Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

VARICELLA

Disusun oleh:
Daniel

Dokter Pembimbing:
dr. Hendra Minarto, Sp. KK
dr. Anita Fadhilah
dr. Rizky Imansari

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF Ilmu Penyakit Dalam di RSUD dr.Soebandi Jember

PT. NUSANTARA MEDIKA UTAMA


RS PERKEBUNAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Varicella atau yang biasa disebut dengan cacar air merupakan penyakit
menular akibat infeksi Varicella Zoster Virus (VZV) yang memunculkan
mainfestasi berupa ruam kulit yang disertai lentingan berisi air dan terasa gatal.
Penyakit ini biasanya dimulai dengan demam satu sampai dua hari, meski pada
anak-anak tidak selalu terjadi. Vesikel mulai muncul dari wajah dan kulit kepala,
menyebar ke toraks dan abdomen kemudian ke ekstremitas. Setelah tiga atau empat
hari vesikel-vesikel tersebut mengering. Jumlah vesikel yang muncul dapat sedikit
sehingga dapat diabaikan hingga sangat banyak sampai melingkupi seluruh bagian
tubuh. Virus banyak didapatkan di daerah nasofaring pada hari-hari pertama dan di
vesikel sampai mengering. Fase infeksius varicella dimulai dari satu sampai dua
hari sebelum muncul ruam hingga vesikel tersebut kering. Pada pasien dengan
imunokompromais kondisi ini dapat menjadi lebih lama. Pengobatan awal dengan
acyclovir mampu memperpendek durasi dan jumlah vesikel. (Balfour et al., 1992;
Dunkle et al., 1991).
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella yang berada dalam
tubuh pasien. Virus dari lesi dapat menulari orang lain namun belum ada bukti
bahwa herpes zoster dapat didapat dari individu lain dengan varicella. Meski lebih
banyak terdapat pada orang tua, herpes dapat muncul pada anak-anak terutama pada
mereka yang imunokomporomais. Vesikel pada herpes zoster muncul sersuai
dermatom yang mewakili ganglion kranial atau spinal di mana virus tersebut
menjadi dorman. Area tersebut kemudian dapat menjadi sangat sakit dan dapat
muncul parestesia.
Varicella diturlarkan melalui kontak personal atau penyebaran droplet.
Masa inkubasi sekitar satu sampai tiga minggu. Angka infeksi sekunder dari
penularan dalam rumah tangga dapat mencapai 90%. Infeksi ini paling sering pada
anak-anak di bawah usia sepuluh tahun, dan biasanya penyakit yang diderita
bersifat ringan.
Pada orang dewasa, varicella dapat bermanifestasi lebih parah, terutama
pada ibu hamil dan perokok karena keduanya mempunyai risiko lebih besar
terjangkit pneumonia varicella. Pada ibu hamil, risiko lebih besar pada akhir
trimester kedua atau awal trimester pertama. Pada neonatus maupun individu
terimunosurpresi, varicella dapat bersifat hemoragik.
I. IDENTITAS
Nama : Tn. C
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Sriwijaya 5
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tanggal MRS : 20 Februari 2018
Pemeriksaan : 20 Februari 2018

II. ANAMNESIS
 Keluhan umum : Bintil-bintil seluruh tubuh
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh muncul bintil-bintil di seluruh tubuh sejak dua hari
sebelum pemeriksaan. Pasien juga mengalami demam sejak tiga hari sebelumnya,
batuk pilek (-), mual muntah (-) nyeri kepala sejak sehari sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
-
 Riwayat Pengobatan :
Pasien hanya diberi Sanmol & Acyclovir 3x400mg dan belum membaik
 Riwayat Sosial :
Pasien sudah berkeluarga dan tinggal bersama istri dan anaknya.
 Anamnesis Sistem (Review of System)
Kulit : Kuning -, pucat -, gatal +, kering -, ruam + multiple
vesicles + berair, krusta + pustula +
Kepala : Pusing -, nyeri kepala +, trauma kepala -
Mata : Kuning -, penglihatan kabur -, kacamata -
Telinga : Gangguan pendengaran -, keluar cairan telinga -
Hidung dan sinus : Perdarahan -, sering pilek -, bersin -
Mulut : Perdarahan gusi -, mulut kering -, sariawan -
Leher : Kaku leher -, tumor -, pembesaran getah bening -
Jantung : nyeri dada -, sesak -
Paru : Sesak+, batuk -
Alat pencernaan : Mual +, muntah +, muntah darah -, BAB hitam -,
BAB merah segar -, hemoroid -, nafsu makan
berkurang - gangguan menelan -
Saluran kencing : Kencing seperti teh -, nyeri pinggang -, nyeri
kencing -, sering kencing-
Alat kelamin : Sekret -, pembengkakan-
Alat gerak : Nyeri sendi -, kaku sendi -, kemerahan sendi -,
bengkak-, luka -
Sistem saraf : Kejang -, rasa tebal pada kedua kaki -, kesemutan -
Endokrin : Nafsu makan berkurang -, penurunan berat badan -
,keringat malam –

II.PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 125/80
Nadi : 78x/menit, reguler, kuat angkat
Pernafasan : 20x/menit, thoracoabdominal, reguler
Suhu : 36,7 o C

B. Kepala Leher
 Umum
Anemis (-), icterus (-), cyanosis (-), dyspnea (-)
 Mata
Alis : normal
Bola mata : normal
Kelopak : normal
Konjungtiva : normal
Sclera : normal, tidak ikterus
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : normal

 Telinga
Bentuk : normal
Procesus mastoideus : tidak nyeri
Lubang telinga : tidak ada kelainan
Can.audit.ext : tidak ada kelainan
Pendengaran : tidak ada kelainan

 Hidung
Penyumbatan : tidak ditemukan penyumbatan
Daya penciuman : normal

 Mulut
Bibir : tidak ada tanda sianosis
Gusi : tidak didapat perdarahan
Lidah : tidak kotor
Mukosa : normal
Palatum : normal

 Leher
Kel.limfe : tidak didapatkan pembesaran
Trakea : di tengah
Tiroid : tidak didapatkan pembesaran kelenjar
Vena Jugularis : tidak terdapat distensi
Arteri Carotis : teraba pulsasi

C. Thorax
 Umum
Bentuk : normal
Payudara : simetris, ginekomasti -
Kulit : terdapat multiple vesicles erythematous dan
pustules, spider nevi -, vena kolateral -
Axilla : tidak ditemukan kelainan, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
 Paru

Dextra Sinistra

I : simetris, retraksi - I: simetris, retraksi -


P : fremitus raba + normal P: fremitus raba + normal
P : sonor + P: sonor +
A: Vesikuler +, Rhonki -, A: Vesikuler +, Rhonki -,
Wheezing - Wheezing -

 Jantung
Inspeksi Iktus: tidak tampak
Pulsasi jantung : tak tampak
Palpasi Iktus tidak teraba
Perkusi Batas jantung kanan: parasternal line dextra ICS VI
Batas jantung kiri axillaris anterior line sinistra ICS V
Auskultasi S1, S2: normal, murmur -, gallop -, ekstrasistole -

D. Abdomen
Inspeksi Bentuk:
 Supel, tak tampak massa, umbilicus masuk ke
dalam
 Kulit: turgor normal, terdapat multiple
vesicles erythematous dan pustules
Auskultasi Bising usus: positif, normal
Palpasi Tugor normal, tonus normal.
Hepar teraba membesar, Lien tidak teraba
Nyerit ekan(-)
Ginjal tidak teraba
Nyeri ketok ginjal (-)
Perkusi Meteorismus (-), Shifting dullness (-)

E. Inguinal – Genitalia – Anus


Dalam batas normal

F. Extremitas
Atas Akral hangat, kering
Tidak didapatkan petechiae, purpura dan echimosis,
terdapat multiple vesicle, pustule dan krusta
Tidak didapat deformitas
Sendi: tidak didapatkan nyeri sendi
Kuku: tidak didapat kelainan
Jari: tidak didapat kelainan
Edema: tidak didapatkan
Bawah Akral hangat, kering
Tidak didapatkan petechiae, purpura dan echimosis,
terdapat multiple vesicle, pustule dan krusta
Tidak didapat deformitas
Sendi: tidak ada nyeri
Kuku: tidak didapat kelainan
Jari: tidak didapat kelainan
Edema: tidak didapatkan

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 16,5 13,5-18
Leukosit 8700 4500-11000
Trombosit 174000 150000-450000
PCV 49,1% 40-54%
Diff Count:
Eosinofil - 0-2
Basofil - 0-1
Stab - 3-5
Segmen 70 54-62
Monosit 7 3-7
Limfosit 23 25-33
Tubex Test =6 <=2: Negative, 3: Borderline,
>=4: Positive

 Tampilan Klinis
IV. DIAGNOSIS
 Etiologi : Varicella
 Sekunder: Typhoid Fever

V. PLANNING
 Diagnostik : UL, SGOT/SGPT
 Terapi :
o Infus RL:D5 1:1 20tpm
o Cloviar (valacyclovir) 3x1000mg po
o Sanmol (paracetamol) 3x500mg prn
o Nutriflam Neo (Boswellia serrata extract 100 mg. Curcuma longa
rhizoma extract 250 mg, Bioperine 2.5 mg, Vitamin K2 22,5 mcg)
2x1 po
o Acran (ranitidine) inj 2x1
o Inclarin (loratadine) 1x1 po
o Sedrofen (cefadroxil) 2x500mg po
o Pirotop (Mupirocin) cream Sue 2x1
o Betadine gargle 2x1
 Monitoring :
o Vital Sign
o Gejala klinis
 Edukasi :
o Menjelaskan tentang penyakit, pemeriksaan yang perlu dilakukan
dan tindakan medis kepada pasien serta keluarga.
o Menjelaskan kemungkinan komplikasi dan prognosis kepada pasien
dan keluarga
o Menjelaskan tentang faktor risiko yang perlu dihindari nantinya

VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam

FOLLOW-UP
21 Februari 2018
S: Panas dan pusing berkurang
O: Vesikel (+) di badan dan ekstremitas, multiple pustule, erosi, krusta
A: Varicella Zoster +Typhoid Fever
P: Sporetik 2x200mg, cek DL, UL, OT/PT

22 Februari 2018
S: Pasien sudah tidak merasa panas dan pusing
O: Vesikel (+), jumlah pustule berkurang, krusta (+), OT/PT 50/106
A: Varicella Zoster + Typhoid Fever
P: Terapi lanjut, pasien dipersiapkan untuk KRS & istirahat di rumah
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Varicella adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster,
ditandai oleh gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian
mengandung cairan.
Varicella adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala
konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh.
Varicella merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan
selaput lendir yang disebabkan oleh virus varicsella. Varicella adalah infeksi akut
prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga
cacar air, chicken pox

2.2 Etiologi
Virus Varicella Zoster, termasuk famili Herpes Virus. Menurut Richar E, varicella
disebabkan oleh virus varicella zoster (virus VZV). Virus tersebut dapat pula
menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang
berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus VZV akan terjadi
varicella, kemudian setelah penderita varicella tersebut sembuh, ada kemungkinan
virus tersebut tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan
kemudian virus VZV diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster.
Virus VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita
varisela dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan dapat diisolasi dengan
menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.

2.3. Manifestasi klinis


Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya ruam
kulit disertai demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. Pada anak lebih besar
besar dan dewasa ruam didahului oleh demam selama 2-3 hari sebelumnya,
menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa
kasus nyeri tenggorok dan batuk.
Pada saat fase erupsi, ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan cepat
menyebar ke badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang
tertutup dan jarang ditemukan pada telapak kaki dan tangan. Penyebaran lesi
varisela bersifat sentrifugal. Gambaran yang menonjol adalah perubahan yang cepat
dari makula kemerahan ke papula, vesikula, pustula dan akhirnya menjadi krusta.
Perubahan ini hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam. Gambaran vesikel khas,
superfisial, dinding tipis dan terlihat seperti tetesan air. Penampang 2-3 mm
berbentuk elips dengan sumbu sejajar garis lipatan kulit. Cairan vesikel pada
permulaan jernih, dan dengan cepat menjadi keruh akibat serbukan sel radang dan
menjadi pustula. Lesi kemudian mengering yang dimulai dari bagian tengah dan
akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu bergantung
kepada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal
berwarna merah muda dan kemudian berangsur-angsur hilang. Apabila terdapat
penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi jaringan parut
Infeksi varicella yang baru didapat pada usia dewasa dapat mempunyai manifestasi
yang lebih parah dibanding pada usia anak-anak. Ruam yang lebih tersebar, durasi
demam yang lebih panjang, dan meningkatnya risiko komplikasi seperti pneumonia
varicella. Pada kasus-ksus tertentu terutama dengan penyulit seperti kondisi
immunocompromised, dapat terdapat variasi manifestasi varicella, misalnya lesi
dengan pendarahan. Selain itu, ada pula kasus di mana varicella bermanifestasi
menyebabkan bulla alih-alih vesikel.

2.4. Patofisiologi
Varisela sangat mudah menular terutama melalui percikan ludah, dapat juga kontak
langsung dan jarang melalui kontak tidak langsung. Varisela dapat menyerang
semua golongan umur termasuk neonatus, 90% kasus berumur 10 tahun dan
terbanyak umur 5-9 tahun. Viremia terjadi pada masa prodromal sehingga transmisi
virus dapat terjadi pada fetus intrauterin atau melalui transfusi darah. Pasien dapat
menularkan penyakit selama 24 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua lesi
timbul krusta/keropeng, biasanya 7-8 hari. Seumur hidup seseorang hanya satu kali
menderita varisela. Serangan kedua mungkin berupa infeksi terhadap sel satelit di
sekitar neuron pada ganglion akar dorsal sumsum tulang belakang. Dari sini virus
bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.
Virus Varicella Zoster ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan
ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara
atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus VZV masuk tubuh melalui mukosa saluran nafas bagian atas atau orofaring.
Pada lokasi masuknya terjadi replikasi virus yang selanjutnya menyebar melalui
pembuluh darah dan limfe (viremia pertama). Selanjutnya virus berkembang biak
di sel retikuloendotelial. Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi pertahanan
non-spesifik seperti interferon dan respons imun. Satu minggu kemudian, virus
kembali menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke-2) dan pada saat ini timbul
demam dan malaise. Penyebaran ke seluruh tubuh terutama kulit dan mukosa. Lesi
kulit muncul tidak bersamaan, sesuai dengan siklus viremia. Pada keadaan normal,
siklus ini berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan humoral dan selular
spesifik. Timbulnya pneumonia varisela dan penyulit lainnya disebabkan kegagalan
respons imun mengatasi replikasi dan penyebaran virus
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke
jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan
pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya
terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak. Di negara-negara bermusim
empat, 90% kasus varicella terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak, pada
umumnya penyakit ini tidak begitu berat. Namun di negara-negara tropis, seperti di
Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang varicella. Lima
puluh persen kasus varicella terjadi di atas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin
bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varicella semakin bertambah
berat.
2.5. Penyulit dan Komplikasi
Penyulit Pada anak sehat, varisela merupakan penyakit ringan dan jarang
menimbulkan penyulit yang serius. Penyulit tersering adalah infeksi sekunder
bakteri pada lesi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus
yang menimbulkan impetigo, furunkel, selulitis, erisipelas dan jarang gangren.
Infeksi lokal ini sering menimbulkan jaringan parut. Pneumonia primer akibat
varisela 90% terjadi pada orang dewasa dan jarang terjadi pada anak normal. Gejala
muncul 1-6 hari setelah lesi kulit, beratnya kelainan paru mempunyai korelasi
dengan beratnya erupsi kulit. Varisela pada kehamilan merupakan ancaman bagi
ibu maupun janin. Pada janin dapat terjadi infeksi VZV intrauterin, sehingga terjadi
infeksi kongenital. Apabila terjadi pada permulaan kehamilan (20 minggu pertama
kehamilan) dapat menimbulkan kira-kira 5% malformasi kongenital seperti
hipoplasia salah satu ekstremitas, parut pada kulit, atrofi korteks serebri, kelainan
mata dan bayi berat badan lahir rendah. Jika ibu menderita varisela berat pada
periode perinatal, infeksi dapat mengenai bayi baru lahir akan menimbulkan gejala
klinis berat bahkan dapat terjadi kematian bayi sekitar 26-30%. Saat berbahaya
adalah lima hari sebelum dan dua hari setelah melahirkan, pada saat ini bayi belum
mendapat kekebalan pasif transplasenta dari ibu.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Dokter harus memilih pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan terhadap
penderita untuk mencapai ketepatan diagnostik yang maksimal. Untuk pemeriksaan
penunjang dapat menggunakan pemeriksaan darah lengkap untuk melihat tanda-
tanda infeksi, hapusan Tzanck, kultur, pemeriksaan serologi, dan histologi. Meski
demikian, sering kali di Indonesia pemeriksaan tersebut tidak banyak digunakan
selain pemeriksaan darah lengkap yang umum dikerjakan karena faktor biaya serta
manifestasinya yang khas menyebabkan penyakit ini mudah dideteksi melalui
pemeriksaan fisik.

2.7. Pencegahan
1. Hindari kontak dengan penderita.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Imunoglobulin Varicella Zoster dapat mencegah (atau setidaknya meringankan
terjadinya cacar air bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air beberapa saat
sebelum atau sesudah melahirkan.
4. Vaksin Varicella Zoster bagi anak dengan usia lebih dari 12 bulan.

2.8. Pengobatan
Orang yang pernah mengalami infeksi cacar dan memiliki risiko khusus terhadap
komplikasi, termasuk neonatus dan anak, dapat diberikan profilaksis
imunoglobulin. Asiklovir aktif terhadap virus herpes, tapi tidak bisa
mengeradikasinya. Asiklovir dapat digunakan untuk terapi sistemik Varicella zoster
serta terapi sistemik dan lokal untuk mengatasi infeksi herpes simpleks pada kulit
dan membran mukosa. Obat ini digunakan secara oral untuk infeksi stomatitis
herpetik berat. Salep mata asiklovir digunakan untuk infeksi herpes simpleks pada
mata, yang dikombinasikan dengan terapi sistemik untuk zoster optalmik.
Famsiklovir merupakan prodrug pensiklovir dan memiliki aktivitas yang sama
dengan asiklovir. Diindikasikan untuk herpes zoster dan herpes genitalis. Tidak
seperti asiklovir, famsiklovir hanya perlu diberikan 3 kali sehari (atau satu kali
sehari pada herpes zoster). Informasi penggunaan pada anak masih terbatas.
Valasiklovir merupakan ester asiklovir yang diindikasikan untuk herpes zoster dan
herpes simpleks kulit dan membran mukosa (termasuk herpes genitalis). Selain
pada dewasa, juga diindikasikan untuk mencegah sitomegalovirus pasca
transplantasi ginjal pada anak di atas usia 12 tahun. Famsiklovir atau valasiklovir
merupakan alternatif bagi asiklovir untuk lesi mulut akibat herpes zoster.
Untuk mengurangi keluhan terhadap gejala dapat juga diberikan bedak salisilat
serta antihistamin seperti dipenhidramin atau loratadin. Jika terjadi infeksi sekunder
dapat juga diberikan antibiotika empiris.
KESIMPULAN
Penyakit varicella merupakan infeksi virus VZV yang bermanifestasi
berupa munculnya vesikel-vesikel di seluruh tubuh yang disertai gejala lain seperti
gatal dan demam

Pengobatan varicella yaitu; pengobatan etiologis dengan antivirus,


penganganan simptomatis, dan pengobatan komplikasi. Pencegahan varicella dapat
dengan menghindari kontak, serum immunoglobulin, dan vaksinasi.

DAFTAR PUSTAKA

Sumarmo, Garna H, Hadinegoro SR. Buku Ajar Infeksi dan Peny. Tropis, Edisi
pertama. UKK PP IDAI, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 2003.

Pickering LK, Baker CJ, Long SS, McMillan JA. Report of the Committee on
Infectious Diseases. edisi ke 27, Elk Grove Village, IL , American Academy
of Pediatrics, h 711-725

Anda mungkin juga menyukai