Anda di halaman 1dari 1

IDENTITAS YANG TERABAIKAN

Fatkhuri el Sobri

Tatakrama Terhadap Teman : Bantulah teman yang minta pertolongan kepada kita, jika karena sesuatu
hal, kita tidak dapat memenuhi permintaan itu, sampaikanlah hal itu secara halus, disertai alasan-alasan
yang masuk akal, hargailah pendapat teman. Jika kita tidak sependapat, kemukakan pendapat kita sendiri
secara baik-baik, hindarilah penggunaan kata-kata buruk, jelek, tidak pantas, dalam mengommentari
pekerjaan atau pakaian teman, karena masalah penilaian baik atau buruk dalam hal ini umunya bersifat
subjektif. Baik menurut kita, belum tentu baik menurut orang lain. Ingat bahwa tidak seorangpun rela di
cela, sering-seringlah menggunakan kata-kata pujian kepada teman-teman setelah mereka melakukan
sesuatu dengan baik, ucapkankan terimakasih yang tulus kepada teman yang telah berbuat baik kepada kita,
betapapun kecilnya kebaikan itu, jauhilah kebiasaan kebiasaan bergunjing karena pergunjuingan
merupakan sumber pertikaian atau perpecahan, janganlah memendam rasa kecewa berlama-lama, karena
hal ini bisa meledak menjadi kemarahan yang berakibat pertengkaran. Curahkanlah perasaan-perasaan itu
segera, secara terbuka dan baik-baik. Iangat kekecewaan belum tentu beralasan, mungkin kita sendiri yang
salah mengerti, terimalah setiap teguran dengan hati yang lapang. Jika memang kita bersalah, akuilah secara
jantan dan mintalah maaf, jika tidak , jelasakan baik-baik duduk persoalannya. Hindarkanlah sikap mau
menang sendiri, mau benar sendiri. Ingatlah pribahasa “Orang pandai berbicara dengan mulut, orang bodoh
berbicara dengan tangan”. Biasakan menggunakan kata-kata manis, seperti “selamat pagi”, Sampai jumpa,
Silakan, Maaf, tolong. Kembalikan barang-barang pinjaman, jangan dibiarkan si pemilik mengambilnya
sendiri (dengan kecewa).
Tatakrama Dengan Ustad : Dalam tata karma masyarakat Jawa dikenal ungkapan”Guru, Ratu, Wong Tua
Karo” ini mengandung arti bahwa guru, menurut urutan kata-katanya, adalah orang pertama-tama harus
dihormati, kemudian berturut-turut raja dan orang tua. Agaknya ini tidak berlebihan, karena gurulah yang
memberikan pengetahun, kepandaian, ketrampilan sebagai bekal hidup. Setiap guru selalu dengan ikhlas
agar anak didiknya menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Oleh karena
itu, setiap murid hendaknya memiliki rasa hormat kepada guru, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pergaulan dengan guru “ tunjukan sikap hormat dan gunakan bahasa yang halus dan sopan, jika sedang
berhadapan/berbicara dengan guru. Jika pelajaran sedang berlangsung, curahkanlah seluruh perhatian
kepada guru, janganlah berbuat gaduh atau bercakap-cakap karena hal itu disamping mengganggu
ketenangan, juga sangat menyinggung perasaan guru. Pertanyaan atau tanggapan mengenai materi
perkuliahan hendaknya dikemukakan secara sopan, jangan sampai timbul kesan murid lebih tahu dari guru
atau mengajarinya. Usahakanlah untuk tidak keluar ruangan belajar (misalnya ke kamar kecil). Kalaupun
sangat terpaksa, minta izin terlebih dahulu pada waktu guru tidak berbicara.
Saling berbisik terus menerus sambil masing-masing memandang pada guru pada saat pelajaran sedang
berlangsung (misalnya menyajikan pelajaran) juga dipandang kurang sopan dan guru bisa tersinggung
karenya. Jika terlambat, mintalah maaf sambil memebrikan alasan yang tepat. Kerjakan setiap tugas dari
guru dengan sebaik-baiknya.
Tata Karma Berbicara : Berbicara dan tertawa pun sering menarik perhatian orang. Agar tidak menarik
perhatian yang negatif hendaknya diperhatikan hal-hal sebgai berikut: Suara hendaknya sekedar cukup
terdengar oleh lawan bicara agar tidak menganggu. Berbicara tenang, tidak tergesa-gesa agar ludah tidak
berkecipratan keluar mulut. Mulut tidak terlalu dekat pada muka lawan bicara agar uap mulut tidak tercium
olehnya. Waktu tertawa, mulut tidak dibuka terlalu lebar sehingga tampak bagian dalam mulut, demikian
pula suaranya, tidak keras-keras, janganlah berbicara atau ketawa jika mulut penuh berisi makanan.
Pada waktu berbicara, wajah dan pandangan kita hendaknya selalu terarah lurus kepada lawan bicara.
Bicara sambil berpaling ke sana ke sini dianggap tidak sopan. Demikian pula jika lawan bicara sedang
berbicara. Palingkanlah muka sejenak kea arah lain dan atau tutuplah mulut dengan tangan atau sapu tangan
jika kita tiba-tiba batuk atau bersin ketika sedang berbicara, usahakan agar tidak memotong bicara, apalagi
tiba-tiba menegur/menyapa atau berbicara dengan orang lain pada waktu lawan bicara masih berbicara.
Kalaupun sangat terpaksa, mintalah izin/maaf terlebih dahulu kepada lawan bicara, ingat-ingatlah agar tidak
memasukan kedua tangan ke dalam saku celana atau melipat keduanya di dada atau menggendong
keduanya di belakang atau berdiri dengan sebelah kaki yang di lenturkan atau di angkat ke atas waktu
berbicara/ bercakap-cakap dengan orang yang di hormati.

Anda mungkin juga menyukai