BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagi Mahasiswa
a. Memberikan pengetahuan yang lebih dalam dari dunia kerja yang akan
dihadapi oleh mahasiswa suatu saat nanti.
b. Melatih mahasiswa untuk berpikir secara alamiah dalam menganalisa
masalah secara terperinci sehingga didapatkan pemecahaan masalah
yang sesuai untuk diterapkan.
c. Melatih mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah didapatnya
diperkuliahan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
3. Bagi Perusahaan
a. Menjalin hubungan baik antara akademika dengan perusahaan
tersebut.
b. Memperdayakan mahasiswa untuk membantu memecahkan masalah –
masalah yang dihadapi oleh perusahaan, sesuai dengan kemampuan
mahasiswa yang bersangkutan.
c. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan perusahaan dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang ada di lapangan.
1.5 Sistematika Penyusunan Laporan
Dalam pembahasan ini disampaikan mengenai metodologi penyusunan
dan sistematika penyusunan laporan Kerja Praktek.
1. Metodologi Penyusunan
Dalam menyusun laporan Kerja Praktek ini digunakan metode –
metode sebagai berikut:
a. Metode wawancara, yaitu melakukan diskusi, wawancaran dan
tanya jawab dengan para teknisi dan pengawas yang bekerja pada
bagiannya masing-masing.
b. Metode observasi, yaitu melihat langsung pada peralatan yang
menjadi pembahasan pada kerja praktek.
c. Metode studi pustaka, melengkapi data-data yang didapat melalui
wawancara dan pengamatan dengan cara membaca dari sumber –
sumber literatur yang sesuai dengan bahasan.
2. Sistematika Penyusunan
Untuk bagian awal akan dijelaskan secara singkat mengenai
perusahaan tempat kerja praktek seperti sejarah perusahaan, struktur
organisasi, proses produksi, produk, bahan baku, dan lain-lain. Hal itu
hanya sebagai pengantar dan pengenalan terhadap perusahaan tempat
kerja praktek dilaksanakan. Setelah itu akan dibahas studi analisis yang
dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:
a. Tinjauan pustaka yang berhubungan dengan studi analisa tersebut
b. Penjelasan mengenai objek yang dianalisis termasuk penyajian
data-data lapangan yang diperoleh.
c. Pengolahan data dan analisa objek.
d. Menarik kesimpulan yang temasuk alternatif – alternatif yang bisa
diambil saran – saran untuk masa mendatang.
BAB II
GAMBARAN UMUM
PT PERTAMINA (Persero) UP VI BALONGAN
1. Visi
Menjadi kilang unggulan
2. Misi
a. Mengelola minyak bumi
b. Mengoperasikan kilang
c. Mengelola aset PERTAMINA UP-VI Balongan
3. Motto
Meraih keungulan komparatif dan kompetitif
2.6 Distribusi Produk UP-VI Balongan
Distibusi hasil dari UP-VI Balongan dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
Manajer SDM Manajer Eng Ka.Bid. Jasrum Ka. Bid. LKKK Manajer Umum
& Bang
Ka. Bag. P&B Kabag ADA Ka. Bag. Ka. Bag. HKP
Ka. Bag PK,LAT&DA
Ka. Bag. Ka. Bag M Ka. Bag. Hupmas
Pros Eng
Ren Bang FASUM
Ka. Bag.
Ka. Bag Ka. Bag.
Ka. Bag. HIK Ka. Bag K&KK
Fas Eng Sekuriti
MARINE
Ka. Bag. O&P Ka. Bag. LL
Ka. Bag
Proy Eng Ka. Bag
KONTRAK
Manajer Ren & Ekon
Kabid SIK Manajer Keuangan
Manajer JPK
BAB III
PROSES PRODUKSI
1. Off Gas Absorber, untuk mengolah off gas dari CDU, ARHDM, GO
HTU. Hasilnya digunakan untuk fuel gas system dan umpan gas
Hydrogen Plant. Kapasitas 18522 Nm3/jam.
2. Residue Catalytic Cracking (RCC) Unsaturated Gas untuk mengolah
sour gas dari RCC unit dan hasilnya ke fuel gas system.
Kapasitasnya 39252 Nm3/jam.
3. Amine Regenerator berfungsi untuk meregenerasi larutan amine
yang telah digunakan dalam kedua absorber diatas, dengan kapasitas
100 % gas yang keluar dari kedua menara penyerap.
Spesifikasi produknya adalah kandungan H2S yang keluar dari masing-
masing menara maksimal 50 ppm volume.
Unit yang mengolah Atmospheric Residue (AR) dari CDU menjadi produk
yang disiapkan sebagai umpan untuk RCC. Unit ARHDM beroperasi dengan
kapasitas 58.000 BPSD (384 m3/jam). Selain mengolah residu, unit ini juga
berfungsi mengurangi kandungan logam Nikel (Ni), vanadium (V), dan karbon
(C) yang dibawa oleh residu dari unit CDU.
Produk :
1. Sour gas
2. Unstabilized Naphta
3. Kerosene
4. Gas Oil
5. DMAR sebagai RCC feed
Produk :
1. Treated Naphta
Desain Dasar :
Unit ini dirancang untuk memproses 47.500 BPSD untreated RCC naphta
yang dihasilkan oleh Unit 16 (Unsaturated Gas Plant) dengan maksimum
kandungan 5 ppm-wt H2S dan 90 ppm-wt merkaptan dan dirancang dapat
beroperasi pada penurunan kapasitas hingga 50%.
Berikut gambar diagram alir dan unit – unit utama UP-VI Balongan:
BAB IV
DASAR TEORI
Seperti terlihat pada gambar 4.3, waktu yang diperlukan oleh beban M untuk
bergetar satu kali disebut periode getaran. Maka,
Frekuensi (Hz) = 1 periode
Cpm = frekuensi x 60 (Sumber : IRD Mechanalysis, Vibration
Technology – 1, hal. 2 – 3)
Manfaat pengukuran frekuensi vibrasi adalah dapat menyimpulkan masalah –
masalah yang terjadi pada mesin tersebut. Seperti pada gambar dan tabel berikut :
Tabel 4.1 Vibration Identification Chart
Frequency In Terms
Most Likely Cause
of RPM
1. Oil Whirl
Less than 1 X
2. Belts
1. Unbalance
1X
2. Misalignment
2X Looseness
3X Misalignment
4X Looseness
1. Bearing
5 X and Up 2. Gear
3. Vane
Tabel vibration Identification Chart yang lengkap,dapat dilihat pada lampiran.
getaran yang sangat tinggi, misalnya untuk mengetahui kondisi roller bearing.
Manfaat pengukuran dengan spike energy adalah untuk mengetahui kondisi :
1. Permukaan rolling elemen pada bearing atau gear.
2. Adanya impact atau metal to metal contact pada part mesin.
3. Kebocoran steam atau udara bertekanan tinggi.
4. Adanya turbulensi aliran atau kavitasi.
4.2.3 Jenis – jenis vibrasi
Penyebab vibrasi dapat bervariasi, antara lain :
a. Vibrasi Karena Unbalance
Unbalance adalah salah satu penyebab vibrasi yang sering terjadi, umumnya
data dari unbalance memperlihatkan :
1. Frekuensinya 1 X RPM.
2. Amplitudonya berimbang dengan besarnya unbalance
3. Amplitudo vibrasinya biasanya lebih besar kearah radial.
4. Sudut fasenya analisis stabil.
Technology – 1, hal. 2 – 6)
5. Mechanical seal
Suatu jenis perapat yang memiliki konstruksi lebih kompleks dan
umumnya digunakan untuk fluida yang berbahaya dan bertekanan rendah
sampai tinggi.
6. Bearing
Alat yang berfungsi untuk mengurangi keausan poros dan menahan
gesekan-gesekan yang terjadi antara poros dan rumahnya juga sebagai titik
tumpu poros.
BAB V
ANALISA
V 0.2 V 1.8
H 2.5 H 5.2
- - A 1.7
5.3 Pembahasan
Dari tabel vibrasi aktual diatas nilai out board arah horizontal paling besar
yaitu 5.2 . Nilai ini merupakan angka yang paling dominan dari
semua arah. Berdasarkan tabel ISO-2372, nilai tersebut berada di zona
Keterangan :
1. = nilai yang paling dominan dari semua arah.
Gambar 5.8 Trending List OB Pump 105-P-102 A
Keterangan :
1. = nilai yang paling dominan dari semua arah.
Gambar 5.10 Spektrum Pompa 15-P-102 A
Gambar 5.13 Orbit dan time base Pompa 15-P-102 A Arah Axial
Pada data aktual vibrasi tanggal 20-17-2007, nilai vibrasi yang paling
mendominasi terdapat pada out Board pompa arah horizontal, yaitu 6.26
. Apabila dibandingkan dengan data aktual vibrasi tanggal 17-07-
2007, terjadi peningkatan vibrasi sebanyak 1.06 . Nilai tersebut
berada pada zona unsatifactory keadaaan dimana mesin sudah mengalami
kerusakan, agar kerusakan tidak bertambah parah sebaiknya pompa di stop
operasinya, jika terpaksa beroperasi harus dilakukan pengawasan dengan ketat
sambil menunggu persiapan pompa 15-P-102 B/C. Berdasarkan gambar 5.9
menunjukkan bahwa pompa 15-P-102 A terdapat gejala pada 2 X RPM. Hal ini
mengindikasikan adanya mechanical looseness.
Pada spektrum out board vertical, terdapat vibrasi harmonik. Hal ini
mengindikasikan gejala rubbing, yaitu gesekan antara metal to metal. Jika
meninjau faktor external, nilai aktual SP. Gr. lebih besar dari nilai SP. Gr. dari
yang dianjurkan. Hal ini mengakibatkan kerja motor meningkat diikuti arus motor
yang juga meningkat. Pompa 15-P-102 A mengalami looseness, diikuti dengan
gejala rubbing. Didalam casing pump terdapat looseness yang terjadi pada :
1. Antara bearing dengan housing bearing.
2. Antara shaft dengan impeller.
3. Rubbing antara impeller wearing ring dengan casing wearing ring.
Dari bentuk pola time base terlihat indikasi rubbing dan losseness pada
puncak sinyal vibrasi. Untuk dapat mengetahui akibat yang pasti dalam kasus
diatas, harus dilakukan over haul. Apabila impeller wearing ring dan casing
wearing ring aus dapat mengakibatkan internal circulation dimana fluida yang
keluar dari outlet impeller akan kembali masuk ke inlet impeller. Ditambah
dengan nilai kekentalan (SP. Gr.) melebihi yang dianjurkan, sehingga kerja motor
akan lebih berat. Masalah – masalah inilah yang akan mengurangi efisiensi, flow
total, dan performa. Seharusnya dengan keadaan seperti ini, pompa 15-P-102 A
harus dilakukan pemeriksaan dan perbaikan. Agar kerusakan tidak bertambah
parah sebaiknya pompa distop dari operasinya. Sementara pelaksanaan perbaikan,
tugas 15-P-102A, digantikan dengan 15-P-102 B atau 15-P-102 C.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
1. Biasanya equipment yang tergolong essential umumnya mempunyai
satu spare unit. Seharusnya dengan keadaan seperti ini, pompa 15-P-
102 A harus dilakukan pemeriksaan dan perbaikan. Agar kerusakan
tidak bertambah parah sebaiknya pompa di stop dari operasinya.
Sementara pelaksanaan perbaikan, tugas 15-P-102A, digantikan
dengan 15-P-102 B atau 15-P-102.
2. Alat ukur vibrasi sebaiknya dilakukan kalibrasi berkala sesuai standar
pabrik pembuat alat ukur vibrasi.
3. Untuk alat ukur vibrasi yang rusak hendaknya diperbaiki agar alat
tersebut tidak terbuang percuma.
DAFTAR PUSTAKA
Sularso, Harau Tahara, “pompa dan kompresor”, Cetakan ke-8, jakarta 2004.
IRD Mechanalysis, Vibration Technology – 1.
IRD Mechanalysis. Vibration. Alih Bahasa: F. Bambang, Indramayu
Technical Associates of Charlotte, INC. 1992. Ilustrated Vibration Diagnostic
Chart.
SKF. 2007. Microlog CMVA 65 available at http://www.skf.com
Data – data yang diperoleh dari PT PERTAMINA (Persero) UP-VI Balongan
LAMPIRAN