NPM : 15334086
Judul Skripsi :
PERBANDINGAN MUTU ANTARA SEDIAAN SABUN PADAT MINYAK
KELAPA SAWIT BERSIH DENGAN SABUN PADAT MINYAK KELAPA
SAWIT BEKAS (JELANTAH) YANG DIMURNIKAN DENGAN ARANG
LIMBAH KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis L. Osbeck)
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : ( ..................... )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : ..........................
Minyak jelantah merupakan limbah yang berasal dari jenis-jenis minyak goreng
seperti hal nya minyak jagung, minyak sayur dan sebagainya , oleh karena itu
minyak jelantah kemungkinan bisa dijadikan sebagai bahan dasar penggunaan
sabun padat.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik sabun yang
dihasilkan dengan bahan dasar minyak jelantah dan membandingkan mutu sabun
dengan parameter yang sudah ada.Bahan uji yang digunakan adalah minyak
jelantah yang di dapat dari sebuah usaha katering di Jakarta yang dimurnikan
dengan arang limbah kulit jeruk manis (Citrus sisnensis.L Osbeck).Hasil pengujian
menunjukan sabun minyak jelantah yang dihasilkan memiliki karakteristik yang
baik.Sabun minyak jelantah yang dihasilkan memiliki pH 9,22 , Presentase
Stabilitas busa 88,58% , Kadar air 0,6% , Bahan Tak larut dalam etanol 0,8%
,Kadar Akali Bebas 0,12% , dan Kadar Klorida 2,2 %.Dari semua parameter yang
di uji menunjukan kesesuaian terhadap parameter pembanding, kecuali kadar
klorida memiliki kadar yang melebihi kadar yang diperbolehkan.
Kata kunci : Sabun padat , Minyak Jelantah , Jeruk Manis (Citrus sisnensis.L
Osbeck)
Judul : Perbandingan Mutu Antara Sediaan Sabun Padat Minyak Kelapa Sawit
Bersih Dengan Sabun Padat Minyak Kelapa Sawit Bekas
(Jelantah) Yang Dimurnikan Dengan Arang Limbah Kulit
Jeruk Manis (Citrus sinensis. L Osbeck)
used cooking oil obtained from a catering business in Jakarta that was purified with
charcoal waste sweet orange peel (Citrus sisnensis.L Osbeck). Test results showed
used cooking oil soap The resulting product has good characteristics. The waste
cooking oil produced has a pH of 9.22, the percentage of foam stability is 88.58%,
the moisture content is 0.6%, the substance is insoluble in ethanol 0.8%, the free
Akali content is 0.12% , and Chloride Level 2.2%. Of all the parameters tested
showed conformance to the comparison parameters, except the chloride content
has iki levels that exceed the permissible level.
Keywords : Solid Soap, Used Cooking Oil, Sweet Orange (Citrus sisnensis.L
Osbeck)
2.1.Minyak Jelantah
Minyak jelantah merupakan minyak sisa proses penggorengan dan bila ditinjau
dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang
bersifat karsinogenik. Selama pemanasan, minyak mengalami 3 perubahan kimia
yaitu terbentuknya peroksida dalam asam lemak yang tidak jenuh, peroksida
terdekomposisi menjadi persenyawaan karbonil, dan terjadinya polimerisasi. Jika
minyak dipanaskan secara berulang – ulang, maka proses destruksi minyak akan
semakin cepat (ketaren, 2005).
2.1.1. Sifat-Sifat Minyak Jelantah
Sifat-sifat minyak jelantah dibagi menjadi sifat fisik dan sifat kimia (Ketaren,
2005) yaitu:
2.1.1.1.Sifat Fisik
a) Warna, terdiri dari dua golongan : golongan pertama yaitu zat warna
alamiah, yaitu secara alamiah terdapat dalam bahan yang
mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses
ekstrasi. Zat warna tersebut antara lain α dan β karoten (berwarna
kuning), xantofil (berwarna kuning kecoklatan), klorofil (berwarna
kehijauan) dan antosyanin (berwarna kemerahan). Golongan kedua
yaitu zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu warna
gelap disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E),
warna cokelat disebabkan oleh bahan untuk membuat minyak yang
telah busuk atau rusak, warna kuning umumnya terjadi pada minyak
tidak jenuh.
b) Odor dan flavor, terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi
karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek.
c) Kelarutan, minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor
oil), dan minyak sedikit larut dalam alkohol, etil eter, karbon disulfida
dan pelarut-pelarut halogen.
d) Titik cair dan polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat
pada suatu nilai temperatur tertentu. Polymorphism adalah keadaan
dimana terdapat lebih dari satu bentuk kristal.
2.2.Tanaman Jeruk
Tanaman jeruk adalah tanaman tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya
sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, Jeruk
sudah tumbuh di Indonesia baiksecara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk
yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan
jeruk manis dan jeruk kepok.Adapun klasifikasi tanaman jeruk adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Ordo : Sapindales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus L.
Species : Citrus sinensis (L) ,Osbeck (pro sp)
a) Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanik
(tarikan, gesekan, dan tekanan), gangguan kimia ( zat-zat kimia yang
iritan), dan gagguan bersifat panas (radiasi, sinar ultraviolet), dan
gangguan infeksi luar.
g) Fungsi Keratinisasi
Fungsi ini memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
h) Fungsi pembentukan /sisntesis vitamin D
1995)
Bilangan Iodium 7 – 11
Bilangan Penyabunan 250 – 264
d) Gliserin
Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat dan hidroskopis. Dapat bercampur
dengan air dan dengan etanol 95% P, praktis tidak larut dalam kloroform
P, dalam eter P dan dalam minyak lemak (Departemen Kesehatan RI,
1979). Gliserin digunakan sebagai humektan, yaitu skin conditioning agent
yang dapat meningkatkan kelembaban kulit. Gliserin merupakan bahan
yang hidroskopis. Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan
propilen glikol stabil secara kimia. Dapat terkristalisasi jika disimpan pada
suhu rendah dan kristal tersebut tidak meleleh hingga dipanasan pada suhu
20% ( Rowe dkk, 2009).
f) Triklosan
Triklosan berupa serbuk putih kristal halus, memiliki titik leleh pada
suhu 57°C dan terlindung dari cahaya. Triklosan praktis tidak larut dalam
air; larut dalam alkohol, dalam aseton, dan metil alkohol; sedikit larut
dalam minyak. Triklosan biasa digunakan sebagai antimikroba atau
pengawet dalam produk sabun, krim dan larutan dalam konsentrasi sampai
2% (Sweetman, 2009). Penambahan antimikroba pada sabun batang
memberi manfaat untuk penggunaan jangka panjang (Barel dkk, 2009).
Triklosan digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik dengan
konsentrasi maksimal 0,3% (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2008).
Penambahan antimikroba pada sabun batang memberi manfaat untuk
penggunaan jangka panjang, terutama antara mencuci dan mandi. Sabun
batang sangat efektif dalam menghilangkan mikrobial flora. Antimikroba
yang umum digunakan dalam bentuk sabun batang adalah
trichlorocarbanilide (TCC), trikloro difenil hidroksietil (triclosan), dan
para-chloro m-xylenol (PCMX). TCC efektif terhadap bakteri gram positif,
sedangkan triclosan dan PCMS efektif terhadap bakteri gram positif dan
gram negatif (Barel dkk, 2009)
g) Etanol
Etanol adalah campuran etilalkohol dan air. Berupa cairan tak
berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa
panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Etanol sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Etanol mudah menguap pada suhu rendah, mendidih pada 78oC, dan mudah
terbakar (Departemen Kesehatan RI, 1995).
j) Parfum
Parfum atau pewangi berfungsi sebagai penambah daya tarik produk agar
disukai oleh pelanggan.Banyak varian pewangi yang di tawarkan ,biasanya
beraroma bunga dan buah. Pewangi dipilih berdasarkan selera pembeli
asalkan tidak berbau ekstrim. Pewangi juga bisa berasal dari bahan alkohol,
kresol, piretrum dan sulfur (Levenspiel,1972).
k) Aquadest
Air merupakan pelarut yang bersifat polar dan tidak dapat tercampur
dengan fraksi lema. Winarno (1997) menyebutan bahwa sebuah molekul
air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovelen dengan dua
atom hidrogen. Air tergolong senyawa alam yang paling mantap. Semua
atom dalam molekul air terjalin menjadi satu oleh ikatan yang kuat, yang
hanya dapat dipecahkan oleh perantara yang paling agresif, misalnya
energi listrik, atau zat kimia, seperti logam kalium.
2.4.4. Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (latin sapon, = sabun
dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa romawi kuno mulai
membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan lemak hewan
dengan abu kayu. Pada abad ke-16 dan ke-17 di Eropa sabun hanya digunakan
dalam pengobatan. penggunaan sabun meluas menjelang abad ke19
(Rohman,2009).
Trigliserida akan direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida), maka ikatan
antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon pada gliserol
2.5.7. Aquadest
Air merupakan pelarut yang bersifat polar dan tidak dapat tercampur
dengan fraksi lema. Winarno (1997) menyebutan bahwa sebuah molekul
air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovelen dengan dua
atom hidrogen. Air tergolong senyawa alam yang paling mantap. Semua
atom dalam molekul air terjalin menjadi satu oleh ikatan yang kuat, yang
hanya dapat dipecahkan oleh perantara yang paling agresif, misalnya
energi listrik, atau zat kimia, seperti logam kalium.
b. Busa
Busa (Foam) adalah system disperse yang terdiri atas gelembung gas
yang dibungkus oleh lapisan cairan (Grace, 2010). Busa merupakan
salah satu parameter yang sangat penting dalam penentuan mutu
sabun. Sabun dengan busa melimpah pada umumnya lebih disukai
oleh konsumen. Stabilitas busa merujuk kepada kemampuan busa
untuk mempertahankan parameter utamanya dalam keadaan konstan
selama waktu tertentu. Parameter tersebut meliputi ukuran gelembung
, kandungan cairan dan total volume busa. (Exerowa, 1998 dalam
Grace,2010).
2.6.2. Uji Stabilitas Kimia
a. pH
Uji dilakukan dengan mengguanakan pH meter . pH yang baik untuk
sabun padat adalah 9 – 11 ( Widyasanti, 2018). Uji ini dilakukan di
minggu terakhir setelah cycling test.
e. Kadar Klorida
Zat khlor berbentuk gas berwarna biru kehijauan dan bersifat racun
keras.Ion klorida dapat menembus membrane sel dengan leluasa dan
keluar masuk memoranda sel secara pasif mendampingi Kalium dan
Natrium (Djaeni sediautaa,1991). Kadar klorida yang di perbolehkan
terkandung dalam sabun adalah maksimal 1,0 % (SNI,2016).
3.2.2. Alat
Timbangan analitik (CHQ), Hand Blender (Philips), batang pengaduk
, PH meter (Ezodo), sendok tanduk, cawan uap, cawan petri, Tabung
reaksi, pipet tetes, buret, Beaker glass ,Gelas ukur,
Erlenmeyer,Bunsen,Alumuniumfoil, Oven (Memmert), Lemari
pendingin (Sharp), Vortex , Cetakan sabun.
𝑏1 − 𝑏2
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 ∶ 𝑥 100 %
𝑏1
Keterangan :
Kadar air dalam satuan % fraksi massa
b1 adalah bobot contoh uji dan cawan petri sebelum pemanasan,
g
b2 adalah bobot contoh uji dan cawan petri setelah pemanasan
=𝑏 2−𝑏0 𝑥 100 %
𝑏1
Keterangan :
Bahan tak larut dalam etanol dalam % Fraksi massa b0 :
adalah bobot kertas saring atau cawan gooch kosong (g) b1
: adalah bobot contoh Uji (g)
b2 : adalah bobot kertas saring atau cawan gooch dengan residu (g)
40 𝑥 𝑉𝑥𝑁
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 = 𝑥 100
𝑏
Keterangan :
Alkali bebas dalam % Fraksi massa
V : adalah Volume HCL yang digunakan , ml
N : adalah Normalitas HCL yang digunakan
B : adalah bobot contoh uji, mg
40 : adalah berat equivalent
Keterangan :
Asam Lemak Bebas dalam % Fraksi massa
V : adalah Volume KOH yang digunakan , ml
N : adalah Normalitas KOH yang digunakan
B : adalah bobot contoh uji, mg
282 : adalah berat equivalent asam oleat (C18H34O2)
5,85 𝑥 𝑉 𝑥 𝑁
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑖𝑑𝑎 = 𝑥 100 %
𝑏
Keterangan :
Kadar Klorida adalah % Fraksi massa
V : adalah volumen larutan standar AgNO3 yang di pakai untuk
titrasi (ml)
N: adalah normalitas larutan AgNO3 5,85:
adalah bobot equivalent NaCl
b : adalah bobot uji yang digunakan (mg)
8. Uji Hedonik
Uji kesukaan dimana dibutuhkan 30 orang responden dengan
kualifikasi remaja akhir berusia 17 – 25 tahun (Depkes RI, 2009),
masing – masing perbandingannya 15 orang laki – laki dan 15
orang perempuan . Skala penetapan ada 9 yaitu amat sangat suka ,
sangat suka , suka , netral , agak tidak suka , tidak suka , sangat
tidak suka dan amat sangat tidak suka. Suatu sediaan yang telah
dibuat dinilai dari warna , bentuk, dan aroma dari sabun
(Chan,adek 2016)
Institut Sains dan Teknologi Nasional
3.5. Skema Penelitian
Kulit jeruk
Pengeringan
dan penghalusan
, Curing time
4 minggu
− Uji Organoleptik
− Uji PH
− Uji Tinggi dan stabilitas
busa
− Uji Kadar Air
− Uji Bahan tak Larut
dalam Etanol
− Uji Alkali atau Asam
Lemak Bebas
− Uji Kadar Klorida
− Uji hedonik
BAB IV
4.3. Hasil Pemurnian Minyak Jelantah Commented [2]: tampilkan gambar hasil saringan, warna
spt apa mengapa bisa begitu
Disiapkan minyak jelantah sebanyak 500 gram yang kemudian di
Commented [DMK3R2]: mohon maaf bu gambarnya
tambahkan arang kulit jeruk sebanyak 100 gram , kemudian di aduk hingga kurang bagus, karena penyaringnnya dilakukan di rumah , jd
menggunakan wadah yag ada (baskom baru)
minyak jelantah berwarna kehitaman. Campuran tersebut didiamkan ± 5
menit , setelah itu di saring menggunakan kertas saring. Minyak jelantah
hasil penyaringan di saring kembali menggunakan kertas saring. Hasil
jelantah
F1 F2 SawitBekas
Sabun minyak
Sabun minyak Sawit Bersih
(Jelantah)
r r sedikit
sedikit hilang
hilang
96
94 silkul 1
Siklus 2
92
Siklus 3
97.3
90 95.5 Siklus 4
94.7
93.7 93.9 Siklus 5
93 92.5 92.8
88 91.8 91.7 92
Siklus 6
86 88.6
84
F1 F2
Pada grafik diatas menunjukan presentase stabilitas busa sabun setelah 1 jam.
Untuk sabun F1 dan F1 memiliki presentase stabilitas busa lebih dari 70%
mulai dari siklus ke 1 samai siklus ke-6.
Dari hasil yang di peroleh, dapat di katakan bahwa sabun yang di hasilkan
memiliki stabilitas busa yang baik karena memiliki stabilitas busa lebih dari Commented [4]: hasil evaluasi sabun ditulis dahulu krn
dilakukan dahulu setelah itu hasil uji stabilitas
60-70% setelah di diamkan selama 1 jam .
Commented [5]: penampakan fisik bentuk seperti apa?
warna merata? homogen atau ada bintik2? jelaskan detil..
hasil uji organoleptis dpt dilihat pada Lampiran ...(cantumkan
akhir paragraf) --> berlaku juga untuk hasil pengamatan lain
yg Abda cantumkan pada Lampiran harus ditambahkan
4.7. Hasil Evaluasi Sabun keterangan pada Bab 4
Setelah proses cycling test terjadi perubahan aroma pada sabun dengan
Formula I, serta terjadi perubahan warna dan aroma pada sabun dengan
Formula II.Perubahan yang terjadi pada kedua Formula diduga disebabkan
oleh penyimpanan sediaan pada suhu ekstrem secara bergantian.Suhu
merupakan faktor penting yang mempengaruhi stabilitas sutau
poduk,dengan adanya perubahan suhu dapat mempengaruhi stabilitas fisik
pada sediaan (Dini,2015). Dapat pula berasal dari hasil lanjut reaksi oksidasi
asam lemak yang terdapat dalam sabun . Menurut Ketaren (1986), proses
oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan minyak atau lemak.
Hasil evaluasi organoleptik sabun dapat di lihat pada tabel berikut Commented [7]: sehingga mengakibatkan bau menjadi
bagaimana???
Pada umumnya , orang menyukai sabun yang memiliki warna yang menarik
dan aromanya harum (Rahadia , 2006)
4.7.2. pH
pH sabun padat umumnya adalah antara 9 – 11 ( SNI:2016).Dari pengujian
pH sabun yang dilakukan setelah masa cycling test menunjukan pH sabun 0
sesuai dengan parameter yang ada yaitu 9.63 untuk sabun dengan Formula
I dan 9.22 untuk sabun dengan Formula II. pH pada sabun yang dihasilkan
termasuk dalam batas yang aman , sabun dengan pH yang relative basa
tersebut memungkinkan sabun berpotensi memiliki kemampuan membuka
pori pori kulit saat digunakan yang memudahkan kotoran keluar dan terikat
bersama busa sabun.
0 Jam 1 Jam
F1 11 10,2
F2 10,5 9,3
Hasil pengujian kadar air menunjukan bahwa sabun dengan bahan dasar
minyak jelantah dan sabun dengan bahan dasar minyak bersih memiliki
kadar air yang sesui dengan syarat mutu sabun menurut SNI:2016 , yaitu
maksimal 15 %. Kadar air pada sabun di pengaruhi oleh air yang digunakan
sebagai bahan baku (Rahadia,2006). Kadar air mempengaruhi kekerasan
pada sabun yang di hasilkan. Semakin tinggi kadar air sabun , maka
kekerasan sabun akan semakin lunak. Sebaliknya semakin rendah kadar air
pada sabun akan membuat sabun akan semakin keras.
1.5
1
1.6
0.5
0.8
0
Sabun Jelantah Sabun Minyak Sawit bersih
Berbeda dengan sabun berbahan dasar minyak jelantah , sabun padat dengan
bahan dasar minyak kelapa sawit bersih posistif mengandung Asam Lemak
Bebas sebanyak 2 %, kadar yang di dapat tidak melebihi syarat Asam
Lemak Bebas yang diperbolehkan menurut SNI 3532 – 2016 dimana kadar
maksimalnya adalah 2,5 %. Asam lemak yang terkandung dalam sabun
yang dihasilkan berasal dari asam stearat dan asam palmitat yang
terkandung pada minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun padat). Hasil pengujian Asam Lemak Bebas dapat dilihat
pada table berikut :
2 - 2
3 - 27
4 - 24
5 15 30
6 6 12
7 35 -
8 88 -
9 36 -
2 - 2
3 - 1
4 24
5 55 75
6 6 -
7 70 -
8 16 -
9 - -
Total skor 147 103
2 - -
3 - 9
4 4
5 45 60
6 - 18
7 21 28
8 88 8
9 9 -
Total Skor 163 127
Dari data di atas , dapat diketahui bahwa responden lebih menyukai sabun
F1 di bandingkan dengan F2. Hasil bias dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.9 Grafik Skor hasil Uji Hedonik
Institut Sains dan Teknologi Nasional
250
200
150
F1
100 209 F2
180 168
147
127
50 95 103
62
0
Warna Aroma Tekstur Banyak Busa
5.1. Kesimpulan
1. Sabun berbahan dasar minyak sawit bersih (F1) memiliki karakteristik yang
lebih baik di bandingkan dengan sabun berbahan dasar minyak jelantah
(F2). Secara Organoleptik sabun dengan Formula 1 lebih stabil dibanding
sabun dengan Formula 2. Dimana tidak terjadi perubahan yang signifikan
pada saat penyimpanannya.Sabun dengan formula 1 memiliki Ph
2. 9,63 , Presentase Stabilitas busa 92,73% , Kadar air 0,17% , Bahan Tak
larut dalam etanol 1,6% , Kadar Asam Lemak Bebas 2% , dan Kadar Klorida
1,6%.
Sedangkan Sabun dengan formula 2 memiliki pH 9,22 , Presentase
Stabilitas busa 88,58% , Kadar air 0,6% , Bahan Tak larut dalam etanol 0,8%
,Kadar Akali Bebas 0,12% , dan Kadar Klorida 2,2 %.
3. Berdasarkan hasil uji Hedonik sabun dengan Formula 1 lebih disukai
dengan skor untuk parameter warna 180, Aroma 209, Tekstur 147, Banyak
busa 168
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sesuai dengan SNI No.3532 2016
yang belum dilakukan pada penelitian ini seperti total lemak dan Lemak tak
tersabunkan.
2. Perlu dilakukan pengujian yang menggunakan bakteri uji untuk mengetahui
daya hambat tehadap bakteri-bakteri penyebab gangguan kulit.
Kombinasi Minyak Kelapa (Coconut Oil) Dan Minyak Kelapa Sawit (PalmOil)
Dengan Menggunakan Simplex Lattice Design. Skripsi. Yogyakarta;
Universitas Gadjah Mada.
Kusriani, Nawawi, &Machter.(2015). Penetapan Kadar SenyawaFenolat Total Dan
AktivitasAntioksidanEkstrakDaun, Buah Dan BijiBidara
Lado, V. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus
mauritiana Lamk.) dengan Metode DPPH (1,1-dyphenil-2picryhydrazyl).
Karya Tulis Ilmiah. Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang. Kupang
Maakh&Lenggu. (2018). Formulation and antioxidant activity Solid bath Soap
ethanol extract of Bidara Leaves (ZiziphusmauritianaLamk).Health Polytechnic
of Kupang 1st International Confreence.Halaman 491-502.
Mandi Cair Dari Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana Linn.).Jurnal
Kimia. Volume 8 Nomer 2.
Manis (Cinnamomum Burmanni) Dengan Basis Palm Oil, Coconut Oil Dan Rice
Bran Oil.Skripsi.Universitas Muhammadiyah Malang
Institut Sains dan Teknologi Nasional
MEC. (2019). Mineral Data Base. Dalam
https://mineralseducationcoalition.org/minerals-database/mica/.Diakses pada 27
Juni 2019.
Morton, Julia. 1987. Fruits of Warm Climates. Edisi I. Creative Resource
System.Winterville.
Nafikatus solika, Merry napitupulu,dan siang tandi Gonggo , Bioadsorptsion of
Pb(II) using Tangerine peel (Citrus reticulata)
Najafi, S. 2013. Phytochemical Screening and Antibacterial Activity Of Leaf
Extract Of Ziziphus mauritiana Lam. Faculty of Science University of Zabol.
International Research Journal Of Applied And Basic Sciences.
Najafi, S. 2013. Phytochemical Screening and Antibacterial Activity Of Leaf
Extract Of Ziziphus mauritiana Lam. Faculty of Science University of Zabol.
International Research Journal Of Applied And Basic Sciences.
Padang SIR. (2018). Optimasi Formulasi Sediaan Sabun Batang Scrub Kayu
Pangan.Jakarta:Universitas Indonesia ketaren, S. (2005).minyak dan lemak
pangan.Edisi pertama Jakarta: Universitas Indonesia
Paraffin Wax Menggunakan Metode Sld (SimplexLattice Design). Skripsi. UGM.
Parasuram, K S. 1995. Soap and Detengents. New Delhi: Tata McGraw Hill
Pharmaceutical Press.
Pramesti AN. (2016). Formulasi Sediaan Sabun Wajah Minyak Atsiri Kayu Manis
(Cinnamomum Burmanni) Dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Epidermidismec. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Press,lllinois.
Priani&Lukmayani.(2010).PembuatanSabunTransparantBerbahanDasarMinyak
Jelantah Serta UjiIritasinyaPadaKelinci.Prosiding SnaPP2010.
Publishing Company Limited
Qisti, Rachmiati, 2009, Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan
Madu dengan Konsentrasi yang Berbeda, Program Studi Teknologi Hasil
Ternak, Fakultas teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rathore, S., Bhatt, S., Suresh Dhyani, D., Jain, A., 2012. Preliminary
Phytochemical Screening of Medicinal Plant Ziziphus mauritiana Lam Fruits.
International Journal Of Current Pharmaceutical Research Volume 4.
RI.
Tugas Akhir
F1 F2
2 Larutan Sampel F2