7 PDF
7 PDF
ANIK SETIYANINGSIH
Anik Setiyaningsih
NIM F34090082
ABSTRAK
ANIK SETIYANINGSIH. Aplikasi Sitronelal Minyak Sereh Wangi pada Produk Eau de
Toilette dengan Bahan Pewangi Alami. Dibimbing oleh MEIKA SYAHBANA RUSLI
dan DWI SETYANINGSIH.
ABSTRACT
ANIK SETIYANINGSIH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
Judul Skripsi : Aplikasl S:rr.)neial Minyak Sereh Wangi pada Produk
Eau de Toile:le dengan Bahan Pewangi Alami
Nama : Anik Seti;aningsih
NIM : F340900S_
Disetujui oleh
- ~}
titi Siswi Indrasti
etua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini alhamdulillah terselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini ialah aplikasi minyak atsiri terutama komponen
sitronelal minyak sereh wangi, dengan judul Aplikasi Sitronelal Minyak Sereh
Wangi pada Produk Eau de Toilette dengan Bahan Pewangi Alami
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1 Dr Meika Syahbana Rusli, MSc agr dan Dr Dwi Setyaningsih, STP MSi
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan.
2 Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA selaku dosen penguji.
3 Ibu Sri, Ibu Rini, dan Ibu Dyah selaku laboran yang telah banyak
memberikan saran kepada penulis saat melakukan formulasi produk
4 Bapak Erwin dari PT. Indesso Aroma yang telah membantu melakukan
analisis minyak atsiri yang digunakan.
5 Terimakasih kepada ayah, ibu, teman-teman TIN 46, teman-teman UKM
FORCES, yang telah banyak memberikan dukungan, doa, semangat, dan
kasih sayangnya.
Penulis menyadari karya ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran
yang membangun terbuka untuk penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Anik Setiyaningsih
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE PENELITIAN 3
Waktu dan Tempat 3
Bahan 3
Alat 3
Tahapan Penelitian 3
Prosedur Formulasi dan Pengujian Produk 5
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Profil Responden 7
Kecenderungan Penggunaan Pewangi 8
Pemilihan Minyak Atsiri 9
Formulasi Komposisi Bahan Pewangi 11
Formulasi Konsentrasi dan Komposisi Pewangi dalam Top Note 20
Karakterisasi Produk 27
SIMPULAN DAN SARAN 29
Simpulan 29
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 32
RIWAYAT HIDUP 51
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Tahapan penelitian 4
2 Profil responden berdasarkan (a) jenis kelamin, (b) jenis pekerjaan,
(c) usia, (d) lama penggunaan pewangi 8
3 Kecenderungan penggunaan pewangi berdasarkan (a) jenis pewangi,
(b) intensitas, (c) kemasan. 9
4 Pemilihan minyak atsiri pada (a) base note, (b) top note, (c) middle
note. 10
5 Penilaian panelis terhadap kejernihan produk. (■) suka, ( ) netral, (□)
tidak suka. 15
6 Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. (■) suka, ( ) netral,
(□) tidak suka. 17
7 Penilaian panelis terhadap wangi keseluruhan produk. (■) suka, ( )
netral, (□) tidak suka. 18
8 Penilaian panelis terhadap kejernihan produk. (■) suka, ( ) netral, (□)
tidak suka. 22
9 Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. (■) suka, ( ) netral,
(□) tidak suka. 23
10 Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. (■) suka, ( ) netral,
(□) tidak suka. 24
11 Ketahanan wangi formula P (◊), formula R (□), dan S (∆) 27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner 32
2 Lembar uji hedonik eau de toilette 34
3 Lembar uji ketahanan wangi eau de toilette 35
4 Tahapan pemilihan produk terbaik 36
5 Pengolahan data uji hedonik (komposisi pewangi) 37
6 Pengolahan data uji hedonik (komposisi jenis dan konsentrasi top
note) 41
7 Uji karakteristik produk 43
8 Hasil GC MS minyak nilam 44
9 Hasil GC MS minyak melati 44
10 Hasil GC MS minyak lemon 46
11 Hasil GC MS minyak mint 47
12 Hasil GC sitronelal minyak sereh wangi 48
13 Hasil GC MS eau de toilete formula R 50
PENDAHULUAN
Latar Belakang
sitronelal salah satunya terdapat dalam minyak sereh wangi. Hasil fraksi minyak
sereh wangi berupa sitronelal memiliki aroma yang lebih menyenangkan dan
lembut dibandingkan minyak sereh wangi asalnya. Sitronelal alami memiliki
wangi khas dan tidak dapat digantikan secara langsung dengan bahan sintetis. Hal
ini membuka peluang untuk mengembangkan produk eau de toilette dengan
sitronelal sebagai pewanginya.
Pewangi jenis eau de toilette merupakan salah satu jenis pewangi yang
banyak dicari orang karena harganya yang relatif terjangkau dibandingkan dengan
eau de parfum. Kata eau de toilette sendiri berasal dari bahasa Prancis yang bila
diartikan dalam bahasa Indonesia ialah cairan yang digunakan sebagai pewangi
pakaian agar tercipta wangi yang menyenangkan. Pembuatan eau de toilette
dengan pewangi alami dapat menjadi salah satu peluang usaha dalam menjangkau
pasar khusus kalangan yang memilih produk alami. Pewangi jenis eau de toilette
alami yang dibuat dari sitronelal dan minyak atsiri lainnya sebagai bahan pewangi
alami diharapkan dapat memberikan wangi yang lebih alami dan menyenangkan
sehingga disukai oleh konsumen.
Perumusan Masalah
1. Apakah sitronelal minyak sereh wangi dan minyak atsiri lainnya dapat
diformulasikan menjadi eau de toilette yang disukai konsumen ?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi minyak atsiri yang
digunakan sebagai bahan pewangi pada base note, middle note, dan top note ?
3. Bagaimana pengaruh variasi top note sitronelal yang digunakan sebagai
bahan pewangi ?
4. Bagaimana karakteristik produk terbaik hasil formulasi ?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah diperoleh aplikasi sitronelal dan beberapa
jenis minyak atsiri sebagai produk akhir berupa pewangi jenis eau de toilette
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk minyak atsiri.
akan digunakan pada base note, middle note, dan top note. Selanjutnya akan diuji
kesukaan secara hedonik dan dilakukan karakterisasi produk.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga September 2013. Survei
berupa penyebaran kuesioner dilakukan di Kampus IPB Dramaga dan Serambi
Botani, Bogor. Formulasi eau de toilette dilakukan di Laboratorium Teknologi
Kimia, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat formula eau de toilette terdiri atas
pelarut dan bahan pewangi. Pelarut berupa bioetanol 99%, bahan pewangi berupa
sitronelal dan minyak atsiri. Sitronelal yang digunakan merupakan hasil fraksi dari
minyak sereh wangi dengan kadar 91.18%. Minyak atsiri yang digunakan ialah
minyak lemon, mint, kayu manis, sereh wangi, kenanga, melati, mawar, nilam,
dan akar wangi.
Bahan yang digunakan untuk analisis ialah biji kopi sebagai penetralisir
saat uji organoleptik, smelling strip sebagai kertas yang dicelupkan saat uji
ketahanan wangi, kain katun untuk uji kelekatan noda.
Alat
Tahapan Penelitian
kurang disukai namun wanginya akan semakin membaik setelah top note hilang
(Hunter 2009), middle note akan muncul setelah dua menit hingga satu jam dari
penggunaan pewangi (Herz 2011). Base note merupakan elemen pengikat wangi
yang dapat membuat wangi bertahan lama, memiliki bobot molekul yang berat
sehingga evaporasinya berjalan perlahan, biasanya tidak terasa wanginya hingga
30 menit setelah penggunaan pewangi (Herz 2011).
Penelitian utama dilakukan dengan membuat pengembangan formulasi
tiga produk dengan penerimaan terbaik hasil penelitian pendahuluan. Formulasi
kemudian diuji kesukaan kepada panelis. Tiga produk dengan penerimaan terbaik
selanjutnya dikarakterisasi meliputi uji daya sebar (spreadibility), uji spot, uji
ketahanan wangi, dan, kesesuian produk dengan SNI 16-4949-1998. Tahapan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Survei
12 formula
Uji hedonik
3 formula terbaik
9 formula
Uji hedonik
3 formula
terbaik
Karakterisasi produk
Prosedur Penelitian
Formulasi
Formulasi dilakukan secara trial and error dengan mencampurkan
pewangi berupa sitronelal dan minyak atsiri lainnya dengan pelarut bioetanol
99%. Sebanyak 0.4-0.8 ml pewangi dilarutkan dalam 10 ml bioetanol yang
diletakkan dalam tabung reaksi. Campuran kemudian dikocok secara manual
selama 15 detik hingga pewangi dan pelarut bercampur secara homogen, proses
pencampuran ini dilakukan dalam suhu ruang. Formula yang telah dibuat
kemudian dilakukan proses aging selama dua minggu dalam suhu ruang setelah
itu diuji kesukaan secara hedonik kepada panelis.
Survei
Survei dilakukan kepada 50 responden, kriteria responden merupakan
orang yang menggunakan pewangi/minyak wangi dalam aktivitas sehari-harinya.
Penyebaran kuesioner dilakukan di Kampus IPB Dramaga dan Serambi Botani
Bogor. Pengambilan sampel responden dilakukan dengan teknik convenience
sampling. Menurut Moore (1996) teknik ini dapat dilakukan untuk mengambil
data yang mudah dan cepat namun data yang dihasilkan akan memiliki bias yang
cukup tinggi. Data tersebut hanya merepresentasikan sebagian populasi dalam
sampling namun tidak dapat merepresentasikan penilaian yang sama pada
populasi yang lebih luas.
Uji Hedonik
Pada uji hedonik atau uji kesukaan, panelis diminta mengungkapkan
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Panelis
selain mengemukakan tanggapannya juga diminta untuk menyatakan tingkat
kesukaannya (Setyaningsih 2010). Tingkat kesukaan ini disebut sebagai skala
hedonik. Skala hedonik yang digunakan 1-7, skala penilaian 1 (sangat tidak suka),
2 (tidak suka), 3 (agak tidak suka), 4 (netral), 5 (agak suka), 6 (suka), dan 7
(sangat suka). Parameter kesukaan produk yang diujikan pada panelis ialah
kejernihan, wangi alami, dan wangi keseluruhan (Lampiran 2). Panelis yang
digunakan pada pengujian organoleptik ini ialah 30 panelis perempuan agak
terlatih yang semuanya adalah mahasiswa.
Uji Spot
Uji spot dilakukan untuk mengetahui formula eau de toilette yang dibuat
akan meninggalkan noda atau tidak setelah penggunaan. Uji ini dilakukan dengan
menyemprotkan cairan eau de toilette pada kain putih berukuran 15 x 15 cm.
Penyemprotan dilakukan selama 5 x sehari dengan selang waktu penyemprotan
setiap tiga jam. Pada setiap semprotan diamati warnanya. Setelah disemprot
selama 5 x kemudian kain dicuci dengan menggunakan air biasa dan air yang
ditambah detergen, selanjutnya kain dibilas dan dijemur. Kain dijemur selama 30
menit hingga kain kering, setelah itu kembali diamati warnanya. Pada uji ini
digunakan produk yang telah ada di pasaran sebagai pembanding.
( ) ( )
Bobot Jenis = ( )
(1)
( )
Analisis Data
interaksi antara blok dan perlakuan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini ialah sebagai berikut :
χ2 χ2 12
D = t /2, p t (t + 1)/6
χ2 = 𝑁 ( +1) 𝑗=1(𝑅𝑗) − 3𝑁 (k + 1)
(2) (3)
keterangan : keterangan :
χ2 = nilai Chi-Kuadrat hitung D = nilai least significant difference
N = blok / jumlah panelis t /2, = nilai tabel t pada alfa tertentu
k = perlakuan / jumlah sampel p = jumlah blok/ panelis
Rj = peringkat pada masing-masing blok t = jumlah perlakuan
Profil Responden
2% 2%
18% pelajar/mahasiswa
36%
perempuan pegawai negeri
karyawan swasta
laki-laki 2%
wiraswasta
64% 76%
lainnya
(a) (b)
2% 4%
12% 14% 30% < 6 tahun
38% < 16 tahun
6-10 tahun
16-20 tahun
11-15 tahun
21-25 tahun 16-20 tahun
22%
26-35 tahun 21-25 tahun
48% 30%
(c) (d)
Gambar 2 Profil responden berdasarkan (a) jenis kelamin, (b) jenis pekerjaan, (c)
usia, (d) lama penggunaan pewangi
Berdasarkan lama penggunaan pewangi, persentase responden yang telah
menggunakan pewangi kurang dari 6 tahun ialah 30%, selama 6-10 tahun
sebanyak 30%, selama 11-15 tahun sebanyak 22%. Berdasarkan data tersebut
dapat dijadikan referensi bahwa jawaban yang diberikan oleh responden berasal
dari responden yang telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang penggunaan
pewangi dalam aktivitas sehari-harinya.
akan lebih mahal bila dibandingkan dengan pewangi yang wanginya hanya
bertahan beberapa saat, harga akan sebanding dengan ketahanan wanginya.
12%
88%
spray
roll on
(c)
masculine memiliki wangi yang spicy, yakni wangi-wangi yang pedas. Asyik
(2005) menyatakan standar yang dapat digunakan untuk menyatakan spicy ialah
metil eugenol. Aroma spicy berdasarkan hasil QDA pada penelitian Asyik (2005)
digambarkan mirip dengan minyak cengkeh, jahe, cabai, dan gingseng.
Alasan seseorang menggunakan pewangi dipengaruhi oleh faktor
psikologis, demografis, dan suasana hati (mood). Perempuan menggunakan
wewangian karena dapat memberikan efek positif pada suasana hatinya.
Penggunaan pewangi juga dipengaruhi oleh penilaian seseorang terhadap
pribadinya misalnya “dramatic” maka akan menggunakan wewangian yang
oriental, “sporty” akan menggunakan wewangian yang segar. Situasi atau tujuan
acara juga merupakan faktor seorang wanita memilih jenis wewangian yang akan
digunakan, misalnya saat akan ada pertemuan romantis atau wawancara kerja
(Herz 2003). Laki-laki memiliki motivasi yang berbeda dengan perempuan saat
menggunakan pewangi, laki-laki memiliki kecenderungan menggunakan
wewangian untuk memberikan kenyamanan pada orang lain saat berinteraksi
dengannya, salah satunya untuk menarik wanita (Herz 2007).
Wangi yang dihasilkan dalam sebuah pewangi dipengaruhi oleh komponen
bahan pewangi yang digunakan. Minyak atsiri merupakan salah satu bahan
pewangi alami yang dapat digunakan. Minyak atsiri digunakan sebagai campuran
bahan kosmetik, insektisida, farmasi, aromaterapi, bahan pewangi, dan perisa.
Salah satu tujuan dilakukan survei ialah untuk memilih wangi minyak atsiri yang
cenderung disukai responden. Berikut adalah hasil pemilihan minyak atsiri
responden (Gambar 4)
13% 33%
7% 29% lemon
6%
nilam jeruk purut
22%
akar wangi
kayu putih
vanili
sitronelal
gaharu
mint
lainnya
8% 6% lainnya
33% 18%
25%
(a) (b)
Gambar 4 Pemilihan minyak atsiri pada (a) base note, (b) top note, (c) middle note.
11
untuk menentukan base note yang sesuai dengan produk eau de toilette yang
diharapkan. Formula diharapkan memiliki wangi yang menyenangkan mengarah
pada kesan bunga-bungaan yang segar dan memiliki warna yang baik ditandai
dengan campuran larutan yang homogen. Minyak nilam terpilih sebagai base note
terbaik (Tabel 1).
Tabel 1 Pemilihan base note
Keselarasan Kelarutan dalam
Minyak Warna cairan Keterangan
wangi bioetanol 96%
Akar Coklat gelap Tidak selaras Larut sempurna Tidak
wangi dipilih
Vanila Coklat gelap Kurang selaras Kurang larut Tidak
sempurna dipilih
Nilam Coklat Selaras Larut sempurna Terpilih
keemasan
Penilaian warna cairan dan kelarutan dalam bioetanol dilihat secara visual
sedangkan kriteria keselarasan wangi formula mengacu pada keharmonisan wangi
bunga-bungaan yang segar. Minyak akar wangi atau yang lebih dikenal dengan
nama vetiver oil memiliki warna coklat gelap dengan konsistensi thick, biasanya
digunakan sebagai base note karena kekuatan aromanya yang strong. Deskripsi
aroma minyak akar wangi ialah woody, earthy, herbacious, spicy, dan smoky
(Kemendag 2011). Minyak akar wangi dapat larut sempurna dalam bioetanol 96%,
namun minyak akar wangi tidak dipilih sebagai base note karena memberikan
paduan wangi yang kurang selaras bila dicampurkan dengan minyak atsiri middle
dan top note terpilih, minyak yang terpilih mengarah pada wangi floral dan citrus.
Minyak yang digunakan memiliki aroma smoky, hal ini dapat terjadi karena jenis
minyak akar wangi yang digunakan merupakan minyak penyulingan yang masih
kasar sehingga minyak masih memberikan wangi smoky yang kuat dibanding
woody. Daerah Garut merupakan pusat produksi minyak akar wangi di Indonesia.
Minyak vanila memiliki warna coklat gelap, kekuatan aromanya strong
(Health 1978). Curtis dan William (2001) dalam Hunter (2009) mengelompokkan
vanila dalam balsamic family, kebanyakan dalam kelompok ini merupakan
keluarga resin yang digunakan sebagai base note dan dapat bercampur dengan
baik bersama kelompok floral family. Vanila memiliki wangi manis yang intensif
dengan wangi balsamic yang warm (Hunter 2009). Vanila tidak dipilih sebagai
base note dalam penelitian ini, mengingat vanila yang digunakan berupa oleoresin
sehingga tidak dapat bercampur secara sempurna dengan bioetanol 96%. Warna
campuran cairan yang dihasilkan terlalu pekat (coklat gelap) sehingga kurang
menarik untuk digunakan karena cairan yang pekat dapat meninggalkan noda
dengan intensitas tinggi di pakaian. Wangi paduannya juga kurang selaras karena
vanila yang digunakan wanginya terlalu kuat (strong) dengan wangi alkohol yang
sharp (tajam) mengurangi wangi sweet minyak vanila. Menurut Asyik (2005)
minyak yang mengandung senyawa monoterpen dan sesquiterpen hidrokarbon
akan sukar larut dalam alkohol sedangkan komponen yang mengandung terpen-o
akan lebih mudah larut dalam alkohol.
Minyak nilam menurut Curtis dan William (2001) dalam Hunter (2009)
termasuk dalam kelompok woody family. Warna dari minyak nilam ialah golden
13
Kejernihan
Kejernihan merupakan parameter yang diamati secara visual dengan
melihat warna cairan serta kelarutan antara bahan pewangi dengan pelarut. Hasil
uji hedonik panelis terhadap parameter kejernihan pada 12 formulasi yang
diujikan ialah sebagai berikut (Gambar 5).
100
Persentase panelis (%)
80
60
90.0
86.7
86.7
80.0
76.7
73.3
73.3
40
66.7
66.7
63.3
63.3
63.3
20
0
A B C D E F G H I J K L
Formula (-)
Keterangan (ml)
A : nilam 0.1, kenanga 0.1, sitronelal 0.2, mint 0.1 G : nilam 0.2, mawar 0.15, sitronelal 0.05
B : nilam 0.2, kayu manis 0.1, lemon 0.4 H : nilam 0.2, melati 0.1, kenanga 0.05
C : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.2 kayu manis 0.05, sitronelal 0.1
D : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, sitronelal 0.1, lemon 0.2 I : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, lemon 0.2
E : nilam 0.2, kayu manis 0.05, kenanga 0.05, J : nilam 0.2, melati 0.1, sitronelal 0.1,
sitronelal 0.15, mint 0.15 mint 0.1
F : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.1 K : nilam 0.2, mawar 0.2, lemon 0.1
L : nilam 0.2, mawar 0.15, kenanga 0.05,
sitronelal 0.2
Wangi alami
Wangi alami merupakan kesan wangi yang lebih lembut memberikan efek
aromaterapi. Hasil uji hedonik panelis terhadap wangi alami produk dapat dilihat
pada Gambar 6. Hasil uji hedonik produk menyatakan persentase kesukaan
tertinggi panelis terhadap parameter wangi alami ialah pada formula F, C, dan H.
Sebesar 83.3% menyukai wangi alami formula F, 80% menyukai wangi alami
formula C dan 73.3% menyukai formula H. Formula yang mendapatkan
persentase kesukaan panelis terendah ialah formula A, D, dan E. Formula A dan D
masing-masing pendapat persentasi kesukaan panelis sebesar 36.7%, dan formula
E 33.3%.
17
100
83.3
80.0
73.3
40
70.0
56.7
53.3
53.3
43.3
36.7
36.7
36.7
33.3
20
0
A B C D E F G H I J K L
Formula (-)
Keterangan (ml)
A : nilam 0.1, kenanga 0.1, sitronelal 0.2, mint 0.1 G : nilam 0.2, mawar 0.15, sitronelal 0.05
B : nilam 0.2, kayu manis 0.1, lemon 0.4 H : nilam 0.2, melati 0.1, kenanga 0.05
C : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.2 kayu manis 0.05, sitronelal 0.1
D : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, sitronelal 0.1, lemon 0.2 I : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, lemon 0.2
E : nilam 0.2, kayu manis 0.05, kenanga 0.05, J : nilam 0.2, melati 0.1, sitronelal 0.1,
sitronelal 0.15, mint 0.15 mint 0.1
F : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.1 K : nilam 0.2, mawar 0.2, lemon 0.1
L : nilam 0.2, mawar 0.15, kenanga 0.05,
sitronelal 0.2
Gambar 6 Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. (■) suka, ( ) netral,
(□) tidak suka.
Formula yang mendapat persentase kesukaan wangi alami yang tinggi oleh
panelis ialah formula F (nilam 0.2 ml, melati 0.1 ml, lemon 0.1 ml), formula C
(nilam 0.2 ml, melati 0.1 ml, lemon 0.2 ml), dan formula H (nilam 0.2 ml, melati
0.1 ml, kenanga 0.05 ml, kayu manis 0.05 ml, sitronelal 0.1). Hasil uji lanjut
menunjukkan bahwa ketiga formula memberikan kesan wangi alami yang sama
satu sama lain. Ketiga formula mengandung minyak melati 0.1 ml. Minyak melati
memiliki wangi yang cenderung disukai oleh kebanyakan orang karena wanginya
yang menyenangkan. Wangi minyak melati menurut Curtis dan William (2001)
dalam Hunter (2009) dideskripsikan memiliki wangi manis yang kuat mengarah
pada wangi bunga (floral).
Pengolahan data organoleptik dengan uji Friedman menunjukkan bahwa
formula memberikan pengaruh berbeda terhadap wangi alami produk pada taraf
nyata 0.05, setidaknya terdapat satu formula yang memberikan wangi alami
berbeda pada produk eau de toilette (Lampiran 5b). Formula E (nilam 0.2 ml,
kayu manis 0.05 ml, kenanga 0.05 ml, sitronelal 0.15 ml, mint 0.15 ml) berbeda
wangi alaminya dengan formula C (nilam 0.2 ml, melati 0.1 ml, lemon 0.2 ml)
dan F (nilam 0.2 ml, melati 0.1 ml, lemon 0.1 ml). Hal ini disebabkan komposisi
bahan pewangi yang ada di formula E memiliki karakter wangi yang berbeda
dengan komposisi pewangi yang ada di formula C dan F. Formula C dan F
mengandung minyak melati sebagai middle note dan minyak lemon sebagai top
note, minyak melati memiliki wangi yang floral sweet, minyak lemon memiliki
karakter wangi yang fresh, light, fruity (Health 1978). Formula E mengandung
minyak kayu manis, kenanga, dan mint. Formula E dominan memiliki wangi yang
spicy, woody, sharp, minty berbeda dengan wangi sehingga formula C dan F
dominan memiliki karakter wangi yang floral, fresh, fruity
18
Wangi keseluruhan
Parameter selanjutnya yang diujikan ialah wangi keseluruhan produk.
Hasil uji hedonik panelis terhadap parameter wangi keseluruhan produk pada 12
formulasi yang diujikan ialah sebagai berikut (Gambar 7).
100
Persentase panelis (%)
80
60
76.7
40
70.0
70.0
63.3
53.3
50.0
43.3
40.0
40.0
33.3
20
26.7
0 26.7
A B C D E F G H I J K L
Formula (-)
Keterangan (ml)
A : nilam 0.1, kenanga 0.1, sitronelal 0.2, mint 0.1 G : nilam 0.2, mawar 0.15, sitronelal 0.05
B : nilam 0.2, kayu manis 0.1, lemon 0.4 H : nilam 0.2, melati 0.1, kenanga 0.05
C : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.2 kayu manis 0.05, sitronelal 0.1
D : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, sitronelal 0.1, lemon 0.2 I : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, lemon 0.2
E : nilam 0.2, kayu manis 0.05, kenanga 0.05, J : nilam 0.2, melati 0.1, sitronelal 0.1,
sitronelal 0.15, mint 0.15 mint 0.1
F : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.1 K : nilam 0.2, mawar 0.2, lemon 0.1
L : nilam 0.2, mawar 0.15, kenanga 0.05,
sitronelal 0.2
pewangi belum tentu menyukai wangi alaminya, tetapi konsumen yang menyukai
wangi alami pewangi cenderung akan menyukai wangi keseluruhannya. Kesan
wangi alami diberi nilai kepentingan 5 karena tidak semua konsumen menyukai
pewangi dengan wangi alami. Parameter kejernihan diberi nilai 4 karena
parameter ini merupakan penilaian terakhir yang akan dilakukan konsumen saat
akan membeli pewangi. Kejernihan dilihat dari bercampurnya pelarut dan
pewangi secara homogen. Berikut adalah peringkat 12 formula yang telah dinilai
dengan metode Bayes berdasarkan hasil uji hedonik setiap parameter (Tabel 5).
Tabel 5 Peringkat formula (komposisi bahan pewangi)
berupa minyak nilam dan minyak melati. Variasi yang akan digunakan pada
penelitian utama terletak di top note, yakni berupa formulasi variasi jenis minyak
dan konsentrasi top note yang akan digunakan
Tabel 6 Formula terbaik hasil formulasi komposisi pewangi
Base note Middle note Top note Total minyak atsiri
Formula
(ml) (ml) (ml) yang digunakan
C Nilam 0.2 Melati 0.1 Lemon 0.2 4.76%
F Nilam 0.2 Melati 0.1 Lemon 0.1 3.85%
J Nilam 0.2 Melati 0.1 Sitronelal 0.1,
mint 0.1 4.76%
Pada penelitian utama total bahan pewangi alami minyak atsiri yang
digunakan dalam formula eau de toilette dinaikan menjadi 7.4%. Kenaikan
konsentrasi minyak atsiri yang digunakan bertujuan agar produk memiliki
ketahanan wangi yang lebih lama. Formula produk yang dibuat pada penelitian
utama ialah sebagai berikut (Tabel 7).
Tabel 7 Variasi top note pada formula eau de toilette
Formula Base note (ml) Middle note (ml) Top note (ml)
O Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.3
P Nilam 0.3 Melati 0.2 Lemon 0.3
Q Nilam 0.3 Melati 0.2 Mint 0.3
R Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.1, lemon 0.2
S Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.1, mint 0.2
T Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.15, lemon 0.15
U Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.15, mint 0.15
V Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.2, lemon 0.1
W Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.2, mint 0.1
Kejernihan
Pengujian kesukaan terhadap parameter kejernihan dilakukan dengan
memperlihatkan cairan eau de toilette yang dibuat kemudian panelis diminta
menilai secara visual dengan melihat kejernihannya atau kehomogenan antara
bahan pewangi dan pelarut. Hasil uji hedonik terhadap parameter kejernihan pada
sembilan formulasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Hasil uji hedonik terhadap parameter kejernihan produk menunjukkan
bahwa angka penerimaan kejernihan semua formula berada di atas 70%. Nilai
persentase ini lebih baik dibandingkan nilai uji hedonik awal pada komposisi
bahan pewangi, karena formulasi selanjutnya sudah tidak menggunakan minyak
kayu manis yang berwarna coklat.
22
100
Persentase panelis (%)
80
60
90.0
90.0
86.7
86.7
86.7
83.3
83.3
83.3
73.3
40
20
0
O P Q R S T U V W
Formula (-)
Keterangan variasi top note :
O : sitroneal 0.3 ml R : sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml U : sitronelal 0.15 ml, mint 0.15 ml
P : lemon 0.3 ml S : sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml V : sitronelal 0.2 ml, lemon 0.1 ml
Q : mint 0.3 ml T : sitronelal 0.15 ml, lemon 0.15 ml W : sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml
Gambar 8 Penilaian panelis terhadap kejernihan produk. (■) suka, ( ) netral, (□)
tidak suka.
Hasil penerimaan hedonik pada parameter kejernihan didapatkan nilai
kesukaan tertinggi pada formula S dan T dengan persentase kesukaan panelis
sebesar 90%. Formula S menggunakan top note sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml,
formula T menggunakan sitronelal 0.15 ml, minyak lemon 0.15 ml. Persentase
kesukaan formula W dengan top note sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml merupakan
yang terkecil di antara yang lain yakni 73.3%. Meskipun formula W mendapatkan
persentase penilaian terkecil bila dibandingkan dengan formula S atau T,
ketiganya memiliki kejernihan yang sama. Pengolahan data organoleptik dengan
uji Friedman pada taraf nyata 0.05 menunjukkan bahwa formula tidak
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kejernihan eau de toilette
(Lampiran 6a). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua formula eau de toilette
yang dibuat memiliki tingkat kejernihan produk yang sama.
Kejernihan produk tidak berbeda karena pada formulasi ini jenis base note
dan middle note yang digunakan adalah sama yakni minyak nilam dan melati,
dengan jenis minyak yang dipakai sebagai top note tidak terlalu beragam yakni
lemon, mint, sitronelal. Minyak nilam memiliki warna keemasan, minyak melati
dan lemon berwarna kuning pucat, dan minyak mint serta sitronelal berwarna
jernih. Warna dasar minyak tidak ada yang gelap sehingga kejernihan akhir
produk juga baik.
Wangi Alami
Persentase kesukaan tertinggi panelis terhadap parameter wangi alami
ialah pada formula P dan R, 86.7% menyukai wangi alami formula P dan 80%
menyukai wangi alami formula R. Formula yang mendapatkan persentase
kesukaan panelis terendah ialah formula Q dan W. Formula Q dan W masing-
masing mendapatkan persentase kesukaan panelis sebesar 63.3%. Hasil uji
hedonik panelis terhadap parameter wangi alami produk pada sembilan formulasi
yang diujikan ialah sebagai berikut (Gambar 9).
23
100
60
86.7
80.0
76.7
73.3
73.3
40
70.0
66.7
63.3
63.3
20
0
O P Q R S T U V W
Formula (-)
Keterangan variasi top note :
O : sitroneal 0.3 ml R : sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml U : sitronelal 0.15 ml, mint 0.15 ml
P : lemon 0.3 ml S : sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml V : sitronelal 0.2 ml, lemon 0.1 ml
Q : mint 0.3 ml T : sitronelal 0.15 ml, lemon 0.15 ml W : sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml
Gambar 9 Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. (■) suka, ( ) netral, (□)
tidak suka.
Pengolahan data organoleptik dengan uji Friedman menyatakan formula
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi produk pada taraf nyata 0.05,
setidaknya terdapat satu formula yang memberikan wangi alami berbeda pada
produk eau de toilette. Melalui uji lanjut dengan membandingkan antar formula,
diketahui bahwa formula P (top note lemon 0.3 ml) dan R (top note sitronelal 0.1
ml, lemon 0.2 ml) berbeda dengan formula Q (top note mint 0.3 ml), W (top note
sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml), dan T (top note sitronelal 0.15 ml, lemon 0.15 ml).
Formula P dan R berdasarkan uji lanjut diketahui keduanya memiliki wangi yang
sama karena keduanya mengandung top note yang sama yakni lemon, meskipun
formula R juga menggunakan top note sitronelal 0.1 ml. Wangi alami formula R
dan T meskipun memiliki jenis pewangi yang sama dalam top note yakni
sitronelal dan lemon namun keduanya memiliki wangi yang berbeda, hal ini
karena konsentrasi top note yang digunakan berbeda sehingga jenis dan
konsentrasi top note akan sangat berpengaruh pada wangi alami produk.
Melalui hasil uji hedonik dan pengolahan data dengan uji Friedman dapat
disimpulkan bahwa panelis cenderung menyukai top note yang menggunakan
minyak lemon. Formula R yang menggunakan top note (lemon 0.2 ml, sitronelal
0.1 ml) memiliki persentase kesukaan wangi alami tertinggi kedua setelah formula
P. Jenis dan konsentrasi top note akan sangat berpengaruh pada wangi alami
produk. Karakter wangi yang dimiliki oleh minyak lemon ialah fresh, light, fruity
(Kemendag 2011); sitronelal memiliki karakter wangi yang sweet, floral rosy
waxy, citrus green (Mosciano 1989) sehingga keduanya akan padan bila
dipadukan dengan minyak nilam yang memiliki aroma rich, earthy, woody dengan
aroma buah (Kemendag 2011); minyak melati memiliki aroma floral, sweet
(Kemendag 2011) sehingga wangi akhir produk ialah wangi floral, fruity, fresh
dengan campuran woody.
Ambang batas bau (odor threshold) merupakan istilah yang digunakan
untuk mengidentifikasi konsentrasi suatu senyawa yang baunya sudah dapat
dideteksi oleh 50% panelis, panelis cukup merasakan keberadaan baunya tanpa
mengkarakterisasi bau (Powers 2004). Minyak melati termasuk dalam kelompok
24
minyak yang memiliki wangi floral, karakter wangi ini didapatkan dari
keberadaan senyawa linalool. Hasil GC-MS minyak melati (Lampiran 9)
menunjukkan bahwa minyak melati memiliki komponen linalool dengan kadar
5% dan α-terpineol 4.64%, dengan komponen yang dominan ialah α-
hexylcinnamaldehyde sebesar 32.84%. Senyawa linalool memiliki ambang batas
bau 6 ppb (Ohloff 1978), senyawa α-terpineol memiliki ambang batas bau 330-
350 ppb (Ohloff 1978).
Hasil GC-MS minyak lemon (lampiran 10) menunjukkan bahwa senyawa
yang paling dominan ialah limonene dengan kadar 66.12%, β-pinene 14.05%, α-
pinene 2.23%. Limonene memiliki ambang batas bau 10 ppb (Ohloff 1978), β-
pinene memiliki ambang batas bau 140 ppb (Fazzalari 1978), α-pinene 6 ppb
(Fazzalari 1978), geranyl acetate 9 ppb (Fazzalari 1978).
Hasil GC-MS minyak mint (lampiran 11) menunjukkan jumlah senyawa
yang paling dominan ialah menthol dengan kadar 28.41%, menthone 15.97%,
limonene 5.76%, β-pinene 4.93%, α-pinene 3.72%. Menthone memiliki ambang
batas bau 170 ppb (Fazzalari 1978), β-pinene 140 ppb (Fazzalari 1978), limonene
10 ppb (Ohloff 1978), α-pinene 6 ppb (Fazzalari 1978).
Minyak lemon dan minyak mint memiliki karakter wangi yang fresh
karena dalam kedua bahan terkandung senyawa limonene dengan ambang batas
bau yang kecil yakni 10 ppb. Senyawa linalool yang terdapat pada minyak melati
menentukan wangi minyak tersebut sehingga memiliki kesan floral. Karakteristik
wangi dominan yang ada dalam suatu minyak tidak hanya ditentukan oleh
konsentrasi senyawa yang terkandung namun yang lebih penting ialah ambang
batas bau komponen. Semakin kecil ambang batas bau senyawa maka wangi
senyawa tersebut akan lebih mudah untuk dibaui meskipun memiliki konsentrasi
yang kecil.
Wangi keseluruhan
Hasil uji hedonik panelis terhadap parameter wangi keseluruhan produk
pada sembilan formulasi yang diujikan ialah sebagai berikut (Gambar 10).
100
Persentase panelis (%)
80
60
90.0
80.0
76.7
76.7
73.3
40
66.7
66.7
63.3
50.0
20
0
O P Q R S T U V W
Formula (-)
Gambar 10 Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. (■) suka, ( ) netral,
(□) tidak suka.
25
Karakterisasi Produk
80
60
40
20
0
2 4 6 8
jam ke- (-)
Gambar 11 Ketahanan wangi formula P (◊), formula R (□),
dan formula S (∆).
Ketahanan wangi penggunaan eau de toilette pada jam ke-8 masih berada
pada kisaran nilai 30% dari total 100%. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan
wangi formula eau de toilette yang dibuat adalah baik, pada umumnya eau de
toilette hanya bertahan hingga 6 jam saja. Formula eau de toilette yang digunakan
menggunakan total bahan pewangi sebanyak 7.4%, terdiri atas base note minyak
nilam 0.3 ml, middle note berupa minyak melati 0.2 ml, dan total top note yang
digunakan sebanyak 0.3 ml. Semua bahan pewangi dilarutkan dalam 10 ml
bioetanol sebagai pelarut. Semakin tinggi konsentrasi bahan pewangi yang
terkandung dalam suatu formula maka ketahanan wangi formula tersebut akan
semakain baik.
28
Simpulan
Sitronelal minyak sereh wangi dan beberapa jenis minyak atsiri dapat
diformulasikan menjadi produk eau de toilette berbahan pewangi alami.
Formulasi menggunakan minyak nilam sebagai base note dan minyak melati
sebagai middle note. Adapun variasi top note yang digunakan ialah sitronelal,
mint, dan lemon. Formulasi pada penelitian utama menggunakan bahan pewangi
7.4% dalam 10 ml pelarut bioetanol.
Formulasi jenis minyak dan konsentrasi yang tepat dapat menghasilkan
eau de toilette dengan wangi yang unik dan menyenangkan. Berdasarkan uji
hedonik dan pemilihan formula terbaik menggunakan metode Bayes, terpilih tiga
formula dengan nilai tertinggi. Formula terbaik pertama ialah campuran nilam 0.3
ml, melati 0.2 ml, lemon 0.3 ml dengan nilai 8.5; terbaik kedua ialah formula
nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml dan lemon 0.2 ml dengan nilai 6.5;
30
terbaik ketiga ialah campuran nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml dan
mint 0.2 ml dengan nilai 6.1.
Penggunaan sitronelal dengan konsentrasi yang tepat dapat memberikan
variasi wangi yang menyenangkan dan dapat memperbaiki wangi campuran.
Sitronelal yang digunakan dapat memperbaiki wangi minyak mint menjadi lebih
menyenangkan dibandingkan minyak mint hanya digunakan sebagai top note
tunggal. Sitronelal paling cocok dipadukan dengan minyak lemon karena
keduanya memiliki karakter wangi yang mirip yakni beraroma buah yang segar.
Wangi eau de toilette yang dihasilkan ialah floral fresh. Penggunaan bahan
pewangi alami sebanyak 7.4% dapat mempertahankan wangi formula hingga 8
jam penggunaan. Hasil pengujian kesuaian produk dengan SNI 16-4949-1998
menunjukkan bahwa ketiga formula tersebut telah sesuai dengan SNI.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 Kuesioner
Kuesioner ini dibuat untuk mendapatkan data bagi penyusunan SKRIPSI dengan
judul APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PRODUK EAU DE TOILETTE. Oleh Anik
Setiyaningsih, F34090082, mahasiswa tingkat IV (Program Sarjana) pada Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Responden
Nama :
No. Hp :
PetunjukPengisian:
Responden diharapkan memberikan jawaban terhadap seluruh pertanyaan
yang tersedia dengan cara memberikan tanda silang (X) pada kolom yang tersedia.
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Jenis kelamin Anda ?
( ) laki-laki
( ) perempuan
2. Usia Anda saat ini ?
( ) < 16 tahun ( ) 26-35 tahun
( ) 16-20 tahun ( ) 36-45 tahun
( ) 21-25 tahun ( ) > 45 tahun
3. Pekerjaan Anda saat ini ?
( ) pelajar/mahasiswa ( ) wiraswasta
( ) pegawai negeri ( ) ibu rumah tangga
( ) karyawan swasta ( ) lainnya, ______________
Jika tidak ada minyak yang anda sukai pada pilihan di atas silahkan menuliskannya
dibawah
top note:
middle note :
base note :
*Dalam formulasi pewangi terdapat tiga elemen (top note, middle note, dan base
note). Top note merupakan elemen yang paling mudah menguap, wanginya
langsung tercium ketika pewangi disemprotkan. Middle note merupakan wangi
yang akan keluar setelah top note hilang. Base note merupakan elemen pengikat
wangi yang keluar terakhir dan wanginya bertahan lama.
Saran :
Tanggal :
Nama panelis :
No Hp :
Jenis sampel : Eau de toilette
Instruksi : Nyatakan kesukaan Anda terhadap sampel meliputi
kejernihan, wangi alami, dan wangi keseluruhan, dengan menuliskan
angka sesuai penilaian Anda. Baui setiap sampel dan langsung tuliskan
penilaian Anda tanpa membandingkan antar sampel.
Kode Sampel
Parameter
425 351 523 482 375
Kejernihan
Wangi alami
Wangi keseluruhan
Catatan :
Nama :
Jenis Sampel : Eau de toilette
Instruksi : Di hadapan anda tersedia 5 sampel eau de toilette dengan formula
yang sama namun berbeda di waktu penyemprotannnya. Lakukan
uji sensori ketahanan wangi terhadap 5 sampel tersebut, kemudian
nyatakan penilaian Anda dengan memberikan tanda silang pada
diagram garis skalar yang sesuai dengan penilaian anda. Masing-
masing sampel terdiri atas 2 sampel kontrol dengan skala intensitas
wanginya 0 dan 100.
Langkah :
1. Baui terlebih dahulu sampel kontrol yang terdiri dari skala wangi 0 dan
100
2. Lanjutkan dengan membaui sampel uji dan lakukan penilaian
3. Ulangi langkah 1 dan 2 pada sampel berikutnya
Kode sampel 3A :
0 50 100
Kode sampel 3B :
0 50 100
Kode sampel 3C :
0 50 100
Kode sampel 3D :
0 50 100
Kode sampel 3E :
36
keterangan :
N = blok / jumlah panelis
K = perlakuan / jumlah sampel
Rj = peringkat pada masing-masing blok
Keterangan
t /2, untuk 5%, nilainya 1.960
p = jumlah panelis
t = jumlah perlakuan
a. Parameter Kejernihan
Jumlah sampel 12, jumlah panelis 30
Hipotesis :
H0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kejernihan
produk
H1 : Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap kejernihan produk
χ2 hitung = 3
2
χ tabel pada (α 5%) = 19.675
B E H C F J L G K I D A
Keterangan
Menunjukkan antar formula yang terdapat perbedaan nyata terhadap
kejernihan produk (ditandai dengan nilai selisihnya rank-nya yang lebih
besar dari nilai LSD rank)
39
Hipotesis :
H0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi alami
produk
H1 : Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap wangi alami produk
2
χ hitung =
χ2 tabel pada (α 5%) = 19.675
karena χ2 hit > χ2 tab maka tolak H0, terima H1 sehingga dilakukan uji lanjut
G-E 60.5 L-E 55.5 K-E 32.5 B-E 26.5 A-E 22 D-E 6
G-D 55 L-D 50 K-D 27 B-D 21 A-D 17
G-A 38.5 L-A 33.5 K-A 10.5 B-A 4.5
G-B 34 L-B 29 K-B 6
G-K 28 L-K 23
G-L 5
Keterangan
Menunjukkan antar formula yang terdapat perbedaan nyata terhadap wangi alami
produk (ditandai dengan nilai selisihnya rank-nya yang lebih besar dari nilai LSD
rank)
40
Hipotesis :
H0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi
keseluruhan produk
H1 : Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap wangi keseluruhan produk
χ2 hitung = 70.395
2
χ tabel pada (α 5%) = 19.675
karena χ2 hit > χ2 tab maka tolak H0, terima H1, sehingga dilakukan uji lanjut
uji lanjut dilakukan dengan melihat nilai LSD rank.
Nilai LSD rank = 54.74
F-G 68 C-I 63
C-G 76
Keterangan
Menunjukkan antar formula yang terdapat perbedaan nyata terhadap wangi
keseluruhan produk (ditandai dengan nilai selisihnya rank-nya yang lebih besar dari
nilai LSD rank)
41
Lampiran 6 Pengolahan data uji hedonik (komposisi jenis dan konsentrasi top
note)
a. Parameter Kejernihan
Jumlah sampel 9, jumlah panelis 30
Hipotesis :
H0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kejernihan
produk.
H1 : Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh berbeda
terhadap kejernihan produk.
χ2 hitung = 5.346
χ2 tabel pada (α 5%) = 15.507
karena χ2 hit < χ2 tab maka tolak H1, terima HO
Q W T O S U V P R
Keterangan
Menunjukkan antar formula terdapat perbedaan nyata terhadap wangi alaminya
(ditandai dengan nilai selisih rank-nya yang lebih besar dari nilai LSD rank)
W Q T O S U V P R
Keterangan
Menunjukkan antar formula terdapat perbedaan nyata terhadap wangi
keseluruhan produk (ditandai dengan nilai selisih rank-nya yang lebih
besar dari nilai LSD rank)
43
c. Uji spot
d
e
e
s
r
d
e
e
s
r
t
45
d
e
e
s
r
p
o
n
d
e
e
s
r
Sitronelal yang terkandung dalam minyak sereh wangi teramati pada peak
nomor 31 sebesar 91.18% pada waktu retensi 11.569 menit.
50
d
e
e
s
r
t
Waktu retensi (menit)
Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 1 Juni 1991 dari ayah Samiyono
dan ibu Watiyem. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009
penulis lulus dari SMAN 1 Depok dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
51