Laporan Kerja Praktek PT TIMAH Kennedi
Laporan Kerja Praktek PT TIMAH Kennedi
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya kekayaan
mineral logam ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan
sumber daya alam tersebut secara efisien. Perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan sumber
daya alam tersebut. Dalam pemanfaatannya, tentu saja menggunakan
berbagai metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal
dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim mungkin serta
ramah lingkungan. Untuk dapat mencapai hasil tersebut dibutuhkan sumber daya
manusia sebagai elemen yang dinamis dan berwawasan lingkungan. Manusia
adalah subyek pengguna teknologi yang utama. Oleh karena itu perlu adanya
suatu usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai salah satu upaya
untuk menyeimbangkan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan kemampuan manusia sebagai pengguna serta keberadaan
sumber daya alam sebagai objek yang dimanfaatkan.
Dengan meningkatnya wawasan lingkungan manusia, manusia mulai
menyadari akan bahaya dari berbagai material yang dapat mengganggu kesehatan
manusia khususnya logam. Timah sekarang banyak dijadikan logam alternatif
pengganti logam berbahaya lainnya sehingga dari segi permintaan pasar industri
akan logam timah ini akan terus meninggkat khususnya pada negara-negara maju
yang sadar akan kesehatan. Dengan meningkatnya permintaan pasar perusahaan
timah harus mengiringinya dengan penerapan teknologi yang lebih efisien dan
tentunya berwawasan lingkungan.
Melihat potensi PT Timah sebagai salah satu produsen timah terbesar yang
telah mendapat pengakuaan dunia akan kualitas timah yang diprosuksi, dan juga
potensi sumber daya mineral cassiterite (SnO2) sebagai bijih logam timah di pulau
Bangka yang cukup besar, menarik minat saya selaku mahasiswa Teknik
Metalurgi dan Material yang secara khusus mempelajari pengolahan logam untuk
menambah pengetahuan saya dalam pengolahan atau memproduksi logam timah
serta memberi pengalaman kerja di sebuah perusahaan yang bergerak dalam
produksi logam timah sehingga dapat menunjang pengetahuan sebagai calon
sarjana Teknik Metalurgi dan Material.
Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan kerja praktek pada perusahaan
yang bergerak dalam bidang pengolahan logam. Kerja praktek ini diharapkan
dapat menjadi sarana untuk menimba pengalaman kerja serta dapat terjun
langsung ke lapangan melihat bagaimana proses kerja dalam sebuah perusaahan
produsen logam yang professional secara ril.
Disamping ini kegiatan ini juga dilakukan untuk memenuhi kurikulum
yang berlaku pada program studi Teknik Metalurgi dan Material Universitas
Indonesia yang mewajibkan mahasiswa untuk melakukan kerja praktek untuk
memenuhi syarat kelulusan sebagai sarjana strata-1 bidang metalurgi dan
material. Dimana hasil kerja praktek tersebut akan dilaporkan dan
dipresentasikan.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
• Sejarah Perusahaan
Sejarah PT Tambang Timah (Persero) atau disingkat PT Timah dimulai pada abad
ke-17 saat ditemukannya timah di daerah Melawang dan di dekat Muara Ulim di
Bangka Selatan yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Kesultanan
Palembang. Pada tanggal 2 Juni 1722 dilakukan perjanjian monopoli pembelian
timah antara Sultan Palembang dengan VOC. Dengan beralihnya kekuasaan VOC
pada Pemerintah Hindia Belanda maka kegiatan penambangan diusahakan oleh
Pemerintah Hindia Belanda maupun perusahaan swasta Belanda dengan daerah
operasi Belitung, Bangka dan Singkep.
Kegiatan penambangan yang semula diusahakan oleh Pemerintah Hindia Belanda
maupun perusahaan swasta Belanda secara berangsur-angsur diambil oleh
Pemerintah RI. Di Belitung, didirikan PT Tambang Timah Belitung pada tahun
1958 berdasarkan akta notaris JAL Tobing St. Arifin No. 23 tanggal 24 April
1958 dan selanjutnya dijadikan PN Tambang Timah Belitung berdasarkan PP RI
No. 95 tahun 1961. Di Bangka, didirikan PN Tambang Timah Bangka
berdasarkan PP RI No. 95 tahun 1961. Kemudian pada tahun 1961 di Singkep
juga didirikan PN Tambang Timah Singkep berdasarkan PP yang sama pula.
Keseluruhan PN Tambang Timah ini berada di bawah koordinasi Badan Pimpinan
Umum Timah (BPU) yang didirikan berdasarkan PP No. 87 tahun 1961.
Berdasarkan PP No. 21 tahun 1968 didirikan PN Tambang Timah, maka BPU
dibubarkan sekaligus melebur PN Tambang Timah Bangka, Belitung dan Singkep
menjadi PN Tambang Timah. Selanjutnya pada tahun 1976 berdasarkan PP No. 3
tahun 1976 mengenai pengalihan bentuk PN Timah menjadi PT Tambang Timah
(Persero) dengan kedudukan kantor pusat di Jakarta yang terdiri dari unit-unit
produksi berdasarkan letak geografi meliputi UPT Bangka, UPT Belitung, UPT
Singkep dan Unit Peltim.
Berdasarkan SK Direksi No. 197/SK-0000/90-B1 tanggal 31 Desember 1990
dibentuk unit penambangan timah mesin gali mangkok (MGM) yang diikuti oleh
unit penambangan darat berdasarkan SK Direksi No. 37/SK-0000/91-B1 tanggal
24 April 1991 dan selanjutnya dengan SK Direksi No. 85/SK-0000/91-B1 tanggal
29 Juni 1991 UPT Bangka, UPT Belitung dan UPT Singkep dibubarkan.
Sebagai tindak lanjut dari program restrukturisasi perusahaan maka kantor pusat
yang berkedudukan di Jakarta direlokasikan ke Pangkalpinang mulai tanggal 2
Agustus 1991, sebagai langkah antisipasi untuk mendekatkan unsur pengambilan
keputusan dengan unit produksi. Dalam waktu yang relatif cukup singkat sejalan
dengan program restrukturisasi perusahaan, melalui SK Direksi No. 021/SK-
0000/92-B1 pada tanggal 17 Febuari 1992 maka unit penambangan MGM, unit
penambangan darat dan unit peleburan timah di Muntok dibubarkan dan
selanjutnya unit-unit kerja tersebut langsung berada di bawah koordinasi direksi
PT Tambang Timah (Persero).
Dengan organisasi yang ramping dan luwes, manajemen PT Timah didukung oleh
5500 karyawan yang terampil dan profesional. Armada operasi penambangan
lepas pantai terdiri dari 21 kapal keruk berbagai ukuran, merupakan yang terbesar
di dunia dan merupakan aset terbesar perusahaan. Selain itu terdapat juga 375
instalasi penambangan darat yang dikelola berdasarkan sistem kontrak dengan
swasta, dimana PT Timah secara langsung mengawasi dan bertanggungjawab
terhadap teknik penambangan dan pengelolaan lingkungan di areal penambangan.
Pusat metalurgi di Muntok dioperasikan dengan kapasitas produksi di atas 39000
metrik ton timah murni per tahun. Dari produk tersebut 95 % di ekspor ke seluruh
dunia, terutama ke Eropa, Amerika Serikat, Taiwan dan Jepang.
Sejarah telah menunjukkan bahwa PT Timah dapat mempertahankan
keunggulannya karena dapat memelihara hubungan baik dengan para pelanggan,
masyarakat dan karyawan. Tujuan PT Timah adalah melanjutkan pertumbuhan
dan perkembangan perusahaan dalam seluruh aspek usaha secara utuh dan
berkesinambungan, sehingga dapat menjamin keuntungan yang optimal bagi
seluruh pemegang saham.
• Unit Metalurgi
Sejalan dengan gerak laju pembangunan, sejak 2 Oktober 1995 perusahaan telah
“Go Public” sehingga statusnya berubah menjadi PT. Timah (Persero) Tbk. yang
seperti perusahaan lainnya akan memerlukan suatu struktur organisasi yang kuat,
rapi dan sistematis untuk mendukung kelancaran tugas dan usahanya. Unit
Metalurgi mempunyai organisasi kerja yang tentunya tidak terlepas dari
keseluruhan organisasi PT. Timah (Persero) Tbk. Kepala Unit Metalurgi
bertanggungjawab secara langsung pada Direksi PT. Timah (Persero) Tbk.
Pada saat ini PT. Timah (Persero) Tbk. khususnya Unit Metalurgi telah
memperoleh sertifikat internasional ISO 9002 mengenai sistem manajemen mutu
dan ISO 14001/1996 mengenai sistem manajemen lingkungan. Saat ini kantor
pusat PT. Timah (Persero) Tbk. berkedudukan di Jalan Jendral Sudirman No. 51
Pangkalpinang, Bangka.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Sn
Cu
Pb
Fe
As
Sb
Bi
Concentrate
I
98,9
0,14
0,10
0,33
0,28
0,06
0,01
Slime concentrate, Filter dust
II
93,09
0,79
1,76
1,51
1,70
0,51
0,4
Returns (slag)
III
92,06
2,73
0,89
1,71
1,22
1,29
0,11
Proses refining pada pengolahan timah terdiri dari dua metode yaitu
dengan pyrometallurgy (pyrorefining) atau dengan metode hydrometallurgy
(electrolytic refining). Proses refining dengan pyrometallurgy yaitu proses
peningkatan kemurniaan timah dengan memanfaatkan perbedaan temperatur leleh
dari timah denan beberapa pengotornya. Proses pyrorefining ini dilakukan secara
bertahap dan disetiap proses hanya dapat memisahkan 1 atau 2 unsur pengotor
dalam timah. Pengotor dipisahkan satu persatu pada setiap tahap berbeda dan
dikumpulkan secara terpisah untuk memudahkan proses recovery selanjutnya.
Salah satu kelebihan dari proses refining dengan pyrorefining yaitu tingginya
kecepatan produksi dibandingkan dengan proses refining metode
hydrometallurgy. selain itu kekurangan dari pengunaan proses ini dalam skala
industri adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pekerja.
Proses refining dengan metode hydrometallurgy yaitu dengan pemurniaan
logam dengan memanfaatkan perbedaan tingkat kelarutan masing pengotor
sehingga dapat dipisahkan dari logam timah tersebut. Pada proses electrolytic
refining ini mengunakan prinsip elektrokimia yaitu perubahan dari energi listrik
menjadi energi kimia. Salah satu kelebihan dari proses electrolytic refining
dibandingkan dengan pyrorefining yaitu hampir semua jenis pengotor dapat
dipisahkan secara bersamaan dalam satu tahapan proses selain itu produk logam
timah yang dihasilkan memiliki kemurnian sangat tinggi. Pengotor-pengotor dari
proses electrolytic refining akan terendapkan membentuk berbentuk lumpur
sedangkan pada proses pyrorefining pengotornya berupa terak. Salah satu
kekurangan dari proses electrolytic refining yaitu lambatnya proses produksi.
Karena timah cukup sulit terlarut dalam elektrolit sehingga anoda dibuat dengan
penampang yang cukup besar untuk meningkatkan efisiensi proses. Karena
lambatnya proses produksi proses electrolytic refining banyak variabel yang harus
dijaga untuk meningkatkan efisiensi proses seperti arus dan tegangan listrik yang
digunakan, konsentrasi elektrolit, jarak anoda dan katoda, suhu elektrolit,
ketebalan anoda dan katoda dll. Walaupun proses electrolytic refining
membutuhkan pengadaan energi listrik yang besar tetapi tidak terlalu menjadi
masalah dalam skala industri karena biaya untuk pengadaan energi lisrik ini hanya
berkisar 0,1-0,2% dari hasil pendapatan produksi. Kekeurangan lainnya dari
proses electrolytic refining yaitu sulitnya mencari elektrolit yang cukup baik,
aman dan ekonimis untuk dipakai dalam skala besar.
3. 2. Aspek Elektrokimia
Proses electrolytic refining adalah proses elektrolisis sehingga tidak akan
terlepas dari aspek elektrokimia. Mungkin untuk skala industri aspek ini tidak
terlelu diperhitungkan secara mendetail. aspek elektrokimia ini mencakup aspek
ionic dan elektrodik. Aspek ionik mencakup termodinamika elektrolit dan
konduktivitas mass transport dan aspek elektrodik mencakup termodinamika
elektrolit dan kinetika elektroda.
• Konveksi
Koveksi yaitu pergerakan elektrolit dalam skala yang besar dari larutan ruah ke
lapisan difusi. Proses ini dapat dilakukan dengan memberi pengadukan, pompaan
elektrolit atau injeksi udara. Proses ini hanya efektif untuk memindahan ion-ion
logam kedaerah dekat permukaan elektroda, karena bagaimana pun akan terdapat
lapisan elektrolit yang diam (stangnan) pada permukaan elektroda.
• Difusi
Difusi adalah proses pergerakan ion-ion logam menuju OHP (outer helmhotz
Plane) melalui lapisan elektrolit yang diam, karena terdapatnya perbedaan
konsentrasi. Difusi dipengaruhi gradien konsentrasi antara konsentrasi permukaan
dan konsentrasi ruah. Dalam keaadan tetap pengaliran ion-ion logam yang
berdifusi sebanding dengan perbedaan konsentrasi ion tersebut yang digambarkan
oleh hukum ficks sebagai berikut.
Ji = kapasitas difusi (jumlah ion yang melewati satu satuan luas per satuan waktu)
D = kostanta difusi
Cx = ~ = konsentrasi ion positif pada larutan ruah
Cx = 0 = konsentrasi ion positif pada OHP
σ = tebal lapisan difusi
• Migrasi
Migrasi adalah transfer ion karena adanya gradien beda potensial. Migrasi
dipengaruhi oleh medan listrik. Kecepatan migrasi dapat dirumuskan
Dimana
i = rapat arus
F = bilangan Faraday
t+ = bilangan perpindahan
n = jumlah elektron
elektroda
Larutan Ruah
Lapisan difusi
OHP
Konveksi
Difusi
Migrasi
Electrical Double layer
Gambar 3. 2. Kinetika konduktivitas laju ion.
Electrical double layer adalah struktur yang terbentuk pada permukaan, lapisan
ini berupa dua lapisan pararel, lapisan pertama yaitu surface charge (dapat
bermuatan positif atau negative) yang mengandung ion yang teradsorbsi. Lapisan
kedua berupa ion yang tertarik menuju permukaan elektroda karena adanaya gaya
coulomb akibat adanya muatan di lapisan pertama. Electrical double layer akan
menghambat menempelnya kation pada katoda.
• Elektrodik
Elektrodik terdiri dari anoda dan katoda. Anoda adalah elektroda yang
mengalami oksidasi sedangkan katoda mengalami reaksi reduksi
b
a
Reductant
oxidant
Produk
Produk
Reaksi Anodik
Sn Sn2+ + 2e- stannous dissolution
H2 2H+ + 2e- Hidrogen evolution
2H2O O2 + 4H+ + 4e- Oksigen reduction
Reaksi Katodik
Sn2+ + 2e- Sn Stannous reduction
2H2O + 2e- H2 + 2OH- Hidrogen reduction
O2 + 2H2O + 4e- 4OH- Oksigen reduction
Pada gambar a terjadi reaksi oksidasi dalam hal ini logam akan berubah menjadi
ionnya akibat adanya elektron di dalam logam dan ion tersebut akan mengalir
dalam larutan. Dan pada gambar b terjadi reaksi reduksi yang merubah ion logam
dari larutan menjadi logam akibat dari hilangnya elektron dari logam tersebut.
Pergerakan-pergerakan elektron ini juga melibatkan pelepasan atau penyerapan
energi bebas. Elektrolisis bekerja dengan menyerap energi bebas dari sumber
listrik untuk reaksi non-spontan (∆G bernilai positif). Pengaliran arus listrik dalam
sel dapat mengerakan reaksi non-spontan sehingga terjadi electrolisis. Proses
elektrolisis ini mengunakan arus listrik berupa arus DC sehingga dibutuhkan
rectifier untuk mengubah arus listrik AC menjadi DC.
+
Rectifier
~
Sumber Listrik AC
Secara termodinamika dapat dilihat apakah reaksi redoks dapat berjalan atau
tidak. Tetapi tidak dapat mengukur kecepatan reaksi redoks ini. Perhitungan
reaksi ini hanya dari estimasi kecenderungan dari reaksi reduksi-oksidasi. Karena
adananya mass transport dan seberapa cepat pergerakannya perlu dilihat secara
kinetik. Semakin besar tegangan yang dipakai, semakin besar arus yang mengalir
akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
3. 3. Elektrolisis Timah
Reaksi elektrolisis ditemukan berkat jasa Michael Faraday atau yang lebih dikenal
dengan hukum faraday mengenai stoikiometri elektron dalam reaksi reduksi-
oksidasi.
Dalam 1 mol elektron bernilai sama dengan 1 Faraday atau 96500 Coloumb.
Kemudian dikenal juga rumus Faraday untuk menghitung massa produk logam
yang dihasilkan pada proses elektrolisis.
W = massa produk
Mr = massa atom
i = rapat
t = waktu
e = elektro valensi
Reaksi kimia atau redoks baru dapat berlangsung jika dapat menembus energi
aktivasi. Pemberian teganagan berlebih atau overpotensial dalam elektrolisisi
dibutuhkan untuk mencapai energi aktivasi tersebut. Tetapi jika potensial yang
diberikan terlalu besar maka logam bukan Sn yang terdeposisi tetapi logam yang
lebih mulia (noble) dibanding Sn yang justru akan terdeposisi.
= overpotensial
= symetri factor
= applied potensial
= termodinamika Nerst potensial
EN dapat di hitung dengan mengunakan persamaan Nerst hasil proyeksi
dari diagram Pourbaix.
Dari persamaan Nerst ini dapat dilihat hubungan antara tegangan yang diberikan
pada elektroda dengan konsentrasi dari elektrolit.
Jika dalam sel diperhitungkan pula nilai hambatan pada bahan konduktor yang
digunakan serta hamabatan elektrolit dalam sel maka nilai E (applied potensial)
menjadi
Impure
Tin Anode
Anode
Slime
High-purity
Tin catode
Gambar 3. 6. Sel sederhana electrolytic refining timah
Fe
Ni
Sn
Pb
H
Bi
Sb
As
Cu
Ag
-0.44
-0.25
-0.136
-0.126
0
+0.32
+0.152
+0.247
+0.337
+0.799
Pengotor-pengotor atau unsur pengikut yang ada pada timah kebanyakan memiliki
standar potensial yang lebih positif sehingga yang terlarut terlebih dahulu dalam
elektrolit bukanlah pengotor tetepi timah yang larut dan membentuk ion. Tetapi
karena Sn lebih positif dari standar potensial hidrogen pengunaan tegangan
berlebih yang terlalu tinggi dapat menyebabkan hidrogen yang justru terdissosiasi.
• Elektrolit
Pemilihan elektrolit merupakan salah satu pertimbangan dalam proses electrolyte
refining. Komposisi dari elektrolit sangat menpengaruhi kepadatan dan ketebalan
dari deposit timah pada produk katoda nantinya. Elektrolit diatur agar mudah
berdifusi pada katoda dan tidak terjadi arus pendek.
Dari beberapa elektrolit yang sudah dikenal dan digunakan dalam proses
electrolytic refining timah, dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu elektrolit asam,
elektrolit basa dan elektrolit lelehan garam. Elektrolit asam terdiri dari elektrolit
larutan asam klorida, fluorosilicate (ditambah asam sulfat) dan sulphate-organic.
elektrolit basa yaitu larutan alkali hydroxide dan alkali sulphide. Dan yang
terakhir mengunakan elektrolit dari lelehan garam timah.
• Elektrolit asam klorida
Electrolit secara umum yang dipakai yaitu larutan dari asam hidroklorida dan
asam sulfat dengan tamabahan beberapa bahan aditif. Penambahan bahan aditif
seperti gelatin dan cresol dapat menghasilkan deposit yang halus.
Elektrolit terbuat dari larutan stannous chloride dan asam hidroklorida. Larutan
ini dijaga agar tidak terjadi hidrolisis SnCl2 dan penigkatan konduktifitas listrik
pada larutan. Saat anoda terdissosiasi akan membentuk ion Sn2+, Fe2+, Cu2+, Bi3+ ,
Sb3+, AsO33-, Pb2+. Ion Pb akan membentuk endapan PbCl2. Walaupun
membentuk endapan PbCl2 memiliki kelarutan yang tinggi pada suhu 200C dapat
larut 9,9 gr dalam 1 liter air. Ion Sb3+ dan Bi3+ akan terhidrolisis membetuk
oksiklorida yang larut (BiOCl). Tembaga, besi dan arsenik akan larut dalam
elektrolit.
Kekurangan elektrolit jenis ini ion sulfat akan menyebabkan anoda akan
melarutkan kembali Pb pada lumpur dan membentuk Pb2SO4. Salah satu kendala
lain dalam pengunaan zat asam sebagai elektrolit yaitu terbentuknya lapisan di
anoda karena adanya kandungan Pb di anoda. Untuk itu lapisan pengotor di anoda
itu harus dibersihkan secara berkala.
Dalam elektrolit larutan klorida hanya Fe dan Pb yang dapat dipisahkan
dari Sn dengan pada elektrolisis. Selain dari rendahnya tingkat penghilangan
pengotor kekurangan yang utama dari elektrolit ini yaitu deposit timah yang
menempel pada katoda berbentuk kristal dendrite yang kurang menempel kuat
pada katoda hal dapat menyebabkan arus pendek. Elektrolit jenis ini dapat dipakai
untuk pemurnian lead-tin alloy untuk memisahkan Sn dan Pb.
• Elektrolit fluorosilicate dan sulphate-organic
Setelah katoda yang terdeposisi penuh oleh logam timah kemudian katoda di lebur
lagi untuk membentuk ingot. Biasanya ingot yang dicetak tidak tidak terlalu besar
untuk menjaga kemurnian logam timah. Untuk memastikan kualitas dari logam
timah hasil refining perlu dilakukan quality control dengan cara pengambilan
sampel dari hasil electrolytic refining. Secara komersial kualitas standar timah
diklasifikasikan dalam ASTM B339. High grade AAA (Sn 99,98%), grade A (Sn
99,8%), Grade B, C, D dan E memiliki kemurnian yang lebih rendah dari 99%.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4. 1. Typical Analsis of Tin Product PT TIMAH 2010
Brand : Banka 99.99
Ingot : Standard
Dimension (cm) : 53.5 x 15.5 x 6
Weight (Kg) : 25
% Sn : 99,99
Table 4. 1. Kandungan kimia pada timah 4N.
Jenis logam
Tonase
% Sn
Barat Sn
Balaok Feed
Timah Feed Ketel 4
Timah Feed Ketel 5
Timah Feed Ketel 6
Anoda baru
Ex. Anoda
Anoda dalam sel
Dross Feed
Slime
0 kg
6000 kg
2500 kg
7000 kg
17780kg
240 kg
245942 kg
500 kg
79686 kg
99,92
99,92
99,92
99,92
99,92
99,92
99,92
99,92
21,32
0,00 kg
5995,20 kg
2498,00 kg
6994,40 kg
17765,78 kg
239,81 kg
245745,25 kg
499,60 kg
16990,00 kg
Jumlah
359648 kg
296728,03 kg
Jenis logam
Tonase
% Sn
Barat Sn
Balaok Banka 4N
Timah 4N Ketel
Timah 4N Ketel
Timah 4N Ketel
Timah 4N Ketel
Katoda baru
Katoda dalam sel
Katoda produk yang blm dicetak
Dross Timah 4N
384 kg
0 kg
0 kg
0 kg
1000kg
60 kg
26572 kg
0 kg
100 kg
99,99
99,99
99,99
99,99
99,99
99,99
99,99
99,99
99,99
383,96 kg
0,00 kg
0,00 kg
0,00 kg
999,90 kg
59,99 kg
26569,34 kg
0,00 kg
199,98 kg
Jumlah
28216 kg
28213,18 kg
Total
387864 kg
324941,21 kg
DROSS SLIME
BANKA 99,99
Timah BANKA
Dross feed
Slime
309260 kg
0 kg
6000 kg
2500 kg
7000 kg
240 kg
17780 kg
245942 kg
3744 kg
2240 kg
Jumlah
594706 kg
Jumlah
594706 kg
INPUT PROSES
OUTPUT PROSES
Uraian
Berat
Uraian
Berat
Hasil panen
Sisa logam 4N ketel 1
Sisa logam 4N ketel 2
Sisa logam 4N ketel 3
Sisa logam ketel holding ER
Katoda dalam sel
240033 kg
0 kg
0 kg
0 kg
2400 kg
25634 kg
15 kg
0 kg
0kg
Hasil cetak logam 4N
Sisa logam 4N ketel 1
Sisa logam 4N ketel 2
Sisa logam 4N ketel 3
Sisa logam ketel holding ER
Katoda dalam sel
Pemakaian katoda
Stok katoda baru
Katoda produk yang belum dilebur
Sisa logam 4N
Dross logam 4N
188000 kg
0 kg
0 kg
0 kg
1000 kg
26572 kg
48380 kg
60 kg
0 kg
384 kg
3686 kg
Jumlah
268082 kg
Jumlah
268082 kg
Pemakaian BBM
Pemakaian bahan bakar penunjang
Pemakaian listrik
Pemakaian air demineralisasi
23500 kg
Briket
Gas Elpiji
Oksigen
957,3 Kwh
22000 ltr
980 kg
0 kg
120 kg
BAB V
PEMBAHASAN
5. 1. Proses Pengolahan Timah Secara Umum
PT Timah adalah penghasil timah nomor dua terbesar di dunia setelah
Cina dengan produksi 45,000 ton/tahun. PT Timah dalam hal ini Unit Metalurgi
memproduksi logam timah dengan beberapa kualitas dari tingkat kemurniannya
dan menjadi merek dagangan internasional yaitu Timah Banka (99,92%), Timah
Mentok (99,85%), Timah Banka Low Lead (99,93%) serta Timah Four Nine
(99,99%). Masing-masing jenis timah mengalami perlakuan dan proses berbeda.
Proses permurniaan di Unit Metalurgi terbagi menjadi tiga jenis proses yaitu
pyrorefining, eutectic refining, dan electrolytic refining.
Unsur
Banka Tin
Mentok Tin
Banka
Low lead A1
Banka
Low lead A2
Banka
Low lead A3
Sn (min)
Pb (Max)
Sb
BI
Cu
As
Fe
Al
Cd
Zn
Ni + Co
99,92
0,036
0,005
0,004
0,009
0,017
0,007
0,001
0,001
0,001
0,005
99,85
0,043
0,006
0,006
0,035
0,027
0,010
0,001
0,001
0,001
0,005
99,93
0,020
0,005
0,004
0,009
0,017
0,007
0,001
0,001
0,001
0,005
99,93
0,010
0,005
0,004
0,009
0,017
0,007
0,001
0,001
0,001
0,005
99,93
0,005
0,005
0,004
0,009
0,017
0,007
0,001
0,001
0,001
0,005
elekltrolit
rectifier
Starter sheet
anoda
Produk katoda
Anoda scrap
Sel electrolytic refining
SLIME
Starter sheet casting
anoda casting
ingot casting
Crude tin
Banka 99,99
Melting ketel
Melting ketel
44 cm
108 cm
100 cm
77 cm
Gambar 5. 4. Anoda yang selesai dicetak.
5. 4. Membuat Elektrolit
Electrolit untuk electrolytic refining Sn dibuat dengan larutan fluorosilicate acid,
sulfuric acid serta kristal Stannous sulfate. Air suling atau air demineralisasi
diisikan kedalam electrolyte mixing tank dengan kapasitas 200 liter. Kemudian
pompakan fluorosilicate acid dan sulfuric acid dari drumnya. Takar sulfuric acid
sesuai dengan kebutuhan dan dimasukan dalam jerigen reservoir dengan kapasitas
20 liter. Banyaknya sulfuric acid disesuaikan dengan banyaknya kandungan Pb
yang ada dalam logam timah, pengunaan sulfuric acid yang berlebih akan
menyebabkan lapisan pasif pada anoda. Kemudian masukan sulfuric acid dalam
electrolyte mixing tank. Kemudian masukan Stannous sulfate padat kedalam
electrolyte mixing tank sampai larut. Proses ini akan meningkatkan suhu larutan,
diamkan larutan sampai suhunya turun. Kemudian masukan fluorosilicate acid ke
jerigen reservoir. Bila suhu larutan sudah menurun dibawah 350C hidupkan mixer
dan tuangkan fluorosilicate acid dalam electrolyte mixing tank. Setelah elektrolit
selesai dipreparasi kemudian dipompakan menuju tanki reservoir elektrolit.
Selain larutan tersebut elektrolit perlu ditambahkan beberapa addition agent.
Adisi yang ditambahkan pada elektolit ini berupa zat koloid yaitu gelatin dan
eugenol. Koloid ini berfungsi agar katoda yang terbentuk terbebas dari bentuk
jarum dan deposit timah pada katoda menjadi lebih halus dan merata.
Rectifier 1
Rectifier 2
Rectifier 3
Voltage sel
0,3 V
0,3 V
0,3 V
Voltage total
10,8 V
9,6 V
9,6 V
Ampere Max
1000 A
1000 A
1000 A
Bongkar (set)
1
2
3
4
5
10,2 V
9,6 V
9V
8,4 V
7,8 V
9V
8,4 V
7,8 V
7,2 V
6,6 V
9V
8,4 V
7,8 V
7,2 V
6,6 V
5. 6. Pencucian Anoda
Selama proses elektrolisis, anoda akan dilapisi oleh lumpur pada
permukaan anoda. Lumpur ini terdiri dari sulfida logam yang yang membentuk
presipitat. Lumpur ini masih mengandung kadar timah yang cukup tinggi samapi
30% dan juga mengandung logam berharga lainnya. walapun demikian untuk
melakukan recovery logam pada lumpur ini Unit Metalurgi belum memiliki
teknologinya untuk dilakukan dalam skala besar. Lumpur pada permukaan anoda
ini akan menghambat proses elektrolisis. Untuk itu perlu dilakukan proses
pembersihan anoda secara berkala. Anoda yang berlapis lumpur diangkat
menggunakan over head travelling crane dari dalam sel dan jangan samapi
bersentuhan dengan katoda disampingnya. Setalah anoda berada diatas sel,
biarakan beberapa saat sampai anoda tidak menetes lagi. Pindahkan anoda menuju
bak pencucian anoda. Semprotkan air demineralisasi pada permukaan anoda
sampai lumpur yang melekat lepas. Dan pasang kembali anoda kedalam sel.
5. 7. Penggantiaan Anoda dan katoda
Setelah anoda dan katoda siap dipanen, anoda dan katoda dilakukan
penggantiaan dengan anoda dan katoda yang baru biasanya 1 siklus penggantian
anoda dan katoda dilakukan selama 7 hari. Sebelum dilakukan pengangkatan
matikan kran pompa elektrolit. Turunkan arus listrik pada rectifier sampai 50 A.
Angkat katoda dengan over head travelling crane pelan-pelan dan jangan sampai
bersentuhan dengan anoda. Kemudian bawa katoda ke bak perendaman untuk
dibersihkan dari elektrolit. Setelah katoda dibersihkan kemudian lepas batangan
tembaga. Periksa keadaan katoda dari cacat fisik dan juga pengotor kemudian
timbang berat katoda. Setelah itu dapat dilakukan pencairan untuk dijadikan ingot
atau dibuat starter sheet kembali. Ambil sampel katoda pada setiap sel untuk
dilakukan typical analisis kemurniaan Sn nya dan juga kandungan unsur lainnya
untuk menjaga kualitas logam timah.
Anoda dalam sel diangkat menggunakan over head travelling crane sel ke bak
pencucian anoda. Semprotkan lumpur yang menempel pada anoda dengan air
demineralisasi sampai lumpur yang menempel pada permukaan terlepas. Anoda
yang sudah bersih kemudian disusun pada sel “Half Life” atau “Full Life”’
tergantung pada ketebalan logam timah yang tersisa. Jika ketebalan logam timah
sudah habis hampir setengahnya dimasukan dalam sel “Half life” dan anoda yang
masih penuh disusun pada sel “Full Life”. Sedangkan anoda yang dianggap sudah
habis disusun sebagai dan tidak dapat dipakai lagi untuk proses elektrolisis
disusun sebagai ex-anoda. Ex-anoda ini nantinya dapat dilebur kembali pada
melting ketel dan dilakukan pencetakan anoda untuk pembuatan anoda baru.
Katoda
Fe
Pb
Cu
Ni
As
Sb
KL1 – KL4
2
9
2
2
2
4
KL5-KL8
1
111
1
2
1
3
KL9-KL12
2
7
2
2
2
3
KL16-KL18
1
10
3
2
2
4
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
• Kesimpulan
• Proses refining pada pengolahan timah terdiri dari dua
metode yaitu dengan pyrometallurgy (pyrorefining) atau dengan metode
hydrometallurgy (electrolytic refining).
• Untuk mendapatkan logam timah dengan kadar sangat
tinggi sampai 99,99% dapat dilakukan proses electroyitic refining yaitu
proses pemurniaan dengan mengunakan prinsip elektrolisis. electrolytic
refining ini cocok di pakai pada beberapa logam seperti Cu, Ag, Pb, Au,
Ni, Sn, Zn dll.
• Kelebihan dari proses electrolytic refining dibandingkan
dengan pyrorefining yaitu hampir semua jenis pengotor dapat dipisahkan
secara bersamaan dalam satu tahapan proses dan menghasilkan kadar Sn
yang lebih tinggi.
• kekurangan dari proses electrolytic refining dibandingkan
dengan proses pyrorefining yaitu lambatnya proses produksi.
• Elektrolit yang digunakan untuk proses electrolytic refining
dapat berupa larutan elektrolit asam, larutan elektrolit basa atau pun
elektrolit lelehan garam.
• Pemilihan elektrolit merupakan salah satu pertimbangan
dalam proses electrolyte refining. Komposisi dari elektrolit sangat
menpengaruhi kepadatan dan ketebalan dari deposit timah pada produk
katoda nantinya
• Variabel yang harus dijaga untuk menjaga efisiensi proses
seperti arus dan tegangan listrik yang digunakan, konsentrasi elektrolit,
jarak anoda dan katoda, suhu elektrolit, ketebalan anoda dan katoda dll
• Saran
• Tingkatkan kembali pemakaiaan alat keselamatan kerja di
lingkungan kerja. Karena pada proses electrolytic refining ini mengunakan
bahan kimia yang berbahaya dan lingkungan atmosfir udara yang dipenuhi
uap bahan kimia.
• Mulai beralih pada elektrolit yang lebih aman karena
elektrolit yang sekarang dipakai termasuk dalam bahan kimia beracun.
DAFTAR PUSTAKA