Anda di halaman 1dari 18

JOURNAL READING

“Sleep duration and risk of fatal and nonfatal stroke”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Saraf
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Pembimbing:
dr. Tan Yosephine, Sp.S
Disusun Oleh :
Delvina Anastasya P 151.0221.051

Kepaniteraan Klinik Departemen Saraf


FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Periode 12 September 2016 – 15 Oktober 2016
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
Journal reading dengan judul :

“Sleep duration and risk of fatal and nonfatal stroke”

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Saraf
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Disusun Oleh:
Delvina Anastasya P 151.0221.051

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan

dr. Tan Yosephine, Sp.S .......................

Mengesahkan:

Koordinator Kepaniteraan Saraf RSUP Persahabatan

dr. Catur Banuaji, Sp.S


Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Tuhan YME karena atas berkat dan penyertaanNya
penulis dapat menyelesaikan makalah “Sleep duration and risk of fatal and nonfatal
stroke”.
Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi penilaian pada
kepaniteraan klinik di bagian bagian Ilmu Saraf di Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan. Terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Tan Yosephine, Sp.S selaku
dokter pembimbing yang banyak memberikan masukan dan saran. Serta teman-teman
sejawat yang telah membantu dalam penyelesaian makalah Journal Reading ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan berikutnya. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi penulis
maupun pembaca.

Jakarta, 28 September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iv

JURNAL ......................................................................................................................... 1
LAMPIRAN TERJEMAHAN JURNAL ......................................................................11
DURASI TIDUR DAN RESIKO STROKE FATAL DAN TIDAK
FATAL
Penelitian meta analisis dan propektif
Yue Leng, MPhil, Francesco P. Cappuccio, MD, Nick W.J. Wainwright, PhD, Paul G. Surtees, PhD, Robert Luben,
MSc, Carol Brayne, MD, Kay-Tee Khaw, MD

Abstrak
Tujuan: Untuk mempelajari hubungan antara durasi tidur dan insidensi stroke di
masyarakat inggris dan untuk menyimpulkan penemuan kami terhadap jurnal yang telah
diterbitkan melalui penelitian meta analisis.
Metode: Penelitian ini terdiri dari 9692 sampel bebas stroke berusia 42 – 81 tahun
berasal dari penelitian kohort kanker – Norfolk di Eropa. Sampel melaporkan durasi
tidur pada 1998-2000 dan tahun 2002-2004, dan semua kasus stroke yang tercatat
sampai 31 Maret 2009. Untuk penelitian meta-analisis, kami mencari penelitian
propektif di Ovid Medline, EMBASE dan Cochrane Library yang diterbitkan hingga
April 2014 dan memperkirakan efek yang terjadi menggunakan model efek acak
tertimbang.
Hasil: Setelah 9.5 tahun follow-up, terjadi 346 kasus stroke. Waktu tidur yang lama
secara signifikan berhubungan dengan peningkatan resiko stroke (rasio bahaya [HR] =
1.46 [95% interval kepercaan (CI) 1,08, 1,98]) setelah penyesuaian untuk semua
variable lain. Hubungan juga tetap kuat di antara orang-orang tanpa penyakit tersebut
sebelumnya dan mereka yang melaporkan tidur nyenyak. Hubungan untuk tidur singkat
lebih sedikit (dan tidak signifikan secara statistik) (HR = 1,18 [95% CI 0,91, 1,53]).
Risiko stroke yang lebih tinggi dilaporkan pada mereka yang tidur terus-menerus atau
adanya peningkatan yang substansial dalam durasi tidur dari waktu ke waktu,
dibandingkan dengan orang-orang yang melaporkan waktu tidur tidur rata-rata. Adanya
kesamaan antara rasio bahaya yang dikumpulkan dari penelitian meta analisis, yang
mana bernilai 1,15 (1,07, 1,24) dan 1.45 (1,30, 1,62) untuk masing-masing durasi tidur
pendek dan panjang.
Kesimpulan: Penelitian prospektif dan meta-analisis ini mengidentifikasi panjang
durasi tidur sebagai penanda dari penigkatan resiko stroke di masa depan pada populasi
lansia yang sehat.
-------
Tidur semakin disarankan sebagai suatu prediksi sebuah peristiwa kelainan
1, 2
kardiovaskular, dan stroke adalah dampak yang diminati. Sebuah meta-analisis pada
– 6
tahun 20092 termasuk 4 studi mengenai tidur dan stroke3 dan menyimpulkan
hubungan yang berbentuk U, dengan tidur pendek dan panjang yang dikaitkan dengan
peningkatan risiko stroke.
Meningkatnya jumlah penelitian prospektif yang meneliti hubungan ini pada kurun
waktu 5 tahun terakhir.7–10 Pneleitian ini telah meneliti berbagai jenis populasi dengan
durasi follow-up yang berbeda, dengan hasil yang tidak konsisten. Sementara beberapa
studi sebelumnya mengamati adanya efek kuat tidur panjang dan mensugestikan adanya
hubungan J-Shaped,3, 4, 11
penelitian terbaru menemukan hubungan U-shaped antara
durasi tidur dan risiko kematian stroke dalam sampel orang cina dewasa.8 Tidak jelas
apakah hubungan ini berlaku untuk stroke, yang tidak mematikan dan jika ini dapat
dimodifikasi oleh kualitas tidur. Sementara itu, bukti ini masih terdapat kekurangan
populasi masyarakat inggris, dan tidak ada studi yang melakukan pengujian perubahan
dalam durasi tidur seiringnya waktu dan risiko stroke berikutnya. Memahami hubungan
ini sangat berpotensi penting untuk deteksi dini stroke, terutama dalam populasi yang
lebih tua. Oleh karena itu, kami bertujuan untuk memperbaharui meta-analisis, dan
untuk mempelajari efek dari durasi tidur dan mengubah durasi tidur pada stroke insidens
di tengah untuk usia populasi remaja. Kami mengevaluasi kejadian mematikan ataupun
tidak dan mengeksplorasi apakah hubungan ini bervariasi oleh lamanya follow-up,
stroke subtipe, dan kualitas tidur.

METODE
Populasi penelitian. Populasi penelitian diambil dari Studi kohort Eropa dari penelitian
kanker – Norfolk. Rincian tentang studi desain telah dijelaskan sebelumnya.12 Secara
singkat, kami merekrut 25,639 pria dan wanita berusia 40-79 tahun menggunakan daftar
praktik umum umur-seks dari Norfolk, Inggris, selama tahun 1993-1997, dan melakukan
follow up untuk hasil kesehatan. Sebagai bagian dari follow-up, kemudian peserta
dikirim kuesioner untuk diselesaikan.

Persetujuan protokol standar, pendaftaran, dan persetujuan pasien. Penelitian ini


telah disetujui oleh The Norwich District Ethics Committee dan semua partisipan telah
menendatangani surat persetujuan menjadi partisipan penelitian.

Pengukuran tidur. Selama tahun 1998-2000, 16,643 orang menjawab pertanyaan


berikut: "Rata-rata, dalam 24 jam, berapa banyak waktu yang anda gunakan untun
tidur?" dengan 6 pilihan jawaban, yaitu <4, 4 – 6, 6 – 8, 8-10, 10-12 dan >12.
Pertanyaan ini diulang selama tahun 2002-2004. Selain itu, peserta diajukan pertanyaan
"Apakah anda dapat tidur dengan nyenyak?" dengan pilihan jawaban berupa "ya" dan
"tidak."

Penilaian kasus stroke. Sejak awal, kami ekslusi partisipan dengan riwayat stroke yang
telah didiagnosa sebelumnya atau mereka yang mengalami stroke sebelum tanggal
laporan tidur. Semua kasus stroke pada tanggal 31 Maret 2009, diambil sebagai kejadian
pertama masuk rumah sakit atau meninggal akibat penyakit stroke. Kami
mendefinisikan stroke tidak mematikan sebagai kejadian stroke yang dirawat di rumah
sakit dan tidak mengakibatkan kematian (di bulan yang sama) dan mencatat informasi
melalui hubungan database dengan pelayanan kesehatan nasional distrik. Kami
memperoleh informasi pada fatal stroke melalui hubungan dengan Kantor Statistik
Nasional UK. Stroke kasus diklasifikasikan menurut ICD-9 sebagai kode 430-438
(stroke hemoragik 430-432; infark serebral 433-435; stroke yang tidak ditentukan atau
lain 436-438) atau menurut ICD-10 sebagai kode I60-I69 (stroke hemoragik I60-I62;
stroke iskemik I63, I65, dan I66; stroke tidak ditentukan atau lain I64 dan I67-I69).

Variabel bebas/kovariat. Kami memilih variabel bebas berdasarkan literatur


sebelumnya dan yang berhubungan dengan variabel dependen, yaitu tidur dan stroke.
Hal ini mencakup usia, jenis kelamin, status sosial (prosesional, manager, teknisi,
pekerja dengan keahlian tertentu, tidak memiliki pekerjaan), pendidikan (tidak pernah
mengenyam pendidikan, sekolah hingga usia 16 tahun, sekolah hingga usia 18 tahun,
sarjana), status menikah (menikah, belum menikah, janda/duda, cerai), merokok atau
tidak merokok, konsumsi alkohol (berapa banyak alkohol yang diminum selama satu
minggu), riwayat stroke di keluarga, penggunakan obat-obat hipnosis, aktivitas fisik
(jarang me, gangguan depresi selama satu tahun terakhir, adanya riwayat infark miokard
dan diabetes dan penggunaan obat antihipertensi.
Partisipan dilakukan pemeriksaan lainnya secara obyektif termasuk indeks massa
tubuh (BMI; berat badan di kilogram dibagi dengan ketinggian di meter persegi);
tekanan darah sistolik (SBP) dan tekanan darah diastolik (DBP) dan kadar kolesterol
serum berdasarkan kadar kolesterol tidak puasa, pengukuran kolesterol menggunakan
colorimetry (RA 1000, diagnostik Bayer, Basingstoke, Inggris).
Analisis statistik. Kita mendefinisikan kategori respon untuk durasi tidur sebagai: tidur
jangka pendek ( <6 jam), rata-rata (6-8 jam), dan panjang (8 jam). Pertama, kita
bandingkan karakteristik dasar durasi tidur peserta menggunakan chi square tes. Model
bahaya Cox proportional cocok untuk dijadikan sebagai memperoleh rasio bahaya (HR),
dengan menggunakan rata-rata tidur sebagai kelompok referensi. Kami membangun
model dengan progresif menyesuaikan covariates untuk menunjukkan hubungan yang
dijelakan oleh covariates dan dilakukan analisis pada mereka dengan data yang lengkap
tentang semua covariates (A) yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin; (B)
selanjutnya disesuaikan untuk kelas sosial, pendidikan, status perkawinan, Rokok,
konsumsi alkohol, penggunaan obat, dan sejarah keluarga stroke; dan (C) selanjutnya
disesuaikan untuk BMI, aktivitas fisik, MDD, SBP, DBP, riwayat infark miokard dan
diabetes, hipertensi obat menggunakan, dan kadar kolesterol serum. Kami mengulangi
analisis ini untuk stroke fatal dan mematikan, dan mempresentasikan hasil berdasarkan
jenis kelamin.
Perubahan dalam durasi tidur dari tahun 1998-2000 ke 2002-2004 telah
digambarkan melalui model kombinasi 3 kategori durasi pada setiap periode waktu dan
memberikan 9 subkategori. Hubungan antara perubahan dalam durasi tidur dan
keseluruhan insiden risiko stroke diteliti dengan model C, dengan "rata-rata yang
konstan" dijadikan sebagai kelompok acuan dan dilakukan di seluruh sampel untuk
mempertahankan nilainya. Akhirnya, kami melakukan analisis subkelompok menurut
lamanya follow-up, kualitas tidur, penyakit sebelumnya, subtipe stroke dan efek lain,
menggunakan model B. Analisis data menggunakan STATA, versi 12,0 (StataCorp LP,
College Station, TX).

Meta-analisis studi prospektif pada hubungan antara tidur durasi dan insiden
stroke. Kami menyimpulkan hasil penelitian dengan meninjau dari segala aspek secara
sistematis dan melakukan meta-analisis menggunakan metode mendeskripsikan secara
detail pada bagian lain.2 Kami mencari penelitian populasi longitudinal (yang diterbitkan
hingga April 2014) yang melaporkan hubungan antara durasi tidur dan fatal dan
mematikan stroke (lampiran e-1 di situs Web ® neurologi di Neurology.org), dengan
batasan sebagai berikut : artikel asli, desain penelitian berupa prospektif kohort dan
populasi orang dewasa. Penelitian yang tidak memberikan informasi secara lengkap
mengenai angka kejadian stroke, kami telah hubungi dan dikeluarkan jika tidak ada
perkiraan tambahan yang dapat diperoleh. Data diambil secara mandiri oleh penyidik 2
(Y.L. dan F.P.C.). Tidur pendek didefinisikan sebagai tidur dengan durasi 5-6 jam dan
tidur panjang sebagai tidur dengan durasi 8 – 9 jam. Ketika beberapa model multivariat
telah sesuai, kami ekstrak perkiraan yang paling tidak mungkin terkalahkan (model
dengan kebanyakan covariates). Efek perkiraan telah disatukan menggunakan efek
model acak. Kami menguji heterogenitas antara penelitian, bias publikasi 13 oleh saluran
14
plot asimetri dan tes Egger, dan dilakukan kepekaan analisis.2 Semua analisis yang
dilakukan menggunakan Review Manager Software (v5) (Kopenhagen, 2011).

HASIL. Seelah kami mengeklusi partisipan dengan riwayat stroke yang telah
didiagnosa sebelumnya (n 5 438) atau mereka yang mengalami stroke sebelum tanggal
laporan tidur (n 5 623), sampel akhir penelitian berjumlah 9,692 peserta yang memiliki
data sesiuai kovariat yang dibutuhkan.
Sejak awal, partisipan yang diambil adalah partisipan dengan usia 42 sampai 81
tahun (rata-rata 61.6). Total 6,684 (69%) peserta melaporkan tidur untuk 6-8 jam per
hari, sementara 10% melaporkan tidur selama 8 jam. Tabel 1 menunjukkan karakteristik
dasar dengan durasi tidur. Peserta dengan durasi tidur < jam 6 atau >8 jam tidur, lebih
cenderung wanita dan berusia tua, kurang aktif, memiliki MDD, dan mengkonsumsi
obat anti hipertensi. Hubungan yang tidak signifikan ditemukan antara durasi tidur dan
BMI, SBP atau ada tidaknya penyakit diabetes atau infark miokard.

Pada 346 peserta, selama dilakukan follow-up dalam 9,5 tahun, setidaknya pernah
mengalami satu serangan strok fatal atau stroe tidak fatal. Ada 67 fatal stroke dan 300
partisipan dirawat di rumah sakit, dengan 21 partisipan dirawat sebelum mengalami
kematian. Analisis univariat menunjukkan bahwa mereka yang dilaporkan, tidur dengan

durasi <6 jam dan >8 jam masing-masing memiliki eningkatan resiko mengalami stroke
sebesar 32% dan 71%. Tabel 2 merangkum hazard ratio mengenai hubungan tidur
pendek dan tidur panjang. Setelah penyesuaian untuk usia dan jenis kelamin, pendek dan
panjangnya durasi tidur dikaitkan, terdapat peningkatan risiko stroke dengan masing-
masing sebesar 19% dan 45%. Hubungan itu lebih kuat untuk wanita, meskipun tes
resmi untuk perdebadan jenis kelamin secara statistik tidak signifikan (p 5 0.24). Ketika
kami meneliti hasil stroke secara terpisah, tergambar hubungan yang lebih jelas antara
stroke fatal dengan durasi tidur (tabel e-1).
Tabel 3 menunjukkan hubungan antara perubahan dalam tidur durasi dan stroke
berisiko. Terdapat peningkatan risiko menjadi dua kali lipat untuk orang-orang yang

melaporkan memiliki durasi tidur panjang secara konsisten atau terus menerus,
dibandingkan dengan mereka yang memiliki durasi tidur rata-rata. Risiko ini bertambah
lebih besar bagi mereka yang tidur yang dilaporkan meningkat dari tidur dengan durasi
pendek menjadi tidur durasi panjang selama 4 tahun (HR= 3,75 [95% confidence
interval (CI), 1,17,12,05]). Tabel selanjutnya (tabel e-2) menggambarkan mengenai
mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta sebelumnya, tidak dipengaruhi lamanya
follow-up dan dilaporkan memiliki kualitas tidur yang baik (p untuk interaksi = 0.01).
hubungan untuk tidur jangka pendek tampak lebih nyata pada partisipan dengan usia yg
lebih muda (HR= 1,87 [0.97, 3,60]) dan hubungan stroke dengan tidur dengan durasi
panjang hanya signifikan di antara partisipan berusia lebih dari 63 tahun (HR 5 1,50
[1,09, 2,05]) (p untuk interaksi = 0,98). Hal ini menggambarkan adanya hubungan yang
kuat antara tidur durasi pendek dengan stroke hemoragik dan tidur durasi panjang
dengan strok iskemik.

Review sistematis dan meta-analisis. Sebelas penelitian 3-8,10,11,17-19 telah diidentifikasi


dari pencarian bersama dengan penelitian saat ini yang termasuk (tabel e-3) dalam meta-
analisis. Enam studi melaporkan hasil secara terpisah untuk pria dan wanita, dan
dimasukkan sebagai pengikutnya terpisah. Analisis akhir termasuk 559,252 peserta dari
7 negara. Semua studi diukur durasi tidur oleh kuesioner, dan 6 hanya melaporkan
peristiwa fatal stroke. Atas tindak lanjut 7,5-35 tahun, total 11,695 stroke peristiwa
dilaporkan. Gambar menunjukkan efek yang terkumpul pendek (A) dan panjang (B)
tidur, masing-masing. Penambahan penelitian ini tidak mengubah perkiraan keseluruhan
efek untuk tidur pendek dan panjang. Untuk tidur pendek, terkumpul (RR relative risk)
adalah 1,15 (95% CI, 1,07, 1,24; p 5 0.0002), dengan tidak ada bukti heterogenitas.
Untuk tidur panjang, RR terkumpul adalah 1.45 (1,30, 1,62), dengan signifikan antara
studi heterogenitas (I2 5 54%; p 5 0.003). Setelah mengulangi meta-analisis tidak
termasuk studi oleh Westerlund et al., 7 heterogenitas menghilang (RR, 1,53; 95% CI,
1,42, 1,65; p, 0.00001; I2 5 0%).
DISKUSI
Pada partisipan berusia pertengahan hingga lebih tua pada warga Inggris, kami
mengamati hubungan berbentuk J antara durasi tidur harian dan risiko stroke 9.5-tahun.
Mereka yang tidur pendek mempunyai peningkatan risiko stroke 18% (tidak signifikan
secara statistik), sementara tidur panjang berkaitan dengan 46% peningkatan risiko
stroke setelah penyesuaian untuk faktor risiko konvensional penyakit kardiovaskuler
(CVD) dan komorbiditas. Mereka melaporkan memiliki durasi tidur panjang secara
konsisten atau terus menerus, dibandingkan dengan
mereka yang memiliki durasi tidur rata-rata. Temuan kami kompatibel dengan
diperbarui meta-analisis, yang disarankan RR terkumpul 1,15 (1,07, 1,24) dan 1.45
untuk tidur pendek dan panjang (masing-masing 1,30 dan 1,62).
Penelitian ini bermanfaat dari sisi desain prospektif, khususnya kemampuan
untuk menguji perubahan secara longitudinal dalam durasi tidur. Kedua kejadian stroke
fatal dan mematikan diperiksa, dan telah disajikan estimasi spesifik antar jenis kelamin.
Penelitian inijuga meneliti menegnai apakah adanya hubungan antara perbedaan
penyakit sekunder, kualitas tidur dan subtipe stroke, yang membantu memberikan lebih
banyak wawasan. Meta-analisis yang melibatkan lebih dari 8.000 kasus stroke, secara
substansial lebih besar dari penelitian sebelumnya2, kami juga menyediakan validitas
eksterna pada hasil penelitian kami. Ada beberapa keterbatasan. Pertama, studi ini
termasuk 9,692 bebas stroke peserta yang masih muda dan memiliki kelas sosial yang
tinggi dan tingkat pendidikan dibandingkan dengan populasi dasar, tetapi validitas
eksternal didukung oleh perjanjian dengan meta-analisis. Sebagai dengan studi
sebelumnya, durasi tidur dilaporkan melalui satu pertanyaan, yang mungkin
mencerminkan persepsi tidur daripada dosen-cal tidur. Perlu dicatat bahwa persepsi
seseorang tidur bisa dipengaruhi oleh fungsi kognitif yang miskin atau fisik health.20,21
ini berpotensi bermasalah untuk dewasa dan bagi mereka dengan praklinis stroke ringan,
persepsi yang tidur mungkin terganggu akibat faktor-faktor kognitif. Namun,
pemeriksaan perubahan dalam durasi tidur adalah sesuai dengan hasil pada ukuran satu
tidur pada awal. Dari sudut pandang praktis, evaluasi durasi tidur yang menggunakan
self - melaporkan data lebih layak dalam perawatan primer seting. Meskipun berbagai
potensi confounders dimasukkan dalam analisis, kita bisa tidak mengesampingkan
kemungkinan sisa membingungkan. Sebagai contoh, efek terukur masalah kesehatan
atau tidur (misalnya, apnea tidur obstruktif atau mendengkur) tidak bisa melihat,
terutama pada Asosiasi untuk tidur panjang. Kami mengevaluasi kualitas tidur pada
umumnya dengan menanyakan jika salah satu umumnya tidur di juga. Pengukuran ini
adalah relatif mentah, dan kami tidak dapat membedakan antara pendek tidur nyenyak
kualitas atau waktu terbangun dan alami sleepers pendek. Namun, pengamatan kami
pada interaksi antara persepsi durasi tidur dan kualitas tidur umum menyediakan
wawasan yang menarik untuk masalah dan menekankan perlunya untuk studi lanjut.
Akhirnya, kegagalan untuk mencapai kepentingan secara statistik dalam kelompok tidur
pendek mungkin mencerminkan daya statistik yang rendah karena jumlah kecil angka
kejadian. Untuk mempertahankan kekuasaan, kami telah mendefinisikan para partisipan
yang memiliki durasi tidur pendek sebagai orang-orang yang melaporkan tidur kurang
dari 6 jam, dan mungkin gagal untuk mendeteksi associa-tion untuk tidur sangat pendek
seperti yang dilaporkan oleh pra-vious studies.22,23 sementara association for tidur
pendekbisa telah meremehkan, estimasi titik kompatibel dengan meta-analisis.
3, 4, 6, 8, 11
Sesuai dengan studi sebelumnya, kita menemukan hubungan yang kuat
antara tidur panjang dan stroke peningkatan risiko. Women's Health Initiative Study
telah menunjukkan hasil yang sama pada risiko stroke iskemik pada wanita
pascamenopause.4 kami memperpanjang analisis untuk semua peristiwa stroke di kedua
jenis kelamin, dan menemukan adanya hubungan yang kuat diantara yang kuat antara
wanita. Singapura Cina Kesehatan Study8 menemukan tidur pendek dan panjang
menjadi terkait dengan kematian dari stroke iskemik atau tidak ditentukan, sementara
penelitian kami menyarankan adanya sebuah hubungan antara tidur dengan durasi
pendek dan risiko stroke iskemik, dan antara tidur panjang dan stroke hemoragik. Belum
diketahui secara pasti mengapa tidur dengan durasi panjang dapat menyebabkan stroke
hemoragik.
Beberapa penelitian pada partisipan berusia lanjuttidak memiliki laporan adanya
ubungan antara tidur dengan resiko terjadinya stroke.7, 17 Penelitian terbaru mengatakan
bahwa adanya hubungan antara peningkatan kejadian stroke dengan insomnia pada
9
masyarakat dewasa muda. Sesuai dengan penelitian ini, kami menemukan adanya
hubungan antara tidur durasi pendek yang pada partisipan yang masih berusia muda,
tetapi untuk tidur panjang lebih menonjol antara yang lebih tua, meskipun tes karena
interaksi tidak signifikan secara statistik. Tidur pendek dan panjang mungkin memiliki
implikasi yang berbeda di kelompok usia yang berbeda, dan interaksi dengan usia perlu
diuji oleh studi yang lebih besar di masa depan. Meskipun dimungkinkan untuk orang
tua untuk tidur lebih karena kurang kerja dan menuntut sosial, kami sebelumnya telah
menyarankan penurunan dilaporkan sendiri tidur selama partisipan remaja meskipun
panjang waktu yang dihabiskan di tempat tidur di cohort.24 ini karena itu, it's worth
mencatat berlebihan tidur sebagai tanda awal risiko stroke yang meningkat, khususnya
di antara orang tua. Studi ini menunjukkan bahwa mereka yang melaporkan terus-
menerus lama tidur atau tidur secara substansial meningkat mempunyai risiko stroke
lebih tinggi. Ini sekali lagi menunjukkan pentingnya mendeteksi berkepanjangan tidur di
antara penduduk usia lanjut. Sampai saat ini, belum ada penelitian lain yang dapat
dibandingkan secara langsung dengan penelitian kami, durasi tidur yang stabil memiliki
pengaruh yang penting namun, kami tidak melakukan penelitian mengenai stabilitas
tidur dan untuk pada masa yang akan mendatang, perlu diadakannya penelitian tentang
hal ini.
Mekanisme yang mendasari tidak sepenuhnya di mengerti. Kurang tidur telah
dikaitkan dengan adanya gangguan metabolisme dan sekresi peningkatan kortisol,
aktivasi saraf simpatis dan peradangan ringan, yang mungkin mengakibatkan
peningkatan tekanan darah, gangguan aliran darah, dan meningkatkan resiko terjadinya
stroke26–28 . Penelitian prospektif ini dan meta-analisis terbaru, keduanya menyarankan
terdapat adanya hubungan yang kuat antara durasi tidur panjang dengan faktor resiko
terjadinya stroke. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah tidur panjang bisa menjadi
penyebab, konsekuensi, atau penanda awal sakit health?. Satu-satunya mekanisme yang
penting adalah melalui jalur peradangan. Tidur durasi panjang telah dikaitkan dengan
adanya peningkatan jumlah biomarker peradangan. Hal lain yang sama menariknya,
tidur durasi panjang juga dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan
kardiovaskular, berupa aterosklerosis arteri karotis, fibrilasi atrial, massa pada ventrikel
kiri, yang mana dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke. Di samping itu, beberapa
penelitian juga menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara tidur durasi panjang
dengan stroke karena berkurangnya aktivitas fisik atau riwayat hipertensi. The First
National Health dan Nutrition Examination Survey (NHANES I) menyimpulkan
mungkin saja terdapat penyakit mendasari yang tidak diketahui atau tersembunyi.3 Tidur
panjang mungkin merupakan tanda awal adanya disregulasi sistem dan risiko terjadinya
stroke di masa depan pada pasien berusia lanjut yang tampak sehat. Saran untuk
penelitian selanjutnya agar lebih menargetkan penelitian terhadap adanya kontribusi
durasi tidur sehari-hari dengan prediksi resiko terjadinya stroke. Mekanisme resiko
kesehatan yang berhubungan dengan durasi tidur panjang harus dicurigai menggunakan
desain penelitian. 38
Penelitian prospektif dan meta-analisis ini menyimpulkan bahwa adanya
peningkatan yang signifikan dalam resiko terjadinya stroke dengan tidur durasi panjang
dan kenaikan sederhana antara resiko terjadinya stroke dengan tidur durasi pendek.
Tidur dalam durasi panjang yang terus menerus atau konstan atau adanya peningkatan
durasi tidur yang pada awalnya memiliki durasi tidur pendek menjadi durasi tidur
panjang memiliki kaitan dengan risiko terjadi stroke berikutnya. Mekanisme yang
mendasari memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Tidur yang berkepanjangan mungkin
dapat berguna sebagai penanda terjadinya peningkatan stroke pada orang berusia lanjut,
sehingga harus diteliti lebih lanjut manfaatnya dalam aspek klinis.

Anda mungkin juga menyukai