Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Falsafah, Visi, Misi, dan Tujuan Rumah Sakit


1. Visi RS Bhayangkara Polda D.I.Y
Terwujudnya Rumah Sakit Polri yang professional dan menjadi pilihan
masyarakat.
2. Misi RS Bhayangkara Polda D.I.Y
a) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang prima yaitu cepat,
tepat, ramah, dan informative serta peduli lingkungan.
b) Mengembangkan kemampuan dan kekuatan sumber daya
manusia yang berkualitas dalam rangka mewujudkan pelayanan
professional;
c) Melaksanakan pelayanan kedokteran kepolisian dalam rangka
mendukung tugas operasional Polri;
d) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
sesuai perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi serta
ramah lingkungan.
e) Melaksanakan pendidikan dan penelitian.
3. Tujuan Rumah Sakit
Rumah Sakit Bhayangkara memiliki tugas pokok berupa
menyelenggarakan pelayanan kedokteran kepolisian untuk mendukung
tugas operasional Polri dan pelayanan kesehatan kepolisian bagi
Pegawai Negeri pada Polri dan keluarganya serta masyarakat umum
secara prima.
B. Struktur Organisasi
Setiap rumah sakit memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel.
Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan

4
5

internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala Rumah Sakit


harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di
bidang perumah sakitan. Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai
pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia. Pemilik Rumah Sakit tidak
boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit (Anonim, 2009).

Struktur organisasi Rumah Sakit Bhayangkara dapat dilihat pada gambar 1.

KARUMKIT
DEWAN PENGAWAS
WAKARUMKIT

KSBG WAS INTERN

KSBG RENMIN KSBG BIN FUNG

KAUR KAUR
WASBIN WASOPSYAN

UR TU UR REN UR UR UR UR
MIN KEU DIKLIT SIM&RM

KSBD KSBD YANMED


JANGMEDUM DOKPOL

UR UR UR UR UR
JANGUM JANGMED YANWAT YANMED YANDOKPOL

Gambar 1. Struktur organisasi RS Bhayangkara Polda D.I.Y

5
6

C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 58 tahun 2014 tentang
standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit
adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Bhayangkara Polda DIY terdiri dari 2 bagian yaitu gudang farmasi dan ruang
pelayanan obat (rawat jalan dan rawat inap). Kegiatan yang dilakukan di
IFRS Bhayangkara Yogyakarta adalah sebagai berikut:
4. Pemilihan obat
Pemilihan obat merupakan proses kegiatan mulai dari melihat masalah
kondisi kesehatan di Rumah Sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk
dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
essensial, menjaga dan memperbaharui standar obat. Tujuan dari proses
pemilihan adalah menjamin penggunaan obat yang rasional serta
pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan berkualitas.
Mekanisme pemilihan obat untuk menambah atau mengurangi obat
berdasarkan:
a. Relevan dengan pola penyakit
b. Terbukti aman dan efektif
c. Kualitas memadai termasuk bioavaibilitas, bioekivalensi, dan

stabilitas serta memiliki Certificare of Analysis (CoA).

d. Memiliki rasio cost benefit yang tinggi dihitung dari total biaya

perawatan.

e. Diutamakan obat yang sudah dikenal dengan baik dengan profil

farmakokinetik yang baik dan di buat di dalam negeri.

f. Diproduksi oleh perusahaan farmasi yang sudah memiliki

sertifikat mutu CPOB / GMP.

g. Diutamakan obat essensial.

6
7

5. Formularium obat di Rumah Sakit


Formularium obat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda D.I.
Yogyakarta merupakan daftar obat yang diterima disetujui oleh Tim dan
terapi untuk digunakan di RS Bhayangkara Polda D.I. Yogyakarta dan
dapat di evaluasi, direvisi, dan suplementasi dilakukan oleh Tim Farmasi
dan Terapi secara reguler berdasarkan usulan dari dokter/SMF dan
masukan dari instalasi Farmasi. Penggunaan obat diluar formularium
diperkenankan apabila diperlukan dan mendapat persetujuan di Tim
Farmasi dan Terapi. Formularium ditetapkan oleh Direktur dan
diterbitkan oleh rumah sakit minimal setiap 2 tahun.
a. Monitoring dan evaluasi kepatuhan formularium
Monitoring terhadap pelaksanaan formularium dilakukan oleh
Kepala Instalasi Farmasi secara berkala meliputi ketersediaan
obat formularium, kesesuaian penulis resep dengan formularium
dan penulisan obat di luar formularium.
b. Evaluasi terhadap proses pemilihan obat dilakukan setiap 1
tahun sekali, meliputi:
1) Prosentase obat DOEN terhadap formularium
2) Prosentase kepatuhan terhadap formularium (kesesuaian
resep dengan formularium)
3) Prosentase usulan kebijakan yang diterima oleh direktur.
3. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi
Perbekalan farmasi yang direncanakan pengadaannya oleh Instalasi
Farmasi adalah obat sesuai dengan formularium serta perbekalan farmasi
lainya. Perencanaan perbekalan farmasi diusulkan oleh Kepala Instalasi
Farmasi dibantu oleh penanggung jawab pengelolaan perbekalan farmasi
yang kemudian diserahkan kepada Kasubidjangmedum dengan
menerapkan metode konsumsi dan beberapa penyesuaian. Perhitungan
perencanan tahunan dilakukan dengan cara menghitung konsumsi obat
tahun lalu yang kemudian jumlah perencanaan ditambah 20% dari rerata
konsumsi tahun sebelumnya dengan mempertimbangkan:

7
8

a. Sisa stok
b. Laporan obat kosong
c. Obat fast moving
d. Usulan obat baru
e. Analisa pareto ABC dan VEN
f. Anggaran tahunan
g. Hasil perencanaan kemudian dikonveriskan anggaran untuk
diajukan ke tim anggaran.
h. Evaluasi proses perencanaan dilakukan setiap tahun meliputi:
1) Persentase dana yang tersedia dibandingkan dengan
keseluruhan dana yang sesungguhnya dibutuhkan.
2) Penyimpanan perencanaan baik dari sisi anggaran maupun
jenis, dan jumlah produk.
3) Kecukupan obat
4) Kesesuaian SPO perencanaan dengan pelaksanaan.
2. Pengadaan perbekalan farmasi
Pengadaan dilakukan oleh Apoteker bagian gudang farmasi atau
Apoteker yang ditunjuk oleh Kepala Rumah Sakit. Pengadaan perbekalan
farmasi di RS Bhayangkara Polda D.I. Yogyakarta dilakukan dengan dua
cara yang pertama pembelian langsung dan e-katalog.
a. Pembelian langsung
Sistem pengadaan dengan pembelian langsung hanya untuk
pengadaan obat-obat di luar e-catalog BPJS yang digunakan oleh
Rumah Sakit Bhayangkara. Anggaran dari pembelian langsung
telah ditentukan oleh pihak keuangan dengan tidak melebihi
anggaran pembelanjaan yang telah ada. Pembelian langsung
mempertimbangkan beberapa kriteria pemilihan PBF. PBf yang
dipilih harus memenuhi standar mutu serta harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki surat Izin Usaha Pedagang Besar Farmasi dari
Badan POM RI.

8
9

2) Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).


3) Memiliki Surat Pengukuhan penguasahan Kena Pajak
beserta nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
4) Memiliki Surat Tanda Daftar Perusahaan.
5) Lebih diutamakan pemasok yang memiliki Sertifikat Mutu.
6) Memberikan jaminan pelayanan meliputi kejelasan
informasi mengenai kekosongan barang, retur, kadaluarsa
jangka pendek, serta diskontinyu.
b. E- katalog
Sistem e-katalog obat generik adalah sistem informasi elektronik
yang memuat informasi seputar daftar nama obat, jenis,
spesifikasi teknis, harga satuan terkecil, dan pabrik penyedia.
Harga yang tercantum dalam e-katalog adalah harga satuan
terkecil, dimana sudah termasuk pajak dan biaya distribusi.
Pengadaan obat generik yang sudah termuat dalam e-katalog
dilaksanakan melalui mekanisme e-purchasing, serta bersifat
penunjukan langsung oleh satuan kerja.
3. Penerimaan perbekalan farmasi
Penerimaan perbekalan IFRS Bhayangkara Polda D.I. Yogyakarta
dilakukan di gudang farmasi setiap hari kerja pada jam 07.00 sd 14.00
WIB. Tugas dari petugas penerimaan barang adalah mengecek kebenaran
antara surat pesanan yang telah dibuat oleh petugas pengadaan IFRS
dengan faktur dan barang yang diterima. Barang datang dicek berdasarkan
nama, kekuatan, bentuk sediaan, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor Batch,
kualitas barang, keutuhan bentuk kemasan, standar suhu penyimpanan obat
tersebut, misalnya untuk obat yang disimpan dalam suhu 2 – 8 derajat
celcius harus menggunakan ice box atau disimpan dalam lemari pendingin.
Penerimaan diluar jam kerja Gudang Farmasi dapat dilakukan oleh Asisten
Apoteker di IFRS sesuai kesepakatan. Penerimaan obat CITO, obat tidak
dilakukan penyimpanan ke gudang tetapi langsung didistribusikan kepada
unit yang membutuhkan melalui IFRS.

9
10

4. Penyimpanan perbekalan farmasi


Penyimpanan perbekalan Farmasi di instalasi farmasi dilakukan sesuai
persyaratan mutu yang ditetapkan. Sistematika penyimpanan harus
memperhatikan stabilitas (sifat fisika kimia) perbekalan farmasi yang telah
direkomendasikan dalam package insert serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengelompokan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan. Obat-obat narkotika dan psikotropika harus disimpan dalam
lemari khusus kunci ganda. Bahan yang mudah terbakar ,korosif, eksplosif,
iritatif, karsinogenik disimpan di tempat terpisah. Perbekalan farmasi
disimpan berdasarkan prinsip Farmakologi, FEFO (First Expired Firts
Out), barang yang memiliki waktu kadaluarsa lebih awal harus digunakan
lebih dahulu, untuk obat dengan expired sama dengan prinsip (First in
First out) dimana barang yang datang lebih dahulu harus digunakan lebih
dahulu. Monitoring penyimpanan dilakukan setiap hari meliputi
pemantauan suhu dan kelembaban. Evaluasi proses penyimpanan
dilakukan setiap 3 bulan meliputi:
a. Persentase kesesuaian kartu stok/komputer dan barang
(sample/cyclic counting).
b. Persentase kesesuaian penyimpanan barang dengan metode yang
ditetapkan (FIFO/FEFO/suhu dan kelembapan).
c. Persentase obat yang rusak dan kadaluarsa.
d. Persentase obat mati (deth: obat yang digunakan dalam waktu 3
bulan).
e. Persentase obat stok out berakibat menurunya kualitas pelayanan.
5. Distribusi perbekalan farmasi

Proses distribusi perbekalan farmasi dibagi menjadi beberapa

kegiatan, diantaranya:

a. Perbekalan farmasi yang didistribusikan oleh Instalasi farmasi

adalah obat sesuai dengan formularium dan suplemen

10
11

formularium, alkes, serta perbekalan farmasi lain yang

dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan Rumah Sakit.

b. Distribusi perbekalan farmasi dari gudang farmasi ke instalasi

farmasi kemudian diteruskan ke IGD, poliklinik, atau bangsal

yang membutuhkan.

c. Distribusi/ dispensing obat pasien rawat inap (in-patient)


menggunakan sistem individual Prescription (peresepan
individu), yakni menggunakan lembar permintaan obat untuk
tiap pasien. Penggunaan obat pada pasien rawat inap dikelola
oleh perawat dibawah pengawasan Apoteker. Lembar
permintaan obat disesuaikan dengan terapi yang telah diberikan
oleh dokter penanggungjawab pasien. Jumlah dan jenis obat
yang diminta disalin oleh petugas farmasi pada lembar
pemakaian obat pasien kemudian dimasukkan dalam SIM RS
Bhayangkara “Billing System”. Pada ruang rawat inap juga
disediakan stok khusus untuk obat-obat emergency. Obat
tersebut meliputi obat-obat life saving dalam bentuk emergency
kit/ trolley emergency, obat simtomatis, dan alkes yang sering
digunakan. Penentuan jenis dan jumlah stok di bangsal
ditentukan oleh Tim Farmasi dan Terapi berdasarkan usulan unit
yang bersangkutan.
d. Distribusi / dispensing obat kepada pasien rawat jalan (out-
patient) menggunakan sistem individual Prescription (peresepan
individu). Penyiapan resep harus melalui skrining sesuai
ketentuan dan syarat serta melalui tahap pengecekan kembali
sebelum diserahkan kepada pasien dengan disertai informasi
mengenai aturan pakai, cara penyimpanan, dan efek samping
penggunaan obat. Apabila diperlukan dapat dilakukan proses
konseling oleh Apoteker kepada pasien. Instalasi farmasi

11
12

diizinkan melayani pembelian diluar resep sesuai prosedur yang


telah ditetapkan.
e. Distribusi / dispensing pada ruang gawat darurat, kamar operasi,
dan ruang bersalin menggunakan sistem floor stock, yakni obat
dan alkes yang telah dipilih disediakan dalam ruangan dengan
jumlah yang telah ditentukan sesuai kesepakatan. Pemakaian
obat dan alkes tiap pasien kemudian dicatat oleh perawat dalam
slip pemakaian yang diserahkan kepada farmasi. Floor stock
yang telah digunakan kemudian diisi kembali sesuai slip yang
telah diberikan. Persediaan tersebut dikelola oleh perawat dalam
pengendalian farmasi.
f. Koreksi pada kekeliruan dalam proses dispensing (dispensing
error) yang berakibat fatal, harus segera dilaporkan kepada
komite keselamatan paien untuk kemudian dilakukan tindakan
lanjut.
g. Pemantauan dan evaluasi proses dispensing dilakukan setiap
bulan meliputi :
1) Average information time: rata-rata waktu yang digunakan
dalam konsultasi/ pemberian informasi obat.
2) Average dispensing time : rata – rata yang digunakan untuk
memberikan pelayanan sejak resep diterima sampai obat
diberikan kepada pasien disertai informasi.
3) Persentase jumlah resep yang dilayani banding dengan
keseluruhan resep yang seharusnya dilayani.
4) Kepuasan pelanggan
5) Kejadian salah menyerahkan obat
6) Kejadian near miss dalam pelayanan resep dengan prinsip
FIFO (First in First Out) di mana barang yang datang lebih
dahulu harus dikeluarkan lebih dahulu terhadap obat-obat
expired date.

12
13

D. Tugas dan Fungsi IFRS


Tugas pokok IFRS meliputi:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang profesional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi
3. Melaksanakan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
4. Melakukan analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan farmasi
5. Melakukan pengawasan berdasrkan aturan yang berlaku
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
Fungsi dari IFRS meliputi:
1. Pengelolaan perbekalan farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi yang berpedoman pada
perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Menerima dan menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit–unit pelayanan di
rumah sakit.
2. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan
obat (drug related problem) dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat.

13
14

e. Memberi informasi kepada petugas kesehatan, pasien dan atau


keluarga pasien.
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga pasien.

14

Anda mungkin juga menyukai