Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS IV

PUSKESMAS PANONGAN / CE

OSTEOARTHRITIS

Dibuat Oleh:
Clarissa Angelia Tanwijaya / 01071180077
Pembimbing:
dr. Merisa Rachmad

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
KARAWACI, TANGERANG
2019
BAB I
Illustrasi Kasus

I. Informasi Demografis Pasien


a. Nomor Rekam Medis : 81***
b. Nama : Ny. I
c. Usia : 56 thn
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Alamat : Kecamatan Panongan
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Pendapatan : ± Rp. 2.000.000
i. Puskesmas : Panongan
j. Suku : Sunda

II. Anamnesis
a. Metode :
Autoanamnesis

b. Tempat, & tanggal Pemeriksaan :


Puskesmas Panongan, Selasa 15 October 2019

c. Keluhan Utama :
Nyeri lutut kanan sejak 2 minggu yang lalu sebelum datang ke puskesmas.

d. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada lutut kanan sejak
dua minggu yang lalu. Nyeri pada lutut bagian kanan semakin parah di dua hari terakhir
sehingga pasien datang ke puskesmas. Pasien juga mengaku bahwa nyeri lutut yang
dirasakan pasien diperburuk saat bangun tidur dan juga saat beraktivitas seperti berjalan
dan berdiri, dan pasien mengaku bahwa hal yang meringankan sakit adalah saat pasien
beristirat seperti duduk dan tidur. Pasien mengaku nyeri yang dirasakan pasien seperti
ditusuk tusuk akibat dari pergesekan tulang. Pasien mengaku bahwa nyeri yang dialaminya
tidak menyebar pada bagian lain. Pasien mengaku skala nyeri yang dialami pasien 7/10.
Pasien juga menyangkal akan keluhan lain seperti pegal dan nyeri pada bagian tangan dan
punggung. Pasien mengaku bahwa tidak ada masalah dengan BAK & BAB. Pasien
mengeluh akan rasa nyeri pada lutut bagian kananya dimulai sejak dua minggu yang lalu.

e. Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengaku bahwa dirinya tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu yang sama
dengan keluhan yang pasien rasakan saat datang ke puskesmas. Pasien juga mengaku tidak
memiliki penyakit terdahulu seperti gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan juga
penyakit ginjal, paru, dan jantung kronis.

f. Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengakui bahwa salah satu dari keluarganya yaitu suami pasien memiliki
riwayat keluhan penyakit yang sama dengan pasien dan di diagnosis dengan osteoarthritis
(OA) atau pengakapuran sendi. Namun pasien menyangkal adanya salah satu anggota
keluarganya yang memiliki riwayat penyakit gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan
juga penyakit ginjal, paru, dan jantung kronis.

g. Riwayat Kebiasaan :
Pasien mengaku tidak memiliki kebiasaan tertentu dalam konsumsi makanan, dan
juga dalam berkaktivitas. Pasien mengaku dirinya mengkonsumsi makanan sehari-hari
berupa makanan 4 sehat tanpa 5 sempurna (susu).

h. Riwayat Obat :
Pasien mengaku bahwa dirinya belum mengkonsumsi obat apapun untuk
mengurangi nyeri dan pegal pada lututnya.

i. Riwayat Alergi :
Pasien menyangkal dengan adanya alergi terhadap makanan dan obat.
j. Riwayat Sosial Ekonomi & lingkungan sekitar :
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumahan
sehari-hari. Pasien mengaku lingkungan tempat tinggal pasien merupakan tempat tinggal
yang bersih. Pasien juga mengaku tinggal bersama lima orang anaknya.

III. Pemeriksaan Fisik :


i. Keadaan umum :
a. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
b. TTV : 1. TD : 124/88 mmHg
2. Nadi : 90 kali/ menit
3. RR : 21 kali/ menit
4. Suhu : 36.4 C
c. Data Antropometri : 1. BB : 63 Kg
2. TB : 155 cm
3. IMT : 26,2 (Berat Badan Berlebih)
ii. Status Generalis :

Kepala dan wajah Rambut • Rambut tersebar secara merata

• Rambut hitam, kuat, tidak mudah rontok


K u l i t • Tidak ada lesi, ruam, bekas luka, masa,
kepala deformitas, sianosis dan kemerahan
Fungsi • Pergerakan kepala normal dan tidak ada
keterbatasan gerak (range of motion)
Mata • Konjungtiva tidak anemis (-)/(-)

• Refleks cahaya normal (+)/(+)

• Pupil isokor (+)/(+)

• Sklera tidak ikterik (-)/(-)

• Jarak antar mata simetris (+)/(+)

• Pergerakan bola mata normal (+)/(+)

• Tidak ada keterbatasan lapang pandang (-)/(-)

• Mata tidak cekung (-)/(-)


Hidung • Septum nasal berada di tengah, tidak ada deviasi

• Tidak ada bekas luka, polip/masa lain dalam lubang hidung,


pendarahan, deformitas
Telinga • Tidak ada bekas luka, deformitas, pus, pendarahan
Gigi, mulut dan • Bibir simetris, merah, lembab (tidak kering), tidak ada
tenggorokan sianosis.

• Gigi utuh, tidak ada karies, tidak ada kavitas, ada sedikit
plak, dan kehitaman

• Mukosa mulut lembab (tidak kering), tidak ada ulkus, tidak


ada nodul/masa

• Faring tidak tampak kemerahan

• Uvula intak di tengah

• Tonsil tidak tampak kemerahan dan tidak ada pembesaran


(T1T1).
Leher • Tidak ada bekas luka atau ruam

• Trakea intak di tengah, tidak ada deviasi

• Tidak ada pembesaran tiroid

• Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening


Jantung Inspeksi • Dada simetris, tidak ada caput medusae
Palpasi • Iktus kordis teraba normal, tidak ditemukan
thrill, heave, maupun lift
Perkusi • Batas kanan jantung berada pada intercostal
space (ICS) 4 linea parasternal dextra

• Batas kiri jantung berada pada intercostal


space (ICS) 4 linea parasternal sinistra

• Batas punggung jantung berada pada


intercostal space (ICS) 3 midclavicular
sinistra
Auskultas • Bunyi jantung regular, mumur (-), gallop (-)
i dan suara S3 dan S4 (-).
Paru-paru Inspeksi • Pengembangan dada simetris, tidak terdapat
deformitas pada dada maupun bekas luka
Palpasi • Tactile fremitus terdengar di seluruh lapang
dada
Perkusi • Perkusi lapang paru terdengar sonor di
seluruh lapang paru
Auskultas • Suara nafas terdengar vesikuler pada seluruh
i lapang paru

• Tidak ditemukan rales, ronchi, stridor,


wheezing, maupun pleural friction rub
Abdomen Inspeksi • Tidak ada distensi abdomen, lesi, ruam,
bekas luka, striae, caput medusa, spider navy,
masa
Auskultas • Tidak ada bruit aorta abdominalis maupun
i bruit arteri renalis

• Tidak ada clicking sound maupun metallic


sound

• Suara bising usus sebanyak 6 kali dalam 1


menit
Perkusi • Perkusi timpani di seluruh bagian abdomen
Palpasi • Ditemukan tidak ada nyeri tekan pada
hypochondriac kiri dan pada epigastrium

• Tid ak ad a h ep ato meg aly mau p u n


spleenomegali
Ekstremitas Inspeksi • Tidak ada genu vagus maupun genu varum,
tremor

• Tidak ada clubbing finger

• Ditemukan adanya bengkak pada lutut bagian


kanan (-)/(+)
Palpasi • Ekstremitas tidak ada kenaikan suhu

• Edema (-)/(+)

• Capillary Refill Time< 2 detik


Pergerakan • Ditemukan adanya nyeri dan suara krepitasi
ketika lutut kanan digerakan ke atas dan
bawah.(-)/(+)

• Ditemukan adanya keterbatasan pergerakan


pada lutut kanan. (-)/(+)
Special • Pattelar tap test : efusi (-)/(+)
Test
• Apply grind test : Terdapat Nyeri (-)/(+)
Kulit keseluruhan • Tidak ada sianosis, ikteris, kemerahan

• Tidak ditemukan petekie

V. Pemeriksaan Penunjang :
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang dilakukan kepada pasien.

VI. Saran Pemeriksaan Penunjang :


Pemeriksaan penunjang berupa test lab darah (CBC), Urin lengkap, radiologi berrupa X-
Ray, CT Scan, dan MRI yang disarankan pada pasien untuk dilakukan diluar puskesmas.

VII. Resume :
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada lutut bagian kanan yang dirasakan sejak
dua minggu yang lalu, namun nyeri semakin parah sejak dua hari belakangan sehingga pasien
datang ke puskesmas. Rasa nyeri lutut yang dirasakan pasien diperburuk saat bangun tidur dan juga
saat beraktivitas seperti berjalan dan berdiri, dan rasa nyeri pasien diringankan saat pasien beristirat
seperti duduk dan tidur. Rasa nyeri yang dirasakan pasien tidak menjalar kedaerah lain. Pasien
mengaku bahwa skala nyeri dan pegal yang dirasakan pasien 7/10. Ditemukan juga edem pada lutut
sebelah kanan pasien setelah melakukan pemeriksaan fisik pasien. Pasien juga mengaku merasakan
rasa kaku pada lutut sebelah kanan pasien saat setelah melakukan pemeriksaan fisik pasien. Pada
pemeriksaan fisik pasien juga ditemukan krepitasi pada lutut kanan pasien saat digerakkan. Pasien
mengaku bahwa dirinya tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu yang serupa dengan yang
dialaminya sekarang, dan juga riwayat penyakit lainnya seperti diabetes, hipertensi dan riwayat
penyakit kronik (hati, ginjal, paru, & jantung) lainnya.

VIII. Diagnosis
1. Diagnosis Kerja :
Osteoarthritis : diagnosis ini saya ambil dikarenakan gejala gejala yang di timbulkan dari
pasien merupakan gejala klinis dari osteoarthritis. Gelaja yang dialami pasien berupa nyeri
pada lutut kanan yang tidak disertai pehnyebaran pada bagian tubuh lain seperti punggung,
dan bagian tangan.

2. Diagnosis Banding :
Rheumatoid Arthiritis : diagnosis ini saya ambil, dikarenakan gelaja yang ditimbulkan oleh
pasien menyerupai gejala dari rheumatois arthritis, namun diagnosis ini dapat saya
singkirkan dikarenakan gejala yang ditimbulkan oleh rheumatoid arthritis didapati pada
kedua bagian extremitas (kanan dan kiri) dan juga disertai oleh clubbing finger pada jari-
jari kedua tangan.

IX. Tata Laksana

1. Non-farmakologi :
1. Edukasi : penurunan berat badan.
2. Olahraga yang tidak terlalu berat seperti bersepeda & berenang.
3. Mengurangi kegiatan yang menggunakan pergerakan lutut (menyapu, mengepel,
berjongkok, & lainnya)
2. Farmakologi :
1. Asetaminofen 2-3 500mg/ hari
2. NSAID

X. Prognosis
1. Ad vitam : Dubia Ad Bonam
2. Ad functionam : Dubia Ad Bonam
3. Ad sanactionam : Dubia Ad Bonam
BAB II
Tinjauan Pustaka
I. Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit kronis jangka panjang yang ditandai dengan kemunduran
tulang rawan sendi yang menyebabkan tulang saling bergesekan dan memicu timbulnya kekakuan,
nyeri, dan gangguan gerakan sehari-hari. OA terkait dengan proses penuaan, hal ini karena berbagai
resiko yang dapat dimodifikasi ataupun tidak termasuk diantaranya obesitas, kurang berolahraga,
kecendrungan genetik, kurangnya kepadatan tulang, cedera kerja, trauma, dan jenis kelamin.
Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang
rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi
yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago
akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan
pembatasan gerakan pada sendi

II. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan sebagian besar bentuk arthritis dan penyebab utama disabilitas pada lansia.
OA merupakan penyebab beban utama untuk pasien, pemberi pelayanan kesehatan, dan masyarakat.
WHO melaporkan 40% penduduk dunia yang lansia akan menderita OA, dari jumlah tersebut 80%
mengalami keterbatasan gerak sendi. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun. Bisa
terjadi pada pria dan wanita, tetapi pria bisa terkena pada usia yang lebih muda. Prevalensi
Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia > 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun
dan 65% pada usia > 61 tahun.7 Berdasarkan studi yang dilakukan di pedesaan Jawa Tengah
menemukan prevalensi untuk OA mencapai 52% pada pria dan wanita antara usia 40-60 tahun
dimana 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.

III. Faktor Risiko


faktor risiko OA dibagi menjadi dua, yaitu faktor predisposisi dan faktor biomekanis. Faktor
predisposisi merupakan faktor yang memudahkan seseorang untuk terserang OA. Sedangkan faktor
biomekanik lebih cenderung kepada faktor mekanis/ gerak tubuh yang memberikan beban atau
tekanan pada sendi lutut sebagai alat gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya OA.
IV. Etiologi
Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer dan OA sekunder. OA
primer disebut juga OA idiopatik yang mana penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada
hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun perubahan lokal pada sendi,
sedangkan OA sekunder merupakan OA yang ditengarai oleh faktor-faktor seperti penggunaan
sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat, adanya cedera sebelumnya,
penyakit sistemik, inflamasi. OA primer lebih banyak ditemukan daripada OA sekunder (Davey,
2006).

V. Patofisiologi
Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder.
OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak
diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. OA sekunder, berbeda dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh
inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan
immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari
dibandingkan dengan OA sekunder ( Soeroso, 2006 ).
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat
dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan dari
metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas
diketahui ( Soeroso, 2006 ). Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme
perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya
menimbulkan cedera ( Felson, 2008 ).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu : Kapsula dan ligamen
sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya . Kapsula dan ligamen-ligamen
sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of motion) sendi (Felson, 2008). Cairan
sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah
terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan
protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti
disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008). Ligamen,
bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang tersebar di
sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya memungkinkan otot dan
tendon mampu untuk memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi
bergerak (Felson, 2008).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi
otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada
anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres
yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact).
Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga
meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap
goncangan yang diterima (Felson, 2008).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi sehingga
mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago
yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukanyang diterima sendi. Perubahan
pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2008).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua dan
Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul – molekul aggrekan di
antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan
asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2008).

VI. Klasifikasi
Menurut Kellgren dan Lawrence osteoartritis dalam pemeriksaan radiologis diklasifikasikan

Grade 0: Normal, Tidak tampak adanya tanda-tanda OA pada radiologis.

Grade 1 : Ragu-ragu, tanpa adanya osteosit.
Grade 2: Ringan, osteofit yang pasti, tidak terdapat ruang antar sendi.

Grade 3: Sedang, osteofit sedang, terdapat ruang antar sendi yang cukup besar.

Grade 4: Berat atau parah, osteofit besar, terdapat ruang antar sendi yang lebar dengan
sklerosis pada tulang subkondral.
American College of Rheumatology (1987) mendeskripsikan kesehatan seseorang
berdasarkan derajat keparahan. Antara lain sebagai berikut:

Derajat 0 : Tidak merasakan tanda dan gejala.


Derajat 1 : Terbentuk taji kecil, nyeri dirasakan ketika beraktifitas cukup berat, tetapi masih
bisa dilokalisir dengan cara mengistirahatkan sendi yang terkena osteoartritis.

Derajat 2 : Osteofit yang pasti, mungkin terdapat celah antar sendi, nyeri hampir selalu
dirasakan, kaku sendi pada pagi hari, krepitus, membutuhkan bantuan dalam menaiki
tangga, tidak mampu berjalan jauh, memerlukan tenaga asisten dalam menyelesaikan
pekerjaan rumah.

Derajat 3-4 : Osteofit sedang-berat, terdapat celah antar sendi, kemungkinan terjadi
perubahan anatomis tulang, nyeri disetiap hari, kaku sendi pada pagi hari, krepitus pada
gerakan aktif sendi, ketidakmampuan yang signifikan dalam beraktivitas (Woolf dan Pfleger,
2003)

VII.Manifestasi Klinik
OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil.
Distribusi OA dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.
- Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada sumsum
tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul
sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat.
Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan
sakit, hal ini bisa berkurang dengan istirahat.
- Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika setelah
duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
- Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan.
- Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus
Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau nodus
Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)). Pembengkakan
pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan sendi yang progresif.
- Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan mengalami
pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey, 2006).

VIII.Pemeriksaan Penunjang & Saran


Pasien disarankan untuk menentukan diagnostik OA melalui pemeriksaan penunjang seperti
radiologis berupa CT- Scan, USG, MRI, dan pemeriksaan laboratorium berupa cak Darah CBC, dan
Urin lengkap.
IX. Penatalaksanaan
1. Non-farmakologi :
penatalaksanaan non-farmakologi yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,
pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi berat badan, jika
memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan seperti bersepeda,
berenang).
2. Farmakologi :
1. Asetaminofen 2-3 500gr/ hari
2. NSAID
BAB III
Analisa Kasus
Bedasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Gejala gejala klinis yang
ditimbulkan pasien mendukung diagnosis utama yaitu Osteoarthristis.

Diagnosis utama ini saya ambil dikarenakan gejala klinis yang dialami oleh pasien, dimana pasien
mengeluhkan nyeri pada lutut sebelah kanan, yang dijelaskan pasien seperti ditusuk tusuk, tanpa
penyebaran pada daerah lain, yang diperparah saat pasien bangun tidur pada pagi hari dan
beraktivitas, diperingan saat pasien beristirahat seperti duduk dan tidur. Hasil dari pemeriksaan fisik
dimana ditemukannya pembengkakaan pada lutut kanan pasien, perbatasan pergerakan pada lutut
bagian kanan, dan juga tidak ditemukannya kelaianan pada bagian bagian tubuh yang lain
mendungkung diagnosis ostearthritis. Dilakukan juga special test berupa pattelar tap test, dan juga
apply grind test dengan hasil positif pada lutut kanan pasien. Pada pemeriksaan tanda tanda vital
pasien tidak ditemukan kelainan dimana dinyatakan tekanan darah pasien 124/88 mmHg, nadi 90
kali/menit, suhu tubuh 36,4 C, dan RR 21 kali/menit.

Diagnosis banding yang saya ambil adalah Rheumatoid arthritis, dimana pasien mengalami gelaja
klinis yang hampir sama dengan ostearthritis, namun diagnosis ini dapat saya singkirkan setelah
melakukan pemeriksaan fisik, dimana pada pasien tidak ditemukan clubbing finger, nyeri yang
simetris (pada kedua extremitas), dan juga nyeri pada bagian pungung pasien.

Untuk memastikan diagnosis osteoarthritis pada pasien, pasien disarankana untuk melakukan test
penunjang diluar puskesmas berupa cek darah lengkap (CBC), urin lengkap, pemeriksaan radiologi
berupa CT-Scan, USG, dan MRI.

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien dibagi menjadi dua yaitu secara non-farmakologis, dan
juga farmakologis. Pada peenatalaksanan non-farmakologis, pasien disarankan untuk melakukan
penurunan berat badan, olahraga ringan (berenang, bersepeda), dan juga diet makanan sehat.
Sedangkan pada penatalaksanaan farmakologis, pasien diberikan obat anti nyeri berupa
asetaminofen, atau NSAID untuk meredakan nyeri pada lutut kanan pasien.
BAB IV
Referensi

1. Osteoarthritis - Symptoms and causes [Internet]. Mayo Clinic. 2018 [cited 2


November 2018]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/osteoarthritis/symptoms-causes/syc-20351925
2. Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, editors.
Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th ed. Vol 2. McGraw Hill
Education; 2015.
3. Osteoarthritis: Practice Essentials, Background, Anatomy [Internet].
Emedicine.medscape.com. 2018 [cited 6 November 2018]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/330487-overview
4. Kumar V, Abbas A, Aster J, Robbins S, Cornain S, Nasar I. Buku ajar patologi
Robbins.

Anda mungkin juga menyukai