PUSKESMAS PANONGAN / CE
OSTEOARTHRITIS
Dibuat Oleh:
Clarissa Angelia Tanwijaya / 01071180077
Pembimbing:
dr. Merisa Rachmad
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
KARAWACI, TANGERANG
2019
BAB I
Illustrasi Kasus
II. Anamnesis
a. Metode :
Autoanamnesis
c. Keluhan Utama :
Nyeri lutut kanan sejak 2 minggu yang lalu sebelum datang ke puskesmas.
g. Riwayat Kebiasaan :
Pasien mengaku tidak memiliki kebiasaan tertentu dalam konsumsi makanan, dan
juga dalam berkaktivitas. Pasien mengaku dirinya mengkonsumsi makanan sehari-hari
berupa makanan 4 sehat tanpa 5 sempurna (susu).
h. Riwayat Obat :
Pasien mengaku bahwa dirinya belum mengkonsumsi obat apapun untuk
mengurangi nyeri dan pegal pada lututnya.
i. Riwayat Alergi :
Pasien menyangkal dengan adanya alergi terhadap makanan dan obat.
j. Riwayat Sosial Ekonomi & lingkungan sekitar :
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumahan
sehari-hari. Pasien mengaku lingkungan tempat tinggal pasien merupakan tempat tinggal
yang bersih. Pasien juga mengaku tinggal bersama lima orang anaknya.
• Gigi utuh, tidak ada karies, tidak ada kavitas, ada sedikit
plak, dan kehitaman
• Edema (-)/(+)
V. Pemeriksaan Penunjang :
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang dilakukan kepada pasien.
VII. Resume :
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada lutut bagian kanan yang dirasakan sejak
dua minggu yang lalu, namun nyeri semakin parah sejak dua hari belakangan sehingga pasien
datang ke puskesmas. Rasa nyeri lutut yang dirasakan pasien diperburuk saat bangun tidur dan juga
saat beraktivitas seperti berjalan dan berdiri, dan rasa nyeri pasien diringankan saat pasien beristirat
seperti duduk dan tidur. Rasa nyeri yang dirasakan pasien tidak menjalar kedaerah lain. Pasien
mengaku bahwa skala nyeri dan pegal yang dirasakan pasien 7/10. Ditemukan juga edem pada lutut
sebelah kanan pasien setelah melakukan pemeriksaan fisik pasien. Pasien juga mengaku merasakan
rasa kaku pada lutut sebelah kanan pasien saat setelah melakukan pemeriksaan fisik pasien. Pada
pemeriksaan fisik pasien juga ditemukan krepitasi pada lutut kanan pasien saat digerakkan. Pasien
mengaku bahwa dirinya tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu yang serupa dengan yang
dialaminya sekarang, dan juga riwayat penyakit lainnya seperti diabetes, hipertensi dan riwayat
penyakit kronik (hati, ginjal, paru, & jantung) lainnya.
VIII. Diagnosis
1. Diagnosis Kerja :
Osteoarthritis : diagnosis ini saya ambil dikarenakan gejala gejala yang di timbulkan dari
pasien merupakan gejala klinis dari osteoarthritis. Gelaja yang dialami pasien berupa nyeri
pada lutut kanan yang tidak disertai pehnyebaran pada bagian tubuh lain seperti punggung,
dan bagian tangan.
2. Diagnosis Banding :
Rheumatoid Arthiritis : diagnosis ini saya ambil, dikarenakan gelaja yang ditimbulkan oleh
pasien menyerupai gejala dari rheumatois arthritis, namun diagnosis ini dapat saya
singkirkan dikarenakan gejala yang ditimbulkan oleh rheumatoid arthritis didapati pada
kedua bagian extremitas (kanan dan kiri) dan juga disertai oleh clubbing finger pada jari-
jari kedua tangan.
1. Non-farmakologi :
1. Edukasi : penurunan berat badan.
2. Olahraga yang tidak terlalu berat seperti bersepeda & berenang.
3. Mengurangi kegiatan yang menggunakan pergerakan lutut (menyapu, mengepel,
berjongkok, & lainnya)
2. Farmakologi :
1. Asetaminofen 2-3 500mg/ hari
2. NSAID
X. Prognosis
1. Ad vitam : Dubia Ad Bonam
2. Ad functionam : Dubia Ad Bonam
3. Ad sanactionam : Dubia Ad Bonam
BAB II
Tinjauan Pustaka
I. Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit kronis jangka panjang yang ditandai dengan kemunduran
tulang rawan sendi yang menyebabkan tulang saling bergesekan dan memicu timbulnya kekakuan,
nyeri, dan gangguan gerakan sehari-hari. OA terkait dengan proses penuaan, hal ini karena berbagai
resiko yang dapat dimodifikasi ataupun tidak termasuk diantaranya obesitas, kurang berolahraga,
kecendrungan genetik, kurangnya kepadatan tulang, cedera kerja, trauma, dan jenis kelamin.
Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang
rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi
yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago
akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan
pembatasan gerakan pada sendi
II. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan sebagian besar bentuk arthritis dan penyebab utama disabilitas pada lansia.
OA merupakan penyebab beban utama untuk pasien, pemberi pelayanan kesehatan, dan masyarakat.
WHO melaporkan 40% penduduk dunia yang lansia akan menderita OA, dari jumlah tersebut 80%
mengalami keterbatasan gerak sendi. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun. Bisa
terjadi pada pria dan wanita, tetapi pria bisa terkena pada usia yang lebih muda. Prevalensi
Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia > 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun
dan 65% pada usia > 61 tahun.7 Berdasarkan studi yang dilakukan di pedesaan Jawa Tengah
menemukan prevalensi untuk OA mencapai 52% pada pria dan wanita antara usia 40-60 tahun
dimana 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.
V. Patofisiologi
Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder.
OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak
diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. OA sekunder, berbeda dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh
inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan
immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari
dibandingkan dengan OA sekunder ( Soeroso, 2006 ).
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat
dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan dari
metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas
diketahui ( Soeroso, 2006 ). Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme
perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya
menimbulkan cedera ( Felson, 2008 ).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu : Kapsula dan ligamen
sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya . Kapsula dan ligamen-ligamen
sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of motion) sendi (Felson, 2008). Cairan
sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah
terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan
protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti
disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008). Ligamen,
bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang tersebar di
sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya memungkinkan otot dan
tendon mampu untuk memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi
bergerak (Felson, 2008).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi
otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada
anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres
yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact).
Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga
meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap
goncangan yang diterima (Felson, 2008).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi sehingga
mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago
yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukanyang diterima sendi. Perubahan
pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2008).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua dan
Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul – molekul aggrekan di
antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan
asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2008).
VI. Klasifikasi
Menurut Kellgren dan Lawrence osteoartritis dalam pemeriksaan radiologis diklasifikasikan
Grade 0: Normal, Tidak tampak adanya tanda-tanda OA pada radiologis.
Grade 1 : Ragu-ragu, tanpa adanya osteosit.
Grade 2: Ringan, osteofit yang pasti, tidak terdapat ruang antar sendi.
Grade 3: Sedang, osteofit sedang, terdapat ruang antar sendi yang cukup besar.
Grade 4: Berat atau parah, osteofit besar, terdapat ruang antar sendi yang lebar dengan
sklerosis pada tulang subkondral.
American College of Rheumatology (1987) mendeskripsikan kesehatan seseorang
berdasarkan derajat keparahan. Antara lain sebagai berikut:
VII.Manifestasi Klinik
OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil.
Distribusi OA dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.
- Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada sumsum
tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya kapsul
sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat.
Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan
sakit, hal ini bisa berkurang dengan istirahat.
- Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika setelah
duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
- Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan.
- Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus
Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau nodus
Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)). Pembengkakan
pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan sendi yang progresif.
- Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan mengalami
pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey, 2006).
Diagnosis utama ini saya ambil dikarenakan gejala klinis yang dialami oleh pasien, dimana pasien
mengeluhkan nyeri pada lutut sebelah kanan, yang dijelaskan pasien seperti ditusuk tusuk, tanpa
penyebaran pada daerah lain, yang diperparah saat pasien bangun tidur pada pagi hari dan
beraktivitas, diperingan saat pasien beristirahat seperti duduk dan tidur. Hasil dari pemeriksaan fisik
dimana ditemukannya pembengkakaan pada lutut kanan pasien, perbatasan pergerakan pada lutut
bagian kanan, dan juga tidak ditemukannya kelaianan pada bagian bagian tubuh yang lain
mendungkung diagnosis ostearthritis. Dilakukan juga special test berupa pattelar tap test, dan juga
apply grind test dengan hasil positif pada lutut kanan pasien. Pada pemeriksaan tanda tanda vital
pasien tidak ditemukan kelainan dimana dinyatakan tekanan darah pasien 124/88 mmHg, nadi 90
kali/menit, suhu tubuh 36,4 C, dan RR 21 kali/menit.
Diagnosis banding yang saya ambil adalah Rheumatoid arthritis, dimana pasien mengalami gelaja
klinis yang hampir sama dengan ostearthritis, namun diagnosis ini dapat saya singkirkan setelah
melakukan pemeriksaan fisik, dimana pada pasien tidak ditemukan clubbing finger, nyeri yang
simetris (pada kedua extremitas), dan juga nyeri pada bagian pungung pasien.
Untuk memastikan diagnosis osteoarthritis pada pasien, pasien disarankana untuk melakukan test
penunjang diluar puskesmas berupa cek darah lengkap (CBC), urin lengkap, pemeriksaan radiologi
berupa CT-Scan, USG, dan MRI.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien dibagi menjadi dua yaitu secara non-farmakologis, dan
juga farmakologis. Pada peenatalaksanan non-farmakologis, pasien disarankan untuk melakukan
penurunan berat badan, olahraga ringan (berenang, bersepeda), dan juga diet makanan sehat.
Sedangkan pada penatalaksanaan farmakologis, pasien diberikan obat anti nyeri berupa
asetaminofen, atau NSAID untuk meredakan nyeri pada lutut kanan pasien.
BAB IV
Referensi