besar nilai indeks bias maka semakin baik mutunya (Rusli dan Hasanah

FTIP001654/026
14

1977). Menurut Guenther (1987), nilai indeks salah satunya dipengaruhi dengan
adanya air dalam kandungan minyak tersebut. Semakin banyak kandungan air
dalam minyak, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air
yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Data karakteristik minyak
sereh wangi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Mutu Minyak Sereh Wangi (SNI 06-3953-1995)


No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Warna - kuning pucat sampai kuning kecoklat-coklatan
2 Bobot jenis, 20°C/20° - 0,880-0,922
3 Indeks bias (nD 20) - 1,466-2,475
4 Total geraniol (b/b) % (85-97)
5 Sitronellal (b/b) % (30-45)
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

2.5 Salep
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

2.5.1 Pengertian dan Fungsi Salep

Menurut Farmakope Indonesia edisi ke empat, salep adalah sediaan


setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
Salep tidak boleh berbau tengik. Salep merupakan salah satu obat untuk
pertolongan pertama, dan cara pembuatannya mudah. Formulasi salep yang ideal
harus bersifat antara lain tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan
alergi, tidak meninggalkan bekas dan tidak melukai. Produk semi padat terdiri dari
salep, krim, pasta, jeli, cerata dan cetaplasma. Salep dapat berfungsi sebagai
bahan pembawa substansi obat untuk kulit, pelumas pada kulit dan pelindung kulit
untuk mencegah kontak permukaan kulit dengan rangsang kulit.

Sifat-sifat basis salep yang diharapkan:


 Stabil secara fisik dan kimia, dalam kondisi normal penggunaan dan
penyimpanan;
 Tidak toksik, tidak sensitif dan tidak iritatif;
 Tidak reaktif dan kompatibel dengan berbagai jenis obat;
 Mudah digunakan;
 Bebas dari bau yang tidak menyenangkan;

FTIP001654/027
15

 Dapat kontak dengan kulit sampai waktu penghilangan diinginkan, tetapi


saat penghilangan dapat dengan mudah dilakukan (Thompson, 2004).

2.5.2 Pengolongan Dasar Salep

 Dasar Salep Hidrokarbon


Dasar salep hidrokarbon (bersifat lemak) bebas air, preparat yang berair
mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja, bila lebih minyak
sukar bercampur. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar
salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak
memungkinkan larinya lembab ke udara dan sukar dicuci. Kerjanya sebagai bahan
penutup saja. Contoh dasar salep hidrokarbon diantaranya adalah Vaseline,
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

paraffin dan minyak mineral (Ansel, 1989).


dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

 Dasar Salep Absorbsi


Dasar salep ini juga bermanfaat untuk percampuran larutan berair ke
dalam larutan berlemak. Contoh dasar salep absorbs diantaranya adalah
Petrolatum hidrofilik, lanolin anhidrida, lanolin dan cold cream (Ansel, 1989).
 Dasar Salep Larut Dalam Air
Dasar yang larut dalam air dasar salep ini sangat mudah melunak dengan
penambahan air, maka larutan air tidak efektif dicampurkan ke dalam bahan dasar
ini. Dasar salep ini lebih baik digunakan untuk dicampurkan dengan bahan tidak
berair atau bahan padat. Contoh dasar salep larut dalam air yaitu Polietilenglikol
(Ansel, 1989).

2.5.3 Persyaratan Salep

Persyaratan salep menurut Farmakope Indonesia Edisi III :


 Pemerian : tidak boleh berbau tidak menyenangkan.
 Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat
keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.
 Dasar salep: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis
salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat

FTIP001654/028
16

bahan obat dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih beberapa bahan dasar
salep sebagai berikut ;

a) Dasar salep senyawa hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning


(vaselin flavum), malam putih (cera album), malam kuning (cera
flavum), atau campurannya.
b) Dasar salep serap : lemak bulu domba (adeps lanae), campuran 3
bagian kolesterol, 3 bagian stearil-alkohol, 8 bagian malam putih
dan 86 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian malam kuning
dan 70 bagian minyak wijen.
c) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air atau dasar salep emulsi,
misalnya emulsi minyak dalam air (m/a).
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

d) Dasar salep yang dapat larut dalam air, misalnya Polyethylene


dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

glycol atau campurannya.


e) Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang
homogen.
f) Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”.

2.6 Keamanan Salep


Keamanan dari penggunaan suatu salep dapat dilakukan dengan uji iritasi
dan kepekaan kulit terhadap salep tersebut. Iritasi pada kulit terjadi karena adanya
reaksi yang timbul akibat pelekatan zat iritan pada kulit, bila iritasi terjadi sesaat
setelah pengolesan maka reaksi yang timbul disebut sebagai iritasi primer,
sedangkan bila iritasi terjadi setelah beberapa jam setelah pengolesan maka reaksi
disebut iritasi sekunder. Umumnya lokasi pengolesan salep dilakukan pada kulit
punggung atau daerah belakang telinga tetapi dapat juga dilakukan dengan
mengoleskan pada punggung tangan (Voight,1994).

FTIP001654/029
17

2.7 Bakteri Staphylococcus Aureus


Habitat alami Staphylococcus aureus pada manusia adalah di daerah kulit,
hidung, mulut dan usus besar di mana pada keadaan sistem imun normal. Infeksi
serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan
hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat
lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang Infeksi
Staphylococcus aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi,
diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis dan arthritits. Sebagian besar
penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu
bakteri ini disebut piogenik (Wikipedia, 2011).
Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan
bakteriologik dalam keadaan aerobik atau mikroaerofilik. Bakteri ini tumbuh
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan

[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

paling cepat pada suhu 37oC. Pada pembenihan padat membentuk koloni bulat,
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis

halus dan mengikat. Staphylococcus aureus biasa membentuk koloni abu-abu


hingga kuning emas. Staphylococcus aureus bersifat merugikan karbohidrat
dengan lambat menghasilkan asam laktat tapi tidak menghasilkan gas. Bakteri
tersebut menimbulkan penyakit melalui kemampuan berkembang biak dan
menyebar luas dalam jaringan karena kemampuannya menghasilkan banyak zat
yang ekstra selular (Jawetz dkk, 2001).

FTIP001654/030

Anda mungkin juga menyukai